BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI BANTEN 2015 Akhir... · LAPORAN AKHIR Penyusunan Kajian...
Transcript of BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI BANTEN 2015 Akhir... · LAPORAN AKHIR Penyusunan Kajian...
LLAAPPOORRAANN AAKKHHIIRR
PT. Sigma Karya Desin
Bekerjasama dengan
BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI BANTEN
2015
LLAAPPOORRAANN AAKKHHIIRR
KAJIAN PENETAPAN EKOREGION PROVINSI BANTEN
PT. SIGMA KARYA DESIN
Bekerjasama dengan
BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI BANTEN
2015
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan
Hidayahnya, kami tim penyusun Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten telah
menyelesaikan Laporan Akhir.
Laporan Akhir ini merupakan salah satu tahapan dari penyelesaian pekerjaan. Dalam
laporan ini sistematika penulisan terbagi dalam 5 (lima) bab, yaitu:
Bab 1 : PENDAHULUAN
Bab 2 : GAMBARAN UMUM PROVINSI BANTEN
Bab 3 : METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI
Bab 4 : HASIL KAJIAN PENYUSUNAN EKOREGION
Bab 5 : PENUTUP
Kami menyadari bahwa dalam Laporan Akhir ini mungkin masih terdapat kekurangan dan
kesalahan, oleh sebab itu masukan dan saran dari pembaca kami harapkan agar laporan
ini dapat diperbaiki.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
berperan serta dalam pekerjaan Penyusunan Kajian Teknis Penetapan Ekoregion
Provinsi Banten Tahun 2015, semoga laporan yang kami ajukan ini dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya dan dapat membantu pekerjaan lain yang memerlukan
informasinya.
Tim Penyusun
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
i
DAFTAR ISI DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
1. PENDAHULUAN 1-1
1.1. LATAR BELAKANG 1-1
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN 1-2
1.3. MANFAAT 1-2
1.4. REFERENSI HUKUM 1-2
1.5. HASIL YANG DIHARAPKAN 1-4
1.6. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1-4
1.7. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN 1-5
1.8. KEBUTUHAN DAN LAYANAN TENAGA AHLI 1-5
2. GAMBARAN UMUM WILAYAH PROVINSI BANTEN 2-1
2.1. LETAK GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN 2-1
2.2. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN FISIK (ABIOTIK) 2-3
2.2.1. Karakteristik Klimatologi dan Kualitas Udara 2-3
2.2.2. Karakteristik Geologi 2-4
2.2.3. Karakteristik Geomorfologi 2-6
2.2.4. Karakteristik Tanah 2-7
2.2.5. Karakteristik Hidrologi 2-7
2.2.6. Karakteristik Oseanografi 2-7
2.3. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN HAYATI (BIOTIK) 2-8
2.3.1 Karakteristik Hutan 2-8
2.3.2 Karakteristik Flora dan Fauna 2-9
2.4. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN KULTURAL 2-9
2.4.1. Karakteristik Kependudukan 2-9
2.4.2. Karakteristik Sosial Ekonomi 2-10
2.4.3. Karakteristik Sosial Budaya 2-10
2.4.4. Karakteristik Penggunaan Lahan 2-11
2.5. EKOREGION PROVINSI BANTEN PADA
SKALA PULAU JAWA 1:500.000 2-12
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
ii
3. METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI BANTEN 3-1
3.1. KONSEP DASAR PENETAPAN EKOREGION PROVINSI 3-1
3.2. SUMBER DATA 3-3
3.3. TAHAPAN PEMETAAN 3-3
3.3.1. Pengkajian Data Ekoregion Pulau Jawa 3-4
3.3.2. Revisi Peta Bentuklahan Provinsi 3-4
3.3.3. Kompilasi Data 3-5
3.3.4. Peta Ekoregion 3-7
4. HASIL KAJIAN PENYUSUNAN EKOREGION 4-1
4.1. PENYUSUNAN PETA EKOREGION 4-1
4.1.1. Bentuklahan Provinsi Banten 4-1
4.1.2. Ekosistem Provinsi Banten 4-2
4.1.3. Komunitas Vegetasi Provinsi Banten 4-3
4.1.4 Peta Ekoregion Provinsi Banten 4-6
4.2. KERJA LAPANGAN 4-8
4.2.1. Perencanaan 4-8
4.2.2. Lokasi Pengamatan 4-8
4.2.3. Hasil Kerja Lapangan 4-12
4.3. RESUME 4-36
5. PENUTUP 5-1
6. LAMPIRAN 6-1
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
iii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Daftar Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten 2-1
Tabel 2.2. Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman 2-3
Tabel 2.3. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status 2-8
Tabel 2.4. Karakteristik Demografi Provinsi Banten 2015 2-10
Tabel 2.5. Luas penggunaan lahan Provinsi Banten (2015) 2-11
Tabel 4.1. Nama Satuan Ekoregion di Provinsi Banten 4-6
Tabel 4.2. Rencana lokasi yang akan divalidasi 4-9
Tabel 4.3. Lokasi yang diobservasi dan divalidasi selama 4-12 Kerja lapangan
Tabel 4.4. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik A1 dan 4-16 Satuan Ekoregion no 37
Tabel 4.5. Deskripsi Lokasi pengamatan di titik A2 dan satuan 4-12 ekoregion 21
Tabel 4.6. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik B3 4-20 dan satuan ekoregion 8
Tabel 4.7. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik B5 4-22 dan satuan ekoregion 29
Tabel 4.8. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik B6 4-24 dan satuan ekoregion 22
Tabel 4.9. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik C2 4-26 dan satuan ekoregion 32
Tabel 4.10. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik C3 4-28 dan satuan ekoregion 11
Tabel 4.11. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik D1 4-31 dan satuan ekoregion 31
Tabel 4.12. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik D2 4-32 dan satuan ekoregion 6
Tabel 4.13. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik D4 4-34 dan satuan ekoregion 5
Tabel 4.14. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik D5 4-35 dan satuan ekoregion 25
Tabel 4.15. Satuan Ekoregion yang telah diobservasi 4-37
Tabel 4.16. Sebaran bentanglahan di masing-masing lokasi observasi 4-39 dan jumlah spesies yang ditemukan pada masing-masing
bentanglahan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Peta Wilayah Provinsi Banten 2-2
Gambar 2.2. Kondisi Iklim di Provinsi Banten menurut klasifikasi Oldeman 2-4
Gambar 2.3. Peta Formasi Geologi Provinsi Banten 2-5
Gambar 2.4. Endapan tuff vulkanik batuapung (ignimbrite) yang 2-6 ditambang masyarakat di sekitar Cibeber, Serang
Gambar 2.5. Peta Sistem Lahan Provinsi Banten 2-6
Gambar 2.6. Peta tata Guna Hutan Kesepakatan Provinsi Banten 2-8
Gambar 2.7. Badak Jawa di Ujung Kulon 2-9
Gambar 2.8. Gambaran perumahan masyarakat Baduy di Provinsi Banten 2-11
Gambar 2.9. Persebaran spasial jenis penggunaan lahan di Provinsi Banten 2-12
Gambar 2.10. Peta Ekoregion Wilayah Provinsi Banten Skala 1:500.000 2-13
Gambar 4.1. Peta Ekoregion Bentuklahanh Provinsi Banten 4-2
Gambar 4.2. Peta Ekosistem Provinsi Banten 4-3
Gambar 4.3. Peta Komunitas Vegetasi Provinsi Banten 4-4
Gambar 4.4. Peta Ekoregion Provinsi Banten 4-5
Gambar 4.5. Persebaran spasial rencana lokasi yang akan divalidasi 4-11
Gambar 4.6. Lokasi validasi peta ekoregion yang telah dilakukan 4-15
Gambar 4.7. Lokasi Pengamatan Titik A1 di Gunung Pinang, Perbukitan 4-17 Vulkanik Denudasional tersusun atas batu lava dan piroklastik
Gambar 4.8. Lokasi Pengamatan A2. Dataran vulkanik tersusun atas tuff 4-19
Vulkanik batuapung (ignimbrite)
Gambar 4.9. Lokasi Pengamatan B1 (gisik pantai), B2 (dataran fluvial) 4-21
dan B3 (lembah terisi atau infilled valley)
Gambar 4.10. Lokasi Pengamatan di titik B4 dan B4.1 (perbukitan vulkanik) 4-21
Gambar 4.11. Lokasi Pengamatan di titik B5 di Dataran rawa di Kecamatan 4-23
Padarincang yang terletak di dasar kaldera G. Cidanau
Gambar 4.12. Lokasi pengamatan di titik B6di (dataran antar pegunungan 4-25
atau intermountain valley)
Gambar 4.13. Lokasi pengamatan titik C1 (perbukitan vulkanik) 4-25
Gambar 4.14. Lokasi pengamatan titik C2 (perbukitan struktural) 4-27
Gambar 4.15. Lokasi pengamatan C3, dataran bergumuk-pasir 4-29
(sand-dunes) asal proses aeolian (angin) Kecamatan Malingping
Gambar 4.16. Lokasi pengamatan di titik C5 di perbukitan vulkanik 4-30
tersusun dari material tuff vulkanik dan blok lava
Gambar 4.17. Lokasi pengamatan di titik D1, perbukitan vulkanik, tersusun 4-32
Oleh material tuff vulkanik batuapung (foto kanan)
Gambar 4.18. Lokasi pengamatan titik D2, dataran fluvial (riparian) 4-23
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
v
Gambar 4.19. Lokasi pengamatan D3.1 dan 3.2. dataran fluvial (riparian) 4-34
Gambar 4.20. Lokasi seluruh titik-titik dan jalur pengamatan 4-37
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten I - 1
BAB – I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Provinsi Banten adalah salah satu daerah pemekaran yang dulu termasuk dalam wilayah
Karesidenan Banten, Provinsi Jawa Barat, dan terbentuk melalui Undang undang No. 23
Tahun 2000. Pada awalnya, Provinsi Banten terdiri dari empat kabupaten yaitu
Kabupaten-kabupaten Pandeglang, Lebak, Tangerang, dan Serang serta dua kota, yaitu
Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Namun dalam perkembangannya terjadi pemekaran
wilayah, dimana Kabupaten Serang menjadi Kabupaten Serang dan Kota Serang,
sedangkan Kabupaten Tangerang dimekarkan juga menjadi Kabupaten Tangerang dan
Kota Tangerang Selatan. Dengan demikian Provinsi Banten saat ini terdiri dari empat
kabupaten dan empat kota.
Proses pemekaran seperti tergambar di atas menunjukkan bahwa Provinsi Banten
merupakan salah satu provinsi di tanah air yang berkembang secara cepat. Apalagi,
secara geografis Provinsi Banten berdampingan dengan Provins i DKI Jakarta
(berjarak hanya sekitar 90 km), sehingga pengaruh perkembangan ibu kota terhadap
perkembangan Provinsi Banten tidak dapat dihindari dan provinsi baru ini menjadi salah
satu penyangga (hinterland) perkembangan DKI Jakarta. Selain itu, Provinsi Banten juga
terletak di ujung barat dari Pulau Jawa, sehingga dengan posisi ini Provinsi Banten
menjadi sangat strategis karena menjadi jalur penghubung darat antara Pulau Jawa dan
Pulau Sumatera. Oleh karena itu, perkembangan wilayah di provinsi ini adalah suatu
keniscayaan yang harus terjadi, oleh sebab itu pembangunan ke depan harus dirancang
dengan konsep ramah lingkungan agar kesejahteraan rakyat dapat dicapai dengan arti
yang sesungguhnya. Salah satu alat untuk mengontrol pembangunan yang berwawasan
lingkungan adalah perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup seperti
yang dituangkan dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tersebut tahap perencanaan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup memerlukan suatu pranata yang
disebut Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH). RPPLH
ini dapat dicapai melalui dua tahapan, yaitu inventarisasi lingkungan hidup dan
penetapan wilayah ekoregion. RPPLH selanjutnya menjadi dasar penyusunan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten I - 2
pembangunan dan harus dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Dalam Pasal 10 Ayat 4 dari undang-undang tersebut, dinyatakan bahwa RPPLH
mempunyai empat muatan, ya i tu rencana tentang (1) pemanfaatan/pencadangan
sumber daya alam, (2) pemeliharaan dan perlindungan kualitas/fungsi lingkungan
hidup, (3) pengendalian, pemantauan, serta pendayagunaan dan pelestarian sumber
daya alam, dan (4) adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Dengan demikian
penentuan materi muatan RPPLH wajib dilakukan melalui (1) analisis dokumen
perencanaan yang terkait, (2) analisis dan telaah ekosistem dan jasanya yang berbasis
ekoregion, dan (3) analisis tata ruang penentuan daya dukung dan daya tampung
yang berbasis ekoregion.
Dari uraian perencanaan di atas cukup jelas bahwa untuk dapat melakukan upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, maka kegiatan inventarisasi lingkungan
hidup, penetapan ekoregion, dan penyusunan RPPLH menjadi hal yang mendasar dan
wajib dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menyongsong pembangunan ke depan.
Tujuan dilakukannya inventarisasi lingkungan hidup adalah untuk memperoleh data dan
informasi mengenai sumber daya alam, sedangkan tujuan penetapan ekoregion adalah
menyusun dan mengelopokkan wilayah-wilayah geografis suatu daerah yang memiliki
kesamaan ciri iklim, tanah, air, flora dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan
alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup yang
kesemuanya didasarkan pada hasil inventarisasi lingkungan hidup.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penetapan ekoregion Provinsi Banten adalah mempunyai data dan informasi
terkait dengan ekoregion provinsi yang akan digunakan sebagai salah satu acuan dasar
dalam penyusunan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (RPPLH).
Adapun tujuan dari penetapan ekoregion Provinsi Banten adalah menentukan dan
memetakan bentanglahan (landscape) di provinsi ini menjadi satuan-satuan wilayah
ekologis (ekoregion) yang mempertimbangkan aspek-asdpek litosfir, hidrosfir, biosfir, dan
atmosfir.
1.3. Manfaat
a. dapat menjadi satuan analisis untuk penetapan daya dukung dan daya tampung
lingkungan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten I - 3
b. menjadi dasar dalam memberikan arah untuk penetapan rencana perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup (RPPLH) dan untuk perencanaan pembangunan yang
disesuaikan dengan karakter wilayah provinsi dan wilayah tetangga
c. memudahkan dalam melakukan kerjasama terkait dengan pengelolaan dan
perlindungan lingkungan hidup yang mengandung persoalan pemanfaatan,
pencadangan sumber daya alam, maupun persoalan lingkungan hidup
d. menjadi acuan untuk pengendalian dan pelestarian jasa ekosistem/lingkungan yang
mempertimbangkan keterkaitan antar ekosistem yang satu dengan ekosistem yang
lain dalam satu ekoregion, sehingga dapat dicapai suatu produktivitas optimal untuk
mendukung pembangunan yang berkelanjutan
e. menjadi acuan pemetaan Ekoregion Kabupaten yang digunakan sebagai dasar untuk
penetapan RPPLH dan perencanaan pembangunan yang sesuai dengan karakter
ekosistem di setiap kabupaten
1.4. Referensi Hukum 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Keanekaragaman Hayati (Biological
Diversity) Konvensi PBB;
4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
7. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir;
8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
10. Undang undang Nomor 37 Tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan Air
11. Undang Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
12. Kep Men LH No. 110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung
Beban Pencemar Air Pada Sumber Air;
13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air;
14. Peraturan Pemerintah RI No. 43 tentang Air Tanah;
15. Per Men LH No. 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS);
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten I - 4
16. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 10 tahun 2012 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
17. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Banten Tahun 2012-2017
(Lembaran Daerah Prov Banten Tahun 2012 Nomor 42)
18. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010-2030
19. Peraturan Gubernur Banten Nomor 63 Tahun 2014 tentang Kebijakan Pengelolaan
Sumber Daya Air Minum Provinsi Banten
20. Peraturan Daerah Provinsi Banten No 1 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana
21. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 5 tahun 2014 tentang Perlindungan
Pertanian Pangan Berkelanjutan
22. Peraturan Gubernur Banten Nomor 99 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Gubernur Banten Nomor 18 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Provinsi Bnaten Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pengembangan
Pemanfaatan Air
23. Keputusan Gubernur Banten No 672 tahun 2001 tentang Pengendalian Air
Permukaan
24. Keputusan Gubernur Banten No 672 tahun 2001 tentang Pedoman Pengelolaan Air
Bawah Tanah
1.5. Hasil Yang Diharapkan
Hasil diharapkan dari kegiatan Penyusunan Penyusunan Kajian Teknis Penetapan
Ekoregion Banten adalah :
1. Peta Ekoregion Provinsi Banten, skala dasar 1 : 250.000
2. Identifikasi dan deskripsi karakteristik setiap satuan ekoregion.
1.6. Ruang Lingkup Kegiatan Kajian penetapan ekoregion mencakup seluruh wilayah di Provinsi Banten, sedangkan
pemetaan ekoregion meliputi tahapan-tahapan : delineasi batas ekoregion, deskripsi
karakteristik ekoregion, dan penyajian peta secara kartografis. Delineasi batas ekoregion
didasarkan pada Peta Ekoregion Pulau/Kepulauan atau Peta Ekonusa dari Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) skala 1:500.000 (KLH, 2013) yang kemudian dipilah lebih rinci
(lebih detil) dengan tetap mempertimbangkan aspek-aspek morfologi dan morfogenesis
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten I - 5
bentanglahan (sebagai deliniator ekoregion) yang bersifat statis, yaitu pada kedetilan
skala 1:250.000. Format deskripsi ekoregion yang dibuat mengacu pada Peta Ekoregion
Pulau/Kepulauan dengan isi yang lebih detil lagi sesuai dengan hasil inventarisasi
lingkungan hidup dan hasil kerja lapangan pada saat verifikasi penetapan ekoregion.
Persebaran ekoregion provinsi mengacu pada batas morfologi dan morfogenesis yang
baru (sebagai satuan pemetaan) untuk diintegrasikan dengan peta iklim (isohyet curah
hujan tahunan) dan peta komunitas vegetasi. Selanjutnya peta ekoregion provinsi
disajikan secara kartografis pada skala 1 : 250.000.
1.7. Jangka Waktu Pelaksanaan Kegiatan Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang disyaratkan dalam KAK yaitu selama 4
(empat) bulan kalender pada dasarnya dapat dipenuhi oleh Konsultan. Untuk itu
Konsultan akan menyusun rencana pelaksanaan pekerjaan secara efektif dan efisien.
1.8. Kebutuhan Dan Layanan Tenaga Ahli Dalam pelaksanaan kegiatan ini tenaga ahli yang dibutuhkan adalah yang menguasai
bidang-bidang sebagai berikut:
1. Team Leader/Ahli Geomorfologi-Geologi, Magister (S2) Geomorfologi yang
berpengalaman minimal 6 tahun;
2. Ahli Ekologi, Sarjana S1 Biologi/Teknik Lingkungan yang berpengalaman di bidang
penyusunan ekoregion/pengelolaan lingkungan sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun
3. Ahli Pemetaan, minimal Sarjana S1 Geografi yang berpengalaman minimal 4 tahun
4. Ahli Pengembangan Wilayah, minimal Sarjana S1 Perencanaan Wilayah yang
berpengalaman di bidang analisis perencanaan tata ruang wilyah sekurang-kurangnya
4 (empat) tahun, dan mempunyai SKA.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 1
BAB – II GAMBARAN UMUM PROVINSI BANTEN
2.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan
Provinsi Banten berada pada posisi geografis antara 05o 07’ 50” s/d 07o 01’ 11” Lintang
Selatan dan 105o 01’ 11” s/d 106o 07’ 12” Bujur Timur dengan keseluruhan luas wilayah
9.662,92 Km2 atau sekitar 0.50% dari luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Provinsi Banten terbagi dalam empat kota administrasi dan empat kabupaten administrasi
dengan Ibu kota berada di Serang. Banten sebelumnya merupakan bagian dari Provinsi
Jawa Barat, kemudian dimekarkan sebagai provinsi baru pada tanggal 17 Oktober 2000.
Pada Tabel 2.1 berikut disajikan daftar kabupaten dan kota yang ada di Banten.
Tabel 2.1 Daftar Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 2
Provinsi Banten berjarak hanya sekitar 90 Km dari Jakarta, adapun batas-batas
wilayahnya adalah sebagai berikut (Gambar 2.1.) :
Bagian Utara berbatasan dengan Laut Jawa
Bagian Timur berbatasan dengan DKI Jakarta dan Jawa Barat
Bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia
Bagian Barat berbatasan dengan Selat Sunda
Provinsi Banten berada pada titik-temu dari jalur lalu-lintas utama yang sangat strategis,
yaitu jalur Lampung-Jakarta sebagai jalur utama ke wilayah Jawa atau ke wilayah
Sumatera.
Gambar 2.1. Peta Wilayah Provinsi Banten
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 3
2.2. Karakteristik Lingkungan Fisik (Abiotik)
Karakteristik Lingkungan Fisik (Abiotik) Provinsi Banten dapat digambarkan dari 6
karakter, yaitu:
2.2.1 Karakteristik Klimatologi
Posisi geografis Indonesia yang yang terletak di antara dua benua (Asia dan Australia),
menyebabkan tipe iklim di Indonesia disebut sebagai iklim muson (monsoon) atau iklim
musim. Iklim ini erat kaitannya dengan perubahan pola angin musim pada bulan April-
Oktober. Jika angin bertiup ke barat maka terjadi musim kemarau di Indonesia dan
sebaliknya jika angin bertiup ke timur maka terjadi musim penghujan.
Provinsi Banten memiliki pola iklim yang sama, dimana musim penghujan umumnya
terjadi pada bulan November hingga Maret yang dipengaruhi oleh angin dari barat,
sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Juni - Agustus yang dipengaruhi oleh
angin dari timur. Persebaran jumlah curah hujan cukup bervariasi tergantung pada
lalitude, posisi geografis, dan kondisi topografis. Banyak klasifikasi iklim yang dipakai oleh
berbagai negara, seperti Koeppen-Geiger, Mohr, Schmidt-Ferguson, atau Oldeman yang
memanfaatkan kombinasi parameter temperatur, curah hujan, dan radiasi matahari dalam
klasifikasinya. Klasifikasi Oldeman termasuk yang banyak dipakai di Indonesia karena
terkait dengan bidang pertanian. Klasifikasi ini mempertimbangkan jumlah curah hujan
yang dipilah menjadi 3, yaitu bulan basah (> 200 mm), bulan lembab (100-20 mm), dan
bulan kering (<100 mm). Gambar 2.2 berikut memperlihatkan pola iklim Provinsi Banten
menurut klasifikasi Oldeman, adapun klasifikasi Oldeman disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman
No Tipe Iklim Jumlah bulan basah (bulan)
1. A > 9
2. B 7 - 9
3. C 5 - 6
4. D 3 - 4
5. E <3
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 4
Gambar 2.2. Kondisi iklim di Provinsi Banten menurut klasifikasi Oldeman
Dari gambar di atas terlihat bahwa sebagian besar Provinsi Banten tergolong mempunyai
bulan basah yang tinggi (terutama di selatan dan tengah), sedangkan di bagian utara
memiliki bulan-bulan basah yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya air
untuk Provinsi Banten tergolong sangat baik.
2.2.2 Karakteristik Geologi
Secara umum kondisi geologi Provinsi Banten lebih banyak dicirikan oleh Formasi batuan
vulkanik, dan hal ini sangat wajar dikarenakan Pulau Jawa merupakan bagian busur luar
dari jalur tektonik global yang kaya dengan gunungapi. Formasi batuan vulkanik ini
berumur lebih muda dibandingkan dengan batuan sedimen yang mendasarinya.
Beberapa wujud aktivitas vulkanik di masa lalu ditunjukkan oleh adanya gunungapi-
gunungapi yang menjulang di wilayah ini, seperti Gunungapi Karang, Gunungapi
Aseupan, Gunungapi Pulosari, Gunungapi Gede, dan banyak lagi gunungapi yang lebih
kecil, namun pada saat ini kesemuanya dalam fase dormant. Umur batuan yang ada di
wilayah ini mencakup umur Kuarter dan Tersier dimana pola persebarannya cukup jelas
yang seolah dipisahkan oleh garis diagonal arah timur laut, dimana untuk batuan Tersier
berada di wilayah selatan dan timur, sedangkan untuk batuan yang berumur Kuarter
berada di bagian barat dan utara. Peta Formasi Geologi untuk Provinsi Banten disajikan
pada Gambar 2.3.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 5
Gambar 2.3. Peta Formasi Geologi Provinsi Banten
2.2.3 Karakteristik Geomorfologi
Sesuai dengan kondisi geologi dan iklimnya, secara umum geomorfologi Provinsi Banten
dicirikan oleh dominasi bentuklahan-bentuklahan (landforms) asal proses (morfogenesis)
vulkanik. Relief dataran umumnya didominasi oleh asal proses fluvial dan marin,
sedangkan perbukitan dan pegunungan didominasi oleh morfogenesis vulkanik.
Bentuklahan-bentuklahan asal proses marin tersebar di sepanjang garis pantai
sedangkan bentuklahan-bentuklahan asal proses fluvial berada di sepanjang lembah
sungai dan dataran-dataran di sekitarnya. Bentuklahan vulkanik tampak paling menonjol
yang dicirikan oleh bentuklahan kerucut vulkanik di kompleks Gunungapi Karang,
sedangkan beberapa kerucut vulkanik tampak terdenudasi kuat, seperti di Gunungapi
Gede (Bojonegara), dan kompleks bentanglahan vulkanikTersier yang berada di tenggara
atau kompleks Gunung Halimun.
Bentuklahan vulkanik yang tampak menonjol di Provinsi Banten adalah sebuah cekungan
besar yang terletak di Kecamatan Padarincang yang bernama Cidanau. Cekungan ini
secara morfogenesis adalah sebuah kaldera, atau kawah yang sangat besar, yang
dihasilkan oleh hasil letusan gunungapi yang sangat dahsyat (super eruption) yang
menguras dapur magma. Hasilnya, puncak dari tubuh gunungapi runtuh dan
menghasilkan sebuah kaldera. Salah satu ciri dari super eruption atau disebut letusan tipe
plinian adalah terbentuknya aliran awan panas yang kaya dengan material abu (ash) dan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 6
batuapung (pumice). Endapan tersebut saat sekarang dikenal dengan nama tuff vulkanik
batuapung. Melihat besarnya ukuran kaldera ini, mungkin letusan plinian yang terjadi di
gunungapi ini tidak hanya sekali saja, tapi bisa lebih dari sekali dalam periode yang
berbeda. Bukti dari letusan ini adalah banyak ditemukannya endapan abu-batuapung atau
disebut ignimbrite yang berwarna cerah (putih) di wilayah-wilayah sekitar kaldera
Cidanau, yang saat sekarang banyak ditambang oleh masyarakat untuk diambil pasirnya
(Gambar 2.4). Radius aliran awan panas abu-batuapung kaldera Cidanau ini bisa
mencapai jarak 40 km dari pusat letusan dan mengisi wilayah-wilayah lembah, cekungan,
dan dataran.
Gambar 2.4. Endapan tuff vulkanik batuapung (ignimbrite) yang ditambang masyarakat di sekitar Cibeber, Serang.
Gambaran geomorfologi Provinsi Serang disajikan dalam Gambar 2.5 yang diambil dari
Peta Sistem Lahan Inonesia.
Gambar 2.5. Peta Sistem Lahan Provinsi Banten
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 7
2.2.4 Karakteristik Tanah
Sumber daya tanah wilayah Provinsi Banten secara geografis terbagi atas dua tipe tanah
yaitu: (a) kelompok tanah sisa atau residu dan (b) kelompok tanah hasil angkutan. Tipe
tanah yang terdapat di wilayah tersebut antara lain: 1) alluvial pantai dan sungai; 2)
latosol; 3) podsolik merah kuning; 4) regosol; 5) andosol; 6) brown forest; dan 7) glei
2.2.5 Karakteristik Hidrologi
Berdasarkan karakteristik iklim dan geomorfologi yang ada, Provinsi Banten tergolong
mempunyai potensi sumberdaya air tanah yang banyak. Hal ini disebabkan oleh curah
hujan yang terjadi di provinsi ini relatif tinggi, sedangkan bentuklahan dominan di wilayah
ini adalah bentuklahan vulkanik. Seperti diketahui bahwa produk vulkanik, seperti
piroklastik yang terdiri atas abu, pasir, dan kerikil, adalah material-material permukaan
yang sifatnya cukup porus, sehingga material ini dengan mudah akan dapat meloloskan
air untuk masuk ke dalam tanah. Namun demikian potensi ini juga tergantung kepada
bagaimana kondisi tutupan lahan di atasnya, terutama di wilayah-wilayah perbukitan dan
pegunungan (uplands). Tutupan lahan vegetasi merupakan tutupan terbaik untuk
membantu mengurangi terjadinya aliran permukaan (overland flow) dan sebaliknya dapat
meningkatkan laju perkolasi air ke dalam tanah. Cekungan kaldera Cidanau merupakan
salah satu anugerah Tuhan dan aset alami yang besar untuk akumulasi air di provinsi ini,
oleh karena itu tutupan vegetasi di daerah tangkapan air ini harus dijaga dengan baik.
2.2.6 Karakteristik Oseanografi
Provinsi Banten memiliki dua karakteritik oseanografi yang berbeda, yaitu karakteristik
oseanografi laut dalam, yang terdapat di laut selatan (Samudera Hindia), dan karakteristik
oseanografi laut dangkal yang terdapat di Selat Sunda dan Laut Jawa. Hal ini
mengindikasikan bahwa Provinsi Banten merupakan provinsi yang cukup kaya dengan
keanekaragaman hayati marin. Oleh sebab itu, pengelolaan dan perlindungan terhadap
kekayaan laut perlu penanganan yang serius dan baik.
Kondisi gelombang di sekitar Teluk Banten dan Pantai Kota Cilegon pada musim Barat
(Desember-Maret) bisa mencapai 0.5 m sampai dengan 1.25 m, sedangkan pada musim
Timur (Juni - September) berkisar antara 0.2 m sampai 1.2 m. Pada musim peralihan
(pada bulan April-Mei dan pada bulan Oktober-November) kondisi gelombang di provinsi
ini relatif tenang. Sudut datang gelombang rata-rata di daerah tersebut sebesar 8.5°
dengan periode signifikannya 38.633 detik.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 8
2.3. Karakteristik Lingkungan Hayati (Biotik)
Karakteristik Lingkungan Hayati (Biotik) Provinsi Banten dapat digambarkan dari 2
karakter, yaitu:
2.3.1 Karakteristik Hutan
Berdasarkan statusnya, kawasan hutan di Provinsi Banten dapat dibagi menjadi 11 fungsi
yang masing-masing diberi nama/status seperti yang tersaji pada Tabel 2.3. Persebaran
dari masing-masing status tersebut, seperti Kawasan Lindung, Suaka Marga
satwa,Taman Nasional, dan Cagar Alam di Provinsi Banten dapat dilihat pada Peta TGHK
dari Kementerian Kehutanan (Gambar 2.6).
Tabel 2.3. Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status
No Status Luas (Ha)
1 Cagar Alam 4.230,00
2 Suaka Margasatwa 0,00
3 Taman Wisata 4.086,30
4 Taman Buru 0,00
5 Taman Nasional 288.837,15
6 Taman hutan raya 3.026,00
7 Hutan lindung 947,39
8 Hutan Produksi 41.152,87
9 Hutan Produksi terbatas 29.644,71
10 Hutan Produksi Konservasi 127.892,30
11 Hutan Kota 128,37
Sumber : BPS Provinsi Banten 2014 dalam buku SLHD Provinsi Banten 2014
Gambar 2.6. Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan Provinsi Banten
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 9
2.3.2 Karakteristik Flora dan Fauna
Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon saat ini memiliki keanekaragaman flora dan fauna
yang cukup banyak, tidak kurang dari 700 jenis flora, 30 jenis mamalia, 5 jenis reptil, 59
jenis amphibi, 240 jenis ikan, dan 33 jenis terumbu karang. Jenis primata yang terdapat di
Taman Nasional Ujung Kulon sedikitnya ada sejumlah 5 jenis primata, yaitu Kera Ekor
Panjang (Macaca Fascicularis), Gibon Jawa (Hylobates Moloch), Surili (Presbytis
Comate), Lutung Hitam (Trachypithecus Auratus) dan Kukang (Nycticebus Coucang).
Jenis Fauna yang paling terkenal dari Provinsi Banten adalah Badak Jawa dan menjadi
icon dari provinsi ini (Gambar 2.7).
Gambar 2.7. Badak Jawa di Ujung Kulon
2.4. Karakteristik Lingkungan Kultural
Lingkungan Kultural Provinsi Banten dapat digambarkan dari 4 karakter, yaitu; 2.4.1 Karakteristik Kependudukan
Jumlah penduduk Banten pada tahun 2015 berjumlah 11.704.877 jiwa yang tersebar di
delapan wilayah Kabupaten/Kota (Tabel 2.4.). Laju pertumbuhan penduduk untuk 2013-
2014 mencapai 2,20%, sedangkan kepadatan penduduk tertinggi dicapai oleh Kota
Tangerang yang disusul oleh Kota Tangerang Selatan. Hal ini cukup wajar dikarenakan
kedua kota tersebut terletak tidak jauh dari Ibu Kota Negara (hinterland DKI Jakarta)
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 10
Tabel 2.4. Karakteristik Demografi Provinsi Banten 2015
Kabupaten/Kota Luas (Km2) Jumlah
Penduduk
Kepadatan Penduduk
(%)
Kabupaten Pandeglang 2746,89
1.188.405 433
Kabupaten Lebak 3426,56
1.259.305 368
Kabupaten Tangerang 1011,86
3.264.776 3.227
Kabupaten Serang 1734,28
1.463.094 844
Kota Tangerang 153,93
1.999.894 12.992
Kota Cilegon 175,5
405.303 2.309
Kota Serang 266,71
631.101 2.366
Kota Tangeran Selatan 147,19
1.492.999 10.143
Provinsi Banten 9.662,92 11.704.877 1.211
Sumber : Provinsi Banten Dalam Angka 2015
2.4.2 Karakteristik Sosial Ekonomi
Pendidikan merupakan investasi yang penting untuk pembangunan suatu bangsa.
Berdasarkan data Provinsi Banten Dalam Angka (2015), sekitar 7.49% penduduk Banten
telah menyelesaikan pendidikan tingkat perguruan tinggi, sedangkan untuk tingkat SMA
mencapai angka 24.61%. Dari sisi ekonomi perdagangan nilai ekspor dari Banten
meningkat 3,54%, sebaliknya nilai impor menurun 1,33% dari tahun 2013 ke 2014. Untuk
mendukung peningkatan ekonomi dari industri pariwisata, pada tahun 2014 Provinsi
Banten telah memilik 52 hotel berbintang sedangkan hotel tidak bintang berjumlah 246.
Pada Tahun Anggaran 2014, realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Banten mencapai
7,07 triliun rupiah, sementara itu hasil belanja daerah mencapai 6,19 triliun rupiah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih merupakan sumber penerimaan rutin terbesar dari
Pemerintah Provinsi Banten, yaitu sebesar 4,90 triliun rupiah, atau jumlah ini memberi
kontribusi sekitar 69,31 persen dari total penerimaan.
2.4.3 Karakteristik Sosial Budaya
Masyarakat Banten memiliki akar kehidupan agama Islam yang kuat. Jumlah penduduk
yang memeluk Agama Islam relatif dominan dan memiliki persentase tertinggi (92,85 %
pada tahun 2015) daripada jumlah pemeluk agama yang lain. Selain itu, Provinsi Banten
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 11
memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Jawa, karena
memiliki kelompok masyarakat yang disebut “suku baduy” yang masih memegang kuat
akan tradisi dan adat istiadat nenek moyang hingga sekarang (Gambar 2.8.). Salah satu
bentuk adat adalah berupa “kearifan lokal” yang terkait dengan perlindungan dan
pengelolaan terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.
Gambar 2.8. Gambaran perumahan masyarakat Baduy di Provinsi Banten
2.4.4 Karakteristik Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Provinsi Banten pada tahun 2015 didominasi oleh bentuk
penggunaan pertanian, yaitu Kebun Campuran dan Sawah berturut-turut 34,6% dan 26,5
% (Tabel 2.5). Permukiman atau lahan terbangun menduduki luasan terbesar berikutnya,
disusul oleh hutan sekunder, perkebunan, dan tegalan/ladang. Melihat angka-angka
tersebut tampak bahwa tutupan vegetasi masih relatif baik (> 50 %) namun demikian
ancaman konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian perlu mendapat perhatian. Hal
ini mengingat adanya laju pertambahan penduduk yang terjadi di wilayah ini. Gambaran
persebaran penggunaan lahan di Provinsi Banten disajikan pada Gambar 2.9.
Tabel 2.5. Luas penggunaan lahan Provinsi Banten (2015)
No Simbol Jenis Penggunaan
Lahan Luas (Ha)
Luas (%)
1 Hp Hutan Primer 5.257,6 0,6
2 Hs Hutan Sekunder 77.674,7 8,3
3 Mgv Mangrove 3.400,9 0,4
4 Rw Rawa 2.245,3 0,2
5 Kb Perkebunan 74.181,2 7,9
6 Pmk Permukiman 100.617,8 10,8
7 Kc Kebun Campuran 323.738,0 34,6
8 Sw Sawah 247.504,8 26,5
9 Tg Tegalan/Ladang 60.830,6 6,5
10 Sb Semak/Belukar 14.807,2 1,6
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 12
11 Ta Tanah Terbuka 8.170,1 0,9
12 Tmb Tambak/Empang 14.407,1 1,5
13 A Tubuh Air 2.216,3 0,2
Total (Ha) 935.051,5 100,0
Gambar 2.9. Persebaran spasial jenis penggunaan lahan di Provinsi Banten
2.5. Ekoregion Provinsi Banten Pada Skala Pulau Jawa
Berdasarkan hasil penetapan dan pemetaan ekoregion Pulau Jawa oleh Kementerian
Lingkungan Hidup/KLH (2013) pada skala 1:500.000, Pulau Jawa mempunyai 11 jenis
satuan wilayah ekoregion. Setiap provinsi di pulau ini mempunyai beberapa jenis satuan
di antara 11 satuan ekoregion tersebut, Untuk Provinsi Banten memiliki 6 jenis satuan
wilayah ekoregion seperti yang terlihat di Gambar 2.30, yaitu :
F = Dataran Fluvial Jawa
S21 = Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
S31 = Dataran Struktural Blok Selatan Jawa
V1 = Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang-Merapi-Raung
V2 = Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang-Merapi-Raung
V3 = Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang-Merapi-Raung
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
II - 13
Gambar 2.10. Peta Ekoregion di wilayah Provinsi Banten pada skala Pulau/Kepulauan
Indonesia (1 : 500.000)
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
III - 1
BAB – III
METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI
3.1 Konsep Dasar Penetapan Ekoregion Provinsi
Konsep dasar dalam penetapan dan pemetaan ekoregion Provinsi Banten adalah
mengacu pada Undang-Undang No.32/2009, yaitu tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam UU tersebut yang dimaksud dengan
ekoregion adalah suatu wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim,
tanah, flora dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan alam, yang
menggambarkan integritas sistem alam lingkungan hidup.
Berdasarkan definisi ekoregion dalam UU No. 32/2009 tersebut di atas, maka
pendekatan untuk penetapan dan pemetaan ekoregion adalah pendekatan
bentanglahan (landscape approach). Yang dimaksud dengan pendekatan
bentanglahan adalah pendekatan yang mengacu pada pemahaman bentuk
permukaan bumi (morfologi) dan proses yang membentuknya (morfogenesis). Hal
ini karena bentanglahan adalah unsur dasar terbentuknya sebuah ekosistem. Oleh
karena itu sifat bentanglahan adalah sifat yang paling dekat dengan karakter
ekoregion itu sendiri. Secara lebih rinci, bentanglahan tersusun atas bentuklahan-
bentuklahan (landforms) yang dibentuk oleh berbagai macam proses geomorfik.
Dalam praktek pemetaan, penarikan garis batas satuan ekoregion dilakukan dari
data penginderaan jauh. Hal ini disebabkan karakter bentanglahan yang bersifat
statis mudah dikenali dari udara atau dari data penginderaan jauh, sehingga batas
antar satuan ekoregion dapat ditarik berdasarkan kesamaan ciri morfologi dan
morfogenesis bentuklahan yang ada (landforms). Peta bentuklahan pada skala
tinjau (1:250.000) atau skala provinsi telah tersedia di Badan Informasi Geospasial
(d/h Bakosurtanal) untuk seluruh wilayah Indonesia yang dinamakan Peta Sistem
Lahan Indonesia (RePPProT, 1990). Peta ini dengan demikian akan dapakai
untuk penentuan satuan ekoregion provinsi, meskipun tetap perlu untuk melihat
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
III - 2
atau menyesuaikan geometri satuan sistem lahan dengan kondisi morfologi baru
yang diambil dari data satelit Shuttle Radar Topography Mision (SRTM) resolusi
90m. Pendekatan seperti ini telah pula digunakan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup/KLH (2013) dalam penetapan ekoregion tingkat pulau/kepulauan melalui
proses generalisasi (peta sistem lahan) sesuai dengan kadar yang diperlukan.
Aspek morfologi bentuklahan mencirikan bentuk fisik permukaan bumi yang
dicerminkan oleh relief, elevasi, dan kelerengan, sedangkan aspek morfogenesis
bentuklahan mencerminkan asal-usul proses (genetik) atau terbentuknya
bentuklahan dari proses-proses geomorfik di permukaan bumi. Klasifikasi
bentanglahan dengan konsep sistem lahan ini didasarkan pada prinsip ekologi
(Christian dan Stewart, 1968) yang mengasumsikan bahwa terdapat suatu
hubungan erat dan saling mempengaruhi antara agroklimat, tipe batuan,
bentuklahan, tanah, kondisi hidrologi, dan organisme (tanaman, hewan, dan
manusia). Dengan demikian intergasi antara peta iklim dan peta vegetasi pada
peta bentuklahan akan melahirkan peta baru, yaitu peta ekoregion yang
mencerminkan suatu sebaran spasial batas ekosistem. Peta ini hasilnya
mendekati dengan definisi ekosistem yang diamanatkan oleh UU No.32 tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Dalam peta ekoregion provinsi, setiap satuan ekoregion diberi nama berdasarkan
nama-nama yang telah ada pada level pulau/kepulauan, namun diperkaya dengan
informasi yang diperoleh dari observasi lapangan maupun data sekunder. Nama-
nama ekoregion tersebut diharapkan dapat mencerminkan karakter lahan dan
ekosistemnya yang berperan sebagai penciri sifat dan sekaligus faktor pembatas
(contraints) terhadap potensi lahan yang ada termasuk daya dukung dan daya
tampungnya.
Pemetaan ekoregion ini juga menggunakan sintesis dari berbagai data tematik
sumber daya alam, seperti peta geologi, peta tanah, peta iklim, peta
vegetasi, dan data yang lainnya. Untuk memenuhi kriteria definsi ekoregion
seperti yang tertuang dalam UU No. 32/2009, maka komponen-komponen
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
III - 3
ekosistem yang belum ditampilkan pada peta akan disajikan sebagai data atribut.
Data atribut ini mendeskripsikan karakteristik ekosistem lainnya yang
mencerminkan kondisi satuan ekoregion.
3.2 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penetapan ekoregion adalah:
a. Peta Ekoregion Pulau/Kepulauan, skala 1:500.000 (KLH, 2013)
b. Peta Sistem Lahan Indonesia, skala 1 : 250.000 (Bakosurtanal, 1989).
c. Peta Garis Pantai Indonesia, skala 1 : 250.000 dari Badan Informasi
Geospasial.
d. Peta Administrasi Provinsi Banten, skala 1 : 250.000 dari Badan Informasi
Geospasial.
e. Citra SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) resolusi 90 m V4.1 yang dapat
diunduh dari http://www.cgiar-csi.org/
f. Peta Curah Hujan Tahunan, dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG)
g. Data Sumberdaya Hayati dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
3.3 Tahapan Pemetaan
Metode penetapan dan pemetaan ekoregion Provinsi Banten dilakukan melalui
beberapa tahapan seperti berikut di bawah ini (Gambar 3) yang selanjutnya akan
diuraikan secara ringkas.
a. Kajian data Ekoregion Pulau Jawa
b. Revisi Peta Bentuklahan Provinsi
a. Kompilasi data
d. Penyajian peta
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
III - 4
Kajian Peta
Ekoregion Pulau
Jawa
(skala 1:500.000)
Peta Sistem
Lahan
(skala 1:250.000)
Peta Garis Pantai
Indonesia
(skala 1:250.000)
Kompilasi Data
Peta Ekoregion
Provinsi Banten
(skala 1:250.000)
Tentatif
Peta Komunitas
Vegetasi Provinsi
DEM (SRTM)
(res. 90 m)
Revisi Peta
Bentuklahan
Provinsi Banten
(skala 1:250.000)
Peta Administrasi
Provinsi Banten
(skala 1:250.000)
Kerja Lapangan
Peta Ekosistem
Provinsi
Peta Ekoregion
Provinsi Banten
(skala 1:250.000)
Gambar 3.1. Diagram alir proses pemetaan ekoregion provinsi
3.3.1 Pengkajian Data Ekoregion Pulau Jawa
Kajian data Ekoregion Pulau Jawa dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
hasil klasifikasi ekoregion pulau/kepulauan (skala 1 : 500.000) di Pulau Jawa dan
mempelajari karakteristik setiap ekoregion khususnya yang berada di Provinsi
Banten.
3.3.2 Revisi Peta Bentuklahan Provinsi
Bentuklahan provinsi yang dimaksud di sini adalah hasil pendetilan dari satuan
ekoregion Pulau Jawa di wilayah Provinsi Banten yang didasarkan pada Peta
Sistem Lahan. Peta Administrasi Provinsi Banten skala 1: 250.000 dan Peta Garis
Pantai Indonesia skala 1: 250.000 digunakan sebagai pembatas wilayah
ekoregion untuk daerah kajian. Sementara itu pada tahap ini dilakukan pula revisi
terhadap batas setiap polygon dari peta sistem lahan dengan data DEM (SRTM)
2,5D dengan tujuan agar geometri setiap polygon sistem lahan terbarukan dengan
kondisi morfologi aktual yang direpresentasikan oleh hillshade DEM (SRTM)
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
III - 5
tersebut. Dalam pemetaan ini aspek morfologi bentuklahan tetap diklasifikasikan
menjadi 3 kelas, yaitu:
a. Dataran (kelerengan, perbedaan relief)
b. Perbukitan (kelerengan, perbedaan relief)
c. Pegunungan (kelerengan, perbedaan relief)
Adapun untuk aspek morfogenesis bentuklahan pada skala 1:250.000 ini
diklasifikasikan secara monogenik menjadi 7 kelas, yaitu:
a. Struktural: bentuklahan yang terbentuk oleh proses-proses tektonik, seperti
pengangkatan, perlipatan, dan patahan terhadap perlapisan kulit bumi
(batuan).
b. Vulkanik: bentuklahan yang terbentuk oleh proses-proses aktivitas
gunungapi.
c. Fluvial: bentuklahan yang terbentuk oleh proses-proses sedimentasi aliran
air sungai.
d. Marin: bentuklahan yang terbentuk oleh proses-proses marin (arus dan
gelombang laut)
e. Denudasional: bentuklahan yang terbentuk oleh proses-proses degradasi
(umumnya pada bentanglahan berbatuan sedimen).
f. Solusional/Karst: bentuklahan yang terbentuk dari hasil proses-proses
pelarutan batugamping.
g. Biologik/Organik: bentuklahan yang terbentuk oleh aktivitas biologik
(gambut dan koral).
3.3.3 Kompilasi Data
Kompilasi data merupakan pekerjaan penggabungan data dari berbagai sumber.
Dalam hal ini peta bentuklahan yang baru dikompilasi dengan peta iklim dan data
ekosistem Indonesia. Data ekosistem dan vegetasi dibuat mengacu pada
Kartawinata (2012) sehingga dapat diketahui sebaran ekosistem di Provinsi
Banten. Identifikasi sebaran ekosistem di Provinsi Banten dilakukan dengan
parameter elevasi, status air pada masing-masing ekosistem, iklim (mengacu
pada peta iklim menurut Schmidt-Ferguson), dan peta agroklimat (Oldeman dkk,
1975-1980). Dengan menyandingkan parameter elevasi, status air, dan iklim
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
III - 6
dengan data bentuklahan, maka dapat dibuat kunci relasi antara data status
air pada komunitas vegetasi dengan data morfogenesis. Berdasarkan kunci
relasi tersebut maka sebaran dan klasifikasi komunitas vegetasi di provinsi
dapat diidentifikasi. Kompilasi data dilakukan dengan menggunakan piranti lunak
Sistem Informasi Geografis (SIG).
Pengisian data atribut juga dilakukan melalui SIG dengan menggunakan
template struktur basis data yang ada pada perangkat lunak. Data atribut yang
disajikan mencakup data karakteristik ekoregion yang sifatnya memperjelas
karakter, karena karakter tersebut tidak dapat ditampilkan secara fisik pada peta
(secara kartografis). Ruang lingkup data atribut ekoregion tersebut selanjutnya
disesuaikan dengan substansi yang ada pada UU No. 32/2009. Seperti
dicantumkan dalam Pasal 7 ayat (2) yang menyatakan bahwa penetapan
wilayah ekoregion dilaksanakan dengan mempertimbangkan kesamaan
karakteristik bentang alam, daerah aliran sungai, iklim, flora dan fauna, sosial
budaya, ekonomi, dan kelembagaan masyarakat sesuai dengan hasil
inventarisasi lingkungan hidup. Cakupan data atribut (data deskripsi) ekoregion
tersebut ditabulasikan pada tabel dengan format seperti pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Format Tabel Deskripsi Ekoregion
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
III - 7
3.3.4 Peta Ekoregion
Peta ekoregion disajikan setelah dilakukan verifikasi di lapangan terhadap
kebenaran satuan ekoregion yang diinterpretasi sebelumnya (tahap kompilasi).
Peta ekoregion tingkat provinsi selanjutnya disajikan pada skala 1 : 250.000
dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS versi 9.3. Dalam penyajian peta
ekoregion akan mengacu pada peta ekoregion pulau/kepulauan (KLH, 2013)
yang menyajikan unsur-unsur rupa bumi seperti perhubungan, perairan, batas
administrasi, dan toponimi (nama-nama geografis). Teknik penyajian peta
menggunakan pewarnaan standar morfogenesis dari ITC (Belanda) yang
dipadukan dengan gradasi warna sesuai dengan morfologinya. Penyajian peta
ekoregion tersebut akan menggunakan latar belakang hillshade DEM yang
diturunkan dari citra SRTM resolusi 90 m. Adapun komponen atau isi dalam peta
ekoregion diperlihatkan pada Gambar 3.2, sedangkan untuk format disesuaikan
dengan bentuk wilayah Provinsi Banten.
Gambar 3.2. Tata Letak Peta Ekoregion
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
III - 8
Keterangan gambar:
1) Judul peta, skala peta, nomor lembar peta dan edisi
2) Petunjuk letak peta
3) Diagram lokasi
4) Keterangan proyeksi, sistem grid, datum horizontal, datum vertikal,
satuan tinggi, selang kontur, dan perimeter translasi untuk transformasi
kordinat dan datum satelit Doppler (NWL-9D) ke ID-1974∆x, ∆y, ∆z
5) Simbol instansi penyelenggara
6) Keterangan isi atau legenda
7) Keterangan mengenai Ibukota Negara, Ibukota Provinsi, Ibukota /
kotamadya, Ibukota kecamatan dan Kota atau kampung lainnya.
8) Keterangan Riwayat
9) Petunjuk pembacaan koordinat geografi
10) Petunjuk pembacaan koordinat UTM
11) Gambar pembagian daerah administrasi
12) Keterangan pembagian daerah administrasi
13) Skala Peta
14) Keterangan singkatan dan kesamaan arti
15) Keterangan mengenai Utara Sebenarnya (US), Utara Grid (UG), Utara
Magnetik (UM)
16) Gambar mengenai Utara Sebenarnya (US), Utara Grid (UG), Utara
Magnetik (UM) dan di bawahnya Keterangan nomor Lembar peta.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
Iv- 1
BAB – IV HASIL KAJIAN PENYUSUNAN EKOREGION
4.1. Penyusunan Peta Ekoregion Penyusunan dan penetapan ekoregion dilakukan melalui tahap kompilasi data yang
bertujuan untuk menghasilkan peta ekoregion Provinsi Banten. Dalam penyusunan ini
diperlukan beberapa data tematik, yaitu peta bentuklahan (landform) provinsi, peta
ekosistem provinsi, dan peta komunitas vegetasi provinsi. Dari ketiga data tersebut
kemudian dikompilasi untuk memperoleh peta ekoregion provinsi yang bersifat
tentatif. Untuk memastikan kebenaran hasil analisis dan interpretasi ini, maka
dilakukan cek lapangan atau tahap validasi dan observasi untuk mendapatkan data
primer. Data geomorfologi atau bentuklahan dari setiap satuan ekoregion yang
divalidasi dan diambil datanya meliputi aspek morfologi dan morfogenesis,
sedangkan data ekosistem dan vegetasi meliputi data biofisik. Data pendukung lain
yang dikumpulkan selama kerja lapangan adalah elemen-elemen lingkungan
permukaan lainnya, seperti penggunaan lahan, tanah, hidrologi, serta aspek sosial
dan budaya yang mengacu pada informasi responden di lapangan. Dengan demikian,
secara keseluruhan data yang diperoleh sesuai dengan keperluan informasi
ekoregion.
Data ekoregion tersebut di sisi lain juga sangat bermanfaat dan mendasari untuk
membangun profil keanekaragaman hayati (Kehati) wilayah. Profil Kehati adalah
informasi yang menyajikan data kekayaan sumber daya alam hayati dan non hayati di
suatu wilayah tertentu. Informasi yang disajikan meliputi data bentangalam,
ekosistem, komunitas spesies yang menyusun sebuah eksosistem, kondisi sosial dan
ekonomi masyarakat, serta pengetahuan lokal mereka dalam memanfaatkan sumber
daya alam di sekitarnya. Dengan demikian data kehati selaras dengan keperluan
ekoregion yang hasilnya dapat digunakan untuk identifikasi potensi wilayah, untuk
pengembangan wilayah, serta penentuan wilayah-wilayah ekosistem essensial yang
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
Iv- 2
perlu dipertahankan dalam kerangka menjaga keseimbangan ekologi serta jasa
eksositem yang dihasilkan terutama di luar wilayah konservasi.
4.1.1 Bentuklahan Provinsi Banten
Peta Bentuklahan Provinsi Banten, seperti yang telah diuraikan pada bab metodologi,
diturunkan dari hasil analisis Peta Ekoregion Pulau Jawa dan Peta Sistem Lahan
dimana geometri satuan ekoregion dikoreksi dengan data DEM SRTM 90m. Dari
hasil kompilasi kedua data tersebut didapatkan bahwa Provinsi Banten mempunyai 9
jenis bentuklahan, yaitu (1) Dataran Fluvial Jawa, (2) Dataran Pantai Utara Jawa, (3)
Dataran Pantai Selatan Jawa, (4) Dataran Organik/Koral Jawa, (5) Dataran Struktural
Blok Selatan Jawa, (6) Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang-Merapi-Raung, (7)
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa, (8) Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung
Karang-Merapi-Raung, dan (9) Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang-Merapi-
Raung. Persebaran spasial dari masing-masing bentuklahan dapat dilihat pada peta
geomorfologi Gambar 4.1
Gambar 4.1. Peta Geomorfologi Provinsi Banten
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
Iv- 3
4.1.2 Ekosistem Provinsi Banten
Berdasarkan kondisi bentanglahan dan iklim, ekosistem di wilayah Provinsi Banten
dapat dipilah menjadi 7 macam, yaitu :
(1) ekosistem air masin (2) ekosistem air masin monsun (3) ekosistem vegetasi rawa air tawar pamah (4) ekosistem vegetasi rawa air tawar pamah monsun (5) ekosistem vegetasi darat monsun (6) ekosistem vegetasi lahan kering pamah malar basah (7) vegetasi pegunungan.
Persebaran dari masing-masing ekosistem disajikan pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Peta Ekosistem Provinsi Banten
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
Iv- 4
4.1.3 Komunitas Vegetasi Provinsi Banten
Sesuai dengan kondisi bentanglahan dan ekosistemnya, komunitas vegetasi di
Provinsi Banten dapat dibedakan menjadi 15 macam, yaitu :
1. Vegetasi litoral rumput laut algae 2. Hutan mangrove 3. Hutan mangrove monsoon 4. Hutan pantai 5. Hutan pantai monsoon 6. Hutan terna pantai 7. Hutan terna pantai monsoon 8. Hutan terna rawa air tawar pamah 9. Hutan terna rawa air tawar pamah monsoon 10. Hutan tepi sungai (riparian) pamah 11. Hutan non dipterokarpa pamah 12. Hutan pamah monsun meranggas 13. Hutan batugamping pamah 14. Savanna 15. Hutan pegunungan bawah
Adapun persebaran dari masing-masing komunitas dapat dilihat pada Gambar 4.3
Gambar 4.3. Peta Komunitas Vegetasi Provinsi Banten
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
Iv- 5
4.1.4 Peta Ekoregion Provinsi Banten
Berdasarkan ketiga data tematik tersebut di atas, maka dapat dilakukan kompilasi
data sehingga dapat dihasilkan informasi baru berupa peta ekoregion Provinsi Banten
tentatif seperti disajikan pada Gambar 4.4. Dalam peta tersebut diperoleh 37 satuan
ekoregion adapun nama dari setiap ekoregion seperti disajikan dalam Tabel 4.1.
Gambar 4.4. Peta Ekoregion Provinsi Banten
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
Iv- 6
Tabel 4.1. Nama Satuan Ekoregion di Provinsi Banten
Kode Nama Satuan Ekoregion Luas (Ha) Luas (%)
1 Dataran Fluvial Jawa - vegetasi air masin - vegetasi litoral rumput laut, algae
677,9
0,07
2 Dataran Fluvial Jawa - vegetasi darat monsun - hutan pamah monsun meranggas
2.912,6
0,31
3 Dataran Fluvial Jawa - vegetasi darat monsun - hutan pantai monsun 2.742,8
0,29
4 Dataran Fluvial Jawa - vegetasi lahan kering pamah malar basah - hutan non dipterokarpa pamah
1.167,7
0,12
5 Dataran Fluvial Jawa - vegetasi lahan kering pamah malar basah - hutan pantai
55.363,0
5,92
6 Dataran Fluvial Jawa - vegetasi rawa air tawar pamah - hutan tepi sungai (riparian) pamah
49.909,6
5,34
7 Dataran Fluvial Jawa - vegetasi rawa air tawar pamah - hutan terna rawa air tawar pamah
9.317,2
1,00
8 Dataran Fluvial Jawa - vegetasi rawa air tawar pamah monsun - hutan terna rawa air tawar pamah monsun
1.519,9
0,16
9 Dataran Organik/Koral Jawa - - 1.308,0
0,14
10 Dataran Organik/Koral Jawa - vegetasi lahan kering pamah malar basah - hutan pantai
3.813,6
0,41
11 Dataran Pantai Selatan Jawa - vegetasi lahan kering pamah malar basah - hutan terna pantai
3.864,8
0,41
12 Dataran Pantai Selatan Jawa - vegetasi rawa air tawar pamah - hutan tepi sungai (riparian) pamah
548,0
0,06
13 Dataran Pantai Utara Jawa - Vegetasi air masin - hutan mangrove 1.310,1
0,14
14 Dataran Pantai Utara Jawa - vegetasi air masin monsun - hutan mangrove monsun
12.875,9
1,38
15 Dataran Pantai Utara Jawa - vegetasi darat monsun - hutan terna pantai monsun
321,4
0,03
16 Dataran Pantai Utara Jawa - vegetasi lahan kering pamah malar basah - hutan pantai
4.014,1
0,43
17 Dataran Pantai Utara Jawa - vegetasi lahan kering pamah malar basah - hutan terna pantai
2.374,3
0,25
18 Dataran Pantai Utara Jawa - vegetasi rawa air tawar pamah - hutan tepi sungai (riparian) pamah
396,6
0,04
19 Dataran Struktural Blok Selatan Jawa - vegetasi lahan kering pamah malar basah - hutan non dipterokarpa pamah
13.985,5
1,50
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
Iv- 7
20 Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung - vegetasi darat monsun - hutan pamah monsun meranggas
85.944,9
9,19
21 Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung - vegetasi darat monsun - savanna
6.320,2
0,68
22 Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung - vegetasi lahan kering pamah malar basah - hutan non dipterokarpa pamah
45.064,1
4,82
23 Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung - vegetasi rawa air tawar pamah - hutan terna rawa air tawar pamah
21.011,8
2,25
24 Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung - vegetasi rawa air tawar pamah monsun - hutan terna rawa air tawar pamah monsun
29.557,6
3,16
25 Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung - vegetasi darat monsun - hutan pamah monsun meranggas
6.934,9
0,74
26 Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung - vegetasi lahan kering pamah malar basah - hutan non dipterokarpa pamah
104.971,8
11,23
27 Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung - vegetasi pegunungan - hutan pegunungan bawah
2.530,6
0,27
28 Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung - vegetasi rawa air tawar pamah - hutan tepi sungai (riparian) pamah
1.042,2
0,11
29 Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung - vegetasi rawa air tawar pamah - hutan terna rawa air tawar pamah
6.878,8
0,74
30 Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa - vegetasi darat monsun - hutan pamah monsun meranggas
0,0
0,00
31 Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa - vegetasi lahan kering pamah malar basah - hutan batu gamping pamah
31.032,5
3,32
32 Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa - vegetasi lahan kering pamah malar basah - hutan non dipterokarpa pamah
323.167,8
34,56
33 Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa - vegetasi lahan kering pamah malar basah - hutan pantai
3.595,7
0,38
34 Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa - vegetasi rawa air tawar pamah - hutan terna rawa air tawar pamah
4.063,3
0,43
35 Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung - vegetasi darat monsun - hutan pamah monsun meranggas
15.429,2
1,65
36 Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung - vegetasi darat monsun - savanna
399,5
0,04
37 Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung - vegetasi lahan kering pamah malar basah - hutan non dipterokarpa pamah
78.677,3
8,41
Total 935.045,3
100,00
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
Iv- 8
4.2. Kerja Lapangan
4.2.1 Perencanaan
Pengumpulan data primer meliputi data fisik dan morfologi permukaan bumi yang
menyusun bentanglahan dan dihuni oleh biota. Biota tersebut meliputi tumbuhan,
hewan/satwa termasuk jasad mikro (micro-organism) seperti jamur, kapang, bakteri
dan lain-lain, baik di lahan kering maupun di lahan basah, pada tipe ekosistem, pada
tipe komunitas vegetasi, dan pada spesies tumbuhan yang ditemukan di masing-
masing unit bentanglahan. Pengumpulan data keragaman hayati diprioritaskan
kepada vegetasi, karena vegetasi merupakan cerminan fisiognomi (penampakan
luar) hasil interaksi antara tumbuhan, hewan dan lingkungan mereka (Webb &
Tracey, 1994). Dengan demikian tipe vegetasi dapat digunakan sebagai pengganti
dan wakil ekosistem karena vegetasi lebih mudah dikenal dan diteliti (Specht 1981).
Pengumpulan data dilakukan dengan metode eksploratif di seluruh wilayah dengan
mengujungi wilayah yang diduga merupakan eksosistem esensial jika dilihat dari peta
Ekoregion Provinsi Banten skala 1 : 250.000 (KMLH, 2014) sebagai acuan untuk
tinjauan umum. Validasi dilakukan terhadap kondisi bentanglahan, tipe ekosistem,
tipe komunitas vegetasi, dan spesies tumbuhan yang ditemukan pada lokasi
observasi. Data yang diperoleh kemudian dijadikan dasar untuk koreksi informasi
yang terdapat pada atribut peta Ekoregion Provinsi Banten. Validasi terhadap tipe
ekosistem dan komunitas vegetasi penyusunnya mengacu pada diversitas ekosistem
alami Indonesia (Kartawinata 2013).
4.2.2 Lokasi Pengamatan
Lokasi yang dirancang untuk divalidasi dan dieksplorasi dalam kajian ini tersaji pada
Table 4.2, yang lokasinya tersebar di seluruh wilayah Provinsi Banten (Gambar 4.5).
Namun posisi tersebut dapat berubah pada saat kerja lapangan. Hal ini sebagai
antisipasi jika ada lokasi lain yang ternyata menunjukkan kondisi lain dan perlu
ditinjau lebih lanjut atau karena sulitnya medan untuk dikunjungi. Terdapat sekitar 17
lokasi yang ditentukan pada peta kerja lapangan pertama yang sudah dilengkapi
dengan koordinat untuk memudahkan mencari lokasi titik observasi yang
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
Iv- 9
direncanakan. Berdasarkan data atribut peta bentuklahan atau sistem lahan
(RePPProT, 1989), nama ekoregion (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012), dan
histori ekosistem dan komunitas vegetasi (Kartawinata 2013 dan Kementerian
Lingkungan Hidup, 2014), maka validasi dilakukan untuk koreksi jika terdapat
kesalahan pada data atribut peta atau dileniasinya. Dengan demikian informasi yang
dihasilkan adalah data yang sudah tervalidasi dan menggambarkan kondisi ekoregion
maupun profil kehati Provinsi Banten aktual.
Tabel 4.2. Rencana lokasi yang akan divalidasi
Nama Lokasi
Unit Lahan (system lahan)
Koordinat X
Koordinat Y
Nama Ekoregion
Ekosistem Komunitas
vegetasi
Begag KJP 106.260425254 -6.0239552934 Dataran Fluvial Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
hutan pantai
Kebon baru MKS 106.174349372 -6.0371977368 Dataran Fluvial Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
hutan pantai
Bojonegara MKS 106.086066416 -5.9533289283 Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
vegetasi darat monsun
hutan pamah monsun meranggas
Panyingkiran KHY 105.819010473 -6.4962691095 Dataran Fluvial Jawa
vegetasi rawa air tawar pamah
hutan tepi sungai (riparian) pamah
Pasirjaya PTG 105.812384837 -6.4753725337 Dataran Pantai Utara Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
hutan terna pantai
Babakan KMP 105.857170781 -6.5264442239 Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
hutan batu gamping pamah
Sajir KMP 106.079308024 -6.5050015907 Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
hutan batu gamping pamah
Cikoneng SMD 105.983590652 -6.3048865475 Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
vegetasi lahan kering pamah malar basah
hutan batuan ultra basa pamah
Tangsi BTG 105.984588281 -6.0954986494 Perbukitan Vulkanik Jalur
vegetasi darat monsun
hutan pamah monsun
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
Iv- 10
Nama Lokasi
Unit Lahan (system lahan)
Koordinat X
Koordinat Y
Nama Ekoregion
Ekosistem Komunitas
vegetasi
Gunung Karang - Merapi - Raung
meranggas
Rangkasbitung BKN 106.252899857 -6.3473939391 Dataran Fluvial Jawa
vegetasi rawa air tawar pamah
hutan tepi sungai (riparian) pamah
Kolelet BKN 106.264389182 -6.2973815834 Dataran Fluvial Jawa
vegetasi rawa air tawar pamah
hutan tepi sungai (riparian) pamah
Setu SLK 105.961611677 -6.2061428265 Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
vegetasi rawa air tawar pamah
hutan terna rawa air tawar pamah
Labuan KNJ 105.827794833 -6.3609107919 Dataran Fluvial Jawa
vegetasi rawa air tawar pamah
hutan terna rawa air tawar pamah
Kubangwuluh GOG 106.045912968 -5.9980168872 Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
vegetasi darat monsun
savanna
Anyar KNJ 105.922905678 -6.0601381594 Dataran Fluvial Jawa
vegetasi rawa air tawar pamah monsun
hutan terna rawa air tawar pamah monsun
Malingping KHY 105.999038655 -6.7950323797 Dataran Fluvial Jawa
vegetasi rawa air tawar pamah
hutan tepi sungai (riparian) pamah
Sukamaju PAN/BTG 106.06307724 -6.7129316287 Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
hutan non dipterokarpa pamah
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
Iv- 11
Gambar 4.5. Persebaran spasial rencana lokasi yang akan divalidasi
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 12
4.2.3 Hasil Kerja Lapangan
Kerja lapangan (Observasi, validasi, dan pengumpulan data) pertama dilakukan
pada tanggal 5 – 8 November 2015 dan akhirnya menghasilkan 21 titik observasi
dari 17 titik yang direncanakan. Penambahan 5 lokasi tambahan dilakukan
berdasarkan kajian langsung di lapangan terhadap kawasan dan dianggap penting
sebagai informasi baru yang menjadi koreksi terhadap data yang telah ada.
Meskipun demikian masih ada 1 lokasi di pantai utara (dataran fluvial Jawa) pada
sistem lahan KJP (Begag) dan 4 lokasi di bagian barat (Labuan-KNJ, Pasirjaya-
PTG, Panyingkiran-KHY, Babakan-KMP) yang belum dapat dikunjungi (dari 17
rencana lokasi). Rincian lokasi yang divalidasi dapat dilihat pada Tabel 4.3,
sedangkan sebarannya dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Tabel 4.3. Lokasi yang diobservasi dan divalidasi selama kerja lapangan
Rencana Obs
Titik Obs
Desa/ Kampung
Tanggal Obs Koordinat
X Koordinat
Y Alt (m)
Nama Ekoregion
Ekosistem Komunitas
9. Tangsi (BTG)
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
2015/11/05 14:23:11
106.10123 -6.051822 69 Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah meranggas
14. Kubangwuluh (GOG)
A2 Larangan, Waringinkurung, Serang
2015/11/05 16:03:22
106.068119 -6.048369 30 Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi savanna monsun
Savanna monsun
B1 Cikoneng, Anyar, Serang
2015/11/06 7:37:47
105.884674 -6.07143 2 Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin dengan koral dan pasir, tergenang air laut
Rumput laut, algae
15. Anyar (KNJ)
B2 Bojong, Anyar, Serang
2015/11/06 9:14:22
105.886541 -6.078739 5 Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan non dipterokarpa pamah monsun meranggas
15. Anyar (KNJ)
B3 Bojong, Anyar,
2015/11/06 10:29:39
105.8950446
-6.0840537
15 Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air
Terna rawa air tawar
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 13
Rencana Obs
Titik Obs
Desa/ Kampung
Tanggal Obs Koordinat
X Koordinat
Y Alt (m)
Nama Ekoregion
Ekosistem Komunitas
Serang 9 tawar pamah
15. Anyar (KNJ)
B41 Ciwandan, Kota Cilegon
2015/11/06 10:49:39
105.950672 -6.025849 21 Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
12. Setu (SLK)
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
2015/11/06 13:09:16
105.944658 -6.19923 108 Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
8. Cikoneng (SMD)
B6 Kampungsawah, Mandalawangi
2015/11/06 15:49:02
105.992937 -6.311151 422 Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
8. Cikoneng (SMD)
C1 Bojong, Pandeglang
2015/11/07 9:21:23
106.00594 -6.413822 114 Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
7. Sajir (KMP)
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
2015/11/07 11:28:31
106.000792 -6.548513 63 Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
16. Malingping (KHY)
C3 Pantai Cilangkahan, Talanca, Malingping, Lebak
2015/11/07 16:09:07
106.012256 -6.81629 18 Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
16. Malingping (KHY)
C4 Cilangkahan, Malingping, Lebak
2015/11/07 17:08:12
106.0232455
-6.8099758 26 Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
17. Sukamaju (PAN/BTG)
C5 Cijaku, Lebak
2015/11/07 18:17:04
106.04421695
-6.7208569
8
251 Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah
Vegetasi lahan kering pamah
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 14
Rencana Obs
Titik Obs
Desa/ Kampung
Tanggal Obs Koordinat
X Koordinat
Y Alt (m)
Nama Ekoregion
Ekosistem Komunitas
malar basah
malar basah
17. Sukamaju (PAN/BTG)
C6 Cijaku, Lebak
2015/11/07 18:30:04
106.0425215
-6.7198604
8
250 Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
10. Rangkas-bitung (BKN)
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
2015/11/08 9:23:45
106.225304 -6.347384 38 Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
10. Rangkas-bitung (BKN)
D2 Tarikolot, Rangkasbitung, Lebak
2015/11/08 10:33:35
106.259561 -6.344581 28 Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
D21 Batas Kecamatan Pamayaran dan Petir, Serang
2015/11/08 14:16:09
106.274249 -6.299525 38 Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
D23 Desa Negara, Kibin, Serang
2015/11/08 14:36:09
106.313639 -6.157679 17 Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
D31 Undar andir dari Kragilan, Serang
2015/11/08 15:22:08
106.300539 -6.142637 9 Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
3. Bojanega-ra (MKS)
D4 Bojonegara, Serang
2015/11/08 17:17:23
106.088644 -5.991218 4 Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan pantai
3. Bojanega-ra (MKS)
D5 Bojonegara, Serang
2015/11/08 17:39:17
106.09609385
-5.9529897
3
40 Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi savanna monsun
Savanna monsun
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 15
Gambar 4.6. Lokasi validasi peta ekoregion yang telah dilakukan
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 16
Untuk hasil pengamatan vegetasi yang telah dilakukan di sajikan pada Tabel
Lampiran 1, sedang penjelasan masing-masing lokasi dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Titik A1 : Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang (lokasi wisata Perhutani & lokasi
Antena Telkom). Titik pengamatan masuk ke dalam sistem lahan BTA, yaitu
perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung, mempunyai tipe
ekosistem vegetasi darat monsun dengan komunitas hutan campuran non
dipterokarpa pamah meranggas. Wilayah ini ekosistem telah dikoreksi dari
ekosistem vegetasi lahan kering pamah malar basah dengan hutan campuran non
dipterokarpa pamah. Deskripsi untuk parameter lain disajikan pada Tabel 4.4
sedangkan gambaran lokasi disajikan pada Gambar 4.7.
Tabel 4.4. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik A1 dan Satuan Ekoregion no 37
No Nama Satuan
Ekoregion
Karakteristik Satuan ekoregion
Parameter Deskripsi Singkat Satuan Ekoregion
37
Perbukitan vulkanik Jalur Gunung Karang-
Merapi-Raung, ekosistem vegetasi lahan kering pamah
malar basah, komunitas hutan campuran non dipterokarpa pamah
Lokasi dan luas area Lokasi satuan ekoregion ini tersebar terutama di bagian barat laut dari Provinsi Banten dengan luas 78677,4 Ha (8,4%)
Klimatologi Beriklim tropika basah, dengan suhu tahunan rata-rata = ... °C, dan curah hujan rata-rata tahunan 1750 - 2000 mm
Geologi Tersusun oleh batuan vulkanik, berupa lava, breksi vulkanik, dan piroklastik.
Geomorfologi
Merupakan perbukitan vulkanik strato-vulkano denudasional yang didominasi oleh batu lava basaltik, dengan kemiringan lereng bervariasi dari 10° hingga 30°. Perbukitan ini telah mengalami proses denudasi cukup lama dan tidak ada aktivitas vulkanik. Proses degradasi yang cepat bersifat antropogenik, yaitu dari aktivitas tambang batu lava.
Hidrologi
Kedalaman air tanah relatif dalam. Air permukaan berada dalam alur-alur sungai kecil dimana sebagian sungai bersifat intermitten yang mengalami kekeringan saat musim kemarau
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 17
Tanah dan Penggunaan Lahan
Kedalaman tanah > 30 cm, mempunyai tekstur tanah permukaan sandy clay loam hingga silty clay, dan pH tanah 4 - 5. Sebagian besar penutup lahan dari ekoregion ini berupa kebun campuran dan sawah, sedangkan sebagian yang lain berupa permukiman, perkebunan, tegalan, dan hutan
Hayati (flora & Fauna)
Hutan sekunder, vegetasi antara lain angsana, flamboyan, kilalayu, kopi, sengon, kecapi
Kultural (sosial & budaya)
Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dengan kehidupan sosial gotong-royong yang masih terjaga. Beberapa kearifan lokal yang masih ada di antaranya adalah tidak memotong nipah pada hari rabu
Kerawanan Lingkungan
bahaya erosi dan longsor merupakan kerawanan yang utama. Bahaya yang dipicu oleh aktivitas manusia adalah longsor akibat penambangan batu lava dan pasir
Jasa ekosistem
Penyediaan
bahan material bangunan (batu vulkanik)
Pengaturan penyedia air (area resapan)
Budaya keindahan alam dan wisata
Pendukung
konservasi keragaman hayati, ketahanan pangan
Gambar 4.7. Lokasi Pengamatan Titik A1 di Gunung Pinang, Perbukitan vulkanik denudasional tersusun atas batu lava dan piroklastik
Titik A2. Wilayah ini merupakan dataran vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi -
Raung, yang banyak ditambang (pasir). Secara umum biofisik wilayah ini telah
berubah fungsi dari wilayah ekosistem darat savanna monsun dengan komunitas
savanna monsun menjadi wilayah pemukiman dan tambang pasir. Sistem
lahannya untuk titik pengamatan adalah GOG dengan informasi geologi untuk
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 18
bagian atas adalah berupa tuff litik, tuff berbatuapung, dan tuff pasiran. Adapun
untuk bagian bawah terdiri atas tuff kristalin, tuff lapili berbatuapung, tuff gelas,
dan sisipan tuff lempungan merah. Deskripsi untuk parameter lain disajikan pada
Tabel 4.5 sedangkan gambaran lokasi disajikan pada Gambar 4.8.
Tabel 4.5. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik A2 dan Satuan Ekoregion 21
No Nama Satuan
Ekoregion
Karakteristik Satuan ekoregion
Parameter Deskripsi Singkat Satuan Ekoregion
21
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung,
ekosistem vegetasi darat monsun,
komunitas savanna
Lokasi dan luas area Lokasi satuan ekoregion ini tersebar di bagian barat laut dari Provinsi Banten dengan luas 6320,2 Ha (0,68%)
Klimatologi Beriklim tropika basah, dengan suhu tahunan rata-rata = ... °C, dan curah hujan rata-rata tahunan 1750 - 2000 mm
Geologi Tersusun oleh batuan tuff vulkanik (ignimbrite) yang berasal dari kaldera Gunung Cidanau
Geomorfologi
Merupakan dataran vulkanik berombak hingga bergelombang, tersusun dari tuff batuapung (ignimbrite). Proses degradasi utama yang terjadi bersifat antropogenik, yaitu berupa aktivitas penambangan pasir dari endapan ignimbrite (pasir silika)
Hidrologi
Kedalaman air tanah agak dalam. Air permukaan berada dalam alur-alur sungai besar dan kecil yang mengalir sepanjang tahun (perenial)
Tanah dan Penggunaan Lahan
Kedalaman tanah > 30 cm, mempunyai tekstur tanah permukaan sandy loam dan pH tanah 5. Sebagian besar penutupan/penggunaan lahan dari ekoregion ini berupa permukiman, sawah, dan tegalan, sedangkan sebagian yang lain berupa perkebunan.
Hayati (flora & Fauna)
Lamtoro, flamboyan, padi
Kultural (sosial & budaya)
Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dan penambang dengan kehidupan sosial gotong-royong yang masih terjaga.
Kerawanan Lingkungan
bahaya erosi ringan-sedang hanya pada lahan-lahan tegalan yang tidak dirawat dengan baik. Perlu waspada terhadap rawan longsor akibat penambangan dan konflik sosial
Jasa ekosistem Penyediaan bahan material pasir
Pengaturan aksesibilitas
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 19
Budaya agraris, cinta alam
Pendukung pertanian
Gambar 4.8. Lokasi Pengamatan A2. Dataran vulkanik tersusun atas tuff vulkanik batuapung (ignimbrite)
Titik B1. Merupakan wilayah pinggir pantai namun dalam peta ekoregion disebut
dataran fluvial Jawa. Titik pengamatan merupakan ekosistem koral pasir litoral
yang tergenang air laut (masin). Wilayah ini cukup sempit, yang ditandai dengan
beberapa batu karang serta pantai berpasir putih. Di sepanjang zona ini umumnya
sudah berubah menjadi kawasan hotel dan area wisata pantai. Wilayah ini tidak
terpetakan dengan baik dalam peta ekoregion (karena area sempit) dan
mempunyai atribut sebagai rawa air tawar di beberapa tempat.
Titik B2. Titik pengamatan terklasifikasikan sebagai perbukitan Vulkanik Jalur
Gunung Karang - Merapi - Raung dengan ekosistem vegetasi darat monsun,
dengan komunitas hutan non dipterokarpa pamah monsun meranggas. Titik
pengamatan masuk ke dalam sistem lahan BTG dengan infromasi geologi untuk
material bagian atas berupa tuff litik, tuff berbatuapung, dan tuff pasiran,
sedangkan untuk material bagian bawah berupa tuff kristalin, tuff lapili
berbatuapung, tuff gelas, dan sisipan tuff lempungan merah.
Titik B3. Posisi wilayah ini tepat di belakang lokasi B2 masuk ke dalam sistem
lahan KNJ. Dalam peta ekoregion wilayah ini disatukan ke dalam lahan berawa air
tawar yang langsung berbatasan dengan pantai. Oleh karena itu, koreksi batas
dileniasinya telah disesuaikan. Wilayah rawa ini sisa-sisa historisnya masih
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 20
tampak berkat keberadaan beberapa spesies rawa (Table Lampiran 1) yang
tumbuh pada dataran yang lebih rendah di antara bukit-bukit. Wilayah ini saat
sekarang telah menjadi lahan sawah. Deskripsi untuk parameter lain disajikan
pada Tabel 4.6 sedangkan gambaran lokasi disajikan pada Gambar 4.9.
Tabel 4.6. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik B3 dan Satuan Ekoregion 8
No Nama Satuan
Ekoregion
Karakteristik Satuan ekoregion
Parameter Deskripsi Singkat Satuan Ekoregion
8
Dataran Fluvial Jawa, ekosistem vegetasi lahan kering pamah
malar basah, komunitas hutan non dipterokarpa
pamah
Lokasi dan luas area Lokasi satuan ekoregion ini tersebar di bagian barat-utara dari Provinsi Banten dengan luas 1519,9 Ha ( 0,16%)
Klimatologi Beriklim tropika basah, dengan suhu tahunan rata-rata = ... °C, dan curah hujan rata-rata tahunan 2250 -2500 mm
Geologi Tersusun oleh endapan aluvium di atas endapan tuff batuapung (ignimbrite)
Geomorfologi
Merupakan dataran alluvial hasil proses deposisi fluvial. Sebagian kecil dari dataran ini ada yang berawa, dan untuk yang berada di tepi pantai merupakan hasil proses endapan marin (beach). Karena sempitnya area endapan marin, maka tidak terpetakan.
Hidrologi Kedalaman air tanah dangkal-sedang. Air permukaan berada dalam alur sungai dan bersifat perenial
Tanah dan Penggunaan Lahan
Kedalaman tanah > 30 cm, mempunyai tekstur tanah permukaan sandy loam hingga silty clay loam dan pH tanah 5. Sebagian besar penutupan/penggunaan lahan dari ekoregion ini berupa persawahan dan hanya sebagian kecil permukiman
Hayati (flora & Fauna)
padi, kelapa
Kultural (sosial & budaya)
Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dengan kehidupan sosial gotong-royong yang masih terjaga.
Kerawanan Lingkungan
dalam kasus hujan yang besar, banjir merupakan bahaya utama
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 21
Jasa ekosistem
Penyediaan lahan pertanian
Pengaturan aliran permukaan
Budaya agraris, cinta alam
Pendukung ketahanan pangan
Gambar 4.9. Lokasi Pengamatan B1 (gisik pantai), B2 (dataran fluvial), dan B3 (lembah terisi atau infilled valley)
Titik B4. Titik pengamatan merupakan dataran fluvial Jawa, terletak di Kecamatan
Ciwandan, Kota Cilegon. Lokasi pengamatan masuk ke dalam sistem lahan KNJ
yang tersusun secara geologi atas kerakal, kerikil, pasir, lempung, lumpur dan
kerakal batuapung. Lokasi ini (B4) secara historis merupakan lahan berawa air
tawar yang sempit di antara Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi –
Raung. Dari hasil pengamatan lapangan rawa-rawa air tawar telah banyak yang
diurug karena dijadikan sebagai wilayah industri, sehingga lahan rawanya sudah
sulit untuk dilacak. Adapun untuk perbukitan (B41) masuk ke dalam sistem lahan
BMS yang dideskripsikan sebagai bukit vulkanik terjal. Perbukitan ini saat
sekarang telah ditambang untuk diambil batu dan pasirnya. Ekosistem di wilayah
pengamatan ini adalah Vegetasi darat monsun dengan komunitas hutan pamah
monsun meranggas. Gambaran lokasi pengamatan disajikan pada Gambar 4.9.
Gambar 4.10. Lokasi Pengamatan di titik B4 dan B4.1 (perbukitan vulkanik)
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 22
Titik B5. Terletak pada wilayah datar di Desa Rancakahalang, Kecamatan
Padarincang, Serang, Lokasi pengamatan berupa wilayah dataran fluvio-vulkanik
pada pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi – Raung. Lokasi ini
sebenarnya berupa dasar kaldera dari Gunung Cidanau berbentuk cekungan
dengan vegetasi rawa terna air tawar pamah. Secara geologi di sekitar titik
pengamatan ini berupa fomasi rawa danau, dengan batuan kerikil, pasir, lempung
dan lumpur; semuanya berasal dari batuan gunungapi. Deskripsi untuk parameter
lain disajikan pada Tabel 4.7 sedangkan gambaran lokasi disajikan pada Gambar
4.11.
Tabel 4.7. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik B5 dan Satuan Ekoregion 29
No Nama Satuan
Ekoregion
Karakteristik Satuan ekoregion
Parameter Deskripsi Singkat Satuan Ekoregion
29
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang -
Merapi - Raung , ekosistem vegetasi
rawa air tawar pamah, komunitas hutan terna rawa air tawar pamah
Lokasi dan luas area Lokasi satuan ekoregion ini tersebar di bagian ... dari Provinsi Banten dengan luas 6878,8 Ha (0,74%)
Klimatologi Beriklim tropika basah, dengan suhu tahunan rata-rata = ... °C, dan curah hujan rata-rata tahunan 2250 -2750 mm
Geologi Tersusun oleh alluvium berupa lumpur dan bahan organik (rawa)
Geomorfologi Merupakan dasar dari kaldera Gunung Cidanau.
Hidrologi Kedalaman air tanah sangat dangkal (10 cm). Air permukaan berada pada alur sungai yang mengalir sepanjang tahun dan genangan (rawa).
Tanah dan Penggunaan Lahan
Kedalaman tanah > 30 cm, mempunyai tekstur tanah permukaan clay-loam dan pH tanah 5 . Sebagian besar penutupan/penggunaan lahan dari ekoregion ini berupa tegalan dan hutan sekunder, sedangkan sebagian kecil berupa permukiman dan kebun campuran
Hayati (flora & Fauna)
padi, pisang, kelapa, nipah
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 23
Kultural (sosial & budaya)
Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dengan kehidupan sosial gotong-royong yang masih terjaga.
Kerawanan Lingkungan
bahaya banjir
Jasa ekosistem
Penyediaan air tanah dan permukaan
Pengaturan ketersediaan air
Budaya agraris, cinta alam
Pendukung ketahanan pangan
Gambar 4.11. Lokasi Pengamatan titik B5 di Dataran rawa di Kecamatan Padarincang yang terletak di dasar kaldera G. Cidanau
Titik B6. Wilayah ini pada peta ekoregion merupakan ekosistem hutan berbatuan
ultrabasa pamah pada Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi – Raung.
Namun demikian berdasarkan hasil pengamatan lapang terhadap sampel batuan
lava yang banyak tersingkap di titik pengamatan menunjukkan bahwa batuan
tersebut bukan jenis ultrabasa namun lebih kepada batuan andesitik. Oleh karena
itu satuan bentuklahan di titik ini perlu dikoreksi. Secara geologi wilayah ini
tersusun atas produk Gunungapi Karang, breksi, lava dan lahar. Identifikasi
ekosistem wilayah ini menunjukkan sebuah lahan kering pamah malar basah
dengan komunitas hutan campuran non dipterokarpa pamah yang didominasi oleh
pohon buah-buahan. Deskripsi untuk parameter lain disajikan pada Tabel 4.8
sedangkan gambaran lokasi disajikan pada Gambar 4.12.
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 24
Tabel 4.8. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik B6 dan Satuan Ekoregion 22
No Nama Satuan
Ekoregion
Karakteristik Satuan ekoregion
Parameter Deskripsi Singkat Satuan Ekoregion
22
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung -
vegetasi lahan kering pamah malar basah -
hutan non dipterokarpa pamah
Lokasi dan luas area Lokasi satuan ekoregion ini tersebar di bagian tengah dan timur dari Provinsi Banten dengan luas 45064,1 Ha (4,82%)
Klimatologi Beriklim tropika basah, dengan suhu tahunan rata-rata = ... °C, dan curah hujan rata-rata tahunan 1750-2750 mm
Geologi Tersusun oleh batuan vulkanik, lava, endapan lahar, dan piroklastik
Geomorfologi
Merupakan suatu dataran yang terbentuk oleh proses deposisi vulkanik dan fluvio-vulkanik. Mempunyai relief berombak hingga bergelombang. Beberapa bongkah batu lava andesitik muncul di permukaan lahan. Elevasi satuan ekoregion ini berada di antara 300 - 500 m
Hidrologi Kedalaman air tanah relatif dalam (> 5 m). Air permukaan berada dalam alur-alur sungai yang mengalir sepanjang tahun.
Tanah dan Penggunaan Lahan
Kedalaman tanah > 30 cm, mempunyai tekstur tanah permukaan silty clay-loam dan pH tanah 5. Sebagian besar penutupan/penggunaan lahan dari ekoregion ini berupa permukiman, hutan sekunder, dan kebun campuran
Hayati (flora & Fauna)
Padi, mangga, kelapa, pisang
Kultural (sosial & budaya)
Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dengan kehidupan sosial gotong-royong yang masih terjaga.
Kerawanan Lingkungan
bahaya erosi ringan pada lahan tegalan yang tidak dirawat dengan baik
Jasa ekosistem
Penyediaan lahan pertanian
Pengaturan aksesibiltas
Budaya agraris, cinta alam
Pendukung ketahanan pangan
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 25
Gambar 4.12. Lokasi pengamatan di titik B6 (dataran antar pegunungan atau intermountain valley)
Titik C1. Lokasi titik pengamatan berada di Desa Bojong, Kabupaten Pandeglang
dengan bentanglahan Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi –
Raung. Titik pengamatan memiliki ekosistem vegetasi lahan kering pamah malar
basah dan komunitas hutan non dipterokarpa pamah. Secara geologi wilayah ini
tersusun atas batuan gunungapi muda atau produk gunungapi Gunung Pulosari,
Gunung Aseupan, Gunung Parakasak, dan Gunung Tompo yang terdiri atas
breksi gunungapi, lava, tuff, lahar, dan hasil gunungapi lainnya. Di lapangan
tampak wilayah ini tergolong cukup subur, kaya hara, dan mempunyai ekosistem
vegetasi lahan kering pamah malar basah dengan komunitas hutan campuran non
dipterokarpa pamah yang didominasi oleh pohon buah-buahan. Gambaran lokasi
titik pengamatan disajikan pada Gambar 4.12.
Gambar 4.13. Lokasi pengamatan titik C1 (perbukitan vulkanik)
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 26
Titik C2. Lokasi pengamatan terletak di Desa Ciledong, Kecamatan Banjarsari,
Lebak. Lokasi pengamatan masuk ke dalam bentanglahan perbukitan Struktural
Blok Selatan Jawa. Ekosistem yang dimiliki oleh wilayah di titik pengamatan ini
berupa vegetasi lahan kering pamah malar basah dan komunitas hutan campuran
non dipterokarpa pamah campuran (pohon, perdu semak, rumpun bambu).
Bentuklahan wilayah ini masuk ke dalam sistem lahan BTG, secara geologis
tersusun dari Formasi Cipacar yang meliputi material tuff, tuff berbatuapung,
batupasir tufan, batulempung tufan, tuff breksi dan napal. Meskipun secara umum
komunitas vegetasi mirip dengan di lokasi pengamatan C1, namun dominasi
pohon buah-buahan sudah mulai berkurang dan lebih didominasi oleh spesies
bambu (Tabel Lampiran 1). Deskripsi untuk parameter lain disajikan pada Tabel
4.9 sedangkan gambaran lokasi disajikan pada Gambar 4.14.
Tabel 4.9. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik C2 dan Satuan Ekoregion 32
No Nama Satuan
Ekoregion
Karakteristik Satuan ekoregion
Parameter Deskripsi Singkat Satuan Ekoregion
32
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa -
vegetasi lahan kering pamah malar basah -
hutan non dipterokarpa pamah
Lokasi dan luas area Lokasi satuan ekoregion ini tersebar paling luas di bagian selatan dari Provinsi Banten dengan luas 323167,8 Ha (34,5%)
Klimatologi Beriklim tropika basah, dengan suhu tahunan rata-rata = ... °C, dan curah hujan rata-rata tahunan 2,500 - 3,000 mm
Geologi Tersusun oleh batuan sedimen perselingan antara batupasir dan batuliat
Geomorfologi
Merupakan suatu perbukitan yang tersusun dari batuan sedimen yang terdenudasi membentuk relief berbukit dengan kemiringan lereng berkisar dari 10° hingga 30°. Elevasi satuan ekoregion ini bervariasi antara 100 - 300 m.
Hidrologi Kedalaman air tanah relatif dangkal < 5 m. Air permukaan berada pada alur-alur sungai mengalir sepanjang tahun.
Tanah dan Penggunaan Lahan
Kedalaman tanah > 30 cm, mempunyai tekstur tanah permukaan sandy-loam dan pH tanah 4. Sebagian besar penutupan/penggunaan lahan dari ekoregion ini berupa sawah, kebun campuran, dan perkebunan
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 27
Hayati (flora & Fauna)
Semak, sawit
Kultural (sosial & budaya)
Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dengan kehidupan sosial gotong-royong yang masih terjaga.
Kerawanan Lingkungan
bahaya erosi dan longsor
Jasa ekosistem
Penyediaan material pasir
Pengaturan air tanah dan permukaan
Budaya agraris, cinta alam
Pendukung ketahanan pangan
Gambar 4.14. Lokasi pengamatan C2 (perbukitan struktural)
Titik C3. Terletak di pantai selatan Desa Cilangkahan, Talanca, Kecamatan
Malingping, Lebak. Bentanglahan di lokasi pengamatan berupa dataran pantai
Selatan Jawa dengan ekosistem vegetasi air masin pada gumuk pasir (sand
dunes) dan dengan komunitas hutan terna pantai pada pinggir pantai dan hutan
pantai pada wilayah di belakang gumuk pasir hingga batas perkampungan
penduduk. Lokasi masuk ke dalam sistem lahan PTG, yaitu wilayah pantai dengan
endapan undak (pantai), kerikil, pasir, lempung, rombakan batugamping koral dan
cangkang moluska. Deskripsi untuk parameter lain disajikan pada Tabel 4.10
sedangkan gambaran lokasi disajikan pada Gambar 4.15
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 28
Tabel 4.10. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik C3 dan Satuan Ekoregion 11
No Nama Satuan
Ekoregion
Karakteristik Satuan ekoregion
Parameter Deskripsi Singkat Satuan Ekoregion
11
Dataran Pantai Selatan Jawa - vegetasi lahan kering pamah malar basah - hutan terna
pantai
Lokasi dan luas area Lokasi satuan ekoregion ini tersebar di bagian selatan dari Provinsi Banten dengan luas 3864,8 Ha (0,41%)
Klimatologi Beriklim tropika basah, dengan suhu tahunan rata-rata = ... °C, dan curah hujan rata-rata tahunan 2,750 - 3,000 mm
Geologi Tersusun oleh endapan pasir pantai
Geomorfologi Merupakan dataran marin hasil proses deposisi aeolian di wilayah pesisir pantai selatan Jawa. Elevasi berkisar antara 0 - 10 m.
Hidrologi Kedalaman air tanah relatif dangkal (< 5 m). Air permukaan berada pada alur sungai dan laguna dengan air payau.
Tanah dan Penggunaan Lahan
Lapisan tanah belum terbentuk, mempunyai tekstur tanah pasir dan pH tanah 7. Sebagian besar penutupan/penggunaan lahan dari ekoregion ini berupa sawah, kebun campuran, dan permukiman
Hayati (flora & Fauna)
pandan, mangrove
Kultural (sosial & budaya)
Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan dengan kehidupan sosial gotong-royong yang masih terjaga. Kearifan lokal yang masih ada berupa pantangan pada hari senin dan kamis untuk tidak melaut (mencari ikan)
Kerawanan Lingkungan
bahaya tsunami, gempa bumi, abrasi
Jasa ekosistem
Penyediaan sumber daya laut
Pengaturan area reproduksi penyu
Budaya agraris, cinta alam
Pendukung ketahanan pangan
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 29
Gambar 4.15. Lokasi pengamatan C3, dataran bergumuk-pasir (sand-dunes) asal
proses aeolian (angin) Kecamatan Malingping
Titik C4. Lokasi pengamatan terletak di dekat pantai Cilangkahan, Kecamatan
Malingping. Titik ini masuk ke dalam bentuklahan dataran fluvial Jawa,
mempunyai warisan ekosistem vegetasi rawa air tawar pamah dengan komunitas
hutan tepi sungai (riparian) pamah. Wilayah ini sudah menjadi persawahan
produktif dan mempunyai pengairan yang baik, sehingga termasuk ke dalam
sistem lahan KHY pada pinggir sungai. Secara geologi wilayah ini tersusun atas
aluvium dengan batuan kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung, lumpur dan kerakal
batuapung.
Titik C5. Wilayah di sekitar titik ini digunakan sebagai perkebunan karet, yaitu
pada perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa dengan warisan ekosistem vegetasi
lahan kering pamah malar basah serta mempunyai komunitas vegetasi lahan
kering pamah malar basah. Wilayah ini masuk ke dalam sistem lahan PAN, yaitu
dataran berbukit sedang dan secara geologi tersusun atas batuan breksi dan
aliran lava, terutama andesit dari gunungapi yang berasal dari Gunung Endut.
Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa wilayah ini tersusun dari material
tuff vulkanik (warna putih) dan di dalamnya terdapat bongkahan batu lava,
sehingga bentuklahan ini seharusnya tidak termasuk ke dalam perbukitan
struktural blok selatan Jawa, namun memiliki satuan yang berbeda. Oleh karena
itu, satuan bentuklahan ini perlu diperbaiki agar sesuai dengan kenyataan di
lapangan. Gambaran lokasi titik pengamatan disajikan pada Gambar 4.16.
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 30
Gambar 4.16. Lokasi pengamatan di titik C5 di perbukitan vulkanik tersusun dari
material tuff vulkanik dan blok lava
Titik C6. Lokasi pengamatan merupakan wilayah persawahan yang terletak di
dekat kebun karet di Desa Cijaku, Lebak. Tepatnya berada pada cekungan di
antara perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa yang memiliki warisan tipe
ekosistem vegetasi rawa air tawar dan dengan komunitas terna rawa air tawar
pamah. Wilayah ini saat sekarang sudah digunakan untuk persawahan.
Titik D1. Titik pengamatan berupa perbukitan di dekat kota Rangkasbitung, yaitu
di Desa Kebonawi, Kecamatan Cibadak, Lebak. Wilayah pengamatan berupa
perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa, mempunyai ekosistem vegetasi lahan
kering pamah malar basah dengan komunitas hutan batu gamping pamah.
Vegetasi gamping yang ditemukan di wilayah ini sudah sangat berbaur dengan
hutan campuran non dipterokarpa pamah (Tabel Lampiran 1). Titik pengamatan
termasuk ke dalam sistem lahan KMP (Kumpai), yaitu bentanglahan dataran
dengan perbukitan kecil dan dengan lembah yang luas pada Formasi Bojong
terdiri atas batuan napal pasiran, batulempung pasiran, batupasir tufan.
Berdasarkan hasil observasi lapangan di titik ini, lapisan atas terdiri atas tuff
vulkanik batuapung (ignimbrite) cukup tebal, sedangkan batu napal dan batu
gamping ditemukan berada di lapisan lapisan tuff. Oleh karena itu vegetasinya
cenderung bukan vegetasi batu gamping, tetapi merupakan pohon campuran
dengan perdu semak dan beberapa herba rumput dan kelompok lain. Lokasi titik
D1 ini karakternya relatif sama dengan titik-titik sebelumnya, yaitu titik C4 dan C5
sehingga perlu untuk dikoreksi. Deskripsi untuk parameter lain disajikan pada
Tabel 4.11 sedangkan gambaran lokasi disajikan pada Gambar 4.17.
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 31
Tabel 4.11. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik D1 dan Satuan Ekoregion 31
No Nama Satuan
Ekoregion
Karakteristik Satuan ekoregion
Parameter Deskripsi Singkat Satuan Ekoregion
31
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa -
vegetasi lahan kering pamah malar basah - hutan batu gamping
pamah
Lokasi dan luas area Lokasi satuan ekoregion ini tersebar di bagian tengah dari Provinsi Banten dengan luas 31032,5 Ha (3,32 %)
Klimatologi Beriklim tropika basah, dengan suhu tahunan rata-rata = ... °C, dan curah hujan rata-rata tahunan 2,250 -2,750 mm
Geologi Tersusun oleh batuan tuff vulkanik batuapung (ignimbrite)
Geomorfologi
Merupakan perbukitan vulkanik yang tersusun atas tuff batuapung yang di bawahnya tersusun dari batu napal dan batu gamping. Satuan ekoregion ini mempunyai elevasi bervariasi dari 45 - 200 m
Hidrologi Kedalaman air tanah agak dalam (> 5 m). Air permukaan berada pada alur-alur sungai perenial dan intermitten
Tanah dan Penggunaan Lahan
Kedalaman tanah > 30 cm, mempunyai tekstur silty clay loam, silty clay, silty clay loam, dan pH tanah 4 - 6. Sebagian besar penutupan/penggunaan lahan dari ekoregion ini berupa hutan (primer & sekunder), perkebunan dan sebagian kecil sawah
Hayati (flora & Fauna)
kelapa, karet, jati, pakis, melastonia
Kultural (sosial & budaya)
Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani (perkebunan) dengan kehidupan sosial gotong-royong yang masih terjaga.
Kerawanan Lingkungan
bahaya erosi dan longsor pada lahan terbuka dan berlereng terjal.
Jasa ekosistem
Penyediaan material pasir
Pengaturan tata air
Budaya agraris, cinta alam
Pendukung agroindustri
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 32
Gambar 4.17. Lokasi pengamatan di titik D1, perbukitan vulkanik, tersusun oleh
material tuff vulkanik batuapung (foto kanan)
Titik D2. Lokasi pengamatan merupakan dataran fluvial Jawa yang luas di
pinggiran sungai Ciujung, di Desa Tarikolot, Rangkasbitung, Lebak. Lokasi ini
masuk ke dalam sistem lahan BKN, berada di wilayah riparian dan merupakan
wilayah yang tetap di usahakan sebagai lahan pertanian walau di musim kemarau.
Ekosistem berupa vegetasi rawa air tawar pamah dengan komunitas hutan tepi
sungai (riparian) pamah. Informasi geologi menunjukkan bahwa wilayah ini
tersusun atas aluvium, kerikil, pasir, lanau dan lumpur. Deskripsi untuk parameter
lain disajikan pada Tabel 4.12 sedangkan gambaran lokasi disajikan pada Gambar
4.18.
Tabel 4.12. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik D2 dan Satuan Ekoregion 6
No Nama Satuan
Ekoregion
Karakteristik Satuan ekoregion
Parameter Deskripsi Singkat Satuan Ekoregion
6
Dataran Fluvial Jawa - vegetasi rawa air tawar
pamah - hutan tepi sungai (riparian) pamah
Lokasi dan luas area
Lokasi satuan ekoregion ini tersebar agak merata dan setempat-setempat, seperti di bagian tengah-utara, barat, dan selatan dari Provinsi Banten dengan luas 49,9 Ha (5,34 %)
Klimatologi Beriklim tropika basah, dengan suhu tahunan rata-rata = ... °C, dan curah hujan rata-rata tahunan 1,750 hingga 3,000 mm
Geologi Tersusun atas material aluvium
Geomorfologi Merupakan dataran fluvial hasil proses deposisi dari sungai
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 33
Hidrologi Kedalaman air tanah relatif dangkal (<5 m). Air permukaan berada pada alur-alur sungai perenial.
Tanah dan Penggunaan Lahan
Kedalaman tanah > 30 cm, mempunyai tekstur silty clay dan pH tanah 5. Sebagian besar penutupan/penggunaan lahan dari ekoregion ini berupa sawah, permukiman dan tegalan
Hayati (flora & Fauna)
delima, pisang, padi, tanaman perdu
Kultural (sosial & budaya)
Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani sawah dengan kehidupan sosial gotong-royong yang masih terjaga. Produktivitas padi berkisar antara 4 - 6 ton/ha.
Kerawanan Lingkungan
bahaya banjir
Jasa ekosistem
Penyediaan lahan pertanian
Pengaturan tata air
Budaya agraris, cinta alam
Pendukung ketahanan pangan
Gambar 4.18. Lokasi pengamatan titik D2, dataran fluvial (riparian)
Titik D3.1. Wilayah ini merupakan dataran fluvial Jawa yang cukup luas di
pinggiran Sungai Ciujung. Pengamatan di kampung Undar-andir, Kecamatan
Keragilan, Serang (D3.2) ini merupakan perkampungan yang menjadi langganan
banjir dari luapan air Sungai Ciujung. Sebagai dataran fluvial secara histori
merupakan daerah berekosistem rawa air tawar dimana beberapa spesies
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 34
komunitas tumbuhan rawanya masih terlihat di wilayah ini (Tabel Lampiran 1).
Wilayah ekosistem ini dilewati jalur Tol Jakarta – Merak
Gambar 4.19. Lokasi pengamatan D3.1 dan 3.2. dataran fluvial (riparian)
Titik D4. Wilayah ini terletak di Bojonegara, merupakan dataran fluvial Jawa
dengan ciri bentanglahan yang datar, dekat dengan muara-muara sungai pada
wilayah yang kering, dan tergolong ke dalam sistem lahan MKS. Histori ekosistem
wilayah ini adalah vegetasi air masin, dengan komunitas hutan tepi sungai
(riparian) pamah. Namun demikian secara umum wilayah ini sudah berubah
menjadi wilayah industri dan persawahan, sehingga sisa vegetasi komunitas
ekosistem wilayah ini sudah sulit untuk ditemukan. Untuk deskripsi dari parameter
lain disajikan pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik D4 dan Satuan Ekoregion 5
No Nama Satuan
Ekoregion
Karakteristik Satuan ekoregion
Parameter Deskripsi Singkat Satuan Ekoregion
5
Dataran Fluvial Jawa - vegetasi lahan kering pamah malar basah -
hutan pantai
Lokasi dan luas area Lokasi satuan ekoregion ini tersebar di bagian utara dari Provinsi Banten dengan luas 55363,0 Ha (5,92 %)
Klimatologi Beriklim tropika basah, dengan suhu tahunan rata-rata = ... °C, dan curah hujan rata-rata tahunan 1,750 hingga 2,000 mm
Geologi Tersusun atas material aluvium
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 35
Geomorfologi Merupakan dataran fluvial hasil proses deposisi dari sungai
Hidrologi Kedalaman air tanah sedang (5 - 7 m). Air permukaan berada pada alur-alur sungai perenial.
Tanah dan Penggunaan Lahan
Kedalaman tanah > 30 cm, mempunyai tekstur silty clay dan pH tanah 5. Sebagian besar penutupan/penggunaan lahan dari ekoregion ini berupa sawah, permukiman, tambak dan hutan
Hayati (flora & Fauna)
padi, pisang
Kultural (sosial & budaya)
Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan dengan kehidupan sosial gotong-royong yang masih terjaga.
Kerawanan Lingkungan
bahaya banjir, abrasi, pencemaran industri
Jasa ekosistem
Penyediaan lahan pertanian
Pengaturan tata air
Budaya agraris, cinta alam
Pendukung ketahanan pangan
Titik D5. Wilayah ini berdekatan dengan D4, namun bentanglahannya berupa
pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi – Raung yang tidak jauh dari
pinggiran pantai sekitar Bojonegara. Pengamatan di lokasi ini menunjukkan
ekosistem wilayah ini merupakan vegetasi savanna monsun dengan komunitas
yang didominasi oleh spesies herba rerumputan dan beberapa pohon kecil/perdu
yang tumbuh tersebar. Dalam peta ekoregion wilayah ini berupa hutan pamah
monsun meranggas pada ekosistem vegetasi darat monsun. Untuk deskripsi dari
parameter lain disajikan pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Deskripsi Lokasi Pengamatan di Titik D5 dan Satuan Ekoregion 25
No Nama Satuan
Ekoregion
Karakteristik Satuan ekoregion
Parameter Deskripsi Singkat Satuan Ekoregion
25
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang -
Merapi – Raung, vegetasi savanna
Lokasi dan luas area Lokasi satuan ekoregion ini di utara-barat dari Provinsi Banten dengan luas 55363,0 Ha (5,92 %)
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 36
monsun, savanna monsun Klimatologi
Beriklim tropika basah, dengan suhu tahunan rata-rata = ... °C, dan curah hujan rata-rata tahunan 1,750 hingga 2,000 mm
Geologi Tersusun atas material lava vulkanik
Geomorfologi Merupakan lereng bawah kerucut gunungapi
Hidrologi Kedalaman air tanah sangat dalam. Air permukaan berada pada alur-alur sungai intermitten
Tanah dan Penggunaan Lahan
Kedalaman tanah < 30 cm, mempunyai tekstur sandy loam dan pH tanah 5. Sebagian besar penutupan/penggunaan lahan dari ekoregion ini berupa padang rumput dan semak-belukar
Hayati (flora & Fauna)
Rumput, semak
Kultural (sosial & budaya)
Sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai pegawai pabrik.
Kerawanan Lingkungan
bahaya longsor
Jasa ekosistem
Penyediaan material batuan
Pengaturan #NAME?
Budaya cinta alam
Pendukung pembangunan bangunan
Dari hasil kerja lapangan kedua (28 November hingga 1 Desember) di dapatkan
24 titik pengamatan, sehinga jika digabungkan dengan hasil kerja lapangan
menjadi 45 titik pengamatan (Gambar 4.20).
Berdasarkan peta tersebut, maka jalur observasi yang dilakukan hampir meliput
seluruh Provinsi Banten, baik di wilayah dataran rendah maupun pegunungan
yang mewakili berbagai ekosistem dari setiap bentanglahan.
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 37
Gambar 4.20. Lokasi seluruh titik-titik dan jalur pengamatan kerja lapangan (I & II)
4.3. Resume
Dari hasil pengamatan lapangan di 45 titik observasi, kondisi geomorfologi wilayah
kajian tidak jauh berbeda dengan hasil analisis dan interpretasi sebelum ke
lapangan. Meskipun demikian ada beberapa titik pengamatan yang menunjukkan
morfogenesis bentuklahan perbukitan struktural blok selatan Jawa tidak
seluruhnya benar, namun ada sebagian yang telah tertutup oleh endapan tuff
vulkanik batuapung (ignimbrite). Oleh karena itu perbaikan telah dilakukan. Litologi
yang diindikasikan dalam peta sistem lahan berupa napal dan batu gamping tidak
ditemukan di permukaan, namun berada di bawah endapan tuff vulkanik tersebut.
Oleh sebab itu sebagian dari bentuklahan perbukitan struktural blok selatan Jawa
telah dikoreksi menjadi bentuklahan perbukitan vulkanik berbatuan tuff. Demikian
pula untuk wilayah Kecamatan Bayah telah dilakukan koreksi terkait bentuklahan,
ekosistem, dan komunitas vegetasi.
Bentuklahan yang telah diobservasi pada kerja lapangan pertama adalah (1)
Dataran Fluvial Jawa, (2) Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi -
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 38
Raung, (3) Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung, (4)
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa, (5) Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung
Karang - Merapi - Raung. Adapun berdasarkan elevasi wilayah yang diobservasi,
ekosistem wilayah yang banyak ditelusur umumnya terdapat pada lahan-lahan
pamah (dataran rendah), yaitu (1) Vegetasi air masin, (2) Vegetasi darat monsun,
(2) Vegetasi Koral Pasir, tergenang air, (4) Vegetasi lahan kering pamah malar
basah, (4) Vegetasi rawa air tawar pamah, (5) Vegetasi savanna monsoon,
sedangkan komunitas vegetasi yang ditemukan di wilayah ini adalah (1) Hutan
campuran non dipterokarpa batu gamping pamah, (2) Hutan campuran non
dipterokarpa pamah, (3) Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah,
(4) Hutan pamah monsun meranggas, (5) Hutan pantai, (6) Hutan tepi sungai
(riparian) pamah, (7) Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes), (8) Hutan terna
rawa air tawar pamah, (9) Vegetasi litoral Rumput laut, algae, (10) Savanna
monsun, dan (11) Terna rawa air tawar (Table 4.15).
Tabel 4.15. Satuan Ekoregion yang telah diobservasi pada kerja lapangan pertama
Titik Obs
Desa/Kampung Altitude
(m) Nama
Ekoregion Ekosistem
Komunitas Vegetasi
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
69 Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah
A2 Larangan, Waringinkurung, Serang
30 Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi savanna monsun
Savanna monsun
B1 Cikoneng, Anyar, Serang
2 Dataran Fluvial Jawa Vegetasi Koral Pasir, tergenang air
Rumput laut, algae
B2 Bojong, Anyar, Serang 5 Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
B3 Bojong, Anyar, Serang 15 Dataran Fluvial Jawa Vegetasi rawa air tawar pamah
Terna rawa air tawar
B41 Ciwandan, Kota Cilegon 21 Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi – Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
108 Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi – Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
B6 Kampungsawah, Mandalawangi
422 Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi –Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 39
Titik Obs
Desa/Kampung Altitude
(m) Nama
Ekoregion Ekosistem
Komunitas Vegetasi
C1 Bojong, Pandeglang 114 Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi – Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
63 Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
C3 Pantai Cirangahan, Talanca, Malingping, Lebak
18 Dataran Fluvial Jawa Vegetasi air masin Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
C4 Cilangkahan, Malingping, Lebak
26 Dataran Fluvial Jawa Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
C5 Cijaku, Lebak 251 Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
C6 Cijaku, Lebak 250 Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
38 Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
D2 Tarikolot, Rangkasbitung, Lebak
28 Dataran Fluvial Jawa Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
D21 Batas Kecamatan Pamayaran dan Petir, Serang
38 Dataran Fluvial Jawa Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
D23 Desa Negara, Kibin, Serang
17 Dataran Fluvial Jawa Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
D31 Kragilan, Serang 9 Dataran Fluvial Jawa Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
D4 Bojonegara, Serang 4 Dataran Fluvial Jawa Vegetasi air masin Hutan pantai
D5 Bojonegara, Serang 40 Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi savanna monsun
Savanna monsun
Dari hasil analisis spesies yang ditemukan di 21 lokasi observasi telah ditemukan
sebanyak kurang lebih 145 spesies (jenis) yang terdiri dari 53 famili (suku) dan
120 genus (marga). Sebaran spesies tumbuhan di masing-masing bentanglahan
disajikan pada Tabel 4.16. Dari 5 macam bentanglahan yang ditemukan, dataran
fluvial Jawa ditemukan di 8 lokasi observasi, sedangkan Perbukitan Vulkanik Jalur
Gunung Karang - Merapi – Raung dan Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
masing—masing ditemukan di 4 lokasi observasi. Bentanglahan Pegunungan
Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi – Raungdan Dataran Vulkanik Jalur
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 40
Gunung Karang - Merapi – Raung ditemukan di 2 lokasi. Jumlah spesies yang
ditemukan pada masing-masing lokasi dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1.
Tabel 4.16. Sebaran bentanglahan di masing-masing lokasi observasi dan jumlah spesies yang ditemukan pada masing-masing bentanglahan pada kerja lapangan pertama
Lokasi Observasi
Elevasi (m)
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi – Raung
Dataran Fluvial Jawa
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
A1 69 19
A2 30 13
B1 2 14
B2 5 28
B3 15 3
B41 21 7
B5 108 27
B6 422 12
C1 114 20
C2 63 22
C3 18 20
C4 26 6
C5 251 6
C6 250 2
D1 38 23
D2 28 7
D21 38 14
D23 17
D31 9 11
D4 4 6
D5 40 2
Jumlah Lokasi
4 8 4 2 2
Dari sisi ekosistem dan komunitas vegetasi yang telah diobservasi (21 lokasi)
menunjukkan bahwa distribusi elevasi yang telah dikunjungi berada di antara 2 –
422 m dpl, sedangkan di wilayah provinsi Banten ditemukan juga wilayah
pengunungan yang terletak di atas 1.000 m dpl terutama yang berada di sekitar
Gunung Halimun. Oleh karena itu dalam kerja lapangan kedua pengumpulan data
kehati pada wilayah-wilayah pegunungan telah dilakukan disamping titik-titik lain
yang belum diobservasi terutama di wilayah selatan.
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten IV 41
Wilayah selatan, secara geomorfologis merupakan wilayah yang relatif kompleks
dari sisi morfogenesis. Hal ini sesuai dengan sejarah terbentuknya bentanglahan
tersebut yang semula berada di bawah permukaan air laut, kemudian terangkat
oleh proses tektonik ke permukaan bumi dan menyebabkan proses deformasi
perlapisan kulit bumi terjadi. Proses vulkanik sub-marine dan sub-aerial serta
proses denudasional menyertainya, sehingga bentanglahan di wilayah selatan ini
relatif lebih kompleks dibandingkan dengan wilayah lainnya. Untuk itu penarikan
garis batas satuan ekoregion diperlukan kehati-hatian.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
V - 1
BAB – V
PENUTUP
1) Penetapan dan pemetaan ekoregion adalah suatu proses karakterisasi
ekologis bentanglahan melalui penarikan garis poligon untuk memperoleh
satuan wilayah yang mencerminkan sifat ekologis yang sama. Berdasarkan
tujuannya, peta ekoregion dapat memudahkan pengelola untuk
merencanakan dan memutuskan agar suatu kebijakan selaras dengan
karakter lingkungan hidup. Menurut amanat UU No. 32/2009, peta
ekoregion menjadi informasi dasar untuk penyusunan RPPLH, dimana
secara fungsional RPPLH merupakan landasan dasar untuk perencanaan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bagi setiap wilayah
administratif. Dengan demikian, kajian penetapan ekoregion di setiap
wilayah administrasi adalah keniscayaan untuk dilakukan guna mendukung
pembangunan berkelanjutan di setiap wilayah administratif tersebut.
2) Sesuai ketetapan UU No. 32/2009), peta ekoregion pulau/kepulauan (skala
1:500.000) menjadi acuan untuk pembuatan peta ekoregion provinsi (skala
1:250.000), dan demikian selanjutnya peta ekoregion provinsi akan menjadi
acuan untuk penyusunan peta ekoregion di setiap kabupaten/kota (skala
1:50.000). Oleh karena itu, dengan selesainya Kajian Penetapan Ekoregion
Provinsi Banten, setiap kabupaten/kota di Provinsi Banten dapat segera
menyusun peta ekoregion untuk masing-masing wilayahnya.
3) Hasil kajian penetapan ekoregion menunjukkan bahwa terdapat 37 satuan
ekoregion yang ada di Provinsi Banten. Beberapa poligon ekoregion hasil
interpretasi telah diperbaiki sesuai dengan temuan dan fakta di lapangan,
sehingga peta dan deskripsi satuan ekoregion akhir telah terbarukan
(updated) sesuai dengan skala dan kondisi di lapangan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kajian Penetapan Ekoregion Provinsi Banten
VI - 1
Daftar Pustaka
BPS Provinsi Banten. 2015. Provinsi Banten Dalam Angka 2015. Badan Pusat Statisti Provinsi Banten.
Kartawinata, 2013, Diversitas ekosistem alami Indonesia. LIPI-Press dan Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Deskripsi Peta Ekoregion Pulau/Kepulauan.Ekoregion. Kementerian Lingkungan Hidup, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan Badan Informasi Spasial.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2014. Deskripsi Peta Ekonusa skala 1 : 250.000. Provinsi Banten (unpublished document). Kementerian Lingkungan Hidup RI.
Webb, LJ & JG Tracey (1994).The Rainforests of Northern Australia.Hal 87-129 dalam R H. Groves (Rd.), Australian Vegetation, 2nd.Edition, Cambridge University Press, Cambridge.
Specht, RL (1981). Conservation of Vegetation Types. Hal. 394-410 dalam RH.Groves (Ed.), Australian vegetation, Cambridge University Press, Cambridge.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1: Daftar spesies yang ditemukan di masing-masing lokasi observasi
Lokasi Obs
Desa Kampung
Nama Ekoregion
Ekosistem Komunitas Vegetasii
Nama Ilmiah Suku Nama_Daera tanggal
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah meranggas
Abrus precatorius L. Papilionaceae Saga 2015/11/05 7:23:11
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah meranggas
Arenga pinnata (Wurmb) Merr.
Arecaceae Aren 2015/11/05 7:23:11
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah meranggas
Artocarpus heterophyllus Lam.
Moraceae Nangka 2015/11/05 7:23:11
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah meranggas
Delonix regia (Bojer ex Hook.) Rafin
Caesalp. Plamboyan 2015/11/05 7:23:11
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah meranggas
Ficus ampelas Burm. f. Moraceae Hampelas 2015/11/05 7:23:11
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah meranggas
Ficus septica Burm. f. Moraceae Awar-awar 2015/11/05 7:23:11
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa
Gliricidia maculata H. B. & K.
Papilionaceae Gamal 2015/11/05 7:23:11
Karang - Merapi - Raung
pamah meranggas
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah meranggas
Guazuma ulmifolia Lam.
Sterc. 2015/11/05 7:23:11
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah meranggas
Lepisanthes rubiginosa (Roxb.) Leenh.
Sapind. Kilayu 2015/11/05 7:23:11
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah meranggas
Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit
Mimosaceae Lamtoro 2015/11/05 7:23:11
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah meranggas
Macaranga rhizinoides (Blume) Muell. Arg.
Euphorbiaceae Manggong 2015/11/05 7:23:11
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah meranggas
Mangifera odorata Griff.
Anacardiaceae Kaweni 2015/11/05 7:23:11
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah meranggas
Neonauclea calycina (Barlt. ex DC.) Merr.
Rubiaceae 2015/11/05 7:23:11
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang -
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah
Psidium guajava L. Myrtaceae Jambu klutuk 2015/11/05 7:23:11
Merapi - Raung
meranggas
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah meranggas
Pterocarpus indicus Willd.
Papilionaceae Angsana 2015/11/05 7:23:11
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah meranggas
Schleichera oleosa (Lour.) Oken
Sapind. Kosambi 2015/11/05 7:23:11
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah meranggas
Schoutenia ovata Til. Wali kukun 2015/11/05 7:23:11
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah meranggas
Syzygium pycnamthum Merr. & L. M. Perry
Myrtaceae Jambu alas 2015/11/05 7:23:11
A1 Gunung Pinang, Kramatwatu, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan campuran non dipterokarpa pamah meranggas
Tetracera scandens (L.) Merr.
Dill 2015/11/05 7:23:11
A2 Larangan, Waringinkurung, Serang
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi savanna monsun
Savanna monsun
Acacia mangium Mimosaceae Akasia 2015/11/05 9:03:22
A2 Larangan, Waringinkurung, Serang
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi -
Vegetasi savanna monsun
Savanna monsun
Bambusa vulgaris Schrad. ex Wendl.
Poaceae Haur 2015/11/05 9:03:22
Raung
A2 Larangan, Waringinkurung, Serang
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi savanna monsun
Savanna monsun
Cocos nucifera L. Arecaceae Kalapa 2015/11/05 9:03:22
A2 Larangan, Waringinkurung, Serang
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi savanna monsun
Savanna monsun
Corypha utan Lam. Arecaceae Gebang 2015/11/05 9:03:22
A2 Larangan, Waringinkurung, Serang
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi savanna monsun
Savanna monsun
Imperata cylindrica Poaceae Alang alang 2015/11/05 9:03:22
A2 Larangan, Waringinkurung, Serang
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi savanna monsun
Savanna monsun
Lagerstroemia speciosa (L.) Pers.
Lythraceae Bungur 2015/11/05 9:03:22
A2 Larangan, Waringinkurung, Serang
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi savanna monsun
Savanna monsun
Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit
Mimosaceae Lamtoro 2015/11/05 9:03:22
A2 Larangan, Waringinkurung, Serang
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi savanna monsun
Savanna monsun
Muntingia calabura L. Elaeoc. Ceri 2015/11/05 9:03:22
A2 Larangan, Waringinkurung, Serang
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi savanna monsun
Savanna monsun
Pterocarpus indicus Willd.
Papilionaceae Angsana 2015/11/05 9:03:22
A2 Larangan, Waringinkurung, Serang
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi savanna monsun
Savanna monsun
Pterospermum javanicum Jungh.
Sterc. Bayur 2015/11/05 9:03:22
A2 Larangan, Waringinkurung, Serang
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi savanna monsun
Savanna monsun
Ricinus communis L. Euphorbiaceae Jarak 2015/11/05 9:03:22
A2 Larangan, Waringinkurung, Serang
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi savanna monsun
Savanna monsun
Samanea saman (Jacq.) Merr.
Mimosaceae Trembesi 2015/11/05 9:03:22
A2 Larangan, Waringinkurung, Serang
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi savanna monsun
Savanna monsun
Vitex glabrata R. Br. Verbenaceae Laban 2015/11/05 9:03:22
B1 Cikoneng, Anyar, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi Koral Pasir, tergenang air
Rumput laut, algae
Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg
Moraceae Kelewih 2015/11/06 0:37:47
B1 Cikoneng, Anyar, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi Koral Pasir, tergenang air
Rumput laut, algae
Bougainvillea glabra Choisy
Nyct. Bogenpil 2015/11/06 0:37:47
B1 Cikoneng, Anyar, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi Koral Pasir, tergenang air
Rumput laut, algae
Cerbera manghas L. Apocynaceae Bintaro 2015/11/06 0:37:47
B1 Cikoneng, Anyar, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi Koral Pasir, tergenang air
Rumput laut, algae
Cocos nucifera L. Arecaceae Kalapa 2015/11/06 0:37:47
B1 Cikoneng, Anyar, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi Koral
Rumput laut, algae
Cycas rumphii Miq. Cycadaceae Paku haji 2015/11/06 0:37:47
Pasir, tergenang air
B1 Cikoneng, Anyar, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi Koral Pasir, tergenang air
Rumput laut, algae
Delonix regia (Bojer ex Hook.) Rafin
Caesalp. Plamboyan 2015/11/06 0:37:47
B1 Cikoneng, Anyar, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi Koral Pasir, tergenang air
Rumput laut, algae
Ipomoea pes-capre Convolvulaceae 2015/11/06 0:37:47
B1 Cikoneng, Anyar, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi Koral Pasir, tergenang air
Rumput laut, algae
Mangifera indica L. Anacardiaceae Mangga 2015/11/06 0:37:47
B1 Cikoneng, Anyar, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi Koral Pasir, tergenang air
Rumput laut, algae
Morinda citrifolia L. Rubiaceae Cangkudu 2015/11/06 0:37:47
B1 Cikoneng, Anyar, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi Koral Pasir, tergenang air
Rumput laut, algae
Peronema sp. Verbenaceae 2015/11/06 0:37:47
B1 Cikoneng, Anyar, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi Koral Pasir, tergenang air
Rumput laut, algae
Plumeria sericifolia Wright ex Griseb.
Apocynaceae Kamboja 2015/11/06 0:37:47
B1 Cikoneng, Anyar, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi Koral Pasir, tergenang air
Rumput laut, algae
Syzygium aqueum (Burm.f.) Alston
Myrtaceae Jambu aer 2015/11/06 0:37:47
B1 Cikoneng, Anyar, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi Koral Pasir, tergenang air
Rumput laut, algae
Tectona grandis L. f. Verbenaceae Jati 2015/11/06 0:37:47
B1 Cikoneng, Anyar, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi Koral Pasir, tergenang air
Rumput laut, algae
Terminalia cattapa L. Combretaceae Katapang 2015/11/06 0:37:47
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik
Vegetasi darat
Hutan pamah
Alstonia scholaris (L.) R. Br.
Apocynaceae Lame 2015/11/06 2:14:22
Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
monsun monsun meranggas
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Arenga pinnata (Wumnb) Merr.
Arecaceae Aren 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Barringtonia macrocarpa Hassk.
Lecyth. 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Corypha utan Lam. Arecaceae Gebang 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Dysoxylum gaudichaudianum (A. Juss.) Miq.
Meliaceae Kedoya 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Ficus callosa Willd. Moraceae Ilat-ilat 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Guazuma ulmifolia Lam.
Sterc. 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun
Hibiscus tiliaceus L. Malvaceae Waru 2015/11/06 2:14:22
Gunung Karang - Merapi - Raung
meranggas
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Ipomoea digitata L. Convolvulaceae 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Ixora palu (Blume) Kurz Rubiaceae Soka 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Jatropha curcas L. Euphorbiaceae Jarak pagar 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Lantana camara L. Verbenaceae Solaria 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Lepisanthes rubiginosum (Roxb.) Leenh.
Sapind. Kilayu 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Licuala flabellum Martelli
Arecaceae 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Macaranga rhizinoides (Blume) Muell. Arg.
Euphorbiaceae Manggong 2015/11/06 2:14:22
Karang - Merapi - Raung
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Melastoma malabatricum L.
Melast. Harendong 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Millettia splendidissima
Papilionaceae 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Morinda citrifolia L. Rubiaceae Cangkudu 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Ocimum sp. Lam. 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Pithecellobium dulce (Roxb.) Benth
Mimosaceae Kranji 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Planchonia valida (Blume) Blume
Lecyth. Putat 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang -
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Pterospermum javanicum Jungh.
Sterc. Bayur 2015/11/06 2:14:22
Merapi - Raung
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Schleichera oleosa (Lour.) Oken
Sapind. Kosambi 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Solanum sp. Sol. Takokak 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Syzygium cumini (L.) Skeels
Myrtaceae Duwet 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Terminalia cattapa L. Combretaceae Katapang 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Tetracera scandens (L.) Merr.
Dill. 2015/11/06 2:14:22
B2 Bojong, Anyar, Serang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Trema orientalis (L.) Blume
Ulm. 2015/11/06 2:14:22
B3 Bojong, Anyar, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Terna rawa air tawar
Acacia sp. Mimosaceae 2015/11/06 3:29:39
B3 Bojong, Anyar, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air
Terna rawa air tawar
Corypha utan Lam. Arecaceae Gebang 2015/11/06 3:29:39
tawar pamah
B3 Bojong, Anyar, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Terna rawa air tawar
Ipomoea digitata L. Convolvulaceae 2015/11/06 3:29:39
B41 Ciwandan, Kota Cilegon
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Acacia auriculiformis A. Cunn ex Benth.
Mimosaceae 2015/11/06 3:49:39
B41 Ciwandan, Kota Cilegon
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Delonix regia (Bojer ex Hook.) Rafin
Caesalp. Plamboyan 2015/11/06 3:49:39
B41 Ciwandan, Kota Cilegon
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Lannea coromandelia (Houtt.) Merr.
Anacardiaceae 2015/11/06 3:49:39
B41 Ciwandan, Kota Cilegon
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit
Mimosaceae Lamtoro 2015/11/06 3:49:39
B41 Ciwandan, Kota Cilegon
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Mangifera indica L. Anacardiaceae Mangga 2015/11/06 3:49:39
B41 Ciwandan, Kota Cilegon
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi darat monsun
Hutan pamah monsun meranggas
Pandanus nitidus (Miq.) Kurz
Pandanaceae Pandan 2015/11/06 3:49:39
B41 Ciwandan, Kota Cilegon
Perbukitan Vulkanik
Vegetasi darat
Hutan pamah
Ricinus communis L. Euphorbiaceae Jarak 2015/11/06 3:49:39
Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
monsun monsun meranggas
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Annona muricata L. Annonanceae Sirsak 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Archidendron jiringa Mimosaceae Jengkol 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Areca catechu L. Arecaceae Jembe 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg
Moraceae Kelewih 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg
Moraceae Sukun 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Artocarpus heterophyllus Lam.
Moraceae Nangka 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur
Vegetasi rawa air tawar
Hutan terna rawa air tawar
Cocos nucifera L. Arecaceae Kalapa 2015/11/06 6:09:16
Gunung Karang - Merapi - Raung
pamah pamah
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Codiaeum variegatum Blume
Euphorbiaceae Puring 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Durio zibethinus Murray
Bombacaceae Durian 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Feroniella lucida Rutaceae Kawista 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Garcinia mangostana L. Clusiaceae Manggu 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Gigantochloa apus (Blume ex Schult.f.) Kurz
Poaceae Awi tali 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Gnetum genemon L. Gnet. Tangkil 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Hibiscus tiliaceus L. Malvaceae Waru 2015/11/06 6:09:16
Karang - Merapi - Raung
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Lansium domesticum Corr.
Meliaceae Dukuh 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit
Mimosaceae Lamtoro 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Mangifera indica L. Anacardiaceae Mangga 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Nephelium lappaceum L.
Sapind. Rambutan 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Nypa fruticans Wurmb. Arecaceae Kiray 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Oryza sativa L. Poaceae Padi 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang -
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen
Mimosaceae Jengjen 2015/11/06 6:09:16
Merapi - Raung
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Parkia speciosa Hassk. Mimosaceae Pete 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Psidium guajava L. Myrtaceae Jambu klutuk 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Rhapis exelsa (Thunb.) Henry ex Rehder
Arecaceae Waregu 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Salacca zalacca (Gaertn.) Voss. & Vilm.
Arecaceae Salak 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Syzygium aqueum (Burm.f.) Alston
Myrtaceae Jambu aer 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Syzygium malaccense (L.) Merr. & L.M. Perry
Myrtaceae Jambu bol 2015/11/06 6:09:16
B5 Rancakahalang, Padarincang, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi -
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Theobroma cacao L. Sterc. Coklat 2015/11/06 6:09:16
Raung
B6 Kampungsawah, Mandalawangi
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Alstonia scholaris (L.) R. Br.
Apocynaceae Lame 2015/11/06 8:49:02
B6 Kampungsawah, Mandalawangi
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Artemisia vulgaris 2015/11/06 8:49:02
B6 Kampungsawah, Mandalawangi
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Artocarpus heterophyllus Lam.
Moraceae Nangka 2015/11/06 8:49:02
B6 Kampungsawah, Mandalawangi
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Bridelia tomentosa Bl. Euphorbiaceae Kanyere 2015/11/06 8:49:02
B6 Kampungsawah, Mandalawangi
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Ceiba pentandra (L.) Gaertn.
Bombacaceae Kapuk 2015/11/06 8:49:02
B6 Kampungsawah, Mandalawangi
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Cocos nucifera L. Arecaceae Kelapa 2015/11/06 8:49:02
B6 Kampungsawah, Mandalawangi
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Curcuma xanthorriza Roxb.
Zingiberaceae Temu lawak 2015/11/06 8:49:02
B6 Kampungsawah, Mandalawangi
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Durio zibethinus Murray
Bombacaceae Durian 2015/11/06 8:49:02
B6 Kampungsawah, Mandalawangi
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Ficus hispida Moraceae Bisoro 2015/11/06 8:49:02
B6 Kampungsawah, Mandalawangi
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Melastoma malabatricum L.
Meliaceae Harendong 2015/11/06 8:49:02
B6 Kampungsawah, Mandalawangi
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Melicope glabra (Blume) T. G. Hartley
Rutaceae 2015/11/06 8:49:02
B6 Kampungsawah, Mandalawangi
Dataran Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Psidium guajava L. Myrtaceae Jambu klutuk 2015/11/06 8:49:02
C1 Bojong, Pandeglang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Araceca catechu L. Arecaceae Jambe 2015/11/07 2:21:23
C1 Bojong, Pandeglang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Bridelia tomentosa Bl. Euphorbiaceae Kanyere 2015/11/07 2:21:23
C1 Bojong, Perbukitan Vegetasi Hutan Ceiba pentandra (L.) Bombacaceae Kapuk 2015/11/07
Pandeglang Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
lahan kering pamah malar basah
campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Gaertn. 2:21:23
C1 Bojong, Pandeglang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Clausena excavata (Burm.f.) Hook. & Thomson
Rutaceae Kibaceta 2015/11/07 2:21:23
C1 Bojong, Pandeglang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Curcuma xanthorriza Roxb.
Zingiberaceae Temu lawak 2015/11/07 2:21:23
C1 Bojong, Pandeglang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Durio zibethinus Murray
Bombacaceae Durian 2015/11/07 2:21:23
C1 Bojong, Pandeglang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Elaeocarpus stipularis Blume
Elaeoc. Janitri 2015/11/07 2:21:23
C1 Bojong, Pandeglang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Garcinia mangostana L. Clusiaceae Manggu 2015/11/07 2:21:23
C1 Bojong, Pandeglang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Gigantochloa apus (Blume ex Schult.f.) Kurz
Poaceae Awi tali 2015/11/07 2:21:23
C1 Bojong, Pandeglang
Perbukitan Vulkanik
Vegetasi lahan
Hutan campuran
Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz ex Munro
Poaceae Awi temen 2015/11/07 2:21:23
Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
kering pamah malar basah
non dipterokarpa pamah malar basah
C1 Bojong, Pandeglang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Gnetum genemon L. Gnet. Tangkil 2015/11/07 2:21:23
C1 Bojong, Pandeglang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Hibiscus tiliaceus L. Malvaceae Waru 2015/11/07 2:21:23
C1 Bojong, Pandeglang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit
Mimosaceae Lamtoro 2015/11/07 2:21:23
C1 Bojong, Pandeglang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Maesopsis eminii Engler
Rham.. Sobsi 2015/11/07 2:21:23
C1 Bojong, Pandeglang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Mangifera indica L. Anacardiaceae Mangga 2015/11/07 2:21:23
C1 Bojong, Pandeglang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Nypa fruticans Wurmb. Arecaceae Kiray 2015/11/07 2:21:23
C1 Bojong, Pandeglang
Perbukitan Vulkanik Jalur
Vegetasi lahan kering
Hutan campuran non
Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen
Mimosaceae Jengjen 2015/11/07 2:21:23
Gunung Karang - Merapi - Raung
pamah malar basah
dipterokarpa pamah malar basah
C1 Bojong, Pandeglang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Sandoricum koetjape (Burm. f.) Merr.
Meliaceae Kacapi 2015/11/07 2:21:23
C1 Bojong, Pandeglang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Spondias dulcis Soland. ex Park.
Anacardiaceae Kedongdong 2015/11/07 2:21:23
C1 Bojong, Pandeglang
Perbukitan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Swietenia macrophylla King
Meliaceae Mahoni 2015/11/07 2:21:23
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Alstonia scholaris (L.) R. Br.
Apocynaceae Lame 2015/11/07 4:28:31
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Archidendron jiringa Mimosaceae Jengkol 2015/11/07 4:28:31
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Artocarpus elasticus Reinw. ex Blume
Moraceae Benda 2015/11/07 4:28:31
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Barringtonia macrocarpa Hassk.
Lecyth. 2015/11/07 4:28:31
C2 Ciledong, Perbukitan Vegetasi Hutan Caryota mitis Lour. Arecaceae 2015/11/07
Banjarsari, Lebak
Struktural Blok Selatan Jawa
lahan kering pamah malar basah
campuran non dipterokarpa pamah malar basah
4:28:31
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Cyperus sp. Cyper. 2015/11/07 4:28:31
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Dracaena fragrans Ker _ Gawl.
Drac. 2015/11/07 4:28:31
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Ficus fistulosa Reinw. ex Blume
Moraceae Beunying 2015/11/07 4:28:31
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Gigantochloa apus (Blume ex Schult.f.) Kurz
Poaceae Awi tali 2015/11/07 4:28:31
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Gliricidia maculata H. B. & K.
Papilionaceae Gamal 2015/11/07 4:28:31
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Gnetum cuspidatum Blume
Gnet. 2015/11/07 4:28:31
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Litsea umbellata Merr. Laur. 2015/11/07 4:28:31
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan
Vegetasi lahan kering
Hutan campuran non
Melastoma malabatricum L.
Melast. Harendong 2015/11/07 4:28:31
Jawa pamah malar basah
dipterokarpa pamah malar basah
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Melochia umbellata (Houtt.) Stapf.
Sterc. Bintinu 2015/11/07 4:28:31
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Morinda citrifolia L. Rubiaceae Cangkudu 2015/11/07 4:28:31
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Pandanus furcatus Roxb.
Pandanaceae Cangkuang 2015/11/07 4:28:31
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen
Mimosaceae Jengjen 2015/11/07 4:28:31
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Piper aduncum L. Piper. Seuseureuhan 2015/11/07 4:28:31
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Swietenia macrophylla King
Meliaceae Mahoni 2015/11/07 4:28:31
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Trema orientalis (L.) Blume
Ulm. Kuray 2015/11/07 4:28:31
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar
Hutan campuran non dipterokarpa pamah
Vitex glabrata R. Br. Verbenaceae Laban 2015/11/07 4:28:31
basah malar basah
C2 Ciledong, Banjarsari, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa pamah malar basah
Wrightia pubescens Blume
Apocynaceae 2015/11/07 4:28:31
C3 Pantai Cirangahan, Talanca, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
Acacia mangium Mimosaceae 2015/11/07 9:09:07
C3 Pantai Cirangahan, Talanca, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
Acanthus ilicipolius L. Acanth. Jeruju 2015/11/07 9:09:07
C3 Pantai Cirangahan, Talanca, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
Amorphophallus decus _ silvae Backer & Alderwer
Arac. Ileus 2015/11/07 9:09:07
C3 Pantai Cirangahan, Talanca, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
Barringtonia macrocarpa Hassk.
Lecyth. 2015/11/07 9:09:07
C3 Pantai Cirangahan, Talanca, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
Calophyllum inophyllum L.
Clusiaceae Nyamplung 2015/11/07 9:09:07
C3 Pantai Cirangahan, Talanca, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
Calotropis gigantea (Willd.) Dryand ex W.T.Aiton
Asclepiadaceae Babakoan, widuri
2015/11/07 9:09:07
C3 Pantai Cirangahan, Talanca, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
Crinum asiaticum L. Amaryllidaceae Bakung 2015/11/07 9:09:07
C3 Pantai Cirangahan, Talanca, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
Cycas rumphii Miq. Cycadaceae Pakis haji 2015/11/07 9:09:07
C3 Pantai Cirangahan, Talanca,
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir
Derris trifoliata Lour. Papilionaceae 2015/11/07 9:09:07
Malingping, Lebak
(dunes)
C3 Pantai Cirangahan, Talanca, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
Dysoxylum gaudichaudianum (A. Juss.) Miq.
Meliaceae Kedoya 2015/11/07 9:09:07
C3 Pantai Cirangahan, Talanca, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
Gliricidia maculata H. B. & K.
Papilionaceae Gamal 2015/11/07 9:09:07
C3 Pantai Cirangahan, Talanca, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
Hibiscus tiliaceus L. Malvaceae Waru 2015/11/07 9:09:07
C3 Pantai Cirangahan, Talanca, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
Ipomoea digitata L. Convolvulaceae 2015/11/07 9:09:07
C3 Pantai Cirangahan, Talanca, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
Pandanus odoratissimus L. f.
Pandanaceae Pandan 2015/11/07 9:09:07
C3 Pantai Cirangahan, Talanca, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
Planchonella obovata (R. Br.) Pierre
Sapotaceae 2015/11/07 9:09:07
C3 Pantai Cirangahan, Talanca, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
Pongamia pinnata (L.) Pierre
Papilionaceae 2015/11/07 9:09:07
C3 Pantai Cirangahan, Talanca, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
Scaveola taccada Goodeniaceae 2015/11/07 9:09:07
C3 Pantai Cirangahan, Talanca, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
Terminalia cattapa L. Combretaceae Katapang 2015/11/07 9:09:07
C3 Pantai Cirangahan, Talanca,
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir
Themeda argueus Poaceae 2015/11/07 9:09:07
Malingping, Lebak
(dunes)
C3 Pantai Cirangahan, Talanca, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan terna pantai gumuk pasir (dunes)
Vitex glabrata R. Br. Verbenaceae Laban 2015/11/07 9:09:07
C4 Cilangkahan, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Cocos nucifera L. Arecaceae Kelapa 2015/11/07 10:08:12
C4 Cilangkahan, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Lagerstroemia indica L. Lythraceae Bungur 2015/11/07 10:08:12
C4 Cilangkahan, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen
Mimosaceae Jengjen 2015/11/07 10:08:12
C4 Cilangkahan, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Psidium guajava L. Myrtaceae Jambu klutuk 2015/11/07 10:08:12
C4 Cilangkahan, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Tectona grandis L. f. Verbenaceae Jati 2015/11/07 10:08:12
C4 Cilangkahan, Malingping, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Terminalia cattapa L. Combretaceae Katapang 2015/11/07 10:08:12
C5 Cijaku, Lebak Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Amorphophallus variabilis Blume
Arecaceae Ileus 2015/11/07 11:17:04
C5 Cijaku, Lebak Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Gigantochloa apus (Blume ex Schult.f.) Kurz
Poaceae Awi tali 2015/11/07 11:17:04
C5 Cijaku, Lebak Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hevea brasiliensis (Willd. ex A. Juss.) Mull. Arg
Euphorbiaceae Karet 2015/11/07 11:17:04
C5 Cijaku, Lebak Perbukitan Vegetasi Vegetasi Hibiscus macrophyllus Malvaceae Tisuk 2015/11/07
Struktural Blok Selatan Jawa
lahan kering pamah malar basah
lahan kering pamah malar basah
Roxb. ex Hornem 11:17:04
C5 Cijaku, Lebak Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Leea indica (Burm. f.) Merr.
Leeaceae 2015/11/07 11:17:04
C5 Cijaku, Lebak Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Vegetasi lahan kering pamah malar basah
Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen
Mimosaceae Jengjen 2015/11/07 11:17:04
C6 Cijaku, Lebak Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Hevea brasiliensis (Willd. ex A. Juss.) Mull. Arg
Euphorbiaceae Karet 2015/11/07 11:30:04
C6 Cijaku, Lebak Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan terna rawa air tawar pamah
Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen
Mimosaceae Jengjen 2015/11/07 11:30:04
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Acacia sp. Mimosaceae 2015/11/08 2:23:45
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Alstonia scholaris (L.) R. Br.
Apocynaceae Lame 2015/11/08 2:23:45
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Annona muricata L. Annonanceae Sirsak 2015/11/08 2:23:45
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah
Hutan campuran non dipterokarpa
Bambusa vulgaris Schrad. ex Wendl.
Poaceae Haur 2015/11/08 2:23:45
malar basah
batu gamping pamah
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Catimbium speciosum (H. A. Wendl.) Holtum
Zingiberaceae 2015/11/08 2:23:45
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Ceiba pentandra (L.) Gaertn.
Bombacaceae Kapuk 2015/11/08 2:23:45
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Clausena excavata (Burm.f.) Hook. & Thomson
Rutaceae Kibaceta 2015/11/08 2:23:45
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Crescentia cujete L. Bignoniaceae Berenuk 2015/11/08 2:23:45
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Ficus callosa Willd. Moraceae Ilat-ilat 2015/11/08 2:23:45
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Ficus septica Burm. f. Moraceae Awar-war 2015/11/08 2:23:45
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar
Hutan campuran non dipterokarpa batu
Gigantochloa apus (Blume ex Schult.f.) Kurz
Poaceae Awi tali 2015/11/08 2:23:45
basah gamping pamah
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz ex Munro
Poaceae Awi temen 2015/11/08 2:23:45
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Gnetum genemon L. Gnetaceae Tangki 2015/11/08 2:23:45
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Guazuma ulmifolia Lam.
Sterculiaceae 2015/11/08 2:23:45
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Melastoma malabatricum L.
Melastomaceae Harendong 2015/11/08 2:23:45
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Melochia umbellata (Houtt.) Stapf.
Sterculiaceae Bintinu 2015/11/08 2:23:45
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Muntingia calabura Elaeocarpaceae Ceri 2015/11/08 2:23:45
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping
Psidium guajava L. Myrtaceae Jambu klutuk 2015/11/08 2:23:45
pamah
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Senna siamea (Lam.) Irwin & Barneby
Caesalpiniaceae Johar 2015/11/08 2:23:45
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Tamarindus indica L. Caesalpiniaceae Asam 2015/11/08 2:23:45
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Tectona grandis L. f. Verbenaceae Jati 2015/11/08 2:23:45
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Tetrasera scandens (L.) Merr.
Dilleniaceae 2015/11/08 2:23:45
D1 Kebonawi, Cibadak, Lebak
Perbukitan Struktural Blok Selatan Jawa
vegetasi lahan kering pamah malar basah
Hutan campuran non dipterokarpa batu gamping pamah
Thyrsostachys siameusis Gamble
Poaceae 2015/11/08 2:23:45
D2 Tarikolot, Rangkasbitung, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Crescentia cujete L. Bignoniaceae Berenuk 2015/11/08 3:33:35
D2 Tarikolot, Rangkasbitung, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Ipomoea digitata L. Convolvulaceae 2015/11/08 3:33:35
D2 Tarikolot, Rangkasbitung, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Mimosa pudica L. Mimosaceae Putri malu 2015/11/08 3:33:35
D2 Tarikolot, Rangkasbitung,
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air
Hutan tepi sungai
Nephelium lappaceum L.
Sapindaceae Rambutan 2015/11/08 3:33:35
Lebak tawar pamah
(riparian) pamah
D2 Tarikolot, Rangkasbitung, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Passiflora edulis Passifloraceae Markisa 2015/11/08 3:33:35
D2 Tarikolot, Rangkasbitung, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Peromema sp. Verbenaceae 2015/11/08 3:33:35
D2 Tarikolot, Rangkasbitung, Lebak
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Thevetia ahouai (L.) A. DC.
Apocynaceae Kirapet 2015/11/08 3:33:35
D21 Batas Kecamatan Pamayaran dan Petir, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Areca catechu L. Sapindaceae Jambe 2015/11/08 7:16:09
D21 Batas Kecamatan Pamayaran dan Petir, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Bambusa vulgaris Schrad. ex Wendl.
Poaceae Haur 2015/11/08 7:16:09
D21 Batas Kecamatan Pamayaran dan Petir, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Ceiba pentandra (L.) Gaertn.
Apocynaceae Kapuk 2015/11/08 7:16:09
D21 Batas Kecamatan Pamayaran dan Petir, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Clausena excavata (Burm.f.) Hook. & Thomson
Mimosaceae Kibaceta 2015/11/08 7:16:09
D21 Batas Kecamatan Pamayaran dan Petir, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Hibiscus tiliaceus L. Malvaceae Waru 2015/11/08 7:16:09
D21 Batas Kecamatan Pamayaran dan Petir, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Macaranga rhizinoides (Blume) Muell. Arg.
Meliaceae Manggong 2015/11/08 7:16:09
D21 Batas Kecamatan Pamayaran dan Petir, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Mangifera indica L. Anacardiaceae Mangga 2015/11/08 7:16:09
D21 Batas Kecamatan Pamayaran dan Petir, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Musa sp. Musaceae Pisang batu 2015/11/08 7:16:09
D21 Batas Kecamatan Pamayaran dan
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar
Hutan tepi sungai (riparian)
Paraserianthes falcataria (L.) Nielson
Arecaceae Jengen 2015/11/08 7:16:09
Petir, Serang pamah pamah
D21 Batas Kecamatan Pamayaran dan Petir, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Phyllanthus acidus (L.) Skeels.
Mimosaceae Cereme 2015/11/08 7:16:09
D21 Batas Kecamatan Pamayaran dan Petir, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Polyscias fruticosa (L.) Harms.
Papilionaceae 2015/11/08 7:16:09
D21 Batas Kecamatan Pamayaran dan Petir, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Pterospermum javanicum Jungh.
Ulmaceae Bayur 2015/11/08 7:16:09
D21 Batas Kecamatan Pamayaran dan Petir, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Samanea saman (Jacq.) Merr.
Arecaceae Trembesi 2015/11/08 7:16:09
D21 Batas Kecamatan Pamayaran dan Petir, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Syzygium Jambos (L.) Alston
Papilionaceae 2015/11/08 7:16:09
D23 Desa Negara, Kibin, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Neonauclea calycina (Barlt. ex DC.) Merr.
Rubiaceae 2015/11/08 7:36:09
D23 Desa Negara, Kibin, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Samanea saman (Jacq.) Merr.
Mimosaceae Trembesi 2015/11/08 7:36:09
D31 Kragilan, Serang Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Alstonia scholaris (L.) R. Br.
Apocynaceae Lame 2015/11/08 8:22:08
D31 Kragilan, Serang Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Amorphophallus variabilis Blume
Arecaceae Ileus 2015/11/08 8:22:08
D31 Kragilan, Serang Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Artocarpus heterophyllus Lam.
Moraceae Nangka 2015/11/08 8:22:08
D31 Kragilan, Serang Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Coffea arabica L. Rubiaceae Kopi 2015/11/08 8:22:08
D31 Kragilan, Serang Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Gliricidia maculata H. B. & K.
Papilionaceae Gamal 2015/11/08 8:22:08
D31 Kragilan, Serang Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Mangifera indica L. Anacardiaceae Mangga 2015/11/08 8:22:08
D31 Kragilan, Serang Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Melochia umbellata (Houtt.) Stapf.
Sterculiaceae Bintinu 2015/11/08 8:22:08
D31 Kragilan, Serang Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Paraserianthes falcataria (L.) Nielson
Mimosaceae Jengjen 2015/11/08 8:22:08
D31 Kragilan, Serang Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Samanea saman (Jacq.) Merr.
Mimosaceae Trembesi 2015/11/08 8:22:08
D31 Kragilan, Serang Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Senna siamea (Lam.) Irwin & Barneby
Caesalpiniaceae Johar 2015/11/08 8:22:08
D31 Kragilan, Serang Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi rawa air tawar pamah
Hutan tepi sungai (riparian) pamah
Vitex glabrata R. Br. Verbenaceae Laban 2015/11/08 8:22:08
D4 Bojonegara, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan pantai
Echinochloa crus-galli (L.) Beauv.
Mimosaceae 2015/11/08 10:17:23
D4 Bojonegara, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan pantai
Ipomoea digitata L. Convolvulaceae 2015/11/08 10:17:23
D4 Bojonegara, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan pantai
Lannea coromandelia (Houtt.) Merr.
Anacardiaceae 2015/11/08 10:17:23
D4 Bojonegara, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan pantai
Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit
Mimosaceae Lamtoro 2015/11/08 10:17:23
D4 Bojonegara, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan pantai
Samanea saman (Jacq.) Merr.
Mimosaceae Trembesi 2015/11/08 10:17:23
D4 Bojonegara, Serang
Dataran Fluvial Jawa
Vegetasi air masin
Hutan pantai
Sesbania sericea (Willd.) Lmk
Papilionaceae 2015/11/08 10:17:23
D5 Bojonegara, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi - Raung
Vegetasi savanna monsun
Savanna monsun
Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz ex Munro
Poaceae Awi temen 2015/11/08 10:39:17
D5 Bojonegara, Serang
Pegunungan Vulkanik Jalur Gunung Karang - Merapi -
Vegetasi savanna monsun
Savanna monsun
Lannea coromandelia (Houtt.) Merr.
Anacardiaceae 2015/11/08 10:39:17
Raung