Ahmad Nashruddin s0812049

23
Teori Permintaan Islam dan Konvensional (sebuah analisa teoritis menggunakan studi perbandingan) Dosen Pembimbing : Aam Slamet Rusydiana S.Ei Oleh : Ahmad Nashruddin S0812049 Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia

Transcript of Ahmad Nashruddin s0812049

Page 1: Ahmad Nashruddin s0812049

Teori Permintaan Islam dan Konvensional

(sebuah analisa teoritis menggunakan studi perbandingan)

Dosen Pembimbing : Aam Slamet Rusydiana S.Ei

Oleh : Ahmad Nashruddin

S0812049

Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia

Bogor

2010

Page 2: Ahmad Nashruddin s0812049

Teori Permintaan Islam dan Konvensional

(sebuah analisa teoritis menggunakan studi perbandingan)

Oleh :

Ahmad Nashruddin

Abstract

Demand is an important tool to analyze how applied economics used in a country. If we want to analyze the effect of economy policy in a country, first we have to know about demand. Demand is qualified to conventional theory and Islamic theory. The purpose of this paper is to compare the conventional theory and Islamic theory about demand with qualitative method. All the theories based on literatures and secondary sources.

Results show that demand in conventional theory and Islamic theory have similarity. The similarity are about the first assumption in demand and factors that influence in demand. Another finding shows that demand in conventional theory and Islamic theory have differenciation also. The differenciations include the based assumptions about basis, goal, and motif. The demand in Islamic theory have real basis from Allah, a future goal and a need motif. We recommend that the Islamic theory of demand must be applicated in our country to be a better condition.

JEL Classification : D01, D11, D46

Keyword : Demand theory, Conventional theory, Islamic theory

Page 3: Ahmad Nashruddin s0812049

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangPembahasan ekonomi mikro konvensional didasarkan pada perilaku individu-individu

yang secara nyata terjadi di setiap unit ekonomi. Tidak adanya batasan syariah yang digunakan, maka perilaku dari setiap individu dalam unit ekonomi tersebut akan bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan menurut persepsi mereka masing-masing. Sedangkan dalam teori mikro Islami, faktor moral dan norma yang terangkum dalam tatanan syariah akan ikut menjadi variabel yang penting dan dan perlu dijadikan sebagai alat analisis.

Salah satu cara terbaik untuk memahami relevansi ilmu mikro ekonomi baik itu konvensional maupun Islami adalah memulai dengan mempelajari konsep permintaan. “Permintaan dan penawaran adalah dua kata yang paling sering digunakan oleh para ekonom, keduanya merupakan kekuatan-kekuatan yang membuat perekonomian pasar bekerja. Jika Anda ingin mengetahui bagaimana kebijakan atau peristiwa akan mempengaruhi perekonomian, terlebih dahulu Anda harus memikirkan pengaruh keduanya terhadap permintaan dan penawaran.” (Mankiw, 2004) Bilamana kita memandang manusia merupakan konsumen, selayaknya kita perlu membahas bagaimana konsep permintaan tersebut. Hal inilah yang membuat penulis mempelajarinya.

1.2. Rumusan MasalahMelihat dari latar belakang masalah yakni perlunya mempelajari konsep permintaan untuk memahami mikro ekonomi baik konvesional maupun Islami, maka rumusan masalah dalam tulisan ini dapat disusun dengan memberikan jawaban dari beberapa pertanyaan berikut:1. Bagaimana teori permintaan menurut konsep ekonomi konvensional?2. Bagaimana teori permintaan menurut konsep ekonomi Islami?3. Apa persamaan dan perbedaan di antara kedua teori permintaan tersebut?4. Adakah korelasi atau hubungan antara kedua teori tersebut?

1.3. Tujuan Adanya perbedaan mengenai batasan dalam ekonomi konvensional maupun Islami sesuai latar belakang di atas, menjadikan penulis mencoba untuk menganalisis bagaimana konsep permintaan dalam pandangan keduanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membandingkan antara konsep dan teori permintaan menurut konsep ekonomi Islam dengan konsep ekonomi konvensional tentang hal serupa.

1.4. Metodologi PenelitianMetodologi penelitian yang dipakai adalah metode kualitatif, merupakan penelitian studi literatur atau studi pustaka dengan menggunakan data-data sekunder yang telah dipublikasikan, terdiri dari: buku referensi, artikel-artikel dan karya ilmiah lain. Tulisan ini pun mencoba menggunakan metode comparative study (studi perbandingan).

Page 4: Ahmad Nashruddin s0812049

2. LANDASAN TEORI

2.1. Teori Permintaan KonvensionalPermintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat

harga selama periode waktu tertentu (Rahardja dan Manurung, 2008). Adapun secara garis besar mengenai konsep permintaan akan membahas perihal faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan aplikasinya dalam kurva.

2.1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi PermintaanMenurut Rahardja dan Manurung (2008), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

permintaan suatu barang : a. Harga Barang Itu Sendiri

Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan terhadap barang itu bertambah. Begitu juga sebaliknya. Sesuai hukum permintaan (Law of Demand) : ”Dengan menganggap hal lain tetap, ketika harga suatu barang meningkat, maka kuantitas barang yang diminta akan menurun.”

b. Harga Barang Lain yang TerkaitHarga barang lain juga dapat mempengaruhi permintaan akan suatu barang, tetapi kedua macam barang tersebut mempunyai keterkaitan. Keterkaitan dua macam barang dapat bersifat substitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (penggenap).

c. Tingkat Pendapatan Per KapitaTingkat pendapatan per kapita dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat.

d. Selera atau KebiasaanSelera atau kebiasaan juga dapat mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang.

e. Jumlah PendudukMakin banyak jumlah penduduk, permintaan akan makin banyak.

f. Distribusi PendapatanTingkat pendapatan per kapita bisa memberikan kesimpulan yang salah bila distribusi pendapatan buruk. Artinya, sebagian kecil kelompok masyarakat saja yang menguasai perekonomian.

g. Usaha-usaha Produsen Meningkatkan PenjualanPeriklanan dan iming-iming hadiah dari pembeli dapat mendorong orang untuk lebih banyak membeli suatu barang.

h. Ekspektasi / Perkiraan MendatangMankiw (2004) menambahkan unsur ekspektasi atau perkiraan pada masa mendatang dapat mempengaruhi permintaan.

2.1.2. Kuva PermintaanHubungan antara berapa banyak konsumen bersedia membeli pada waktu harga per

unit berubah menyatakan kurva permintaan (Pyndick dan Rubinfield, 2007). Apabila sesuai dengan hukum permintaan dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 5: Ahmad Nashruddin s0812049

Gambar 2.1Kurva Permintaan

Para ekonom menggunakan istilah ceteris paribus untuk menyatakan bahwa semua variabel yang relevan, kecuali variabel yang sedang dipelajari tersebut dianggap konstan (Mankiw, 2004). Istilah ini diambil dari bahasa Latin yang berarti “hal lainnya dianggap tetap”.

Jika faktor non harga yang berubah, misalkan tingkat pendapatan yang berubah, maka akan terjadi pergeseran kurva permintaan (shifting). Jika pendapatan meningkat, maka kurva permintaan akan bergeser sejajar ke kanan. Dan bila pendapatan menurun, maka kurva permintaan akan bergeser sejajar ke kiri. Terlihat pada gambar berikut :

Gambar 2.2 Shifting Kurva Permintaan

2.2. Teori Permintaan IslamiMenurut Ibnu Taimiyyah, permintaan suatu barang adalah hasrat terhadap sesuatu,

yang digambarkan dengan istilah raghbah fil al-syai. Diartikan juga sebagai jumlah barang yang diminta (Karim, 2007). Mengenai konsep Islam tentang permintaan, akan dibahas pula

DJu

ml a

h Y

an

g d

imin

t a

Harg

a

P1

Q1

P2Q2

DP

Q

D’

Q1Q3

P1

Q2

D”

Page 6: Ahmad Nashruddin s0812049

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan aplikasi dalam kurva sebagai perbandingan.

2.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan IslamiSalah seorang cendekiawan muslim, Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya Majmu’ Fatawa

menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan konsekuensinya terhadap harga (Karim, 2007) :

a. Keinginan masyarakat (Raghbah) terhadap berbagai jenis barang yang berbeda dan selalu berubah-ubah. Perubahan ini sesuai dengan langka atau tidaknya barang-barang yang diminta. Semakin sedikit jumlah suatu barang yang tersedia maka akan semakin diminati oleh masyarakat.

b. Jumlah para peminat (Tullab) terhadap suatu barang. Jika jumlah masyarakat yang menginginkan suatu barang semakin banyak, maka harga barang tersebut akan semakin meningkat.

c. Tingkat kebutuhan terhadap barang, semakin kuat dan besar kebutuhan maka harga akan naik. Sebaliknya bila kebutuhan kecil dan lemah maka harga akan turun.

d. Kualitas pembeli (Al-Mu’awid). Harga juga berubah-rubah, sesuai dengan siapa saja transaksi tersebut dilakukah. Pembeli yang memiliki kredibilitas yang buruk, sering bangkrut, mengulur-ulur pembayaran akan mendapatkan harga yang lebih tinggi dari pembeli yang memiliki predikat baik.

e. Jenis uang yang digunakan. Harga akan lebih rendah jika pembayaran dilakukan dengan uang yang umum dipakai (Nagd Ra’ij) daripada uang yang jarang dipakai.

f. Tujuan transaksi yang menghendaki adanya kepemilikan resiprokal di antara kedua belah pihak. Harga suatu barang yang telah tersedia di pasaran akan lebih rendah dibanding dengan yang belum tersedia. Begitu pula halnya harga akan lebih rendah jika pembayaran dilakukan secara tunai daripada pembayaran secara angsuran.

g. Besar kecilnya harga yang harus dikeluarkan oleh produsen atau penjual. Semakin besar yang dikeluarkan oleh produsen, maka harga akan lebih mahal.

2.2.2. Kurva Permintaan IslamiIslam menilai suatu komoditas itu tidak selalu sama, yakni ada yang halal dan ada

yang haram. Menurut Adiwarman, kesejahteraan konsumen akan meningkat bila ia mengkonsumsi lebih banyak barang yang baik atau halal dan tidak mengkonsumsi barang yang buruk atau haram. Dalam Islam sudah jelas dan cukup rinci mengklasifikasikan mana barang halal dan mana barang buruk. Islam juga melarang menghalalkan yang haram, dan mengharamkan barang yang halal. Allah telah berfirman dalam surat Al-Maidah :

87. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. 88. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.

Page 7: Ahmad Nashruddin s0812049

Kurva permintaan Islami terbagi menjadi kurva permintaan antara barang halal, kurva permintaan antara barang halal dan haram, dan kurva permintaan barang haram pada keadaan darurat.

1. Kurva Permintaan Antara Barang HalalKurva permintaan antara barang halal, diasumsikan permintaan dapat mencapai nilai

maksimum sesuai pendapatan yang individu miliki. Bila harga semakin turun, maka jumlah permintaan akan naik. Terlihat seperti gambar di bawah :

Gambar 2.3 Kurva Permintaan Antara Barang Halal

Misalkan Budi yang memiliki pendapatan satu juta rupiah mau membeli antara barang halal X dan barang halal Y, karena sama-sama barang halal, maka si Budi bisa memaksimalkan pilihan antara kedua barang tersebut. Diasumsikan barang halal X yang akan berubah dari harga seratus ribu menjadi lima puluh ribu. Barang halal Y tetap. Maka jumlah permintaan akan naik yang mulanya dari 3 menjadi 4. Karena masih dapat memilih barang halal Y, maka kuantitas barang X tidak mengalami kenaikan yang signifikan, kurvanya sebagai berikut :

DJu

ml a

h Y

an

g d

imin

t a

Harg

a

P1

Q1

P2

Q2

Page 8: Ahmad Nashruddin s0812049

Gambar 2.4 Contoh Permintaan Antara Barang Halal

2. Kurva Permintaan Antara Barang Halal Dan HaramBila ada pilihan antara barang halal dan haram, Islam mengajarkan untuk hanya

memilih barang yang halal, dan sudah jelas sumbernya.1 Jadi seluruh pilihan ditujukan untuk barang yang halal saja. Memakan barang yang halal itu merupakan sesuatu yang disukai dan merupakan kewajiban bagi kita. Dapat digambarkan dengan kurva permintaan sebagai berikut :

1 87. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan

janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. 88. dan makanlah

makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu

beriman kepada-Nya.

DJu

ml a

h Y

ang

dim

inta

Harg

a

100

ribu

3

50

ribu

4

Page 9: Ahmad Nashruddin s0812049

Gambar 2.5 Kurva Permintaan Antara Barang Halal dan Haram

Misalkan Ani yang memiliki pendapatan satu juta, mau membeli antara barang halal X dan barang haram Y, karena dalam Islam hanya barang halal yang dipilih, maka si Ani hanya bisa memaksimalkan pilihan pada barang halal X. Diasumsikan barang halal X yang akan berubah dari harga seratus ribu menjadi lima puluh ribu. Barang haram Y tetap. Maka jumlah permintaan akan naik yang mulanya dari 10 menjadi 20. Karena barang haram tidak akan dipilih, maka kuantitas barang X akan mengalami kenaikan yang signifikan, kurvanya sebagai berikut :

DJu

ml a

h Y

ang

dim

inta

Harg

a

P1

Q1

P2

Q2

Page 10: Ahmad Nashruddin s0812049

Gambar 2.6 Contoh Permintaan Antara Barang Halal dan Haram

3. Kurva Permintaan Barang Haram Pada Keadaan DaruratDarurat diartikan sebagai suatu keadaan yang mengancam keselamatan jiwa. Oleh

karena itu, menurut Karim (2007) sifat darurat sendiri adalah sementara maka permintaan barang haram pun hanya bersifat insidentil. Dan secara matematis, pun digambarkan dengan kurva yang discrete, bukan secara kontinyu.

Gambar 2.7 Kurva Permintaan Barang Haram

Permintaan barang haram Y bukan merupakan kurva permintaan fungsi dari harga Y. Sebuah kurva permintaan barang haram Y adalah unik, karena hanya tergambarkan dengan satu titik saja. Dan untuk keadaan darurat yang muncul saja, misalkan keadaan di mana banjir

D

Jum

l ah Y

ang

dim

inta

Harg

a

100

ribu

10

50

ribu

20

Py

Qy

Page 11: Ahmad Nashruddin s0812049

tsunami itu melanda, maka pada keadaan itu saja konsep darurat itu berlaku. Dan tidak ditemukan barang halal di situ, maka diperbolehkan untuk memakan barang haram. Dan dimakannya barang haram ini hanya untuk bertahan hidup dan sekedarnya saja.

3. PEMBAHASAN

3.1. Persamaan antara Kedua Teori

Page 12: Ahmad Nashruddin s0812049

3.1.1. Substansi Awal PermintaanInti dari permintaan antara permintaan konvensional dan Islami adalah jumlah barang

yang diminta. Keduanya mendefinisikan permintaan dengan pola yang sama. Mengenai motif barang yang diminta tersebut akan sudah berbeda, yang akan dibahas lebih lanjut di perbedaan teori.

3.1.2. Faktor yang Mempengaruhi PermintaanSecara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, baik konvensional

maupun Islami memiliki kesamaan. Karena keduanya berdasarkan terhadap perilaku per unit ekonomi sesuai kenyataan yang terjadi di masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konvensional yang dianalogikan dengan permintaan Islam adalah :

a. Harga barang itu sendiri dan barang lain yang terkait.Baik permintaan Islami maupun konvensional, harga merupakan faktor utama yang

menentukan tingkat permintaan. Ketika harga suatu produk itu mahal, maka permintaan akan cenderung menurun. Berlaku untuk sebaliknya. Ada juga keadaan di mana masalah harga tidak menjadi pertimbangan oleh konsumen dalam memilih suatu barang .

b. Tingkat pendapatan per kapitaDapat dianalogikan dengan kualitas pembeli di mana daya beli yang menentukan

suatu permintaan. Ketika pendapatan seseorang itu tinggi atau daya belinya itu tinggi maka secara tidak langsung jumlah permintaan terhadap barang akan meningkat.

c. Selera atau kebiasaan masyarakatsebagai konsumen tentunya memiliki preferensi yang bermacam-macam terhadap

barang. Ketika seseorang telah menyukai barang dan menjadi kebiasaan tersendiri maka jumlah permintaan akan selalu meningkat.

d. Jumlah penduduk Dapat disamakan dengan jumlah peminat karena diasumsikan penduduk tentunya

akan membutuhkan suatu barang, semakin banyaknya jumlah penduduk, maka akan semakin meningkat pula jumlah peminat terhadap suatu barang.

e. Distribusi pendapatanHal ini dapat dianalogikan dengan kualitas pembeli. Ketika distribusi pendapatan

merata maka daya beli pembeli akan meningkat. Berlaku untuk sebaliknya, ketika distribusi pendapatan tidak merata, maka hanya sebagian orang saja yang memiliki kualitas pembeli yang baik, maka jumlah permintaan tidak akan naik layaknya pendistribusian yang merata.

f. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualanHal ini berkaitan langsung dengan cara memikat keinginan masyarakat (raghbah).

Usaha-usaha ini bertujuan untuk meningkatkan keinginan masyarakat terhadap barang. Ketika keinginan masyarakat naik, maka jumlah permintaan akan naik pula.

g. Ekspektasi / perkiraan mendatangMengenai ekspektasi ini dapat dianalogikan lagi dengan kualitas pembeli. Sebagai

contoh, bila perkiraannya pembeli mengalami kenaikan gaji maka daya belinya akan meningkat. 3.2. Perbedaan antara Kedua Teori3.2.1. Sumber dan Batasan Syariah

Page 13: Ahmad Nashruddin s0812049

Permintaan Islam, merujuk pada entitas utamanya yaitu Islam sebagai konsep hidup dan kehidupan merupakan konsep yang langsung diidekan (ideational) oleh Allah SWT. Jadi dalam Islam selain mengenal sumber pengetahuan yang bersumber dari kreatifitas intelejensi (logika rasional) manusia, juga mengenal sumber yang berasal dari firman Allah SWT (revelation) yang bersifat doktrin.

Islam sebagai konsep hidup akan dinilai tidak relevan jika aktivitas ekonomi sebagai bagian atau rangkaian utama aktivitas kehidupan tidak menjadi bagian yang build in dalam sistematika Islam. Allah SWT menciptakan manusia dan menurunkannya ke lingkungan dunia tentu juga memberikan sistem interaksi, dengan tujuan menjaga manusia agar ada dalam kerangka keselamatan.

Dengan demikian permintaan Islam secara jelas mengakui bahwa sumber ilmu tidak hanya berasal dari pengalaman berupa data-data yang kemudian mengkristal menjadi teori-teori, tapi juga berasal dari firman-firman Tuhan (revelation), yang menggambarkan bahwa ekonomi Islam didominasi oleh variable keyakinan religi (idiology) dalam mekanisme sistemnya.

Sementara itu dalam ekonomi konvensional hampir dipastikan tidak memiliki perspektif filosofi seperti yang dimiliki Islam. Filosofi dasar ekonomi konvensional terfokus pada tujuan materialme yang memang menjadi parameter terpenting dalam segala aktivitasnya. Hal ini wajar saja karena sumber inspirasi ekonomi konvensional adalah intelegensia akal manusia, yang tergambar pada daya kreatifitas, daya olah informasi dan imajinasi manusia. Padahal akal manusia merupakan ciptaan Tuhan, dan memiliki keterbatasan bila dibandingkan dengan kemampuan Tuhan yang tidak ada batasnya.

Terbukti adanya perbedaan mendasar antara kedua teori tersebut adalah adanya batasan syariah dalam teori permintaan Islami. Islam mengatur seluruh aktivitas manusia dari a hingga z. Sampai-sampai urusan ke kamar mandi pun ada adabnya. Konsep permintaan dalam Islam menilai suatu komoditi tidak semuanya bisa untuk dikonsumsi maupun digunakan, dibedakan antara yang halal maupun yang haram. Oleh karenanya dalam permintaan Islami, kurvanya ada tiga macam, yaitu kurva permintaan antara dua barang halal, antara barang halal dan haram, dan barang haram. Sedangkan dalam permintaan konvensional, semua komoditi dinilai sama, bisa dikonsumsi atau digunakan. Padahal perlu kita ketahui, seluruh komoditi yang dinilai halal adalah baik dan boleh untuk dikonsumsi maupun digunakan. Sedangkan barang haram adalah barang yang tidak baik dan tidak boleh untuk dikonsumsi atau digunakan.

Sebagai contoh barang haram untuk dikonsumsi adalah babi, menurut penilitian para ilmuwan, bahwasanya babi merupakan salah satu hewan yang memiliki tingkat kemiripan gen yang sama dengan manusia, terbukti dengan antara daging babi dan kulitnya tidak terpisah layaknya manusia. Di penilitian yang lain disebutkan bahwasanya babi mengandung banyak sekali pernyakit di dalamnya karena habitatnya yang suka di tempat yang kotor.

Dari sinilah bukti bahwa Islam memperhatikan terhadap umatnya dengan adanya batasan syariah. Allah telah mensyariatkan segala sesuatu yang baik untuk manusia, tidak lantas kita sebagai hambaNya seenaknya saja mengkonsumsi seluruh komoditi termasuk yang jelek. Padahal telah disyariatkan segala sesuatu yang baik.3.2.2. Motif Barang yang Diminta

Page 14: Ahmad Nashruddin s0812049

Sejalan dengan pemahaman Islam sebagai konsep hidup yang menghantarkan manusia pada kesejahteraan dan kedamaian akhirat, maka motif utama aktivitas ekonomi Islam tidak terlepas dari tujuan tadi. Sehingga segala kegiatan hidup termasuk aktivitas ekonomi bermotifkan ibadah yang kemudian mempengaruhi segala perilaku konsumsi, termasuk permintaan.

Secara spesifik ada tiga motif utama dalam perilaku permintaan Islam, 1. Mashlahat, adalah parameter yang bernuansa altruisme (kepentingan bersama) 2. Kebutuhan, merupakan sebuah motif dasar, di samping bersifat mutlak. Motif

kebutuhan juga merupakan sebuah nilai moral tersendiri dalam ekonomi Islam3. Kewajiban, merupakan presentasi entitas utama motif ekonomi yaitu ibadah.

Ketiga motif ini saling menguatkan dan memantapkan peran motif ibadah dalam perekonomian.

Sedangkan motif permintaan konvensional lebih didominasi oleh nilai-nilai egoisme, self interest dan rasionalisme yang materialis. Konvensional menilai bahwa egoisme merupakan nilai yang konsisten dalam mempengaruhi seluruh aktivitas manusia. Sehingga egoisme lah yang menjadi titik sentral dalam analisa dan pengembangan teori ekonomi. Secara sederhana konvensional lebih mempertimbangkan unsur keinginan (wants) dalam pengembangan keilmuan dan mekanisme sistem ekonomi. Sedangkan Islam lebih fokus pada kebutuhan (needs) manusia.

3.2.3. TujuanSalah satu perbedaan mendasar antara teori permintaan konvensional dan Islam, yang

mencerminkan nilai religiusitas ekonomi Islam adalah tujuan dari seluruh aktivitas ekonomi. Selutuh aktivitas ekonomi Islam termasuk dalam hal permintaan, bertujuan mendapatkan kesejahteraan atau kemenangan akhirat (falah) sebagai turunan dari keyakinan bahwa ada kehidupan yang abadi setelah kematian yaitu kehidupan akhirat.

Keyakinan ini jugalah yang kemudian mengontrol perilaku permintaan manusia agar selalu merujuk pada Islam sebagai konsep hidup. Sedangkan dalam perekonomian konvensional, landasan filosofi dari tujuan aktivitas ekonomi tidak menyentuh nilai-nilai religiusitas, hanya pada dasar pemenuhan kepuasan atau utilitas. Konvensional terbatas pada nilai keduniaan, itu makanya parameter dan tujuan aktivitas berekonominya cenderung materialistis.

3.2.4. Permintan dalam Keadaan DaruratSatu perbedaan mencolok dari permintaan Islami adalah bagaimana konsep Islam

membahas perilaku ekonomi yang jarang terjadi. Ketika dalam keadaan darurat tersebut banyak ditemui barang halal, maka konsumen secara otomatis langung menjatuhkan pilihannya terhdap barang tersebut. Namun tidak selamanya perilaku ekonomi terjadi saat kelimpahan pasokan barang halal, ada kalanya suatu kondisi di mana kita mengalami tidak adanya pasokan barang halal. Teraplikasi dengan adanya kurva yang membahas ketika seorang konsumen dalam keadaan darurat di mana hanya ada barang haram. Dibandingkan dengan kurva permintaan konvensional yang tidak membahas perihal keadaan darurat. Dalam keadaan darurat, Islam membolehkan untuk mengkonsumsi barang haram selama tidak ada barang halal dan bertujuan untuk bertahan hidup. Keadaan darurat ini seringkali terjadi di

Page 15: Ahmad Nashruddin s0812049

seperti bencana tanah longsor, banjir, maupun bencana lain yang mengakibatkan tidak adanya stok barang halal.

Dari yang awalnya berhukum haram, maka menjadi halal dikarenakan suatu sebab yang memaksa, karena dalam konsep Islam benar-benar menghargai nyawa seorang manusia sebagai salah suatu aplikasi dalam tujuan syariah2. Islam tidak ingin memberatkan umatnya. Bila ada keadaan di mana butuh keringanan, maka Islam akan memberikan rukhsoh atau keringanan. Seperti memakan barang haram, menjama’ dan menqashar sholat saat perjalanan jauh, sholat dalam keadaan duduk maupun telentang saat keadaan sakit dan lain sebagainya.

3.3. Adakah Korelasi antara Teori Permintaan Konvensional dan Teori Permintaan Islami?Dari pembahasan di awal, penulis telah menuliskan adanya persamaan maupun

perbedaan antara konsep permintaan konvensional maupun Islami. Asumsi awal dengan adanya persamaan antara keduanya adalah ada hubungan antara keduanya yang saling terkait. Tetapi bila kita cermati lebih dalam, persamaan tersebut merupakan asumsi awal yang memang membangun teori permintaan secara global. Di mana persamaan tersebut mencakup substansi awal dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan.

Substansi awal antara kedua teori permintaan tentunya akan memiliki persamaan. Layaknya ketika kita akan membeli barang x dan y, asumsi awalnya adalah membeli barang entah itu x atau y. Tetapi asumsi ini hanya terjadi di awal, karena setelah asumsi awal prakteknya dapat berbeda dari asumsi awalnya. Kemudian berlanjut pada faktor-fakor yang mempengaruhi permintaan baik itu konvensional dan Islami, masing-masing memiliki karakteristik yang hampir sama. Kedua faktor yang mempengaruhi ini berdasarkan pada praktek konsumen yang hampir sama. Bukan dalam artian antara konsumen Islami dan konvensional sama, tetapi merupakan fitrah atau tabiat manusia ekonomi dalam meminta suatu barang melihat dari faktor-faktor tersebut. Seperti halnya faktor harga, baik konsumen Islami maupun konvensional keduanya memiliki kecenderungan untuk memilih barang dengan harga yang lebih murah. Kecenderungan mengenai pemilihan harga yang murah merupakan sebuah tabiat manusia. Meskipun ada keadaan di mana harga itu tidak menjadi prioritas utama, tetapi sesuai kondisional yang banyak terjadi di masyrakat maka kami memasukkannya dalam persamaan teori. Perlu diketahui sebelumnya mengenai tokoh-tokoh dalam landasan teori permintaan Islami di atas lebih banyak mengambil teori dari konvensional yang lantas disaring lagi dan ditambahkan menurut sumber hukum Islam menjadi konsep Islami atau yang dapat kita sebut dalam ekonomi adalah madzhab maintstream3. Madzhab yang mana mengganti teori konvensional ke dalam bentuk Islami tentunya berdasarkan konsep Islam. Menurut pandangan mereka bahwa usaha menggembangkan ekonomi Islami bukan berarti memusnahkan semua hasil analisis yang baik dan sangat berharga dari teori konvensional.4 Melainkan lebih kepada mengambil hal-hal yang baik dan bermanfaat. Tentunya hal ini yang mengakibatkan adanya persamaan antara teori permintaan Islami dan konvesional. Dari kedua persamaan tersebut belum dapat kita jadikan acuan mengenai adanya hubungan yang erat antara teori permintaan Islami

2 Muhammad Abu Zahra, Ushul Fiqh. 2008 menyebutkan salah satu tujuan syariah adalah mashlalah. Dan mashlahah dibagi menjadi perlindungan agama, jiwa, harta, akal dan keturunan. 3 Madzhab dalam ekonomi Islam terbagi menjadi 3, yaitu madzhab Baqr as Sadr, Mainstream dan Alternatif Kritis.4Pendapat M. Umer Chapra, salah satu tokoh madzhab mainstream

Page 16: Ahmad Nashruddin s0812049

maupun konvensional dikarenakan kedua persamaan tersebut hanya mencakup pada asumsi awal teori yang mana masih banyak asumsi yang lain.

Selanjutnya mengenai perbedaan antara keduanya yaitu sumber, motif, tujuan dan aplikasi dalam kurva. Sumber merupakan alat utama dalam membangun konsep. Meskipun teori permintaan Islami ini merupakan buah pikiran konvensional yang diIslamkan, tetapi sumbernya sudah jauh berbeda. Di mana ada batasan syariah dalam permintaan Islami dan langung bersumberkan atas ide Allah sebagai Tuhan Maha Segalanya. Sumber-sumber hukum dalam Islam harus berdasarkan atas ketetapan Allah. Baik itu quran, sunnah, ijma’ dan qiyas, kesemuanya berdasarkan atas ketetapan Allah. Filosofi inilah yang sangat membedakan antara permintaan konvensional dan Islami. Yakni permintaan konvensional tidak memiliki filosofi layaknya permintaan Islami seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Bahwa permintaan konvensional bersumberkan pada intelegensia akal manusia yang bertujuan pada parameter matrealisme. Terbukti dalam permintaan Islami adalah adanya batasan syariah yang harus dipenuhi.

Parameter matrealisme ini semakin tergambarkan dalam perbedaan selanjutnya yaitu pada motif dan tujuan permintaan. Dalam permintaan konvensional, motif utamanya yaitu pemenuhan keinginan tanpa didasarkan pada kebutuhan. Sedangkan dalam permintaan Islami motif utama terbagi menjadi mashlalah bersama, kebutuhan dan kewajiban yang mementingkan tingkat kebutuhan daripada keinginannya. Konsep Islam mengajarkan untuk berhidup hemat dan tidak berfoya-foya. Selanjutnya mengenai tujuan di antara ke dua teori tersebut, di mana permintaan Islami memandang seluruh aktivitas permintaan bertujuan untuk mencari kebahagian akhirat atau falah yaitu kesejahteraan kehidupan yang jauh lebih abadi di masa mendatang. Sedangkan pada permintaan konvensional bertujuan untuk pemenuhan utilitas atau kepuasan di dunia saja.

Perbedaan terakhir, dalam permintaan Islami memberikan keringanan untuk mengkonsumsi barang haram yang notabene dilarang pada keadaan darurat saja. Di mana Islam memberikan solusi terhadap permasalahan yang tidak dibahas oleh permintaan konvensional. Betapa sempurnanya konsep Islami yang membahas sampai pada keadaan yang tidak dibahas oleh konvensional, padahal keadaan tersebut sering terjadi.

Perbedaan-perbedaan yang menjadi asumsi dasar konsep permintaan baik konvensional maupun Islami memiliki keterkaitan langsung terhadap implementasi konsep permintaan tersebut. Dengan ini, maka dapat dijelaskan bahwa antara konsep permintaan konvensional dan Islami tidak memiliki hubungan yang erat. Meskipun adanya persamaan di antara keduanya, tetapi kedua persamaan tersebut hanya merupakan asumsi awal konsep permintaan. Bukan asumsi dasar layaknya empat perbedaan yang telah dijelaskan di atas. Dengan hipotesa tidak adanya hubungan yang erat antara permintaan Islami dan konvensional, maka sebagai konsumen harus memilih di antara keduanya. Karena dengan tidak adanya hubungan erat menunjukkan keterbalikan di keduanya.

4. Penutup

Page 17: Ahmad Nashruddin s0812049

4.1 KesimpulanDari perbandingan yang telah dijabarkan di muka oleh penulis perihal permintaan

konvensional dan Islami, maka penulis dapat memberi hipotesa awal,1. Persamaan antara konsep permintaan konvensional maupun Islami terjadi dalam

asumsi awal dari permintaan yaitu mengenai definisi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya keduanya merupakan asumsi awal yang saling berkaitan langsung dengan kejadian riil di masyarakat.

2. Perbedaan antara permintaan konvensional dan Islami meliputi sumber, motif, tujuan dan tambahan solusi Islam dalam keadaan darurat, hal ini merupakan asumsi-asumsi dasar dari masing-masing konsep permintaan. Di mana sumber permintaan Islam berdasarkan pada sumber-sumber hukum Allah diwujudkan dengan adanya batasan syariah dalam permintaan Islami. Kemudian adanya filosofi dalam permintaan Islami yang bertujuan untuk kebahagian di masa yang mendatang, dan lebih mementingkan kebutuhannya daripada keinginannya. Sedangkan permintaan konvensional bersumberkan intelegensia akal manusia, bertujuan untuk pemenuhan kepuasan, dan mementingkan keinginan sebagai parameter matrealisme. Ditambahkan lagi dalam permintaan Islami adanya aplikasi yang membahas kejadian yang tidak bahas dalam konvensional yang menjadi kelebihan konsep Islami.

3. Dari perbedaan yang mencolok antara konsep Islami dan konvensional, kami memberi hipotesa awal bahwa permintaan Islami dan konvensional tidak memiliki hubungan yang erat meskipun ada persamaan di dalamnya. Karena persamaan tersebut hanya merupakan asumsi awal dari teori permintaan.

4. Dengan tidak adanya hubungan yang erat di antara keduanya, maka kita sebagai konsumen harus memilih satu di antaranya, yang tentunya memilih permintaan Islami karena sesuai dengan tuntutan syariah.

4.2. RekomendasiDari hasil kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan rekomendasi sebagai

berikut : 1. Kepada pemerintah bangsa ini untuk menciptakan banyak regulasi-regulasi yang

mendukung adanya konsep Islami agar tercipta pemberdayaan masyrakat Islami yang lebih baik.

2. Kepada kami khususnya sebagai penulis dan umumnya kepada seluruh masyrakat muslim Indonesia untuk mari bersama-sama lebih mendalami konsep-konsep Islami agar tercipta kehidupan yang lebih baik.

3. Adanya penilitian yang lebih lanjut mengenai penerapan umat terhadap konsep permintaan Islami ini sebagai upaya untuk mengingatkan dan menjadikan umat menjadi lebih baik.

Daftar Pustaka

Page 18: Ahmad Nashruddin s0812049

Al Quran dan TerjemahanKarim, Adiwarman Azwar. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

2007Karim, Adiwarman Azwar. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada. 2004Mankiw, N. Gregory. Pengantar Ekonomi Mikro edisi kedua jilid 1. Jakarta. 2004Pyndick, Robert S. dan Daniel L. Rubinfield. Mikroekonomi edisi keenam. Jakarta :

PT Indeks. 2007Pindyck, Robert S. and Daniel L. Rubinfield. Microeconomics, 4th ed. New Jersey:

Prentice-Hall. 1998Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta :

Lembaga Penerbit Fakultas UI. 2008Sakti, Ali. Ekonomi Islam : Jawaban atas Kekacauan Ekonomi Modern. Jakarta :

Paradigma dan Aqsha Publishing. 2007Sukirno, Sadono. Mikroekonomi, edisi ketiga, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

1993Zahrah, Muhammad Abu. Ushul Fiqh. Jakarta : Pustaka Firdaus. 1994

Referensi Lain :Rusydiana, Aam Slamet. “Komparasi Konsep Inflasi a la Islam dan Konvensional”.

Paper STEI Tazkia. 2006Himami, Fatikul dan Ahmad Luthfi. ”Teori Konsumsi Konvensional Vs Islam”.

Makalah. 2008