bahan anjak pengalihan
-
Upload
annis-sakinah -
Category
Documents
-
view
53 -
download
0
Transcript of bahan anjak pengalihan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan mempunyai berbagai kegiatan usaha seperti kegiatan utama
atau operasional perusahaan dan kegiatan yang diluar operasionalnya. Perusahaan
harus mengelola kegiatan tersebut dengan baik agar tidak menghambat kegiatan
yang lain. Salah satu kegiatan operasional perusahaan adalah penjualan barang
dan jasa, baik yang dilakukan secara tunai atau kredit yang sesuai dengan
perjanjian. Perjanjian jual beli lahir dan mengikat setelah ada kata sepakat
mengenai harga dan barang walaupun belum dilakukan penyerahan barang dan
pembayaran harga. Jika dilakukan secara tunai maka perusahaan tersebut akan
langsung menikmati keuntungannya tetapi jika dilakukan secara kredit maka
perusahaan tersebut akan mempunyai piutang atau tagihan yang harus
menggunakan manajemen yang baik secara efektif dan efisien agar piutang
tersebut dapat ditagih sesuai dengan harapan. Pengelolaan piutang perusahaan
harus dilakukan dengan baik karena piutang tersebut merupakan sumber
pendapatan perusahaan yang tertunda dan merupakan hal yang sangat sensitive
untuk dibicarakan karena sebagian besar dana perusahaan dialokasikan dalam
bentuk piutang dan pengelolaan yang baik dapat memberikan kesan yang positif
terhadap perusahaan dalam kualitas manajemennya.
Ketika terjadi kemacetan dalam penagihan Piutang dagang, perusahaan akan
mengalami kerugian yang besar karena terganggunya perputaran barang dan
perputaran keuangan. Dan apa yang harus dilakukan ketika penjual tersebut
sedang membutuhkan uang atau membutuhkan perputaran modal yang cepat
untuk perputaran selanjutnya. Salah satu solusinya adalah dengan menjual piutang
yang ada kepada pihak lain. Sehingga Bank, Lembaga keuangan non Bank, dan
perusahaan pembiayaan yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi
memberikan jasa anjak piutang yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan
penyelesaian utang-piutang dan membantu perusahaan dalam mengelola
penjualan secara kreditnya agar baik dan teratur. Kegiatan Anjak Piutang atau
Factoring tersebut juga diperkuat dengan berbagai macam peraturan seperti
Peraturan Menteri Keuangan dan Undang-Undang Perbankan karena adanya
hubungan hukum yang berubah yaitu orang lain yang membeli piutang tersebut
menggantikan kedudukan si penjual dimana ia berhak untuk menuntut
pembayaran dari si pembeli atau konsumen.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas terkait anjak piutang dan
permasalahannya, yaitu antara lain :
1. Apakah yang dimaksud dengan anjak piutang ?
2. Siapakah pihak yang terlibat dalam anjak piutang ?
3. Apasajakah jenis kegiatan dan mekanisme dalam anjak piutang ?
4. Apakah keuntungan dan kerugian yang di dapatkan dari adanya
pembiayaan anjak piutang?
5. Apa saja jasa-jasa dan biaya yang di berikan Lembaga Anjak
Piutang ?
6. Apakah permasalahan terkini dari anjak piutang?
7. Bagaimana solusi dari pemecahan masalah tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan paper ini yaitu
1. Untuk mengetahui, memahami, dan menambah wawasan mengenai
Lembaga Anjak Piutang.
2. Untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan anjak piutang.
3. Untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai jenis kegiatan dan
mekanisme dalam kegiatan anjak piutang.
4. Untuk mengetahui dan memahami secara lebih dalam mengenai kelebihan
dan kelemahan dalam kegiatan anjak piutang.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis jasa dan biaya yang diberikan oleh Lembaga
Anjak Piutang.
6. Untuk mengidentifikasi hambatan – hambatan perkembangan anjak
piutang (factoring) di Indonesia
7. Untuk mengenal dan mengetahui kasus atau permasalahan mengenai anjak
piutang dan mempelajari untuk penyelesainnya.
1.4 Kerangka Pemikiran
1.5 Manfaat Penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Anjak Piutang
Factoring dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi anjak piutang. Menurut
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember
1988,perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk pembelian atau pengalihan serta pengurusan piutang
atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam
atau luar negeri.
Definisi diatas menjelaskan bahwa jasa yang diberikan dalam suatu kegiatan atas
anjak piutang adalah jasa pembiayaan dan jasa non pembiayaan atas piutang. Pada
kenyataannya kedua jenis ini tidak harus selalu ada dalam perjanjian anjak
piutang,perjanjian anjak piutang ada yang meliputi kedua jenis jasa tersebut dan
ada juga yang hanya meliputi salah satu jenis jasa diatas. Pada dasarnya pilihan
atas jenis jasa yang akan diberikan tergantung pada kesepakatan antar pihak factor
dan pihak klien.
Keputusan Menteri Keuangan tersebut diperbaharui dengan SK Menteri
Keuangan Nomor 448/KMK.017/2000 yang menyatakan bahwa Kegiatan
pembiayaan dalam bentuk pembelian atau pengalihan atau pengurusan piutang
atau penagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam
atau luar negeri. Pernyataan ini dipertegas oleh SK Menteri Keuangan Nomor
172/ KMK.06/2002 yang menyatakan bahwa kegiatan anjak piutang dilakukan
dalam bentuk pengalihan dan pembelian serta pengurusan piutang atau tagihan
jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
Pihak yang terkait dalam kegiatan anja k piutang meliputi:
a) Perusahaan jasa anjak piutang (factor). Factor adalah pihak yang memberikan
jasa anjak piutang.
b) Klien (client). Klien adalah pihak yang menerima jasa anjak piutang dan
menjual barang dan jasa secara kredit kepada nasabah.
c) Nasabah (customer). Nasabah adalah pihak yang membeli barang atau jasa
dari klien dan mempunyai kewajiban berupa utang jangka pendek kepada
klien.
Istilah klien (client) dan nasabah (customer) dalam mekanisme anjak piutang
memiliki pengertian yang sangat berbeda. Lain halnya dengan bank yang
memiliki nasabah atau customer, sedangkan perusahaan anjak piutang hanya
memiliki klien dalam hal ini supplier. Selanjutnya, klien yang memiliki nasabah
atau customer. Mekanisme anjak piutang ini sebenamya diawali dari adanya
transaksi jual beli barang atau jasa yang pembayarannya secara kredit. Dari
Gambar dibawah ini dapat dilihat siklus penjualan tradisional yang umum
dilakukan oleh supplier dan pembeli atau debitor.
Selanjutnya, apabila suatu transaksi penjualan melibatkan jasa jasa perusahaan
anjak piutang, maka secara diagram dapat dijelaskan mengenai pihak-pihak yang
terlibat dalam kegiatan anjak piutang sebagaimana dijelaskan pada Gambar
berikut:
Siklus Penjualan Tradisional
d) Penggunaan jasa perusahaan anjak piutang sangat membantu perusahaan
dalam kondisi antara lain sebagai berikut:
1) Perusahaan yang sedang melakukan ekspansi pemasaran.
Perusahaan anjak piutang dapat memberikan informasi mengenai keadaan
pasar yang akan dimasuki oleh perusahaan yang bersangkutan (klien).
2) Perusahan baru yang berkembang pesat, sementara bagian kreditnya
kurang mampu mengimbangi ekspansi perusahaan. Dengan jasa factoring,
pihak klien diharapkan dapat menyusun rencana ekspansi secara lebih
leluasa, clan fimgsi pengelolaan kredit diambil alih oleh perusahaan anjak
piutang.
3) Perusahaan klien akan dapat beroperasi lebih efisien dengan
menyerahkan
pengelolaan kreditnya kepada perusahaan anjak piutang karena tidak
perlu lagi membentuk unit organisasi yang berfungsi sebagai bagian
kredit yang tentunya akan menambah biaya operasi.
4) Perusahaan dapat memperoleh pembiayaan siap pakai (stand by facility)
yang disediakan oleh perusahaan anjak piutang.
Anjak piutang merupakan perjanjian antar factor dan klien mewajibkan :
1. Pihak factor untuk memberikan jasa berupa:
a. Pembiayan atas piutang usaha yang dimiliki oleh klien.
b. Non pembiayaan berupa antara lain penagihan piutang dan administrasi
penjualan.
2. Pihak klien untuk:
a.Menjual atau menjaminkan piutangmya kepada pihak factor.
b.Memberikan balas jasa financial kepada factor.
Berkaitan dengan definisi anjak piutang tersebut, dalam kegiatan anjak piutang
yang dilakukan di indonesia terdapat beberapa hal penting yang perlu
digarisbawahi, yakni:
1. Transaksi anjak piutang dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, anjak
piutang dengan pembiayaan (financing activity), yaitu dalam bentuk
pembelian dan pengalihan piutang dan,anjak piutang non – pembiayaan
(non – financing activity) yaitu dalam bentuk pengurusan piutang atau
tagihan.
2. Transaksi anjak piutang dapat dilakukan untuk transaksi perdagangan
domestik (anjak piutang domestik) dan transaksi perdagangan antar negara
atau ekspor/impor (anjak piutang international)
3. Objek pembiayaan anajak piutang adalah piutang atau tagihan jangka
pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar
negeri.
4. Pembiayaan anjak piutang hanya dapat dilakukan kepada perusahaan,
bukan kepada individual atau orang – perorangan.
Bila diadakan perbandingan antara kedua jenis piutang tersebut, maka akan
terlihat adanya unsur perbedaan sebagai berikut:
1. Piutang Dagang, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Jangka pendek, sebab seller sangat berkepentingan dengan kelancaran
perputaran modalnya
b. Umumnya berasal dari transaksi jual-beli barang dan jasa
c. Jaminan keadaan kurang diperhatikan karena lebih dititikberatkan pada
masalah pemeliharaan hubungan dagang. Kalaupun ada jaminan,
jumlahnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan nilai tagihannya,
yaitu berupa uang muka
2. Piutang Dalam Perkerditan, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Jangka waktu lebih lama, karena adanya kemungkinan untuk
diperpanjang
b. Berasal dari suatu perjanjian kredit
c. Adanya suatu jaminan yang lebih bersifat riil/kebendaan dan pasti
d. Dalam hubungan yang lebih formal antara pihak, misal adanya
jaminan yang diikat secara yuridis disertai adanya pemberian hak
preferensi kepada kreditor.
Dalam kegiatan anjak piutang yang dimaksud dengan piutang/tagihan adalah
piutang yang timbul dari transaksi dagang, hal ini seperti yang dikemukakan
dalam pasal 1 ayat 8 Keputusan Presiden No. 61/1998 dan pasal 6 Keputusan
Menteri Keuangan No.1251/KMK.013/1998 (Budi Rachmat 2002: 81).
Berikut ini adalah istilah-istilah umum yang sering dipergunakan didalam
transaksi anjak piutang yang dilakukan di Indonesia ( Budi Rachmat 2002 : 81) :
1. Factor adalah perushaan anjak piutang/factoring company yang akan
memberikan pembiayaan anjak piutang/penatausahaan piutang.
2. Client adalah perusahaan yang mendapatkan fasilitas anjak piutang dari
factor baik financing maupun non finacing.
3. Piutang adalah kewajiban pembayaran customer kepada client atas barang
yang telah dibeli dan/atau jasa yang telah diberikan oleh client kepada
customer.
4. Customer adalah perusahaan ataupun pihak ketiga yang membeli barang
dan/atau jasa dari client yang pembayarannya secara kredit.
5. Kontrak adalah perjanjian anjak piutang/factoring aggreement yang
dilakukan oleh dan antara factor dengan client.
6. Nilai pembiayaan adalah besarnya nilai pembiayaan yang diberikan
factor atas faktur/tagihan yang ditawarkan oleh client kepada factor.
7. Retention/Contigencies Reserve adalah bagian dari faktur/tagihan yang
ditawarkan oleh client kepada factor yang tidak dibiayai oleh factor,
sebagai contoh maksimum pembiayaan yang diberikan adalah 80% dari
nilai faktur, maka retention-nya sebesar 20%. Retention akan
dikembalikan kepada client, setelah tagihan kepada customer sudah
diterima efektif oleh factor.
Kegiatan anjak piutang pada prinsipnya merupakan pemberian kredit kepada
supplier dengan cara membeli piutang atau tagihan kepada nasabahnya atau
costumer – nya. Namun yang sesungguhnya terjadi adalah pemberian kredit itu
diberikan oleh supplier kepada pembeli, hanya saja proses penagihannya
dilimpahkan kepada factor yang sebelumnya telah menandatangani perjanjian
anjak piutang.
2.2 Sejarah Anjak Piutang
Konsep pranata lembaga Anjak Piutang (Factoring) tidak dikenal dalam system
“Civil Law” sebagaimana yang dianut dalam system hukum Indonesia. Factoring
yang dikenal dewasa ini pertama kali tumbuh di Amerika Serikat tahun 1889,
kemudian menyebar di Kanada sekitar tahun 1930-an sampai kemudian meluas ke
Negara-negara Eropa Barat, Australia, Selandia Baru, Jepang, Filipina, dan
akhirnya Indonesia mulai mengenal lembaga ini pada akhir tahun 1988 sejak
berlakunya Keputusan Presiden Nomor 61 tahun 1988 tanggal 27 Desember 1988.
Di Amerika Serikat Anjak Piutang (Factoring) merupakan pembelian piutang
jangka pendek oleh factor dari Clien sebagai penjual, disertai pengalihan hak dan
pemberitahuan kepada debitor tagihan tersebut. Factor biasanya membeli tanpa
recourse dan membayar di muka 90 persen dari nilai invoice, dan sisanya ditahan
untuk diperhitungkan dengan jumlah yang dibayar oleh factor untuk piutang
tersebut.
Anjak Piutang (Factoring) merupakan institusi finansial yang tergolong baru,
tetapi sebenarnya cikal bakalnya sudah lama yang dimulai dalam bentuk
sederhana pada masa kekaisaran Romawi.
Menurut David Hawkins, ketentuan yang dibuat di tahun 1623 oleh Common
Council di kota London sebagai awal dikembangkannya anjak piutang yang
dilakukan oleh para pembuat pakaian dan pembantunya yang telah menjual
dagangan (pakaian) kepada para pedagang atau pemakainya atas laba penuh yang
diterimanya sendiri.
Dengan demikian sejarah anjak piutang (Factoring) di Inggris ini ditandai oleh
hal-hal sebagai berikut :
1. Anjak piutang tumbuh dan berkembang bersama dengan tumbuh dan
berkembangnya perdagangan tekstil. Dan hal ini bertahan cukup lama
sebelum bisnis anjak piutang merambah juga ke bidang-bidang lain di luar
perdagangan tekstil.
2. Pihak perusahaan anjak piutang (Factor) terdiri dari para pedagang dalam
hal ini pedagang tekstil, bukan para banker.
Selanjutnya di awal abad ke 17 anjak piutang dibawa ke Amerika Serikat
bersama-sama oleh gelombang hijrahnya orang-orang Inggris atau orang-orang
Eropa lainnya, karena diantara mereka yang hijrah terdapat pengusaha-pengusaha
anjak piutang, karena itu tidak mengherankan jika di Amerika Serikat anjak
piutang itu berkembang cukup pesat.
Dalam tahun 1890, perusahaan di New York, Oelberman, Dommerich & Co,
berkonsentrasi dalam pemberian jasa-jasa yang sebenarnya merupakan anjak
piutang dalam arti modern, yaitu berupa penataan bukuan (ledging) terhadap
administrasi pengontrolan kredit dan penagihan.
Menjelang dekade 1930-an perusahaan-perusahaan anjak piutang (Factor) di
Amerika Serikat telah beroperasi dengan dasar-dasar yang persis sama dengan
anjak piutang yang dibicarakan saat ini, yakni piutang dialihkan oleh penjual
piutang (Clien) kepada perusahaan anjak piutang (Factor) yang akan melakukan
tagihan kepada nasabah (Costumer) atas notifikasi atau pemberitahuan dari
adanya pengalihan piutang.
Menjelang dekade 1940-an anjak piutang (Factoring) sudah sedemikan maju di
Amerika Serikat, sementara di Eropa tidak terjadi perkembangan yang berarti dari
lembaga anjak piutang ini, kecuali perkembangannya di London.
Perkembangan anjak piutang pada akhirnya menjalar ke Asia bahkan di seluruh
dunia. Di Jepang kegiatan anjak piutang pertama sekali dikenal sekitar tahun
1972, yang sebagian besar dilakukan oleh bank-bank komersil, umumnya oleh
Citibank-citibank yang beroperasi di Jepang. Hanya saja kegiatan anjak piutang di
Jepang tersebut lebih banyak berupa pembelian promisory notes dengan diskonto
tertentu. Sebab orang-orang Jepang merasa bonafiditasnya akan menurun jika
sempat menjual piutangnya kepada perusahaan anjak piutang.
Dalam perkembangannya ada variasi anjak piutang dari suatu negara ke negara
lainnya. Jika di Amerika Serikat anjak piutang dimulai dari anjak piutang untuk
tekstil, maka kelahiran anjak piutang di negara Belanda dimulai dari anjak piutang
yang bergerak dibidang pelayaran.
Sejarah Anjak Piutang ini telah dikenal luas di dunia internasional, terutama di
daerah Inggris dan Amerika Serikat. Pertama kali sebutan Factoring sudah
dikenal sejak 2000 tahun yang lalu dipergunakan di Mesopotania dalam bentuk
yang sangat sederhana, yakni pihak Factor biasanya bertindak sebagai agen
penjual yang sekaligus sebagai pemberi perlindungan kredit yang kemudian lazim
dikenal sebagai “general Factoring”. Hal ini kemudian berkembang pesat di
daratan Inggris yang banyak membantu para pedagang di Playmoud (Amerika)
untuk mengageni penjualan mereka di daratan Eropa, juga untuk membeli barang-
barang dagangan dari Inggris untuk di Impor ke Amerika.
Pada abad 19, lembaga Factoring ini telah meninggalkan sifat keagenannya dan
mulai beralih dan berkosentrasi pada pengelolaan kredit bagi Clien-nya, yaitu
menjamin kredit, merupakan embrio dari bisnis Anjak Piutang modern yang
dikenal saat ini dan karenanya tidak heran sistem hukum yang digunakan berasal
dari sistem Common Law.
Di Indonesia lembaga Anjak Piutang secara resmi dimulai dan dikembangkan
dengan dikeluarkannya Keppres No. 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga
Pembiayaan, yang ditindaklanjuti oleh Keputusan Menteri Keuangan No.
1251/KMK.013/1988, tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga
Pembiayaan. Sejak keluarnya peruturan yang termasuk dalam Paket Kebijaksanan
Desember 1988 (Pakdes 1988) tersebut, maka mulailah bermunculan perusahaan-
perusahaan anjak piutang (Factor).
Peta bisnis anjak piutang di Indonesia sampai tahun 1997 cukup banyak yaitu
terbanyak nomor dua di dunia setelah Italia. Namun dalam hal omzet, masih
tertinggal dari lima negara maju lainnya. Sejarah usaha jasa anjak piutang atau
yang lebih dikenal dengan sebutan Factoring sudah dikenal sejak 2000 tahun lalu-
pertama kali digunakan di Mesopotamia. Pertama kali,bentuk usaha anjak piutang
memang masih sangat sederhana.Pihak factor,biasanya bertindak sebagai agen
penjualan yang sekaligus pemberi perlindungan kredit.Kegiatan semacam ini
dikategorikan sebagai general factoring.
General factoring ini kemudian berkembang di daratan Eropa, tepatnya di Inggris.
Perusahaan factor di Inggris pada saat itu sangat membantu para pedagang dari
Plymouth(Amerika) untuk mengageni penjualan mereka di daratan Eropa,dan
juga membelikan barang barang dagangan dari Inggris yang mereka inginkan
untuk diimpor ke Amerika.
Revolusi industri di akhir abad ke 18 turut mendorong pertumbuhan bisnis jasa
general factoring. Mekanisasi alat alat tenun tekstil di Inggris dan tingginya minat
beli tekstil di Amerika, telah menyebabkan meningkatnya transaksi ekspor impor.
Perkembangan bisnis tersebut,otomatis turut memacu pertumbuhan industri
factoring di Amerika,terutama di New York City. Perusahaan factoring di
Amerika saat itu seperti ketiban rezeki. Mereka mengageni produk tekstil Eropa
atas dasar konsinyasi. Mereka juga memberikan kredit,menjamin kredit
tersebut,memberikan pembayaran awal terhadap piutang yang timbul, dan
melakukan penagihan untuk kepentingan clientnya, yaitu menjamin kredit,
melakukan penagihan, dan penyediaan dana. Bentuk bentuk usaha inilah yang
kemudian menjadi embrio dari bisnis anjak piutang modern seperti yang dikenal
saat ini. Anjak piutang modern ini kemudian terus berkembang tidak hanya di
bidang usaha tekstil tetapi juga merambah ke berbagai sector industri,baik untuk
transaksi ekspor impor maupun transaksi local.
Kegiatan anjak piutang mulai dikenal luas ketika perusahaan-perusahaan
manufacture di Inggris berusaha menjual produknya ke Amerika. Amerika pada
waktu itu, sekitar tahun 1880-an, merupakan benua baru yang banyak didatangi
dari benua eropa terutama inggris. Kedatangan bangsa di eropa mau tidak mau
menbawa konsekuensi bahwa mereka harus melakukan kegiatan produksi dan
konsumsi didaerah barunya, namun pada awalnya mereka tidak bisa banyak
melakukan kegiatan produksi karena terbatasnya sumber daya manusia, capital
dan peralatan. Keadaan ini memaksa mereka mendatangkan sebagian besar
kebutuhan mereka dari daerah asal, yaitu Inggris. Ketika perusahaan-perusahaan
di Inggris ingin memasarkan atau menjual produknya ke orang-orang Amerika,
timbul masalah karena mereka tidak saling mengenal. Resiko tidak terbayarnya
penjualan secara kredit semakin besar bukan saja karena mereka tidak saling
mengenal tetapi juga karena jarak yang sangat jauh. Kondisi ini mendorong
perusahaan-perusahaan di Inggris untuk menemukan solusi mengenai sistem
penjualan yang sesuai. Perusahaan-perusahaan tertentu mulai tertarik untuk
menjembatani atau sebagai perantara antara pihak penjual di Inggris dengan
pembeli di Amerika, perusahaan-perusahaan ini selanjutnya mulai dikenal sebagai
factor atau agen. Jasa yang ditawarkan oleh factor pada waktu itu masih berkisar
terutama pada pengurusan dan pengalihan piutang saja.
Usaha factor ini menjadi semakin berkembang ketika perusahaan textile Inggris
memerlukan jasa penilaian kelayakan atas kredit dagang kepada pembeli di
Amerika. Mengingat factor ini dianggap sebagai perusahaan yang cukup
berpengalaman dalam berurusan dengan pembeli-pembeli di Amerika dan juga
berpengalaman dalam hal penyelesaian tagihan piutang. Maka perusahaan textile
di Inggris cenderung menggunakan jasa mereka untuk melakukan investigasi
kredit kepada pembeli di Amerika. Tugas factor dalam hal ini adalah menentukan
kelayakan suatu pembeli untuk memperoleh fasilitas pembelian dengan cara kredit
(credit worthiness) dan juga menentukan tingkat atau kemungkinan terbayarnya
suatu piutang dari penjualan textile secara kredit. Lama kelamaan, factor tidak
hanya memberikan jasa investigasi kredit saja tetapi sekaligus membeli faktur-
faktur penjualan textile dari perusahaan textile. Factor kemudian menguangkan
atau menagih faktur tersebut pada pembeli saat jatuh tempo.
Kegiatan anjak piutang di Indonesia mulai diperkenalkan pada tahun 1988 dengan
dikeluarkannya Keputusan Presiden No.61 Tahun 1988, yaitu dengan
diperkenalkanannya usaha multi finance (usaha jasa pembiayaan) di Indonesia,
yang terdiri dari Anjak Piutang, Sewa Guna Usaha, Pembiayaan Konsumen,
Modal Ventura dan Usaha Kartu Kredit. Usaha anjak iutang pada awalnya belum
begitu populer secara formal, akan tetapi sebenarnya kegiatan anjak piutang di
Indonesia secara informal sudah ada sebelum Keputusan Presiden No.61 Tahun
1988 dikeluarkan, yaitu kegiatan Cheque Discounted atau Cheque yang
didiskontokan yang sering dilakukan oleh para pedagang di pasar-pasar. Kegiatan
ini sudah berjalan secara informal ditengah masyarakat dan sudah baku diantara
pedagang-pedagang di pasar. Biasanya pedagang menukar Cheque Mundur
kepada penyedia dana dan langsung dipotong dalam jumlah/prosentase tertentu
sesuai dengan jangka waktunya. Apabila Cheque itu tidak ada dananya, maka
penjual cheque harus mengganti dengan uang tunai kepada penyedia dana (Budi
Rachmat 2002: 77-78).
Dalam perkembangannya, kegiatan pemberian jasa anjak piutang ini tidak hanya
diberikan oleh suatu perusahaan sebagai salah satu dari kegiatan usahanya, tetapi
juga oleh suatu perusahaan yang secara khusus bergerak dalam bidang anjak
piutang. Usaha mulai berkembang mulai dari Amerika Utara, kemudian
berkembang kebagian Amerika yang lain, lalu berkembang di Eropa dan
kemudian keseluruh dunia. Bidang usaha yang dilayani jasa anjak piutang
berkembang dari semula textile kebidang-bidang lain termasuk jasa.
Bisnis anjak piutang modern ini akhirnya berkembang ke Eropa,terutama setelah
1. Heller Overseas Corporation(Heller Group),dalam grup factoring ini Heller
berperan sebagai induk perusahaan dari mayoritas anggotanya dan bermarkas
di Chicago.
2. International Factors Group (IFG), di mana setiap grup ini tidak dikenal adanya
induk perusahaan,setiap anggota bebas satu sama lain tanpa adanya kaitan
permodalan.Grup ini hanya menerima satu anggota dari setip Negara,bermarkas
di Brussel.
3. Factors Chain International,di mana grup ini hampir sama dengan sistem
IFG, yakni tanpa kaitan permodalan antara sesama anggotanya.Namun grup ini
dapat menerima lebih dari satu anggota dari setiap Negara, bermarkas di
Amsterdam.
Ketiga grup factoring ini telah memiliki anggota yang tersebar di seluruh dunia,
yaitu di negara negara seperti Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, Korea Selatan,
Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Asean- termasuk Indonesia, Hong Kong,
dan berbagai Negara lainnya.
Perkembangan anjak piutang ini untuk kwasan Asia Tenggara, pertama kali
diperkenalkan di Singapore pada pertengahan tahun tujuh puluhan. Sejak saat ini
perkembangan transaksi anjak piutang di Singapore mengalami perkembangan
yang sangat pesat baik ditinjau dari jumlah perushaan maupun turn over
transakasinya. Sedangkan di Malaysia, kegiatan anjak piutang dimulai pada tahun
1981, untuk Indonesia sendiri, kegiatan anjak piutang dimulai tahun 1988 dengan
dikeluarkannya Keputusan Presiden No.61 Tahun 1988.
2.3 Peran Anjak Piutang Dalam Ekonomi
Banyaknya sektor usaha yang menghadapi berbagai masalah dengan kurangnya
kemampuan dan terbatasnya sumber-sumber permodalan; lemahnya pemasaran,
yang tentunya akan mempengaruhi pencapaian target penjualan. Kelemahan di
bidang manajemen menyebabkan semakin meningkatnya jumlah kredit macet.
Kondisi seperti ini semakin menyulitkan memperoleh tambahan sumber
pembiayaan melalui lembaga keuangan.
Dalam mengatasi kendala di atas, kehadiran lembaga anjak piutang akan memberi
suatu alternatif pemecahan masalah. Melalui anjak piutang, dimungkinkan bagi
perusahaan-perusahaan untuk memperoleh sumber pembiayaan secara mudah dan
cepat sampai 80% dari nilai faktur penjualannya secara kredit.
Dengan demikian klien dapat lebih terkonsentrasi pada kegiatan peningkatan
produksi dan penjualan.
Beberapa manfaat anjak piutang dalam peningkatan kemampuan usaha sbb :
a. Menurunkan biaya produksi perusahaan.
b. Memberikan fasilitas pembiayaan dalam bentuk pembayaran di muka atau
advanced payment sehingga meningkatkan credit standing perusahaan
klien.
c. Meningkatkan kemampuan bersaing perusahaan klien, karena klien dapat
mengadakan transaksi dagang secara bebas atas dasar open account baik
perdagangan dalam maupun luar negeri.
d. Meningkatkan kemampuan klien memperoleh laba melalui peningkatan
perputaran modal kerja.
e. Menghilangkan ancaman kerugian akibat terjadinya kredit macet. Risiko
kredit macet dapat diambil alih oleh perusahaan anjak piutang.
f. Mempercepat proses pertumbuhan ekonomi
2.4 Jenis dan Mekanisme Anjak Piutang
Pada pelaksanaannya, jenis dari anjak piutang yang diberikan oleh faktor dan
yang akan diterima oleh klien sangat bergantung pada formulasi dari perjanjian
yang dibuat oleh kedua pihak. Atas dasar hal tersebut jasa anjak piutang dapat
dibedakan atas dasar hal- hal berikut.
2.4.1 Berdasarkan Jasa yang Ditawarkan atau pelayanan
Atas dasar jasa yang diberikan oleh faktor, anjak piutang dapat dibedakan
menjadi:
a) Full Service Factoring
Yaitu perjanjian anjak piutang yang m eliputi semua jenis jasa anjak piutang
baik dalam bentuk jasa pembiayaan maupun jasa non-pembiayaan misalnya
urusan adm inistrasi penjualan (sale ledger adm inistration), tagihan dan
penagihan piutang termasuk menanggung resiko terhadap piutang yang macet.
b) Bulk Factoring
Anjak piutang jenis ini memberikan jasa pembayaran dan pemberitahuan saat
jatuh tempo pada nasabah, tanpa memberikan jasa lain seperti proteksi resiko
piutang, asdministrai penjualan, dan penagihan.
c) Maturity Factoring
Anjak piutang jenis ini memberikan jasa proteksi resiko piutang, administrasi
penjualan secara menyeluruh, dan penagihan. Proteksi risiko atas piutang
diberikan oleh faktor tanpa melakukan pembiayaan atas pemberian uang maku
atas pelunasan piutang. Pembelian piutang oleh factor dilakukan pada tanggal
tertentu yang biasanya ditentukan atas dasar rat- rata jangka waktu tempo dari
piutang yang diberikan kepada klien.
d) Invoice Discounting
Anjak piutang jenis ini hanya memberikan jasa pembiayaan saja, sedangkan
jasa nonpembiayaan sama sekali tidak diberikan.
e) Resource Factoring
Yaitu kegiatan factoring denga full service kecuali bad debt protection tidak
dicover oleh factor. Dalam resorce factoring, risiko bad debts tetap ada apada
clients.
f) Agency Factoring
Dalam transasksi ini factor berperan sebagai agent dari client, dimana yang
bersagkutan memerlukan hampir seluuh jasa factoring kecuali collection.
Collection tetap ditangani langsung oleh client.
g) Undisclosed Factoring
Transaksi ini hampir sama dengan invoice discounting, kadang-kadang clients
memerlukan pula jasa proteksi bad debts disamping jasa financing.
Dalam melakukan suatu transaksi anjak piutang, tidak semua transaksi dagag
dapat dibiayai oleh factor. Factor biasanya menginginkan transaksi dagang
secara terbuka (open account) yang bersifat sederhana, berkesinambungan dan
bersifat langsung antara client dan customer, sehingga factor dapat melakukan
hal-hal sebagai berikut atas piutang dagang yang berasal dari penjualan barang
dan jasa:
1. Pembelian piutang dagang untuk di-uangkan seketika.
2. Mengusahakan pembukuan dan administrasi penjualan yang berhubungan
langsung dengan piutang dagang.
3. Menagih piutang yang dialihkan.
4. Menanggung kerugian yang mungkin timbul akibat tidak dibayarnya
piutang dagang.
Untuk itu, biasanya factor akan menghidari/tidak bersedia melakukan
pembiayaan anjak piutang jika transaksi dagang antara client dan customer
mempunyai bentuk-bentuk transaksi dalam negeri sebagai berikut:
1. Transaction with down payment (Penjulan dengan Uang Muka)
Dalam transaksi ini penjualan dengan uang muka, biasanya dilakukan antara
penjual dan pembeli dimana barang dan jasa yang akan diserahkan kepada
pembeli masih membutuhkan waktu untuk menyelesaikannya. Untuk
memberikan kepastian pembeli biasanya akan memberikan tanda jadi/uang
muka sebagai ikatan terhadap kontrak jual-beli. Penjual selanjutnya akan
menyelesaikan pesanan barang/jasa sesuai waktu yang telah ditentukan dan
setelah selesai maka pembeli akan membayar sisa pembayaran kepada
penjual. Dan apabila transaksi ini dianjak piutangkan, posisi factor kurang
menguntungkan sebab ada kemungkinan terjadi pembelian yang tidak
dilanjutkan kembali oleh pembeli atau terjadi keterlambatan penyerahan
barang yang pada akhirnya akan terjadi keterlambatan serta cacatnya
perjanjian jual-beli.
2. Cosigmet Sales
Dalam transaksi ini, penjual akan menitipkan barang kepada pembeli dengan
perjanjian apabila barang yang dititipkan terjual, maka pembeli akan
membayarkannya kepada penjual sedangkan sisa barang akan dikembalikan
kepada penjual. Transaksi dagang seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi
factor, karena factor akan menghadapi ketidakpastian apakah barang sudah
laku terjual sedangkan factor pada saat menerima pengalihan piutang secara
keseluruhan.
3. Progress payment transaction
Transaksi dagang jenis ini biasanya dilakukan oleh perusahaan kontraktor
dalam membuat proyek-proyek pembangunan, dimana pemilik proyek baru
akan membayar apabila kontraktor tersebut bias melaksanakan pembangunan
proyek secara bertahap. Kondisi seperti ini sangat menyulitkan factor untuk
membiayai jenis transaksi dagan gini, karena factor tidak mengetahui seberapa
jauh pekerjaan proyek sudah dapat diselesaikan oleh kontraktor.
4. Returnable Sales
Dalam melakukan pembiayaan anjak piutang, factor selalu berasumsi bahwa
transaksi dagang antara client dan customer sudah selesai dilaksanakan dengan
baik dengan telah diterimanya bukti penerimaan barang, Apabila model
transaksi ini dilakukan oleh factor, maka nilai daripada tagihan sudah tidak
utuh lagi akibat dari pengembalian barang.
5. Pre Invoicing Unfinnished Delivery
Transaksi dagang seperti ini akan menyulitkan factor untuk menagih kepada
customer apabila barang yang dibuat mengalami kerusakan/kegagalan/
keterlambatan penyerahan sehingga client akan mengajukan claim kepada
customer yang pada akhirnya nilai tagihan menjadi berkurang.
6. Counter Sales/ Back to Back Sales
Transaksi dagang jenis ini dilakukan oleh client dan customer lebih banyak
bersifat transaksi aktif, sehingga posisi factor akan sangat sulit dalam
melakukan tagihan terutama apabila antara client dan customer mengalami
ketidakcocokan dalam melakukan transaksi.
2.4.2 Berdasarkan Distribusi Resiko
Pada mekanisme penjualan tanpa adanya perusahaan anjak piutang, resiko tidak
terbayarnya piutang milik klien sepenuhnya ditanggung oleh klien sendiri.
Dengan adanya perusahaan anjak piutang, risiko tersebut tidak harus selalu secara
penuh ditanggung klien. Atas dasar distribusi resiko tidak terbayarnya piutang
oleh nasabah, anjak piutang dapat dibedakan menjadi:
a) With Resource factoring
Anjak piutang dengan cara recourse atau disebut juga with recourse factoring
berkaitan dengan resiko debitor yang tidak mampu memenuhi kewajibannya.
Keadaan ini bagi perusahaan anjak piutang merupakan ancaman resiko. Dalam
perjanjian with recourse, klien akan menanggung resiko kredit terhadap
piutang yang dialihkan kepada perusahaan anjak piutang. Oleh karena itu,
perusahaan anjak piutang akan mengembalikan tanggung jawab (recourse)
pembayaran piutang kepada klien atas piutang yang tidak tertagih dari
customer.
b) Without Resource Factoring
Pada tahap awal factor memberikan uang muka sejumlah proporsi tertentu
kepada klien atas piutang atau faktur yang diserahkan. Pada saat piutang jatuh
tempo, apabila nasabah sama sekali tidak melunasi utangnya, maka klien tidak
berkrwajiban untuk mengembalikan sejumlah uang muka yang telah
diterimanya dari factor. Dengan demikian, risiko tidak terbayarnya piutang
tidak seluruhnya ditanggung oleh klien. Klien hanya menanggung risiko
sebesar piutang yang tidak dibiayai atau tida diberi uang muka oleh factor,
sedangkan factor sendiri menanggung rsiko sebesar uang muka atau
pembiyaan yag telah diberikan kepada kliennya.
2.4.3 Berdasarkan Keterlibatan Nasabah dalam Perjanjian
a) Disclosed Factoring
Penyerahan atau penjualan piutang oleh klien kepada factor dalam disclosed
factoring adalah dengan sepengetahuan (notifikasi atau pemberitahuan) piha
nasabah. Mengingat pihak nasabah telah mengetahui adanya pengalihan
piutang kepada factor, maka hak penagihan piutang dapat dialihkan kepada
factor, sehingga pada saat jatuh tempo nasabah dapat melunasi utangnya
melalui factor. Secara praktis, tipe Disclosed Factoring memungkinkan
pemberian jassa penagihan piutang kepada klien oleh faktor.
b) Undisclosed factoring
Penyerahan atau penjualan piutang oleh klien kepada factor dalam undisclosed
factoring adalah tanpa sepengetahuan (notifikasi atau pemberitahuan) pihak
nasabah. Mengingat pihak nasabah tidak mengetahui adanya pengalihan
piutang kepada factor, hak penagihan piutang tidak dapat dialihkan kepada
factor, sehingga pada saat jatuh tempo nasabah tetap harus melunasi utangnya
langsung kepada klien. Secara praktis, tipe undisclosed factoring ini tidak
memungkinkan pemberian jasa penagihan piutang kepada klien oleh factor,
kecuali terjadi pelanggaran atau cidera janji yang dilakukan oleh nasabah.
2.4.4 Berdasarkan Lingkup Pelayanan
Pihak- pihak yang terlibat dalam suatu proses anjak piutang dapat berlokasi dalam
suatu wilayah negara yang sama dan dapat juga berlokasi dalam wilayah yang
berbeda. Apabila ditinjau atas dasar kedudukan geografis dari pihak- pihak yang
terlibat dalam proses anajk piutang tersebut, maka anjak piutang dapat dibedakan
menjadi:
a) Domestic Factoring
Mekanisme perdagangan tanpa melibatkan jasa anjak piutang akan
menyebabkan kurang lancarnya cash flow perusahaan. Jangka waktu piutang
dagang umumnya berkisar antara 30-90 hari. Bagi perusahaan yang memiliki
modal kerja yang terbatas penjualan kredit akan sangat mengganggu arus kas
yang pada gilirannya akan mempengaruhi kelancaran usaha atau produksi bagi
perusahaan manufaktur. Penggunaan anjak piutang memungkinkan penjual
untuk mengubah penjualan kreditnya tersebut ke dalam bentuk tunai.
Ilustrasinya dapat diikuti pada Gambar berikut.
Mekanisme Anjak Piutang domestik
Mekanisme transaksi dalam negeri dengan menggunakan jasa anjak piutang
tersebut biasanya dilakukan dengan fasilitas disclosed factoring. Proses
anjak piutang dalam negeri sebagaimana digambarkan pada Gambar diatas
dapat dijelaskan berdasarkan tahap tahap berikut: transaksi jual beli barang
diikuti dengan penyerahan barang dan faktur (1) dan (2). Kemudian klien
menyerahkan pula kopi faktur kepada perusahaan anjak piutang (3).
Berdasarkan kopi fakturtersebut dan sesuai dengan persetujuan, perusahaan
anjak piutang segera membayar klien maksimum 80% dari nilai faktur (4).
Perusahaan anjak piutang secara, aktif melakukan penagihan sesuai dengan
syarat pembayaran yang telah disetujui (5). Pihak customer selanjutnya
membayar kepada perusahaan anjak piutang sesuai dengan besarnya kontrak
(6). Setelah selesai seluruh pembayaran perusahaan anjak piutang melunasi
sisa pembayaran (refirnd) kepada klien sebesar 20% dari nilai faktur
dikurangi biaya anjak piutang yang besarnya telah disepakati dalam kontrak
(7).
b) International factoring
Anjak piutang internasional atau sering juga disebut export factoring
merupakan fasilitas untuk membantu mempercepat proses pembayaran tunai
atas transaksi antarpenjual di suatu negara (eksportir) dengan pembeli dari
negara lain (importir). Dengan memanfaatkan jasa anjak piutang maka
perdagangan ekspor impor barang memungkinkan eksportir dapat segera
menerima tunai hasil penjualannya. Dalam anjak piutang internasional
terdapat 4 (empat) pihak yang terlibat, yaitu :
1. Eksportir
2. Importir
3. Perusahaan anjak piutang eksportir (export factor) dan
4. Perusahaan anjak piutang importir (import factor).
Dalam transaksi factoring internasional, biasanya perusahaan anjak piutang
menjamin 100% atas kemungkinan tidak dibayarnya utang pihak importir.
Mekanisme anjak piutang internasional dapat diikuti pada Gambar dibawah :
Mekanisme Anjak Piutang Internasional
Transaksi tersebut dimulai dengan pihak eksportir membuat kontrak factoring
dengan perusahaan anjak piutang yang selanjutnya disebut export factor.
Pihak eksportir mengajukan permohonan credit limit kepada export factor
sehubungan dengan rencana ekspornya. Export factor selanjutnya
menghubungi pihak korespondennya di negara di mana customer (importir)
tersebut berkedudukan dalam hal ini di Jepang. Corespondent factor ini akan
menjadi import factor. Pihak import factor melakukan investigasi kredit untuk
mengetahui kondisi atau credit standing importir. Apabila import factor
menyetujui permohonan pihak importir, maka import factor akan memberi
jaminan untuk membayar berdasarkan jumlah tagihan (faktur) yang di fac-
toring-kan sampai jumlah credit limit yang disetujui oleh import factor.
Apabila segala persyaratan dan semua ketentuan telah disepakati oleh pihak
pihak terkait, maka proses anjak piutang akan terjadi dengan mekanisme
berikut:
Eksportir mengapalkan barangnya untuk dikirimkan kepada importir. Pada
waktu yang sama, eksportir mengirimkan fakturnya dengan memberitahukan
agar importir melakukan pembayaran kepada import factor pada saat
penjualan kredit tersebut jatuh tempo (1). Setelah barang dikapalkan,
eksportir menyampaikan copy faktur dan dokumen dokumen pengapalan
kepada export factor (2). Selanjutnya export factor membayar sampai
maksimum 80% dari total nilai faktur sesuai dengan kontrak kepada eksportir
(3). Oleh export factor, copy faktur dan dokumen pengapalan dikirirnkan
kepada import factor (4). Import factor menyiapkan sales ledger dan
melakukan penagihan kepada importir berdasarkan faktur dan dokumen
pengapalan yang diterima dari export factor pada saat penjualan kredit
tersebut jatuh tempo (5). Import factor kemudian melakukan pembayaran
kepada exportfactor sebesar 100% dari total nilai faktur setelah dikurangi
persentase tertentu yang telah disepakati selambat-lambatnya 90 hari setelah
tanggal pengiriman barang. Pembayaran tersebut harus dilakukan tanpa
memperhatikan apakah import factor telah menerima pembayaran dari
importir atau belum (6) dan (7). Selanjutnya, export factor melunasi sisa
pembayaran (20%) kepada eksportir setelah dikurangi biaya biaya factoring.
2.4.5 Berdasarkan Tipe Tagihan atau Piutang
Transaksi jual beli secara kredit antara penjual dengan pembeli menimbulkan
piutang atau tagihan bagi penjual dan menimbulkan kewajiban atau utang bagi
pihak pembeli. Hak dan kewajiban dari penjual- penjual tersebut dapat
diformalkan dalam bentuk piutang dagang biasa dan dapat juga dalam bentuk
promes.
a) Anjak Piutang Untuk Tagihan Biasa
Kegiatan anjak piutang untuk tagihan ini atau disebut juga account receivable
factoring didasarkan pada suatu transaksi jual beli secara kredit jangka pendek
dan menengah yang dijual kepada perusahaan anjak piutang dengan kontrak
pengambil alihan tagihan dari penjual atau supplier kepada perusahaan anjak
piutang. Pengalihan tagihan tersebut atas persetujuan atau pengetahuan
pembeli (customer). Anjak piutang untuk tagihan biasa pada dasarnya hanya
melibatkab pihak klien, nasabah, dan factor. Pihak lain, biasanya bank, tidak
ikut serta secara langsung dalam proses anjak piutang ini. Pengalihan tagihan
hanya sebatas dari pihak klien kepada pihak factor, dan pada saat jatuh tempo
factor dapat melakukan penagihan kepada nasabah atau debitor. Proses anjak
piutang untuk tagihan dapat diikuti pada Gambar berikut :
Proses Anjak Piutang untuk Tagihan
Keterangan:
1) Supplier (klien) menjual barang atau jasa kepada pembeli (customer).
Penyerahan barang dengan D/0 yang ditandatangani pembeli. Asli D/0
kembali kepada supplier.
2) Karena alasan cashflow, supplier atau klien kemudian menjual
tagihannya kepada perusahaan anjak piutang atas persetujuan pembeli
(customer).
3) Klien menyerahkan data tagihan, termasuk faktur-faktur atau D/0 kepada
perusahaan anjak piutang.
4) Kontrak persetujuan dan pengambilatihan tagihan antara klien dengan
perusahaan anjak piutang.
5) Pembayaran kepada klien atas penjualan tagihan.
6) Pada saat jatuh tempo perusahaan anjak piutang melakukan penagihan
kepada pembeli (customer).
7) Pelunasan utang oleh pembeli.
b) Anjak Piutang Untuk Promes
Transaksi anjak piutang dengan menggunakan promes atau promissory notes
factoring berbeda dengan proses anjak piutang tagihan. Proses anjak piutang
untuk promes melibatkan pihak lain misalnya bank dalam mekanisme
pembayaran. Transaksi jual beli dilakukan dengan penerbitan promes oleh
pembeli sebagai bukti surat terhutang kepada penjual yang selanjutnya dapat
didiskontokan kepada perusahaan anjak piutang. Anjak piutang untuk promes
melibatkan pihak lain, biasanya bank, dalam proses penagihan piutang.
Mekanismenya menjadi sedikit lebih panjang karena bukti piutang
dikonversikan menjadi promes untuk kemudian didiskontokan kepihak lain
(bank). Proses anjak pitttang untuk promes tersebut dapat diikuti pada Gambar
dibawah ini
Proses Anjak Plutang untuk Promes
Keterangan:
1) Penjualan barang ataujasa kepada pembeli secara kredit.
2) Sebagai bukti utang atas transaksijual beli, pembeli mengeluarkan promes
kemudian diserahkan kepadasupplier.
3) Supplier kemudian meng-endors promes tersebut kemudian dijual kepada
perusahaan anjak piutang secara diskonto.
4) Perusahaan anjak piutang membayar promes atas dasar diskonto.
5) Setelah jatuh tempo, perusahaan anjak piutang menyerahkan promes
tersebut kepada bank untuk ditagihkan pembayarannya dari pembeli.
6) Pembayaran diteruskan oleh bank kepada perusahaan anjak piutang
setelah
ditakukan penagihan.
2.4.6 Berdasarkan dari sudut pandang pemberitahuan kepada customer
tentang pengelolaan piutang maka dapat dibedakan menjadi dua jenis
yaitu:
a. Notification Factoring
Anjak piutang dengan sisitem ini dilakukan dengan cara memberitahukan
kepada customer bahwa piutang dagang yang terjadi antara client dan
customer dari transaksi perdagangan barang dan jasa diberitahukan kepada
customer sehingga kewajiiban pembayaran customer kepada client, tidak
dibayarkan lagi ke client melainkan kepada factor.
b. Non Notification Factoring
Anjak Piutang jenis ini dilakukan dengan cara tidak memberitahukan
adanya pengalihan piutang kepada customer, sehingga pihak customer
tidak mengetahui bahwa tagihan-tagihan atas faktur-fakturnya telah
dialihkan kepada pihak factor.
2.5 Anjak Piutang Syariah
2.5.1 Pengertian
Anjak Hutang Syariah “Hawalah bil Ujrah” (Hutang Importir) adalah pengalihan
hutang dari pihak yang berhutang kepada pihak lain yang wajib menanggung
(membayarnya). Dalam produk ini, Nasabah Eksportir dalam kedudukannya
selaku Importir mempunyai hutang pada Issuing Bank, dan kemudian Nasabah
Eksportir memindahkan hutang tersebut kepada Divisi Syariah Indonesia
Eximbank. Divisi Syariah Indonesia Eximbank kemudian membayar huta ng itu
kepada Negotiating/Paying Bank dan selanjutnya Divisi Syariah Indonesia Exim
bank menagih hutang kepada Nasabah Eksportir.
Anjak Piutang Syariah “Wakalah bil Ujrah dan Qardh” (Piutang Eksportir) adalah
pengalihan hutang dari pihak yang berhutang kepada pihak lain yang wajib
menanggung (membayar nya). Dalam produk ini, Nasabah dalam kedudukannya
selaku Eksportir mempu nyai piutang pada Bank Syariah X, dan kemudian
Nasabah Eksportir memindahkan piutang tersebut kepada Divisi
Syariah Indonesia Eximbank. Divisi Syariah Indonesia Eximbank kemudian
membayar piutang itu kepada Nasabah Eksportir dan selanjutnya Indonesia
Eximbank menagih hutang kepada Issuing Bank.
2.5.1 Manfaat Anjak Piutang Syariah
Membantu kelancaran usaha Nasabah Eksportir dalam rangka pengadaan barang
atau jasa dengan memberikan pembayaran segera atas tagihan ekspor yang belum
jatuh tempo.
2.5.2 Karakteristik Anjak Piutang Syariah
Anjak Hutang Syariah “Hawalah bil Ujrah” (Hutang Importir) Prinsip yang
digunakan dalam produk ini adalah Prinsip Hawalah bil Ujrah. Prinsip Hawalah
yaitu pengalihan hutang dari satu pihak yang berhutang kepada pihak lain yang
wajib menanggung (membayar)-nya. Dalam hal ini Nasabah Eksportir sebagai
pihak yang berhutang dan Divisi Syariah Indonesia Eximbank sebagai pihak
yang menanggung (membayar) hutangnya. Ujrah yaitu pembayaran atas jasa yang
diberikan oleh Divisi Syariah Indonesia Eximbank (sebagai muhil)
kepada Nasabah Eksportir dalam kedudukannya selaku Importir (sebagai muhal
‘alaih) atas ketersediaan dan komitmennya untuk membayar utang Nasabah
Eksportir. Anjak Piutang Syariah “Wakalah bil Ujrah dan Qardh” (Piutang
Eksportir) Prinsip yang digunakan dalam produk ini adalah Prinsip Wakalah bil
Ujrah dan Qardh. Prinsip Wakalah yaitu pemberi kuasa kepada pihak lain sebagai
wakil untuk melakukan suatu pekerjaan, dalam hal ini Divisi Syariah Indonesia
Eximbank sebagai penerima kuasa (yang menjadi wakil) dan Nasabah
Eksportir dalam kedudukannya selaku Eksportir sebagai pemberi kuasa (yang di
wakilkan). Pekerjaan yang dikuasakan kepada Divisi Syariah Indonesia Eximbank
adalah pengurusan dokumen dan melakukan penagihan pembayaran.
2.5.3 Syarat dan Ketentuan
Tujuan Pembiayaan Anjak Hutang Syariah “Hawalah bil Ujrah” (Hutang
Importir) adalah pembelian persediaan bahan baku, barang setengah jadi dan
barang jadi (ready stock) yang akan digunakan untuk proses produksi atau
pembelian barang untuk proses produksi dalam rangka kegiatan ekspor.
2.5.4 Syarat Pembiayaan
Usaha Nasabah Eksportir bukan termasuk jenis usaha terlarang, tidak
melanggar prinsip syariah seperti minuman keras, rokok dan tidak
melanggar ketentuan hukum Indonesia, seperti: narkoba,
penyelundupan, dan lain-lain.
Nasabah Eksportir adalah Eksportir atau Paying Bank
Divisi Syariah Indonesia Eximbank menyediakan dana (pembiayaan)
berdasarkan perjanjian jual beli barang dengan prinsip Qardh.
Realisasi Qardh dilakukan segera setelah barang dikirim.
Pada prinsipnya, jangka waktu pembiayaan disesuaikan dengan jangka waktu satu
trade cycle, dengan maksimal 270 (dua ratus tujuh puluh) hari termasuk tenor
deferred payment atau usance draft. Maksimum Pembiayaan adalah maksimal
85% dari nilai hutang impor.
2.5.5 Imbalan (Ujrah)
Divisi Syariah Indonesia Eximbank memperoleh ujrah atas jasa yang
diberikan oleh Divisi Syariah Indonesia Eximbank (sebagai muhil) kepada
Nasabah dalam kedudukannya selaku Importir (sebagai muhal ‘alaih) atas
ketersediaan dan komitmennya untuk membayar utang Nasabah.
Maksimum ujrah dikenakan sesuai dengan ketentuan tarif yang berlaku di
Divisi Syariah Indonesia Eximbank.
Pembayaran Ujrah dilakukan secara periodik maupun secara bersamaan
saat Nasabah melakukan pembayaran hutang kepada Divisi Syariah
Indonesia Eximbank, sesuai kesepakatan.
Valuta Pembiayaan Modal Kerja adalah dalam Rupiah atau dalam Valuta Asing
yang disetujui oleh Indonesia Eximbank. Pada prinsipnya, jangka waktu
pembiayaan disesuaikan dengan jangka waktu satu trade cycle, dengan
maksimal 270 (dua ratus tujuh puluh) hari termasuk tenor deferred payment atau
usance draft. Maksimum Pembiayaan adalah maksimal 85% dari nilai tagihan
ekspor atau tagihan dalam rangka kegiatan ekspor. Untuk syarat dan ketentuan
lainnya mengacu kepada pedoman operasional fasilitas pembiayaan Letter of
Credit yang berlaku di Indonesia Eximbank serta Perjanjian Pembiaya an yang
telah ditandatangani antara Eksportir dan Indonesia Eximbank.
2.5.6 Prosedur Permohonan Fasilitas
Untuk dapat mendapatkan fasilitas pembiayaan Anjak Hutang Syariah “Hawalah
bil Ujrah” (Hutang Importir) dan Anjak Piutang Syariah “Wakalah bil Ujrah dan
Qardh” (Piutang Eksportir), Nasabah Eksportir tersebut mengajukan permohonan
kepada Indonesia Eximbank dengan melampirkan dokumen-dokumen sebagai
berikut:
a. Dokumen Legalitas (SIUP,NPWP,TDP, dll)
b. Laporan Keuangan.
c. Dokumen-dokumen lainnya, jika diperlukan oleh Indonesia Eximbank.
Untuk setiap Permohonan yang disetujui, Indonesia Eximbank akan mengirimka
Surat Persetujuan dan selanjutnya menandatangani Perjanjian Pemberian Fasilitas.
2.6 Jasa yang Ditawarkan Oleh Anjak Piutang
2.6.1 Jasa Pembiayaan
Perusahaan anjak piutang memberikan pembiayaan yang besarnya berkisar antara
60%- 80% dari total piutang setelah dilakukan kontrak anjak piutang dan
penyerahan bukti-bukti penjualan barang. Kontrak atau transaksi ini dapat
dilakukan atas dasar with recourse atau without recourse. Dalam pengambilan
keputusan mengenai dasar transaksi anjak piutang yangmana yang akan
dilakukan, perusahaan anjak piutang akan memperhatikan dan mempertim
bangkan besarnya risiko terjadinya kemacetan yang mungkin dihadapi oleh pihak
nasabah (customer).
2.6.2 Jasa Non-pembiayaan
Penyediaan jasa nonpembiayaan oleh perusahaan anjak piutang pada
dasarnyamerupakan jasa untuk melayani kepentingan pengelolaan kredit klien
(supplier). Produk jasa jasa nonpembiayaan yang ditawarkan oleh perusahaan
anjak piutang antara lain sebagai berikut:
a. Investigasi kredit (credit investigation) atau analisis kredit.
Factor sebelum memutuskan untuk memberikan pembiayaan atas suatu
tagihan, harus terlebih dahulu mengetahui secara akurat tentang
Bonafiditas Buyer, reputasi buyer dan mainline of business dari buyer dan
lain-lain yang berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan dibayarnya
piutang.
b. Sales ledger administration atau sales accounting.
Jasa yang diberikan oleh factor kepada client dalam bentuk administrasi
pembukuan atas penjualan yang dilakukan secara periodik
c. Pengawasan kredit dan penagihannya.
Perusahaan anjak piutang dapat memberikan jasa pengawasan atau monitoring
terhadap penjualan yang dilakukan klien termasuk pula menetapkan
prosedur penagihannya.
d. Perlindungan terhadap risiko kredit.
Perusahaan anjak piutang dapat mengusahakan cara-cara pengamanan
terhadap risiko piutang khususnya dalam hal export financing. Untuk
tujuan ini perusahaan dapat pulamemberikan jasa perlindungan terhadap
risiko terjadinya fluktuasi kurs valuta asing. Jasa jasa non pembiayaan yang
diberikan oleh perusahaan anjak piutang sebagaimana dijelaskan di atas pada
prinsipnya merupakan fungsi credit department bagi perusahaan klien.
Perusahaan anjak piutang menyampaikan laporan kepada kliennya yang
menyangkut antara lain hal-hal sebagai berikut:
a) Credit standing para nasabah (customer).
b) Posisi piutang klien termasuk tanggal jatuh temponya yang bagi klien
berguna untuk perencanaan penjualan kredit pada periode berikutnya.
c) Statement of account kepada nasabah.
Dokumen ini sangat perlu bagi pihak nasabah yang bersangkutan dalam
melakukan rekonsiliasi atas pembayaran-pembayaran yang telah
dilakukannya, di samping sebagai informasimengenai posisi utang dan
tanggal jatuh temponya.
d) Kegiatan penagihan yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan. Dalam proses penagihan ini, perusahaan factoring berusaha
sebaik-baiknya untuk tidak merusak hubungan klien dengan nasabah.
2.7 Biaya Anjak Piutang
Biaya biaya yang dibebankan oleh perusahaan anjak piutang antara lain terdiri
atas service charge dan initial payment charge atau juga disebut discount
charge(biaya bunga). Besamya service charge anjak piutang untuk jasa
nonpembiayaa nuntuk anjak piutang domestik berkisar antara 0,5%-1.5% dari
jumlah tagihan. Sedangkan untuk anjak piutang internasional antara 1,0%-2,5%.
Pembayaran service charge tersebut biasanya dipotong dari pembayaran pre
financing yang diberikan oleh perusahaan anjak piutang. Sedangkan biaya bunga
atau discountcharge sehubungan dengan pembayaran di muka (initial payment),
perusahaan anjak piutang mengenakan biaya antara 2%-3% p.a. di atas prime rate.
Biaya yangterdiri atas 2 (dua) macam biaya:
1. Service charge.
Service charge atau fee berkaitan dengan fungsi perusahaan factoring
dalam melakukan pembukuan penjualan (sales ledger) terhadap transaksi
penjualan oleh klien. Besarnya biaya tersebut sangat tergantung dalam,
perjanjian atau persetujuan kedua belah pihak antara perusahaan
anjak piutang dengan klien sebelum kontrak anjak piutang dilaksanakan
dan biasanya dinyatakan dalam suatu persentase tertentu dari nilai faktur.
2. Discount Charge.
Biaya ini secara langsung berhubungan dengan pembayaran di muka yang
diberikan oleh perusahaan anjak piutang kepada klien setelah penyerahan
faktur dilakukan. Besarnya biaya tersebut juga dinyatakan dalam suatu
persentase secara tahunan (annual basis). Seperti halnya dengan service
charge, biaya ini juga ditetapkan berdasarkan negosiasi antara
pihak perusahaan anjak piutang dengan klien sebelum kontrak anjak
piutang dilakukan.
2.8 Manfaat Anjak Piutang
2.8.1 Bagi Klien
a. Manfaat yang diterima melalui jasa pembiayaan antara lain adalah:
Peningkatan penjualan, adanya jasa pembiayaan memungkinkan klien
melakukan penjualan dengan cara kredit.
Kelancaran modal kerja, jasa anjak piutang memungkinkan klien untuk
mengkonversikan piutangnya yang belum jatuh tempo menjadi dana
tunai dengan prosedur yang relatif mudah dan cepat.
Pengurangan resiko tidak tertagihnya piutang, pembiayaan dengan skema
without recourse memungkinkan adanya pengalihan sebagian resiko
tidak tertagihnya piutang kepada factor.
b. Manfaat yang diterima melalui jasa non-pembayaran antara lain:
Memudahkan penagihan piutang, jasa penagihan piutang yang diberikan
oleh factor menyebabkan klien tidak perlu secara langsung melakukan
penagihan piutang pada customer.
Efisiensi usaha, karena administrasinya dikelola oleh pihak (factor) yang
sudah lebih berpengalaman.
Peningkatan kualitas piutang, jasa administrasi penjualan memungkinkan
pemberian fasilitas kredit kepada pembeli secara selektif.
Memudahkan perencanaan cash flow, memungkinkan klien melakukan
perkiraan waktu dan jumlah piutang yang dapat ditagih.
2.8.2 Bagi Factor
Berupa penerimaan dalam bentuk fee dari pihak klien. Fee tersebut terdiri dari :
a. Discount fee/charge.
Fee ini dibayarkan oleh klien kepada factor karena factor memberikan jasa
pembiayaan (uang muka) atas piutang yang diberikan oleh factor. Discount
fee diperhitungkan sebesar persentase tertentu terhadap besarnya
pembiayaan yang diberikan atas dasar:
Resiko tertagihnya
Jangka waktu
Rata-rata tingkat bunga perbankan
b. Service fee/charge
Fee ini dibayarkan oleh klien kepada factor karena factor memberikan jasa
non-pembiayaan yang nilainya ditentukan sebesar persentase tertentu dari
piutang atas dasar beban kerja yang akan dilakukan oleh factor. Semakin
besar volume penjualan maka fee ini juga semakin besar. Semakin sulit
penagihan piutang, maka fee ini juga semakin besar.
2.8.3 Bagi Customer
Customer memperoleh manfaat berupa:
a. Kesempatan untuk melakukan pembelian dengan cara kredit.
b. Pelayanan penjualan yang lebih baik.
2.9 Kelebihan dan Kelemahan Anjak Piutang
2.9.1 Kelebihannya :
1. Cash flow lebih cepat, yang bisa dimanfaatkan, misalnya untuk
memperoleh persediaan yang lebih cepat laku.
2. Adanya “asuransi” terhadap piutang tidak tertagih.
3. Beban administrasi pengelolan piutang bisa dipindahkan ke factor.
4. Biaya anjak piutang bisa dikurangkan dari penghasilan kena pajak, sebab
berhubungan dengan proses menghasilkan pendapatan.
5. Tidak mengharuskan posisi keuangan yang kuat.
6. Tidak ada implikasi jangka panjang yang negatif dalam neraca.
7. Bisa dilaksanakan untuk sekali transaksi atau untuk jangka panjang.
2.9.2 Kelemahannya :
1. Biaya relatif tinggi.
2. Ada factor yang tidak bersedia menerima transaksi nonrecourse.
3. Akan menurunkan laba, jika cash flow yang diperoleh tidak dimanfaatkan
dengan efektif.
4. Cash flow yang diperoleh harus bisa dimanfaatkan dengan cepat supaya
tidak merugikan.
5. Bisa menimbulkan kesan yang buruk pada pembeli karena penggantian
pemilikan piutang.
6. Cara penagihan factor mungkin bisa terlaku kasar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perusahaan anjak piutang (factoring) adalah perusahaan yang kegiatannya
melakukan penagihan atau pembelian, atau pengambilalihan atau pengelolaan
utang piutang suatu perusahaan dengan imbalan atau pembayaran tertentu dari
perusahaan.
Menurut keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 Tanggal 20
Desember 1988, Anjak piutang adalah “badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk embelian dan atau pengalihan serta pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi
perdagangan dalam atau luar negri”.
Kegiatan utama perusahaan anjak piutang adalah mengambil alih pengurusan
piutang suatu perusahaan dengan suatu tanggung jawab tertentu, tergantung
kesepakatan kepada pihak kreditor (pihak yang punya piutang). Usaha-usaha yang
dijalankan oleh perusahaan anjak piutang berkaitan dengan pegambilalihan dan
pengelolaan piutang suatu perusahaan, tergantung permintaan pihak kreditor. Bagi
perusahaan kreditor dengan adanya perusahaan anjak piutang sangat membantu
mereka dalam hal mengurangi resiko yang dihadapi terhadap macetnya tagihan
perusahaan.
Dalam kegiatan transaksi perusahaan anjak piutang terdapat tiga pihak yang saling
berkepentingan. Tanpa keterlibatan ketiga pihak tersebut, maka kegiatan
perusahaan anjak piutang tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.
Kelemahan dibidang manajemen/ pengelolaan piutang menyebabkan semakin
meningkatnya kredit macet. Kondisi seperti ini mengancam kontinuitas usaha
yang pada gilirannya akan menyulitkan perusahaan dalam memperoleh sumber
pembiayaan dari lembaga keuangan. Beberapa manfaat yang dapat diberikan
lembaga anjak piutang dalam rangka mengatasi masalah dunia usaha adalah
sebagai berikut:
1. Penggunaan jasa anjak piutang akan menurunkan biaya produksi dan biaya
penjualan.
2. Anjak piutang dapat memberikan fasilitas pembiayaan dalam bentuk
pembayaran dimuka(Advanced Payment) sehingga akan meningkatkan Crediet
standing perusahaan .
3. Kegiatan anjak piutang dapat meningkatkan kemampuan bersaing perusahaan
klien karena klien dapat mengadakan transaksi perdagangan secara bebas baik
perdagangan dalam negeri maupun perdagangan internasional.
4. Meningkatkan kemampuan klien dalam memperoleh laba melalui peningkatan
perputaran modal kerja.
5. Menghilangkan risiko kerugian akibat terjadinya kredit macet karena resiko
kredit macet ini dapat diambil alih oleh lembaga anjak piutang.
6. Kegiatan anjak piutang dapat mempercepat proses ekonomi dan meningkatkan
pendapatan nasional.
3.2 Saran
Kami selaku penulis, menerima segala saran maupun kritikan yang sifatnya
membangun guna melengkapi kekurangan dari makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA KOREKSI
LAGI YA TAMAAAAAAAA KALAU
SALAH DIBENERINNNNN
NATAJUKOPENYAAA DAFTAR
ISINYA BLM ANNIS BUATTTT
hehe minta tolong dibuaaaatttt
Anonim_____. 2009.
Pohan, Aulia. 2008. Potret Kebijakan Moneter Indonesia (Seberapa Jauh Potret
Moneter Mewarnai Perekonomian Indonesia). PT Raja Grafindo
Persada:Jakarta
Racmat, Budi.2002.Multi Finance Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan
Konsumen. Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mandiri.
Darmawi, Drs. Herman. 2006. Pasar Financial dan Lembaga-Lembaga
Financial. Bumi Aksara:Jakarta.
E Kieso, Donald. Dkk. 2008. Akuntansi Intermediate, Edisi Keduabelas Jilid 1.
Erlangga:Jakarta.
Kasmir, S.E, M.M . 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT Raja
Grafindo Persada:Jakarta.
Kasmir, Dr. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Revisi 10.
Rajawali Pers:Jakarta.
Rahman, M. Rusydi. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Dosen UIN
Alauddin Makassar.
Anonim____.2009 diakses pada : http://www.indonesiaeximbank.go.id/financial-services/financing/islamic-banking/anjak-piutang-syariah.
CONTOH STUDI KASUSE. Permasalahan dan Pembahasan Dalam Anjak Piutang
Suatu bentuk keputusan maka harus siap untuk menanggung risiko yang akan dihadapi akan itu berupa risiko yang menguntungkan ataupun merugikan, selain itu sebuah keputusan harus juga dilatarbelakangi akan perkiraan permasalahan – permasalahan yang akan ditimbulkan baik seara sengaja maupun tidak sengaja. Sama halnya seperti perusahaan/instansi/perorangan ketika akan menciptakan sampai mendistribusikan setiap produk atau jasa yang diproduksi, mereka juga harus jeli akan risiko bahkan permasalahan yang akan ditimbulkan, baik dari intern atau ekstern suatu perusahaan/instansi/perorangan. Sebagai calon manajer maka kita dituntut berfikir kritis agar manajemen perusahaan dapat tertata rapid an tercapai tujuannya. Khususnya untuk mengahadapi setiap permasalahan yang ditimbulkan dari produk /jasa yang diproduksi/dikelolanya. Sebagai contoh untuk dapat memahami dan menangani permasalahan dalam produk berupa jasa khusunya yang akan dibahas mengenai anjak piutang. Berikut contoh permasalahan yang timbul terkait anjak piutang :
STUDY KASUS 1
PPA Finance Targetkan Pembiayaan Naik 200%
PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) Finance menargetkan pembiayaan hingga akhir 2013 mencapai Rp 300 miliar. Nilai tersebut meningkat 200% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 150 miliar. Direktur Utama PPA Finance Renny Octavianus Rorong mengatakan, untuk mencapai target pembiayaan itu, perseroan mengandalkan bisnis anjak piutang atau factoring.Sebagai gambaran, sekitar 60% bisnis perseroan bersumber dari bisnis anjak piutang. Sementara sisanya disumbang dari
pembiayaan sewa guna usaha sebesar 30% danconsumer finance sebesar 10%.
Strategi selanjutnya, perseroan akan memperluas pangsa pasar, tidak hanya menangani perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saja. Melalui kerjasama dengan ASEI, perseroan ingin mulai menjaring nasabah swasta. Sumber pendanaan perseroan sejauh ini berasal dari perbankan. Perseroan belum lama ini mendapatkan pendanaan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Namun PPA Finance tidak menyebutkan besaran angkanya.
PPA Finance sendiri merupakan anak usaha dari PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero). Perusahaan ini dibentuk pada tahun 2010 dengan modal sekitar Rp 100 miliar. Direktur Utama PPA Boyke Mukijat mengatakan, alasan pembentukan PPA Finance karena selama ini BUMN yang kesulitan dalam pendanaan. PPA Finance akan menyalurkan pinjaman baik dalam bentuk belanja modal (capital expenditure/capex) maupun pengadaan barang dan jasa. Salah satu pertimbangan kami adalah perusahaan BUMN yang sudah mulai sehat terkadang sulit memperoleh pendanaan. Mereka di tolak di mana-mana, kemudian datang ke PPA.
PEMBAHASAN
PPA finance merupakan suatu bentuk perusahaan yang bergerak dalam pembiayaan piutang yang terbentuk pada tahun 2010 dan merupakan anak usaha dari PT. Perusahaan Pengelola Aset (Persero). Pada awalnya perusahaan ini dibentuk karena untuk melayani perusahaan BUMN, namun karena kemajuan jaman maka perusahaan ini memperluas pangsa pasarnya yaitu dengan memprioritaskan sebagian besar dari bisnisnya berupa anjak piutang atau factoring. Pendanaan dari PPA finance bersumber dari perbankan yaitu PT. Bank Rakyat Indonesia ( Persero ) Tbk. Berlatarbelakang pendanaan yang memadai, PPA Finance akan mulai menjaring pangsa pasar baru selain BUMN yaitu nasabah swasta. PPA Finance akan menyalurkan pinjaman baik berupa modal (capital Expenditure/capex) maupun pengadaan barang atau jasa yang sekiranya dibutuhkan oleh para nasabah. Keputusan PPA Finance untuk memprioritaskan bisnisnya berupa anjak piutang sebesar 60%, tentunya akan mempunyai kekurangan dan kelebihan bagi perusahaan tersebut. Adapun kelebihan yang akan didapatkan dari PPA Finance berdasarkan pengambilan keputusan tersebut, antara lain :
1. Sebagai alternative PPA Finance untuk memperluas pangsa pasarnya, yaitu dengan menjaring para nasabah dari swasta.
2. Mempermudah PPA Finance mencapai target pembiayaan sebesar 200%.
3. Memperkuat permodalan dan pendanaan perusahaan swasta.
4. Meningkatkan kepercayaan perusahaan swasta untuk menjaminkan piutangnya.
5. Dengan mengandeng ASEI ( Asuransi Ekspor Indonesia ) maka kemungkinan besar PPA Finance akan semakin maju dan jaya dalam menjalankan 60 % bisnisnya berupa anjak piutang yang akan meningkatkan pembiayaannya sebesar 200 %.
Dan adanya beberapa kekurangan yang mungkin akan didapatkan :
1. Kurangnya maksimalisasi untuk membantu pendanaan dan permodalan perusahaan swasta karena pembiayaan akan dibagi dengan perusahaan swasta yang akan ditargetkan.
2. Pembiayaan yang ditargetkan sebesar 200% tersebut akan hanya menyisakan bisnis berupa sewa guna usaha sebesar 30 % , sehingga akan berdampak pada pengurangan alokasi pendanaan perusahaan yang
3. Terancamnya permodalan dan pendanaan perusahaan BUMN, hal tersebut terlihat dari tindakan PPA Finance yang hanya akan mendanai sebagian kecil dari 18 proposal yang telah diajukan oleh BUMN ke PP Finance (www.seputar-indonesia.com).
4. PPA Finance harus bekerja secara maksimal untuk mencari sumber pendanaan untuk dapat menutup semua tanggungan dana yang akan ditanggung karena PPA Finance akan memperluas bisnisnya terutama 60 % berupa anjak piutang.
Berdasarkan kekurangan dan kelebihan dari kasus tersebut, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menawaran solusi dari permasalah tersebut, antara lain :
1. PPA Finance secara bertahap harus mampu mengembangkan kinerjanya yang berkualitas , sehingga akan menarik para lembaga keuangan menjadi sebagai salah satu sumber pendanaan PPA Finance. Hal tersebut harus dilakukan, dikarenakan PPA Finance selain mempunyai tanggungan pembiayaan (anjak piutang) kepada BUMN namun mempunyai tanggunngan juga terhadap perusahaan – perusahaan swasta lain sebagai pangsa pasar barunya.
2. PPA Finance harus mampu bersikap adil terhadap pembiayaannya kepada BUMN dan perusahaan swasta. Karena pada saat ini BUMN sulit mendapat pendanaan dan pembiayaan dari perusahaan pembiayaan selain PPA Finance. Berdasarkan kenyataan memang perusahaan – perusahaan swasta lebih maju dan mudah berkembang dibandingkan perusahaan BUMN. Hal tersebut menjadi daya tarik yang kuat untuk para perusahaan pembiayaan mudah untuk menyalurkan modal dan pendanaannya kepada perusahaan swasta. Sehingga posisi BUMN semakin terpuruk, sedangkan perusahaan swasta semakin melebarkan sayapnya di dunia bisnis. Menjadi kebanggaan jika sebagian besar pemilik sahamnya adalah orang Indonesia namun yang disayangkan adalah mereka para pembisnis asing dari luar negeri. Jadi walaupun parusahaan swasta pada umumnya mempunyai masa depan yang menjanjikan, namun BUMN yang seharusnya tetap utamakan
untuk mendapatkan pembiayaan dan permodalan guna meningkat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat seluruh Indonesia.
3. Membentuk badan pengawas untuk perusahaan yang telah direkomendasikan mendapatkan anjak piutang dan terhadap nasabah (debitur ) agar tetap membayarkan kewajiban utangnya kepada perusahaan factoring (PPA Finance).
STUDI KASUS II
PT. IFS Capital Indonesia (IFSI)
PT. International Factors Indonesia (“IFI”) adalah perusahaan yangbergerak dalam usaha anjak piutang (factoring) dan equipment leasing. Berada di Wisma Standard Chartered Bank 23B Floor, Jl. Jend. Sudirman Kav. 33A Jakarta 10220. PT. International Factors Indonesia (“IFI”), sebelumnya bernama PT. Niaga International Factors Indonesia, merupakan perusahan pembiayaan joint ventura yang berdiri sejak tahun 1990. Akhir Oktober 2005 Bank Niaga yang merupakan sharehorder di Niaga Factor Indonesia melepas sahamnya di perusahaan tersebut. Yang kemudian dikuasai oleh Singapura dibawah PT. IFS Capital (International Factors Singapore), karena ada peraturan pemerintah dimana perusahaan asing tidak boleh memiliki saham lebih dari 85 % pada saham perusahaan publik maka sebesar 15% saham dijual ke perorangan. Pada tanggal 14 Juni 2007 nama perusahaan di ganti dari PT. International Factors Indonesia menjadi PT. IFS Capital Indonesia. Dengan struktur organisasi dan kebijakan perusahaan yang baru, PT. IFS Capital Indonesia siap melayani kebutuhan pembiayaan perusahaan Indonesia baik untuk jasa Anjak Piutang dan Sewa Guna Usaha.
IFSI adalah perusahaan pembiayaan yang mempunyai spesialisasi dalam pembiayaan Anjak Piutang (‘Factoring’) dan Sewa Guna Usaha (‘Leasing’) untuk perusahaan kecil dan menengah di Indonesia. Pembiayaan Anjak Piutang yang diberikan meliputi anjak piutang domestik dan anjak piutang ekspor. IFSI melayani transaksi anjak piutang ‘with recourse’ dan juga transaksi anjak piutang ‘without recourse’. IFSI anggota dari IF Group yang berpusat di Brussel, yang merupakan asosiasi dari 75 perusahaan anjak piutang dari seluruh dunia. Sebagai anggota dari International Factors Group transaksi ekspor dan impor yang dilakukan oleh klien IFSI dari Indonesia menjadi lebih mudah dan efisien. Selain itu IFSI juga menjadi anggota dari Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) dan juga anggota dari Asian Leasing and Finance Association (ALFA). IFSI saat ini siap mendukung perusahaan di Indonesia untuk meningkatkan investasi-nya di berbagi sector industri seperti : manufacture, electronic, tekstil, telekomunikasi, printing dsb. Dan juga siap untuk membiayai pengadaan peralatan berat untuk sector industri : perkebunan, pertambangan, transportasi dan sumber daya energi .
Persyaratan yang harus dipenuhi UKM untuk menjadi client dari alternatif pembiayaan pada fasilitas anjak piutang di PT. IFI ialah telah memiliki usaha yang baik dan menguntungkan. Hal awal yang dilakukan yaitu mengisi formulir permohonan fasilitas yang terdiri bagian A identitas pemohon client dan bagian B pernyataan pemohon. Pada bagian B pernyataan pemohonan berisi tentang pernyataan yang akan menunjang terciptanya transaksi anjak piutang secara lancar. Mekanisme Transaksi Anjak Piutang pada PT. IFS Capital Indonesia (IFSI) adalah:
Transaksi Anjak Piutang membantu perusahaan / klien dalam meningkatkan modal kerja. Klien mengalihkan/menjual tagihan/piutang kepada kami (PT. IFS Capital Indonesia/ IFSI), dan IFSI akan memberikan dana tunai sampai dengan 90% dari nilai tagihan/piutang. Selanjutnya kegiatan penagihan dan pencatatan tagihan klien akan menjadi tanggung jawab IFSI. Secara berkala IFSI akan memberikan laporan atas tagihan/piutang klien yg telah di-anjak-piutang-kan kepada IFSI. Jenis-jenis transaksi Anjak Piutang yang dapat dilakukan oleh IFSI :
Anjak Piutang Domestik/ Lokal
:Transaksi Anjak Piutang terhadap tagihan antar perusahaan domestik.
Anjak Piutang Ekspor :Transaksi anjak piutang terhadap tagihan antar negara.
Anjak Piutang Non Recourse
:Transaksi anjak piutang yang dilindungi dengan asuransi kredit.
Anjak Piutang With Recourse
:Transaksi anjak piutang yang dilakukan tanpa menggunakan asuransi kredit.
PEMBAHASAN
PT. IFS Capital Indonesia (IFSI) merupakan perusahaan anjak piutang yang merupakan berbentuk multi financial company berfokus pada usaha kecil dan menengah di Indonesia. Persyaratan yang harus dipenuhi UKM untuk menjadi client dari alternative pembiayaan pada fasilitas anjak piutang di PT. IFSI ialah telah memiliki usaha yang baik dan menguntungkan. Hal awal yang dilakukan yaitu mengisi formulir permohonan fasilitas yang terdiri bagian A identitas pemohon client dan bagian B pernyataan pemohon. Pada bagian B pernyataan pemohonan berisi tentang pernyataan yang akan menunjang terciptanya transaksi anjak piutang secara lancar, dalam hal ini UKM berperan sebagai klien.
IFSI melayani transaksi anjak piutang ‘with recourse’ dimana factor tidak menanggung risiko atau gagalnya pembayaran dari customer, maksudnya adalah apabila customer gagal membayar, pailit atau bangkrut, maka factor tidak menaggung risiko tersebut melainkan client yang menanggungnya. Sebagai contoh apabila pada saat jatuh tempo tagihan terjadi gagal bayar oleh customer,
maka tagihan tersebut wajib dibayar oleh client kepada factor. Transaksi anjak piutang dengan recourse bagi factor,merupakan transaksi pemberian pinjaman dengan jaminan piutang di mana factor akan memperoleh jaminan dari client atas piutang yang tidak terbayar oleh customer. Namun demikian, factor masih tetap mempunyai risiko kolektibilitas atas pembiayaan piutang yang diberikan kepada client. Sedangkan bagi client, transaksi anjak piutang dengan recourse mempunyai substansi yang sama dengan factor. Dengan demikian client akan mengakui anjak piutang sebagai kewajiban dan tetap mengakui piutang retensi dalam laporan keuangannya. Dan juga transaksi anjak piutang ‘without recourse’ dimana factor menanggung sepenuhnya risiko pembayaran oleh customer baik gagal bayar, pailit atau bangkrut, kecuali dalam hal pengurangan oleh karena rusak/cacatnya dalam dasar penagihan yang dikarenakan barang dan jasa dikembalikan atau adanya dispute, factor tidak menaggung risiko tersebut. Dalam transaksi anjak piutang tanpa recourse, factor memberlakukan piutang yang telah dialihkan dari client sebagai pembelian piutang. Factor otomatis memperoleh hak sekaligus menanggung risiko kolektibilitas piutang yang diterimanya. Adanya pembelian piutang ini, factor mengakui sejumlah piutang yang diperoleh sebagai aktiva dengan akun tagihan anjak piutang. Di sisi lain, untuk menutupi risiko kolektibilitas piutang, maka factor akan membentuk cadangan piutang yang tidak tertagih. Untuk bagian piutang yang tidak ikut dibiayai oleh factor akan dicatat sebagai kewajiban kepada client dengan akun retensi, yang akan dibayar setelah piutang dibayar lunas oleh customer. Sedangkan dari sudut client, substansi dari transaksi anjak piutang tanpa recourse adalah penjualan piutang sehingga client tidak lagi memiliki manfaat ekonomi dan resiko kolektibilitas piutang yang dialihkan kepada factor. Akibat yang ditimbulkan adalah kekuranggannya jumlah piutang sebesar nilai yang dijual dan menimbulkan keuntungan atau kerugian akibat transaksi anjak piutang yang dilakukan.
Alasan PT. IFS Capital Indonesia (IFSI) berfokus pada UKM di Indonesia adalah karena keinginannya untuk turut serta mengembangkan pertumbuhan ekonomi karena usaha yang paling banyak terdapat di Indonesia dengan latar belakang unit Usaha Kecildan Menengah (UKM) sulit mendapatkan permodalan yang berasal dari bank karenapencairan modal dari bank melalui berbagai persyaratan berbelit-belit dan jaminan angunan serta bunga yang tinggi pula, membuat pengusaha tidak dapat berkonsentrasi terhadap kemajuan dan perkembangan usahanya. Sehingga sering terjadi kebangkrutan/pailit yang menyebabkan pengusaha tidak dapat mengembalikan pinjaman terhadap bank. Pemberian modal terhadap UKM kini tidak hanya monopoli dunia perbankan saja, tetapi dapat juga melalui lembaga pembiayaan. Banyak hal yang membuat salah satu perusahaan pembiayaan yang dapat menjadi alternatif sumber permodalan jangka pendek UKM yaitu anjak piutang. Sekarang yang dibutuhkan UKM bukan hanya pengucuran dana tetapi yang lebih penting lagi membimbingan secara intensif bagaimana memanajemen usahanya. Disinilah peran perusahaan anjak
piutang yang menjadikan UKM sebagai rekanan/partner, terutama dalam memelihara pembukuan penjualan.
Kelebihan PT. IFS Capital Indonesia (IFSI) bagi UKM:
Manfaat yang dapat diperoleh dari PT. IFS Capital Indonesia (IFSI) bagi UKM yang telah memanfaatkan jasanya yaitu dengan menjaminkan atau menjual piutang usaha (account receivables) untuk memperoleh fasilitas pembiayaan dari anjak piutang, dimana dana yang diperoleh dapat berguna untuk mengatasi “cashflow mismatch” karena membesarnya kebutuhan modal kerja.
Permodalan dengan Anjak piutang dapat meningkatkan efisiensi dalam penagihan dan administrasi piutang karena anjak piutang juga menangani credit management.
Dengan anjak piutang UKM tidak hanya mendapat permodalan dari penjualan piutangnya, tetapi juga factoring dapat diterapkan untuk transaksi ekspor-impor (export factoring dan import factoring) tanpa menggunakan L/C. Sehingga UKM dapat meluaskan pangsa pasar hingga ke keluar negeri.
Kekurangan PT. IFS Capital Indonesia (IFSI):
Perusahaan ini kurang berkembang di Indonesia karena resiko Bad Debt, sehingga benar-benar perusahaan financial yang besar dan berkuasa yang dapat melakukannya.
Biaya yang ditanggung cukup tinggi yaitu:
Service charge yaitu biaya yang dikeluarkan karena klien menggunakan jasa untuk pengelolaan/ pembukuan penjualan (sales ledger) dari transaksi penjualan yang dilakukan klien. Besarnya biaya berkisar antara 0,5% – 2,5% tergantung kesepakatan antara anjak piutang dan klien.
Discount Charge yaitu pembiayaan yang dikeluarkan karena klien memperoleh pembiayaan (dana tunai) dari lembaga anjak piutang. Besarnya discount charge antara 2 %-3%. Biaya ini juga ditetapkan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
Contoh Perusahaan Anjak Piutang
1. BFI FINANCE
2. PT.BII FINANCE CENTER
3. CV.ANGKASA CITRA MANDIRI
4. INDOMOBIL GROUP
Perusahaan Anjak Piutang Kecil & Besara. Struktur organisasi perusahaan anjak piutang berskala kecilPerusahaan jasa anjak piutang berskala kecil biasanya hanya memberikan jasa-jasa pembiayaan.• Proses dasar dari kegiatan pembiayaan adalah :- Analisis terhadap bonafiditas calon klien- Analisis terhadap kolektibilitas piutang- Pembayaran pembiayaan kepada klien- Administrasi faktur dan bukti piutang- Administrasi hak dan bukti piutang- Penagihan piutang- Pembayaran kepada klien• Struktur organisasi perusahaan anjak piutang berskala kecil- Departemen Kredit adalah bagian dari perusahaan yang bertugas melakukan analisis terhadap bonafiditas calon klien dan kolektibilitas atau kualitas piutang yang akan dibiayai. Bidang usaha calon klien sangat beragam, maka analisis pada bagian ini biasanya sudah merujuk pada spealisasi pada bidang tertentu. Atas dasar pertimbangan serta untuk meningkatkan efisiensinya, masing-masing perusahaan jasa anjak piutang kecil biasanya mengacu pada bidang tertentu saja.- Departemen Faktur adalah bagian perusahaan yang bertugas melakukan administrasi dokumen piutang agar dapat secara tepat dan cepat digunakan untuk perhitungan biaya, diskonto atau bunga dan jatuh tempo.- Departemen Penyesuaian adalah bagian perusahaan yang bertugas melakukan administrasi dan pengelolaan perubahan-perubahan terhadap persyaratan perjanjian, jumlah piutang, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan hak dan kewajiban pihak-pihak terkait dalam anjak piutang.- Departemen Penagihan adalah bagian perusahaan yang bertugas untuk melakukan penagihan piutang yang jatuh tempo.- Departemen Rekening Klien adalah bagian dari perusahaan yang bertugas melakukan seluruh pencatatan terhadap semua transaksi atau kegiatan yang memengaruhi kewajiban dan hak klien.
- Departemen Legal adalah bagian dari perusahaan yang bertugas memberikan pertimbangan dan saran yuridis mengenai kegiatan-kegiatan perusahaanb. Struktur organisasi perusahaan anjak piutang berskala besar
Di samping memberikan jasa pembiayaan, perusahaan anjak piutang berskala besar juga menawarkan jasa nonpembiayaan, sehingga selain bagian-bagian lain seperti bagian umum, bagian komputer, bagian treasury, bagian relasi, bagian pengelolaan kredit, dan lain-lain. Tanggung jawab yang dimiliki oleh masing-masing bagian cenderung lebih spesifik, sehingga secara umum jumlah bagian-bagiannya menjadi lebih banyak. Bagian atau departemen yang menjadi sangat banyak biasanya dikelompokan menjadi hanya 3 sampai 5 divisi saja.Kelebihan dan Kelemahan Anjak PiutangKelebihannya :
8. Cash flow lebih cepat, yang bisa dimanfaatkan, misalnya untuk memperoleh persediaan yang lebih cepat laku.
9. Adanya “asuransi” terhadap piutang tidak tertagih.10. Beban administrasi pengelolan piutang bisa dipindahkan ke factor.11. Biaya anjak piutang bisa dikurangkan dari penghasilan kena pajak, sebab
berhubungan dengan proses menghasilkan pendapatan.12. Tidak mengharuskan posisi keuangan yang kuat.13. Tidak ada implikasi jangka panjang yang negatif dalam neraca.14. Bisa dilaksanakan untuk sekali transaksi atau untuk jangka panjang.
Kelemahannya :
7. Biaya relatif tinggi.8. Ada factor yang tidak bersedia menerima transaksi nonrecourse.9. Akan menurunkan laba, jika cash flow yang diperoleh tidak dimanfaatkan
dengan efektif.10. Cash flow yang diperoleh harus bisa dimanfaatkan dengan cepat supaya
tidak merugikan.11. Bisa menimbulkan kesan yang buruk pada pembeli karena penggantian
pemilikan piutang.12. Cara penagihan factor mungkin bisa terlaku kasar.