bab1

11

Click here to load reader

Transcript of bab1

Page 1: bab1

PENGARUH ZAT ANTIMIKROBIAL DALAM EKSTRAK DAUN SENGGANI

(Melastoma candidum) TERHADAP PENGHAMBAT PERTUMBUHAN ESRECHIA COLI,

SALMONELLA TYPHI, DAN SHIGELLA SPP

Page 2: bab1

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan keanekanekaragaman

jenis dan varietas tumbuhan yang berkhasiat sebagai tanaman obat. Lebih dari 40.000 jenis

tumbuhan berkhasiat obat yang terdapat di dunia 30.000 jenisnya terdapat di hutan tropis

Indonesia, tetapi hanya sekitar 9.600 spesies diketahui berkhasiat obat dan baru sekitar 200

spesies tanaman yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri obat tradisional

(Indrayani et.al, 2006). Peluang pengembangan budidaya tanaman obat-obatan masih sangat

terbuka luas sejalan dengan semakin berkembangnya industri jamu, obat herbal, fitofarmaka dan

kosmetika tradisional. Kenyataan tersebut sejalan pula dengan peradaban manusia dalam

memanfaatkan tanaman sebagai pilihan alternative dalam pengobatan, karena tanaman adalah

gudang bahan kimia yang memiliki sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai penyakit.

Kemampuan meracik tambahan berkhasiat obat dan maju merupakan warisan turun temurun dan

mengakar kuat di masyarakat. Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat tradisional tersebut

hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Tanaman berkhasiat obat didefenisikan sebagai jenis tambahan yang bagian organ

tubuhnya baik itu sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat tanaman tersebut digunakan

sebagai obat, bahan, atau ramuan obat-obatan. Akan tetapi, para ahli mengelompokan tanaman

berkhasiat obat menjadi tiga kelompok, yaitu (1). Tumbuhan obat tradisional, merupakan

spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai masyarakat memiliki khasiat obat dan telah

digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. (2). Tumbuhan obat modern, merupakan spesies

tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang

berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis. (3). Tumbuhan

obat potensial merupakan spesies tumbuhan yang diduga mengandung atau memiliki senyawa

atau bahan bioktif berkhasiat obat tetapi belum dibuktikan penggunaannya secara ilmiah-medis

sebagai bahan obat.

Departemen Kesehatan RI mendefinisikan tanaman obat Indonesia seperti yang

tercantum dalam SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978, yaitu : (1). Tanaman atau bagaian

tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu. (2). Tanaman atau bagian

tanaman yang digunakan sebagai bahan baku pemula bahan baku obat (precursor). (3). Tanaman

atau bagian tanaman yang diekstraksi dan elstrak tanaman tersebut digunakan sebagai obat.

Page 3: bab1

Sejalan dengan perkembangan industri jamu, obat herbal, fitofarmaka dan kosmetika tradisional

juga mendorong berkembangnya budidaya tanaman obat di Indonesia. Selama ini upaya

penyediaan bahan baku untuk idustri obat tradisional sebagian besar berasal dari tumbuh-

tumbuhan yang tumbuh di alam liar atau dibudidayakan dalam skala kecil di lingkungan sekitar

rumah dengan kuantitas dan kualitas yang kurang memadai. Maka perlu dikembangkan aspek

budidaya yang sesuai dengan standart bahan baku obat tradisional.

Jenis tanaman terdapat di Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai obat yaitu umbi

(tuber), akar (radix), batang (ligna), daun (folia), bunga (fructus), biji (semen), tanaman (herb),

dan sebagainya. Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan bahwa pengobatan

tradisional pada masa kini dan mendatang akan tetap digunakan oleh dua pertiga penduduk dunia

dengan memanfaatkan sumber daya alam yang potensial sebagai obat. Pengobatan tradisional

atau pemanfaatan tanaman berkhasiat obat seringkali diartikan dan dianggap sebagai pengobatan

yang primitive, tidak ilmiah, tidak pretise, dan sebagainya. Tetapi anggapan tersebut dapat

bergeser nilainya, karena jika pengobatan tradisional dengan bahan-bahan alami itu dikerjakan

dengan sangat teliti, misalnya dalam pengujian komposisinya yang tepat kemungkinan fungsinya

akan tidak jauh berbeda dengan pengobatan modern dengan obat-obat sntetik.

Penggunaan bahan alam sebagai obat cenderung mengalami peningkatan dengan adanya

isu back to nature dan krisis berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat

terhadap obat-obatan modern yang relative lebih mahal harganya. Obat bahan alam juga

dianggap hampit tidak memiliki efek samping yang membahayakan. Meskipun demikian, untuk

mengetahui manfaat dan efek samping obat tersebut secara pasti perlu dilakuakn penelitian dan

uji praklinis dan uji klinis lebih lanjut, sehingga sangat diperlukan terobosan penelitian

berkenaan dengan tanaman tersebut.

Kalimantan Tengah adalah provinsi terbesar ketiga di Indonesia dengan luas wilayah

15.365.695 Ha, dengan luas kawasan hutan 10.657.352 Ha, terletak paa garis eqator di 00 LU dan

30 LS, 1110 -1160 BT. Luas wilayah kota Palangka Raya ±2.400 Km2 dengan beranekaragaman

tanaman yang secara turun temurun diyakini memiliki khasiat sebagai obat, salah satunya adalah

tanaman senggani (Melastoma candidum) (Lemlit PPLH, 2006).

Page 4: bab1

Tanaman senggani merupakan perdu yang tumbuh liar dan dapat ditemukan hampir di

seluruh bagian hutan Kalimantan Tengah, khususnya di daerah berpasir. Secara tradisional perdu

tersebut mempunyai berbagai khasiat obat, salah satunya adalah sebagai obat diare. Secara medis

ternyata perdu tersebut mempunyai beragam kandungan farmakologis tanaman senggani dapat

dimanfaatkan sebagai penurun panas, penghilang rasa sakit, peluruh urine, penghilang bengkak,

pelancar aliran darah, dan penghenti pendarahan (hemostatik). Pada bagian akarnya, anggota

family Melatomecceae ini dapat dimanfaatkan sebagai penahan sakit pada infeksi dan

peradangan gigi dan gusi. Sedangkan pada bagian dasarnya dapat dimanfaatkan sebagai obat

keputihan, tonikum, diare, disentri, dan gangguan pencernaan lain (Hariana, 2007).

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tanaman sejenis yang mengandung zat kimia

seperti saponin, flavonoid, dan tannin merupakan sekelompok zat antimikroba yang mampu

menghambat dan sekaligus membunuh pertumbuhan mikroba, baik yang tergolong dalam

kelompok jamur ataupun kelompok bakteri. Zat antimikroba yang merupakan derivate dan

triterpenoid menurun Barre et.al, (1997) dapat menghambat pertumbuhan bakteri sejenis Shigella

dycinteriae, Staphylococcus aereus, Escherichia coli, dan Salmonella typhi. Lebih lanjut Hariana

(2007) menjelaskan bahwa kandungan kimia lainnya seperti tannin dalam daun tanaman

senggani (Melastoma candidum) dapat menghambat pertumbuhan sekelompok jamur patogenik

dalam sepanjang saluran reproduksi dan urinaria, karena tannin berfungsi sebagai astrigen yang

mampu mengurungi sekresi cairan berlebih pada saluran reproduksi dan urinaria yang berlebih

dan abnormal.

Beragam penyakit pada manusia dapat disebabkan oleh mikroorganisme patogenik, baik

yang tergolong dalam kelompok jamur, bakteri, maupun virus. Kendati demikian,

mikroorganisme bagi manusia ada yang bersifat menguntungkan dan ada pula yang merugikan.

Mikroorganisme yang menguntungkan bagi manusia misalnya mikroorganisme yang berperan

dalam proses menghasilkan makanan dan minuman hasil fermentasi, berperan dalam

pengendalian hama, membantu proses metabolism dalam saluran pencernaan dan penghasil

antibiotik. Sebaliknya mikroorganisme yang merugikan bagi manusia merupakan

mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit, baik penyakit pada manusia, hewan

peliharaan maupun tumbuhan. Mikroorganisme patogenik tersebut bersifat parasitik, karena

akibat dari metabolisme tubuhnya dapat merugikan kesehatan manusia.

Page 5: bab1

Di antara spesies mikroorganisme yang patogenik dan dapat menimbulkan penyakit pada

manusia salah satunya adalah dari kelompok jamur yang dapat menginfeksi permukaan luar

lumen tubuh manusia, seperti Trichopton yang dapat menyebabkan penyakit pada permukaan

kulit manuisia. Sedangkan kelompok jamur yang menginfeksi lumen dalam tubuh manusia,

khususnya organ kelamin adalah Candida albicans yang dapat menyebabkan penyakit infeksi

saluran kelamin baik pria ataupun wanita, diantaranya adalah penyakit keputihan. Selain

kelompok jamur, beberapa spesies bakteri juga parasitik dan patogenik bagi manusia, salah

satunya Eschericia coli yang merupakan flora normal dalam saluran pencernaan manusia, tetapi

jika dalam keadaan abnormalitas tertentu dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan dan

diare (Dwidjoseputro, 1978).

Efek farmakologis yang dimiliki tanaman senggani diyakini oleh sebagian masyarakat

Kalimantan Tengah sebagai obat secara tradisional untuk diare masih diperlukan pembuktiannya

secara laboratorium, khususnya untuk mengetahui ketepatan penggunaannya. Meskipun menurut

Volk dan Wheeler (1993) bahwa semakin tinggi konsentrasi zat maka akan semakin tinggi pula

kemampuan daya antimikroba tersebut dalam menghambat pertumbuhan mikroba. Berdasarkan

kandungan farmakologis yang terkandung dalam tanaman senggani, pada dasarnya senyawa

kimia tersebut memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan mikroba, sehingga dalam

penelitian ini peneliti mengharapkan dapat mengetahui konsentrasi efektif daya antimikroba

yang terkandung dalam tanaman senggani, serta ketepatan penggunaan tanaman senggani yang

lebih spesifik lagi terhadap penyakit diare akibat Esrechia coli, Salmonella typhi, dan Shigella spp.

Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui kemanfaatan tanaman senggani sebagai

pengendali pertumbuhan mikroorganisme, sehingga hal yang telah diyakini oleh masyarakat

dapat dibuktikan secara ilmiah. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti

melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Zat Antimikrobial dalam Ekstrak Daun

Senggani (Melastoma Candidum) terhadap Penghambat Pertumbuhan Esrechia Coli,

Salmonella Typhi, dan Shigella Spp Sebagai Penyebab Penyakit Diare.

Page 6: bab1

B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak daun senggani terhadap penghambatan

pertumbuhan Esrechia Coli, Salmonella Typhi, dan Shigella Spp?

2. Berapakah konsentrasi ekstrak daun senggani yang paling efektif dalam menghambat

pertumbuhan Esrechia Coli, Salmonella Typhi, dan Shigella Spp?

3. Adakah perbedaan daya antimikroba ekstrak daun senggani terhadap Esrechia Coli,

Salmonella Typhi, dan Shigella Spp?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak daun senggani terhadap

penghambatan pertumbuhan Esrechia Coli, Salmonella Typhi, dan Shigella Spp.

2. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun senggani yang paling efektif dalam

menghambat pertumbuhan Esrechia Coli, Salmonella Typhi, dan Shigella Spp.

3. Untuk mengetahui perbedaan daya antimikroba ekstrak daun senggani terhadap Esrechia

Coli, Salmonella Typhi, dan Shigella Spp.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak daun senggani terhadap penghambatan

pertumbuhan Esrechia Coli, Salmonella Typhi, dan Shigella Spp.

2. Ada perbedaan daya antimikroba ekstrak daun senggani terhadap penghambatan

pertumbuhan Esrechia Coli, Salmonella Typhi, dan Shigella Spp.

Page 7: bab1

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Bagi mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang nilai

kemanfaatan tanaman senggani.

2. Bagi peneliti lainnya dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai landasan

penelitian lebih lanjut.

3. Bagi masyarakat dapat mengetahui manfaat tanaman senggani sebagai tanaman

berkhasiat obat yang telah dibuktikan secara ilmiah.