Badu Ahmad

10
KONDISI BIROKRASI DI INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PELAYANAN PUBLIK Abstrak Badu Ahmad Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Fisip Hambatan utama penyelenggaraan pelayanan prima di Indonesia adalah patologi birokrasi yang sampai saat ini masih dirasakan oleh masyarakat atas perlakuan yang diterima dari aparat pemerintah. Untuk mengatasi patologi birokrasi tersebut diperlukan kebijakan yang harus dilaksanakan secara konsisten oleh setiap aparatur dan masyarakat secara bersama-sama. Tujuannya adalah perwujudan prinsip-prinsip Good Governance dan Clean Government dalam pelayanan publik. Solusi yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah adalah: (a) dalam hubungannya dengan berpola patron-klien, tidak memiliki stándar pelayanan yang jelas/pasti, tidak kreatif, perlu membentuk UU pelayanan publik yang memihak pada rakyat; (b) dalam hubungannya dengan struktur yang gemuk, kinerja yang berbelit-belit, perlu dilakukan restrukturisasi birokrasi pelayanan publik; (c) untuk mengatasi kolusi, korupsi dan nepotisme, selain kedua hal di atas maka diharapkan pemerintah menetapkan perundangan di bidang Information Teknologi (IT), sebagai bagian Pengembangan dan Pemanfaatan E-Government agar penyelenggaraan pelayanan publik terdapat transparansi dan saling kontrol; (d) setiap daerah provinsi dan kabupaten dituntut membuat Perda, yang jelas mengatur secara seimbang hak dan kewajiban dari penyelenggara dan pengguna pelayanan publik; (e) setiap daerah dibutuhkan lembaga ombudsman, lembaga ini bisa berperan sebagai ombudsman di daerah menjadi satu kenicayaan apabila kita ingin memberdayakan kedudukan warga di mata rezim pelayanan. Ombusdman harus diberikan kewenangan yang memadai untuk melakukan investigasi dan mencari penyelesaian yang adil terhadap perselisihan antara pengguna jasa dan penyelenggara dalam proses pelayanan publik; (f) peran kualitas sumber daya aparatur sangat pengaruhi kualitas pelayanan. I. PENDAHULUAN birokrasi publik memberikan andil yang relatif besar. Semua yang terdapat dalam Birokrasi merupakan instrumen penting cakupan penyelenggaraan negara tidak dalam masyarakat yang kehadirannya tak terlepas dari konteks public services dan mungkin terelakkan. Birokrasi adalah public affairs. Barang dan jasa publik sebuah konsekuensi logis dari diterimanya hendaknya dapat dikelola secara efisien dan hipotesis bahwa negara mempunyai misi efektif. Sedangkan konsekuensi suci yaitu untuk mensejahterakan pengelolaan tersebut menjadi tanggung rakyatnya. Untuk itu negara harus terlibat jawab birokrasi. langsung dalam memproduksi barang dan Peranan pemerintah yang strategis, jasa publik yang diperlukan oleh rakyatnya. akan banyak ditopang oleh bagaimana Negara secara aktif terlibat dalam birokrasi publik mampu melaksanakan kehidupan sosial rakyatnya. Untuk itu tugas dan fungsinya. Salah satu tantangan negara membangun sistem administrasi besar yang dihadapi birokrasi adalah yang bertujuan untuk melayani kepentingan bagaimana mereka mampu melaksanakan rakyatnya yang disebut dengan istilah kegiatan secara efektif dan efisien, karena birokrasi. selama ini birokrasi diidentikkan dengan Berkenaan dengan upaya pelayanan kinerja yang berbelit-belit, berpola patron- dan mewujudkan kesejahteraan rakyat, PKP2A II LAN MAKASSAR J u r n a l Administrasi Publik Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 45 - 62

Transcript of Badu Ahmad

Page 1: Badu Ahmad

KONDISI BIROKRASI DI INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PELAYANAN PUBLIK

Abstrak

Badu Ahmad

Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Fisip

Hambatan utama penyelenggaraan pelayanan prima di Indonesia adalah patologi birokrasi yang sampai saat ini masih dirasakan oleh masyarakat atas perlakuan yang diterima dari aparat pemerintah. Untuk mengatasi patologi birokrasi tersebut diperlukan kebijakan yang harus dilaksanakan secara konsisten oleh setiap aparatur dan masyarakat secara bersama-sama. Tujuannya adalah perwujudan prinsip-prinsip Good Governance dan Clean Government dalam pelayanan publik. Solusi yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah adalah: (a) dalam hubungannya dengan berpola patron-klien, tidak memiliki stándar pelayanan yang jelas/pasti, tidak kreatif, perlu membentuk UU pelayanan publik yang memihak pada rakyat; (b) dalam hubungannya dengan struktur yang gemuk, kinerja yang berbelit-belit, perlu dilakukan restrukturisasi birokrasi pelayanan publik; (c) untuk mengatasi kolusi, korupsi dan nepotisme, selain kedua hal di atas maka diharapkan pemerintah menetapkan perundangan di bidang Information Teknologi (IT), sebagai bagian Pengembangan dan Pemanfaatan E-Government agar penyelenggaraan pelayanan publik terdapat transparansi dan saling kontrol; (d) setiap daerah provinsi dan kabupaten dituntut membuat Perda, yang jelas mengatur secara seimbang hak dan kewajiban dari penyelenggara dan pengguna pelayanan publik; (e) setiap daerah dibutuhkan lembaga ombudsman, lembaga ini bisa berperan sebagai ombudsman di daerah menjadi satu kenicayaan apabila kita ingin memberdayakan kedudukan warga di mata rezim pelayanan. Ombusdman harus diberikan kewenangan yang memadai untuk melakukan investigasi dan mencari penyelesaian yang adil terhadap perselisihan antara pengguna jasa dan penyelenggara dalam proses pelayanan publik; (f) peran kualitas sumber daya aparatur sangat pengaruhi kualitas pelayanan.

I. PENDAHULUAN birokrasi publik memberikan andil yang relatif besar. Semua yang terdapat dalam Birokrasi merupakan instrumen penting cakupan penyelenggaraan negara tidak dalam masyarakat yang kehadirannya tak terlepas dari konteks public services dan mungkin terelakkan. Birokrasi adalah public affairs. Barang dan jasa publik sebuah konsekuensi logis dari diterimanya hendaknya dapat dikelola secara efisien dan hipotesis bahwa negara mempunyai misi e f e k t i f . S e d a n g k a n k o n s e k u e n s i suci yai tu untuk mensejahterakan pengelolaan tersebut menjadi tanggung rakyatnya. Untuk itu negara harus terlibat jawab birokrasi. langsung dalam memproduksi barang dan

Peranan pemerintah yang strategis, jasa publik yang diperlukan oleh rakyatnya. akan banyak ditopang oleh bagaimana Negara secara aktif terlibat dalam birokrasi publik mampu melaksanakan kehidupan sosial rakyatnya. Untuk itu tugas dan fungsinya. Salah satu tantangan negara membangun sistem administrasi besar yang dihadapi birokrasi adalah yang bertujuan untuk melayani kepentingan bagaimana mereka mampu melaksanakan rakyatnya yang disebut dengan istilah kegiatan secara efektif dan efisien, karena birokrasi.selama ini birokrasi diidentikkan dengan Berkenaan dengan upaya pelayanan kinerja yang berbelit-belit, berpola patron-dan mewujudkan kesejahteraan rakyat,

PKP2A II LAN MAKASSAR

J u r n a l

Administrasi PublikJurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 45 - 62

Page 2: Badu Ahmad

klien, tidak memiliki stándar pelayanan yang kemacetan administrasi atau tidak adanya jelas/pasti, tidak kreatif, struktur yang efisiensi. Padahal pengertian birokrasi yang tambun (gemuk), penuh dengan kolusi, sebenarnya bukan itu.korupsi dan nepotisme. Sejumlah patologi B i r o k r a s i d i m a k s u d k a n u n t u k tersebut menjadi hambatan luar biasa untuk mengorganisir secara teratur suatu dapat mewujudkan sebuah pelayanan yang pekerjaan yang harus dilakukan oleh banyak memuaskan masyarakat. Birokrasi orang. Birokrasi adalah tipe dari suatu Indonesia masih jauh dari apa yang disebut organisasi yang dimaksudkan untuk good governance. mencapai tugas-tugas administratif yang

Agus Dwiyanto (2003:1), dan A.T. besar dengan cara mengkoordinir secara Sulistiyani (2004:10) Birokrasi menurut sistematis (teratur) pekerjaan dari banyak model Weber ini sangat ideal bahkan orang. Dalam suatu rumusan lain sempurna. Karena itu cenderung tidak dikemukakan bahwa birokrasi adalah “Tipe sesuai dengan praktek di sebagian besar o r g a n i s a s i y a n g d i p e r g u n a k a n birokrasi di dunia, terlebih di Indonesia. pemerintahan modern untuk pelaksanaan Pengalaman dan praktek Birokrasi di berbagai tugas-tugasnya yang bersifat Indonesia, seperti perilaku birokrasi di masa spesiali-sasi, dilaksanakan dalam sistem Orde Baru sebagaimana masih segar dalam administrasi dan khususnya oleh aparatur ingatan bangsa Indonesia, jelas-jelas pemerintah”. memihak kepentingan kelompok politik yaitu Menurut Blau dan Meyer ( 1987:4), Golongan Karya, birokrasi dijadikan birokrasi justru untuk melaksanakan prinsip-instrumen paling ampuh dalam hal prinsip organsasi yang ditujukan untuk memobilisasi massa dalam pemilihan meningkatkan efisiensi administratif, umum. Tidak ada yang bisa menandingi biarpun kadangkala dalam pelaksanaannya struktur dan kuatnya posisi birokrasi di birokratisasi akibatnya seringkali malahan masyarakat mulai dari pusat sampai di desa- kurang adanya efisiensi. Malahan birokrasi desa. Maka tidaklah mengherankan dengan ini terdapat pada semua organisasi besar, posisi keberpihakan birokrasi atau aparatur tidak saja pada bidang militer atau pemer in tahan pada par ta i po l i t i k pemerintah sipil, tetapi juga pada swasta menimbulkan pelayanan kepada rakyat dan lain-lain.menjadi terkesampingkan, padahal tugas Weber banyak sekali menulis tentang utama dari birokrasi adalah public servent kedudukan pejabat dalam masyarakat (pelayan masyarakat). modern. Sebagai organisasi Modern yang

konsep dasarnya dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) dalam Peter M. Blau & Marshall W. Meyer (1987:25), Ambar Sulistiyani (2004:3), Martin Albrow (1989:41) birokrasi adalah bentuk

a. Pengertian Birokrasiorganisasi kekuasaan yang sepenuhnya

Para penul is di atas memberi diserahkan kepada para pejabat resmi atau p e n j e l a s a n t e r h a d a p a d a n y a aparat pemerintah yang memiliki syarat kesalahpahaman umum bahwa pengertian technical skill yaitu berkemampuan secara birokrasi diberikan kepada hal-hal seperti teknis melaksanakan tugas yang jika seseorang ingin mendapatkan informasi dipercayakan kepadanya di dalam sistem tertentu dikirim dari pejabat yang satu administrasi pemerintahan.kepada pejabat yang la in , tanpa Baginya ia merupakan sebuah tipe mendapatkan informasi yang diinginkan. peranan sosial yang amat penting. Ciri-ciri Demikian pula keharusan pengisian yang berbeda dari peranan ini ialah: formulir-formulir dalam 6 (enam) lembar Pertama; bahwa seseorang memiliki tugas-atau lebih. Sehingga birokrasi malahan tugas khusus untuk dilakukan; kedua, d ihubungkan dengan kemace tan- bahwa fasilitas dan sumber yang diperlukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Birokrasi

untuk memenuhi tugas itu diberikan oleh birokrasi adalah terletak pada penjelasan orang lain, bukan oleh pemegang peranan ketika ia mendiskusikan tipe rasional yang i t u . P e j a b a t m e m i l i k i c i r i y a n g murni.membedakannya dengan pekerja yaitu ia Sesuai dengan teorinya bahwa memiliki otoritas. Weber menolak untuk keyakinan dalam legitimasi adalah dasar menyebut birokrasi bagi pejabat yang dipilih bagi hampir semua sistem otoritas, ia atau seseorang yang diseleksi oleh memulai dengan mengemukakan lima sekumpulan orang. Ciri pokok pejabat keyakinan berkaitan adanya otoritas yang birokratis, bahwa ia adalah orang yang sah bergantung. Bentuk ringkasnya adalah diangkat. Dengan menyatakan ini, Weber sebagai berikut:telah hampir sampai pada definisi umumnya a. Bahwa dengan ditegakkannya peraturan yang dikenakan terhadap birokrasi. Ia (code) yang sah maka suatu organisasi menulis “tidak ada pelaksanaan otoritas dapat menuntut kepatuhan dari para yang benar-benar birokratis, semata-mata anggotanya.melalui pejabat yang dibayar dan diangkat

b. Bahwa hukum merupakan suatu sistem secara kontrak.aturan-aturan abstrak yang diterapkan

Menurut Blau (1987:126) dan Albrow, pada kasus-kasus tertentu, sedangkan 1989:31), barangkali baik karena latar administrasi, mengurus kepentingan-belakang teknis maupun generalitasnya, kepentingan organisasi yang ada dalam konsep birokrasi Weber dapat dirangkum ke batas-batas hukum.dalam jenis definisi ini: dengan birokrasi

c. Bahwa manusia yang menjalankan yang dimaksudkan ialah suatu badan otoritas juga memasuki tatanan administratif tentang pejabat yang diangkat. impersonal tersebut.Patut diperhatikan betapa dekat rumusan

d. Bahwa hanya anggota yang taat yang dengan konsep-konsep Michels dan Mosca. benar-benar mematuhi hukum.Seperti halnya mereka, Weber juga

e. Bahwa kepatuhan itu seharusnya tidak memandang birokrasi sebagai hubungan kepada person yang memegang otoritas kolektif bagi golongan pejabat, suatu melainkan kepada tatanan impersonal kelompok tertentu dan berbeda, yang yang menjaminnya untuk menduduki pekerjaan dan pengaruhnya dapat dilihat jabatan itu.dalam semua jenis organisasi. Tetapi adalah

juga benar, Weber menekankan pada ciri- Berdasarkan konsepsi legitimitasi ini ciri organisasional tertentu, khususnya Weber (Albrow, 1989:32-33) dapat menurut prosedur pengangkatannya, yang merumuskan delapan proposisi tentang berarti bahwa dalam konsep umum penyusunan sistem otoritas legal sebagai birokrasinya bukan hanya gagasan tentang berikut:kelompok, tetapi juga gagasan bentuk- a. Tugas-tugas pejabat diorganisir berda-bentuk tindakan yang berbeda. Hal ini sarkan aturan yang berkesinambungan.menjadikan konsep Weber lebih penting dan

b. Tugas-tugas tersebut dibagi atas bidang-tipe birokrasi yang paling rasional.bidang yang dibedakan menurut fungsi,

Weber memandang birokrasi rasional masing-masing dilengkapi dengan sebagai unsur pokok dalam rasionalisasi syarat otoritas dan sanksi-sanksi.dunia modern, yang baginya jauh lebih

c. Jabatan-jabatan tersusun secara penting dari seluruh proses sosial. hirarkis, hak-hak kontrol dan komplain Diantaranya, proses ini mencakup diantara mereka terperinci.k e t e t a p a n d a n k e j e l a s a n y a n g

d. Aturan-aturan yang sesuai dengan dikembangkan dalam prinsip-prinsip pekerjaan diarahkan baik secara teknis memimpin organisasi sosial. Dengan maupun secara legal. Dalam kedua sendirinya hal ini memudahkan dan kasus tersebut manusia terlatih mendorong konseptualisasi ilmu sosial, dan diperlukan.bantuan konseptual teori Weber tentang

Badu Ahmad / Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 37 - 44 Badu Ahmad / Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 37 - 4446 47

Page 3: Badu Ahmad

e. Sumber-sumber daya organisasi sangat juga hak-hak pensiun. Gaji berjenjang berbeda dengan yang berasal dari para menurut kedudukan dalam hirarki. anggota sebagai individu pribadi. Pejabat dapat selalu menempati posnya,

dan dalam keadaan-keadaan tertentu ia f. Pemegang jabatan tidak sesuai dengan juga dapat diberhentikan.jabatannya.

g. Pos jabatan adalah lapangan kerjanya g. Administrasi didasarkan pada dokumen-sendiri atau lapangan kerja pokoknya.dokumen tertulis dan hal ini cenderung

menjadikan kantor (Biro) sebagai pusat h. Terdapat suatu struktur karir, dan organisasi modern. promosi dimungkinkan berdasarkan

senioritas maupun keahlian (merit) dan h. Sistem-sistem otoritas legal dapat menurut pertimbangan keunggulan mengambil banyak bentuk, tetapi dilihat (superior).pada bentuk artinya ialah didalam

sebuah staf administrasi birokratik. i. Pejabat mungkin tidak sesuai baik dengan posnya maupun dengan Proposisi terakhir tersebut adalah sumber-sumber yang tersedia di pos sangat penting untuk memahami pemikiran tersebut.Weber tentang birokrasi. Lima konsepsi

legitimasi dan delapan prinsip otoritas telah j. Ia tunduk pada sistem disiplin dan kontrol ditujukan dalam organisasi staf administrasi yang seragam.birokrasi tetapi di dalam konsepsi tersebut Sa lah sa tu contoh penerapan menghindari pembicaraan tentang birokrasi. pelayanan kepada masyarakat yang tidak Jenis-jenis administrasi yang lain, yakni membeda-bedakan atau pilih kasih artinya yang kolegial atau honorer, juga dapat siapa saja yang cepat datang itulah yang didasarkan pada proposisi ini dan Weber lebih dahulu dilayani tanpa harus melihat mendiskusikannya secara panjang lebar. status sosial ekonomi mereka. Contoh lain Weber juga menambahkan bahwa mungkin yang dirasakan oleh masyarakat atau saja memiliki suatu staf administrasi anggota dalam organisasi itu sendiri yaitu birokratis manakala kepemimpinan tidak terdapatnya sistim kekeluargaan, sahabat, mendasarkan dirinya sendiri pada prinsip- uang pelicin, dan sebagainya yang lebih prinsip rasional legal. ampuh untuk mempermulus berbagai

kepentingan misalnya penerimaan pegawai, promosi jabatan dan penempatan pegawai. b. Ciri-ciri BirokrasiKasus seperti inilah yang bertentangan Birokrasi dalam bentuknya yang paling dengan prinsip-prinsip birokrasi yang rasional, terlebih dahulu mempersyaratkan dikemukakan oleh para ahli misalnya Max proposisi-proposisi menurut legitimasi dan Weber.otoritas serta memiliki ciri-ciri tertentu

Kesepuluh ciri tipe birokrasi yang ideal, sebagai berikut:mu rn i dan pa l i ng ras i ona l yang a. Para anggota staf secara pribadi bebas, diperkenalkan oleh Max Weber (Albrow, hanya menjalankan tugas-tugas 1989:33-34) ini merupakan suatu jenis staf impersonal jabatan mereka.administrasi yang seringkali diacukan pada

b. Adanya hirarki jabatan yang jelas. tout court (sebutan pasangannya) sebagai c. Fungsi-fungsi jabatan ditentukan secara “birokrasi”

tegas. Selanjutnya Anda dapat memahami d. Para pejabat diangkat berdasarkan secara praktis dalam uraian tentang ciri-ciri

suatu kontrak. utama dari struktur birokrasi di dalam “tipe e. Mereka dipilih berdasarkan kualitas idealnya” menurut Weber di bawah ini:

profe-sional, idealnya didasarkan suatu 1. Pembagian Kerja yang Jelas diploma (ijazah) yang diperoleh melalui

Kegiatan reguler yang diperlukan untuk ujian.

mencapai tujuan-tujuan organisasi dibagi f. Mereka memiliki gaji dan biasanya ada

P e l a k s a n a a n k e g i a t a n y a n g dalam cara yang tertentu sebagai tugas-mendasarkan diri kepada peraturan atau tugas jabatan. Pembagian kerja yang jelas ini standar-standar tersebut dipakai untuk memungkinkan untuk megerjakan tenaga-jabatan-jabatan di tingkat bawah yang tenaga spesialisasi dalam setiap jabatan, dan bersifat rutin, tetapi juga untuk jabatan-membuat mereka bertang-gung jawab jabatan tinggi ada standar untuk menjadi

untuk pelaksanaan efektif dari tugasnya dasar pelaksanaan kegiatannya.

tersebut. Tingkat spesialisasi yang tinggi 4. Prinsip Impersonalitas Hubungan menjadi bagian dari pada kehidupan sosial-

Pejabat yang ideal dalam suatu birokrasi ekonomi banyak negara-negara dewasa ini melaksanakan kewajiban di dalam (terutama di negara maju).semangat formalistic impersonality.

2. Hirarki Jabatan Artinya tanpa perasaan simpati atau Pengorganisas i jabatan- jabatan tidak simpati. Supaya standar-standar mengikuti prinsip hirarki, yaitu jabatan ras iona l dapat ber ja lan da lam yang lebih rendah berada di bawah pelaksanaan kegiatan tanpa gangguan pengawasan atau pimpinan daripada pertimbangan yang bersifat pribadi, jabatan yang lebih atas. Setiap pejabat di maka suatu pendekatan yang non dalam hirarki administratif ini dapat pribadi (detached) harus berlaku di diminta pertanggungjawabannya oleh dalam suatu organisasi dan terutama atasannya mengenai keputusan atau k e p a d a n a s a b a h . D e n g a n kegiatan pejabat yang di bawah menghilangkan pertim-bangan yang pimpinan-nya itu. Supaya ia dapat bersifat pribadi di dalam urusan jabatan memimpin bawah-annya, seseorang berarti suatu pra kondisi untuk sikap tidak mempunyai kewenangan atas bawahan memihak dan juga untuk efisiensi. tersebut, yaitu mempunyai hak untuk Sebetulnya hal ini adalah untuk mengeluarkan petunjuk/ instruksi yang keuntungan mereka yang dilayani. relevan dengan tugas dan fungsi Dengan sikap pelayanan yang sama jabatan. Penggunaan dari preogratif berarti juga membina demokrasi dalam status untuk memperluas kekuasaan administrasi.terhadap bawahan tidak dibenarkan 5. Kemampuan Teknis (Technical Skill)karena tidak sesuai dengan pelaksanaan

Pada prinsipnya, jabatan-jabatan kewena-ngan birokrasi yang sah birokrasi harus diisi oleh orang-orang (legitimate).yang memiliki kemampuan teknis yang

3. Pengaturan Sistem yang Konsisten diperlukan untuk melaksanakan tugas-Operasi-operasi atau pelaksanaan tugas dalam jabatan itu. Biasanya, kegiatan, dikendalikan oleh suatu sistem kualifikasi atas para calon di-lakukan pera tu ran yang kons is ten dan dengan ujian berdasarkan sertifikat yang pelaksanaan daripada peraturan- menunjukkan kemampuan mereka.peraturan ini terhadap kejadian atau 6. Penempatan berdasarkan karierkasus-kasus tertentu. Sistem dari

Penetapan kerja di dalam organisasi standar ataupun peraturan-peraturan ini birokrasi di daerah pada kwalifikasi dimaksudkan untuk menjamin adanya teknis dan d i l indungi terhadap keseragaman pelaksanaan setiap tugas pemberhentian wewenang-wewenang di dan kegiatan, tanpa melihat jumlah dalam suatu organisasi birokrasi, orang yang terlibat di dalamnya, serta penempatan kerja seorang pegawai untuk koordinasi berbagai tugas. didasarkan atas karier. Ada sistem Peraturan atau tata cara tersebut juga promosi, entah atas dasar senioritas memberikan pembatasan wilayah atau prestasi, atau kedua-duanya. tanggung jawab setiap anggota Kebijaksanaan kepegawaian demikian organisasi dan hubungan antar mereka. dimaksudkan untuk meningkat-kan

Badu Ahmad / Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 37 - 44 Badu Ahmad / Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 37 - 4448 47

Page 4: Badu Ahmad

loyalitas kepada organisasi dan Pandangan Weber adalah penglihatan tumbuhnya jiwa korps (esprit de corps) birokrasi dalam bentuk “organisasi formal”. diantara para anggotanya. Identifikasi Birokrasi demikian, seperti dikemukakan a n g g o t a o r g a n i s a s i d e n g a n terdahulu perlu bagi pengorganisasian organisasinya merangsang mereka tugas kegiatan yang besar dan untuk mengusahakan tujan dan kepentingan meningkatkan efisiensi. Sesuatu yang tidak organisasi secara lebih baik. sesuai dengan konsep ini dianggap tidak

relevan untuk pengetahuan organisasi. Sedangkan studi-studi empiris akhir-akhir ini ternyata menunjukkan bahwa hubungan formal dan praktek-praktek yang kurang Pengalaman menunjukkan bahwa tipe resmi berkembang antara anggota-anggota birokrasi yang murni dari suatu organisasi birokrasi dan seringkali berbentuk suatu administrasi dilihat dari penglihatan akan organisasi sendiri tanpa mendapat sanksi dapat memenuhi efisiensi tingkat tertinggi. resmi. Malahan mengemukakan pola-pola Mekanis-me birokrasi yang berkembang informal ini berkembang menjadi penting sepenuhnya akan lebih efisien daripada untuk diperhat ikan dalam anal is is organisasi yang seperti itu atau yang tidak organisasi. Jika struktur formal yang jelas birokrasinya.dikemukakan Weber dianggap satu-satunya Birokrasi memecahkan masalah yang “mendukung efisiensi”, maka o r g a n i s a s i y a n g u t a m a y a i t u kenyataannya adalah bahwa hubungan memaksimalkan efisiensi organisasi dan informal dan praktek-praktek kurang resmi bukan dari masing-masing anggota seringkali memberikan sumbangan yang organisasi tersebut. Untuk inilah maka besar terhadap pelaksanaan kegiatan yang diperkembangkan spesial isasi dan efisien. Tentang organisasi informal, Nigro pengadaan, serta penempatan kerja juga lebih menganjurkan dan memberikan pegawai atas dasar kualifikasi teknis. pembahasan yang lebih terperinci mengenai Berdasarkan uraian di atas maka dapat peranannya. Biarpun demikian memang diilustrasikan sebagai berikut: setelah Anda p e r l u d i t e k a n k a n d i s i n i b a h w a memahami ciri-ciri birokrasi; apa yang Anda pengembangan organisasi informal tersebut lakukan agar ciri-ciri tersebut dapat apabila memperkuat fungsinya organisasi diwujudkan dalam kehidupan organisasi ? formal.Tentu Anda menjawab bahwa Anda

Dalam hubungannya dengan peranan melaksanakan tugas atas dasar legitimasi birokrasi pada suatu masyarakat yang atau aturan yang ada dan Anda merasakan mengadakan perubahan-perubahan ke arah bahwa pekerjaan yang diberikan benar-pembaharuan. Birokratisasi dapat menjadi benar dapat dikerjakan dengan baik. Jika kekuatan yang baik untuk pertumbuhan Anda dipromosikan untuk jabatan tertentu sebagai hasil pelaksanaan kegiatan yang maka jabatan yang Anda duduki sesuai efisien, tetapi juga dapat menjadi alat yang dengan kemampuan karier yang selama ini menghambat perubahan-perubahan, dalam Anda kembangkan.hal ini birokrasi dapat berkembang.Apa yang dikemukakan Weber tentang

B i r o k r a s i d a p a t m e n g h a m b a t birokrasi adalah apa yang disebut suatu tipe perubahan sosial, jika yang lebih menonjol ideal. Konsep metodologi ini tidak mewakili adalah apa yang oleh Blau dan Mayer secara rata-rata dari birokrasi yang ada, (1987:136) disebut sebagai sikap “ritualis” tetapi suatu tipe murni yang diambil dengan yang berart i s ikap birokrasi yang cara abstraksi dari segi dan ciri birokrasi memperkembangkan standard dan yang paling menonjol dari organisasi-prosedur tata kerja dan memperinci organisasi yang diketahui. Karena kewenangan secara detail, kemudian birokratisasi yang sempurna tidak pernah di jadikan sesuatu yang rut in dan direalisir, maka tidak ada suatu organisasi dilaksanakan secara ketat. Tidak ada tempat yang secara empiris sesuai benar dengan bagi suatu kebijaksanaan administratif yang konsekuensi ilmiah tadi.

1. Konsep Efisiensi

mungkin sedikit menyimpang, tetapi dan pemerintah bersaing dan terpaksa member ikan pemecahan masalah. bekerja secara lebih profesional dan Melaksanakan kegiatan berdasarkan efisien.standard maupun aturan menjadi tujuan, d. “Be driven by missions rather than rules” dan bukan alat untuk mencapai suatu tujuan pemerintah harus melakukan aktivitas administratif. Seringkali hal ini terkait erat yang menekan kepada pencapaian apa dengan disiplin pelaksanaan kerja sesuai yang merupakan “misinya” daripada dengan wilayah kewenangan masing- menekankan pada peraturan-peraturan. masing. Karena para anggota birokrasi Setiap organisasi diberi kelonggaran kemudian hanya merupakan bagian dari untuk menghasilkan sesuatu sesuai mesin yang ketat, seringkal i juga misinya.mengumpulkan inisiatif dan gagasan- e. “Result oriented by funding outcomes gagasan baru. Keadaan seperti itu akan rather than outputs”. Pemerintah tidak sesuai dengan kebutuhan proses hendaknya berorientasi kepada kinerja perubahan sosial yang cepat, atau tidak yang baik. Instansi yang demikian harus memberikan dorongan bagi usaha diberi kesempatan yang lebih besar perubahan dimana standard-standard serta dibanding instansi yang kinerjanya aturan-aturan rutinnya itu sendi-ri perlu kurang.secara terus menerus disempurnakan.

f. “Meet the needs of the costumer rather Kritik oleh para pakar, semua ciri ideal those of the bureaucracy”. Pemerintah

tersebut tidak responsive: kemanusiaan dan harus mengutamakan pemenuhan perubahan linkungan. Atas kritik tersebut, kebu tuhan masya raka t , bukan maka lahirlah Paradigma Baru Administrasi kebutuhan birokrat.Publik dikenal dengan Post Bureaucracy

g. “Concentrate or earning money rather yang dipelopori oleh David Osborne dan Ted than just spending it”. Pemerintah harus Gaebler (1996) tentang Reinventing memiliki aparat yang tahu cara yang Government, dengan 10 prinsip: tepat dengan menghasilkan uang untuk

a. “Steering rather than rowing” pemerintah organisasinya, disamping pandai berperan sebagai katalisator, yang tidak menghemat biaya. Dengan demikian melaksanakan sendiri pembangunan para pegawai akan terbiasa hidup tapi cukup mengandalikan sumber- hemat.sumber yang ada di masyarakat. Dengan

h. “Invest in preventing problems rather than demikian peme-rintah mengoptimalkan curing crises” Pemerintah yang antisipatif. penggunaan dana dan daya sesuai Lebih baik mencegah daripada menang-dengan kepentingan publik.gulangi. Lebih baik mencegah kebakaran b. “Empower Communities to solve their daripada memadamkan kebakaran. Lebih own problems, rather than merely deliver baik mencegah epidemic dar ipada services” pemerintah harus member-mengobati penyakit, dengan demikian akan dayakan masyarakat dalam pemberian

pelayanannya. Organisasi-organisasi terjadi “mental switch” dalam aparatur kemasyarakatan seperti: koperasi, LSM, pemeritah.dan sebagainya perlu diajak untuk

i. “Decentralize authority rather than build memecahkan permasalahan sendiri,

hierarchy”. Diperlukan desentralisasi seperti masalah: keamanan, kebersihan,

pemerintahan, dari berorientasi hirarki kebutuhan sekolah, pemukiman murah,

m e n j a d i p a r t i s i p a t i f d e n g a n dan lain-lain.

pengembangan kerjasama tim. Dengan c. “Promote and encourage competition, demikian organisasi bawahan akan

rather that monopolies”, pemerintah leluasa untuk berkreasi dari mengambil harus menciptakan persaingan dalam inisiatif yang diperlukan.setiap pelayanan. Dengan adanya

j. “Solve problem by influencing market persaingan maka sektor usaha swasta

forces rather than by treating public

Badu Ahmad / Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 37 - 44 Badu Ahmad / Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 37 - 4450 47

Page 5: Badu Ahmad

p r o g r a m s ” . P e m e r i n t a h h a r u s c. T h e o p e r a t i n g c o r e memperhat ikan kekuatan pasar. (bawahan/pelaksana) para pekerja, Pasokan didasarkan kepada kebutuhan p e g a w a i y a n g m e l a k s a n a k a n atau permintaan pasar dan bukan pekerjaan pokok yang berkaitan dengan sebaliknya. Untuk itu kebijakan harus pelayanan dan produk organisasi.berdasarkan pada kebutuhan pasar. d. The technostructure (kelompok ahli) Kesepuluh prinsip tersebut didongkrat m i s a l n y a p a r a a n a l i s i s , y a n g

untuk banishing birokrasi oleh Osborne bertanggung jawab bagi efektifnya Plastrik (2004:77) dengan 5 (lima) strategi: bentuk-bentuk tertentu standarisasi 1) core strategy, 2) consequensy strategy, 3) dalam organisasi.customer strategy, 4) control strategy, 5) e. The support staff (staf pendukung) culture strategy. sejumlah tenaga yang ada pada unit

Perubahan-perubahan tersebut akan staf, membantu menyediakan layanan dibahas berikut ini, dalam konteks Sistem tidak langsung bagi organisasi. Administrasi Negara Kesatuan Republik Minzberg, 1983 (A.T. Sulistiyani, Indonesia. 2004:3-4), mengemukakan: Jika strategic

apex yang dominan, maka kontrol tersentralisasi dan struktur menjadi

Menurut Ambar Sulistiyani (2004:3) sederhana. Apabila middle line yang aparatur pemerintah dalam birokrasi publik di dominan, maka kontrol dilakukan oleh Indonesia bekerja atas dasar wewenang yang unit/satuan yang pada dasarnya otonom dan

struktur berbentuk devisi-devisi/bagian-sudah ditentukan. Untuk itu ada tiga elemen b a g i a n . K a l a u o p e r a t i n g c o r e pokok yang mendasari pengaturan wewenang (bawahan/pelaksana) memegang kendali, tersebut antara lain:maka keputusan-keputusan menjadi

1. Kegiatan-kegiatan yang bersifat rutin tersentralisasikan. Jika technostructure

tiap-tiap satuan organisasi ditetapkan (kelompok ahli) yang dominan, kontrol yang

sebagai tugas-tugas resmi.dilakukan lewat standarisasi (pembakuan),

2. Tugas-tugas ini relatif stabil, artinya tidak dan struktur yang terbentuk ialah birokrasi mengalami perubahan-perubahan yang mesin. Akhirnya jika support staff (staf berarti dan wewenang untuk melaksana- pendukung) yang berperan mengatur, kan tugas itu sepenuhnya terikat pada kontrol yang dilakukan melalui penyesuaian aturan yang berlaku. bersama dan struktur memperlihatkan

3. Ada keteraturan baik dalam mekanisme bentuk adhocracy (kerja tim/teamwork).maupun prosedur, cara-cara yang sudah Sulistiyani (2004:7), semua konfigurasi baku untuk menjamin kelangsungan struktural tersebut di atas diimpelemtasikan pelaksanaan tugas-tugas oleh pegawai- p a d a b i r o k r a s i I n d o n e s i a m e s k i pegawai yang memenuhi kualifikasi me- mengandung kekuatan dan kelemahannya nurut ketentuan-ketentuan yang berlaku. masing-masing. Pemusatan kontrol yang Kemudian Minzberg, 1983 (A.T. Sulistiyani, hanya tepat untuk struktur sederhana,

diberlakukan pada struktur yang 2004:3) bentuk atau model organisasi modern, sebenarnya kompleks demi pengamanan birokrasi pada dasarnya memiliki lima macam kebijaksanaan nasional. Konfigurasi struktur elemen-elemen dasar yang sama dengan berdasarkan bagian-bagian bisa dilihat pada organisasi pada umumnya, antara lain:semua badan publik: departemen, lembaga,

a. The strategic apex (pucuk pimpinan) instansi, kantor yang mencerminkan adanya yang bertanggung jawab penuh atas satuan atau bagian yang bersifat otonom jalannya organisasi. meski di dalamnya praktek masih

b. The middle line (pimpinan pelaksana) yang sentralisasi dalam penentuan keputusan. menjembatani puncuk pimpinan dengan Konfigurasi struktural berdasarkan bawahan/pelaksana. desentralisasi pun ada, misalnya dinas-

2. Implikasi Teori Birokrasi di Indonesia

dinas otonom dalam penyelenggaraan dapat dan bisa diterima serta direalisasikan pemerintah di daerah meskipun bobot oleh para pelaksana teristimewa yang dekosentrasinya masih kuat. Konfigurasi berada di lokasi-lokasi yang jauh dari pusat technostructure juga bisa ditemukan, pemerintahan. Yang dikeluhkan selama ini terutama pada departemen-departemen umumnya terkait dengan komunikasi antara teknis, lembaga-lembaga non departemen tingkat penentu kebijakan dan pelaksana seperti: LIPI, BPS, BATAM, BAPEDAL dan kebijakan di lapangan. umumnya BUMN, tetapi penentu kebijakan Birokrasi seperti yang digambarkan oleh tetap terpusat. Konfigurasi model adhocracy Max Weber (Sulistiyani, 2004:9) itu memiliki atau kerjasama tim bisa dilihat buktinya banyak kelebihan: dalam menangani tugas yang bersifat

a) Pembagian kerja akan menghasilkan khusus, yang biasanya terdiri atas tenaga-efisiensitenaga fungsional, sepert i : Dewan

b) Hirarki wewenang memungkinkan Pertimbangan Kawasan Timur Indonesia, pengendalian atas berbagai ragam kelompok-kelompok pendamping dalam jabatan dan memudahkan kordinasi yang program IDT, tim Search and Resque (SAR), efektif.Tim peneliti sebab-sebab kecelakaan

pesawat. c) Aturan main menjamin kesinambungan dalam pelaksanaan tugas-tugas Semua model konfigurasi struktural pemerintah.yang dikonsepsikan tersebut di atas bisa

ditemukan penerapannya dalam birokrasi di d) Impersonalitas hubungan menjamin Indonesia tetapi di dalam praktek perlakuan yang adil bagi semua anggota pelaksanaan bersumber pada satu masyarakat dan mendorong timbulnya kebijakan (one door policy system) untuk pemerintahan yang demokratik.menjamin kesatuan arah dan langkah dalam e) Kemampuan Teknis menjamin bahwa mencapai sasaran yang sudah digariskan hanya orang-orang yang ahli yang akan secara nasional. Dihadapan kebijakan yang menduduki jabatan pemerintahan.terpusat tersebut, tiap satuan kerja birokrasi

f) Karir menjamin keberlangsungan di Indonesia hanya melakukan modifikasi

jabatan membuat para pejabat itu tidak pada pelaksanaan sesuai tuntutan keadaan,

mudah dijatuhkan oleh tekanan-tekanan tetapi tidak dimungkinkan melakukan

dari luar. modifikasi terhadap hal-hal yang bersifat

Karakteristik seperti itu birokrasi akan prinsipil karena bisa dinilai sebagai tindak bisa berfungsi sebagai sarana yang mampu penyimpangan. melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan

Agus Dwiyano, (2003:6) Mustofadidjaja, secara efektif dan efisien.

(2003: 137), dan Sulistiyani (2004:8) A.T. Sulistiyani (2004:11) Birokrasi tidak kebijakan yang terpusat memang diperlukan

seindah seperti apa yang digambarkan da lam o rgan i sas i dengan sya ra t Weber, tetapi birokrasi jelas sangat penyelenggaraannya menganut prinsip-diperlukan dalam kehidupan masyarakat prinsip kepastian hukum, demokrasi, modern. Dalam implementasinya di par t is ipas i , t ransparans i , ras iona l I n d o n e s a i a , b i r o k r a s i c e n d e r u n g (profesional), dan pertanggungjawaban mendatangkan banyak masalah bagi (akuntabil i tas), efisien dan efektif , masyarakat. Pada dasarnya masalah itu responsiv i tas, dan or ientasi pada berasal dari kecenderungan setiap konsensus. Kebijakan tersebut dianggap organisasi untuk mengembangkan pamrih dapat menjamin keberhasilan mewujudkan atau kepentingan pribadi, bergeser dari misi utama (strategis) suatu organisasi. maksud awal pemben-tukannya. Sekali Syarat lainnya komunikasi antara core dan orang ditempatkan dalam suatu jabatan peripheral dilakukan secara efisien organisasi, ia cenderung untuk berpkir terutama dengan kemajuan teknologi bahwa menduduki jabatan itu sendiri adalah komunikasi saat ini. Supaya keputusan-tujuan akhir yang harus dikejar, bukannya keputusan yang diambil oleh core cepat

Badu Ahmad / Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 37 - 44 Badu Ahmad / Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 37 - 4452 47

Page 6: Badu Ahmad

sebagai sarana untuk mencapai tujuan kualitas pelayanan publik sepenuhnya ada organisasi. Demikian pula halnya, pejabat di tangan pemerintah dan DPRD. Oleh yang duduk dalam jabatan di birokrasi sebab itu, seberapa jauh penyelenggaraan pemerintahan, apalagi jabatan itu ”empuk pelayanan publik memenuhi prinsip-prinsip dan basah” maka si birokrat akan bersikukuh tata pemerintahan yang baik sepenuhnya bertahan pada posisinya itu. Banyak kasus tergantung dari kepedulian pemerintah dan para pejabat di jajaran birokrasi berusaha DPRD terhadap tata pemerintahan yang mempertahankan status quo, kendati baik. Semakin tinggi kepedulian pemerintah sudah tiba saatnya harus mundur. terhadap tata pemerintahan yang baik,

kinerja pelayanan publik akan menjadi Bahkan tidak sedikit kasus yang semakin baik. memperlihatkan kecenderungan para

birokrat mengalami post power syndroma Untuk menilai kinerja pelayanan publik, saat kehilangan jabatannya, harus pensiun ada beberapa indikator yang dapat atau dimutasikan. Kondisi demikian dipergunakan (GDS, 2002, dalam Agus sebenarnya tidak perlu terjadi apabila Dwiyanto, 2003:81) antara lain:pejabat memandang sebuah kedudukan a) Equity (keadilan)hanyalah merupakan unsur atau komponen

Dalam penyelenggaraan pelayanan kelenngkapan sarana untuk mengantarkan

publik, pemenuhan prinsip keadilan dilihat pada pencapaian tujuan, misi, maupun visi

dari kemampuan pemerintah untuk organisasi.

memberikan perlakuan yang sama dan adil kepada warganya dalam penyelenggaraan pelayanan publik (Thompson, 1989).

Tata pemer in tahan yang ba ik , Kinerja pelayanan publik menjadi salah mengharuskan pemerintah kabupaten dan satu dimensi yang sangat strategis dalam kota menjamin warganya untuk memperoleh menilai keberhasilan otonomi daerah yang akses yang sama bukan hanya pada memberikan kewenangan yang besar pelayanan publik, tetapi juga pada kualitas kepada kabupaten dan kota untuk p e l a y a n a n y a n g s a m a . D a l a m menyelenggarakan kegiatan pemerintahan penyelenggaraan pelayanan publik, seperti dan pelayanan publik membuat daerah pelayanan kesehatan dan pendidikan, memiliki peluang untuk menyeleng-garakan kendati semua warga relatif memiliki akses kegiatan pemerintahan dan pelayanan yang terhadap pelayanan itu, mereka sering sesuai dengan kebutuhan dan dinamika memiliki akses yang berbeda terhadap lokal. Pemerintah kabupaten dan kota pelayanan yang berkualitas. Mereka yang memiliki kewenangan untuk merumuskan memiliki status sosial ekonomi yang lebih kebijakan dan program yang sesuai dengan baik sering memiliki akses terhadap kualitas aspirasi dan kebutuhan masyarakat di pelayanan yang baik, sedangkan mereka daerah. Oleh karena itu, salah satu indikator yang memiliki status sosial ekonomi yang penting dari keberhasilan otonomi daerah rendah sering hanya memiliki akses adalah implikasinya terhadap perbaikan terhadap kualitas pelayanan yang buruk.kinerja pelayanan publik. Otonomi daerah b. Responsivitasmemberikan peluang kepada pemerintah

kabupaten dan kota untuk mempercepat Respons iv i tas in i menje laskan terwujudnya tata pemerintahan yang baik. kemampuan pemerintah untuk mengenali Pemerintah kabupaten dan kota memiliki kebutuhan, menyusun agenda dan prioritas, kewenangan besar untuk mendorong dan mengembangkan program-program proses kebijakan menjadi lebih partisipatif, yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan responsif, dan akuntabel karena kendali dari masyarakat (Hormon, 1995 dalam Agus proses kebijakan dan alokasi anggaran Dwiyanto, (2003). Oleh karena itu sepenuhnya ada di tangan mereka. Dalam responsivitas menunjuk pada keselarasan penyelenggaraan pelayanan publik, antara program dan kegiatan dengan kebijakan mengenai skala, cakupan, dan

3. Kinerja Birokrat Pelayanan Publik Era Otonomi Daerah

kebutuhan masyarakat. GDS, 2002 melihat umumnya mereka takut hal tersebut responsivitas pelayanan publik dari menjadi bumerang bagi pemberi pelayanan banyaknya keluhan tersebut , dan apabila gagal memberikan pelayanan kepedulian pemerintah terhadap masalah sesuai waktu yang dijanjikan. Kondisi seperti kesehatan, pendidikan, dan usaha kecil ini sering membuat penyelenggara menengah. Ketiga jenis bidang pelayanan pelayanan publik bertindak seenaknya publ ik tersebut d i jad ikan ind ikas i ketika melayani masyarakat. Akibatnya, responsivitas karena ketiga jenis pelayanan ketidakpastian waktu pelayanan cenderung tersebut amat diperlukan oleh masyarakat amat tinggi dalam hampir semua jenis banyak dan menjadi kebutuhan strategis pelayanan publik. dari masyarakat luas. d. Suap dan Rente Birokrasi

GDS, 2002 menunjukkan bahwa Fenomena suap dalam pelayanan keluhan yang disampaikan oleh masyarakat publik masih banyak dijumpai dalam kepada DPRD cukup besar. Dari berbagai berbagai jenis pelayanan di banyak pelayanan tersebut, hanya pelayanan KTP kabupaten dan kota. Ada banyak faktor yang dan PBB yang besar keluhan adalah di menyebabkan suap dan rente birokrasi bawah 30 persen. Pelayanan pemerintah masih menjadi fenomena yang lazim di yang memiliki frekuensi keluhan tertinggi dalam praktek pelayanan publik di (70%) adalah pelayanan sertifikat tanah dan Indonesia. Disamping karena penghasilan yang direspon hanya sekitar 48,5%. Temuan aparat birokrasi yang rendah, suap dan ini menarik karena jenis konflik yang paling rente birokrasi terjadi karena struktur tinggi insidennya adalah konflik yang terkait birokrasi yang masih sangat dominan dalam dengan pertanahan, baik konflik tanah praktek penyelenggaraan pelayanan publik. antarwarga maupun antara warga dengan Struktur birokrasi memungkinkan birokrasi pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa menempat-kan dirinya lebih sebagai pelayanan pertanahan sebenarnya menjadi penguasa daripada pelayan masyarakat. pelayanan yang amat strategis karena Pelayanan publik di Indonesia tidak pernah menjadi sumber konflik yang utama di ditempatkan sebagai salah satu bentuk Indonesia. Konflik pertanahan sering kewajiban pemerintah yang harus dipenuhi memicu munculnya konflik sosial lainnya kepada warganya, tetapi sebagai kebaikan yang implikasinya sangat besar. atau kemurahan yang diberikan pemerintah c. Efisiensi Pelayanan yang harus diperebutkan oleh warga yang

menginginkannya. Akibatnya, dalam praktek Untuk menilai efisiensi pelayanan, penyelenggaraan pelayanan publik posisi GDS, 2002 menggunakan dimensi waktu warga begitu lemah ketika berhadapan dan biaya yang diper lukan untuk dengan rezim pelayanan. menyelesaikan berbagai jenis pelayanan

publik, seperti surat kelahiran (akte Dalam struktur hubungan antara kelahiran), kartu keluarga, KTP, sertifikasi pemerintah dengan warganya yang seperti tanah, sedangkan pelayanan dalam bidang ini, pemerintah begitu leluasa ketika kesehatan diwakili oleh pelayanan di merancang praktek penyelenggaraan puskesmas. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang lebih banyak pelayanan publik, waktu yang diperlukan berpihak kepada kepentingannya dan para untuk menyelesaikan sebuah pelayanan pejabatnya daripada kepentingan warga seringkali tidak diatur dengan jelas. Jarang dan pengguna jasa. Prosedur pelayanan sekali pemerintah kabupaten dan kota publik tidak dirancang untuk mempermudah menentukan secara jelas mengenai akses warga dan melindungi kepentingan lamanya waktu yang diperlukan untuk mereka, tetapi sebaliknya lebih dilakukan menyelesaikan sebuah pelayanan. untuk mengontrol perilaku warga. Oleh Keengganan menentukan secara jelas karena itu, prosedur pelayanan publik lebih waktu yang diperlukan untuk memperoleh mengatur kewajiban warga yang harus sebuah pelayanan dapat dipahami karena dipenuhi daripada mengatur hak-hak warga

Badu Ahmad / Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 37 - 44 Badu Ahmad / Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 37 - 4454 47

Page 7: Badu Ahmad

yang dijamin oleh pemerintah atau rezim intelegensi serta pengalaman dan pelayanan. Dalam kondisi seperti itu, warga berpengaruh terhadap kinerja individu dan selalu menghadapi ketidakpastian ketika kelompok. Kemampuan karyawan, terutama berhadapan dengan birokrasi pelayanan pemimpin akan memberi kontribusi kepada publik. Kedudukan mereka sangat lemah kinerja individu dan kelompok, bila dan tidak dapat menuntut karena hak-hak pemimpin tersebut bertindak instruktif dan warga dalam penyelenggaraan pelayanan para bawahan membutuhkan bimbingan publik tidak pernah diatur dan dilindungi untuk melakukan tugasnya secara efektif. oleh peraturan dan prosedur pelayanan. Karyawan, terutama pemimpin yang cerdas Sebaliknya, kedudukan aparat birokrasi membuat rencana-rencana lebih baik serta sangat kuat dan dapat memanfaatkan strategi-strategi tindakan (action strategies) situasi ketidakpastian yang dihadapi oleh untuk melakukan pekerjaan tersebut secara warga untuk kepentingannya, termasuk profesional.dalam memperbaiki penghasilan dan b. Skill: Menurut Robert L. Katz (James kesejahtera-annya yang memang sejauh ini Stoner, 1993:21), seorang pendidik, masih rendah. manajer/pimpinan, dan staff te lah

Dalam konteks pelayanan publik yang menentukan tiga jenis dasar keterampilan seperti ini, tidak mengherankan praktek (skill), yaitu:suap-menyuap dan rente birokrasi bukan 1. Technical Skill (keterampilan teknis) hanya fenomena yang lazim, tetapi sering kemampuan untuk menggunakan alat-dianggap sebagai peruntungan. Hal itu alat termasuk teknologi, prosedur, dan diakui bukan hanya oleh aparat birokrasi, teknik khusus. Manajer/pimpinan juga tetapi oleh warga juga. Para pejabat membutuhkan keterampilan teknis yang birokrasi menganggap suap atau “uang cukup ”untuk melaksanakan suatu rokok” sebagai sesuatu yang wajar karena pekerjaan tertentu” yang menjadi itu adalah salah satu ungkapan terima kasih tanggung jawabnya.atas jasanya memperlancar proses 2. Human Skill (keterampilan hubungan pelayanan yang diinginkan oleh warga. manusia) yaitu kemampuan untuk Sementara itu, warga sekalipun harus bekerjasama dengan orang lain, membayar biaya ekstra juga merasa memahami orang lain baik secara diuntungkan karena mereka memperoleh i n t e r n a l m a u p u n e k s t e r n a l kepastian pelayanan dan kemudahan dalam (Pelanggan/publik), dan mendorong memperoleh pelayanan yang diinginkan. orang lain untuk bekerja lebih baik, baik K a r e n a p r a k t e k s u a p d i a n g g a p secara perorangan maupun sebagai menguntungkan oleh pejabat birokrasi dan kelompok. Manajer/pimpinan perlu juga oleh warga yang sebenarnya menjadi cukup memiliki keterampilan hubungan korban, praktek suap dan rente birokrasi manusia ini agar dapat bekerja sama sering kali menjadi sulit untuk diberantas dengan anggota organisasi.dalam praktek penyelenggaraan pelayanan

3. Conceptual Skill (Keterampilan Konsep-publik. tual), yaitu kemampuan mental untuk mengkoordinasikan dan memadukan 4. Dimensi Kualitas Sumber Daya Aparatur semua kepentingan dan kegiatan Dalam mewujudkan pelayanan yang o r g a n i s a s i . K e m a m p u a n berkualitas, faktor Sumber Daya Aparatur manajer/pimpinan melihat organisasi sangat menentukan. Ada tiga faktor yang secara keseluruhan dan memahami menentukan kualitas Sumber Daya Aparatur bahwa bagian-bagian organisasi saling antara lain:tergantung sama lain, dan kemampuan

a. Cognitive: model situasional yang lebih untuk memahami perubahan yang dapat

baru dikembangkan oleh Fiedler, 1986 mempengaruhi keseluruhan organisasi.

dalam Gary Yulk (1998:259), bahwa kognitif berhubungan dengan kemampuan/

c. Attitude (Sikap): Para sosiolog dan model normative/edukatif; model ini disebut psikolog memandang sikap sebagai salah behaviour modelling.satu kaj ian menar ik sepert i yang dikemukakan oleh Herbert Spencer (George

III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Ritzer, 2003:51), individu dan masyarakat berkembang menuju ke keadaan moral yang

1. Penyakit-penyakit (Patologi) Birokrasi di ideal. Masyarakat dan individu yang mampu Indonesiamenyesuaikan diri dengan lingkungannya Salah satu tantangan besar yang yang tetap eksis. Spencer (George Ritzer,

dihadapi birokrasi di Indonesia adalah 2003:51) mengatakan di dalam organisasi bagaimana mereka mampu melaksanakan modern dibutuhkan sikap bersahabat, jujur, kegiatan secara efektif dan efisien, karena bertanggung jawab, disiplin, adil, tidak selama ini birokrasi diidentikkan dengan:egois, elaborasi, spesialisasi, penghargaan

terhadap prestasi. Sikap sebagai suatu ?kinerja yang berbelit-belit, bentuk evaluasi atau reaksi perasaan ?berpola patron-klien, tidak memiliki terhadap suatu obyek, sikap suatu pola stándar pelayanan yang jelas/pasti, tidak perilaku, kesiapan antisipatif untuk kreatif, menyesuaikan diri dalam situasi sosial dan

?struktur yang tambun (gemuk), sikap sebagai respon terhadap stimuli sosial ?penuh dengan kolusi, korupsi dan yang terkondisikan, dan sikap sebagai

nepotisme. (Kompas, 2004)sebuah cara individu yang khas dalam Penyelewengan, ternyata bukan hanya menanggapi sebuah obyek atau situasi. Tri

disebabkan oleh struktur yang tambun potensi jiwa, sebagai area yang saling (gemuk), tetapi juga terjadi dalam berhubungan secara interaktif. Hal ini berarti “penggemukan pembiayaan”. Bentuknya apa yang kita pikirkan dipengaruhi dan beraneka ragam: dari pembuatan surat mempengaruhi apa yang kita rasakan dan perintah jalan dinas fiktif, surat perintah lakukan. Sehingga sikap menunjukkan perjalanan dinas yang lebih lama dari kesiapan pada seseorang untuk bertindak perjalanan sesungguhnya, pencantuman secara tertentu terhadap hal-hal tertentu jumlah lebih besar pada kuitansi serta pula. Selanjutnya Stephen Robbin (2003:99) pembengkakan jum lah da r i yang menyebutkan bahwa sikap memiliki sesungguhnya dalam transaksi.beberapa karakteristik, antara lain: 1) sikap

selalu ada, 2) sikap diperkuat oleh Salah satu penyebab dari buruknya keyakinan, kepercayaan, perasaan, dan k i ne r j a pe layanan pub l i k ada lah bereaksi, 3) sikap terdiri dari kesukaan dan kompleksnya (gemuknya) struktur birokrasi ketidaksukaan yang digeneralisasi dan pelayanan publik. Selama ini suatu birokrasi disederhanakan terhadap suatu obyek, 4) pelayanan publik sering tidak memiliki sikap nampaknya logis bagi individu tertentu, kewenangan yang memadai untuk secara 5) sikap diperoleh melalui pengalaman, 6) sendirian menyelesaikan proses pelayanan sikap dapat rasional atau tidak rasional, 7) publik di lembaganya. Penyelesaian proses sikap rasional bagi individu tertentu, 8) sikap pelayanan publik sering harus melibatkan dapat didasarkan opini dan fakta, 9) sikap lembaga lainnya. Ini terjadi karena s e r i n g k a l i d i d a s a r k a n i n f o r m a s i , fragmentansi birokrasi dan kekuasaan, baik pengetahuan dan pengalaman yang yang ada di pusat maupun di daerah, terbatas, 10) sikap dapat dipelajari. cenderung sangat tinggi. Akibatnya, sering

warga negara yang membutuhkan Paradigma perubahan sikap menurut pelayanan publik harus mendatangi banyak Stephen Robbin (2003:100) merupakan kotak birokrasi yang masing-masing pegangan yang bermanfaat untuk memiliki kompleksitas yang berbeda atau mendesain pelatihan-pelatihan dengan isu biasa disebut birokrasi yang berbelit-belit. perubahan sikap dengan menggunakan tiga Kondisi seperti ini mendorong terjadi KKN kategori cara pendekatan: 1) model dalam penyelenggaraan pelayanan. Lebih kekuasaan, 2) model empiris/rasional, 3)

Badu Ahmad / Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 37 - 44 Badu Ahmad / Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 37 - 4456 47

Page 8: Badu Ahmad

dari itu kondisi ini juga mempersulit serupa di masa mendatang, (2) masalah-pengembangan suatu sistem pelayanan masalah yang timbul dalam penyedia-an satu atap (sintap= one-door services) dan pelayanan, seperti: inefisiensi, penundaan, koordinasi yang efektif sebagai salah satu ketidaksopanan, dan kesalahan-kesalahan cara agar masyarakat dapat memperoleh petugas pelayanan, dan sebagainya, (3) kepastian biaya, dan waktu. Koordinasi akan masalah penyimpangan, seperti KKN atau menjadi semakin sulit ketika melibatkan b e r t e n t a n g a n d e n g a n p e r a t u r a n semakin banyak satuan birokrasi dalam perundangan yang berlaku, dan (4) masalah penyelenggaraan suatu pelayanan publik. diskriminasi atau ketidakadilan.

Fragmentasi birokrasi yang berlebihan Timbulnya pengaduan adalah akibat juga sangat tidak menguntungkan bagi kondisi dimana masyarakat sebagai p e r b a i k a n i k l i m i n v e s t a s i d a n konsumen mengetahui sedikit informasi pengembangan usaha di daerah. Semakin mengenai produk pelayanan dari pada banyak satuan birokrasi yang ada di penyedia pelayanan. Dalam kaitan itu, kabupaten /ko ta semak in banayak diperlukan suatu undang-undang untuk stakeholders dari kegiatan bisnis dan memberikan perlindungan terhadap semakin besar biaya birokrasi yang harus m a s y a r a k a t s e b a g a i k o n s u m e n . dikeluarkan oleh dunia usaha. Lebih dari itu, Perlindungan ini antara lain dalam rangka: masing-masing satuan birokrasi itu sering (1) menjamin kepastian hukum masyarakat memiliki kebijakan yang berbeda-beda yang dalam poisisinya sebagai konsumen, (2) membingungkan dunia usaha. Ini tentu menciptakan keseim-bangan antara sangat tidak menguntung-kan bagi upaya kepentingan konsumen dan kepentingan untuk meningkatkan investasi dan produsen, (menjamin masyarakat untuk pertumbuhan ekonomi di daerah. memperoleh barang layanan yang

berkualitas, dan (4) mendorong terciptanya Selama ini undang-undang dan perekonomian yang sehat. Perlindungan peraturan (UU No. 32/2004, Kep-Men.PAN terhadap konsumen diperkuat dengan No.63 Tahun 2003) dalam penyelenggaraan s a n k s i y a n g d i b e r i k a n k e p a d a pelayanan publik masih dijiwai oleh produsen/penyedia pelayanan yang semangat dan nilai yang menempatkan m e l a n g g a r h a k - h a k k o n s u m e n . penyelenggaraan pelayanan sebagai Perlindungan dimaksud harus dilengkapi penguasa dan bukan sebagai abdi dengan instrumen-instrumen lain seperti masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, m e k a n i s m e d a n k e l e m b a g a a n struktur lembaga dan budaya pelayanan perlindungan. yang berkembang selama ini lebih

mencerminkan culture of ruling daripada Selain itu, Laporan JETRO (Republika, culture of serving. 25/5/1995), hanya menyebut birokrasi

sebagai salah satu ganjalan utama yang Para penyelenggara pelayanan publik dirasakan para pengusaha Jepang ketika tidak pernah menempatkan dirinya sebagai mereka beroperasi di sini. Tak ada kejelasan pelayan, tetapi justru sebagai penguasa lebih lanjut tentang penyakit yang yang harus dihormati oleh pengguna jasa. disebarkan pada birokrasi, para responden Akibatnya perlakuan terhadap warga pun tak meminta orang untuk merincinya.pengguna sering kurang menghargai

martabatnya sebagai waga negara yang Namun kebanyakan orang akan dengan berdaulat. segera memperk i rakan apa yang

dimaksudkan dengan keluhan i tu. Menurut Mustopadidjaja (2003:192), Rentangnya bisa sangat lebar, dari sekedar dan Eko Prasojo (2006:3-4) Secara pengurusan KTP yang berbelit-belit sampai eksternal, dalam kaitan dengan memenuhi izin penggunaan tenaga kerja yang memang aspek akuntabilitas, maka laporan meliputi: rumit.(1) sejumlah keluhan yang masuk dan

berhasil diselesaikan, disertai dengan Prof.Dr.Sondang P. Siagian, MPA., strategi untuk mencegah terjadinya keluhan dalam bukunya “Patologi Birokrasi: Analisis,

Identifikasi, dan Terapinya” (1994) Hal ini bisa terjadi antara lain karena pejabat menyebut serangkaian contoh penyakit tersebut lupa bahwa kekuasaan yang ada (patologi) birokrasi yang lazim dijumpai. padanya bukanlah sesuatu secara inheren Penyak i t -penyak i t te rsebu t dapa t dimilikinya, melainkan karena kepercayaan dikategorikan dalam lima macam: yang diperolehnya untuk menduduki suatu

jabatan manajer ia l ter tentu, yang a. Patologi yang timbul karena persepsi sesungguhnya harus diabadikan kepada dan gaya manajerial para pejabat di kepentingan seluruh masyarakat, contoh: lingkungan birokrasi.Perilaku disfungsional tersebut adalah b. Patologi yang timbul karena kurangnya menerima sogok. Peluang ini terbuka antara atau rendahnya pengetahuan dan karena seorang pejabat/pimpinan memiliki ketrampilan para petugas pelaksana kekuasaan tertentu yang tidak dimiliki orang berbagai kegiatan operasional.lain. Bentuk paling nyata dari kekuasaan

c. Patologi yang timbul karena tindakan dimaksud adalah wewenang memberikan para anggota birokrasi melanggar izin.norma-norma hukum dan peraturan

Berbagai cara mungkin ditempuh perundang-undangan yang berlaku.seorang pejabat untuk menjadikan

d. Patologi yang dimanifestasikan dalam pemohon izin terdorong untuk memberikan perilaku para birokrasi yang bersifat uang sogok, antara lain:disfungsional atau negatif.

1) Memperlambat proses penyelesaian e. Patologi yang merupakan akibat situasi pemberian izin.

internal dalam berbagai instansi dalam 2) Mencari berbagai dal ih, sepert i lingkungan pemerintah.

k e k u r a n g - l e n g k a p a n d o k u m e n Berikut adalah sebagian penjelasan pendukungnya , ke te r - l amba tan

dan contoh yang diajukan oleh Sondang P. pengajuan permohonan dan dalih yang Siagian mengenai kelima kelompok sejenis.penyakit (patologi) di atas. Setelah Anda

3) Sulit dihubungi.mempelajari penyakit-penyakit birokrasi di 4) Memperlambat dengan menggunakan atas maka untuk lebih jelasnya, dapat

kata-kata “sedang diproses”. melihat contoh yang diungkapkan sebagai penyakit birokrasi antara lain adanya Perilaku-perilaku semacam itu, pada sebagian birokrat dalam memenuhi gilirannya, menjadikan seorang pejabat kebutuhan masyarakat, aparat tersebut pimpinan menggunakan gaya manajerial senantiasa menuntut balas jasa, upeti, uang tidak demokratik. Ia misalnya menjadi pelicin, dan sebagainya. Jika seperti ini cenderung mempertahankan status quo, sudah merupakan budaya dalam organisasi, tidak inovatif, tertutup pada perubahan, maka para birokrat tidak lagi menjalankan ataupun berusaha agar bawahannya fungsinya sebagai pelayan yang jujur, tergantung pada pimpinan.berwibawa dan adil, melainkan mereka ?Pengetahuan dan Keterampilanbekerja hanya untuk mengumpulkan uang Rendahnya produktivitas dan mutu untuk memperkaya dirinya sendiri. Jika pelayanan tidak semata-mata disebabkan ditinjau dari segi efektivitas pelayanan, tindakan disfungsional. Sangat mungkin itu maka yang menerima layanan yang baik dan tu ru t d i sebabkan ka rena t i ngka t memuaskan hanyalah orang yang pengetahuan dan keterampilan pejabat mempunyai kedudukan atau jabatan serta birokrasi tersebut tidak sesuai dengan memiliki uang atau orang kaya sementara tuntutan tugas yang diemban.masyarakat kecil atau yang berekonomi

Tingkat pengetahuan dan keterampilan lemah diabaikan. ini berkaitan pula dengan aspek manajemen

?Persepsi dan Gaya Manajerial SDM dalam birokrasi bersangkutan. Ini bisa Penyakit birokrasi yang pal ing terjadi antara lain bila proses rekrutmen dan

m e n d a p a t p e r h a t i a n a d a l a h seleksi tidak berjalan baik, atau bila penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan.

Badu Ahmad / Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 37 - 44 Badu Ahmad / Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 37 - 4458 47

Page 9: Badu Ahmad

penempatan tidak dilakukan atas dasar 2. Pemecahan Masalahpertimbangan-pertimbang-an yang obyektif Upaya mengatasi patologi (penyakit) dan rasional. Masalah pengetahuan dan b i rok ras i te rsebut , sesungguhnya keterampilan menjadi semakin rumit bila pemerintah telah merancang perbagai dalam birokrasi tidak terdapat program formula; Misalnya: Pelayanan yang berbelit-pendidikan dan latihan yang benar-benar b e l i t t e l a h d i a t a s i d e n g a n c a r a dikaitkan dengan tuntutan tugas dan memperpendek mekanisme dan prosedur tantangan yang dihadapi birokrasi pelayanan di beberapa jajaran birokrasi, bersangkutan. contohnya KTP yang semula sampai di

Bila serangkaian ciri yang kemudian t ingkat kabupaten dan kota, telah terlihat melekat dikalangan pegawai tidak diperpendek hanya sampai pada tingkat terampil ini: tidak mampu menjabarkan kecamatan, dengan demikian telah kebijaksanaan, tidak teliti, cepat puas, memangkas jalur dan waktu pelayanan yang bertindak tanpa berfikir, dangkal, kurang semula memakan waktu 5-7 hari menjadi memiliki imajinasi, kurang berprakarsa, tidak dua hari saja.produktif dan sebagainya. Untuk mengatasi struktur yang tambun ?Tindakan Melanggar Hukum (gemuk) telah dicanangkan oleh pemerintah

tentang kebijakan perampingan yang secara Bentuk disfungsi paling riil dalam tersurat telah ada pada PP No. 8 Tahun birokrasi adalah tindakan melanggar hukum. 2003. Kendati isi PP masih diliputi oleh Salah satu bentuk penyalahgunaan dana banyak masalah, misalnya terjadinya over-yang lazim dikenal adalah “penggemukan lapping, kontradiksi antar kebutuhan daerah pembiayaan”. Bentuknya beraneka ragam: sa tu dengan l a i nnya yang t i dak dari pembuatan surat perintah jalan dinas terakomodasi dalam PP, ketidaksesuaian fiktif, surat perintah perjalanan dinas yang indikator yang dijadikan sebagai ukuran lebih lama dari perjalanan sesungguhnya, penentuan kelembagaan di tingkat daerah, pencantuman jumlah lebih besar pada akan tetapi yang perlu dihargai adalah kuitansi serta pembengkakan jumlah dari minimal telah ada itikad baik pemerintah yang sesungguhnya dalam transaksi.untuk merevisi struktur yang lebar tersebut. ?Patologi Berkaitan Dengan Perilaku

D e n g a n m u n c u l n y a k r i s i s Disfungsi birokrasi yang satu ini multidimensional, yang tidak urung berkaitan dengan kecenderungan perilaku membebani birokrasi yang makin tersarut-sebagian para birokrat yang justru tidak sarut. Melihat gejala yang semakin tidak produktif bagi kemajuan birokrasi. Perilaku sehat, birokrasi makin sarat beban yang dimaksud berkisar dari kecenderungan selanjutnya pemerintah memandang zero s e w e n a n g - w e n a n g , t i d a k s o p a n , growth untuk mengatur rekruitmen dan diskriminatif, terlalu egalistik, cenderung formasi pegawai tidak tepat lagi, kemudian mendramatisir keadaan, sangat berjarak, digantikan dengan kebijakan minus growth, cenderung bekerja berbelit-belit sampai yang dilaksanakan serentak dengan upaya mengutamakan kepentingan sendiri.penataan kelembagaan dan sistem

?Patologi Berkaitan Dengan Situasi informasi kepegawaian. Dari kebijakan ini

Internalcukup mampu mengurangi pertumbuhan

Disini yang menjadi sumber disfungsi jumlah pegawai secara signifikan, meskipun adalah adanya situasi tertentu di dalam menimbulkan implikasi permasalahan yaitu birokrasi sendiri yang menjadikan para terjadinya kesenjangan sistem kaderisasi pejabat di sana tidak berfungsi secara pegawai. Dengan demikian idealisme Weber opt imal . In i misalnya menyangkut untuk mewujudkan sistem birokrasi yang penempatan tujuan dan sasaran yang tidak efisien dan efektif benar-benar dapat tepat, misalnya yang tidak memadai, beban ditopang oleh kemampuan aparat yang kerja terlalu berat, kelebihan pegawai, handal.ketidakjelasan sasaran, sampai sarana dan

Untuk memecahkan masalah secara prasarana yang tidak tepat.

tuntas di tubuh birokrasi dalam membangun berhubungan dengan pelayanan publik pelayanan publik yang efisien, responsif, di Indonesia. Untuk itu Pendidikan dan dan akuntabel dan transparan perlu Pelatihan diharapkan menjadi program ditetapkan kebijakan yang menjadi berkelanjutan, agar sumber daya pedoman peri laku aparat birokrasi aparatur di Indonesia, disamping pemerintah sebagai berikut: memiliki ketiga dimensi tersebut, juga

diperkuat oleh kecerdasan intelektual a. Dalam Hubungannya dengan berpola (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan patron-klien, tidak memiliki stándar kecerdasan spiritual (SQ).pelayanan yang jelas/pasti, tidak kreatif,

Perlu membentuk UU pelayanan publik IV. PENUTUP

yang memihak pada rakyat.Tidaklah mudah merubah watak dan

b. Dalam Hubungannya dengan struktur perangai birokrasi di Indonesia, Patologi

yang gemuk, kinerja yang berbelit-belit, (penyakit) birokrasi sudah sedemikian

perlu dilakukan Restrukurisasi Birokrasi mendarah daging di dalam hati para

Pelayanan Publik.aparatur pemerintahan. Aspek budaya,

c. Untuk mengatasi Kolusi, Korupsi dan sturktur, insentif, wewenang, pekejaan, Nepotisme, selain kedua hal di atas, posisi dan jabatan adalah faktor-faktor dari diharapkan pemerintah menetapkan sekian faktor lainnya yang tidak dilepaskan perundangan di bidang Information dari birokrasi.Teknologi (IT), sebagai bagian Pengem-

Pengembangan Sumber Daya b a n g a n d a n P e m a n f a a t a n E -

Aparatur, bukanlah satu-satunya cara untuk Government agar penyelenggaraan

keluar dari kemelut birokrasi. Tetapi sebagai pelayanan publik terdapat trasnparansi

usaha tentulah ada hasilnya, keseluruhan dan saling kontrol.

pembinaan kualitas birokrasi atau aparatur e. Setiap Daerah Provinsi dan Kabupaten pemerintah di Indonsia tersebut sebenarnya

dituntut membuat Perda, yang jelas telah menampakkan hasil yang cukup mengatur secara seimbang hak dan menggembirakan dan memberikan kewajiban dari penyelenggara dan harapan, namun tetap perlu ditingkatkan pengguna pelayanan publik. secara terus menerus agar dapat diciptakan

f. Setiap Daerah dibutuhkan Lembaga sosok birokrasi atau aparatur yang ombudsman. Lembaga ini bisa berperan profesional dan berkarakter. Kami yakin sebagai ombudsman di daerah menjadi dengan ditetapkan dan diterapkannya UU satu keniscayaan apabila kita ingin Pelayanan Publ ik , rest ruk- tur isasi memberdaya-kan kedudukan warga organisasi, lembaga ombudsmen, dan ICT dimata rezim pelayanan. Ombusdman pelayanan publik, dikotomi birokrasi dapat harus diberikan kewenangan yang teratasi, meskipun memerlukan rentang memadai untuk melaku-kan investigasi waktu yang cukup panjang dan usaha yang dan mencari penyelesaian yang adil t i ada hen t i , un tuk menu ju Good terhadap perselisihan antara pengguna Governance.jasa dan penyelenggara dalam proses Meningkatkan profesionalisme birokrasi pelayanan publik. melalui perubahan paradigma, perilaku dan

g. Peran kualitas sumber daya aparatur orientasi pelayanan dari paradigma proyek sangat pengaruhi kualitas pelayanan, menuju paradigma enterpreneur, perilaku untuk itu kemampuan kognitif yang kotak-kotak menuju perilaku team work, dari bersumber dari intelegensi dan orientasi kepada atasan menuju customer pengalaman, skill atau keterampilan, focus dan customer satisfaction. Semua ini yang didukung oleh sikap (attitude) bisa terwujud jika didukung oleh Sumber merupakan faktor yang dapat digunakan Daya Aparatur yang berkualitas dengan tiga untuk memecahkan masalah patologi karakteristik: cognitive, skill, attitude.atau penyakit-penyakit birokrasi yang

Badu Ahmad / Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 37 - 44 Badu Ahmad / Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 37 - 4460 47

Page 10: Badu Ahmad

Ritzer, George & Goodman J. Douglas. (terjemahan) DAFTAR PUSTAKATeori Sosiologi Modern, Prenada Media,

Albrow, Marthin. 1989. (ed.terjemahan) Birokrasi, Jakarta.

Tiara Wacana Jogja. Yogyakarta.Siaigan, S.P. 1994. Patologi Birokrasi: Analisis,

Blau, M. Peter & Meyer W. Marshall. 1987. (ed. Identifikasi dan Terapinya, Ghalia Indonsia.

Terjemahan) Birokrasi Dalam Masyarakat Jakarta.

Modern, UI-Press.Jakarta.Sulistiyani, Ambar Teguh, 2004. Memahami Good

Dwiyanto, Agus. 2003. Reformasi Tata Pemerintahan Governence: Dalam Perspektif Sumber Daya

dan Otonomi Daerah, PSKK-UGM. Yogyakarta.Manusia, Gava Media, Yogyakarta.

Mustofadidjaja, A.R. 2003. Sistem Administrasi Stoner, James, 1993. (Terjemahan) Manajemen,

Negara Kesatuan Republik Indonesia, LAN, Erlangga. Jakarta.

Jakarta.Robbins, Stephen.P. 2003 (terjemahan) Perilaku

Osborne, David & Peter Plastrik, 2004. Memangkas Organisasi. Gramedia.Jakarta.

Birokrasi, Lima Strategi Menuju Pemerintahan Yulk, Gary, 1994. (Terjemahan) Kepemimpinan Dalam Wirausaha (terjemahan), PPM, Jakarta.

Organisasi, Prenjallindo, Jakarta. Osborne, David & Ted Gaebler, 1996. Reiventing

Governmet (Mewirausahakan Birokrasi, Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

Prasojo, Eko. 2006. Kinerja Pelayanan Publik, Yappika. Jakarta

Badu Ahmad / Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 37 - 44 Badu Ahmad / Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 1 (2008) 37 - 4452 47