bahan 3

9

Click here to load reader

Transcript of bahan 3

Page 1: bahan 3

SURVEY JENTIK Aedes aegypti DI DESA SAUNG NAGA KAB. OKU TAHUN 2005

(Milana Salim, Febriyanto)*

ABSTRAK

Telah dilakukan survey jentik Aedes di Kampung IV Desa Saung Naga Kec. Baturaja Barat Kab. OKU pada tanggal 18 Agustus 2005. Tujuan survey ini adalah untuk mengetahui situasi larva Aedes yang merupakan faktor resiko dalam penularan demam berdarah di Kampung IV Desa Saung Naga Kecamatan Baturaja Barat Kabupaten OKU. Hasil survei ini menunjukkan angka House Indeks (HI) sebesar 35%, Container Indeks ( CI) sebesar 26% dan Bretau Indeks (BI) sebesar 36%. Sementara Angka Bebas Jentik (ABJ) yang didapat adalah sebesar 65%. Didapatkan jenis kontainer yang paling banyak digunakan adalah bak mandi (60,71%) dan drum (28,58%). Sedangkan kontainer positif jentik lebih banyak terdapat di dalam rumah (75%). Ditemukan pula bahwa jenis jentik yang mendominasi adalah Aedes aegypti (94,45%).

PENDAHULUANDBD merupakan salah satu penyakit infeksi virus

yang penyebarannya dilakukan oleh nyamuk Aedes. Penyakit ini pertama kali dilaporkan setelah adanya kejadian luar biasa (KLB) di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968. Semenjak itu jumlah kasus dan daerah yang terjangkit semakin meluas, hampir di seluruh kota-kota besar di Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat kompleks yaitu pertumbuhan penduduk yang tinggi, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, tidak adanya kontrol nyamuk yang efektif di daerah endemis dan adanya peningkatan sarana transportasi .1

Selama ini upaya efektif untuk mencegah dan mengendalikan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah dengan pengendalian vektornya. Upaya-upaya yang sudah dilakukan antara lain dengan pemutusan rantai nyamuk penularnya dengan cara penaburan larvasida, fogging focus dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang meliputi; pengurasan tempat penampungan air, menutup tempat penampungan dan penguburan barang bekas. Meskipun demikian kasus DBD di propinsi Sumatera Selatan masih cukup tinggi.

Berdasarkan data pada bulan Januari sampai Juni 2005 terdapat kasus DBD di Propinsi Sumatera Selatan yang berjumlah penduduk 1.512.485 Jiwa, terdapat 239 kasus CFR 0.3%. 2 Di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) terjadi kasus DBD selama tiga tahun terakhir (2003-2005), bahkan disertai dengan kematian akibat penyakit ini. Beberapa diantara kasus

ditemukan di Puskesmas Tanjung Agung dengan periode antara bulan Februari sampai dengan April (2003-2005). 3

Puskesmas Tanjung Agung adalah salah satu Puskesmas di Kabupaten OKU yang wilayah kerjanya mencakup 11 desa di Kecamatan Baturaja Barat dengan luas wilayah kerja sebesar 132,6 km2 . 4

Pada bulan Februari tahun 2005 telah dilakukan fogging di beberapa wilayah kerja Puskesmas Tanjung Agung yang menjadi sumber kasus. Diantaranya adalah di Kampung IV Desa Saung Naga. Namun pelaksanaan fogging tersebut belum menjangkau seluruh wilayah desa sehingga penyebaran DBD masih terjadi.

Desa Saung Naga termasuk desa rawan karena selama 2 tahun berturut-turut terdapat kasus DBD. Total jumlah kepala keluarga yang ada di Kampung IV Desa Saung Naga sampai dengan tahun 2005 adalah sebanyak 477 KK.

Kondisi pemukiman yang padat dan kurang tertata, banyaknya tempat penampungan air di setiap rumah penduduk serta lokasi yang dekat dengan alur transportasi yang ramai di pusat kota Baturaja dapat memperbesar peluang berkembangnya Aedes, vektor DBD sehingga meningkatkan jumlah kasus DBD di tengah-tengah masyarakat. Untuk itulah diperlukan survei jentik Aedes sebagai salah satu upaya untuk mengendalikan vektor DBD di wilayah tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui situasi larva Aedes yang merupakan faktor resiko dalam penularan penyakit demam berdarah di Kampung IV

1

Page 2: bahan 3

Desa Saung Naga Kecamatan Baturaja Barat Kabupaten OKU.

METODE PENELITIANSurvei jentik Aedes dilakukan di Kampung IV

Desa Saung Naga Kecamatan Baturaja Barat, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Propinsi Sumatera Selatan pada tanggal 18 Agustus 2005.

Survei ini adalah survei sewaktu (spot survei) yang mencoba menggambarkan variabel-varibel yang diamati dan dan disajikan dalam bentuk deskriptif.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh rumah penduduk serta kepadatan jentik Aedes yang berada daerah survei. Sementara sampel penelitian adalah seratus rumah yang dipilih secara acak di Kampung IV Desa Saung Naga dengan mengacu kepada metode yang digunakan oleh Ditjen P2M & PL (2002)5 (di lingkungan tempat tinggal, tempat-tempat umum, tempat ibadah, lingkungan kerja dan sekolah) dan jentik nyamuk Aedes yang didapatkan dari setiap kontainer yang ditemukan.

Pengumpulan data jentik Aedes. dilakukan dengan mengadakan pengamatan pada semua kontainer yang ditemui di 100 rumah baik di dalam maupun di luar rumah. Metode survei yang dilaksanakan pada kegiatan ini adalah single larva survey. Pada setiap kontainer yang ditemukan ada jentik, maka satu ekor jentik akan diambil dengan cidukan (gayung plastik) atau menggunakan pipet panjang jentik sebagai sample, untuk pemeriksaan spesies jentik (identifikasi). Jentik yang diambil ditempatkan dalam botol kecil/vial bottle dan diberi label sesuai dengan nomor tim survei, nomor lembaran formulir berdasarkan: nomor rumah yang disurvei dan nomor kontainer dalam formulir. Selanjutnya setelah survei dilaksanakan maka jentik yang telah didapatkan diperiksa untuk mengetahui spesies jentik dan menggunakan buku kunci dari Ditjen P2M&PL (2002).5

HASIL DAN PEMBAHASANDeskripsi Wilayah

Kampung IV Desa Saung Naga daerah padat penduduk dengan total jumlah Kepala Keluarga sebesar 477 KK. Mata pencaharian sebagian besar penduduknya adalah sebagai pedagang dan buruh. Lokasi berada di tengah-tengah kota Baturaja dan dekat dengan pasar. Mobilitas penduduk di Kampung IV ini cukup tinggi karena banyak pendatang dari wilayah lain yang tinggal di wilayah tersebut, misalnya

mahasiswa dsb. Kondisi pemukiman penduduk padat dan terkesan kumuh karena kurang tertata. Sementara sistem perairan penduduk (PAM) yang kurang lancar (terutama pada musim kemarau) menyebabkan penduduk menyediakan cukup banyak tempat penampungan air.

Penangkapan JentikAngka-angka indeks jentik House Index (HI),

Container Index (CI) dan Breteau Index (BI) yang diperoleh pada survei di Kampung IV Desa Saung Naga Kec. Baturaja Barat ini berturut-turut sebesar 35%, 26% dan 36%. Menurut WHO (1998), daerah yang mempunyai HI lebih besar dari 5% dan BI lebih besar dari 20% umumnya merupakan daerah yang sensitif atau rawan demam dengue.6 Sementara itu ABJ yang didapat sebesar 65%. Menurut Hasyimi, nilai ABJ yang relatif rendah (kurang dari 95% memperbesar peluang terjadinya transmisi virus DBD. Dengan demikian desa ini mempunyai resiko untuk terjadinya epidemi apabila tidak diambil tindak lanjut terhadap keberadaan jentik vektor penular DBD tersebut.7

Survei jentik dilakukan di rumah-rumah penduduk dan fasilitas umum lainnya seperti musollah. Berdasarkan jenis-jenis tempat tersebut diketahui hasil seperti pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Rumah dan Tempat-Tempat Umum yang Ditemukan Desa Saung Naga Tahun 2005.

Jenis Jumlah

Ditemukan Jentik

Rumah 99 35Mushola 1 1

Keberadaan fasilitas-fasilitas umum yang ada di suatu lingkungan juga harus diperhatikan karena dapat juga menjadi tempat perindukan potensial bagi vektor DBD. Misalnya bak penampungan air wudhu di mushola atau masjid, wc sekolah dsb. Karena itu upaya untuk memutus mata rantai penularan DBD harus melibatkan semua komponen masyarakat yang ada di wilayah tersebut.

Dari 100 rumah yang disurvei, ditemukan tipe-tipe kontainer yang berbeda yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes. Berdasarkan tipe kontainer yang diperiksa didapatkan bahwa kontainer yang paling dominan ditemukan dari rumah-rumah yang disurvei adalah bak mandi, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

2

Page 3: bahan 3

Tabel 2. Tipe-tipe Kontainer yang Ditemukan di Desa Saung Naga Tahun 2005.

No Tipe Kontainer Jumlah (%) Kontainer

1 Drum 40 28.582 Bak Mandi 85 60.713 Ember 9 6.434. Tempayan 2 1.435. Bak Air Wudhu 1 0.716. Lainnya 3 2.14

Jumlah 140 100

Data tipe kontainer yang ditemukan menunjukkan bak mandi (60,71%) sebagai jenis kontainer yang mendominasi wilayah tersebut. Diikuti oleh drum plastik (28,58%), ember (6,43%), tempayan (1,43%) dan kontainer lain seperti botol/kaleng bekas dan kolam buatan (2,14%). Hasyimi dan Soekirno (2004) menyatakan bahwa penggunaan TPA di daerah pemukiman dimana keperluan air sehari-hari dikelola PAM, sering menimbulkan masalah bagi perindukan vektor disebabkan penduduk banyak menampung air di suatu tempat (TPA). Dengan alasan ini maka tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti cenderung menjadi banyak sehingga memperluas terjadinya transmisi virus dengue dan chikungunya.8

Tabel 3. Tipe-tipe Kontainer Positif yang Ditemukan di Desa Saung Naga Tahun 2005.

No Tipe Kontainer Kontainer Positif

% Kontainer Positif

1 Drum 17 47.222 Bak Mandi 14 38.893 Ember 0 04. Tempayan 1 2.785. Bak Air Wudhu 1 2.786. Lainnya 3 8.33

Jumlah 36 100

Seperti terlihat dari tabel 3, kontainer positif ditemukan jentik yang paling dominan adalah drum (47,22%) dan bak mandi (38,89%). Sebagai pembanding, survei jentik yang dilakukan di Desa Sukaraya Kab. OKU pada tahun 2004 menunjukkan bahwa kontainer positif yang ditemukan pada desa tersebut adalah bak mandi, drum dan ember. Hal ini sesuai dengan laporan Chan dalam Hasyimi, dkk. (2005) yang menyatakan bahwa di daerah perkotaan habitat nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus sangat bervariasi, tetapi 90% adalah wadah-wadah

yang dibuat oleh manusia. Fock DA dalam Hasyimi dan Soekirno (2004) menyatakan bahwa tempayan, drum dan bak mandi adalah tiga jenis kontainer yang banyak memfasilitasi jentik Ae. aegypti menjadi dewasa, mengingat ketiganya termasuk TPA yang berukuran besar dan sulit mengganti airnya. Kondisi suplai air untuk keperluan sehari-hari penduduk yang kurang lancar menyebabkan sebagian besar kontainer seperti bak mandi atau drum jarang dikuras atau dibersihkan. Ini menyebabkan perkembangan jentik Aedes menjadi nyamuk dewasa lebih besar peluangnya.

Sebagian besar bahan kontainer yang ditemukan pada survei ini adalah semen (43.57%), plastik (34.28%) dan keramik (19.28%). Sementara logam (2.15%) dan tanah (0.72%). Meskipun demikian jentik Aedes paling banyak ditemukan pada kontainer berbahan dasar plastik (52.78%) dan semen (33.33%). Selengkapnya pada tabel 4.

Tabel 4. Bahan Kontainer yang Ditemukan di Desa Saung Naga Tahun 2005.

No

Bahan Kontaine

r

Jumlah (%) Positif Jentik (%)

1 Plastik 48 (34.28%) 19 (52.78%)2 Semen 61 (43.57%) 12 (33.33%)3 Keramik 27 (19.28%) 5 (13.89%)4. Logam 3 (2.15%) 0 (0%)5. Tanah 1 (0.72%) 0 (0%)

Jumlah 140 (100%) 36 (100%)

Hasil penelitian Sungkar (1994) tentang Pengaruh Jenis TPA terhadap Perkembangan Larva Aedes juga menunjukkan bahwa jumlah larva yang terdapat pada kontainer dari keramik paling sedikit dibandingkan dengan kontainer yang terbuat dari semen atau drum. Pada kontainer berbahan dasar semen yang kasar, nyamuk betina lebih mudah mengatur posisi tubuh pada waktu meletakkan telur. Telur diletakkan secara teratur di atas permukaan air. Pada TPA yang licin seperti keramik, nyamuk tidak dapat berpegangan erat dan tidak dapat mengatur posisi tubuhnya dengan baik sehingga telur disebarkan di permukaan air dan menyebabkannya, mati terendam sebelum menetas).9

Sementara pada kontainer berbahan dasar plastik (sebagian besar adalah jenis drum), banyaknya jentik yang terdapat di sana mungkin lebih dikarenakan kondisi sekitar kontainer yang gelap dan lembab, juga

3

Page 4: bahan 3

warna kontainer yang menunjang perkembangan jentik.

Tabel 5 menggambarkan kondisi kontainer positif jentik berdasarkan letak kontainer.

Tabel 5. Letak Kontainer yang Ditemukan di Desa Saung Naga Tahun 2005.

Letak Kontainer

Jumlah

Dengan jentik

% Kontainer Positif

DalamLuar

11624

279

7525

Jumlah 140 36 100

Berdasarkan letak kontainer didapatkan bahwa kontainer yang terletak di dalam rumah berpeluang lebih besar untuk terdapat jentik Aedes. Ini dipengaruhi oleh kondisi rumah yang gelap karena kurangnya cahaya di dalam rumah sehingga udara di dalam rumah cenderung lembab. Kondisi yang lembab dan warna TPA yang gelap ini memberikan rasa aman dan tenang bagi nyamuk untuk bertelur, sehingga telur yang diletakkan lebih banyak dan jumlah larva yang terbentuk lebih banyak pula.9 Selain itu suasana gelap menyebabkan larva menjadi tidak terlihat sehingga tidak bisa diciduk atau dibersihkan.

Tabel 6. Keadaan Kontainer yang Ditemukan di Desa Saung Naga Tahun 2005.

Penutup Diperiksa

Dengan jentik

% Kontainer Postitif

Ada 50 19 52.78

Tidak ada 90 17 47.22Jumlah 140 36 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kontainer yang diperiksa umumnya tidak memiliki penutup yaitu sebanyak 90 kontainer. Sementara kontainer yang memiliki penutup ditemukan sebanyak 50 kontainer. Walaupun demikian, dari 50 kontainer dengan penutup, 19 kontainer diantaranya positif jentik.

Dari hasil survei kontainer dengan penutup justru lebih banyak mengandung jentik dibandingkan dengan yang tidak berpenutup. Ini mungkin disebabkan karena kontainer/TPA tanpa penutup lebih sering digunakan penduduk sehingga arus air di dalam kontainer menjadi tidak kondusif bagi perkembangan jentik. Sementara kontainer yang berpenutup digunakan penduduk sebagai tampungan air cadangan yang jarang digunakan sehingga jarang dibersihkan. Bisa juga disebabkan penutupnya tidak rapat atau ada

bagian yang berlubang pada penutup kontainer tersebut.

Berdasarkan jenis jentik yang didapatkan dari survei memperlihatkan bahwa jentik Aedes aegypti paling dominan ditemukan, selain itu juga didapatkan spesies lainnya yaitu Aedes albopictus dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Jenis Jentik yang Ditemukan di Desa Saung Naga Tahun 2005.

Jenis jentik Jumlah % JentikAedes aegypti 34 94.45

Aedes albopictus

2 5.55

Jumlah 36 100

Hasil identifikasi jentik dari survei mendapatkan 2 spesies Aedes, yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Namun, jentik Aedes aegypti mendominasi hasil tangkapan yaitu berjumlah 34 jentik. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama (primer) dalam penularan penyakit DBD karena tempat hidupnya yang biasanya berada di dalam ataupun dekat lingkungan rumah sedangkan nyamuk Aedes albopictus merupakan vektor sekunder dikarenakan habitat aslinya biasanya berada di kebun-kebun. 10

Pengurangan sumber vektor melalui partisipasi masyarakat merupakan metode efektif untuk pelaksanaan program pengendalian jangka panjang dan berkelanjutan, serta merupakan strategi pengendalian inti untuk DBD.11 Akan tetapi, perlu disadari bahwa untuk mendapatkan partisipasi penuh masyarakat diperlukan waktu yang tidak sebentar karena hal tersebut didasarkan pada perubahan perilaku. Untuk itulah diperlukan adanya kerjasama antar setiap elemen masyarakat yang berada pada wilayah tersebut mulai dari tingkat kelurahan sampai lembaga terkait lainnya (Dinas Kesehatan OKU). Dengan demikian diharapkan angka kasus DBD di Kab. OKU secara umum dapat diturunkan.

KESIMPULANDari hasil kegiatan survei larva dapat disimpulkan

hal-hal sebagai berikut :1. Di Kampung IV Desa Saung Naga Kec. Baturaja

Barat didapatkan angka House Index (HI) 35%, Container Index (CI) 26%, Breteau Index (BI) 36% dan Angka Bebas Jentik (ABJ) sebesar 65%.

4

Page 5: bahan 3

2. Sebanyak 35 rumah dan 1 Mushollah positif ditemukan jentik Aedes.

3. Tempat penampungan air (TPA) yang paling dominan ditemukan jentik Aedes adalah drum dan bak mandi.

4. Prosentase jentik Aedes aegypti yang ditemukan sebesar 94,45% sedangkan jentik Aedes albopictus sebesar 5,55%.

5. Hasil keseluruhan dari kegiatan survei larva/jentik ini menunjukkan bahwa Kampung IV Desa Saung Naga Kec. Baturaja Barat mempunyai resiko terjadi epidemi DBD oleh nyamuk Aedes aegypti.

SARAN1. Mengadakan pemberantasan jentik dengan

larvasida (abatisasi) secara massal ataupun dengan memanfaatkan ikan pemakan jentik.

2. Lebih mengintensifkan kegiatan pemeriksaan jentik berkala (PJB) di tempat-tempat umum (TTU) seperti sekolah, masjid, perkantoran dan lain-lain sebagai bentuk system kewaspadaan dini (SKD) sekurang-kurangnya setiap 3 bulan untuk mengetahui keadaan populasi jentik nyamuk penular penyakit demam berdarah dengue.

3. Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan bersih dan bebas jentik nyamuk penular demam berdarah, seperti menggalakkan program 3M+ di lingkungan sekitar.

4. Meningkatkan peran serta masyarakat serta kerjasama antar lembaga-lembaga menuju kepada perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang berisiko terhadap penularan DBD.

5. Perlu dipertimbangkan untuk mengangkat Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dengan diberi insentif yang secara teratur mengunjungi rumah-rumah penduduk.

6. Diharapkan informasi yang didapatkan dari kegiatan ini dapat dijadikan tolak ukur oleh pengelola program DBD di Dinas Kesehatan Kab. OKU.

DAFTAR PUSTAKA1. Depkes RI. Tata Laksana Demam Berdarah

Dengue Di Indonesia. Direktorat Jenderal P2M Dan PL Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2004.

2. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan. Laporan K-DBD Bulanan Kab/Kota Propinsi Sumatera Selatan. 2005.

3. Dinas Kesehatan OKU. Laporan Kasus DBD di Kabupaten OKU. 2004.

4. Puskesmas Tanjung Agung, Laporan Kerja per Tahun Puskesmas Tanjung Agung, Baturaja. 2005.

5. Depkes RI. Pedoman Survei Entomologi Demam Berdarah Dengue, Direktorat Jenderal P2M Dan PL, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 2002.

6. Suwasono, H. dan Yuniarti, R.A. Pengamatan Entomologi Daerah Endemis dan Non Endemis Demam Berdarah Dengue Di Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 1 No. 3: 106-111. Jakarta. 2002.

7. Hasyimi,M.,Sukowati,S.,Kusriastuti,R.dan Muchlastriningsih,E. Situasi Vektor Demam Berdarah Saat Kejadian Luar Biasa (KLB) Di Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Vol. XV No.2:14-18.Jakarta. 2005.

8. Hasyimi, H., dan Soekirno,M. Pengamatan tempat Perindukan Aedes aegypti Pada Tempat Penampungan Air Rumah Tangga Pada Masyarakat Pengguna Air Olahan. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 3 No.1:37-42. Jakarta. 2004.

9. Sungkar,S., Hoedojo, S., Djakaria, Sumedi, Is.S.Ismid. Pengaruh Jenis Tempat Penampungan Air (TPA) Terhadap Kepadatan dan Perkembangan Larva Aedes aegypti. Majalah Kedokteran Indonesia Vol.44 No.4.:217-223. Jakarta. 1994.

10. Sitorus, H., Saikhu,A., Yahya, Santoso, Pahlevi,I. Survei Jentik Di Desa Sukaraya Kec. Baturaja Timur Kab. OKU Tahun 2004. Loka Penelitian dan Pengembangan P2B2 Baturaja, 2004.

11. World Health Organization Regional Office for South East Asia New Delhi. Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah dengue. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005.

5