SK DIR NO. 210 .K/DIR/ 2012 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN TEKNIK DIREKTORAT OPERASI JAWA - BALI
Bahan dir jogja
-
Upload
galuh-insani -
Category
Documents
-
view
216 -
download
2
Transcript of Bahan dir jogja
KEGIATAN PERSILANGAN DI INDONESIA
KEGIATAN PERSILANGAN (CROSSBREEDING)
• Crossbreeding merupakan persilangan antar bangsa (breed) ternak sapi yang berbeda.
• Kegiatan Crossbreeding sapi potong di Indonesia antara lain: a) Sebagai Final Stock untuk menghasilkan dagingb) Feedloter menjaring betina Produktif sapi
Brahman Cross yang berasal dari ternak fatening untuk dikembangbiakan
c) Pusat Penelitian Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak) melakukan penelitian membentuk bangsa ternak baru (composite breed)
• Kuba (Ayam Kampung Unggul Balitnak) melaukan perkawinan antar ayam kampung untuk mendapat ayam kampung yang secara fenotip telah stabil telah dilepas
Komposit persilangan antara Domba Barbados Blackbally X Domba St. Croix X Domba Lokal Sumatera) Siap dilepas
• Kambing Burka (Persilangan Kambing Boar X Kambing kacang) Siap dilepas
PEMBENTUKAN RUMPUN BARU YANG DILAKUKAN PEMERINTAH (PUSLITBANGNAK)
PELAKSANAAN PERSILANGAN TERNAK BESARDI INDONESIA SELAMA INI
• Hasil pemantauan Inspektorat Jenderal Kementan tahun 2012 dijelaskan bahwa terjadi penurunan fertilitas dari pelaksanaan IB dengan menyilangan sapi lokal dan sapi eksotik.
• Beberapa Provinsi kegiatan IB banyak dilakukan oleh Drh/Paramedis/Inseminator yang belum memiliki SIMI sehingga kegiatan IB tidak tercatat.
• Hasil PSPK 2011 Di Pulau Jawa Sapi Persilangan hampir mencapai 60%
Kalau tidak ada upaya membangun kawasan/pewilayahan sumber bibit maka,
keberhasilan budidaya ternak hanya sekitar 15 – 20 % saja jika sapi lokal disilangkan seluruhnya
dengan sapi eksotik
Sapi persilangan membutuhkan pakan yang cukup & berkualitas.
Petani pada umumnya tdk mampu menyediakan, karena mahal.
Pada musim kemarau pasokan pakan sgt terbatas. Akibatnya:
1. Sapi kurus, reproduksi terganggu
2. S/C meningkat
3. Jarak beranak panjang
4. Mudah terserang penyakit
5. Banyak kematian
Akibat dari semua itu adalah Populasi berkurang ….!
Reproduksi Klinis PO F-1 atau
Crossbred
(50% Bos taurus)
Back-Cross 1
(75% Bos taurus)
Back-Cross 2
(87,5% Bos
taurus)
Back-Cross 3
(> 87,5 % Bos
taurus)Anestrus post partum , %
38 44 58 68 76
Endometris, % 8 17 22 31 28
Repeat breeding, % 28 38 47 62 68
Korpus Luteum Persisten, %
6 13 15 19 16
TEMUAN SEMENTARA: Reproduksi Klinis Sapi PO Crossbred Simental-PO Aseptor Inseminasi Buatan di D.I. Yogyakarta
Sumber: Putro (2009)
KAJIAN TERBATAS: Kinerja Reproduksi Sapi PO dan Crossbred Bos taurus-PO Aseptor IB di D.I. Yogyakarta
Kinerja Reproduksi
PO Crossbred
(50% Bos
taurus)
Back-Cross 1(75% Bos
taurus)
Back-Cross 2(87,5%
Bos taurus)
Back-Cross 3(> 87,5 % Bos
taurus)
Conception rate (CR), %
80 68 60 39 34
Service per conception (S/C)
1,20 1,90 2,30 3,40 3,50
Days open, hari 158 189 205 236 219
Sumber: Putro (2009)
Kinerja Reproduksi
PO F1 F2 F3 F4
CR 80% 68% 60% 39% 34%
S/C 1,20 1,90 2,30 3,40 3,50
Days open 158 hari 189 hari 205 hari 236 hari 219 hari
Kinerja reproduksi sapi PO dan silangan PO-Simmental akseptor IB (Putro, 2008)
Reproduksi klinis
PO F1 F2 F3 F4
Anestrus pasca
beranak
38% 44% 58% 68% 76%
Endometritis 8% 17% 22% 31% 76%
Repeat breeding
28% 38% 47% 62% 68%
Korpus luteum
persisten
6% 13% 15% 19% 16%
Reproduksi klinis sapi PO dan silangan PO-Simmental akseptor IB (Putro, 2008)
Bangsa
BCS
IB I (hari)
S/C (kali)
DO (hari)
CI (hari)
CR (%)
Brahman Cross
rata2 4.70 185.90 2.09 289.40 572.07 42.86% sd 0.71 85.14 1.28 131.20 129.33
PO Rataan 4.94 136.55 1.5 160.88 427.81 50.00%
Sd 0.57 56.83 0.52 91.62 48.35
Tampilan Reproduksi sapi PO dan Brahman Cross akseptor IB (Wijanarko, 2010)
IB adalah “tool” bukan “goal”, dalam kegiatan pembibitan dan budidaya hanya dilakukan bila persyaratan teknis & ekonomis dpt dipenuhi.Pemurnian dilakukan pada wilayah sumber bibit sesuai dengan rumpun ternak yang akan dikembangkan dengan memperhatikan pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik
Persilangan dapat dilakukan, ttp bukan keharusan, dalam pelaksanaannya melalui perencanaan yang baik antara lain memperhatikan kebijakan dan program pembibitan serta sesuai ketersediaan pakan di wilayah setempat.Kegiatan pewilayahan dimantapkan dan pada saat yg sama harus dilakukan penyebaran di wilayah potensial.