Bab2- Ima
-
Upload
a-ima-hache -
Category
Documents
-
view
371 -
download
4
Transcript of Bab2- Ima
2.1 Polidaktili
2.1.1 Anatomi
Berikut ini adalah pembagian anatomi tangan.
A. Anatomi Manus
1) Anatomi Intrinsik Manus
a. Tulang dan ligamentum pergelangan tangan
Pergelangan tangan terdiri dari radius distal dan ulnar serta kedua
baris tulang karpal. Radius dan ulna radius direkatkan oleh membran
intraosseis yang cukup fleksibel untuk memungkinkan rotasi radius pada
ulna berupa gerakan pronasi dan supinasi. Muskulus pronator dan
supinator berorigo pada radius dan ulna lalu berjalan di antara dua
tulang, begitu pula dengan muskulus fleksor digitorum longus, m.
ekstensor digitorum berorigo pada radius dan ulna. Radius berartikulasi
dengan os lunatum dan os scaphoid pada fossa lunatum dan fossa
scaphoideum. Ligamentum menghubungkan os lunatum ke radius, yang
dapat menjadi sumber nyeri sendi. Ulna distal berartikulasi dengan os
triquetrum melalui kompleks fibrokartilago triangular (triangular
fibrocartilage complex/TFCC). Radius dan ulna bertemu pada incissura
sigmoid dan digabungkan oleh TFCC yang membentuk distal-radial-
ulnar-joint (DRUJ). Processus styloideus ulnaris terletak paling distal
dan medial (Kryger, 2007).
Gambar 3. Carpal, metacarpal, dan phalanx manus dextra (Kryger,
2007).
Barisan karpal proksimal (dari radius ke ulnar) terdiri dari os
scapahoideum, lunatum, triquetrum, dan pisiformis. Tulang-tulang ini
memiliki beberapa gerakan terhadap radius, dengan lunatum sebagai titik
tumpu. Barisan distal terdiri dari os trapezoideum, yang berartikulasio
dengan metacarpal I, os trapezium, capitatum, dan hamatum. Barisan
distal ini hanya memiliki sedikit sekali gerakan dan bergerak sebagai
satu kesatuan, dengan os capitatum berperan sebagai titik tumpu(Kryger,
2007).
b. Tulang dan Ligamentum Tangan dan Jari Tangan
Jari-jari terdiri dari tiga tulang, yaitu phalanx proksimal, media, dan
distal. Setiap phalanx terbagi lagi menjadi truncus, collum, dan caput.
Tulang-tulang ini saling berartikulasi pada articulatio proximal
interphalangeal (PIP) dan distal interphalangeal (DIP). Phalanx
proksimal berartikulasio dengan os metacarpal pada articulatio
metacarpophalangeal (MCP) dan ada lima os metacarpal yang
berartikulasio dengan os carpal di proksimalnya pada articulatio
carpometacarpal (CMC). CMC I sangat mobile, yang kedua dan ketiga
hampir tdak ada pergerakan, dan yang keempat mampu bergerak kira-
kira 50 untuk menambah kekuatan genggaman. Antar metacarpal saling
berhubungan melalui ligamentum metacarpal transversum profunda.
Stabilitas pada bagian lateral jari bergantung pada ligamentum
collaterale ulnaris dan radialis yang terletak pada basis masing-masing
jari. Ibu jari hanya memiliki dua phalanx, namun kelebihan phalanx ini
adalah ia memiliiki mobilitas yang luas pada articulatio CMCnya
(Kryger, 2007).
c. Otot Intrinsik Tangan
Otot-otot intrinsik tangan meliputi musculi interosseus dorsalis,
musculi interossei volarias, dan musculus lumbricales. Keempat musculi
interossei dorsalis berinsersi pada phalanx proksimal, berfungsi
mengabduksikan jari dan dengan lemah memfleksikan phalanx
proksimal. Tiga musculi interossei volaris tidak melekat pada tulang
melainkan berinsersi pada band lateral yang menyatu dengan slip lateral
dari tendon musculi extensor. Otot-otot ini berfungsi mengadduksikan
jari dan memfleksikan PIP joint. Musculi lumbricales muncul dari
tendon fleksor digitorum profundus pada sisi palmar dan berinsersi pada
band lateral radial pada tiap jari. Mereka berfungsi terutama untuk
mengekstensikan sendi interphalanx, serta memfleksikan sendi MCP.
Otot-otot intrinsik ini dipersarafi terutama oleh n.ulnaris, kecuali
musculus lumbricalis I dan II yang diinervasi oleh nervus medianus.
Otot dan tulang intrinsik tangan ini distabilkan oleh ligamentum
tiangularis, retinacula transversus, dan retinacula obliquus (Kryger,
2007).
Gambar 4. Otot-otot manus aspectus palmaris (Hansen, 2005)
B. Anatomi Volar/Palmar Manus
Tendon yang paling superfisial pada pergelangan tangan adalah tendon palmaris
longus yang terletak di tengah dan tidak dimiliki oleh kurang lebih 10-15% individu.
Tepat di sebelah radialnya terletak r.cutaneus sensori palmaris dari nervus medianus
yang mulai bercabang pada 5-7 cm proksimal dari lipatan pergelangan tangan dan
berakhir pada jaringan subkutan pada otot-otot thenar (Kryger, 2007).
Terletak lebih dalam lagi, terdapat carpal tunnel, yaitu suatu ruang yang dibatasi
oleh lengkugan konkaf dari carpal dan dilapisi oleh ligamentum carpi transversum.
Tepi radialnya dibentuk oleh os scaphoideum, os trapezium dan fascia m.flexor carpi
radialis (FCR), sedangkan sisi ulnarnya oleh os triquetrum, hook of hamate, dan os
pisiformis. 10 struktur berjalan melalui terowongan ini, yaitu nervus medianus, 4
tendon m.flexor digitorum superficialis, dan 4 tendon m.flexor digitorum profunda,
yang semuanya dibungkus oleh bursa ulnar, sedangkan tendon flexor pollicis longus
(FPL) yang terletak di sisi radialnya dibungkus oleh bursa radial. Tendon FPL
berinsersi pada basis phalanx distal digiti I. Tendon flexor carpi radialis berjalan
sendiri melalui osteofibrous tunnel. Nervus medianus yang terletak tepat di tengah
carpal tunnel mempercabangkan 5 cabang sensoris dan cabang motoris rekurens.
Guyon’s canal terletak pada aspectus ulnaris dari wrist dan berisi arteri dan nervus
ulnaris, lantainya adalah ligamentum carpi transversus dan terletak tepat di radial dari
os pisiformis (Kryger, 2007).
Tendon otot-otot fleksor berjalan melalui palmar. Superfisial terhadap tendon
tersebut, terletak arcus palmaris superficialis yang merupakan anastomosis terminal
terletak di antara a.ulnaris dan r.palmaris a.radialis. Arteri untuk jari-jari berasal dari
arcus ini. Terletak lebih dalam terhadap tendon fleksor adalah arcus palmaris profunda
yang juga merupakan anastomosis terminal sirkulasi a.ulnaris dan a.radialis. arteri
untuk memperdarahi metacarpal volaris berasal dari arcus palmaris dorsalis (Kryger,
2007).
Tendon flexor digitorum superficialis (FDS) berinsersi pada aspectus volaris pada
phalanx media, sedangkan yang profunda (FDP) pada phalanx distal. Flexor
digitorum superficialis bertugas memfleksikan sendi PIP, sedangkan yang profunda
untuk memfleksikan sendi DIP. Pada level jari, tendon fleksor ini berjalan dalam
terowongan sinovial yang disebut flexor tendon sheath (vagina tendon fleksor). Pada
suatu titik dimana tendo FDS akan memasuki vagina tendo fleksor pada tiap jari,
tendo FDS akan bercabang dua dan berjalan semakin profunda daripada FDP hingga
akhirnya menyatu kembali pada kiasma Camper (Camper’s chiasma) sebelum
berinsersi pada phalanx media (Kryger, 2007).
Gambar 5. Tendo dan vagina tendo manus dextra aspectus Palmaris (Hansen, 2005)
C. Anatomi Dorsal Manus
Pada aspectus dorsalis pars superficialis, otot-otot ekstensor masuk ke wrist
melalui enam vagina sinovial (synovial-lined), dan kompartemen dorsal ditutupi oleh
retinaculum ekstensor. Vagina tendon ini terbatas hingga di pergelangan tangan dan
akan menghilang saat memasuki regio manus. Keenam kompartemen secara berturut-
turut dari radial ke ulnar adalah sebagai berikut: (Kryger, 2007)
1). M.abductor pollicis longus (APL) dan m. extensor pollicis brevis (EPB)2).
M.extensor carpi radialis brevis (ECRB) dan m.extensor carpi radialis longus
(ECRL).
3). M.extensor pollicis longus (EPL)
4). M.extensor digitorum communis (EDC), m.extensor indices proprius (EIP)
5). M.extensor digiti minimi (EDM)
6). M.extensor carpi ulnaris
Kompartemen pertama sering mengalami tenosynovitis stenotik, yang disebut
de Quervain’s disease. Kompartemen kedua terletak dalam tabatiare anatomica
(anatomic snuffbox). Arteri radialis juga berjalan melalui area ini, dan os scaphoid
terletak tepak di profundanya. Kompartemen kedua dan ketiga dipisahkan oleh
Lister’s tubercle. Digiti II-V diekstensikan oleh m.EDC yang awalnya menyatu di
proksimal sendi MCP, tepatnya di juncturae tendinum. namun kemudian membagi
diri ke masing-masing digiti. Selain itu, digiti indicis dan minimi memiliki otot
ekstensor tersendiri, yaitu m.extensor indicis proprius (EIP) yang terletak profunda
terhadap EDC dan m.extensor digiti minimi (EDM) yang terletak ulnar terhadap EDC
(Kryger, 2007).
Ibu jari diekstensikan oleh 3 tendon: metacarpal I oleh APL, phalanx
proksimal oleh EPB, dan phalanx distal oleh EPL, sedangkan sendi interphalanx pada
digiti I dipersarafi oleh 3 saraf: nervus radialis (EPL), nervus medianus (m.thenar, dan
nervus ulnaris (m.adductor pollicis). Profunda terhadap tendon otot ekstensor dan
proksimal terhadap metacarpal, terletak arcus carpi dorsalis yang merupakan
anastomosis dorsal antara a.ulnaris dan a.radialis (Kryger, 2007).
D. Inervasi Tangan dan Jari
Nervus medianus, ulnaris, dan radialis merupakan persarafan utama untuk tangan
dan jari tangan. Nervus medianus dan ulnaris memiliki serat motoris dan sensoris,
sedangkan nervus radialis pada tangan hanya terdiri dari serat motoris karena serat
sensorisnya berakhir pada lengan atas dan bawah (Kryger, 2007).
a. Nervus medianusNervus medianus berjalan pada lengan bawah di antara m.FDP
dan FDS yang menyediakan input motoris pada kebanyakan otot-otot fleksor di
lengan bawah. Tepat di proksimal carpal, nervus ini mempercabangkan r.cutaneus
yang menerima impuls sensoris di daerah thenar. Pada daerah carpal, ia melewati
carpal tunnel sebagai struktur yang paling superficial. Kemudian memberi cabang
motorisnya yang menginervasi sisi radial dari otot thenar, yaitu m.opponens
pollicis, abductor pollicis brevis, pars superficialis m.flexor pollicis brevis, dan 2
m.lumbricales radial. Daerah persarafan sensorisnya meliputi aspectus palmaris
dari digiti I, II, III dan sisi radial digiti IV, dan sisi radial dari palmar (r. sensori
palmaris) (Kryger, 2007)
Gambar 6. Inervasi tangan (Hansen, 2005)
b. Nervus ulnaris
Nervus ulnaris berjalan di lengan bawah di sisi ulnar FDP yang memberikan
r,sensori palmaris pada proksimal dari carpal. Setelah melewati Guyon’s canal,
nervus ulnaris memberi banyak percabangan motoris untuk m.intrinsik tangan
kecuali struktur yang dipersarafi oleh nervus medianus di atas dan sensoris untuk
sisi dorsal dan palmar dari digiti V dan sisi ulnar digiti IV (Kryger,2007)
c. Nervus radialis
Nervus radialis menyediakan inervasi motoris untuk otot-otot ekstensor pada
lengan bawah. Hanya ramus superficialis dari nervus radialis yang mencapai
tangan yang bersifat murni sensoris yang berjalan sepanjang sisi radialis
pergelangan tangan lalu mempercabangkan nervus digiti dorsalis yang mensuplai
kulit pada dorsal digiti I, II, III, dan sisi radial digiti IV (dengan pengecualian
bahwa bagian distal digiti II-IV dipersarafi oleh nervus medianus) (Kryger,2007).
Anatomi Pedis terdiri atas beberapa bagian berikut.
A. Anatomi Intrinsik Manus
a. Osteologi pedis
Tulang pergelangan kaki (ossa tarsi (tarsalia)) terdiri dari tujuh buah tulang,
yakni talus, calcaneus, os naviculare, os cuneiforme mediale, os cuneiforme
intermedium, os cuneiforma lateralis dan os cuboideum. Bagian posterior os
talus besar, disebut corpus tali. Pada facies posterior corpus terdapt tonjolan
yang disebut processus posterior tali, yang dipisahkan oleh sulcus m.flexoris
hallucis longi menjadi dua bagian, yaitu tuberculum mediale dan tuberculum
lateralis tali. Calcaneus adalah tulang yang terbesar dari semua massa tarsi.
Bagian posterior-inferior disebut tuber calcanei, yang membentuk tumit.
Permukaan posterior kasar, tempat melekat tendo calcaneus. Facies inferior
membentuk processus medialis dan apraocessus lateralis yang bertumpu pada
lantai. Pada facies medialis terdapat sebuah tonjolan yang disebut
sustentaculum tali. Pada facies inferior sustentaculum tali terdapat sulcus
musculus flexor hallucis longi. Pada facies lateralis, di bagian anterior
calcaneus, terdapat processus trochlearis, yang memisahkan tendo m.peroneus
longus daripada tendo m.peroneus brevis (Datu,2002).
Os naviculare terletak di sebelah anterior caput tali. Pada sisi medial
terdapat tuberositas ossis navicularis, yang dapat dipalpasi 3 cm di sebelah
caudo-anterior dari malleolus medialis. Os cuboideum terletak pada sisi lateral
pedis. Pada facies inferior terdapat tuberositas ossis cuboidei, dan di sebelah
anterior terdapat sulcus tendinis m.peronaeai longi. Pada permukaan inferior
tersebut melekat m.flexor hallucis brevis. Ossa cuneiformia terdiri dari : (1)
os cuneiforme mediale <I>, (2) os cuneifoemr intermedium <II> dan (3) os
cuneiforme laterale <III>. Ossa cuneiforme di bagian posterior membentuk
articulus dengan os naviculare dan os cuboidem, dan di bagian anterior
membentuk articulus dengan os metatarsale I,II dan III. Pada os cuneiforme
mediale melekat tendo m.peronaeus dengan os cuboideum. Pada os
cuneiforme mediale melekat tendo m.peronaeus longus dan m.tibialis anterior.
Tendo m.tibialis possterior melekat pada ketiga ossa cuneiformia, os
cuboideum dan ossa metatarsalia II, III, IV dan V (Datu,2002).
Ada lima buah ossa metetarsi, masing-masing mempunyai caput
metatarsale, caput metatarsale dan basis metatarsalis. Basis ossa metatarsalis I,
II dan III mengadakan persendian dengan ossa cuneiformia. Basis ossis
metatarsi IV dan V membentuk persendian dengan os cuboideum. Caput ossis
metatarsalis I, II, III dan IV mengadakan araticulus dengan basisi ossis
phalangis proximalis. Os metatarsale I mempunyai bentuk yang lebih besar
dan lebih kokoh daripada ossa metatarsi lainnya. Di bagian inferior caput ossis
metatarsalis I terdapat dua buah ossa sesamoidea, yang berada di dalam tendo
m.flexor hallucis brevis (Datu,2002).
Setiap os phalanx mempunyai basis phalangis, corpus phalangis dan caput
phalangis. Jari pertama hanya mempunyai dua buah ossa phalanges, sedangkan
jari-jari lainnya mempunyai tiga buah ossa phalanges (Datu,2002).
Gambar 7. Tulang dan ligamentum pedis 7
b. Otot-otot pada pedis (otot intrinsik pedis)
Hampir semua otot intrinsic pada pedis berada pada planta pedis, hanya
satu otot yang terletak pada dorsum pedis, yaitu m.extensor digitorum brevis
(Datu,2002).
1). Otot di bagian dorsal ( dorsum pedis )
M.extensor digitorum brevis
Membentuk empat buah tendo yang menuju ke jari I – II – III – IV. Tendo
yang menuju ke jari I melekat pada phalanx proximalis, disebut m.extensor hallucis
brevis. Ketiga tendo lainnya mengadakan insertio pada tendo m.extensor digitorum
longus (Datu,2002).
2). Otot-otot bagian plantar
a). Pada sisi lateral :
- M. abductor hallucis
Terletak di bagian superficial, berorigo pada ligamentum laciniatum dan berinsersi
pada sisi medial basis phalanx proximal jari I. Pada tendo otot ini terdapat os
sesamoideum (Datu,2002).
- M.flexor hallucis brevis
Berasal dari os cuboideum, di sebelah dorsal sulcus tendinis m.peronei longi, lalu
terbagi menjadi dua bagian dan masing-masing melekat pada sisi medial dan lateral
basis phalanx proximalis jari I. Pada setiap tendo terdapat os sesamoideum setinggi
articulatio metatarsophalangealis (Datu,2002).
- M.adductor hallucis
Berada di sebelah lateral m.flexor hallucis brevis. Mempunyai (a) caput obliquum
dan (b) caput transversum. Caput obliquum berorigo pada tendo m.peronaeus
longus dan pada facies plantaris basis metatarsalis II – III – IV. Caput transversum
berasal dari ligamentum capsulare articularis metatarsophalangea jari II – III – IV –
V. Kedua caput tersebut bersatu dan membentuk insertio pada sisi lateral phalanx
proximalis jari I (Datu,2002).
b). Pada sisi lateral :
- M.abductor digiti quiti ( V, minimi)
Berada di sebelah lateral m.flexor digitorum brevis, mengadakan origo pada tuber
calcanei dan berinsertio pada basis ossis metatarsalis V (Datu,2002).
- M.flexor digiti minimi brevis
Berasal dari facies plantaris pars medialis basis ossis metatarsalis V dan dari tendo
m.peronaeu longus, dan mengadakan insertio pada sisi lateral basis phalanx
proximalis jari V (Datu,2002).
- M.opponens digiti quinti
Berorigo pada ligamentum plantare longum, insertio pada ujung distal os
metetarsale V (Datu,2002).
3). Otot-otot pada tengah pedis :
- M.flexor digitorum brevis
Berorigo pada processus medialis tuber calcanei dan pada aponeurosis plantaris.
Membentuk empat buah tendo dan masing-masing menuju ke jari II – III – IV – V.
ujung setiap tendo bercabang dua, dilalui oleh tendo m.flexor digitorum longus.
Mempunyai insertio pada phalanx medialis jari II – III – IV – V (Datu,2002).
- M.quadratus plantae
Melekat pada calcaneus dengan dua buah caput, masing-masing berada pada sisi
ligamentum plantare longum. Mengadakan insertio pada tendo m.flexor digitorum
longus (Datu,2002).
- Mm.lumbricales
Berasal dari (origo) tendo m.flexor digitorum longus. Mempunyai empat buah tendo,
berjalan ke dorsal pada sisi medial jari II – III – IV – V, mengadakan insertio pada
tendo m.extensor digitorum longus. M.lumbricalis yang menuju ke jari II berasal dari
tendo m.flexor digitorum longus jari II ( dari sisi medialnya ), sedangkan
m.lumbricalis lainnya berasal dari kedua tendo m.flexor digitorum longus yang
mengapitnya (Datu,2002).
- Mm.interossei
Terdiri atas 3 buah mm.interossei plantares, yang masing-masing terletak di antara
ossa metatarsalia II – III, III – IV dan IV – V, dan 4 buah mm.interossei dorsales yang
masing-masing berada di antara ossa metatarsalis I – II, II – III, III – IV dan IV – V.
Setiap m.interosseus plantaris di bagian proximal melekat pada sisi medial ossis
metatarsalis dan di bagian distal melekat pada sisi medial basis phalanx proximalis
jari-jari bersangkutan dan pada tendo m.extensor digitorum longus. M.interosseus
dorsalis di bagian proximal melekat pada caput ossis metatarsalis dan pada tendo
m.extensor digitorum longus yang menuju ke jari II, III dan IV. M.interosseus dorsalis
jari I dan II mengadakan perlekatan pada sisi medial dan lateral phalanx proximalis
jari II. M.interosseus dorsalis III dan IV melekat pada sisi lateral jari III dan IV
(Datu,2002).
Gambar 8. Otot-otot pedis (Hansen, 2005)
2.1.2 Definisi
Kelainan dalam jumlah kromosom yang paling sering dijumpai adalah trisomi.
Ini terjadi apabila ada 3 gambaran krosmosom utama di samping 2 kromosom
biasa, trisomi biasanya akibat meiosis tidak bergabung (kegagalan pasangan
kromosom memisahkan diri). Kebanyakan individu dengan trisomi
memperlihatkan fenotip spesifik dan konsisten tergantung kromosom yang
terlibat (Tabel). Trisomi yang paling sering terjadi dan paling diketahui manusia
adalah trisomi 21 atau sindrom Down. Trisomi 18 dan 13 juga relatif sering
dikaitkan dengan serangkaian anomali kongenital serta retardasi mental yang
khas. Manifestasi klinik trisomi 13 atau sindrom Patau yaitu bibir sumbing, jari-
jari fleksi dengan polidaktili; hemangioma muka, dahi, atau leher; hidung lebar,
telinga mengalami malformasi letak rendah, tengkorak abnormal kecil,
malformasi otak, mikroftalmia, malformasi jantung; iga hipoplastik atau tidak
ada; anomali viseral dan genital.
Polidaktili adalah kelainan manusia berupa bertambahnya jari tangan/kaki dari
jumlah normal (Firmansyah, 2007). Jari ekstra atau polidaktili terjadi sebagai
deformitas sederhana maupun kompleks. Kepingan kulit dan sisa jari khas
ditemukan dekat sendi metakarpofalangi jari kelingking atau jempol. Mereka
tidak mempunyai tulang yang dapat diraba pada basisnya atau memiliki gerakan
disengaja dan dapat hanya diikat atau diiris pada masa bayi baru lahir (Arvin,
2000).
Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosomal dominan
P. Sifat autosomal ialah sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom.
Gen ini ada yang dominan dan ada pula yang resesip. Oleh karena laki-laki dan
perempuan mempunyai autosom yang sama, maka sifat keturunan yang
ditentukan oleh gen autosomal dapat dijumpai pada laki-laki maupun perempuan.
Sehingga orang bisa mempunyai tambahan jari pada kedua tangan atau kakinya.
Yang umum dijumpai ialah terdapatnya jari tambahan pada satu atau kedua
tangannya. Tempatnya jari tambahan itu berbeda-beda, ada yang terdapat didekat
ibu jari dan ada pula yang terdapat didekat jari kelingking.(genetika suryo, 2005 :
104)
Polidaktili. Jari lebih dapat berupa supernumary phalanx atau duplikasi dari
seluruh jari. Radiograf adalah mutlak sebelum perbaikan bedah. Pembedahan harus
hati-hati untuk menyelamatkan saraf-saraf sensoris dan tendon dari jari-jari yang
ditinggalkan (Scwartz,2000).
2.1.3 Klasifikasi
Meskipun ada banyak klasifikasi mengenai abnormalitas ekstremitas, namun
untuk ekstremitas atas klasifikasi Swanson yang paling diterima luas, dimana
kelainan dikategorikan berdasarkan asal embriologi dan manifestasi klinisnya.
Klasifikasi ini telah diterima oleh American Society for Surgery of the Hand dan
International Federation of Societies for Surgery of the Hand. Polidaktili yang
menjadi judul penulis termasuk dalam kelainan duplikasi (Choi, 2007)
Tabel 1. Klasifikasi Swanson (Choi, 2007)
Jari tambahan paling sering didapatkan pada sisi ulnar (polidaktili postaxial),
lebih jarang pada sisi radial (polidaktili preaxial), dan sangat jarang pada jari
telunjuk, tengah, dan jari manis (polidaktili sentral). Polidaktili campuran artinya
polidaktili ulnar dan radial yang terjadi bersamaan, sedangkan crossed
polydactyly melibatkan tangan dan juga kaki (Choi, 2007)
Ada 3 derajat polidaktili, yaitu:
- Tipe 1: jari tambahan melekat pada kulit dan nervus.
- Tipe 2: jari tambahan dengan bagian normalnya melekat pada tulang atau sendi.
- Tipe 3: jari tambahan dengan bagian normalnya berhubungan dengan os
metakarpal tambahan pada tangan (Weill Cornell Medical College, 2012)
Terdapat pula pembagian polidaktili berdasarkan patoanatomi ossealnya, yaitu
Klasifikasi Wassel sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini: (Choi, 2007)
2.1.4 Etiologi
Adapun etiologinya yaitu sebagai berikut: (Datu, 2002)
• Asphyxiating thoracic dystrophy
• Carpenter syndrome
• Ellis-van Creveld syndrome (chondroectodermal dysplasia)
• Familial polydactyly
• Laurence-Moon-Biedl syndrome
• Rubinstein-Taybi syndrome
• Smith-Lemli-Opitz syndrome
• Trisomi 13
• Trisomi 21
• Tibial hemimelia.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, polidaktili dapat bermanifestasi tunggal
atau sebagai bagian dari suatu sindrom anomali kongenital. Bila diagnosis berdiri
sendiri maka berhubungan dengan mutasi dominan autosom pada gen tunggal,
namun variasi pada berbagai gen juga mungkin terjadi. Secara khusus gen mutasi
yang terlibat dalam pola perkembangan, akan menyebabkan anomali kongenital
dengan polidaktili sebagai salah satu sindromnya.
2.1.5 Manifestasi Klinis
1) Ditemukan sejak lahir.
2) Dapat terjadi pada salah satu atau kedua jari tangan atau kaki.
3) Jari tambahan bisa melekat pada kulit ataupun saraf, bahkan dapat melekat
sampai ke tulang.
4) Jari tambahan bisa terdapat di jempol (paling sering) dan keempat jari lainnya.
5) Dapat terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya, walaupun jarang.
(http://engzkatroxz.blogspot.com/2010/12/polidaktili.html)
2.1.6 Patofisiologi
Pembentukan ekstrimitas terjadi pada minggu ke tiga sampai ke delapan dari
kehamilan. Tunas dari ekstrimitas terlihat menonjol pada aspek ventrolateral dari
embrio dan berkondensasi dari mesenkim yang tertutup oleh lapisan tebal dari
ektoderm yang termaasuk dalam apical ectodermal ridge (AER).
AER adalah struktur sementara yang diyakini untuk menguraikan morphogens
yang memodulasi pola pertumbuhan. Mesoderm yang mendasari ini diatur dalam
zona posterior yang terletak pada zone of polarizing activity (ZPA) dan pada
progress zone (PZ) yang lebih anterior. Pembuluh darah dan kemudian saraf
tumbuh dalam ekstrimitas. Diferensiasi mesodermal ke tulang rawan dan otot
mulai terjadi. Ekstrimitas dimulai dengan pronasi, fleksi siku, dan tangan menjadi
fleksi serta ulnarlinya menyimpang.
Table. Three spatial axes in Limb Embryology.
Pengerasan falang terjadi saat antenatal, sedangkan tulang karpal mengeras
saat postnatal. Pengerasan tertunda pada kelainan ekstremitas kongenital. Pada
minggu ketiga, pembuluh darah mulai menembus massa mesodermal. Daerah
myogenic pada ekstremitas berubah menjadi pembuluh darah, dan wilayah
chondrogenic menjadi avaskular. Arteri interoseus dan median yang besar
kemudian memberi jalan ke arteri radial dan ulnaris.
Pembentukan otot berasal dari otot blastoma dorsal (ekstensor) dan ventral
(fleksor). Tendon berkembang secara mandiri dari perut otot mereka, dan akan
terhubung kemudian dalam perkembangannya. Jika tulang yang berdekatan tidak
berkembang, maka tendon akan melekat pada struktur yang terdekat. Tidak
diketahui apakah kekhususan hubungan saraf-otot adalah secara acak atau
spesifik. Campuran saraf motorik dan saraf sensorik masuk ke dalam ekstremitas
sebagai pioner ujung dari pertumbuhan. Secara umum, divisi anterior saraf ini
memasok fleksor, dan divisi posterior memasok ekstensor. Periode diferensiasi
dari tangan terjadi singkat, berlangsung selama minggu keempat sampai ketujuh.
Duplikasi dapat bervariasi dari jari dengan persendian yang terbentuk baik
hingga jari yang mengalami rudimenter. Kelainan pada metatarsal yang
berhubungan biasa didapatkan nervus Klasifikasi morfologi dideskripsikan oleh
Venn-Watson, sebagaimana gambar di bawah ini: (Novick, 2009)
Gambar 9. Klasifikasi Venn-Watson berdasarkan konfigurasi anatomi metatarsal
dan bagian tulang yang mengalami duplikasi (Novick, 2009).
Polidaktili sentral biasanya berasal dari autosom dominan, dimana jari
tambahan seringkali menyatu pada jari di sebelahnya. Temtamy dan McKusick
membagi polidaktili ulnar menjadi Tipe A, yang berembang baik, dan Tipe B,
yang mengalami rudimenter dan tampak seperti kulit menggumpal yang kecil
yang menempel (Choi, 2007).`Hallux varus merupakan komplikasi yang paling sering timbul pada
polidaktili preaksial. Hallux varus ini dapat menimbulkan nyeri dan kesulitan
menggunakan sepatu, yang memerlukan tindakan pembedahan lebih lanjut.
Kegagalan dalam memperbaiki longitudinal bracket epiphysis akibat duplikasi
ibu jari kaki dapat menyebabkan terjadinya hallux varus. Bracket ini dapat
direseksi untuk memungkinkan pertumbuhan yang tidak terhambat, dengan
demikian varus dapat dikoreksi dengan kapsulorafi disertai fiksasi K-wire pada
persendian MTP. Reseksi dan osteostomi metatarsal kadang-kadang diperlukan
pada anak yang lebih tua. Pasien dengan polidaktili postaksial bisa memiliki
deformitas angular residual, termasuk angulasi pada persendian MTP dan bowing
pada metatarsal. Namun hal ini tidak signifikan secara klinis. Pada pasien dengan
polidaktili sentral, kaki yang lebar seringkali menjadi komplikasi. Semua pasien
dengan risiko terjadi subluksasi persendian MTP atau deformitas angular dan
deformitas residual pada kepala metatarsal. Eksisi inkomplit elemen yang belum
mengalami ossifikasi yang dapat berakhir dengan deformitas (Novick, 2009).
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
a. Analisa kromosom
b. Foto polos
2.1.8 Penatalaksanaan
Tidak adanya ibu jari secara kongenital dapat ditangani dengan rotasi dari jari
telunjuk ke posisi ibu jari. Amputasi traumatik dapat direkonstruksi oleh
polikarisasi dari jari telunjuk atau oleh pemindahan jari (Scwartz,2000).
Pembedahan diindikasikan untuk memperbaiki kosmetik dan bila ada keluhan
kecocokan untuk memakai sepatu (bila polidaktili terdapat pada kaki). Biasanya
operasi dilakukan saat usia pasien lebih dari 1 tahun agar pengaruh pada
perkembangan dan gaya jalan minimal. Operasi sebaiknya ditunda hingga
perkembangan tulang (ossifikasi) selesai sehingga memungkinkan penilaian
anatomi yang akurat (Novick, 2009).
1. Polidaktili pada tangan
Klasifikasi Waffel digunakan untuk menyederhanakan pengkategorian secara
klinis dan perencanaan prosedur pembedahan (Yen, 2006).
Pedoman dalam mengoperasi polidaktili pada jari tangan: (Yen, 2006)
- Jari radial hipoplastik yang direseksi.
- Pada polidaktili tipe II dan III dengan kaliber yang simetris dan memiliki
komponen tulang, dipillih prosedur Bilhaut Cloquet yang memungkinkan
stabilitas sendi karena mempertahankan ligamentum kolateral ulnar dan radial
sendi interphalanx. Komplikasi prosedur antara lain kekakuan sendi,
hipertrofi jaringan parut, deformitas punggung kuku. Perbaikan nail bed yang
cermat dan rekonstruksi ukuran kuku yang serupa untuk mencegah masalah
kecacatan ini. Penting pula untuk memperingatkan pasien akan jari yang
tersisa pasti akan mengalami hipoplasia, yaitu dalam hal lebar dan
lingkarannya.
- Untuk polidaktili tipe II, instabilitas sendi sering terjadi karena kelainan
berkembang pada level sendi. Ligamentum kolateral, perlekatan kapsul, dan
tendon ekstrinsik dari jari hipoplastik merupakan struktur esensial untuk
menjaga stabilitas sendi. Instabilitas yang mucul belakangan akibat gangguan
pada jaringan lunak yang mengakibatkan peregangan kronik dan rekonstruksi
jaringan lunak yang tidak seimbang. Oleh karena itu, lebih baik dilakukan
over-tensioning pada rekonstruksi jaringan lunak. Namun penilaian
instabilitas sendi (>5% angulasi pada IPJ) sering pula tidak tepat.
- Pada polidaktili tipe III, anomali tidak mencapai IPJ sehingga diharapkan
hasil yang memuaskan setelah dilakukan eksisi sederhana. Meskipun
demikian, dilaporkan pula adanya komplikasi setelah ligasi sederhana pada
bifid thumb yaitu deformitas Z ibu jari (Z thumb deformity), instabilitas sendi,
dan deformitas sendi. Namun instabilitas sendi ini dapat pula berasal dari
instabilitas preoperatif. Tarikan eksentrik pada oto-otot ekstensor pada IPJ
mungkin berperan dalam perubahan sekunder dalam kapsul sendi dan
ligamentum kolateral. Over-tightening ligament kolateral dan re-alignment
tendon ekstrinsik yang tepat dapat memperbaiki instabilitas sendi. Prosedur
Bilhaut-Cloquet tidak dapat memperbaiki instabilitas sendi pada polidaktiili
tipe III akibat eksisi sederhana, namun bisa pada tipe II.
Gambar 10. Distal phalanx dengan prosedur Bilhaut-Cloquet (Plancher,2004)
- Ligamentum kolateral radial dengan perlekatannya pada flap periosteal
dipertahankan dan over-tightened untuk menjaga stabilitas sendi dan
mencegah deformitas(Yen, 2006).
- Jari tipe II dan IV biasanya berhubungan dengan phalanx proksimal dan kepala
metakarpal yang sangat besar (Yen, 2006).
- Osteotomi korektif lebih dipilih untuk deformitas angular residual tulang (Yen,
2006).
- Realignment dengan atau tanpa augmentasi tendon penting untuk
mengembalikan kelurusan aksial dan mencegah deformitas Z karena tarikan
tendon yang eksentris. Pada tipe IV, prosedur yang biasa dilakukan adalah
suturing duplicated extensor jari radial ke ekstensor longus jari ulnar dan
melekatkan kembali m. abductor pollicis brevis dan m. extensor pollicis brevis
ke basis phalanx proksimal. Delapan dari sebelas penderita polidaktili tipe IV
mengalami instabilitas sendi, dan tiga mengalami deformitas sendi.
Komplikasi ini lebih nyata pada MCPJ yang besar dan pada proksimal
deformitas. Empat pasien dengan kaput metacarpal I yang bifaset dan
membesar yang melalui rekonstruksi mengalami kekakuan sendi. Hal ini
disebabkan oleh ukuran dan kontur permukaan artikulasi kaput metacarpal,
yang dapat diatasi dengan kondroplasti yang teliti dengan scalpel tajam untuk
membuat permukaan artikulasi yang sesuai dengan basis phalanx proksimal.
Suatu on-top plasty (transposisi bagian distal sebuah jari terhadap bagian
proksimal dari jari lain) pada kasus ini menghasilkan keluaran yang bagus dan
ibu jari dengan alignment normal. Pada polidaktili tipe IV, jari ulnar dengan
kaliber yang sama dan unit tendon fungsional yang intak dipindahkan ke basis
komponen radial, tepatnya phalanx proksimal komponen ulnar. Permukaan
artikular ulnar dengan kaput metacarpal dirapikan untuk membentuk basis
yang stabil, dan disesuaikan ukurannya degan phalanx proksimal komponen
radial. Prosedur ini menjaga integritas pembungkus jaringan lunak yang
penting pada sisi radial, khususnya ligamentum kolateral, kapsul dan otot
abduktor pollicis. K-wire intraosseus dipasang sementara untuk
mentransfikskan osteotomi. Perlu diperhatikan re-alignment pada tendon
dengan aksis baru pada jari yang direkonstruksi. Prosedur ini menghasilkan
penyatuan tulang yang lebih baik dan mencegah komplikasi lambat
(Novick,2009)
- Tujuan terapi polidaktili adalah untuk mempertahankan jari yang paling
fungsional, tanpa mengingat apakah berupa bi- atau tri-phalangeal (Yen, 2006)
2. Polidaktili pada kaki
Penanganan termasuk eksisi jari tambahan dan rekonstruksi jaringan lunak di
sekitar jari yang tersisa untuk memperbaiki kesejajaran bila terdapat deviasi. Jari
paling medial pada polidaktili preaksial dan jari paling lateral pada polidaktili
postaksial adalah jari yang dipilih untuk direseksi agar kaki bisa menyempit
dengan tepi lateral atau medial yang lurus. Pada polidaktili postaksial, dilakukan
insisi oval atau racquet-shaped pada jari paling lateral melalui kulit dan fasia.
Tendon dibelah ke distal sejauh mungkin. Kapsul sendi metatarsophalangeal
(MTP) dibelah dan jari dipisahkan dari artikulasinya. Ketelitian diperlukan untuk
menyeimbangkan dengan tepat antara musculus hallucis abductor dan adductor
serta meminimalkan hallux varus. Koreksi terhadap longitudinal bracket
epiphysis mencegah berkembangnya hallux varus dan metatarsal I yang
kependekan. Kapsul diperbaiki seakurat mungkin. Bila jari yang lebih lateral
yang hipoplastik dan dieksisi, ligamentum intermetatarsal harus ditaksir ulang.
Penempatan Kirschner wire (K-wire) selama 4-6 minggu dapat membantu
mempertahankan posisi dan mencegah deformitas varus atau dapat pula dibalut
atau digips (cast). Pada polidaktili sentral, insisi racquet-shaped dorsal dilakukan
pada dasar/lantai duplikasi. Jari tambahan dieksisi melalui disartikulasi.
Ligamentum intermetatarsal dinilai ulang sebelum ditutup. Gips (cast) atau
orthosis bermanfaat pada postoperasi untuk meminimalkan sisa kaki depan yang
melebar. Dengan indikasi kosmetik, dilakukan penutupan kulit plastik/sintetis
yang cermat. Walking cast pada memungkinkan anak-anak bisa tetap bergerak
aktif dan sekaligus melindung daerah insisi. Komplikasi postoperatif antara lain
hallux varus residual dan jaringan parut akibat operasi. (Yen,2006; Novick,2009)
2.1.9 Komplikasi
2.1.10 Prognosis
Kebanyakan pasien memiliki hasil keluaran yang baik hingga sempurna.
Tindakan yang hati-hati menentukan keluaran yang baik dalam hal kosmetik dan
fungsional. Potensi pertumbuhan dari jari yang direkonstruksi masih belum
diketahui. Pengukuran lebar kuku, lingkaran dan panjang jari, menunjukkan
potensi pertumbuhan jari yang tersisa setelah eksisi jari yang hipoplasti. Namun,
jari hipoplastik ini telah mengganggu sehingga meskipun pembedahan dilakukan
sejak dini, pertumbuhan jari normal tidak akan pernah tercapai (Yen,2006;
Novick,2009)
Daftar Pustaka
Choi M, Sharma S, Louie O. Congenital hand abnormalities. In:Thorne CH, editor. Grab and Smith’s Plastic Surgery. 6th ed. USA (PA): Lippincott Williams & Wilkins; 2007. p. 856-7.
Choi M, Sharma S, Louie O. Congenital hand abnormalities. In:Thorne CH, editor. Grab and Smith’s Plastic Surgery. 6th ed. USA (PA): Lippincott Williams & Wilkins; 2007. p. 860-1.
Datu AR. Diktat muskuloskeletal bagian anatomi universitas hasanuddin. Makassar: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2002. p.15-7, 89-91
Hansen JT, Lambert DR. Netter’s clinical anatomy. USA: Medimedia; 2005. p. 435, 435, 438, 445,496, 501
Hull, David., Johnston, Derek I. 2008. Dasar-Dasar Pediatri. Edisi 3. Hal .Jakarta: EGC. Kliegman, Robert M., Behrman, Richard E., Arvin, Ann M. 1999. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson. Volume 1. Hal 392. Jakarta:EGCKliegman, Robert M., Behrman, Richard E., Arvin, Ann M. 2000. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson. Volume 3. Hal 2372. Jakarta:EGCKryger ZB, Sisco M. Practical plastic surgery. USA: Landes Bioscience; 2007. p. 462-7.Novick C. Polydactyly of the foot [Online]. 2009 Dec 4 [cited 2012 Agustus 15]; [5 screens].
Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/ 1260255-overview Novick C. Polydactyly of the foot: follow-up [Online]. 2009 Dec 4 [cited 2012 Agustus 15];
[5 screens]. Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/ article/1260255-followup
Novick C. Polydactyly of the foot: treatment [Online]. 2009 Dec 4 [cited 2012 Agustus 15]; [4 screens]. Available from: URL: http://emedicine.medscape.com/ article/1260255-treatment
Plancher KD. Master cases hand and wrist surgery. New York: Thieme Medical Publishers; 2004. p. 522-3
Scwartz Seymour I., Shires, G. Tom., Spencer, Frank C. 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 3. Hal.682 Jakarta: EGC.
Weill Cornell Medical College [Online]. [2012 Agustus 15]; Available from: URL: http://www.cornellsurgery.org/patients/health/congenital-hand-defor-mities.html
Yen CH, Chan WL, Leung HB, Mak KH. Thumb polydactyly: clinical outcome after reconstruction. Journal of Orthopaedic Surgery [serial online] 2006 [2012 Agustus 15];14(3):295-302. Available from: URL: http://jos.online.org-pdfov14i3p295.pdf.