BAB2-GAMBARAN WILAYAH STUDI - Diponegoro …eprints.undip.ac.id/34591/5/2035_chapter_II.pdf ·...
Transcript of BAB2-GAMBARAN WILAYAH STUDI - Diponegoro …eprints.undip.ac.id/34591/5/2035_chapter_II.pdf ·...
Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi
- 8 -
Laporan Tugas Akhir “Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”
BAB 2
GAMBARAN WILAYAH STUDI
2.1. Kondisi Kabupaten Kudus
Kondisi dari Kabupaten Kudus meliputi kondisi fisik daratan, kondisi
administrasi dan geografis, kondisi topografi, kondisi klimatologi, kondisi jenis
tanah, kondisi kependudukan, kondisi penggunaan lahan, serta kondisi iklim dan
curah hujan.
2.1.1. Kondisi Fisik Daratan
Luas wilayah Kabupaten Kudus tercatat sebesar 42.516 Ha dengan kecamatan
terluas adalah Kecamatan Dawe yaitu 8.584 Ha. Luas wilayah dan prosentase
menurut kecamatan di Kabupaten Kudus Tahun 2006 ditampilkan dalam Tabel 2.1.
Sedangkan penggunaan lahan di Kota Kudus pada Kecamatan Kota pada tahun 2006
terlihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.1. Luas wilayah kecamatan di Kabupaten Kudus
No Kecamatan Luas (Ha) Prosentase 1 Kaliwungu 3.271 7,692 Kota 1.047 2,463 Jati 2.630 6,194 Undaan 7.177 16,885 Mejebo 3.677 8,656 Jekulo 8.292 19,57 Bae 2.332 5,488 Gebong 5.506 12,959 Dawe 8.584 20,19
(Sumber : Kudus dalam angka, 2007)
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa luas kecamatan yang terbesar
adalah pada Kecamatan Dawe yaitu 8.584 ha atau 20,19 % dari luas kabupaten.
Sedangkan kecamatan yang memiliki luasan paling kecil adalah Kecamatan Kota
yaitu 1.047 Ha atau sekitar 2,46 %. Sedangkan untuk penggunaan lahan pada
Kabupaten Kudus dapat dilihat pada tabel berikut :
Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi
- 9 -
Laporan Tugas Akhir “Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”
Tabel 2.2. Penggunaan lahan di Kabupaten Kudus
No Kecamatan Luas Sawah Bukan Lahan Sawah Jumlah 1 Kaliwungu 1.985 1.286 3.271 2 Kota 176 871 1.047 3 Jati 986 1.644 2.630 4 Undaan 5.805 1.372 7.177 5 Mejebo 1.699 1.978 3.677 6 Jekulo 4.307 3.985 8.292 7 Bae 881 1.451 2.332 8 Gebong 2.052 3.454 5.506 9 Dawe 2.689 5.895 8.584
(Sumber : Kudus dalam angka, 2007)
Secara umum dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penggunaan lahan hampir
seimbang antara lahan sawah (20,580 Ha) dan bukan sawah (21,936 Ha).
2.1.2. Kondisi Administrasi dan Geografis
Kudus merupakan salah satu kota di Propinsi Jawa Tengah yang lokasinya ±50
Km dari Kota Semarang ke arah timur laut. Secara administratif, Kabupaten Kudus
terbagi menjadi 9 kecamatan di antaranya yaitu Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan
Kota, Kecamatan Jati, Kecamatan Undaan, Kecamatan Mejobo, Kecamatan Jekulo,
Kecamatan Bae, Kecamatan Gebog, dan Kecamatan Dawe. Kecamatan Kota
memiliki luas paling kecil seluas 1.047 Ha dari luas Kabupaten Kudus. (Kudus
Dalam Angka 2006).
Kecamatan Kota berada di sebelah selatan Kecamatan Jati, berada di sebelah
utara Kecamatan Bae, sebelah timur kecamatan Bae dan Kecamatan Jati, sebelah
barat dengan Kecamatan Kaliwungu dengan letak geografis berada di 11o 38’ BT
dan 11o 44’ BT (bujur timur) 74’ LS dan 78’ LS (lintang selatan). (Kudus dalam
Angka Tahun 2007).
2.1.3. Kondisi Topografi
Secara topografi, lokasi pekerjaan dan wilayah sekitarnya dalam lingkup kota
kudus merupakan kawasan yang relatif datar. Kecamatan Kota memiliki ketinggian
±15 m dpl dengan bentuk wilayah datar sampai berombak. Kecamatan Jati memiliki
ketinggian 10 m dpl dengan bentuk wilayah sama. Kecamatan Dae memiliki
ketinggian 30 m dpl dengan kondisi wilayah datar hingga berombak. (Kudus dalam
Angka Tahun 2007)
Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi
- 10 -
Laporan Tugas Akhir “Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”
2.1.4. Kondisi Klimatologi
Untuk kondisi klimatologi, Kota Kudus beriklim tropis dan bersuhu ± 34OC
dengan kelembaban udara berkisar 83% serta curah hujan rata-rata 2.773 mm,
dengan kata lain dapat dikatakan Kota Kudus adalah termasuk wilayah yang
memiliki intensitas hujan cukup tinggi. (Kabupaten Kudus Dalam Angka Tahun
2007).
2.1.5. Kondisi Jenis Tanah
Jenis tanah di Kabupaten Kudus khususnya di tiap kecamatan relatif berbeda
dan bervariasi seperti diperlihatkan dalam Tabel 2.3. berikut : Tabel 2.3. Jenis tanah di Kabupaten Kudus
No Jenis Tanah Kecamatan 1 Aluvial coklat tua Kaliwungu, Jati,
Mejobo, Undaan, Jekulo 2 Flomosol coklat kelabu Kaliwungu, Gebog 3 Asosiasi mediteran coklat tua dan
mediteran coklat kemerahanDi semua kecamatan kecuali kec Undaan
4 Andosol, latosol coklat, latosol merah
Gebog, Dawe
(Sumber : Kudus dalam angka, 2007)
2.1.6. Kondisi Kependudukan
Data kependudukan merupakan data pokok yang dibutuhkan baik kalangan
pemerintah maupun swasta sebagai bahan untuk perencanaan dan evaluasi hasil-hasil
pembangunan. Hampir setiap aspek perencanaan pembangunan baik di bidang
sosial, ekonomi maupun politik memerlukan data penduduk karena penduduk
merupakan subjek sekaligus objek dari pembangunan.
Jumlah penduduk Kabupaten Kudus pada tahun 2007 tercatat sebesar 747.488
jiwa, terdiri dari 369.884 jiwa laki-laki (49,48 persen) dan 377.604 jiwa perempuan
(50,52 persen). Apabila dilihat penyebarannya, maka kecamatan yang paling tinggi
prosentase jumlah penduduknya adalah Kecamatan Jekulo yakni sebesar 12,72 persen
dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Kudus, kemudian berturut-turut
Kecamatan Dawe 12,54 persen dan Kecamatan Jati 12,49 persen. Sedangkan
kecamatan yang terkecil jumlah penduduknya adalah Kecamatan Bae sebesar 8,10
persen.
Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi
- 11 -
Laporan Tugas Akhir “Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”
Tabel 2.4. Kepadatan penduduk per-kecamatan
No Kecamatan Penduduk(jiwa)
Kepadatan penduduk (jiwa/km2)
1 Kecamatan Kaliwungu 87.327 2.672 2 Kecamatan Kota 91.737 8.762 3 Kecamatan Jati 92.113 3.504 4 Kecamatan Undaan 67.080 935 5 Kecamatan Mejobo 66.211 1.801 6 Kecamataan Jekulo 94.244 1.137 7 Kecamatan Bae 60.079 2.576 8 Kecamatan Gebog 90.177 1.637 9 Kecamatan Dawe 93.072 1.084
Jumlah 724.040 1.745 (Sumber : Kudus dalam angka, 2007)
2.1.7. Kondisi Penggunaan Lahan
Secara administratif Kabupaten Kudus terbagi menjadi 9 Kecamatan dan 123
Desa serta 9 Kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Kudus tecatat sebesar 42.516
hektar atau sekitar 1,31 persen dari luas Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan yang terluas
adalah Kecamatan Dawe yaitu 8.584 Ha (20,19 persen), sedangkan yang paling kecil
adalah Kecamatan Kota seluas 1.047 Ha (2,46 persen) dari luas Kabupaten Kudus.
Luas wilayah tersebut terdiri dari 20.579 Ha (48,40 persen) merupakan lahan
sawah dan 21.937 Ha (51,60 persen) adalah bukan lahan sawah. Jika dilihat menurut
penggunaannya, Kabupaten Kudus terdiri atas lahan sawah dengan pengairan teknis
seluas 3.973 Ha (19,31 persen) dan sisanya berpengairan 1/2 teknis, sederhana, tadah
hujan dan lainnya. Sedangkan bukan lahan sawah yang digunakan untuk bangunan
dan halaman sekitar seluas 10.182 Ha (46,41 persen) dari lahan bukan sawah
Kabupaten Kudus. (Kudus Dalam Angka Tahun 2007).
2.1.8. Kondisi Iklim dan Curah Hujan
Menurut Stasiun Meteorologi Pertanian Kudus, jumlah hari hujan terbanyak
terjadi pada bulan Januari 2006 yaitu 24 hari dan curah hujan tertinggi juga terjadi
pada bulan Januari yaitu 777 mm, dapat dilihat dari Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Curah hujan rata-rata di Kabupaten Kudus
No Bulan 2002 2003 2004 2005 2006 1 Januari 432 217 238 319 777 2 Februari 739 449 328 167 346 3 Maret 223 147 265 253 263
Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi
- 12 -
Laporan Tugas Akhir “Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”
No Bulan 2002 2003 2004 2005 2006 4 April 102 103 76 145 151 5 Mei 13 36 135 31 152 6 Juni 0 0 40 51 5 7 Juli 6 0 28 37 0 8 Agustus 5 0 0 62 0 9 September 0 16 4 50 0 10 Oktober 12 88 8 183 23 11 November 161 151 144 115 22 12 Desember 204 463 292 467 325
Jumlah 1.897 1.670 1.558 1.880 2.064 (Sumber : Kudus dalam angka, 2007)
Suhu udara rata-rata di Kabupaten Kudus tahun 2006 berkisar antara 19,7oC
sampai dengan 27,7oC. Dibandingkan dengan tahun 2005, suhu udara di Kabupaten
Kudus Hampir sama dengan tahun 2006. Sedangkan untuk kelembaban udara rata-
rata bervariasi dari 69,3 persen sampai dengan 82,1 persen selama tahun 2006 ini,
dapat dilihat di Tabel 2.6. (Kabupaten Kudus Dalam Angka Tahun 2007).
Tabel 2.6. Suhu udara rata-rata per-bulan di Kabupaten Kudus
No Bulan 2004 2005 2006 Maks Min Maks Min Maks Min
1 Januari 26,7 20,4 27,7 20,3 25,7 18,7 2 Februari 26,2 20,1 27,5 20,5 26,2 19,7 3 Maret 27,1 20,3 26,4 20,7 27,1 19,4 4 April 28,9 20,6 27,6 20,5 27,4 19,3 5 Mei 28,2 19,9 28,2 20,0 27,3 19,7 6 Juni 27,2 19,4 27,6 20,4 27,2 19,9 7 Juli 27,2 19,3 27,2 20,1 27,4 19,8 8 Agustus 27,8 19,2 27,8 20,2 27,7 19,9 9 September 29,3 19,3 28,6 20,7 28,9 19,0 10 Oktober 30,2 23,0 28,3 20,3 29,9 20,0 11 November 28,8 20,3 28,4 20,4 30,2 20,5 12 Desember 26,8 20,4 28,4 20,4 27,7 20,2
(Sumber : Kudus dalam angka, 2007)
2.2. Sistem Drainase
2.2.1. Sistem Drainase Utama
Sungai yang ada di Kabupaten Kudus yang digunakan sebagai saluran
pembuang utama (main drain) di antaranya adalah Sungai Wulan dan Sungai Gelis,
berdasarkan data dari Balai PSDA Serang Lusi Juana, bahwa Sungai Wulan
menampung debit lepasan dari Pintu Wilalung (flood way Qmax = 400m³/detik), di
Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi
- 13 -
Laporan Tugas Akhir “Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”
mana sebelum mendapat inflow dari Sungai Gelis, debit maksimal Sungai Wulan
adalah sebesar (Qmax) = 840 m³/detik. Di samping itu Sungai Wulan mendapat
suplesi dari Sungai Gelis, dengan debit sebesar Q5 = 215 m³/detik. Pada Sungai
Wulan terdapat bangunan Spillway Goleng, yang membagi debit banjir ke SWD1,
sebesar (Qmax) = 180 m³/detik, dan pada Sungai wulan besaran debit (Qmax) = 760
m³/detik. Debit maksimal (Qmax) S. Lusi 600 m³/detik, floodway 400 m³/detik, S.
Wulan Hulu 840 m³/detik. S. Juwana 140 m³/detik, S. Gelis 215 m³/detik, S. Tunggul
150 m³/detik, S. Mayong 300 m³/detik, S. Bakalan 150 m³/detik, S. Pecangaan 100
m³/detik, SWD II 405 m³/detik, SWD I 180 m³/detik, S. Wulan Hilir 760 m³/detik.
Skema saluran pembuang utama dapat dilihat pada Gambar 2.1. dan Gambar 2.2. di
bawah ini.
BBab 2 – Gamb
Laporan Tuga
G
aran Wilayah S
as Akhir
Gambar 2.1. Sk
U
Studi
kema Saluran ppembuang utam
Kecamatan Jati
ma (Sumber : BBPSDA SELUN
- 14
NA)
4 -
B
Bab 2 – Gamb
Laporan Tuga
Gam
aran Wilayah S
as Akhir
mbar 2.2. Skem
U
Studi
Kecam
ma sungai Sera
matan Jati
ang, Lusi, dan JJuana (Sumberr : BPSDA SEL
- 15
LUNA)
5 -
Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi
- 16 -
Laporan Tugas Akhir “Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”
2.2.2. Sistem Jaringan Drainase
Sistem jaringan drainase Kabupaten Kudus, memanfaatkan Sungai Wulan,
Sungai Juana, SWD-1 dan SWD-2 sebagai saluran pembuangan utama. Sistem
jaringan drainase Kabupaten Kudus terbagi menjadi 4 (empat) sub sistem yaitu :
1. Subsistem Sungai Wulan, menampung aliran dari drainase sekunder Sungai
Gelis, Sungai Kondang dan Sungai Kencing.
Gambar 2.3. Kondisi Sungai Wulan
2. Subsistem SWD-1 menampung aliran dari drainase sekunder Sungai
Sumber, Sungai Jaranan, Sungai Sat/ Sungai Beku dan Sungai Serut.
3. Subsistem SWD-2 menampung aliran drainase sekunder Sungai Tali,
Sungai Jember, dan Sungai Srabi.
4. Subsistem Sungai Juana-1 yang aliran dari semua drainase sekunder
disebelah timur Sungai Gelis dan Sungai Kencing, seperti Sungai Tumpang,
Sungai Dawe, Sungai Jumirah, dan Sungai Ngeseng.
Sub sistem yang ada merupakan gabungan dari drainase-drainase sekunder,
deskripsi lokasi alur masing-masing drainase sekunder tersebut diuraikan sebagai
berikut :
1. Sungai Gelis merupakan sungai yang membelah di tengah Kota Kudus.
Sungai ini sangat penting bagi masyarakat kota karena pada sungai ini
terdapat 2 buah bendung yang merupakan pengambilan dari irigasi,
masing-masing adalah Bendung Kedunggupit dan Bendung Ploso.
Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi
- 17 -
Laporan Tugas Akhir “Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”
Gambar 2.4. Kondisi Sungai Gelis bagian hilir
2. Sungai Gondang, sebetulnya merupakan saluran sekunder irigasi, alurnya
melalui wilayah Desa Wergu Wetan, Loram dan bermuara di Sungai
Kencing 1.
3. Sungai Sumber, alurnya melalui Desa Janggalan, Purwosari dan Pasuruhan
Lor.
4. Sungai Jaranan, alurnya melalui Desa Karangmalang, Klumpit, Garung
Lor, Gribig, Prambatan Lor dan Pasuruhan Kidul.
5. Sungai Sat, alurnya melalui Desa Karangmalang, Klumpit, Garung Lor,
Prambatan Lor dan Pasuruhan Lor.
6. Sungai Serut, Alurnya melalui wilayah Desa Mijen, Kedungdowo, dan
Setrokalangan.
7. Sungai Jember, alurnya melalui wilayah Desa Getasrabi, Kaliwungu dan
Kedungdowo.
8. Sungai Srabi, alurnya melalui batas kota sebelah barat daya di wilayah
Desa Getasrabi, keluar wilayah kota kemudian beroutlet di SWD 2.
9. Sungai Tali, alurnya melalui wilayah Desa Mijen dan Setrokalangan.
10. Sungai Kencing 1, alurnya melalui Desa Jetiskapuan, Tanjungkarang, dan
Jati wetan. Pada hilir Sungai Kencing 1 terdapat Polder Pura yang
dilengkapi dengan pompa berkapasitas 5.000 liter/ menit.
11. Sungai Kencing 2, yang alurnya melalui Desa Jetis Kapuan, Ngemplak,
Ketanjung dan Jati Wetan. Desa Ketanjung merupakan desa di sebelah
timur Sungai Wulan yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Demak.
Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi
- 18 -
Laporan Tugas Akhir “Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”
Pada Hilir Sungai Kencing 2 terdapat Polder Kencing, tetapi tanpa pompa
dan kondisi sekarang sudah penuh sedimen.
12. Sungai Jumirah 1, alurnya melalui wilayah Desa Jetiskapuan, Gulang,
Payaman dan Kirig.
13. Sungai Jumirah 3, alurnya melalui Desa Medini, Undaan Kidul, Undaan
Tengah dan Larikrejo.
14. Sungai Ngeseng, alurnya melalui wilayah Desa Larikrejo dan
Kedungdowo.
15. Sungai Jumirah 3B, alurnya melalui Desa Undaan Kidul, Undaan Tengah,
Undaan Lor dan Wates.
16. Sungai Tumpang, alurnya melalui Desa Gondangmanis, Bacin, Pedawang,
Dersalam, Tumpangkrasak, Megawon, Mejo dan Kirig.
17. Sungai Dawe, alurnya melalui Desa Hadipolo, Tenggeles, Gulangtepus,
Mejobo dan Temulus.
Sungai Juana-1 menampung aliran dari beberapa sub drainase seperti Sungai
Tumpang, Sungai Jumirah 1 yang kemudian bergabung dengan Sungai Jumirah 2
menuju Sungai Juana, Sungai Jumirah 3 dan Sungai Jumirah 4 yang selanjutnya
memecah sebagian ke Sungai Juana dan sebagian bergabung dengan Sungai
Kencing. Aliran dari arah barat yaitu aliran Sungai Sumber, Sungai Beku (Sat),
Sungai Serut yang kemudian bergabung dengan Sungai Beku menuju ke Serang
Welahan Drainage 1 (SWD-1) untuk selanjutnya dibuang ke laut. Di Desa Pasuruhan
Kidul pada pintu Spillway Goleng, aliran Sungai Wulan terbagi lagi ke Serang
Welahan Drainage (SWD-1) yang dibangun oleh proyek Jratun Seluna. SWD-1 ini
langsung menuju ke laut dan menjadi drainase primer Kota Kudus. Drainase Primer
Kota Kudus yang lain adalah SWD-2 yang berawal dari akhir Sungai Tali dan
bermuara langsung ke Laut Jawa. Sungai lain yang ditampung oleh SWD-2 yaitu
Sungai Jember dan Sungai Srabi. Gambaran mengenai sistem drainase di Kabupaten
Kudus tersebut dapat dilihat lebih jelas pada halaman Lampiran A yaitu mengenai
gambar dan peta. (Masterplan Drainase Kota Kudus Tahun 2003, dan Master Plan
drainase kota Kudus 2008).
Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi
- 19 -
Laporan Tugas Akhir “Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”
2.2.3. Kondisi Jaringan Drainase
Umumnya saluran drainase tersier berupa saluran-saluran tepi jalan. Bentuk
saluran di tepi jalan yang ada sebagian besar berupa saluran tertutup dengan
dilengkapi hole atau bak kontrol dan sebagian lahan ini juga digunakan untuk trotoar
seperti tampak pada Gambar 2.5. Saluran drainase tersier di Kudus sebagian besar
masih berupa saluran tanah terutama yang berada di lokasi pinggiran kota dan
persawahan sebanyak 148.580 m (57%). Sedangkan saluran pasangan cukup banyak
109.462 m atau 42,46%. Saluran tertutup sebagian besar berada di pusat kota dan
kebanyakan di bawah trotoar. Secara keseluruhan panjang saluran tertutup adalah
56.897 m atau 22,04%.
Gambar 2.5. Kondisi saluran drainase di Jalan Noorhadi Kecamatan Jati
Kondisi saluran drainase tersier yang secara fisik terlihat dipenuhi buangan dari
limbah rumah tangga dan limbah industri. Saluran terhambat oleh sampah dan
sedimen sehingga fungsi saluran kurang optimal terutama pada musim penghujan di
samping kurangnya penataan sistem drainase. Kondisi tersebut menjadi penghambat
aliran yang mempercepat terjadinya genangan. Daftar jaringan tersebut dapat dilihat
pada halaman Lampiran B yaitu mengenai data-data.
Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi
- 20 -
Laporan Tugas Akhir “Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”
2.3. Permasalahan
Permasalahan banjir yang terjadi di Kabupaten Kudus pada dasarnya
merupakan akibat dari permasalahan-permasalahan yang saling terkait dan kompleks.
Sayangnya permasalahan-permasalahan tersebut cenderung diselesaikan oleh pihak-
pihak yang terkait secara eksklusif, terkotak-kotak, serta tidak menyeluruh. Di
antaranya adalah adanya otonomi daerah yang memberikan kewenangan tiap
Pemerintah Daerah untuk mengatur urusan rumah tangga daerahnya masing-masing.
Daerah yang memiliki kemampuan finansial lebih mapan cenderung rajin melakukan
pekerjaan-pekerjaan infrasturktur kota di antaranya pekerjaan pengendalian banjir.
Padahal jika dilihat dari aspek ilmu teknik hidro, permasalahan banjir yang terjadi di
Kota Kudus adalah salah satunya merupakan imbas / akibat masalah yang terjadi di
daerah hilir Sungai Juana yang berada di Kabupaten Pati. Kondisi hilir Sungai Juana
yang mengalami penyempitan dan belum dilakukan normalisasi, menyebabkan aliran
dari daerah hulu (Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe, serta daearah-daerah di DAS
sekitar Gunung Muria) harus menunggu antrian untuk bisa masuk ke Sungai Juana.
Karena kondisi topografi yang datar menyebabkan aliran yang biasanya mengalir
melalui Sungai Juana, justru berbalik arah (back water) menuju ke daerah Sungai
Wulan karena adanya penyempitan di hilir Sungai Juana, fenomena inilah yang
sering disebut sebagai bottle neck (Sumber : wawancara dengan pihak BPSDA
Seluna Kudus).
Menurut hasil evaluasi Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) wilayah
Sungai Serang, Lusi, Juana (Seluna), yang dituangkan dalam bentuk laporan tertulis
per Senin (31/12), kondisi pintu pembagi dan pengatur banjir Wilalung di Kecamatan
Gajah Kab. Demak yang merupakan peninggalan Belanda yang sudah berusia 73
tahun, tidak dirawat sebagai mestinya. Semula ada pemikiran dari DPU Pengairan
Jawa Tengah akan "dimuseumkan" karena dianggap sudah tidak diperlukan lagi.
Akan tetapi, setelah dikaji lebih mendalam dan melihat kondisi di lapangan, pintu
pembagi banjir ini dioperasikan kembali. Kondisi pintu yang mengarah ke Sungai
Juana yang berjumlah sembilan pintu ini (lawang songo) sudah tidak berfungsi
sempurna. Sebagian tidak bisa digerakkan naik-turun, sebagian lagi malah hilang
dicuri. Maklum, masing-masing pintu terbuat dari kayu jati dengan ketebalan rata-
rata 30 cm sehingga masih laku untuk dijual.
Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi
- 21 -
Laporan Tugas Akhir “Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”
Selain itu kapasitas Sungai Wulan menurun dari 1.000 m³/d menjadi 725 m³/d.
Kapasitas Sungai Juana juga merosot drastis dari 1.650 m³/d menjadi 150 m³/d.
Termasuk tingginya curah hujan di Blora dan Grobogan, serta belum penanganan
yang memadai dan menyeluruh sejak rehabilitasi CIWA Scheme 1986. Berbagai
kondisi itulah yang menyebabkan tanggul kanan Sungai Wulan di Desa Medini Kec.
Gajah Kab. Demak jebol, lalu diikuti jebolnya tanggul yang sama di tujuh lokasi
sehingga total panjang tanggul yang jebol mencapai 203 meter dengan kedalaman 6
meter. Jebolnya tanggul tersebut mengakibatkan 6.092 Ha lahan pemukiman
penduduk dan persawahan di Kecamatan Undaan, Mejobo, Jekulo, Jati, dan
Kaliwungu tergenang banjir rata-rata setinggi 2 meter. Akibatnya, 35.000 rumah
tergenang dan menyebabkan 12.076 jiwa warga mengungsi.
Selama 20 tahun terakhir, Sungai Juana yang panjangnya lebih dari 30 km
semakin menyempit (lebar aslinya rata-rata 30-60 meter). Sungai yang melewati
wilayah Kecamatan Undaan, Mejobo, Jekulo, Kabupaten Kudus, Sukolilo, Kayen,
Margorejo, Gabus, Juana, Kabupaten Pati, itu belum pernah dikeruk, apalagi
dinormalisasi. Kecuali di bagian muara hingga seputar Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Bajomulyo dan seputar Koperasi Unit Desa (KUD) Sarono Mino Juana yang sudah
beberapa sungai dikeruk. Akibatnya, terutama pada musim hujan, Sungai Juana
menjadi "biang keroknya" banjir di wilayah Kabupaten Kudus dan Pati. Hal ini
sebenarnya sudah dikeluhkan masyarakat dari tahun ke tahun, namun belum ada
tanggapan. Banjir di Kudus tersebut bahkan meluas dan menggenangi pemukiman
dan sawah di Kecamatan Sukolilo, Kayen, Winong, Gabus, dan Juana. Luas lahan
yang tergenang mencapai 5.908 Ha.
Selain permasalahan di atas, ketidaklayakan sistem drainase kota akibat
pengalihan fungsi dari drainase, yakni banyaknya sampah yang berada pada sistem
drainase tersebut juga sangat berpengaruh. Hal ini menunjukkan kurang seriusnya
pemeliharaan dan penanganaan operasi dari berbagai pihak, baik dari pemerintahan
maupun dari masyarakat sendiri. Dari tinjauan lapangan juga tampak bahwa saluran-
saluran drainase yang ada belum membentuk sistem yang baik dan di beberapa lokasi
ditemukan belum ada saluran drainasenya. Untuk lebih memperjelas uraian di atas,
Gambar 2.3 berikut menunjukkan skema permasalahan banjir yang terjadi di
Kabupaten Kudus.
Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi
- 22 -
Laporan Tugas Akhir “Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”
Gambar 2.6. Skema permasalahan banjir di Kabupaten Kudus
2.4. Daerah Genangan
Berdasarkan data dari Balai PSDA Serang Lusi Juana, bahwa daerah rawan
banjir di Kabupaten Kudus terletak di lima kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Undaan, genangan diakibatkan adanya luapan anak Sungai
Juana, Sungai Londo, dsb.
2. Kecamatan Mejobo, genangan diakibatkan adanya luapan anak Sungai
Juana (dari G. Muria).
3. Kecamatan Jati, genangan diakibatkan adanya luapan anak Sungai Juana
(dari G. Muria dan dari kota).
4. Kecamatan Jekulo, genangan diakibatkan adanya luapan anak Sungai Juana
(dari G. Muria).
5. Kecamatan Kaliwungu, genangan diakibatkan adanya luapan anak Sungai
Wulan dan SWD 1 (dari G. Muria).
Kedalaman genangan di semua lokasi relatif sama, yaitu sekitar 0.5 m sampai
1.5 m, dengan lama genangan hingga mencapai 3 hari. Peta lokasi daerah genangan
di Kabupaten Kudus dapat dilihat pada Gambar 2.7. di bawah ini.
U
Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi
- 23 -
Laporan Tugas Akhir “Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”
Gambar 2.7. Peta daerah rawan banjir Kabupaten Kudus (Sumber : BPSDA SELUNA)
Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi
- 24 -
Laporan Tugas Akhir “Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”
Pada kondisi hujan, ada bebarapa lokasi selalu terjadi genangan, tepatnya di
jalan lingkar depan terminal Kudus dengan lama genangan kurang lebih 3 hari,
lokasi daerah genangan di terminal dan jalan lingkar depan terminal Kabupaten
Kudus dapat dilihat pada Gambar 2.8. di bawah ini.
` Gambar 2.8. Genangan di lokasi pertigaan terminal dan jalan lingkar depan Terminal Kudus
Di samping itu di jalan lingkar menuju Kudus – Jepara juga ,terjadi genangan
di jalan raya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.9. Gengan di jalan raya jurusan Kudus – Jepara
Di samping itu berdasarkan Master Plan Drainase Kota Kudus 2008, bahwa
banjir yang ada diakibatkan luapan dari Sungai Wulan dan Sungai Juana, yang
mencakup beberapa desa di antaranya Desa Kedungdowo, Garung Kidul, Pasuruhan
Kidul, Jati Wetan, Tanjungkarang, Loram Wetan, Gulang dan Payaman. Di samping
itu ada 10 (sepuluh) lokasi genangan di Kecamatan Kota, 2 (dua) lokasi berada di
Kecamatan Kaliwungu yaitu Jl. Jepara Prampatan dan depan Perum Kudus Permai,
Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi
- 25 -
Laporan Tugas Akhir “Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”
kemudian 4 (empat) di Kecamatan Jati yaitu di Desa Jati Wetan, Desa Tajungkarang,
Desa Jetiskapuan dan Desa Pasuruan, selebihnya berada di Kecamatan Bae (4 lokasi
yaitu di desa Panjang, Peganjaran dan Desa Bae.
2.5. Penanganan Kasus
Setelah mengetahui kronologis permasalahan banjir yang terjadi di Kabupaten
Kudus dari uraian di atas, maka selanjutnya perlu dilakukan langkah penanganan
kasus, yaitu :
a. Lokasi penanganan adalah dipilih di daerah Kecamatan Jati, dengan
mempertimbangkan :
1. Kecamatan Jati merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam
daerah genangan banjir di Kabupaten Kudus.
2. Kecamatan Jati merupakan salah satu daerah di Kabupaten Kudus yang
memilki kepadatan penduduk terbesar yaitu 3504 jiwa/km2 .
3. Kecamatan Jati merupakan daerah yang dilalui jalur transportasi
nasional yaitu jalur pantura.
4. Jembatan Tanggulangin yang melintas Sungai Wulan, yang merupakan
jalur akses utama untuk memasuki kawasan Kota Kudus adalah terletak
di Kecamatan Jati.
Gambar 2.10. Jembatan Tanggulangin yang melintas Sungai Wulan
b. Membangun sistem drainase yang nantinya akan direncanakan di DAS
Kencing yang terletak di Kecamatan Jati, dengan luas area DAS sebesar ±
47,15 km².
Bab 2 – Gambaran Wilayah Studi
- 26 -
Laporan Tugas Akhir “Penanganan Sistem Drainase Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”
Gambar 2.11. Peta DAS Kencing
S.Gelis
S.Wulan
AT
AT
AT
AT
AT
AT
AT
AT
K.Ken
cing 1
f
K.Kencing 1
f
K.Kencing 1e
K.Kencing 1c- Tanjung karang
K.Kencing 1d
K.Kencing 2a