bahan kuliah
-
Upload
tajul-patas -
Category
Documents
-
view
79 -
download
5
description
Transcript of bahan kuliah
III. Fungsi Sekresi Saluran Pencernaan
* Prinsip Dasar
- Mekanisme Rangsangan Kelenjar G.1
- Mekanisme Sekresi Kelenjar G.1
- Pelumasan & perlindungan G.1
* Sekresi saliva
* Sekresi esophagus
* Sekresi lambung
* Sekresi pankreas
* Sekresi empedu oleh hati & fungsi sistem empedu
* Sekresi usus halus
* Sekresi kolon
IV. Pencernaan & Absorbsi G.I
* Pencernaan Makanan
- Karbohidrat
- Protein
- Lemak
Hal 2 &3
Hal 2 &3
* Prinsip Dasar absorbsi G.I
* Absorbsi dalam usus halus
- Air
- Ion
- Zat Nutrisi
* Absorbsi dalam kolon
V. Fisiologi Gangguan G.I
* Gangguan menelan
* Gangguan lambung
- Ulcus peptik
* Gangguan pada usus halus
* Gangguan pada usus besar
- konstipasi
- diare
- Paralisi oleh karena cedera Medulla Spinalis
Otot Polos G.I
P : 200 – 500 mikrometer
L : 210 mikrometer
Tersusun dalam berkas 1000 serat parallel
Longitudinalis berkas memanjang
Sirkuler mengelilingi usus
Antar otot dihubungkan dengan Gap Junction yang
menimbulkan gerkan ion bertahanan rendah antar sel.
Perjalanan lebih cepat disepangjang berkas daripada di
sisi berkas.
Antar berkas dipisahkan dengan jaringan ikat longgar
tetapi banyak bersatu di banyak titik. Oleh karena itu
setiap lapisan otot berfungsi seperti sinsitium – yaitu
bila terbentuk sebuah potensial aksi di sembarang
tempat dalam masa otot potensial aksi biasanya
berjalan ke semua arah otot. Jaraknya tergantung
kepekaan otot. Juga ada hubungan antara lapisan
longitudinal & sirkular sehingga perangsangan salah
satu lapisan akan merangsang lapisan yang lain.
Aktifitas listrik pada otot polos G.I
2 tipe mendasar gelombang listrik :
1. Gelombang lambat (slow wave)
2. Gelombang paku (spike wave)
I. Gelombang Lambat (Slow Wave)
- Merupakan perubahan potensial membran istirahat
yang lambat & bergelombang
- bukan suatu potensial aksi
- intensitas 5 – 15 mV
- menentukan irama kontraksi ritmik G.I
- frekuensi 3 - 12 /menit
3 : lambung
12 : duodenum
8-9 : ileum terminalis
- penyebab gelombang lambat diduga disebabkan
aktivitas Na K pump
Hal 6&7
Gelombang Lambat pada umumnya tidak menyebabkan
kontraksi pada sebagian G.I.T kecuali di lambung.
Gelombang lambat terutama mengatur munculnya
potensial paku yang intermitten yang menyebabkan
sebagian besar kontraksi otot
II. Spike Potential – Potensial Paku
- Merupakan potensial aksi yang sebenarnya
- timbul otomatis bila RMP > -40mV (RMP -50 - -60mV)
Jadi setiap puncak gelombang lambat naik diatas nilai
-40mV potensial paku timbul pada puncaknya.
Semakin tinggi potensial gelpmbang lambat meningkat
diatas nilai -40mV, semakin besar frekuensi potensial
berkisar 1-10 gel paku/det. Potensial aksi otot G.I.lebih
lama 10-40x daripada serat saraf yang besar(10-20m/dt)
Hal 6&7
Beda Sebab Potensial Aksi
Otot GIT Saraf
Disebabkan sebagian besar ion
Ca bersama sebagian kecil ion Na
melalui Na-Ca chanel yang lebih
lambat membuka atau menutup
dibandingkan Na chanel
Disebabkan seluruhnya oleh
masuknya ion Na melalui Na
chanel secara cepat ke dalam
serat
Perubahan RMP
N : sekitar -56 milivolt
1. > positif = depolarisasi = lebih mudah dirangsang
2. > negatif = hiperpolarisasi = lebih sulit dirangsang
1. Sebab Depolarisasi :
1. Peregangan otot
2. Perangsangan oleh asetil kolin
3. Peransangan oleh saraf-saraf parasimpatis yang
mensekresi asetil kolin pada ujung-ujungnya
4. Perangsangan oleh beberapa hormon G.I yang
spesifik
2. Sebab Hiperpolarisasi
1. Pengaruh norepineprin atau epineprin pada
membran otot
2. Perangsangan saraf-saraf simpatis yang
mensekresi norepineprin pada ujung-ujungnya.
Kontraksi Otot
Terjadi akibat respon ion Ca yang masuk kedalam serat
otot melalui mekanisme:
Kalmodulin mengaktifkan filamen miosin dalam
serat, membuka gaya tarik-menarik antara filamen
miosin & aktin sehingga oto berkontraksi
Gelombang lambat tidak menyebabkan ion Ca
memasuki serat otot polos, melainkan hanya ion Na
saja. Oleh sebab itu, gelombang lambat pada umumnya
tidak menimbulkan kontraksi
Kontraksi Tonik Beberapa Otot Polos G.I
- Bersifat kontinyu
- tidak berhubungan
- Berlangsung beberapa menit s/d beberapa jam
Sebab:
1. Potensial aksi yang berurutan
2. Hormon – hormon atau faktor lain yg menimbulkan
depolarisasi kontinyu pd membran otot polos tanpa
menimbulkan potensial aksi
3. Masuknya ion Ca terus menerus ke dalam sel yg tidak
berhubungan dgn perubahan potensial membran
Hal 11
A. PLEXUS AUERBACH
Berperan pada pengaturan motorik di sepanjang usus.
Efeknya bila plexus dirangsang :
1. Peningkatan kontraksi tonik dinding usus
2. Peningkatan intensitas kontraksi ritmik
3. Sedikit penigkatan kecepatan irama kontraksi
4. Peningkatan kecepatan kondisi gelombang
eksitatorik di sepanjang dinding usus
meningkatkan peristaltik
Selain efek eksitatorik ada efek inhibitorik: ujung-ujung
serat mensekresikan suatu transmitter inhibitor,
kemungkinan polipeptida intestinal vasoaktif atau peptida
lain.
Hal 11
Berguna untuk menghambat beberapa otot sphincter
intestinal yang menghambat pergerakan makanan
antara segmen-segmen Tractus gastroIntestinal yang
berturutan. Seperti sphincter pyloric yang mengontrol
pengosongan lambung & sphincter katub ileocaecal
yang mengontrol pengosongan usus halus ke dalam
caecum
B. PLEXUS SUB MUKOSA
Mengatur sekresi intestinal lokal, absorbsi local &
kontraksi otot submukosa local yang menyebabkan
berbagai tingkata pelipatan mukosa lambung.
Neurotransmitter yang disekresi oleh neutron
enteric:
1. Asetil kolin
2. Norepineprin
3. ATP
4. Serotonin
5. Dopamin
6. Cholecystochinin
7. Substasi P
8. Polipeptida Intestinal Vasoaktif
9. Somatostatin
10. Leu-enkefalin
11. Met-enkefalin
12. Bombesin
Fungsi Asetil kolin : merangsang Aktivitas G. I
Fungsi Norepineprin : Menghambat aktivitas G.I
Hal 12&13
PENGATURAN OTONOM G.I
dibagi :
1. Persarafan Parasimpatis:
a. Divisi Cranical : hampir seluruh dari N.Vagus kecuali
r.mulut & faring
b. Divisi sakral (S2,S3,S4) : distal colon. Sigmoid,
rectum,anus. Fungsi utama untuk reflek defikasi
2. Persarafan simpatis T5-L2
Ujung –ujung saraf simpatis mensekresi norepineprin.
Mekasnisme:
a. Pengaruh langsung norepineprin pada otot polos
untuk menghambatnya (kecepatan muscularis
mucosa dirangsang)
b. Pengaruh inhibitorik dari norepineprin pada neuron
system saraf enteric.
Jadi menghambat pergerak mekanisme melalui Tract.
GI
SERAT SARAF SENSORIS AFEREN USUS
Dirangsang oleh:
1. Iritasi mukosa usus
2. Peregangan usus berlebihan
3. Adanya substansia kimia berlabihan didalam usus
Efek menghambat gerakan & sekresi intestinal
REFLEK – REFLEK G.I
1. Reflek – reflek dalam system saraf enteric.
Mengatur sekresi G.I, peristatic kontraksi campuran,
efek penghambatan local & sebagainya.
2. Reflek dari usus Ganglia simpatis prevertebral
kembali G.I
Misal: sinyal dari lambung untuk pengosongan kolon
(reflek gastrocolic), sinyal dari Colon & usus halus
untuk menghambat motilitas bambung & sekresi
lambung (reflek enterogastric)
3. Reflek dari Usus Med Spin/Batang Otak
Tract G.I
Misal:
- reflek dari lambung & duodenum ke Batang Otak
& kembali ke Lambung melalui N.Vagus untuk
mengatur aktivitas motorik & sekretorik lsg
- Reflek-reflek nyeri yang menimbulkan hambatan
umum pada seluruh Tract G.I
- Reflek defekasi yang berjalan ke Med Spin
kembali lagi untuk menimbulkan kontraksi yang
kuat pada Colon, Rectum & Abdomen untuk
defekasi
PENGATURAN HORMONAL TERHADAP MOTILITAS G.I
1. Cholecystochinin disekresi sel I dalam mukosa di
Duodenum & Jejunum
- Bila ada produk lemak, asam lemak & monogliserid
didalam isi usus
- Efek kuat meningkatkan kontraktilitas Kandung Empedu
untuk mengeluarkan empedu ke usus halus untuk
mengemulksikan lemak sehingga dapat dicerna &
diabsorbsi
- Penghambatan sedang motilitas lambung.
2. Sekretin disekresi oleh sel “S” di mukosa duodenum sebagai
- respon terhadap getah asam lambung yang dikosongkan
dari lambung melalui pylorus
- efek penghambatan ringan pada motilitas Tract G.I
Hal 16
gambar
3. Peptida Penghambat Asam Lambung, disekresi mukosa
usus halus bagian atas:
- respon terhadap asam lemak & asam amino serta
karbohidrat (respon ringan)
- efek ringan menonaktifkan aktifitas motorik lambung
memperlambat pengosongan isi lambung ke duodenum
GERAKAN FUNGSIONAL PADA G.I
Ada 2 jenis:
Gerak Prospulsif (gerak maju)
Gerak Mencampur
Hal 17&18
Cincin kontraksi terbentuk di usus & bergerak maju. Peristaltik
terjadi di G.I, Ductus biliaris & ductus-ductus kelenjar lain di
tubuh, ureter, dll.
- Rangsangan oleh peregangan usus merangsang system
saraf enteric untuk menimbulkan kontraksi usus 2-3 cm
diatas titik rangsang
- Rangsangan lain: iritasi epitel. Perlu Plexus Mientericus
yang aktif.
- Bergerak ke arah anus
Law of The Gut
Bila terbentuk cincin kontraksi di oral usus yang teregang
makanan akan mendorong isi usu ke arah anus 5-10 cm
sebelum menghilang pada waktu yang bersamaan. Usus
berelaksasi ke arah anus disebut “relaksasi reseptif”. Pola ini
perlu Plexus Auerbach disebut “reflek peristaltik”.
Reflek peristaltik + gerakan peristaltic = Law of The Gut
2
Hal 17&18
PENYEBAB PENINGKATAN ALIRAN DARAH SELAMA
AKTIFITAS G.I :
1. Beberapa zat vasodilator dilepaskan dari mukosa G.I
selama proses pencernaan, seperti: Kolesistokinin, Peptida
intestinal vasoaktif, gastrin, Sekretin
2. Beberapa kelenjar G.I melepaskan kalidin & bradikinin,
yang merupakan vasodilator kuat
3. Penurunan konsentrasi 02, meningkatkan aliran darah min
50%. Tidak adanya 02 merangsang peningkatan adenosin
2-4x lipat.
PENCERNAAN MAKANAN
∑ ditentukan oleh lapar
Jenis ditentukan oleh selera
.
MENGUNYAH
Memerlukan:
1. Gigi
2. Otot Pengunyah (dipersarafi N.V)
3. Reflek mengunyah
Bolus dalam rongga mulut menimbulkan penghambatan
reflek mengunyah. Hambatan pada otot pengunyah
menyebabkan rahang bawah turun. Yang menimbulkan
reflek regang pada otot-otot rahang bawah dab
menimbulkan “kontraksi rebound” sehingga rahang bawah
terangkat yang menimbulkan pengatupan gigi tetapi juga
menekan bolus melawan dinding mulut yang menghambat
otot rahang bawah sekali lagi & berulang lagi.
Mengunyah penting terutama untuk buah & sayur mentah
karena zat ini memiliki membran sellulosa yang tidak dapat
dicerna
Hal 21&22
MENELAN (DEGLUTISI)
Dibagi :
1. Tahap Volunter (Pencetus)
2. Tahap Faringeal (involunter) (faring –oesophagus)
3. Tahap Esofageal
I. Tahap Volunter
Makanan ditelan lidah ke atas & ke belakang terhadap
palatum mole. Tahapan ini merupakan tahapan yang
disadari
II. Tahap Faringeal
Bolus makanan di pintu faring merangsang reseptor
menelan sehingga terjadi secara otomatis:
1. Palatum mole tertari ke atas untuk menutupi Nares
Post. Untuk mencegah refluks makanan ke rongga
hidung
Hal 21&22
2. Plica palatofaringeal saling mendekat sehingga membentuk
celah sagital untuk dilewati oleh makanan untuk masuk ke
faring posterior.Makanan yang telah dikunyah mudah
masuk.
3.Pita suara bertautan secara erat kmd larynx ditarik ke atas
& anterior oleh otot 2x leher,epiglotis bergerak ke
belakang di atas pembukaan larynx.kedua efek diatas
mencegah masuknya makanan kedalam trachea.
4.Sphinter oesophagus berelaksasi sehingga makanan dapat
bergerak dengan mudah dari faring post ke oesophagus.
5.Seluruh otot dinding faring berkontraksi dari arah
faring,sehingga mendorong makanan kedalam oesophagus.
Hal 21&22
III. Tahap Esophageal
1.Gerakan peristaltik primer.
- kelanjutan gelombang peristaltik faring.
- 8-10 detik.
2.Gerakan peristaltik sekunder
Oleh karena peregangan dinding esophagus.
Dimulai sebagian dari sistem enterik (plexus auerbach)
sebagian dari reflek yang dihantarkan serat aferen vagus di
esopphagus med spinserat eferent vagus
esophagus.
Otot faring
1/3 atas esophagus otot lurik. Inervasi : N.vagus,
N.glosofaringeus
2/3 bawah esophagusotot polosN.vagus melalui
plex.mienterikus auerbach.
Hal 21&22
Relaksasi reseptif lambung
Lambung berelaksasi bila ada gelombang peristaltik di
esophagus.
Sfingter Gastro-esophageal
Letak 2-5cm perbatasan esophagus&lambung
Kontriksi dengan tekanan intra luminer +/-30mmHg
Direlaksasi oleh “relaksasi reseptif”.bila tidakdisebut
“akalasia”.
Fungsi mencegah refluks isi lambung ke esophagus.
Fungsi Motorik Lambung
1. Fungsi Penyimpanan dari lambung.
- mampu berelaksasi samapi volume 1,5 ltr
- makanan membentuk lingkaran konsentris yang baru
ditengah yang lama didekat dinding lambung.
Hal 26
II. Pencampuran Makanan
- Tiap 15 – 20 detik
- ditimbulkan oleh “slow wave”
- terbentuk cincin kontraksi peristaltik di korpus ke arah
anthrum. Tetapi pilorus hanya terjadi pembukaan yang
sempit, sehingga isi anthrum akan disemprotkan kembali
ke belakang, disebut “retpoulsi”
Kontraksi Lapar “hunger pangs” 12 – 24 jam
Timbul apabila lambung kosong. Bila menjadi sangat kuat
akan menimbulkan kontraksi tetanikyang kontinyu selama
2-3 menit. Intensitas paling kuat pada 3-4 hari kemudian
melemah
Pengaturan Pengosongan Lambung
- Faktor dari lambung
- terbentuk cincin konstriksi yang kuat pada bagian
pertengahan lambung ke arah pilorus yang akan
mendorong kimus beberapa milimeter ke arah duodenum.
Pengosongan lambung dipengaruhi sinyal dari lambung &
duodenum, terutama duodenum yang mengatur kecepatan
pengosongan lambung agar tidak melebihi kecepatan
absorbsi usus halus.
- Hormon gastrin merangsang fungsi motorik lambung dari
ringan sampai sedang, juga meningkatkan aktifitas pompa
pilorus.
Faktor – faktor dari duodenum yang menghambat pengosongan
lambung melalui reflek –reflek saraf:
1. Langsung dari duodenum ke lambung
2. Melalui saraf ekstrinsik ke ganglia simpatis prevertebral
kembali ke lambung melalui serat saraf simpatis yang
inhibitorik
3. Melalui N.Vagus ke batang otak yang menghambat sinyal
eksitatorik vagus ke lambung
Efeknya adalah;
1. Menghambat kontraksi prndorongan di anthrum
2. meningkatkan tonus sfingter pilorus
Faktor – faktor yang membangkitkan reflek-reflek
enterogastrik:
1.Derajat peregangan duodenum
2. Adanya iritasi dengan derajat berapapun dlm duodenum
3. Derajat keasaman kimus duodenum
4. Derajat osmolalitas
5. Adanya hasil-hasil pemecahan tertentu dalam kimus
(protein, lemak)
Faktor Hormonal
- CCK dirangsang adanya lemak dalam duodenum,
menghambat pengosongan lambung, dilepaskan dari mukosa
jejunum bersifat kompetitif inhibitor terhadap gastrin.
Hormon lainnya adalah sekretin & GIP (Gaster Inhibitoric
Polipepdtida)
- Sekretin dilepaskan dari duodenum sebagai respon terhadap
asam lambung
- G.I.P juga merangsang sekresi insulin oleh pancreas
Pergerakan Usus Halus
1. Kontraksi Pencampuran
2. Kontraksi Pendorong
Ditimbulkan oleh regangan. Diatur oleh gelombang
lambat dalam otot polos & perangsangan plexus
auerbach. Frekuensi: Duodenum & Prox Jejunum 12/menit.
Ileum terminalis 8-9x/ menit
Dihambat oleh atropin.
II. Kontraksi Pendorongan
Oleh gelombang peristaltik. Kecepatan 0,5 – 30 cm/dtk ke
arah anus. Di usus prox lebih cepat. Diterminal lebih
lambat. Berhenti pada jarak 3-5 cm. Pergerakan kimus ±
1 cm/dtk dari pilorus ke katup ileosaecal ± 3-5 jam.
Dipengaruhi oleh:
- reflek gastroenterik. Oleh karena peregangan
lambung turun ke duodenum
- Hormon: Gastrin, CCK, Insulin, Serotonin
meningkatkan motilitas
Sekretin, Glikagon menghambat
motilitas
Katup Ileosaecal
Fungsi : mencegah regurgitasi isi colon ke usus halus.
Mampu menahan tekanan 50-60 mmH2O. Bila Caecum
diregang kontraksi sfingter sekal akan diperkuat zat
iritan apapun dalam Caecum akan menunda
pengosongan
COLON:
Fungsi Utama:
1. Absorbsi air & elektrolit (1/2 bag prox)
2. Penimbunan bhan faeses sampai dapat dikeluarkan
(1/2 bag distal)
Didapat gerakan mencampur dan mendorong yg sangat
lambat:
Gerakan mencampur Haustrasi
Gerakan mendorong oleh karena kontraksi
haustra & gerakan massa
Waktu dari katup ileosaecal ke Colon Transversum 8 – 15
jam
DEFEKASI
Peregangan dinding rectum oleh faeses. Merangsang
plexus mienterikus untuk menimbulkan gelombang
peristaltik dalam colon descenden, sigmoid & rectum
mendorong faeces ke arah anus. Ketika gelombang
peristaltik mendekati anus, sfingter ani internus
direlaksasi oleh sinyal –sinyal penghambat dari plexus
mienterikus.
Sfingter ani eksternus akan berelaksasi dibawah
kesadaran, disarafi oleh N. Pudendus. Jadi apabila sfinger
ani int & ext berelaksasi bersamaan akan terjadi defekasi
Reflek – reflek otonom lain yang berpengaruh pada
aktifitas usus . Semuanya berefek menghambat
aktifitas usus:
1. R. Peritoneointestinal (bila ada iritasi peritoneal).
Efeknya sangat kuat, shg sampai terjadi paralisis usus
2. R. renointestinal (bila ada iritasi pada ginjal)
3. R. Vesikointestinal (bila ada iritasi pd Vesica urinaria)
4. R, Somatointestinal (bila ada perangsangan pd kulit
abdomen)
Fungsi Sekresi, mensekresi:
1. Enzim – enzim pencernaan
2. Mukus
I. Prinsip Dasar sekresi G.I
Macam – macam sel – sel kelenjar;
a. Sel goblet (mensekresi mukus)
b. Sel2 sekretoris pd kripta lieberkuhn
c. Kel. Tubuler ( mensekresi asam & pepsinogen)
d. Kel. Kompleks (kel. Saliva, pancreas, hepar)
Jenis rangsangan yang berpengaruh pd sel kelenjar:
1. Rangsangan taktil
2. Iritasi Kimiawi
3. Peregangan dinding usus
Pengaturan Saraf Otonom
Saraf Parasimpatis meningkatkan laju kecepatan
sekresi kelenjar
Saraf Simpatis bisa meningkatkan sekresi, jg
bisa menurunkan sekresi (oleh karena penyempitan
pembuluh darah)
Pengaturan Hormonal
Hormon G.I merupakan polipeptida atau derivatnya
Efeknya: meningkatkan pengeluaran getah gatrik &
pancreas serta merangsang dinding kandung empedu
mengeluarkan isinya
Sekresi Cairan Intestinum sehari – hari
Volume/hari (ml) pH
Saliva 1000 6,0-7,0
Sekresi Gaster 1500 1,0-3,5
Sekresi Pancreas 1000 8,0-8,3
Empedu 1000 7,8
Sekresi Usus Halus 1800 7,5-8,0
Sekresi Kelenjar Brunner
200 8,0-9,0
Sekresi Usus Besar 200 7,7-8,0
TOTAL 6700
Mekanisme Dasar Sekresi Oleh Sel Kelenjar
1. Difusi atau transport aktif zat nutrisi ke sel kelenjar
dari kapiler
2. Pembentukan ATP oleh mitokondria dalam sel
3. Sintesis dari nutrisi dgn bantuan ATP di badan golgi &
R.E
4. Transport bahan sekretorik melalui tubulus R.e
5. Zat sekresi dimodifikasi, dipekatkan, ditambahkan di
badan golgi kemudian dikeluarkan ke sitoplasma
dalam bnetuk vesikel sekretoris.
6. Vesikel tetap tersimpan sampai ada sinyal 7 sadaf
atau hormonal utk terjadi eksositosis.
MUKUS
Definisi:
Sekresi kental yang terutama terdiri dari air, elektrolit &
campuran glikoprotein yang terdiri dari sejumlah besar
polisakarida yang berikatan dgn protein dalam jumlah
sedikit.
Sifat:
1. Kualitas melekat yang baik
2. Massa cukup besar sehingga dpt melapisi dinding usus
3. Resistensi rendah untuk tergelincir
4. Melekatkan partikel tinja
5. Resisten thd enzim-enzim pencernaan G.I
6. Glikoproteinnya bersifat amfoterik shg mampu jadi
penyangga asam basa dalam jumlah kecil
Sekresi Saliva
Kelenjar saliva :
1. Kelenjar Parotis (sekresui serus)
2. Kelenjar Submandibularis (sekresi mukus & serus)
3. Kelenjar Sublingualis (sekresi mukus & serus)
4. Kelenjar Bukalis
∑ sekresi N : 800 – 1500 ml/hr
Mensekresi :
• Serus ( mengandung ptialin utk mencerna serat)
• Mukus ( mengandung musin)
Saliva
• pH 6,0 – 7,4
• Mengandung banyak ion K & bicarbonat
Na & Cl (lebih rendah dari plasma)
Fungsi Saliva untuk Kebersihan Mulut
• Aliran saliva (0,5 cc/dt) membantu membuang bakteri
patogen & partikel makanan yang mendukung
metabolik bakteri
• Saliva mengandung:
- ion tiosianat
- enzim proteolitik (terutama liososim). Berfungsi
* menyerang bakteri
* membantu ion tiosianat memasuki bakteri tempat
ion tiosianat kemudian menjadi bakteriosidal
* mencerna partikel-partikel makanan yang
mendukung metabolisme bakteri
3. Mengandung antibodi protein yang dapat
menghancurkan bakteri.
Kontrol Sekresi Saliva oleh Saraf
Diatur pengeluarannya oleh sinyal saraf parasimpatis di
nukleus salivatorius sup & inf batang otak. Yang akan
teraktivasi oloeh rangsangan taktil & pengecapan dari
lidah & daerah rongga mulut & faring lainnya.
Saliva juga dipengaruhi oleh pusat nafsu makan di pusat
parasimpatis hipotalamus anterior sebagai respon
terhadap sinyal pengecapan & penciuman dari cortex
cerebri atau amigdale. Dirangsang juga oleh reflek dari
lambung & usus bagian atas.
Sekresi Oesophagus
Seluruhnya bersifat mukoid. Fungsinya utk pelumasan.
Sekresi Lambung
Ada 2 kelenjar:
1. Kelenjar gastrik / kel. Oksintik. Mensekresi asam
HCL, pepsinogen, faktor intrinsik & mukus.
2. Kelenjar Pilorik. Terutama mensekresi mukus,
pepsinogen, H. Gastrik
Kelenjar Oksintrik terdiri dari 3 tipe sel:
a. Sel peptik (Chief Cells) mensekresi pepsinogen
b. Sel parietal (Oxintic Cells) Mensekresi asam
HCL & faktor intrinsik
c. Sel leher mukus mensekresi mukus
Sekresi HCL
Sel parietal akan mensekresi asam ± 160 milimol asam/l
dgn pH 0,8 bila dirangsang mekanisme sekresi HCL
Sekresi Pepsinogen
Oleh sel peptik (sel mukus kelenjar gastrik). Pepsinogen
berkontak dgn HCL atau pepsin yang tlh terbentuk,
selanjutnya akan menjadi bentuk aktif (pepsin)
Pepsin adalah suatu proteolitik enzim.
pH optimal 1,8 – 3,5
pH > 5 aktifitas proteolitik
Sekresi enzim – enzim lain
* Lipase gastrik (aktifitas pd tribucin / lemak mentega)
* Amilase gastrik (pencernaan serat, perannya kecil)
* Gelatinase ( mencairkan proteoglikan dlm daging)
Sekresi Faktor Intrinsik
- Untuk absorbsi vitamin B12
- Disekresi oleh sel parietal
Kelenjar – kelenjar Pilorus
- Banyak sel peptik sekresi mukus & pepsinogen
- hampir tidak ada sel parietal
Pengaturan Sekresi Gaster
1. Hormonal
- Asetil kholin, gastrin, histamin merangsang
sekresi kuat
- Zat lain seperti caffein, alkohol merangsang
sekresi ringan
2. Saraf
- ½ - nya dari nukleus motorik dorsalis N. Vagus
dinding gaster kelenjar gaster
- ½ - nya lagi dari sistem saraf enterik
Sinyal yang merangsang saraf
- dari sistem limbik otak
- dari dalam lambung sendiri
1. Reflek vasovagal (mukosa lambung batang
otak N.Vagus Lambung)
2. reflek enterik (dari satu titik ke seluruh lambung)
Stimulus yang merangsang reflek
1. Peregangan lambung
2. Perangsangan taktil
3. Perangsangan kimiawi (protein, makanan, asam,
gaster)
Fase Sekresi Lambung
1. Fase sefalik (20%)
2. Fase Gastrik (70%)
3. Fase intestinal (10%)
Fase Sefalik
• Berlangsung sebelum makanan masuk lambung,
sewaktu melihat, membau, membayangkan atau
mengecap makanan
• Sinyal neurogeniknya bisa berasal dari cortex cerebri
atau dari pusat nafsu makan di amigdale atau
hipotalamus, yang ditransmisikan ke nukleus dorsalis N.
Vagus ke lambung
II. Fase Gastrik Saat makan masuk lambung akan membangkitkan refleks
vasovagal & reflek enterik, dan mekanisme gastrin yang menyebabkan sekresi getah lambung
III. Fase Instestinal * Saat makan dibagian atas usus halus, terutama di duodenum * sebagai efek pelepasan gastrin oleh duodenum oleh karena efek regangan & kimiawi
Sekresi Pankreas * Insulin, oleh pulau – pulau langerhans * Enzim-enzim pencernaan : 1. Proteolitik enzim: tripsin, kemotripsin, karboksi polipeptidase, elastase, nuklease Protein polipeptidase asam amino tripsin karboksipolipeptida politripsin
2. Amilase pankreas Serat, glikogen, karbohidrat disakarida (kecuali selulosa) amilase pankreas trisakarida 3. Lipase pankreas Menghidrolisis lemak netral menjadi monogliserida & asam lemak
4. Kolesterol esterase,menghidrolisis ester kolesterol 5. Fosfolipase. Memecah fosfolipid menjadi asam lemak
Enzim – enzim diatas disintesis di pankreas dalam bentuk
tidak aktif & baru aktif saat disekresi ke tractus intestinal
Tripsinogen Tripsin
- enterokinase
- (autokatalisasi tripsin)
Kemotripsinogen kemotripsin
tripsin
Bila enzim – enzim menjadi aktif di pankreas akan mencerna
pankreas itu sendiri “pancreatitis akut”
6. Ion – ion bikarbonat
Fungsi: menetralkan asam yang dikeluarkan lambung ke
duodenum
Rangsangan Dasar
1. Asetilkholin ( dr ujung N.Vagus, parasimpatis & saraf
enterik)
2. Kolesistokinin (dari mukosa duodenum & jejunum atas)
3. Sekretin 9dari mukosa duodenum & jejunum atas)
1 & 2 : merangsang terutama sel asinar yg menghasilkan
enzim – enzim pencernaan
3 : merangsang sekresi larutan natrium bikarbonat
Fungsi Empedu
1. Fungsi pencernaan & absorbsi lemak
a. Asam empedu membantu mengemulsikan partikel-
partikel lemak yg besar menjadi partikel kecil shg dpt
kontak dgn lipase pankreas
b. Asam empedu membantu transportasi & absorbsi
produk lemak ke mukosa intestinal
2. Fungsi pembuangan bilirubin & kelebihan kolesterol
Kantung Empedu
Fungsi: menampung & memekatkan empedu.
Volume: 30 – 60 mililiter
Mampu memekatkan 450 mililiter dlm 12 jam dgn menyerap
air, Na, Cl, ke mukosa kandung empedu
Pemekatan normalnya 5x. Maksimal 20 x lipat
Komposisi Empedu
Empedu Hati (gr/dl)
Empedu Kandung empedu (gr/dl)
Air 97.5 92
Garam empedu 1.1 6
Bilirubin 0.04 0.3
Kolesterol 0.1 0.3 – 0.9
Asam Lemak 0.12 0.3 – 1.2
Lesitin 0.04 0.3
Na 149 mEq/l 130mEq/l
K 5 mEq/l 12 mEq/l
Ca 5 mEq / l 23 mEq/l
Cl 100 mEq/l 25 mEq/l
HCO3 28 mEq /l 10 mEq/l
Kontraksi Kandung Empedu
- Dirangsang paling poten oleh H. Kolesistokinin sbg respon
thd adanya lemak di duodenum
- Dirangsang asetilkolin dari serat saraf vagus & enterik.
Pengosongan kandung empedu dipengaruhi oleh kontraksi
kandung empedu & relaksasi sfingter oddi
Relaksasi Sfingter Oddi dipengaruhi oleh:
1. Kolesistokinin
2. Peristaltik ductus biliaris komunis akibat kontraksi kandung
empedu
3. Relaksasi dinding duodenum yg dipengaruhi oleh relaksasi
ductus biliaris (efek terkuat).
Proses pengosongan menyeluruh dalam ± 1 jam.
Garam Empedu
0.6 gr/hr disintesis di hati, dibentuk dari kolesterol diet &
sintesis hati
Fungsi:
1 . Emulsifikasi lemak
2. Absorbsi lemak monogliserid kolesterol & lemak lain dlm
G.I dgn cara membentuk komplek kecil disebut ”micelus”
94% diabsorbsi kembali lewat usus & ditranspor ke hati
lagi. Sisanya dikeluarkan bersama tinja.
Batu Empedu
Terbentuk karena pengendapan kolesterol di kandung empedu
yg disebabkan faktor:
1. Terlalu banyak absorbsi air dari empedu
2. Terlalu banyak absorbsi garam empedu & lesitin dr
empedu
3. Terlalu banyak sekresi kolesterol dlm empedu
4. Peradangan epitel kandung empedu
Terapi melarutkan Batu Empedu ukuran kecil:
1 – 1.5 asam kenodeoksikolat setiap hari selama 1-2 thn. Yang
akan menimbulkan larutnya & reabsorbsi batu empedu dgn
cara:
1. Peningkatan jumlah asam empedu akan
meningkatkan volume empedu yng
dibentuk & krn itu akan mengurangi konsentrasi
kolesterol dlm empedu
2. Peningkatan jumlah asam empedu didalam empedu
membuat kolesterol yang ada menjadi mudah larut
3. Pemberian asam empedu dari luar akan mengurangi
pembentukan empedu oleh hati yang akan
mengurangi pembentukan kolesterol.
SEKRESI USUS KECIL
• Kelenjar Brunner: sekresi mukus alkalis
Dirangsang oleh:
1. Rangsangan taktil atau iritasi mukosa
2. Rangsangan vagus
3. Hormon Sekretin
Fungsi : melindungi dinding duodenum dr getah pencernaan.
Dihambat oleh rangsangan simpatis
• Kripta Lieberkuhn, yg mengandung:
1. sel goblet : mensekresi usus
2. enterosit : mensekresi air (dlm kripta), mereabsorbsi
air dan eletrolit (dipermukaan vili). Kecepatan sekresi
1800 ml/hr yg merupakan cairan ekstraseluler & bersifat
alkalis. pH 7.5 – 8.0
• Sekresi Enzim
1. Peptidase memecah peptida menjadi asam amino
2. Sukrase, Maltose, Isomaltose, Laktose memecah
disakarida menjadi monosakarida
3. Lipase intestinum memecah lemak netral menjadi
gliserol & asam lemak.
Pengaturan Sekresi1. Reflek saraf setempat oleh rangsangan taktil & iritasi2. Hormonal. Sekretin & kolesistokinin merangsang sekresi
SEKRESI USUS BESAR• Terutama mukus yang mengandung banyak bikarbonat
dirangsang oleh taktil & reflek enterik ke kripta lierberkuhn
• Air & elektrolit sbg respon thd iritasi segmen usus
Pencernaan & Absorbsi Dalam G.I• Pencernaan Karbohidrat Tepung ptialin (saliva) 20 – 40% amilase pankreas 50 – 80%
Maltosa & 3 – 9 polimer glukosa laktosa sukrosa
laktase usus sukrose
Maltase &∞ dekstrinase usus
Glukosa Galaktosa Fruktosa
• Pencernaan Protein Protein proteosa Polipeptida & Pepsin Pepton asam amino Polipeptida tripsin kimotripsin Karboksipolipeptidase Proelastose
• Pencernaan Lemak
Lemak lemak emulsi asam lemak &
empedu + agitasi lipase pankreas 2-monogliserid
Absorbsi G.I
• Permukaan usus halus
• Valvula koniventes (penonjolan mukosa 8mm)
absorbsi 3x
• Villi (penonjolan mukosa valvula koniventes 1 mm)
absorbsi 10x
• mikrovilli (1 mikrometer) dari brush border epitel usus
absorbsi 20x
Total permukaan usus akibat adanya valvula koniventes, villi &
mikrometer ± 250m2
Mekanisme Dasar Absorbsi
1. Transport aktif pergerakan melawan potensial
listriknya
2. Diffusi transport melalui membran sbg hasil
pergerakan molekul & tidak melawan gradien elektrokimia
3. Solven drag kapanpun zat pelarut diserap maka zat
terlarut akan ikut tertarik pada saat yang bersamaan
Absorbsi Usus halus
• Beberapa ratus karbohidrat (kapasitas maks beberapa kg
karbohidrat/hr)
• 100 gr lemak (kapasitas maks 500 gr/hr)
• 50 – 100 gr asam amino (kapasitas maks 500 – 700 g/hr)
• 50 – 100 gr ion
• 7 – 8 lt air (20 lt air)
Absorbsi Air
Apabila kimus Hipotonis air berosmosis dari kimus
ke plasma melalui mukosa usus
Hipertonis air berosmosis dari plasma usus ke
kimus
Saat zat terlarut diabsorbsi dari lumen ke plasma akan
menurunkan tekanan osmotik kimus tapi air siap
berdiffusi melalui pori-pori paraselluler (0.7 – 1.5mm)
ABSORBSI IONAbsorbsi Na
25 – 35 gr (-20 – 30 dari sekresi)(1/7 total Na tubuh) (-5 – 8 dari diet)
Normal : 0.5% Na tubuh hilang melalui faeses
Dehidrasi aldeosteron disekresi oleh kelenjar
adrenal absorbsi Na absorbsi air, ion
Cl, zat-zat lain
Absorbsi Cl• Dalam duodenum• melalui diffusi pasif yang berlangsung cepat
Absorbsi Bikarbonat• Dalam duodenum & jejunum dissosiasiH+ + HCO3 H2CO3 H2O + CO2Ion Hidrogen bikarbonat asam karbonat dilumen halus diabsorbsi
Absorbsi Kalsium• Secara aktif di duodenum & di kontrol paratiroid & Vit. D• H. Paratiroid Vit. D Ca aktifkan absorbsi• ∑ 1/50 dari absorbsi Na
Absorbsi Fe• Untuk pembentukan Haemoglobin
Absorbsi Nutrisi• Absorbsi karbohidrat - dlm bentuk monosakarida sebagian kecil disakarida 80% glukosa, 20% galaktosa & fruktosa - Absorbsi melalui mekanisme ko-transport natrium. Tanpa natrium tidak terjadi absorbsi
• Absorbsi Protein - melalui membran luminal sel-sel epitel usus (enterosit usus halus) dlm bentuk peptida, tripeptida & asam amino - energi melalui ko-transpor natrium
• Absorbsi Lemak Dalam bentuk monogliserida & asam lemak. Ditransport ke permukaan mikrovili dalam brush border
Absorbsi Dalam Usus besarVolume kimus 1500 cc/ hrSemua air diabsorbsi hanya ditinggalkan 100 ml dalam faeses.Semua ion diabsorbsi hanya ditinggalkan 1-5 mEq Na & Vl
dalam faeses.Pada umumnya di ½ prox kolon, ½ distal fungsi ke arah
penyimpanan. Maksimal absorbsi air 5 – 7 liter / hr, bila lebih terjadi diare.
Bakteri kolon bermanfaat untuk mencerna sellulosa, membentuk vit K, cyanokobalamin (vit B12), tiamin (vit B6),
Riboflavin (vit B1) & gas flatus, CO2, CH4
Komposisi Faeses¾ air, ¼ padat• 30% bakteri mati• 10 – 20% lemak• 10 – 20% bahan inorganik• 2 – 3% protein• 30% serat yang tidak dicerna & pigmen empedu warna coklat dari stercobilin & urobilin yang berasal dari bilirubin. Bau produk bakteri kolon seperti indol, steatol, merkapton & hidrogen sulfida
GANGGUAN FISIOLOGIS G.I
Gangguan menelan & esophagus1. Paralisis mekanisme menelan * karena kerusakan N.V, IX, X * ensefalitis, poliomyelitis (merusak pusat menelan di batang otak) * kelumpuhan otot-otot menelan (miastenia gravis, botulisme)
2. Akalasia Keadaan dimana sfingter esofagus inf gagal berelaksasi waktu menelan oleh karena kerusakan pada plexus mienterikus, pd 2/3 bag bawah esofagus
Gangguan lambung• Gastritis : peradangan mukosa lambung sebab: * infeksi bakterial mukosa lambung * rusaknya sawar mukosa pelindung lambung oleh krn alkohol & aspirin Sifat sawar mukosa pelindung lambung: * resisten terhadap difusi apabila ada gastritis, permeabilitasnya akan sangat meningkat sehingga ion hidrogen kemudian berdiffusi kedalam epitel lambung menambah beratnya derajat kerusakan
• Atrofi Lambung, dikarenakan oleh: * gastritis kronis * Autoimunitas thd mukosa lambung pd orang-orang tertentu . Bila mukosa atfrofi, sekresi lambung menurun shg terjadi achlorhidria
• Achlorhidria pH sekresi >6.5 setelah perangsangan maksimal, shg percernaan di lambung menurun atau bahkan tidak ada. Tetapi fungsi pencernaan tetap normal karena pankreas tetap mampu membantu pencernaan Achlorhidria sering disertai anemia permisiosa karena tidak adanya faktor intrinsik yg berperan dalam absorbsi vit. B12, yg adkuat dari ileum
• Ulkus Peptikum
Definisi:
Ekskoriasi mukosa karena pencernaan cairan lambung.
Karena ketidakseimbangan kecepatan sekresi cairan
lambung & derajat perlindungan yg diberikan oleh sawar
mukosa gastroduodenal, juga netralisasi asam lambung oleh
cairan duodenum
Penyebab:
1. Infeksi bakteri Helicobacter pylori, menghancurkan sawar
mukosa gastroduodenal
2. Peningkatan eksresi asam atau cairan peptik
Terapi: antibiotik dan H2 blocker (ranitidine, cimetidin,
dll), memotong kedua saraf vagus yg
mensuplai rangsangan parasimpatis ke kelenjar
gaster (dlm beberapa bulan sekresi akan naik lagi)
Gangguan Usus
• Gangguan pencernaan makanan karena tidak adanya
sekresi pankreas, terjadi pada :
* pankreatitis
* batu empedu di papilla vateri
* pengangkatan kaput pankreas karena keganasan. Efek:
± 60% lemak tidak dicerna
• Pankreatitis
Peradangan pankreas karena : alkohol dan penghambatan
batu empedu pada papilla vateri
• Malabsorbsi karena sariawan
1. Sariawan nontropis/sariasan idiopatik/penyakit seliak/
enteropathy gluten (bhn pd gandum & gandum hitam)
Menyebabkan mikrovilli bahkan villi –villie hancur.
2. Sariawan tropis krn peradangan mukosa ussu akibat
gangguan infeksi yg belum teridentifikasi.
Gangguan malabsorbsi terutama pd lemak. Bila tambah berat,
absorbsi vit K, asam folat, vit B12, serta bahan – bahan
lainnya jadi terganggu. Efek pada individu tersebut :
1. Defisiensi nutrisi berat
2. Osteomalaia (demineralisasi tulang krn defisiensi kalsium)
3. Koagulasi darah tidak adekuat karena defisiensi vit K
4. Anemia permisiosa krn defisiensi absorbsi B12 7 asam
folat
Gangguan Usus Besar
• Konstipasi: lambatnya pergerakan tinja melalui usus besar
• Megacolon / hirsprung disease
Oleh karena defisiensi plexus mienterikut auerbach pd
sigmoid, shg menjadi spastik. Menyebabkan faeses
menumpuk pd kolon atasnya
• Diare
terjadi akibat pergerakan yg cepat dari materi faeses di
usus besar disebabkan oleh:
1. Infeksi (enteritis)
2. Psikogenik
3. Kolitis ulcerativa
Paralisis defekasi pad cedera Medulla spinalis
Reflek defekasi:
Rangsangan di rectum melalui saraf afferent ke medulla
spinalis kemudian melalui saraf efferent menuju kolon
descenden, sigmoid, rectum & anus. Apabila Med. Spin rusak
karena cedera maka akan mengganggu reflek defekasi
Gangguan Umum Tractus G.I
1. Muntah
mekanisme: rangsangan pd pusat muntah terutama oleh
iritasi dan regangan Tract G.I
Tahap:
• Bernapas dalam
• Naiknya tulang lidah & laring utk menarik sfingter
esofagus
bagian atas supaya terbuka
• Penutupan glotis
• Pengangkatan palatum molle menutup nares post
• Datang kontraksi kuat kebawah diafragma bersamaan dgn
kontraksi seluruh otot dinding abdomen kemudian sfingter
esofagus inf berelaksasi & isi lambung keluar melalui
esofagus
Hal – hal yang merangsang muntah:
• obat – obatan : apomorfin, morfin, derivat digitalis
• Gerakan perubahan arah tubuh (merangsang reseptor di
kemoreseptor intri vestibular cerebellum
kemoreseptor pusat muntah muntah
• rangsangan psikis : bau , gambar
2. Mual (Nausa)
gejala awal muntah
3. Obstruksi G.I
Disebabkan oleh karena : Carsinoma, konstriksi fibriotik,
spasme, paralisis.
Bahaya shock sirkulasi bila terjadi muntah hebat.
4. Gas dalam G.I (flatus)
berasal dari: udara yg ditelan, gas hasil kerja bakteri
(terutama), gas dari darah berdiffusi ke G.I
Pembentukan gas akan meningkat bila mengkonsumsi kacang-
kacangan, kubis, bawang, kembang kol, jagung & cuka.
Karena menjadi medium bakteri membentuk gas. Rata-rata
gas kolon 7- 10 liter. 0,6 lt dikeluarkan sebagai flatus,
sisanya diserap mukosa.