bahan kelompok 3

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyusunan anggaran dilakukan oleh manusia dan diperuntukkan bagi manusia. Jadi tidak mengherankan jika manusia mampu mempengaruhi penganggaran dan disebaliknya. Penganggaran berakibat pada terbatasnya ruang gerak pengguna anggaran sebab di dalamnya terdapat apa yang diinginkan dan kapan harus diwujudkan hasil anggaran tersebut. Dan sebagian besar orang menganggapnya sebagai tekanan. Muncul pertanyaan,tekanan mengurangi minat dan semangat kerja, mengapa anggaran masih dipakai? Jika penganggaran merupakan sarana perolehan pangsa pasar, laba yang besar, dan perbaikan citra perusahaan, ada baiknya dalam anggaran tercermin tambahan biaya iklan dan promosi untuk peningkatan jumlah penjualan, memasukkan estimasi gaji penjualan dan estimasi arus kas terhadap waktu tagihan atas penjualan, pembayaran pada pemasok, antisipasi beban. Aspek keperilakuan dari penganggaran mengacu pada perilaku manusia yang muncul dalam proses penyusunan anggaran dan perilaku manusia yang didorong ketika manusia mencoba untuk hidup dengan anggaran. Anggaran mempunyai dampak langsung terhadap perilaku manusia karena dapat menimbulkan perasaan lega jika dapat menjelaskan pada pihak lain apa yang sudah kita rencanakan ,berapa besarnya dan dapat terpenuhi dengan tepat sesuai tujuan yang kita harapkan,atau merasa gelisah, tertekan jika anggaran yangdibuat tidak sesuai dengan kenyataan. Dalam perusahaan Anggaran dapat digunakan untuk memantau kinerja manajer keuangan. Adapun tujuan anggaran adalah memberikaninformasi yang dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan sebagai standar bagievaluasi kinerja dan meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar bagian. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan anggaran? 2. Sebutkan fungsi anggaran? 3. Apa yang dimaksud dengan profit planning? 1

Transcript of bahan kelompok 3

Page 1: bahan kelompok 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyusunan anggaran dilakukan oleh manusia dan diperuntukkan bagi manusia. Jadi tidak mengherankan jika manusia mampu mempengaruhi penganggaran dan disebaliknya. Penganggaran berakibat pada terbatasnya ruang gerak pengguna anggaran sebab di dalamnya terdapat apa yang diinginkan dan kapan harus diwujudkan hasil anggaran tersebut. Dan sebagian besar orang menganggapnya sebagai tekanan. Muncul pertanyaan,tekanan mengurangi minat dan semangat kerja, mengapa anggaran masih dipakai? Jika penganggaran merupakan sarana perolehan pangsa pasar, laba yang besar, dan perbaikan citra perusahaan, ada baiknya dalam anggaran tercermin tambahan biaya iklan dan promosi untuk peningkatan jumlah penjualan, memasukkan estimasi gaji penjualan dan estimasi arus kas terhadap waktu tagihan atas penjualan, pembayaran pada pemasok, antisipasi beban.

Aspek keperilakuan dari penganggaran mengacu pada perilaku manusia yang muncul dalam proses penyusunan anggaran dan perilaku manusia yang didorong ketika manusia mencoba untuk hidup dengan anggaran. Anggaran mempunyai dampak langsung terhadap perilaku manusia karena dapat menimbulkan perasaan lega jika dapat menjelaskan pada pihak lain apa yang sudah kita rencanakan ,berapa besarnya dan dapat terpenuhi dengan tepat sesuai tujuan yang kita harapkan,atau merasa gelisah, tertekan jika anggaran yangdibuat tidak sesuai dengan kenyataan. Dalam perusahaan Anggaran dapat digunakan untuk memantau kinerja manajer keuangan. Adapun tujuan anggaran adalah memberikaninformasi yang dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan sebagai standar bagievaluasi kinerja dan meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar bagian.

B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan anggaran?2. Sebutkan fungsi anggaran?3. Apa yang dimaksud dengan profit planning?4. Jelaskan manfaat, keterbatasan dan pendekatan dalam profit planning?5. Bagaimana pandangan perilaku terhadap proses penyusunan anggaran?6. Bagaimana konsekuensi disfungsional dari proses penyusunan?7. Bagaimana relevansi konsep ilmu keperilakuan dalam lingkungan?8. Bagaimana konsep-konsep keperilakuan yang relevan dalam proses?

1

Page 2: bahan kelompok 3

BAB II

PEMBAHASAN

1. AnggaranPengertian Anggaran

Menurut Munandar, pengertian anggaran yaitu:“Budget (anggaran) ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi

seluruh kegiatan perusahaan. Yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.” ( Munandar, 2007)Menurut Hansen & Mowen:

“Anggaran merupakan alat untuk perencanaan yang menyatakan pendapatan dan biaya untuk periode satu tahun dan berfungsi sebagai alat pengawasan bagi pihak manajemen untuk mengadakan penilaian hasil-hasil yang telah dicapai”. (Hansen dan Mowen, 2006)

Fungsi AnggaranBerbagai fungsi dari Perencanaan Laba dan AnggaranAda beberapa fungsi anggaran yang perlu kita ketahui.Yaitu :

Anggaran merupakan hasil akhir dari proses perencanaan perusahaan sebagai hasil negosiasi antar anggota organisasi yang dominan dan mencerminkan konsensusorganisasional mengenai tujuan operasi untuk masa depan.

Anggaran merupakan cetak biru perusahaan untuk bertindak yang mencerminkan prioritas manajer dalam alokasi sumber daya organisasi yang menunjukkan bagaimana subunit organisasi bekerja untuk mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Anggaran sebagai alat komunikasi internal yang menghubungkan beragam departemen atau divisi organisasi antara yang satu dengan yang lainnya dan denganmanajemen puncak.

Anggaran dapat digunakan sebagai pembanding standar terhadap hasil operasi aktual. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemen untuk

menemukan bidang-bidang yang menjadi kekuatan atau kelemahan perusahaan. Anggaran mencoba untuk mempengaruhi dan memotivasi baik manajer maupun

karyawan untuk terus bertindak dengan cara yang konsisten dengan operasi yang efektif dan efisien serta selaras dengan tujuan organisasi.

Menurut Hansen & Mowen: Sebagai perencana jangka pendek Sebagai alat controlSecara umum, fungsi anggaran yaitu : Hasil akhir proses perencanaan Cetak biru perusahaan untuk bertindak Alat komunikasi internal yang menghubungkan beragam departemen Standar terhadap mana hasil operasi yang dapat dibandingkan Sebagai alat pengendalian Memotivasi manajemen untuk bertindak konsisten

2. Profit Planning

2

Page 3: bahan kelompok 3

Pengertian Profit PlanningPerencanaan merupakan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pada dasarnya perencanaan itu merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan pemilihan berbagai alternatif tindakan dan perumusan kebijakan. Suatu perencanaan bisa terealisir apabila manajemen berhasil dalam menjalankan perusahaan yang diukur dengan besarnya laba (profitability).

Pengertian perencanaan laba menurut Machfoedz (1996: 289) adalah sebagai berikut : “Perencanaan laba (profit planning) sering disebut budget perencanaan (planning budget) atau rencana operasi (plan operation) adalah rencana dari manajemen yang meliputi seluruh tahap dari operasi di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan perusahaan dibagi ke dalam dua jenis rencana yaitu rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang.”

Manfaat perencanaan labaMenurut Adolph Matz dkk. (1993: 6-7), adanya perencanaan laba memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan pendekatan yang terarah dalam pemecahan masalah. 2. Memaksa pihak manajemen untuk secara dini mengadakan penelaahan terhadap masalah

yang dihadapinya dan menanamkan kebiasaan pada organisasi untuk mengadakan telaah yang seksama sebelum mengambil keputusan.

3. Menciptakan suasana organisasi yang mengarah pada pencapaian laba dan mendorong timbulnya perilaku yang sadar akan penghematan biaya dan pemanfaatan sumber daya yang maksimum.

4. Merangsang peran serta dan mengkoordinasi rencana operasi berbagai segmen dari keseluruhan organisasi manajemen sehingga keputusan akhir dan rencana yang saling terkait dapat menggambarkan keseluruhan organisasi dalam bentuk rencana yang terpadu dan menyeluruh.

5. Menawarkan kesempatan untuk menilai secara sistematik setiap segi atau aspek organisasi maupun untuk memeriksa serta memperbarui kebijakan dan pedoman dasar secara berkala.

6. Mengkoordinasikan serta mempertemukan semua upaya perusahaan ke dalam suatu prosedur perencanaan anggaran yang terarah karena inilah satu-satunya cara yang paling tepat mengungkapkan keselamatan kegiatan manajemen.

7. Mengarahkan penggunaan modal dan daya upaya pada kegiatan yang paling menguntungkan.

8. Mendorong standar prestasi yang tinggi dengan merangsang kegairahan untuk bersaing menanamkan hasrat untuk mencapai tujuan, dan menumbuhkan minat untuk melaksanakan kegiatan secara lebih efektif.

9. Berperan sebagai standar untuk mengukur kegiatan dan menilai kebijakan manajemen dan tingkat kemampuan dari setiap pelaksana.

Keterbatasan Perencanaan LabaSelain memiliki manfaat, perencanaan laba juga memiliki beberapa keterbatasan. Menurut Adolph Matz dkk. (1993:7-8), perencanaan laba memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

Peramalan atau perencanaan bukanlah ilmu pasti. Jadi dalam setiap perencanaan akan terdapat sejumlah pertimbangan. Apabila ada penyimpangan dari estimasi maka harus dilakukan perbaikan atau modifikasi.

3

Page 4: bahan kelompok 3

Anggaran dapat mengikat perhatian manajer pada sasaran tertentu yang tidak selaras dengan tujuan organisasi secara keseluruhan. Jadi diperlukan kecermatan untuk menyalurkan upaya manajer setepat mungkin.

Perencanaan laba memerlukan kerja sama dan peran serta dari seluruh anggota manajemen. Dasar keberhasilan perencanaan adalah ketaatan dan kegairahan pelaksana terhadap rencana laba.

Penggunaan anggaran yang berlebihan sebagai alat evaluasi dapat mengakibatkan terjadinya penyimpangan fungsi (dysfunctional behavior). Yang dimaksud dysfunctional behavior adalah perilaku individu yang bertentangan dengan tujuan organisasi. Manajer akan berusaha dengan segala cara untuk meminimalisasi atau mengeliminasi adanya perbedaan dengan anggaran agar terlihat baik saat dievaluasi.

Perencanaan laba tidak menghapus maupun mengambil alih peranan bagian administrasi. Para pelaksana tidak boleh merasa dibatasi oleh anggaran. Sebaliknya rencana laba disusun guna memberikan penjelasan terinci yang memungkinkan pihak pelaksana menjalankan kegiatannya dengan mengerahkan kemampuan dan hasrat untuk mencapai sasaran organisasi.

Pelaksanaan rencana memerlukan waktu.Pendekataan dalam perencanaan laba

Perencanaan laba bukan merupakan hal yang mudah, karena penerapannya harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan keadaan intern maupun ekstern perusahaan baik yang langsung maupun tidak langsung mempengaruhi penetapan laba itu sendiri. Faktor ekstern yang perlu dipertimbangkan manajemen dalam perencanaan laba ini adalah kondisi perekonomian pada umumnya, tingkat populasi penduduk, pendapatan dan daya beli masyarakat, kemajuan teknologi, kebijaksanaan pemerintah dan lain-lain, yang kesemuanya ini sulit diramalkan secara baik. Sedangkan faktor intern yang perlu dipertimbangkan yaitu keadaan perusahaan itu sendiri berupa besarnya volume penjualan yang diinginkan untuk mencapai laba tertentu, bagaimana kemampuan kapasitas yang ada baik peralatan maupun personil yang ada, kemampuan keuangan dan sebagainyaMenurut Krismiaji (2002: 163) dalam penetapan laba terdapat pendekatan yang berbeda, yaitu :

Didasarkan pada masa kembali modal yang diinvestasikan. Metode ini menghendaki penetapan tingkat keuntungan menjadi titik tolak penyusunan rencana.

Didasarkan kepada produk yang akan dijual. Metode ini menghendaki perencanaan yang diformulasikan akan diperoleh berupa keuntungan.

Didasarkan pada perhitungan menurut standar. Metode ini melakukan perhitungan dari proses perencanaan yang diukur dengan standar yang ada. Manajemen memperhitungkan relatif keuntungan menurut standar yang dianggap memuaskan perusahaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan laba1. Laba atau rugi yang dialami dari volume penjualan tertentu. 2. Volume penjualan yang harus dicapai untuk menutup seluruh biaya yang terpakai guna

memperoleh laba yang memadai. 3. Titik impas.4. Volume penjualan yang dapat dihasilkan oleh kapasitas operasi saat ini.

Pandangan Perilaku terhadap Proses Penyusunan AnggaranAda tiga tahapan utama dalam proses penyusunan anggaran, yaitu :1. Tahap Penetapan Tujuan

4

Page 5: bahan kelompok 3

Aktivitas perencanaan dimulai dengan menerjemahkan tujuan organisasi yang luas kedalam tujuan-tujuan aktivitas yang khusus. Untuk menyusun rencana yang realistis danmenciptakan anggaran yang praktis, interaksi yang ekstensif diperlukan antara manajer lini dan manajer staf organisasi. Kontroler dan direktur perencanaan memainkan peranan kuncidalam proses manusia dari penyusunan anggaran ini. Jika sesuai baik dengan strukturorganisasi maupun gaya kepemimpinan, maka manajer tingkat bawah dan para karyawansebaiknya diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses penetapan tujuan karenadengan demikian mereka akan lebih mungkin menerima tujuan yang turut merekaformulasikan.Penjelasan tersebut di atas menunjukkan bahwa konsep utama perilaku yangberpengaruh terhadap tahapan penetapan tujuan adalah proses perencanaan meliputipertisipasi, kesesuaian tujuan, dan komitmen.

2. Tahap ImplementasiPada tahap ini, rencana formal tesebut digunakan untuk mengomunikasikan tujuandan strategi organisasi, serta untuk memotivasi orang secara positif dalam organisasi. Halini dapat dicapai dengan meyediakan target kinerja terinci bagi mereka yangbertanggungjawab untuk mengambil tindakan. Agar rencana tersebut berhasil, makarencana itu harus dikomunikasikan secara efektif. Kesalahpahaman sebaiknya dideteksi dandiselesaikan dengan segera. Hanya setelah itu baru rencana formal memungkinkan akanmenerima kerja sama penuh dari berbagai kelompok yang ingin dimotiasi olehnya. Konsepilmu keperilakuan utama yang memengaruhi tahap implementasi, adalah komunikasi, kerjasama, dan koordinasi.

3. Tahap Pengendalian dan Evaluasi KinerjaSetelah anggaran diimplementasikan, maka anggaran tersebut berfungsi sebagaielemen kunci dalam system pengendalian. Anggaran menjadi tolok ukur terhadap manakinerja actual dibandingkan dan berfungsi sebagai suatu dasar untuk melakukan manajemenberdasarkan pengecualian. Sebaiknya dijelaskan bahwa manajemen berdasarkanpengecualian tidak menganggap bahwa hanya varians yang tidak menguntungkan saja yangperlu diinvestigasi. Malah sebaiknya, manajemen memerhatikan varians yang tidakmenguntungkan terlebih dahulu. Varians yang menguntungkan dan kinerja di atas standarakan mengindikasikan bagaimana masa depan akan memperoleh manfaat dari transferpengetahuan dan teknologi ke operasi yang serupa atau, varians yang menguntungkan dapat mengindikasikan kebutuhan akanpenyusunan anggaran. Varians yang tidak menguntungkan dan kinerja di bawah standarsebaknya memicu tindakan korektif guna menghindari pengulangan yang berbiaya mahal.Kebijakan, sikap, dan tindakan manajemen dalam evaluasi kinerja dan tindak lanjut atasvarians memiliki barbagai konsekuensi keperilakuan, yang, jika tidak dipahami dandikendalikan, dapat meniadakan keberhasilan dari seluruh proses perencanaan danpengendalian. Beberapa konsekuensi keperilakuan yang muncul meliputi tekanan, motivasi,aspirasi dan kegelisahan.

3. Konsekuensi Disfungsional dari Proses PenyusunanAnggaran

Berbagai fungsi anggaran seperti penetapan tujuan, pengendalian, dan mekanismeevaluasi kinerja dapat memicu berbagai konsekuensi disfungsional, seperti rasa tidakpercaya, resistensi, konflik internal, dan efek samping lainnya yang tidak diinginkan.

5

Page 6: bahan kelompok 3

Rasa Tidak PercayaAnggaran merupakan suatu sumber tekanan yang dapat menimbulkan rasa tidakpercaya,

rasa permusuhan, dan mengarah pada kinerja yang menurun. Riset telahmenemukan sejumlah besar rasa tidak percaya terhadap seluruh proses anggaran padatingkat penyelia. Alasannya adalah : Anggaran cenderung untuk terlalu menyederhanakan atau mendistorsi situasi “riil”dan gagal

untuk memungkinkan dimasukannya variasi dalam faktor-faktor eksternal. Anggaran mencerminkan variabel-variabel kualitatif, seperti pengetahuan mengenai tenaga

kerja, kualitas bahan baku, dan efisiensi mesin, secara tidak mencukupi. Anggaran hanya mengonfirmasikan apa yang telah diketahui oleh penyelia. Anggaran sering kali digunakan untuk memanipulasi penyelia sehingga ukuran kinerja yang

diindikasikan dicurigai Laporan anggaran menekankan pada hasil, bukan pada alasan. Anggaran mengganggu gaya kepemimpinan penyelia. Anggaran cenderung untuk menekan pada kegagalan.

ResistensiWalaupun anggaran telah digunakan secara luas dan manfaatnya sangat

didukung,anggaran masih ditolak oleh banyak partisipan dalam suatu organisasi. Salah satu alasanutama untuk hal itu adalah bahwa anggaran menandai dan membawa perubahan, sehinggamerupakan suatu ancaman terhadap status quo. Literature dalam bidang ilmu social,manajemen, dan perilaku organisasi telah menggambarkan fenomena dari resistensikaryawan untuk berubah. Banyak orang menjadi terbiasa dengan cara-cara tertentu untukmelakukan segala sesuatu dan dengan cara-cara tertentu untuk memangdang kejadian, sertatidak tertarikuntuk berubah. Adalah suatu tantangan bagi manajemen untuk mengatasiresistensi untuk berubah ini dan untuk berhasil memperkenalkan inovasi yangmeningkatkan kinerja organisasi.

Alasan lain dari resistensi anggaran adalah bahwa proses anggaran memerlukanwaktu dan perhatian yang besar. Manajer atau penyelia mungkin merasa terlalu terbebanidengan adanya permintaan yang ekstensif atas waktu mereka dan tanggung jawab rutinmereka. Oleh karena itu, mereka tidak ingin untuk terlibat dalam proses penyusunananggaran.Konflik Internal

Konflik internal dapat berkembang sebagai akibat dari interaksi yang diperlukan olehanggaran antara orang-orang pada berbagai tingkatan organisasi yang berbeda. Atau dapatberkembang pula dari akibat dari laporan kinerja yang membandingkan satu departemendengan departemen lainnya. Gejala-gejala umum dari konflik adalah ketidakmampuanuntuk mencapai kerja sama antarpribadi dan antarkelompok selama proses penyusunananggaran.

Konflik internal menciptakan suatu lingkungan kerja yang kompetitif danbermusuhan. Konflik dapat menyebabkan orang berfokus pada kebutuhan departemennyasendiri secara eksklusif daripada kebutuhan dari organisasi secara total. Situasi inimenyebabkan keselarasan tujuan menjadi lebih sulit, jika tidak mungkin, untuk dicapai. Haltersebut menimbulkan kebencian kepada manajemen, dan juga kepada anggaran. Untukmembuat anggaran berhasil, tekanan ditingkatkan ke bawah dan ditolak oleh manajementingkat bawah, sehingga menimbulkan tekanan dan konflik yang lebih besar. Persainganantara bawahan mungkin meningkat dan kualitas kerja menurun. Guna menghilangkantekanan, kesalahan akan ditimpakan

6

Page 7: bahan kelompok 3

kepada individu atau kelompok tertentu. Kesemuanyaakan mengarah pada konflik yang lebih besar diantara individu dan organisasi.Efek Samping Lain yang Tidak Diinginkan

Anggaran barang kali menghasilkan pengaruh lain yang tidak diinginkan. Salah satudari hal ini adalah terbentuknya kelompok-kelompok informal yang kecil, yang bekerjamenentang tujuan dari anggaran. Kelompok-kelompok karyawan ini biasanya dibentukuntuk melawan konflik internal dan tekanan yang diciptakan oleh anggaran tersebut.Tujuan mereka adalah untuk mengurangi ketegangan. Tetapi, tujuan mereka dapatberlawanan dengan tujuan organisasi, dan dampak yang tidak diinginkan dari aktivitasmereka bisa juga berlawanan dengan tujuan yang mereka maksudkan sebelumnya, yaituuntuk mengurangi ketegangan. Kelompok karyawan ini kadang kala menggeser tanggungjawab ke departemen lain, mempertanyakan validitas dari data yang dianggarkan, danmelakukan lobi untuk menurunkan standar. Situasi semacam ini menimbulkan kesulitanbagi fungsi staf akuntansi untuk melimpahkan wewenang secara efektif, menciptakan iklimoganisasi yang penuh ketegangan, dan merusak manfaat dari anggaran.

Anggaran sering kali dipandang sebagai alat tekanan manajerial. Oarng-orangmerasakan tekanan ketika manajemen puncak berusaha untuk memperbaiki efisiensidengan cara memperoleh lebih banyak output dari tingkat input yang ada (atau lebihrendah). Tekanan yang berlebihan dapat dihubungkan dengan frustasi, emosi yangmeningkat, dan penyakit fisik yang ditimbulkan oleh stress.

Efek samping lainnya yang tidak diinginkan yang dapat berkembang adalahpenekanan yang berlebihan pada kinerja departemental dan kurang menekankan padakinerja organisasi secara keseluruhan. Anggaran juga dapat menghambat inisiatif individualdan inovasi yang efektif biaya, karena metode bisnis yang telah ada dengan probabilitaskeberhasilan yang diketahui lebih dipilih dibandingkan dengan metode baru denganpeluang keberhasilan yang belum terbukti. Dengan demikian, individu sering kali tidakberani berinovasi.

Untuk membuat anggaran berhasil, karyawan harus dibuat untuk menyadari bahwafungsi anggaran sebagai wahana yang positif untuk operasi organisasi yang mulus.Daripada memandang anggaran sebagai cara yang mengerikan untuk memeras keringatkaryawan sampai ke titik penghabisan, orang harus belajar untuk memandang anggaransebagai alat untuk menciptakan keselarasan tujuan dan sebagai standar kinerja yangdimaksudkan untuk memberikan manfaat kepada seluruh karyawan perusahaan.

Manajemen dan tenaga kerja yang berpendidikan kemungkinan besar akan bekerjasama dalam menyusun anggaran dan rencana laba. Tanpa pendidikan anggaran, kerja samasemacam itu mustahil akan terjadi. Tanpa mempedulikan seberapa canggihnya tehnikanggaran, proses anggaran dapat menjadi pemborosan terhadap dana perusahaan jikamasalah potensial tidak dibahas sebelumnya dan diselesaikan.

4. Relevansi Konsep Ilmu Keperilakuan dalam LingkunganPerencanaanDampak dari lingkungan perencanaan

Sebelum konsep ilmu keperilakuan yang memengaruhi proses perencanaan ataupenyusunan anggaran dapat dibahas dengan berarti, adalah perlu untuk memperkenalkanfaktor-faktor yang menimbulkan variasi dalam lingkungan perencanaan. Lingkunganperencanaan mengacu pada struktur, proses, dan pola-pola interaksi dalam penetapan kerja.Hal tersebut kadang kala disebut dengan budaya penerimaan manajemen puncak

7

Page 8: bahan kelompok 3

terhadapide-ide baru, prosedur dan perangkat untuk membuat agar pekerjaan dilakukan, perasaanidentifikasi dengan organisasi, tingkat kohesi dari tenaga kerja, dan seterusnya.

Ukuran dan struktur, gaya kepemimpinan, jenis system pengendalian, dan stabilitaslingkungan dari suatu organisasi merupakan beberapa factor yang memengaruhi lingkungankerja dimana perencanaan terjadi. Lingkungan kerja atau budaya organisasi memengaruhiperilaku dan oleh karena itu juga memengaruhi proses perencanaan. Perilaku manusiabersifat adaptif dan berbeda dari satu tindakan tertentu oleh manajemen puncak dapatmendorong perilaku dan hasil anggaran yang menguntungkan, sementara tindakan yangsama di lingkungan yang berbeda dapat mendorong perilaku yang tidak diinginkan danhasil anggaran yang disfungsional.Ukuran dan struktur organisasi

Ukuran dan struktur dari suatu organisasi memengaruhi perilaku manusia dan polainteraksi dalam tahap penetapan tujuan, implemetasi, dan pengendalian serta evaluasiterhadap proses perencanaan. Ukuran organisasi mungkin dipandang sebagai jumlahkaryawan, nilai dollar dari pabrik fisik, volume penjualan, jumlah kantor cabang, atauukuran kuantitatif lainnya yang membedakan organisasi. Struktur organisasi mengacu padahubungan formal dan informal antara paa anggota organisasi. Hal tersebut meliputi jumlahlapisan wewenang, jumlah kantor atau posisi pada setiap lapisan, tanggung jawab darisetiap kantor, dan prosedur untuk membuat pekerjaan dilakukan.

Di perusahaan-perusahaan kecil, struktur perencanaan dan pengendalian adalahrelative sederhana karena aktivitas organisasi hanya dilaksanakan oleh sedikit orang.Aktivitas dapat dengan mudah dikendalikan dan masalah keselarasan tujuan dapat dengancepat dibahas. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan besar harus mengembangkan strukturbirokrasi yang kompleks untuk berurusan dengan administrasi dari berbagai fungsiorganisasi. Wewenang didelegasikan dan disebarkan dari atas. Pekerjaan dan tugas karenakebutuhan dibagi menjadi bidang-bidang tanggung jawab kecil, yang menciptakankebutuhan akan koordinasi yang lebih ketat dan pengendalian formal di sepanjang garispenyelia/bawahan. Dalam struktur manajemen birokratis semacam itu, penyusunananggaran yang efektif dianggap lebih sulit karena potensi inefisiensi dalam komunikasi didalam organisasi, kurangnya keselarsan tujuan, dan ketidakmampuan dari banyak oranguntuk melihat hubungan antara peran kerja mereka dengan tujuan organisasi secarakeseluruhan.

Dalam organisasi birokratis yang besar, system perencanaan harus didesain untukmengurangi kemampuan yang melekat dari manajer yang tidak puas untuk mempraktikkanketidakpatuhan yang tidak dapat dideteksi. System perencanaan juga harus berusaha untukmenghilangkan atau mengurangi ketidakselarasan tujuan yang serius.Ukuran dan kompleksitas dari beberapa organisasi menimbulkan masalah besar dalamperencanaan, implementasi, dan pengendalian. Ukuran organisasi mengacaukan prosesanggaran dengan cara-cara lain. Misalnya, manajer pada berbagai tingkatan organisasidapat menyaring informasi dan meneruskan ke atas atau ke bawah hanya informasi yangmenguntungkan bagi mereka. Manajer atau penyelia dapat melaksanakan hanya bagiantanggung jawab mereka yang konsisten dengan tujuan dan kepentingan mereka sendiri.Gaya kepemimpinan

Gaya kepemimpinan juga memengaruhi lingkungan perencanaan organisasi. Teori Xdari Mc. Gregor menjelaskan gaya kepemimpinan yang otoriter dan dikendalikan secaraketat, dimana kebutuhan akan efisiensi dan pengendalian mengharuskan pendekatan

8

Page 9: bahan kelompok 3

manajerial tersebut untuk berurusan dengan bawahannya. Untuk memantau kinerjabawahan, para pemimpin ini menugaskan staf mereka untuk mengumpulkan informasi yangmemungkinkan dilakukannya pengwasan secara tidak langsung. Filosofi untuk mendorongperilaku bawahan yang diinginkan adalah : “gaji mereka dengan baik dan awasi merekadengan ketat”.

Teori X mengimplikasikan bahwa anggaran akan disusun oleh manajemen puncak(kontroler atau direktur perencanaan) dan dikenakan pada manajemen tingkat bawah.Dengan demikian, dalam gaya kepemimpinan otoriter, anggaran dipandang sebagai alatpengendalian manajemen yang didesain untuk memastikan kepatuhan karyawan terhadapharapan dari manajemen puncak.

Gaya kepemimpinan otoriter secara nyata memfasilitasi koordinasi dan pengendalianatas aktivitas, khususnya ketika tanggung jawab atas tugas tersebut tidak jelas. Gayakepemimpinan ini terutama efisien dalam kasus perbedaan bahasa atau budaya. Tetapi,gaya kepemimpinan ini tidak mendorong partisipasi dan dapat menimbulkan tekanananggaran yang berlebihan, kegelisahan, dan rusaknya motivasi.

Teori Y dari Mc. Gregor dan gaya kepemimpinan demokratis Likert mendorongtingkat keterlibatan dan partisipasi karyawan dalam penentuan tujuan dan pengambilankeputusan. Gaya kepemimpinan demokratis memungkinkan fleksibilitas dalam prosespenyusunan anggaran dan memberikan peluang kepada karyawan untuk terlibat dalamperancangan arah organisasi, mengekspresikan ide-ide mereka tentang bagaimanaperusahaan sebaiknya beroperasi, dan memanfaatkan bakat mereka secara efektif. Denganpendekatan partisipatif, dibutuhkan waktu yang lebih banyak untuk menyelesaikananggaran karena adanya komunikasi dan negosiasi bolak-balik antar-departemen. Tetapi,riset telah mengungkapkan bahwa orang mengidentifikasikan dirinya lebih dekat dengananggaran dan melakukan usaha yang lebih besar guna mencapai tujuan yang dinyatakanketika mereka berpartisipasi dalam menetapkan tujuan ini.Stabilitas lingkungan organisasiFactor lainnya yang memengaruhi lingkungan perencanaan adalah lingkunganeksternal. Lingkungan tersebut meliputi iklim politik dan ekonomi, ketersediaan pasokan,struktur industri yang melayani organisasi, hakikat persaingan, dan lain sebagainya.Lingkungan yang stabil mengenakan resiko yang terbatas dan memungkinkan prosespenetapan tujuan menjadi demokratis dan partisipatif. Lingkungan yang berubah dengancepat menghasilkan situasi yang beresiko tinggi. Perubahan yang dramatis dalam tingkatbunga, fluktuasi nilai tukar mata asing, dan semakin meningkatnya persaingan dari luarnegeri adalah beberapa kasus di antaranya. Untuk menghadapi perubahan semacam itu,keputusan harus dibuat dengan cepat dan tegas. Penyesuaian tujuan dan/ atau strategi yangsering mungkin diperlukan. Dalam kasus-kasus ini, gaya kepemimpinan otoriter telahterbukti lebih efisien dibandingkan dengan gaya kepemimpinan yang demokratis danpartisipatif.

5. Konsep-konsep Keperilakuan yang Relevan dalam ProsesPenyusunan AnggaranTahap penetapan tujuan

Selama tahap penetapan tujuan, tujuan umum dari manajemen puncak diterjemahkanke dalam target-target yang pasti dan dapat diukur bagi organisasi serta bagi setiap subunitutama (pusat-pusat pertanggungjawaban).Orang-orang di dalam organisasi bertanggungjawab untuk menentukan sasaran danmenetapkan tujuan. Orang-orang dalam organisasi juga bertanggungjawab atas pencapaiansasaran dan tujuan

9

Page 10: bahan kelompok 3

tersebut. Dengan demikian, fase penetapan tujuan dari perencanaanpenuh dengan kekurangan dalam perilaku.Keselarasan tujuan

Masalah utama yang dijumpai dalam tahap penetapan tujuan adalah mencapai suatutingkat keselarasan tujuan atau kompatibilitas yang mungkin di antara tujuan-tujuanorganisasi, subunit-subunitnya (divisi atau departemen), dan anggota-anggotanya yangberpartisipasi. Keselarasan tujuan atau kompatibilitas akan terjadi ketika individumemandang bahwa kebutuhan pribadinya dapat dipenuhi dengan mencapai tujuanorganisasi. Jika tujuan organisasi dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadiatau untuk memenuhi kebutuhan pribadi, maka tujuan organisasi akan memotivasikaryawan untuk menyelesaikan tindakan yang diinginkan.Partisipasi

Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran diklaim oleh sebagian besar orangsebagai obat mujarab untuk memenuhi kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri daripara anggota organisasi. Partisipasi adalah suatu “proses pengambilan keputusan bersamaoleh dua bagian atau lebih pihak di mana keputusan tersebut akan memilik dampak masadepan terhadap mereka yang membuatnya.” Dengan kata lain, pekerja dan manajer tingkatbawah memiliki suara dalam proses manajemen. Ketika diterapkan kepadaperencanaan,partisipasi mengacu pada keterlibatan manajer tingkat menengah dan bawahdalam pengambilan keputusan yang mengarah pada penentuan tujuan operasional danpenetapan sasaran kinerja. Keterlibatan tersebut dapat bervariasi dari hanya sekedar hadirpada pertemuan-pertemuan anggaran sampai pada partisipasi dalam diskusi yang berkaitandengan kewajaran dari kuota penjualan dan target produksi dan pada hak untuk melakukannegosiasi dalam menetapkan sasaran dari orang itu sendiri.

Dalam pengertian yang lebih luas, partisipasi merupakan inti dari proses demokratisdan oleh karena itu tidaklah alamiah jika diterapkan dalam struktur organisasi yang otoriter.Dengan demikian, dalam organisasi besar dan birokratis yang dikelola secara sentral,partisipasi dalam menentukan tujuan dan menetapkan sasaran akan berdasarkan definisiterbatas pada sekelompok eksklusif puncak. Perusahaan dengan gaya kepemimpinandemokratis dan/atau organisasi yang terdesentralisasi memungkinkan partisipasimanajemen yang lebih besar dalam keputusan penetapan anggaran. Banyak dari perusahaanini mendorong baik manajer tingkat bawah maupun karyawan untuk memberikankontribusi kepada proses perencanaan.

Salah satu alasannya adalah bahwa orang bereaksi secara berbeda terhadap kemungkinan untuk berperan dalam menetapkan standar kinerja mereka sendiri. Karyawanyang otoriter dan/atau sangat bergantung dapat merasa terancam oleh kemungkinan untukmenjadi bagian dari proses pengambilan keputusan. Mereka akan merasa lebih nyaman jikamereka menerima instruksi yang jelas dan tegas mengenai batas pengeluaran dan standarkinerja. Di pihak lain, orang dengan independensi yang kuat dan kebutuhan akan harga diriakan maju ketika diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam memformulasikan sasarankinerja mereka sendiri.

Alasan lain mengapa partisipasi mungkin tidak berhasil adalah bahwa tidak ada usahaserius yang dibuat untuk menjamin partisipasi dan kerja sama dari para manajer tingkatbawah dan karyawan.Manfaat patisipasi

Salah satu manfaat dari partisipasi yang berhasil adalah bahwa partisipan menjaditerlibat secara emosi dan bukan hanya secara tugas dalam pekerjaan mereka. Patisipasidapat meningkatkan moral dan mendorong inisiatif yang lebih besar pada semua tingkatanmanajemen. Partisipasi yang berarti juga meningkatkan rasa kesatuan kelompok, yang padagilirannya

10

Page 11: bahan kelompok 3

cenderung untuk meningkatkan kerja sama antar anggota kelompok dalampenetapan tujuan. Tujuan organisasi yang dibantu penetapannya oleh orang-orang tersebutkemudian akan dipandang sebagai tujuan yang selaras dengan tujuan pribadi mereka.Proses ini disebut dengan internalisasi tujuan. Kurangnya internalisasi tujuan dapatmenimbulkan konflik antara tujuan pribadi individual dan tujuan yang terkait dengankaryawan. Karena tujuan dan kebutuhan pribadi biasanya mendominasi tujuan organisasi,kurangnya internalisasi tujuan dapat dihubungkan dengan penurunan dalam moralproduktivitas. Ketika orang menginternalisasi dan menerima tujuan organisasi, dan ketikaterdapat tingkat kesatuan kelompok yang tinggi, maka persyaratan untuk efisiensi yangmaksimal dalam pencapaian tujuan akan tercapai.Batasan dan permasalahan partisipasi

Partisipasi dalam penetapan tujuan mempunyai keterbatasannya tersendiri. Prosespartisipasi memberikan kekuasaan kepada para manajer untuk menetapkan isi dari anggaranmereka. Kekuasaan ini bisa digunakan dengan cara yang memiliki konsekuensidisfungsional bagi organisasi itu. Sebagai contoh, para manajer bisa memasukkan “slackorganisasional” ke dalam anggaran mereka.Slack adalah selisih antara sumber daya yangsebenarnya diperlukan untuk secara efisien menyelesaikan suatu tugas dan jumlah sumberdaya yang lebih besar diperuntukkan bagi tugas tersebut. Dengan kata lain,slack adalah penggelembungan anggaran. Beberapa orang beragumentasi bahwa sejumlah kecil sla diperlukan karena mengurangi sebagian tekanan dan memungkinkan berpadunya tujuanpribadi dan organisasi, sehingga membuat keselarasan tujuan lebih mungkin terjadi. Tetapi,slack yang berlebihan jelas merugikan kepentingan organisasi. Slack yang berlebihanmembuat batas pengeluaran, kuota produksi, dan standar kinerja menjadi tidak berarti.Masalah slack yang berlebihan dapat diatasi jika manajemen puncak menetapkan proseduryang efektif untuk tinjauan mendalam selama proses penyusunan anggaran.

Jika tujuan anggaran terlalu mudah untuk dicapai karena adanya slack atau factor-faktor lain yang ditimbulkan dari partisipasi dalam proses penyusunan anggaran, makamanfaat motivasional menjadi minimal atau tidak ada sama sekali. Jika di lain pihak, tujuanyang dianggarkan terlalu sulit untuk dicapai dan kinerja actual mulai menyimpang secaratidak menguntungkan dari standar, orang akan mencoba memperbaiki kinerja mereka padaawalnya. Akan tetapi, jika penyimpangan anggaran menjadi semakin besar, maka orangpada akhirnya akan menjadi kecil hati dan menyerah untuk memperbaiki situasi tersebut.Jelas bahwa bukanlah kepentingan perusahaan untuk membuat orang menjadi begitu kecil hati.

Intinya, anggaran yang terlalu ketat atau terlalu longgar atau disusun dengan slackyang berlebihan atau tanpa slack sama sekali dapat menciptakan tanggapan keperilakuanyang berlawanan dengan kepentingan perusahaan.Tahap implementasi

Setelah tujuan organisasi ditetapkan, direktur perencanaan mengonsolidasikannyakedalam anggaran formal yang komprehensif. Cetak biru untuk tindakan di tingkatperusahaan ini kemudian disetujui oleh presiden direktur atau dewan komisaris. Anggarantersebut kemudian diimplementasikan melalui komunikasi kepada karyawan kunci dalamorganisasi. Hal ini menginformasikan kepada mereka mengenai harapan manajemen,alokasi sumber daya, kuota produksi, dan tenggang waktu.

Untuk membuat anggaran bekerja, semua karyawan harus belajar untuk melihatnyasebagai wahana positif untuk tindakan organisasi dan sebagai perbaikan dan bukan sebagaibeban atau senjata manajemen. Mereka harus belajar untuk mempertimbangkan anggaransebagai alat perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi. Tanpa pemahaman, bahkanproses

11

Page 12: bahan kelompok 3

penyusunan anggaran yang paling canggih secara teknis sekalipun dapat menjadipemborosan bagi dana perusahaan dan gagal untuk memperbaiki efisiensi operasional.Pengomunikasian anggaran

Kontroler atau direktur perencanaan bertanggungjawab untuk mengimplementasikananggaran. Hal ini dicapai dengan mengomunikasikan sasaran operasional yang disetujuikepada orang-orang di tingkat organisasi yang lebih rendah. Hal ini kadang kala disebutsebagai “menjual” anggaran ke bawah. Banyak masalah komunikasi yang kompleks dapatberkembang dalam tugas menjual ini karena pesan tersebut harus dipahami oleh orang yangmemiliki latar belakang dan pelatihan yang beragam serta yang bekerja di tingkatanorganisasi yang berbeda. Untuk menghilangkan beberapa dari masalah potensial, kontrolerharus menerjemahkan sasaran organisasi secara keseluruhan ke dalam sasaran yang dapatdipahami bagi setiap subunit organisasi.

Sasaran tersebut dapat dikomunikasikan dengan sangat efektif jika dijelaskan secarapribadi dan dilengkapi dengan pedoman tertulis atau diskusi tindak lanjut informal denganpemimpin subbagian. Yaitu, direktur perencanaan sebaiknya menjelaskan dasar-dasar dariproses penyusunan anggaran dan asumsi-asumsi yang menghasilkan jumlah anggaran akhirSelain bertujuan untuk menginformasikan manajer tingkat bawah mengenai tanggungjawabmereka, komunikasi atas sasaran anggaran juga dimaksudkan untuk memenangkankepercayaan dari karyawan tingkat bawah.Kerja sama dan koordinasi

Implementasi anggaran yang berhasil membutuhkan kerja sama dari orang-orangdengan beraneka ragam keterampilan dan bakat. Setiap dimensi dari rencana tersebut harusdijelaskan dengan hati-hati kepada mereka yang betanggung jawab untuk mengambiltindakan guna mengembangkan dalam diri mereka suatu perasaan akan keterlibatan dannilai penting mereka sendiri dalam konteks anggaran keseluruhan.

Koordinasi adalah seni menggabungkan secara efektif seluruh sumber dayaorganisasi. Dari sudut pandang keperilakuan, hal ini berarti menggabungkan bakat dankekuatan dari setiap partisipan organisasi dan membuatnya berjuang untuk mencapai tujuanyang sama. Untuk melaksanakan ini, pelaksana harus berhasil mengomunikasikanbagaimana pekerjaan setiap orang memberikan kontribusi pada pencapaian tujuanorganisasi. Lebih dari itu, direktur perencanaan sebaiknya mengindikasikan departemenmana yang betanggungjawab untuk aspek tertentu dari pekerjaan yang dilakukan, dimanaindividu-individu dalam departemen tersebut bertanggungjawab, dan kemana mereka dapatmeminta bantuan. Dengan demikian, pengetahuan karyawan mengenai struktur organisasiadalah penting untuk komunnikasi dan kerja sama yang berhasil. Untuk membuat segalasesuatunya dilakukan, maka orang harus mengetahui peran yang dimainkan oleh orang lainbaik dalam organisasi formal maupun informal. Yaitu, beberapa individu yang mungkinbukanlah pemimpin yang “resmi” namun akan menjadi pemimpin “informal” dan memilikikemampuan untuk mempercepat pekerjaan. Yang lain, meskipun bertanggung jawab atasfungsi organisasi tertentu, dapat dihindari jika mereka dianggap sulit untuk diajak bekerjasama.Direktur perencanaan memerlukan lebih dari sekedar pemahaman teknis atas dimensi keuangan organisasi. Ia juga harus memahami perilaku manusia, dinamika kelompok,struktur organisasi, dan peran formal. Pengetahuan dan pemahaman terhadap factor-faktoryang memengaruhi perilaku individu dan kelompok dibutuhkan guna memodifikasi perilaku.Tahap pengendalian dan evaluasi kinerja

12

Page 13: bahan kelompok 3

Tujuan-tujuan yang dianggarkan jarang dicapai tanpa memantau kemajuan karyawansecara kontinu terhadap pencapaian tujuan mereka. Dalam tahap pengendalian dan evaluasikinerja, kinerja actual dibandingkan dengan standar yang dianggarkan guna menentukanbidang-bidang permasalahan dalam organisasi tersebut dan menyarankan tindakan yangsesuai untuk memperbaiki kinerja yang dibawah standar. Perbandingan antara biaya actualdan biaya yang dianggarkan juga akan mengindikasikan kinerja diatas anggaran.Laporan-laporan kinerja

Untuk mempertahankan kendali atas biaya dan untuk menjaga agar karyawantermotivasi kearah pencapaian sasaran, laporan kinerja sebaiknya disusun dandidistribusikan paling tidak secara bulanan. Pentingnya komunikasi berkala atas hasilkinerja telah berulang kali ditunjukkan dalam studi-studi empiris. Penerbitan laporankinerja yang tepat waktu memiliki dampak mendorong pada moral karyawan. Kurangnyaumpan balik kinerja, penundaan dalam umpan balik, dan jarangnya atau sporadisnya umpanbalik memiliki dampak yang menghilangkan moral dan kinerja. Juga ditemukan bahwaumpan balik yang meningkat menghasillkan peningkatan dalam akurasi tugas dan keyakinan serta hubungan baik yang tinggi. Kurangnya umpan balik disertai dengan rendahnya keyakinan dan permusuhan.

Kurangnya umpan balik kinerja mencegah orang mengetahui tingkat pencapaiannyata dan dapat merugikan tingkat aspirasi mereka berikutnya. “Tingkat aspirasi” adalahstandar yang dikenakan sendiri yang dituju oleh orang tersebut. Tingkat aspirasi adalah sasaran yang bahkan jika hampir dicapai mengarah pada perasaan berhasil yang subjektif dan bila tidak, mengarah pada perasaan gagal yang subjektif. Pergeseran dalam tingkataspirasi dapat disebabkan oleh perubahan dalam keyakinan karyawan mengenaikemampuannya untuk mencapai sasaran kinerja. Hal tersebut telah ditunjuk secara empiris,misalnya, bahwa keberhasilan di satu bidang biasanya mengarah pada tingkat aspirasi yanglebih tinggi di bidang-bidang yang terkait.

13

Page 14: bahan kelompok 3

BAB IIIKESIMPULAN

Budget (anggaran) ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh

kegiatan perusahaan. Yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka

waktu (periode) tertentu yang akan datang. Perencanaan laba (profit planning) sering disebut

budget perencanaan (planning budget) atau rencana operasi (plan operation) adalah rencana dari

manajemen yang meliputi seluruh tahap dari operasi di masa yang akan datang untuk mencapai

tujuan perusahaan dibagi ke dalam dua jenis rencana yaitu rencana jangka pendek dan rencana

jangka panjang.

14

Page 15: bahan kelompok 3

Daftar Pustaka

Siegel, Gary dan H.R. Marconi. 1989. Behavior Accounting. Ohio : South Western Publishing.

M. Munandar. 2007 Budgeting : Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, Pengawasan Kerja. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta

Hansen dan Mowen.2006. Manajemen Accounting Edisi 7. Jakarta : Salemba Empat

Mas'ud Machfoedz. 2000. Akuntansi Manajemen jilid 1. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Adolph Matz and Milton F. Usry. 1994. Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian Jilid I Cetakan kesembilan. Jakarta :Penerbit Erlangga.

Arvant, Perencanaan Laba, 14 juli 2011 http://arvantc40s.blogspot.com/2011/07/perencanaan-laba.html Tanggal Akses : 27 Oktober 2013

15