Bahan CML

download Bahan CML

of 25

description

CML

Transcript of Bahan CML

BAB I

PENDAHULUAN

Leukemia mielositik kronik merupakan leukemia kronik dengan gejala yang timbul perlahan-lahan dan sel leukemia berasal dari transformasi sel induk mieloid. LMK ini termasuk kelainan klonal dari pluripotent stem cell dan tergolong sebagai salah satu kelainan mieloproliferatif. LMK terdiri atas enam jenis leukemia, yaitu leukemia mielositik kronik Ph positif, leukemia mielositik kronik Ph negatif, juvenile chronic myeloid leukemia, chronic neutrophilic leukemia, eosinophilic leukemia, dan chronic myelomonocytic leukemia (CMML). Namun, sebagian besar (95%) LMK yang terjadi adalah LMK Ph positif.

Leukemia mielositik kronik merupakan leukemia yang pertama ditemukan serta diketahui patogenesisnya. Tahun 1960 Nowell dan Hungeford menemukan kelainan kromosom yang selalu sama pada pasien LMK yang saat ini dikenal sebagai kromosom Philadelphia (Ph). Selanjutnya, di tahun 1973 Rowley menemukan bahwa kromosom Ph terbentuk akibat adanya translokasi resiprokal antara kengan panjang kromosom 9 dan 22. Dengan kemajuan di bidang biologi molekuler, pada tahun 1980 diketahui bahwa pada kromosom 22 yang mengalami pemendekan tadi, ternyata didapatkan adanya gabungan antara gen yang ada di lengan panjang kromosom 9 (9q34), yakni ABL (Abelson) dengan gen BCR (break cluster region) yang letaknya di lengan panjang kromosom 22 (22q11). Gabungan kedua gen ini diduga kuat sebagai peyebab utama terjadi kelainan proliferasi pada LMK1

LMK merupakan 15-20% dari leukemia kronik yang paling sering dijumpai di Indonesia. Insiden LMK adalah 1,5 dari 100.000 orang per-tahunnya, dan insiden usia yang lebih tinggi terjadi pada pria daripada wanita (2.0 versus 1.2). umumnya LMK mengenai usia pertengahan dengan puncak pada umur 40-50 tahun. Insiden LMK pada pria menurun sedikit (4,4%) diantara tahun 1997 dan 2003 dibandingkan dengan yang terjadi pada tahun 1977 sampai 1997 2BAB II

SKENARIO KASUS

1st day (Session 1 : History)

Mr. Brian is a 32-year-old male comes with mild tiredness, shortness of breath doing activities and night sweats for 4 weeks. He feels pain at left upper quadrant and decreased his appetite because of full stomach. He was a healthy and sporty man before, active on his working, and never going to his doctor for several years.

1st day (Session 2 : Physical Examination)

General condition is looked alike pale his face and skin, fatigue and still full consciousness. Blood pressure 130/85 mmHg, pulse 104x/min regular, respiration 22 x/min, temperature 37,2oC, body weight 54 kg and weight 167 cm. There is no jaundice at his sclera and skin but mild pale at his lips and tongue.

At his neck is found one lymph node enlargement (3 x 4 x 4 cm) on the right and two small enlargement of lymph nodes (1-2 x 1 x 2 cm) on the left side; with mobile, firm, not tenderness, and no undulation. The skin which is covered on is looked like with the normal skin. His thyroid gland is not seen and just palpable when swallowing.

The lung and heart are within normal. Liver is just palpable and no tenderness. There is palpated a mass at left upper quadrant, spleen, until 10 cm below the left costal margin.

Extrimities are normal and inguinal lymph node is not palpable.

2nd day (Session 1 : Laboratory result)

His haemoglobin 8.6 g/dl, white blood cell count is 115 x 109 cells/L, platelet count is 840 x 109 cells/L, ESR 124 mm/hour, differential counting eosinophyl 1, basophyl 5, neutrophyl 80, lymphocyte 2, monocyte 2, blast 2, promyelocyte 4, myelocyte 20, metamyelocyte 4. Reticulocyte 2, uric acid 9.5 mg/dl, SGOT 31, SGPT 26, creatinine 0.9 mg/dl, ureum 32 mg/dl, potassium 5.2 mEq/L, Na 141 mEq/L. Bone marrow aspiration and biopsy show 5% blasts and 4% basophils.

2nd day (Session 2 : Cytogenetic Analysis)

Cytogenetic analysis shows at below (figure).

BAB IIIPEMBAHASAN

1. Identitas pasien

Nama

: Tn. Brian

Usia

: 32 tahun

Jenis kelamin

: laki-laki

Alamat

: -

Pekerjaan

: -

Agama

: -

2. Masalah

Berdasarkan skenario kasus yang ada, keluhan utama yang membuat pasien ini berobat adalah adanya kelelahan ringan, sesak nafas saat beraktivitas, dan adanya keringat malam selama 4 minggu terakhir.

Sedangkan keluhan tambahan yang ada yaitu pasien merasa nyeri perut pada kuadran kiri atas dan adanya penurunan nafsu makan dikarenakan perut yang terasa penuh.3. Dasar Masalah dan Hipotesis MASALAHDASAR MASALAHHIPOTESIS

Kelelahan RinganGangguan pembentukan energi ataupun perfusi oksigen ke jaringan Anemia Hipoglikemia

Keganasan

Sesak nafas saat beraktivitasGangguan perfusi oksigen ke jaringan Penyakit paru Penyakit Jantung

Infeksi (TB Paru)

Keringat malam selama 4 minggu terakhirHipermetabolisme Infeksi (TB Paru) Keganasan

Nyeri perut pada kuadran kiri atasGangguan saluran pencernaan yang letaknya di kuadran kiri atas (lambung dan limpa) Gastritis

Dyspepsia

Keganasan

Penurunan nafsu makan Kelainan hormone atau kelainan pada GI tract Keganasan

4. Anamnesis tambahan

Riwayat penyakit sekarang

Bagaimana progresifitas dari keluhan yang ada?

Apakah ada penurunan berat badan?

Apakah ada demam?

Apakah ada tanda-tanda pendarahan seperti petekie, ekimosis, epistaksis?

Bagaimana sifat sesak? Apakah ada mengi?

Saat aktivitas seperti apa yang menyebabkan sesak nafas?

Bagaimana sifat dari nyeri perutnya? Apakah seperti diremas?

Apakah ada rasa gatal dan kesemutan pada ekstremitas?

Apakah ada sakit kepala?

Apakah ada gangguan penglihatan seperti penglihatan buram? ( pada leukemia mielositik kronik dan polisitemia vera didapatkan adanya gangguan penglihatan

Apakah ada rasa nyeri pada tulang dan sendi? ( pada leukemia mielositik kronik, polisitemia dan sindrom mielodisplastik ditemukan adanya gejala gout/ artritis

Apakah ada pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher/ aksila/ inguinal?

Apakah ada nyeri yang menjalar ke bahu kanan?

Riwayat penyakit dahulu

Apakah ada riwayat penyakit jantung? Riwayat hipertensi?

Apakah ada riwayat batuk yang lama?

Apakah ada riwayat penyakit paru?

Apakah ada riwayat ulkus peptikum atau gastritis?

Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada riwayat keganasan?

Apakah ada keluarga yang mengalami hal yang sama?

Riwayat pengobatan

Apakah sudah berobat sebelumnya? Jika sudah, obat apa saja yang sudah dikonsumsi?

Apakah ada riwayat pemakaian radiasi?

5. Interpretasi Pemeriksaan Fisik

Status generalis

kesadaran : compos mentis

keadaan umum : wajah dan kulit tampak pucat, kelelahan

Wajah dan kulit tampak pucat menunjukan perfusi ke perifer kurang baik. Hal ini dapat diakibatkan oleh anemia ( perlu pemeriksaan laboratorium ) yang kemungkinan dialami oleh pasien.

Kelelahan juga bisa diakibatkan oleh anemia, dikarenakan Hb yang turun sehingga suplai oksigen ke sel berkurang dan terjadi metabolisme anaerob yang menghasilkan lebih sedikit energi.

Tanda vital

Hasil pemeriksaanNormalKeterangan

Suhu37,2 o C36,5-37,2 o CNormal

Tekanan darah130/85 mmHg90/60-120/80 mmHg

Nadi104x/menit60-100x/menit

Pernapasan22x/menit12-18x/menit

Abnormalitas tanda vital bisa dihubungkan dengan keadaan hipoksemia yang terjadi pada pasien. Karena keadaan tersebut, jantung mengkompensasi dengan meningkatkan nadi dan tekanan darah. Tekanan darah pasien masih digolongkan ke pre hipertensi menurut JNCVII. Paru-paru pun mengkompensasi dengan meningkatkan frekuensi pernapasan dengan harapan sirkulasi oksigen ditubuh menjadi lebih baik. Suhu tubuh yang normal menyingkirkan kemungkinan infeksi pada pasien ini.Antopometri :

BB = 54 kg

TB = 167 cm

BMI = BB/TB =54/1,672 = 19.36

Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT :

BMI/IMTKATEGORI

< 18,5Underweight ( berat badan kurang )

18,5 22,9Normal

23-24,9Overweight ( berat badan berlebih )

25-29,9Obese I ( gemuk )

30Obese II

Menurut klasifikasi diatas pasien dikategorikan masih dalam batas normal. Hal ini menyingkirkan kemungkinan prehipertensi yang terjadi akibat kegemukan. Hasil yang normal ini tidak menyingkirkan kemungkinan keganasan karena tidak diketahui apakah terjadi penurunan berat badan pada pasien ini.

Status lokalis

Pemeriksaan Hasil pemeriksaan Interpretasi

Mata Tidak ditemukan jaundice pada sklera pasien Tidak ditemukan jaundice pada pasien menunjukan hipotesis terjadinya anemia pada pasien bukan akibat meningkatnya hemolisis eritrosit.

Bibir dan lidah Tampak sedikit pucat Mendukung hipotesis terjadinya anemia pada pasien.

Leher Inpeksi :

kulit yang menutupi kelenjar limfe terlihat seperti warna kulit normal.

kelenjar tiroid tidak membesar

Palpasi :

pada leher sebelah kanan ditemukan satu pembesaran kelenjar limfe ( 3x4x4cm) dan sebelah kiri ditemukan 2 pemebesaran kelenjar limfe (1-2x1x2cm). benjolan mobile, permukaan licin, kenyal, dan tidak nyeri

kelenjar tiroid teraba saat menelan Kulit yang menutupi terlihat normal menunjukan tidak terjadi peradangan didaerah yang membesar

Normal

Pembesaran kelenjar limfe simetris. Hal ini mendukung hipotesis AML, CML, dan limfoma Hodgkin. Perabaan yang mobile licin, kenyal dan tidak nyeri menunjukan limfadenopati bukan dikarenakan akumulasi sel radang dikelenjar limfe ( pada palpasi terasa nyeri). Limpadenofati ini dapat dihipotesiskan sebagai hasil infiltrasi dari leukosit yang mengalami keganasan.

Kelenjar tiroid yang teraba saat menelan merupakan hal yang normal.

Jantung dan paru-paru Dalam batas normal Jantung normal berarti tidak ada gangguan pada jantung dan paru-paru normal menyingkirkan hipotesis TB pada pasien ini.

Hepar Palpasi :

Hanya teraba tanpa nyeri tekan Normalnya hepar tidak bisa teraba, kecuali jika saat pemeriksaan pasien diminta untuk menarik napas. Pada kasus ini pasien mengalami hepatomegali akibat infiltrasi dari keganasan sel leukosit pada AML atau CML.

Lien Palpasi : 10 cm di bawah margin kosta kiri Normalnya lien tidak teraba, jika teraba maka perlu dicurigai terjadi splenomegali. Hal ini dapat dihipotesiskan sebagai organomegali akibat infiltrasi dari keganasan sel leukosit pada AML atau CML.

Untuk mengetahui apakah terjadi hiperfungsi atau hipofungsi maka diperlukan pemeriksaan laboratorium darah.

Interpretasi : Pasien berada dalam keadaan fatigue. Fatigue adalah kelelahan yang dapat berupa kelelahan fisik maupun mental. Fatigue fisik adalah ketidakmampuan otot penunjang ekstrimitas untuk melakukan fungsi pada level normal. Sedangkan fatigue mental lebih bermanifestasi pada rasa kantuk (somnolen). Fatigue fisik dapat disebabkan oleh infeksi yang kronis, kurang gizi, dan anemia. Pada pasien ini, karena ditemukan wajah dan kulit yang pucat sedang, maka pasien ini mengalami anemia sedang. Keluhan anemia ini telah lama diderita (kronis, telah berjalan 4 minggu) Status gizi pada pasien ini adalah normal dengan nilai BMI sebesar 19,36. Tekanan darah dalam batas normal. Suhu dalam batas normal. Namun, terdapat takikardi dan hiperpnoe yang bisa menandakan adanya anemia kronis. Anemia yang telah berlangsung lama menyebabkan perfusi atau aliran darah tidak efektif. Aliran ke jantung pun makin menurun sehingga cenderung ada kompensasi untuk menaikkan denyut jantung dan respiration rate. Pucat pada pasien ini menandakan terjadinya anemia yang diakibatkan karena peningkatan proliferasi seri myeloid, sehingga eritropoiesis berkurang.

Limfadenopati dapat terjadi sebagai akibat penjalaran dari infeksi regional yang sifatnya berkonsistensi kenyal atau lunak, ukuran tidak terlalu besar, dan nyeri; atau metastasis atau infiltasi neoplasma ganas yang mengakibatkan konsistensi keras tetapi tidak nyeri. Pada leukemia, infiltrasi sel-sel leukemia menyebabkan sifat khas pembesaran metastasis neoplasma dengan pembesaran merata. Pada pasien ini diduga karena infiltasi sel-sel neoplastik karena tidak ada nyeri tekan. Pada leukemia limfositik khas limfadenopati pada leher bersifat simetris, mobile, tidak nyeri tekan, berukuran lebih dari 1 cm, tidak melekat. Jadi, kecurigaan limfadenopati pada pasien ini mengarah pada penyebab keganasan. Kelenjar tiroid yang tidak terlihat dan hanya teraba pada saat menelan menunjukkan tak adanya tanda hiper ataupun hipotiroidisme (dalam batas normal).

Adanya hepatosplenomegali menunjukkan adanya peningkatan hemopoesis ekstramedullar akibat leukemia yang terjadi. Pembesaran organ pada leukemia juga terjadi karena infiltrasi sel-sel ganas leukemia. Pada pasien ini, pemeriksaan fisik berupa palpasi untuk menentukan adanya pembesaran limpa serta hubungannya dengan klinis pasien, perlu tahu adanya area Traube/Traubes space. Cara menentukan area Trauba pada permukaan abdomen ialah sebagai berikut (gambar 1):

a. Gambarlah dua garis vertikal yang melewati costae ke-6 pada garis midklavikula dan garis vertikal di sebelahnya melewati costae ke-9 pada garis midaksilaris.

b. Kemudian gambar lengkungan halus dengan cekungannya keatas (seperti bukit) dari costae ke-6 garis midklavikularis sampai costae ke-9 garis midaksilaris

c. Gambar garis lurus lain yang melewati batas costae dari costae ke-6 sampai ke-9.

Semua batas-batas yang telah digambar mirip bulan sabit, disebut sebagai Area Traube. Batas-batas anatomis pada area ini terdapat:

kanan : batas lateral lobus sinistra hepar

kiri

: limpa

superior: resonansi paru

inferior : batas costae

Isi dari area ini yaitu fundus gaster (Maka perkusi pada area Traube secara normal memberikan resonansi timpani). Selain itu juga berisi resesus kostofrenikus dari pleura kiri.

Penyebab terjadinya obliterasi pada area Traube ada pada beberapa keadaan, seperti perut yang kenyang setelah makan, efusi pleura sebelah kiri, splenomegali, pembesaran lobus kiri hepar karena suatu etiologi, dekstrokardia, dan pertumbuhan proliferatif pada fundus gaster3. Pada splenomegali, area timpani menjadi berpindah pada sebelah medial dan atau inferior dan pada perkusi dapat terjadi bunyi redup. Tertekannya fundus gaster oleh karena menerobos-nya besar limpa ke area Traube inilah yang menyebabkan pasien merasa penuh pada perutnya (full stomach) yang menginduksi penurunan nafsu makan4Selain itu, pembesaran limpa dapat pula diukur menurut SCHUFFNER, yaitu : Garis yang menghubungkan titik SIAS kanan dengan umbilikus dan diteruskan sampai arkus kosta. Garis ini dipergunakan untuk menyatakan pembesaran limpa. Untuk mengetahui ukuran pembesarannya yaitu dengan membagi garis schuffner tersebut menjadi 8 bagian, yaitu SI yang berawal pada arcus costae sinistra, SIV pada umbilicus dan SVIII pada SIAS dextra.BAB IV

TINJAUAN PUSTAKAChronic myelogenous leukemia (CML)

Chronic myelogenous leukimia (CML) merupakan penyakit keganasan yang menyerang sumsum tulang dan darah yang berjalan lambat. Penyakit ini biasanya menyerang pria dewasa dan jarang terjadi pada anak-anak. Pada lebih dari 90% kasus disebabkan oleh karena adanya translokasi kromosom. Pada manusia normal, terdapat 23 pasang kromosom,dan pada pasien CML akan terjadi translokasi antara kromosom9 dan 22dalampertukaransel-sel darah. Hal ini disebut kromosom Philadelphia.

Dalam keadaan normal, sumsumtulang membuatselinduk darah(sel immatur)yang berkembang menjadisel darah dewasa. Sebuah selinduk darah dapatmenjadi selbatangmyeloidatau selinduklimfoid.

Selindukmyeloidberkembang menjadi:

1. Sel darah merahyang membawaoksigendan bahan lainnya untuksemua jaringan tubuh.2. Trombosityang membantu mencegahperdarahandengan menyebabkangumpalan darah kebentuk.3. Granulosit(seldarah putih) yangmelawan infeksidan penyakit.Sedangkan selinduklimfoidberkembang menjadi sellymphoblastdan kemudianmenjadi satu dari tiga jenislimfosit(seldarah putih):

1. LimfositB yang membuatantibodiuntuk membantu mengatasi infeksi.2. Limfosit Tyang membantulimfosit Bmembuatantibodiyang membantu melawan infeksi.

Pada penderita CML, sel-sel darah memproduksi lebih banyak sel myeloid sehingga banyak terbentuk granulosit. Granulosit merupakan sel blast yang biasanya ditemukan pada sumsum tulang dan darah.

Etiologi: pada CML, korelasi dengan pajanan terhadap obat-obatan sitotoksik belum banyak ditemukan, dan tidak ada bukti yang mengindikasikan adanya etiologi karena keterlibatan infeksi virus. Bagi penderita yang selamat dari kejadian ledakan bom atom justru meningkatkan insiden CML, di mana terjadi perkembangan massa sel CML sebanyak 10.000/uL dalam 6 tahun. Selain itu, radiasi dengan dosis tinggi saja yang dapat menginduksi terjadinya CML. Semua etiologi ini masih diduga kuat menyebabkan aberasi kromosom yang menimbulkan fenotipe CML yang mayoritas sangat mirip pada pasien walaupun peristiwa genetiknya belum tentu sama5Biologi molekuler : fungsi tunggal gen ABL (yang mengkode tirosin kinase) memiliki keterlibatan penting dalam integrasi sinyal dari beberapa sumber ekstraseluler maupun intraseluler yang ada hubungannya dengan siklus sel dan induksi apoptosis6Kromosom Ph timbul akibat radiasi atau etiologi lainnya, terjadi pertukaran DNA pada lengan panjang kromosom 9 dan 22 yang membentuk translokasi resiprokal. Translokasi ini menimbulkan gen fusi BCR-ABL dan menyebabkan ekspresi produk baru protein BCR-ABL. Protein BCR-ABL kemudian mensintesis protein dengan berat molekul 210 kD (selanjutnya disebut p210). Protein p210 ini memiliki potensi leukemogenesis dimana fusi gen BCR-ABL ini dapat menyebabkan otofosforilasi yang akan mengaktivasi protein-protein di sitoplasma, juga memberikan pertumbuhan bagi sel-sel CML karena tingginya aktivitas tirosin kinase yang bekerja memperkuat sinyal proliferatif tanpa adanya apoptosis karena fusi protein BCR-ABL ini menghambat supresi fisiologik dari kinase. Tiga mekanisme dasar transformasi BCR-ABL sebagai latar belakang otofosforilasi ini adalah sebagai berikut (lihat juga gambar 2):

1. Perubahan komponen adhesi. Setelah BCR-ABL melakukan transformasi pada sel-sel progenitor hematopoetik, akan terjadi penurunan adhesi sel-sel tersebut pada matriks ekstrasel sumsum tulang. Normalnya, adhesi sel-sel darah pada matriks sumsum tulang diperlukan agar menormalkan kecepatan proliferasi sehingga jumlah sel tidak akan berlebih. Proses adhesi diperankan oleh integrin yang akan menginduksi sinyal ke dalam sel agar menghambat proliferasi sel berlebih. Sel-sel LMK mengekspresi suatu protein adhesion-inhibitory integrin yang dapat menghambat kerja integrin sehingga adhesi sel-sel CML sendiri terganggu dan akhirnya proliferasinya berjalan tanpa kendali.

2. Aktivasi sinyal mitogenik, terjadi melalui beberapa jalur-jalur kompleks yang sebenarnya untuk menstimulasi pertumbuhan sel-sel CML lewat keterlibatan BCR-ABL dalam siklus sel. Pengaktivan jalur-jalur ini antara lain jalur Ras dan MAP yang bertanggung jawab dalam aktivasi transkripsi gen, jalur Jak-Stat yang terutama berperan dalam proses anti-apoptosis, jalur P13 kinase yang berfungsi dalam peningkatan proliferasi dan pengaturan sinyal anti-apoptotik, dan jalur Myc yang bertindak dalam faktor transkripsi sel (yang masih banyak belum diketahui).

3. Inhibisi Apoptosis. Apoptosis umumnya terjadi setelah aktivitas tirosin kinase. Berbagai mekanisme sudah banyak disebutkan, seperti pengrusakan struktur DNA sel-sel atau blocking pelepasan sitokrom C dari mitokondria yang kemudian mengaktivasi kaspase. Semua ini semakin menurunkan angka apoptosis sel-sel CML. Apalagi terjadi degradasi protein inhibitor (Abi-1 dan Abi-2) yang kerjanya mensupresi aktivitas kinase, justru didegradasi sintesisnya oleh protein BCR-ABL3 Dengan demikian, pada CML terjadi ekspansi kompartemen prekursor mieloid yang disertai oleh pembentukan berlebihan unsur-unsur mieloid matang.

Abnormal hematopoeitik (Skema)Stem sel (pluripoten)

Myeloidlimfoid

Myeloblast megakariosit

limfoblast

Basofil eosinofil promielosit platelet

limfosit B Limfosit T Natural Killer Cell mielosit

metamielosit

netrofil

1. Ekspansi dari progenitor granulosit

Pada leukemia mielositik kronik terjadi perluasan dari progenitor mieloid yang menghasilkan basofil, eosinofil dan netrofil. Sehingga terjadi penekanan terhadap progenitor limfoid. Akibat adanya perluasan dari progenitor mieloid sehingga pada pemeriksaan hitung jenis ditemukan adanya kadar basofil, netrofil, mieloblas, promielosit, mielosit, dan metamielosit yang meningkat yang normalnya tidak ditemukan pada darah tepi. Selain itu karena adanya penekanan terhadap limfoid maka ditemukan kadar limfosit yang cenderung menurun.2. Ekspansi dari megakariosit

Pada leukemia mielositik kronik terjadi ekspansi dari megakariosit sehingga menghasilkan banyak trombosit. Sehingga ditemukan adanya kadar trombosit yang meningkat.3. Penekanan terhadap eritropoesis

Pada leukemia terjadi perluasan dari produksi sel darah putih dan menekan seri sel darah merah. Sehingga pada pasien ini ditemukan adanya peningkatan lekosit dan kadar Hb yang rendah. Pada CML, sumsum tulang mengalami hiperseluler dengan peningkatan mencolok rasio mieloid terhadap eritroid.Gejala awal CML ialah menggigil, berkeringat, demam, dan kelelahan. Kemudian dengan adanya penurunan fungsi sumsum tulang akan terjadi:

1. Nyeri tulang yang disebabkan oleh karena peningkatan kerja sumsum tulang yang diakibatkan oleh penumpukan sel darah putih.

2. Kelelahan akibat adanya anemia karena penurunan produksi sel darah merah. 3. Pembentukan trombosit yang meningkat menyebabkan terjadinya stroke4. Peningkatan produksi sel darah putih namun tidak bekerja maksimal menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi5. Sel darah putih yang keluar dari sumsum tulang dan ditangkap limpa dan menyebabkan limpa bekerja lebih keras menyebabkan splenomegali. Hal ini sering ditemukan pada sebagian besar pasien CML. Ukuran limpa bergantung pada hitungan granulosit darah perifer. 6. Hepatomegali juga terjadi dan disebabkan karena adanya hemopoesis ekstrameduler. Hal ini juga terjadi di limpa. Jika terdapat gejala-gejala tersebut pada pasien, tes darah dilakukan untuk menghitung jumlah setiap jenis sel darah dan untuk memeriksa morfologi sel darah. Jika hasil tes darah abnormal, biopsi sumsum tulang mungkin dilakukan.

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan ialah seperti pemeriksaan kimia darah, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan sitogenetika untuk memeriksa kromosom Philadelphia, aspirasi dan biopsi sumsum tulang.

Setelah CML didiagnosis, perlu dilakukan tes untuk mengetahui apakah sel-sel leukemia sudah menyebar ke bagian lain dari tubuh. CML akan melalui fase yang berbeda dan fase ini adalah tahapan yang digunakan untuk merencanakan pengobatan. Stadium pada CML:

1. Fase akselerasi ada sel-sel blast lebih dalam darah dan sumsum tulang, dan sel normal lebih sedikit.

2. Fase kronis ada beberapa sel blast dalam darah dan sumsum tulang dan mungkin tidak ada gejala leukemia. Fase ini dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai beberapa tahun.3. Fase blastic. Lebih dari 30% dari sel-sel dalam darah atau sumsum tulang adalah sel-sel blast dan sel-sel blast dapat membentuk tumor di luar dari sumsum tulang di tempat-tempat seperti tulang atau kelenjar getah bening. Ini juga disebut krisis blast. Krisis blast ditandai oleh peningkatan sel blast dalam sumsum tulang dan darah perifer atau oleh perkembangan infiltrasi sel leukemia pada jaringan lunak atau kulit. Gejala khas pada stadium ini adalah trombositopenia, anemia, dan pembesaran limpa yang cepat. 4. Refraktori. Sel-sel leukemia tidak berkurang meskipun perawatan diberikan. Penatalaksaaan yang dapat diberikan pada penderita LMK ialah:

1. Kemoterapi (menggunakan obat untuk membunuh sel kanker).

Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara intravena atau intramuskular. Kemoterapi disebut pengobatan sistemik karena obat memasuki aliran darah, berjalan melalui tubuh, dan dapat membunuh sel kanker di seluruh tubuh. Kemoterapi juga dapat dimasukkan langsung ke dalam cairan di sekitar otak dan sumsum tulang belakang melalui sebuah selang yang dimasukkan ke dalam otak atau punggung. Ini disebut kemoterapi intratekal.

2. Imatinib (Gleevec)

Imatinib (Gleevec) adalah tipe baru dari obat kanker, yang disebut inhibitor tirosin kinase. Ini menghambat enzim tirosin kinase yang menyebabkan sel induk untuk berkembang menjadi lebih sel darah putih lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Obat ini akan memberikan respon sitogenetika.

3. Splenektomi, operasi untuk mengangkat limpa yang membesar. Indikasi splenektomi: a. Nyeri perut akibat pembesaran limpa

b. Trombositopenia (