bab1 sejarah pembiayaan

125
BAB 1 PENDAHULUAN ISLAMIC FINANCIAL MANAGEMENT Prof.Dr.H. Veitzhal Rivai, M.B.A. Andria Permata Veitzhal. B.Acct., M.B.A

Transcript of bab1 sejarah pembiayaan

Page 1: bab1 sejarah pembiayaan

BAB 1PENDAHULUAN

ISLAMIC FINANCIAL MANAGEMENT

Prof.Dr.H. Veitzhal Rivai, M.B.A.Andria Permata Veitzhal. B.Acct., M.B.A.

Page 2: bab1 sejarah pembiayaan

A. SEJARAH PEMBIAYAAN Adanya kesulitan yang dialami masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat pada perekonomian jahiliyah menyebabkan berkembangnya pembiayaan secara sederhana.

Dengan meningkatnya hubungan dagang di daerah Laut Tengah, maka lahirlah berbagai bentuk pembiayaan, seperti yang dikenal dengan “Sea Loans”.

Sejalan dengan perkembangan dalam perniagaan dan penggunaan pembiayaan sebagai salah satu media transaksi, terlihat pula perkembangan yang sama pesatnya di dalam bisnis lembaga pembiayaan.

Lambat laun di antara pedagang ada yang mulai mengkhususkan diri berniaga dengan prinsip islami untuk melayani keperluan modal. Lahirlah merchant’s bankers. Ekspansi yang cepat di bidang industri, perdagangan, jasa, dan kegiatan ekonomi lain telah mempercepat tumbuh dan lahirnya berbagai jenis lembaga pembiayaan yang mula-mula bersifat umum, dan kemudian mengarah spesialisasi.

Page 3: bab1 sejarah pembiayaan

B. Pentingnya Mempelajari Pembiayaan

Tugas pokok lembaga pembiayaan sangat penting, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang memerlukannya.

Karena sebagian besar lembaga pembiayaan masih mengandalkan sumber pendapatan utamanya dari operasi pembiayaan, sehingga untuk mendapatkan margin yang baik diperlukan pengelolaan pembiayaan secara efektif dan efisien.

Penyaluran Pembiayaan memberikan Kontribusi yang terbesar untuk sumber penghasilan bank.

Dengan demikian, perlu mempelajari masalah-masalah pembiayaan.

Semakin besar volume pembangunan dan kian tinggi pertumbuhan ekonomi, semakin besar pula peranan lembaga keuangan, baik dari segi pengerahan dana maupun arah dan volume pembiayaan yang diberikan/disalurkan.

Mengapa Penting

Mempelajari Pembiayaan?

Page 4: bab1 sejarah pembiayaan

Pembiayaan sebagai sumber penghasilan terbesar perbankan, karena:

a. Lembaga keuangan harus dapat memelihara dan mengembangkan kepercayaan timbal-balik.

b. Pos pembiayaan yang diberikan merupakan pos aktiva terbesar dalam neraca.

c. Pembiayaan memberikan kontribusi penghasilan.

d. Risiko yang dikandung dalam penyaluran pembiayaan cukup besar.

Page 5: bab1 sejarah pembiayaan

ARTI PENTING PEMBIAYAAN SECARA EKONOMI

Pemindahan daya beli

(source of fund) pada umumnya terkumpul dari sekian banyak titipan/investasi dari masyarakat yang bersedia menyisihkan sebagian dari penghasilannya tidak untuk dikonsumsi, melainkan untuk dititipkan/diinvestasikan.

Penciptaan daya beli, dari sisi mudharib merupakan penciptaan daya beli, yaitu dengan fasilitas pembiayaan yang diterimanya, para pengusaha telah mempunyai rencana untuk apa pembiayaan tersebut akan dipergunakan: untuk investasi ataukah untuk modal kerja.

Secara ekonomi, pembiayaan adalah pemindahan daya

beli dari satu tangan ke tangan

lain, dan atau penciptaan daya

beli.

Page 6: bab1 sejarah pembiayaan

PENGERTIAN PEMBIAYAAN

• Istilah pembiayaan pada intinya berarti I Believe, I Trust, ‘saya percaya’ atau ‘saya menaruh kepercayaan’.

• Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust), berarti lembaga pembiayaan selaku shahibul mal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan.

• Dana tersebut harus digunakan dengan benar dan adil, harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, sebagaimana fiman Allah Swt. dalam surat Al-Nisaa (4:29) dan Surat Al-Maa’idah (5:1).

Page 7: bab1 sejarah pembiayaan

FIRMAN ALLAH SWT TENTANG PEMBIAYAAN

Firman Allah Swt. dalam surat Al-Nisaa (4:29) dan Surat Al-Maa’idah (5:1).

Hai orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS Al-Nisaa’ [4]: 29)

Hai orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (QS Al-Maa’idah [5]: 1:)

Page 8: bab1 sejarah pembiayaan

BEBERAPA PENGERTIAN PEMBIAYAAN

Selain yang dikemukan di atas, berikut ini dapat pula dikemukakan beberapa pengertian lain tentang pembiayaan yang umum dikenal luas oleh masyarakat yaitu:

Credit may be defined as the right to receive payment or the obligation to make payment on demand or at some future time on account of an immediate transfer of goods. (Raymond P.Kent, 1961)The word “credit” has many meanings, but in economics it usually refers to the ability to obtain something of value in the present in return for a promise to pay for it at some future time, combining the elements of a promise and of time. (Charles L. Prather, 1961).…..credit may be appropriately described as the transmittal of economic value now, on faith, in return for an expected equivalent economic value in the future. (National Association of Credit Management, 1965)Credit in general is the ability to obtain goods, service, or money now in exchange for promise of payment in the future. (Christine Ammer and Dean S.Ammerm 1979)Credit in economics and finance, refers to the faith that creditor (lender) places in a debtor (borrower) by extending him loan. (Encyclopedia Americana, 1980)Credit and its opposite, debt, are transactions in which command over resources is obtained in the present in exchange for a promise to repay in the future, normaly with a payment of interest as compensation to the lender. (Encyclopedia of Economics, 1982)Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara lembaga keuangan lainnya dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu, dengan imbalan atau bagi hasil, termasuk:

Page 9: bab1 sejarah pembiayaan

ISTILAH PEMBIAYAAN

Dain (Debt) Istilah untuk pasangan pembiayaan. Wadiah Pembiayaan dan wadiah adalah istilah

untuk suatu perbuatan ekonomi (perbuatan yang menimbulkan akibat ekonomi) yang dilihat dari arah yang berlawanan.

Page 10: bab1 sejarah pembiayaan

Pembiayaan Dalam Bank Islam

1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah;

2. Transaksi sewa dalam bentuk Ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan hak milik dalam bentuk Ijarah Muntahiyah bit Tamlik;

3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam, dan Istishna’;

4. Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang Qardh; dan

5. Transaksi multijasa dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah.

6. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara lembaga keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

Page 11: bab1 sejarah pembiayaan

Praktik Pembiayaan Dalam Bank Islam:

1. Penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama di kemudian hari.

2. Suatu tindakan atas dasar perjanjian di mana dalam perjanjian tersebut terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya dipisahkan oleh unsur waktu.

3. Pembiayaan adalah suatu hak, dengan hak mana seorang dapat mempergunakannya untuk tujuan tertentu, dalam batas waktu tertentu, dan atas pertimbangan tertentu pula.

Page 12: bab1 sejarah pembiayaan

Dasar Utama Pemberian Pembiayaan Pembiayaan pada dasarnya

diberikan atas dasar kepercayaan. Dengan demikian, pemberian pembiayaan adalah pemberian kepercayaan.

Hal ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar harus dapat diyakini dapat dikembalikan oleh penerima pembiayaan sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama.

Page 13: bab1 sejarah pembiayaan

D. UNSUR-UNSUR PEMBIAYAAN

1. Adanya dua pihak2. Adanya kepercayaan 3. Adanya persetujuan4. Andanya unsur waktu (time

element)5. Adanya unsur risiko (degree of risk)

Page 14: bab1 sejarah pembiayaan

Penjelasan Unsur-Unsur Pembiayaan

1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi pembiayaan (Shahibul mal) dan penerima pembiayaan (Mudharib). Hubungan pemberi pembiayaan dan penerima pembiayaan merupakan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan, yang diartikan pula sebagai kehidupan saling tolong-menolong sebagaimana firman Allah Subhanahuata’ala dalam surat al-Maa’idah (5:2)

2. Adanya kepercayaan Shahibul mal kepada Mudharib yang didasarkan atas prestasi, potensi Mudharib.

3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak Shahibul mal dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari Mudharib kepada Shahibul mal. Janji membayar tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad pembiayaan) atau berupa instrument (Credit Instrument), sebagaimana firman Allah Subhanahuata’ala dalam surat al-Baqarah (2:282)

Page 15: bab1 sejarah pembiayaan

4. Andanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsur essensial pembiayaan. Pembiayaan terjadi karena unsur waktu, baik dilihat dari Shahibul mal maupun dilihat dari Mudharib. Misalnya, pemilik uang memberikan pembiayaan sekarang untuk konsumsi lebih besar di masa yang akan datang. Produsen memerlukan pembiayaan karena adanya jarak waktu antara produksi dan konsumsi.

5. Adanya unsur risiko (degree of risk), baik di pihak Shahibul mal maupun di pihak Mudharib. Risiko di pihak shahibul mal adalah risiko gagal bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau ketidakmampuan bayar (pinjaman konsumen) atau karena ketidaksediaan membayar. Risiko di pihak Mudharib adalah kecurangan dari pihak pembiayaan, antara lain berupa Shahibul mal yang dari semula dimaksudkan oleh Shahibul mal untuk mencaplok perusahaan yang diberi pembiayaan atau tanah yang dijaminkan.

Penjelasan Unsur-Unsur Pembiayaan

Page 16: bab1 sejarah pembiayaan

E. TUJUAN PEMBIAYAAN

Tujuan pembiayaan mencakup lingkup yang luas, yang pada dasarnya mencakup 2 fungsi yang saling berkaitan dari pembiayaan, yaitu:

1.Profitability2.Safety

Page 17: bab1 sejarah pembiayaan

Penjelasan Tujuan Pembiayaan

1. Profitability yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa keuntungan

yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan pembiayaan kepada usaha-usaha nasabah yang diyakini mampu dan mau mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya. Dalam faktor kemampuan dan kemauan ini tersimpul unsur keamanan (safety) dan sekaligus juga unsur keuntungan (profitability) dari suatu pembiayaan, sehingga kedua unsur tersebut saling berkaitan. Dengan demikian, keuntungan merupakan tujuan dari pemberi pembiayaan yang terjelma dalam bentuk hasil yang diterima.

2. Safety Keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar

terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, dengan keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk modal, barang atau jasa itu betul-betul terjamin pengembaliannya, sehingga keuntungan (profitability) yang diharapkan dapat menjadi kenyataan.

Page 18: bab1 sejarah pembiayaan

PIHAK YANG TERLIBAT PADA PEMBERIAN PEMBIAYAAN

1. Lembaga Keuangan (Selaku Mudharib atau Shahibul mal)

2. Customer/Nasabah (Selaku Shahibul mal atau Mudharib)

3. Negara (Selaku Regulator)

Page 19: bab1 sejarah pembiayaan

Penjelasan Pihak yang terlibat dalam Pembiayaan

1. Lembaga Keuangan (Selaku Mudharib atau Shahibul mal) Penghimpun dana masyarakat yang mengalami

kelebihan dana. Penyaluran/pemberian pembiayaan merupakan bisnis

utama dan terbesar hampir pada sebagian besar lembaga keuangan.

Penerimaan bagi hasil dari pemberian pembiayaan merupakan sumber pendapatan terbesar.

Sebagai salah satu instrumen/produk dalam memberikan pelayanan pada customer.

Sebagai salah satu media dalam berkontribusi dalam pembangunan.

Sebagai salah satu komponen dari asset allocation approach.

Page 20: bab1 sejarah pembiayaan

2. Customer/Nasabah (Selaku Shahibul mal atau Mudharib) Sebagai pemilik dana yang menginginkan penitipan atau investasi

atas dana yang dimiliki. Sebagai salah satu potensi untuk mengembangkan usaha. Dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Sebagai salah satu alternatif pembiayaan perusahaan.

3. Negara (Selaku Regulator) Sebagai salah satu sarana dalam memacu pembangunan. Meningkatkan arus dana dan jumlah uang beredar. Meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Meingkatkan pendapatan negara dari pajak. Selain negara dan bank sentral, dalam operasional perbankan

syariah adanya peran dari Dewan Syariah Nasional (DSN) yang mengawasi dan mengeluarkan fatwa berkaitan dengan kepatuhan atas aspek syariahnya.

Penjelasan Pihak yang terlibat dalam Pembiayaan

Page 21: bab1 sejarah pembiayaan

F. FUNGSI PEMBIAYAAN 1. Para penabung

Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang

2. Pembiayaan meningkatkan utility (daya guna) suatu barang

3. Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

4. Pembiayaan menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat

5. Pembiayaan sebagai alat stabilisasi ekonomi

Secara garis besar fungsi

pembiayaan di dalam

perekonomian, perdagangan dan keuangan

adalah:

Page 22: bab1 sejarah pembiayaan

Penjelasan Fungsi Pembiayaan

1. Pembiayaan dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang

Para penabung menyimpan uangnya di lembaga Keuangan. Uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan kegunaanya oleh lembaga keuangan. Para pengusaha menikmati pembiayaan dari bank untuk memperluas/memperbesar, usahanya baik untuk peningkatan produksi, perdagangan maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun usaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh. Sehingga dana dari para penabung tidaklah idle (diam), tetapi terus disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat, baik kemanfaatan bagi pengusaha maupun bermanfaat bagi masyarakat.

Page 23: bab1 sejarah pembiayaan

2. Pembiayaan meningkatkan utility (daya guna) suatu barang

Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memproduksi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut meningkat, misalnya peningkatan utility kelapa menjadi kopra dan selanjutnya menjadi minyak kelapa/minyak goreng; peningkatan utility padi menjadi beras, benang menjadi tekstil dan sebagainya. Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih bermanfaat. Seluruh barang yang dipindahkan dari suatu daerah ke daerah lain yang kemanfaatan barang itu lebih terasa pada dasarnya meningkatkan utility dari barang itu. Pemindahan barang-barang tersebut tidaklah dapat diatasi oleh keuangan pada distributor saja dan oleh karenanya mereka memerlukan bantuan permodalan berupa pembiayaan.

Penjelasan Fungsi Pembiayaan

Page 24: bab1 sejarah pembiayaan

3. Pembiayaan meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran, pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cheque, giro bilyet, wesel, promes dan sebagainya melalui pembiayaan, peredaran uang chartal maupun giral akan lebih berkembang oleh karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif, apalagi secara kuantitatif. Penciptaan uang itu selain dengan cara substitusi; penukaran uang chartal yang disimpan di giro dengan uang giral, maka ada cara exchange of claim, yaitu bank memberikan pembiayaan dalam bentuk giral. Di samping itu, dengan cara transformasi yaitu bank giral.

Penjelasan Fungsi Pembiayaan

Page 25: bab1 sejarah pembiayaan

Penjelasan Fungsi Pembiayaan4. Pembiayaan menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat Manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi, yaitu

selalu berusaha memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat. Akan tetapi, peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuan. Karenanya manusia selalu berusaha dengan segala daya untuk memenuhi kekurangmampuannya yang berhubungan dengan manusia lain yang mempunyai kemampuan. Karena itu pulalah, pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank untuk memperoleh bantuan permodalan guna peningkatan usahanya. Bantuan pembiayaan yang diterima pengusaha dari bank inilah kemudian yang untuk memperbesar volume usaha dan produktivitasnya.

Ditinjau dari sisi hukum permintaan dan penawaran, maka terhadap segala macam dan ragamnya usaha, permintaan akan terus bertambah bilamana masyarakat telah mulai melakukan penawaran. Timbullah kemudian efek kumulatif oleh semakin besarnya permintaan sehingga secara berantai kemudian menimbulkan kegairahan yang meluas di kalangan masyarakat untuk sedemikian rupa, sehingga meningkatkan produktivitas. Secara otomatis kemudian timbul pula kesan bahwa setiap usaha peningkatan produktivitas, masyarakat tidak perlu khawatir kekurangan oleh karena masalahnya dapat diatasi oleh bank dengan pembiayaannya.

Page 26: bab1 sejarah pembiayaan

5. Pembiayaan sebagai alat stabilisasi ekonomiDalam keadaan ekonomi yang kurang sehat langkah-langkah stabilisasi pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk antara lain: pengendalian inflasi peningkatan ekspor rehabilitasi sarana pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat

Untuk menekan arus inflasi dan terlebih-lebih lagi untuk usaha, pembangunan ekonomi, maka pembiayaan bank memegang peranan yang penting. Arah pembiayaan harus berpedoman pada segi-segi pembatasan kualitatif, yaitu pengarahan ke sektor-sektor yang produktif dan sektor-sektor prioritas yang secara langsung berpengaruh terhadap hajat hidup masyarakat. Misalnya Indonesia, sudah barang tentu diarahkan pada sektor-sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, produksi yang menunjang sektor pertanian, industri alat-alat pertanian, industri-industri yang berpengaruh bagi kehidupan rakyat (sandang pangan), produksi barang-barang untuk export dan sebagainya.

Penjelasan Fungsi Pembiayaan

Page 27: bab1 sejarah pembiayaan

6. Pembiayaan sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional Pengusaha yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan profit. Bila keuntungan ini secara kumulatif dikembangkan lagi, dalam arti kata dikembalikan ke dalam struktur permodalan, maka peningkatan akan berlangsung terus-menerus. Dengan earnings (pendapatan) yang terus meningkat, berarti pajak perusahaan pun akan terus bertambah. Di lain pihak pembiayaan yang disalurkan untuk merangsang pertambahan kegiatan export akan menghasilkan pertambahan devisa bagi negara. Disamping itu, dengan semakin efektifnya kegiatan swasembada kebutuhan-kebutuhan pokok, berarti akan terhemat devisa keuangan negara, akan dapat diarahkan pada usaha-usaha kesejahteraan ataupun ke sektor-sektor lain yang lebih berguna. Apabila rata-rata pengusaha, pemilik tanah, pemilik modal dan buruh/karyawan mengalami peningkatan pendapatan, maka pendapatan negara via pajak akan bertambah, penghasilan devisa bertambah dan penggunaan devisa untuk urusan konsumsi berkurang sehingga langsung atau tidak, melalui pembiayaan, pendapatan nasional akan bertambah.

Penjelasan Fungsi Pembiayaan

Page 28: bab1 sejarah pembiayaan

7. Pembiayaan sebagai alat hubungan ekonomi Intenasional Sebagian lembaga pembiayaan tidak saja bergerak di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Beberapa negarakaya minyak yang telah sedemikian maju organisasi dan sistem perbankannya telah melebarkan sayap perbankannya ke seluruh pelosok dunia. Demikian pula beberapa negara maju lainnya. Negara-negara kaya atau yang kuat ekonominya, demi persahabatan antara negara, banyak memberikan bantuan kepada negara-negara yang sedang berkembang atau sedang membangun. Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bentuk bantuan pembiayaan dengan syarat-syarat ringan, yaitu bagi hasil/bunga yang relatif murah dan jangka waktu penggunaan yang panjang. Melalui bantuan pembiayaan antar negara yang istilahnya seringkali didengar sebagai G to G (Government to Government), maka hubungan antarnegara pemberi (Shahibul mal) dan penerima pembiayaan (Mudharib) akan bertambah erat, terutama yang menyangkut hubungan perekonomian dan perdagangan. Dari uraian di atas, terasalah bagi kita betapa besarnya fungsi dalam dunia perekonomian, tidak saja di dalam negeri tapi juga menyangkut hubungan antara negara sehingga melalui pembiayaan, hubungan ekonomi Internasional dapat dilakukan dengan lebih terarah. Lalu lintas pembayaran internasional pada dasarnya berjalan lancar bila disertai kegiatan pembiayaan yang sifatnya internasional.

Penjelasan Fungsi Pembiayaan

Page 29: bab1 sejarah pembiayaan

G. JENIS-JENIS PEMBIAYAAN1. Berdasarkan tujuannya2. Berdasarkan jangka

waktunya3. Berdasarkan jaminannya4. Berdasarkan orangnya

(yang menerima dan memberi pembiayaan)

5. Berdasarkan tempat kediamannya.

Page 30: bab1 sejarah pembiayaan

1. Jenis Pembiayan Berdasarkan Tujuannya

a. Pembiayaan Konsumtif, bertujuan untuk memperoleh barang-barang atau kebutuhan-kebutuhan lainnya guna memenuhi keputusan dalam konsumsi.

b. Pembiayaan produktif adalah bentuk pembiayaan yang bertujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi, mulai dari saat pengumpulan bahan mentah, pengolahan dan sampai kepada proses penjualan barang-barang yang sudah jadi.

a. Pembiay

aan Konsum

tifb.

Pembiayaan

Produktif

Page 31: bab1 sejarah pembiayaan

2. Jenis Pembiayan Berdasarkan Jangka Waktunya

Pembiayaan Jangka Pendek dilihat dari sisi perusahaan:

1. Pembiayaan Rekening Koran

2. Pembiayaan Penjual 3. Pembiayaan Pembeli 4. Pembiayaan Wesel 5. Pembiayaan Eksploitasi

a. Short term (pembiayaan jangka pendek)

b. Intermediate Term (pembiayaan jangka waktu menengah),

c. Long Term (pembiayaan jangka panjang)

d. Demand Loan atau Call Loan

Page 32: bab1 sejarah pembiayaan

3. Jenis Pembiayaan Dilihat menurut Lembaga yang Menerima Pembiayaan

a. Pembiayaan untuk badan usaha pemerintah/daerah, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada perusahaan/badan usaha yang dimiliki pemerintah.

b. Pembiayaan untuk badan usaha swasta, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada perusahaan/badan usaha yang dimiliki swasta.

c. Pembiayaan perorangan, yaitu pembiayaan yang diberikan bukan kepada perusahaan tetapi kepada perorangan.

Page 33: bab1 sejarah pembiayaan

4. Jenis Pembiayan Berdasarkan Tujuan Penggunaannya

a. Pembiayaan Modal Kerja/Pembiayaan Eksploitasi

PMK Ekspor PMK perdagangan dalam negeri PMK insdustri PMK perkebunan dan kehutanan PMK prasarana/jasa-jasa PMK imporb. Pembiayaan Investasic. Pembiayaan Komsumsi

Page 34: bab1 sejarah pembiayaan

a. Pembiayaan Modal Kerja/Pembiayaan Eksploitasi

Pembiayaan Modal Kerja (PMK) adalah pembiayaan untuk modal kerja perusahaan dalam rangka pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti pembelian bahan baku/mentah, bahan penolong/pembantu, barang dagangan, biaya eksploitasi barang modal, piutang dan lain-lain

Page 35: bab1 sejarah pembiayaan

b. Pembiayaan Investasi Pembiayaan Investasi adalah

pembiayaan (berjangka menengah atau panjang) yang diberikan kepada usaha-usaha guna merehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian mesin-mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik.

Pembiayaan investasi ini penggunaannya untuk pembelian/pengadaan barang-barang modal seperti pembelian mesin-mesing, bangunan, tanah untu pabrik, pembelian alat-alat produksi baru, perbaikan alat-alat produksi secara besar-besaran.

a. Rehabilitasi, yaitu untuk pemulihan kapasitas produksi, penggantian alat-alat produksi dengan yang baru yang kapasitasnya sama atau perbaikan secara besar-besaran dari alat produksi sehingga kapasitasnya pulih kembali seperti semula.

b. Modernisasi, yaitu untuk penggantian alat-alat produksi dengan yang baru, yang kapasitasnya lebih tinggi dalam arti dapat menghasilkan produksi yang lebih tinggi baik kualitas maupun kuantitasnya.

c. Perluasan, yaitu penambahan kapasitas produksi yang dibangun dengan suatu unit proses yang lengkap seperti pabrik baru/tambahan. Perluasan dapat berbentuk penambahan mesin diikuti dengan penambahan/perluasan gedung pabrik ataupun tidak diikuti oleh penambahan/perluasan gedung pabrik.

d. Proyek baru, yaitu membangun pabrik/industri dengan alat produksi baru untuk usaha baru.

Page 36: bab1 sejarah pembiayaan

c. Pembiayaan Komsumsi Yang termasuk dalam

pembiayaan konsumsi: 1. pembiayaan kendaraan

pribadi, 2. pembiayaan perumahan

(untuk pakai sendiri), 3. pembiayaan untuk

pembayaran sewa/kontrak rumah,

4. pembelian alat-alat rumah tangga.

5. pembiayaan profesi untuk pengembangan profesi tertentu seperti dokter, akuntan, notaris, dll .

Pembiayaan yang diberikan bank kepada pihak

ketiga/perorangan (termasuk karyawan bank sendiri) untuk keperluan konsumsi berupa barang atau

jasa dengan cara membeli, menyewa atau dengan cara

lain.

Page 37: bab1 sejarah pembiayaan

5. Jenis Pembiayan Berdasarkan Tempat Kediamannya

Pembiayaan di sektor ekonomi: Sektor Pertanian,

Perburuhan, dan Sarana Pertanian

Sektor Pertambangan Sektor Perindustrian Sektor Listrik Gas dan Air Sektor Konstruksi Sektor Perdagangan,

Restoran dan Hotel Sektor pengangkutan,

pergudangan dan komunikasi Sektor Jasa-jasa Dunia Usaha Sektor Jasa-Jasa

Sosial/Masyarakat Sektor Lain-lain (sektor non

ekonomi)

Pembiayaan menurut sektor ekonomi atas dasar kebutuhan untuk menentukan kebijakan pengarahan pembiayaan secara kualitatif yang dititik-beratkan pada sektor ekonomi yang diutamakan dalam pembiayaan dengan pembiayaan bank itu.

Page 38: bab1 sejarah pembiayaan

6. Jenis Pembiayaan menurut Sifat

Sifat pembiayaan ini berhubungan dengan perkembangan baki debet sejak pembiayaan ditarik/dipergunakan sampai dengan pembiayaan dilunasi.

Tujuan penentuan sifat pembiayaan adalah untuk memudahkan pengawasan pelaksanaan penarikan dan pelunasan pembiayaan.

a. Pembiayaan atas dasar transaksi satu kali (eenmalig)

b. Pembiayaan atas dasar transaksi berulang

c. Pembiayaan atas dasar plafond terikat

d. Pembiayaan atas dasar plafond terbuka

e. Pembiayaan atas dasar penurunan plafond secara berangsur-angsur (aflopend plafond).

Page 39: bab1 sejarah pembiayaan

a. Pembiayaan atas dasar transaksi satu kali (eenmalig)

Pembiayaan atas dasar transaksi satu kali (eenmalig) adalah pembiayaan jangka pendek untuk pembiayaan suatu transaksi tertentu, yang disebut juga pembiayaan sekali tarik karena penarikan pembiayaan hanya satu kali selama jangka waktu pembiayaan sehingga harus lunas dan berakhir secara otomatis pada saat transaksi selesai.

Ciri-ciri Pembiayaan atas dasar transaksi satu kali: Maksimum pembiayaan hanya dapat dicapai satu kali

saja. Setelah maksimum pembiayaan tercapai, maka baki

debet harus menurun Pembiayaan dilunasi dari hasil transaksi yang

bersangkutan (self-liquidating). Pelunasan pembiayaan dapat dilaksanakan sekaligus atau secara berangsur-angsur dalam jangka waktu berlakunya akad pembiayaan (tergantung kepada cara penerimaan pembayaran dari transaksi yang bersangkutan).

Pembiayaan hanya dapat dipergunakan satu kali saja dengan pengertian bahwa pelunasan yang telah dilakukan tidak dapat dipergunakan/ditarik kembali meskipun jangka waktu masih berlaku.

Karena sifatnya dari transaksi ini, maka perpanjangan jangka waktu pembiayaan eenmalig tidak diperkenankan.

Karena transaksi eenmalig adalah transaksi yang self-financing, maka sangat tergantung pada bonafiditas customer, sehingga kemauan dan kemampuan (bonafiditas) membayar kembali hutang harus diutamakan.

Page 40: bab1 sejarah pembiayaan

Grafik konstruksi pembiayaan eenmalig transaksi

5040302010 0

A B C

Plafond

Waktu

• Jangka waktu pembiayaan AC.• Transaksi selesai dalam jangka waktu AB, dan • Pembiayaan segera lunas.

Apabila transaksi sudah selesai (A–B), tetapi pembiayaan dalam jangka waktu (A–C) belum selesai, agar dicegah kemungkinan pembiayaan oleh customer dipergunakan untuk keperluan lain sebagai akibat tidak adanya pengawasan terhadap penggunaan pembiayaan.

Page 41: bab1 sejarah pembiayaan

Grafik pembiayaan yang tidak memberikan gambaran suatu pembiayaan transaksi eenmalig.

5040302010 0

A B C

Plafond

Waktu

Pembiayaan diselesaikan (AC) melampauiJangka waktu pembiayaan (AB) – AB realisasi transaksi

Page 42: bab1 sejarah pembiayaan

5040302010 0

A B

Plafond dicapai lebih satu kali

Page 43: bab1 sejarah pembiayaan

5040302010 0

A B

Plafond

Waktu

Setelah plafond dicapai, posisi debet masih turun naik

Page 44: bab1 sejarah pembiayaan

Ada kemungkinan bahwa satu customer akan menerima/diberikan pembiayaan transaksi eenmalig lebih dari satu jenis transaksi.

Hal ini dapat pula dibenarkan asal bank dapat mengawasi penggunaan pembiayaan setiap transaksi dengan sebaik-baiknya, serta dievaluasi secara terpisah-pisah.

Setiap jenis transaksi dibuatkan rekening tersendiri, dan di dalam Kartu Customer setiap pembiayaan transaksi harus dibuat satu kartu nasabah, hal ini jelas akan mempermudah pengawasan oleh bank.

Page 45: bab1 sejarah pembiayaan

5040302010 0

A CB D

Plafond

Waktu

OE = plafondOD = jangka waktu OA = transaksi I

AB = transaksi IICD = transaksi IIIBC = tidak ada transaksi,tidak ada sisa debet, malahan pembiayaan

a. Pembiayaan dapat dipergunakan untuk transaksi selanjutnya setelah transaksi yang pertama diselesaikan.

Page 46: bab1 sejarah pembiayaan

Secara grafik dapat kami gambarkan sebagai berikut:

5040302010 0

A D F

60Plaf. Trans. III

Plaf. Trans. IIPlaf. Trans. I

C E B

Plafond

Waktu

- Transaksi pertama jangka waktu = AB- Transaksi kedua jangka waktu = CD- Transaksi ketiga jangka waktu = EF

- Ketiganya dengan plafond yang bebeda- Jangka waktu keseluruhan = AF

Page 47: bab1 sejarah pembiayaan

Contoh pembiayaan yang dibiayai dengan transaksi satu kali:

a) Pembiayaan kepada kontraktor untuk membiayai suatu proyek berdasarkan suatu kontrak atas dasar kontrak kerja.

b) Pembiayaan untuk leveransir.c) Pembiayaan untuk ekspor untuk over bruggings

credit yang dilunasi dengan wesel provenue.d) Pembiayaan untuk impor.e) Untuk membiayai transaksi L/C dan Surat

Pembiayaan Berdokumen dalam Negeri (SKBDN)

Page 48: bab1 sejarah pembiayaan

b. Pembiayaan atas dasar transaksi berulang (revolving) Pembiayaan atas dasar transaksi berulang (revolving) adalah pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada customer untuk usaha yang merupakan suatu transaksi yang sejenis.

Ciri-ciri Pembiayaan atas dasar transaksi berulang (revolving): Maksimum pembiayaan dapat dicapai beberapa kali. Hasil Transaksi digunakan untuk melunasi atau

mengurangi baki debet (self-liquidating) Apabila transaksi berikutnya memerlukan pembiayaan,

maka pembiayaan dapat ditarik kembali, sehingga dimungkinkan terjadi beberapa kali penarikan dan beberapa kali pelunasan/penurunan baki debet dalam jangka waktu berlakunya akad pembiayaan.

Adanya beberapa debet stand tertinggi (plafond) seimbang dengan adanya transaksi/kegiatan. Tidak ada transaksi/kegiatan, tidak ada sisa debet.

Karena sifat dari revolving pembiayaan ini berulang-ulang dan terus-menerus, maka faktor manajemen perusahaan merupakan faktor penilaian utama.

Dalam konstruksi ini harus jelas cara waktu disposisi maupun pelunasannya serta jaminannya. Cash flow dari pada customer harus dibuat secara jelas.

Perpanjangan jangka waktu pembiayaan yang diperkenankan sesuai dengan syarat-syarat/ketentuan-ketentuan dan prosedur yang berlaku.

Page 49: bab1 sejarah pembiayaan

a. Pembiayaan dapat dipergunakan untuk transaksi selanjutnya setelah transaksi yang pertama diselesaikan

b. Pembiayaan dapat digunakan terus-menerus sepanjang ada transaksi walaupun trasaksi sebelumnya belum diselesaikan (simultan).

Grafik konstruksi pembiayaan

transaksi revolving

Page 50: bab1 sejarah pembiayaan

b. Pembiayaan dapat digunakan terus-menerus sepanjang ada transaksi walaupun transaksi sebelumnya belum diselesaikan (simultan).

O A B C D O’ A’ B’ C’ D’

K ML

PN

K’ M’L’

P’N.

OE = PlafondOD = Jangka waktu OC = Transaksi IAD’ = Transaksi II berlaku sebelum Transaksi I selesai

O’C’ = Transaksi III A’D’ = Transaksi IV berlaku sebelum Transaksi III selesai DO’ = Tidak ada transaksi, Tidak ada baki debet

Page 51: bab1 sejarah pembiayaan

Kurva OKLND dan O’K’L’N’D’ adalah resultante dari setiap transaksi I + II dan transaksi III + IV.

Sementara transaksi I berjalan, pada titik A mulailah berlaku transaksi II, sehingga pada saat transaksi I mulai diselesaikan mulai penarikan untuk transaksi II, sehingga BL menggambarkan posisi debet baru – BP (posisi debet transaksi I) + (posisi debet transaksi II).

Ada kemungkinan bahwa satu customer akan menerima/diberikan pembiayaan transaksi berulang lebih dari satu macam (seperti: Untuk minyak dan terigu).

Hal ini dapat pula dibenarkan asal bank dapat mengawasi penggunaan pembiayaan transaksi berulang ini dengan sebaik-baiknya.

Karena konstruksi pembiayaan berulang ini adalah lebih sulit maka setiap macam transaksi dibuat rekening tersendiri.

Page 52: bab1 sejarah pembiayaan

Contoh Pembiayaan transaksi revolving :

Pembiayaan distributor gula Pembiayaan distributor terigu Pembiayaan distributor minyak bumi Pembiayaan perdagangan umum

lainnya, yaitu untuk distribusi barang-barang konsumsi

Pembiayaan modal kerja usaha perdagangan

Pembiayaan modal kerja kegiatan industri.

Page 53: bab1 sejarah pembiayaan

c. Pembiayaan atas dasar plafond terikat

Pembiayaan atas dasar plafond terikat adalah pembiayaan yang diberikan dengan jumlah dan jangka waktu tertentu dengan tujuan untuk dipergunakan sebagai tambahan modal kerja bagi suatu unit porduksi atas dasar penilaian kapasitas produksi/kebutuhan modal kerja di mana maksimum pembiayaan yang diberikan terikat kepada kapasitas produksi normal dan atau realisasi penjualan (omzet ).

Ciri-cirinya sebagai berikut: 1) Selama jangka waktu pembiayaan masih berlaku,

customer dapat melakukan penarikan-penarikan dan penyetoran-penyetoran sehingga posisi baki debet dapat menunjukkan jumlah yang naik/turun.

2) Plafond pembiayaan dapat dicapai beberapa kali.3) Perpanjangan jangka waktu pembiayaan diperkenankan

sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku.4) Penarikan pembiayaan/izin tarik didasarkan pada target

produksi dan atau realisasi penjualan.5) Kebutuhan modal kerja jangka pendek yaitu untuk

membeli bahan baku, membayar upah dan sebagainya, yang biasanya di dalam suatu industri/produksi disebut modal kerja/working capital atau modal eksploitasi.

6) Suatu fasilitas untuk menunjang sebagian dari pada working capital/modal kerja bagi suatu usaha unit produksi/industri tersebut “Pembiayaan plafond yang terikat”.

7) Terikat karena pemberian plafond pembiayaan tersebut adalah terikat pada:

a) kapasitas produksib) realisasi penjualan

Page 54: bab1 sejarah pembiayaan

Grafik konstruksi Pembiayaan plafond terikat:

5040302010 0 BA

- plafond dapat tercapai beberapa kali.- pernah rekeningnya berbaki pembiayaan

Plafond

Waktu

Page 55: bab1 sejarah pembiayaan

Contoh pembiayaan terikat

Semua pembiayaan yang diberikan kepada sektor industri guna menunjang sebagian daripada modal kerja.

Perlu pula dikemukakan sehubungan sifat usaha adalah kontinue, maka pada pembiayaan transaksi revolving dan pembiayaan plafond terikat tidaklah mungkin diharapkan lunas dalam waktu pendek.

Oleh karena itu, kedua jenis pembiayaan ini juga disebut permanent working capital.

Page 56: bab1 sejarah pembiayaan

d. Pembiayaan atas dasar plafond terbuka Pembiayaan atas dasar plafond terbuka adalah

pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja dimana maksimum pembiayaan yang diberikan tidak terikat pada kapasitas produksi normal ataupun realisasi penjualan (omzet).

Selama jangka waktu pembiayaan masih berlaku customer dapat melaksanakan penarikan-penarikan dan penyetoran-penyetoran sehingga posisi baki debet dapat menunjukkan jumlah yang naik/turun.

Plafond pembiayaan dapat dicapai beberapa kali, mutasi rekeningnya harus aktif dan kadang-kadang berbagi pembiayaan dan cash flow dari penggunaan pembiayaan harus dibuat secara jelas.

Page 57: bab1 sejarah pembiayaan

Grafik konstruksi dari pembiayaan plafond terbuka

5040302010 0

BA C

Jangka waktu I = ABJangka waktu II = BCPlafond dapat tercapai beberapa kali

Plafond

Waktu

Page 58: bab1 sejarah pembiayaan

Contoh pembiayaan dengan plafond yang open adalah pembiayaan untuk semua jenis apoteek dan lain-lain yang sejenis.

Page 59: bab1 sejarah pembiayaan

e. Pembiayaan atas dasar Penurunan plafond secara berangsur

Pembiayaan yang diberikan kepada customer yang pelunasannya harus dilaksanakan secara berangsur sesuai dengan jadwal pelunasan yang telah disetujui/ditentukan oleh bank.

Perubahan rencana pelunasan dari jadwal yang telah ditetapkan bank, hanya dapat diajukan oleh customer dengan alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pembiayaan atas dasar aflopend plafond umumnya terdapat pada Pembiayaan Investasi. Sifat pembiayaan ini bisa juga terdapat pada Pembiayaan Modal Kerja yang telah diberikan yaitu PMK yang setelah dievaluasi kembali terdapat over finance. Yang merupakan over-finance harus dilunasi secara berangsur-angsur sesuai dengan jadwal pelunasan yang ditetapkan oleh bank.

Page 60: bab1 sejarah pembiayaan

7. Jenis Pembiayaan yang Disalurkan Menurut Bentuka. Cash Loan Cash Loan adalah pinjaman uang tunai yang diberikan

kepada customernya, sehingga dalam pemberian fasilitas cash loan ini bank telah menyediakan dana (fresh money) yang dapat digunakan oleh customer berdasarkan ketentuan yang ada dalam Akad Pembiayaannya.

b. Non Cash Loan Non Cash Loan adalah fasilitas yang diberikan kepada

customer-nya, tetapi atas fasilitas tersebut bank belum mengeluarkan uang tunai. Dalam fasilitas yang diberikan ini bank baru menyatakan kesanggupan untuk menjamin pembayaran kewajiban customer kepada pihak lain / pihak ketiga, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam surat jaminan.

Page 61: bab1 sejarah pembiayaan

8. Jenis Pembiayaan menurut Sumber Dana

a. Pembiayaan dengan dana sendirib. Pembiayaan dengan dana

bersama-sama dengan yang lain (sindikasi, konsorsium, joint financing).

c. Pembiayaan dengan dana dari luar negeri ( Offshore, Two Step Loan, Project Aid )

Page 62: bab1 sejarah pembiayaan

9. Jenis Pembiayaan Menurut Wewenang Pemutusan

Dilihat dari sudut wewenang pemutusannya, maka pembiayaan dibedakan atas:

a. wewenang kantor wilayah, b. wewenang cabang, danc. wewenang kantor pusat.

Page 63: bab1 sejarah pembiayaan

10. Jenis Pembiayaan Menurut sifat Fasilitas

a. Committed facility Committed Facility adalah suatu fasilitas yang secara

yuridis berkewajiban untuk memenuhinya sesuai dengan yang diperjanjikan, kecuali terjadi suatu peristiwa yang memberi hak untuk menarik kembali/menangguhkan fasilitas tersebut sesuai surat atau dokumen lainnya.

b. Uncommitted Facility Uncommitted Facility adalah suatu fasilitas yang secara yuridis bank tidak mempunyai kewajiban untuk memenuhinya sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Untuk fasilitas ini, dapat mengubah, membatalkan, atau menarik kembali fasilitas tersebut setiap saat tanpa persetujuan customer. Misalnya fasilitas penempatan, fasilitas cerukan, dan fasilitas perdagangan valuta saing.

Page 64: bab1 sejarah pembiayaan

11. Jenis Pembiayaan menurut Akad

a. Pembiayaan dengan akad pembiayaanPembiayaan dengan akad pembiayaan adalah pembiayaan yang disertai dengan suatu akad pembiayaan tertulis antara lembaga pembiayaan dan nasabah, yang antara lain mengatur besarnya plafond pembiayaan, suku/nisbah, jangka waktu, jaminan, cara-cara pelunasan dan sebagainya. Pembiayaan yang telah habis jangka waktunya (over-due) termasuk pula dalam kelompok ini. Pembiayaan yang diberikan dengan akad pembiayaan tersebut diperinci atas pembiayaan dalam rangka pembiayaan bersama dan pembiayaan lainnya. Pembiayaan dalam rangka pembiayaan bersama yaitu pembiayaan berdasarkan perjanjian konsorsium antara beberapa lembaga keuangan. Sedangkan pembiayaan lainnya yaitu pembiayaan dengan akad pembiayaan tidak dalam rangka pembiayaan bersama.

b. Pembiayaan tanpa akad pembiayaan Pembiayaan tanpa akad pembiayaan adalah pembiayaan yang

disertai suatu akad tertulis. Pembiayaan yang diberikan tanpa akad pembiayaan tertulis itu diperinci atas:

Page 65: bab1 sejarah pembiayaan

Penyebab terjadinya overdraft:

a) Cerukan (overdraft) karena penarikan yang terjadi karena penarikan/pembebasan simpanan giro yang melampaui saldo debet pada simpanan giro yang bersangkutan, sedangkan hal tersebut tidak ada suatu fasilitas pembiayaan berdasarkan akad pembiayaan tertulis.

b) Cerukan (overdraft) karena yang terjadi karena penarikan yang melampaui jumlah plafond pembiayaan sebagaimana tercantum dalam akad pembiayaan tertulis.

c) Cerukan (overdraft) karena pembebanan bagi hasil dan pembiayaan lainnya terhutang sehingga menyebabkan pelampauan plafond pembiayaan sebagaimana tercantum dalam akad pembiayaan tertulis.

d) Cerukan (overdraft) karena penarikan yang terjadi karena sebab lainnya yaitu pembiayaan yang diberikan tanpa akad pembiayaan tertulis yang tidak tergolong cerukan (overdraft) tersebut pada 1 dan 2 di atas, seperti pemberian pembiayaan yang hanya disertai aksep, promes atau surat berharga lainnya.

Page 66: bab1 sejarah pembiayaan

12. Jenis Pembiayaan Two Step Loan (TSL), Buyer’s Credit (Export Credit), Onshore Loan dan Offshore Loana. Two Step Loan (TSL)Two step loan adalah suatu pembiayaan yang diperoleh dari lenders (lembaga keuangan) di luar negeri. Selanjutnya dipinjamkan kepada Participating Financial Institution (PFI/bank) untuk digunakan sebagai pembiayaan berbagai proyek/perusahaan yang memenuhi syarat-syarat (eligible project) yang ditetapkan oleh lender yang bersangkutan.TSL tersebut diberikan oleh Lenders kepada pemerintah dalam bentuk valuta asing yang diteruskan kepada bank-bank peserta dalam bentuk rupiah. Risiko kurs atas pembiayaan ini sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah.Untuk setiap skim pembiayaan, baik yang telah tersedia dan yang masih dalam penjajakan, Lender menetapkan syarat-syarat tertentu bagi proyek-proyek yang dapat dibiayai, sehingga tidak semua customer Bank dapat disalurkan untuk mendapatkan pembiayaan dana TSL.

Page 67: bab1 sejarah pembiayaan

Pembatasan-pembatasan tersebut adalah: Dana hanya dapat digunakan untuk membiayai

investasi termasuk kebutuhan modal kerja (tidak dapat hanya untuk membiayai modal kerja perusahaan).

Besarnya project cost dibatasi. Harus ada keterkaitan antara proyek dan bisnis

negara pemberi pembiayaan. Analisis proyek harus dilengkapi dengan Analisis

Dampak Lingkungan (AMDAL). Untuk komponen project cost yang nilainya di

atas equivalent rupiah dari USD 1 Juta, harus secara jelas dijelaskan prosedur pembeliannya dengan disertai dokumen-dokumen yang lengkap.

Page 68: bab1 sejarah pembiayaan

Keuntungan bagi Penyelenggara dan Customer

a. Sumber dana yang murah.b. Sumber dana yang berjangka panjang.c. Dana TSL ini diakui sebagai Equity sehingga

meningkatkan Legal Lending Limit dari PFI (Participating Financial Institution).

d. Meningkatkan hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan internasional khususnya dan dunia bisnis pada umumnya.

e. Sebagai alternatif dana pengganti KLBI.

Page 69: bab1 sejarah pembiayaan

b. Buyer’s credit (Export Credit)

Buyer’s Credit/Export Credit merupakan suatu fasilitas yang diberikan kepada pengimpor (buyers) yang disediakan oleh lembaga keuangan di luar negeri untuk pembiayaan impor/pembelian barang (khususnya barang modal) yang berasal dari negara bank pemberi fasilitas di luar negeri.

Page 70: bab1 sejarah pembiayaan

c. Onshore Loan

Onshore loan adalah pemberian pembiayaan dalam valuta asing.

d. Offshore Loan

Pembiayaan luar negeri/Offshore Loan adalah: Semua pinjaman yang menimbulkan kewajiban

membayar kembali terhadap luar negeri, baik dalam valuta asing ataupun valuta rupiah.

Semua pinjaman dalam negeri yang dapat menimbulkan kewajiban membayar kembali terhadap luar negeri dalam valuta asing maupun rupiah, baik berdasarkan akad pembiayaan maupun berdasarkan pengeluaran obligasi, promes, aksep, garansi serta bentuk pinjaman dan pembayaran lainnya yang lazim digunakan, termasuk antara lain “Charter Purchase”,“Lease Purchase”, “Deferred Payment Purchase”, “Arrangement”, dan sebagainya.

Kantor luar negeri adalah semua kantor yang berada di luar negeri.

Cabang pengelola/handling branch adalah cabang-cabang di dalam negeri yang ditunjuk untuk melaksanakan pengelolaan terhadap offshore loan.

Page 71: bab1 sejarah pembiayaan

13. Jenis Pembiayaan Sindikasi Sindikasi adalah suatu

pembiayaan bersama terhadap suatu obyek pembiayaan oleh beberapa lembaga pembiayaan, baik pembiayaan jangka pendek, menengah, maupun panjang di mana risiko pembiayaan ditanggung bersama oleh lembaga pembiayaan pemberi pembiayaan.

Pembiayaan sindikasi dimaksudkan untuk:

a. Membiayai proyek-proyek besar yang sulit untuk dibiayai oleh satu lembaga pembiayaan.

b. Menyebar/membagi risiko.c. Menggalang hubungan yang

saling menguntungkan antara lembaga pembiayaan.

d. Untuk mengatasi adanya legal lending limit/BMPK.

e. Memperkenalkan peserta dalam pasar sindikasi sebagai lembaga pembiayaan yang dapat bekerja sama dalam pembiayaan sindikasi.

Page 72: bab1 sejarah pembiayaan

Jenis Pembiayaan Sindikasia. Sindikasi Murni Calon nasabah mengajukan

permohonan pembiayaannya kepada satu bank/lembaga pembiayaan.

b. Club Deal (Club Loan) Calon nasabah mengajukan

permohonan pembiayaannya kepada beberapa lembaga pembiayaan.

c. Kombinasi antara Sindikasi Murni dan Club Deal

Dalam hal ini, nasabah pembiayaan mengajukan permohonan pembiayaan kepada satu lembaga pembiayaan dan selain itu calon nasabah juga mengadakan pendekatan kepada beberapa calon peserta/anggota sindikasi.

Pihak-pihak dalam Pembiayaan Sindikasi:1.Pihak nasabah pembiayaan dapat berupa badan usaha swasta atau BUMN. 2.Pihak pemberi pinjaman terdiri dari beberapa lembaga pembiayaan.

Page 73: bab1 sejarah pembiayaan

14. Jenis Pembiayaan Konsorsium dan Joint Financing (Musyarakah)

Tujuan Pembiayaan secara konsorsium:

1. Memanfaatkan pemberian pembiayaan sesuai dengan kemampuan dana menyukseskan pembangunan ekonomi.

2. Memberikan manfaat bagi bank-bank yang turut serta dalam pembiayaan konsorsium melalui suatu pertukaran pengetahuan, pengalaman, dan informasi sehingga pemberian pembiayaan yang sehat dan aman dapat terlaksana.

3. Potensi pembiayaan akan tersalur lebih efektif.

a. KonsorsiumPembiayaan konsorsium adalah fasilitas pembiayaan yang diberikan kepada customer yang pembiayaannya dilaksanakan secara bersama.

Page 74: bab1 sejarah pembiayaan

Tujuan Joint Financing: Untuk memberi

kemungkinan pada dunia usaha di berbagai daerah memeroleh jasa-jasa, baik mengenai pembiayaan maupun jasa-jasa lainnya.

Untuk memberikan kesempatan lembaga untuk penyebaran risiko pembiayaan dengan lembaga keuangan di daerah.

b. Joint Financing (Musyarakah)Joint Financing

merupakan suatu cara pembiayaan yang

dilaksanakan secara bersama-sama.

Page 75: bab1 sejarah pembiayaan

15. Jenis Pembiayaan-Pembiayaan Kelolaan Pembiayaan Kelolaan

pada umumnya adalah pembiayaan yang bersifat channeling (penatausahaan) atas pinjaman yang diberikan.

Kemudian menunjuk suatu lembaga keuangan sebagai penata usaha pinjaman tersebut dan atas penatausahaan pinjaman ini memeroleh fee/jasa.

Karena pembiayaan kelolaan ini bersifat channeling, maka tidak ada pembatasan jumlah dan jangka waktu pembiayaan kelolaan yang akan ditatausahakan serta tidak diperlukan adanya jaminan, asuransi, dan lain-lain sebagaimana yang diatur dalam ketentuan pembiayaan pada umumnya.

Page 76: bab1 sejarah pembiayaan

1. Project AID-Mudharabah Muqqayadah Penerusan pinjaman yang disalurkan

kepada proyek sebagai penerusan pinjaman.

2. Non Project Aid (Non-PA)a. Non Project Aid – Pembiayaan

Investasi, yaitu pinjaman untuk investasi untuk pembiayaan proyek-proyek yang bersifat crash program yang dilaksanakan oleh BUMN.

b. Non Project Aid – Pembiayaan Eksploitasi, yaitu pinjaman untuk modal kerja dari pemerintah untuk pembiayaan proyek-proyek yang bersifat crash program yang dilaksanakan oleh BUMN.

Jenis Pembiayaan Pengelolaan

Page 77: bab1 sejarah pembiayaan

16. Jenis-jenis Pembiayaan Imfas, Usance L/C, Standby L/C, dan SKBDN

a. Imfas dan Usance L/C

b. Usance L/C,c. Standby L/C dand. SKBDN

Page 78: bab1 sejarah pembiayaan

a. Imfas dan Usance L/CSifat transaksi imfas dan usance L/C adalah sebagai berikut:

Imfas bersifat transaksi satu kali, artinya harus diselesaikan pada saat jatuh tempo dan tidak dapat diperpanjang.

Usance L/C bersifat transaksi satu kali dan dapat diperpanjang sepanjang ada persetujuan tertulis.

Page 79: bab1 sejarah pembiayaan

b. Stanby L/C

Standby L/C adalah jaminan khusus yang diterbitkan oleh bank atas permintaan customer untuk menjamin pihak beneficery.

Tujuan Stanby L/C adalah: 1) Untuk memperlancar transaksi

dengan customer. 2) Pemegang jaminan tidak akan

menderita kerugian bila pihak yang dijamin melalaikan kewajiban karena pemegang jaminan akan mendapat ganti rugi (pembayaran) dari bank.

3) Sebagai sarana untuk memperlancar lalu lintas barang dari jasa serta perdagangan surat-surat berharga.

Page 80: bab1 sejarah pembiayaan

c. Pembiayaan Berdokumen Dalam Negeri (SPBDN)

Surat Pembiayaan Berdokumen Dalam Negeri (SPDBN) atau sebelumnya dikenal sebagai L/C Dalam Negeri adalah L/C

yang dipergunakan untuk keperluan pembelian barang-

barang di dalam negeri (wilayah pabean Indonesia).

Page 81: bab1 sejarah pembiayaan

Tujuan SPBDN dipergunakan

untuk memperlancar transaksi perdagangan di dalam negeri. Fasilitas yang diberikan berupa penangguhan pembayaran dalam jangka waktu tertentu dalam rangka pelaksanaan transaksi perdagangan di dalam negeri yang menggunakan SPBDN.

SifatSPBDN bersifat

transaksi satu kali dan tidak dapat

diperpanjang serta L/C-nya harus Irrevocable.

Page 82: bab1 sejarah pembiayaan

H. KUALITAS PEMBIAYAANKualitas pembiayaan dibagi berdasarkan waktu pembayaran bagi hasil, pembayaran angsuran, maupun pelunasan pokok pembiayaan.

Diperinci atas:1) Pembiayaan Lancar

(pass)2) Perhatian Khusus

(spesial Mention)3) Kurang Lancar

(Substandard)4) Diragukan (Doubtful)5) Macet (Loss)

Page 83: bab1 sejarah pembiayaan

1. Pembiayaan Lancar (Pass)Kriteria pembiayaan yang lancar: a)Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan b)Memiliki mutasi rekening yang aktif; atauc)Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral)

Dengan indikator:1. Industri

Diterima/umum Permintaan cukup Profitabilitas cukup Persaingan minimal

2. Perusahaan Di atas rata-rata sektor Daya saing kuat Produk dan pasar yang baik

3. Keuangan Menguntungkan Likuid Cash flow memadai Rasio hutang rendah Dua sumber pembayaran kembali Sedikit ketergantungan terhadap foreign exchange

dan stabilitas suku bunga4. Manajemen

Memiliki kemampuan Memiliki integritas Memiliki visi strategis yang jelas Kontrol yang baik Eksternal audit yang baik

5. Viability Tidak ada risiko yang signifikan

Page 84: bab1 sejarah pembiayaan

2. Perhatian Khusus (spesial Mention)

Kriterianya: Terdapat tunggakan

angsuran pokok dan/atau bunga bagi hasil yang belum melampaui 90 hari; atau

Kadang-kadang terjadi cerukan; atau

Mutasi rekening relatif aktif; atau

Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau

Didukung oleh pinjaman baru.

Page 85: bab1 sejarah pembiayaan

Dengan indikator:1. Industri

Dipertanyakan Pendapatan menurun Kompetisi meningkat Kompetisi harga meningkat Biaya operasi meningkat Dalam real estate: tingkat hunian dan/atau daya serap

menurun2. Perusahaan

Di dalam rata-rata sektor Beberapa kelemahan dalam persaingan

3. Keuangan Keuntungan rendah Likuiditas dapat diterima Rasio utang moderat Dua sumber pembayaran kembali Aliran kas lebih rendah daripada pembayaran pokok dan

bunga pinjaman Dapat menopang perubahan kecil foreign exchange dan

suku bunga

Page 86: bab1 sejarah pembiayaan

4. Manajemen Mampu memenuhi syarat Memiliki integritas Beberapa permasalahan strategi Perbaikan dalam kontrol Komite pemilik dan manajemen Eksternal audit dapat diterima

5. Viability Kemauan melepaskan diri dari masalah Kekuatan untuk menanggulangi Pemilik dapat mendukung Modal baru dimungkinkan jika perlu Tidak terdapat masalah ketenagakerjaan yang berarti

Page 87: bab1 sejarah pembiayaan

3. Kurang Lancar (Substandard)Dengan Kriteria:a. Terdapat tunggakan angsuran

pokok dan/atau bagi hasilb. Sering terjadi cerukan; atauc. Frekuensi mutasi rekening

relatif rendah; ataud. Terjadi pelanggaran terhadap

kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; atau

e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau

f. Dokumentasi pinjaman yang lemah.

Page 88: bab1 sejarah pembiayaan

Dengan indikator:1. Industri

Bergejolak Pendapatan menurun Permintaan menurun Risiko liberalisasi Risiko bahan mentah Risiko devaluasi Regulasi harga Weak co under preasure

2. Perusahaan Di bawah rata-rata sektor Tingkat Kompetisi tinggi Aspek teknologi lemah

Page 89: bab1 sejarah pembiayaan

3. Keuangan Pendapatan rendah mendekati 0 (nol) Likuiditas rendah Rasio hutang tinggi Satu sumber pembayaran kembali Aliran kas lebih rendah daripada pembayaran pokok dan bunga

pinjaman Asset rentan terhadap perubahan kurs foreign exchange dan

bunga Meningkatnya masalah modal kerja

4. Manajemen Kepastian rendah Kurang pengalaman Integritas diragukan Tidak ada visi strategis Kontrol yang lemah Konflik kepemimpinan Eksternal audit dapat lemah

Page 90: bab1 sejarah pembiayaan

5. Viability Dukungan pemilik diragukan Memerlukan pemasaran yang baru Risiko masa depan yang potensial Terdapat masalah ketenagakerjaan Produk dan pasar tidak dapat ditingkatkan

Page 91: bab1 sejarah pembiayaan

4. Diragukan (Doubtful)Dengan Kriteria:a. Terdapat tunggakan

angsuran pokok dan/atau bunga ;

b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau

c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau

d. Terjadi kapitalisasi bunga; atau

e. Dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian pembiayaan maupun pengikatan jaminan

Page 92: bab1 sejarah pembiayaan

Dengan indikator:1. Industri

Tidak baikPendapatan 0 (nol) atau negatifKompetisi harga sangat tajamHarga menurunMemerlukan restrukturisasi operasionalHarga politis2. PerusahaanJauh di bawah rata-rata sektorTingkat kompetisi yang sangat tinggiMasalah teknologi yang parahMembutuhkan modernisasi yang mendesakKehilangan pasarMasalah produk

Page 93: bab1 sejarah pembiayaan

3. Keuangan Kerugian operasional Tidak likuid Menjual asset untuk mempertahankan usaha Aliran kas < pembayaran bunga Rasio hutang sangat tinggi Sumber pembayaran tidak cukup Meningkatnya modal kerja Menyembunyikan kerugian opersional

4. Manajemen Parah Tidak kompeten Tidak bisa bekerja sama Kontrol sangat lemah Masalah kepemilikan Tidak ada sumber permodalan baru Eksternal audit yang parah

Page 94: bab1 sejarah pembiayaan

5. Viability Masalah operasional Kelebihan tenaga kerja yang banyak Membutuhkan penghapusan hutang Restrukturisasi produk Restrukturisasi proses Pengembalian biaya tidak penuh

Page 95: bab1 sejarah pembiayaan

5. Macet (Loss)Dengan Kriteria:a. Terdapat

tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga;

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau

c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.

Page 96: bab1 sejarah pembiayaan

Dengan indikator:1. Industri

Hampir mati Struktur industri lemah Bersifat anakronis

2. Perusahaan Tidak dapat berkompetisi Ketinggalan teknologi Produk yang lemah Risiko negara Peran yang sangat terbatas Lower quartile

Page 97: bab1 sejarah pembiayaan

3. Keuangan Kerugian yang besar Penjualan asset saat merugi Masalah kas dan hutang yang parah Aliran kas < biaya produksi Tidak ada sumber pembayaran (kecuali likuidasi)

4. Manajemen Sangat parah Tidak dapat dipercaya Sangat tidak kompeten Kemungkinan terjadi fraud Tidak ada kepemimpinan

5. Viability Sangat dipertanyakan Harus dilikuidasi Harus dipecah-pecah Likuidasi pada nilai dasar Pembeli sedikit

Page 98: bab1 sejarah pembiayaan

a. Pembiayaan kepada penduduk (resident) Indonesia

Pembiayaan yang diberikan kepada penduduk Indonesia ialah pembiayaan kepada perorangan, badan-badan, lembaga-lembaga, perusahaan-perusahaan yang berdomisili di Indonesia, termasuk perwakilan-perwakilannya di luar luar negeri dan perwakilan-perwakilan Negara Republik Indonesia di luar negeri beserta anggota stafnya yang berstatus diplomatik.

b. Pembiayaan bukan penduduk (non resident) Indonesia.

Klasifikasi Berdasarkan Subjek

Hukum Penerima Pembiayaan:

I. PEMBIAYAAN MENURUT GOLONGAN NASABAH

Page 99: bab1 sejarah pembiayaan

Adanya pasar pembiayaan itu oleh karena adanya faktor-faktor supply of financing dan demand of financing.

Kepercayaan dalam menyerahkan sesuatu prestasi (uang) sering dengan prestasinya diterima kemudian hari.

Jadi obyek utama dalam pemasaran pembiayaan ialah uang dan dilakukan dengan mempergunakan “financing instrument” sehingga dengan demikian alat yang likuid ditukar dengan alat yang kurang likuid.

J. PASAR PEMBIAYAAN

Page 100: bab1 sejarah pembiayaan

Jenis Pasar Pembiayaan:

1. Pasar pembiayaan dalam perkembangan ekonomi

a. Money Market b. Capital Market 2. Bentuk Pembiayaan Dalam Pasaran

Pembiayaan a. Pembiayaan dengan agunan barang b. Pembiayaan Line Facility (Al-Tashilat) c. Pembiayaan Rekening Koran d. Pembiayaan Riembours (aqard) e. Pembiayaan Aksep f. Pembiayaan dengan agunan Efek-efek g. Pembiayaan Dokumenter

Page 101: bab1 sejarah pembiayaan

Prinsip-prinsip Pembiayaan

1) Bagi hasil atau Syirkah (Profit Sharing)

a. Musyarakah b. Al-Mudharabah c. Musaqah d. Muzaraah

2) Jual beli atau Bai’(Sale and Purchase)

3) Sewa-Menyewa (Ijarah dan IMBT)

K. PRINSIP-PRINSIP PEMBIAYAAN

Page 102: bab1 sejarah pembiayaan

K. PRINSIP-PRINSIP PEMBIAYAANa. Bagi hasil atau Syirkah (Profit Sharing) Fasilitas pembiayaan yang disediakan di sini berupa uang tunai atau barang yang dinilai dengan uang. Jika dilihat dari sisi jumlah, dapat menyediakan sampai dengan 100% dari modal yang diperlukan, ataupun dapat pula hanya sebagian saja berupa patungan antara bank dan pengusaha (customer).

Jika dilihat dari sisi bagi hasilnya, ada dua jenis bagi hasil (tergantung kesepakatan), yaitu revenue sharing atau profit sharing.

Sedangkan dalam hal presentase bagi hasilnya dikenal dengan nisbah, yang dapat disepakati dengan customer yang mendapat fasilitas pembiayaan pada saat akad pembiayaan.

Page 103: bab1 sejarah pembiayaan

a. Musyarakah (Partnership, Project Financing Participation)

Karakteristik dari transaksi ini dilandaskam karena adanya keinginan dari para pihak (dua pihak atau lebih) melakukan kerjasama untuk suatu usaha tertentu, di mana setiap pihak menyertakan dan menyetorkan modalnya (baik intanjible asset maupun tanjible asset) dengan pembagian keuntungan di kemudian hari sesuai kesepakatan.

Kepersertaan setiap pihak yang melakukan kerja sama dapat berupa dana (funding), keahlian (skill); kepemilikan (property); peralatan (equipment); barang perdagangan (trading assets) atau intajible asset seperti good will atau hak paten, reputasi/nama baik, kepercayaan serta barang-barang lain yang dapat dinilai dengan uang.

Lembaga keuangan menyediakan fasilitas pembiayaan dengan cara menyuntikkan modal berupa dana segar agar usaha customer dapat berkembang ke arah yang lebih baik.

Page 104: bab1 sejarah pembiayaan

DASAR HUKUM AL-MUSYARAKAH

Landasan dari al-musyarakah adalah seperti tertera dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, yaitu:...maka mereka berserikat pada sepertiga..... (QS Al-Nisaa’ (4: 12).”Dan, sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.” Shaad (38: 24).HR Abu Dawud no. 2936, dalam kitab al-Buyu, dan Hakim, yang artinya:

”Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam bersabda, ” Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, ” Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak menghianati lainnya.”

Page 105: bab1 sejarah pembiayaan

HAL-HAL PENTING DALAM PEMBIAYAAN AL-MUSYARAKAHa. Semua modal (intajible dan tajible asset) disatukan

sebagai modal usaha dan dikelola bersama. Setiap pemilik modal mempunyai hak turut serta (sesuai dengan porsinya) dalam menetapkan kebijakan usaya yang dijalankan oleh pengelola proyek (customer).

b. Adanya transparansi dan diketahui para pihak terhadap biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek serta jangka waktu proyek.

c. Keuntungan usaha dibagi sesuai kesepakatan, sedangan kemungkinan rugi dibagi sesuai dengan porsi modal masing-masing.

d. Setelah pekerjaan (proyek) selesai, modal dikembalikan pada masing-masing pihak beserta sejumlah bagi hasil.

e. Akad hendaknya dibuat selengkap mungkin, sehingga menghindarkan risiko yang tidak diinginkan di kemudian hari.

Page 106: bab1 sejarah pembiayaan

Manfaat Pembiayaan dengan Akad Al-Musyarakah

a. Lembaga keuangan akan memeroleh keuntungan berupa peningkatan dalam jumlah tertentu saat keuntungan usaha customer meningkat.

b. Pengembalian pokok pinjaman disesuaikan dengan cash flow usaha customer, sehingga tidak memberatkan customer.

c. Lembaga keuangan lebih selektif dan hati-hati (prudent) dalam mencari jenis usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan, karena hanya keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi yang akan dibagikan.

d. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah/musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap (yang dianut bank konvensional) di mana akan menagih penerima pembiayaan (customer) untuk suatu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan customer, bahkan sekalipun customer menderita rugi akibat krisis moneter yang dijual kemampuan bank untuk menolaknya.

Page 107: bab1 sejarah pembiayaan

Gambar: Transaksi al-Musyarakah

Lembaga PembiayaanPEMILIK DANA

CUSTOMERPEMILIK DANA DAN PENGELOLA USAHA

USAHA

Negosiasi dan Akad

Bagi Hasil Dana Bagi Hasil

Page 108: bab1 sejarah pembiayaan

DASAR HUKUM Landasan hukum dari al-Mudharabah ini lebih mencerminkan agar setiap ummat

dianjurkan untuk melakukan usaha, seperti tertera dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis, yaitu:

1. Surah al-Muzzammil: 20 “...dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah

Shubhannahu Wa Ta’alaa.........” (QS al-Muzzammil (73: 20). 2. Surah al-Jumu’ah 10: Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaran engkau di muka bumi dan carilah

karunia Allah Shubhannahu Wa Ta’alaa… (QS al-Jumu’ah [62]: 10).

3. Al-Hadis a. HR Thabrani, yang artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika

memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa salam dan Rasulullah pun membolehkannya.

b. HR Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah, yang artinya: dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.

Page 109: bab1 sejarah pembiayaan

b. Aplikasi Pembiayaan Al MudharabahPembiayaan, al-Mudharabah umumnya

diterapkan untuk: Pembiayaan modal kerja, seperti modal

kerja perdagangan dan jasa Investasi khusus, yang disebut juga

dengan mudharabah muqayyadah, di mana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah diterapkan oleh lembaga keuangan sebagai penyandang dana.

Page 110: bab1 sejarah pembiayaan

Hal-hal Penting Pada Pembiayaan Mudharabah

Hal-hal yang perlu diperhatikan pembiayaan mudharabah, agar semua bertanggung jawab dengan keputusannya masing-masing, antara lain yaitu:

Setiap penyerahan modal kepada pengelola harus jelas syarat dan waktunya.

Hasil usaha dibagi sesuai dengan kesepakatan yang tertera dalam akad.

Lembaga keuangan selaku pemilik dana berhak melakukan pengawasan, akan tetapi tidak ikut campur dalam usaha customer.

Hasil yang diperoleh dari pengelolaan modal dapat menggunakan perhitungan, seperti berikut ini: Berdasarkan perhitungan pada revenue sharing Berdasarkan perhitungan pada profit sharing

Page 111: bab1 sejarah pembiayaan

KEUNTUNGAN MELAKUKAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH

a. Lembaga keuangan akan memeroleh peningkatan bagian hasil, tatkala keuntungan usaha customer meningkat

b. Pengembalian pokok pinjaman diselaraskan dengan cash flow usaha customer sehingga tidak mengganggu bisnis customer

c. Lembaga keuangan lebih selektif dan hati-hati dalam mencari jenis usaha dan customer yang benar-benar halal, aman, menguntungkan, karena hasil keuntungan itulah yang akan dibagikan

d. Prinsip bagi hasil ini berbeda dengan prinsip bunga yang diterapkan dalam bank konvesional (Fixed Rate), di mana bank akan menagih customer untuk suatu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan customer, sekalipun customer menderita rugi akibat terjadi krisis ekonomi.

e. Kemungkinan risiko dalam al-mudharabah, antara lain yaitu:1) Penyalahgunaan dana yang diperoleh customer untuk keperluan/tujuan lain yang menimpang

dari kesepakatan semula2) Customer melakukan kesalahan yang disengaja, atau kelalaian yang tidak disengaja3) Customer yang tidak jujur menyampaikan perkembangan bisnis/usaha perusahaan

Page 112: bab1 sejarah pembiayaan

Gambar: Pembiayaan al-Mudharabah

Lembaga Pembiayaan

Pemilik ModalMODAL 100%

CUSTOMERPengelola Modal

KEAHLIAN

BAGI HASIL

NISBAH%

NISBAH%

Dana

Page 113: bab1 sejarah pembiayaan

c. Al-Muzara’ah (Harvest Yield Profit Sharing)

Diartikan sebagai kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertenti (persentase) dari hasil panen.

Sering pula al-muzara’ah diartikan sama dengan mukabarah, namun di antaranya terdapat juga perbedaan, yaitu:

Muzara’ah, benih dari pemilik lahan pertanian Murabarah, benih dari penggarap lahan pertanian

Page 114: bab1 sejarah pembiayaan

Dasar Hukum Al Muzaraah Dalam Hadist: Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah

shalallahu alaihi wa salam pernah memberikan tanah Khaibar kepada penduduknya (ketika itu mereka masih yahudi) untuk digarap dengan imbalan pembagian hasil buah-buahan dan tanaman.

Selanjutnya diriwayatkan oleh Bukhari dari Jabir yang menyatakan bahwa bangsa Arab senantiasa mengolah tanahnya secara muzara’ah dengan rasio bagi hasil antara lain: ¼:¾, ½:½; 1/3:2/3; maka Rasulullah pun bersabda, “Hendaklah menanami atau menyerahkannya untuk digarap. Barangsiapa tidak melakukan salah satu dari keduanya, tahanlah tanahnya.”

Page 115: bab1 sejarah pembiayaan

Gambar: Transaksi al-Muzara’ah

PENGGARAP LAHAN

PEMILIK LAHAN

LAHAN GARAPAN

HASIL GARAPAN

LahanBibitPupuk

KeahlianSDMWaktu

PERJANJIAN BAGI HASIL

Page 116: bab1 sejarah pembiayaan

d. Al-Musaqah (Plantation Management Fee Based on Certain Portion of Yield)

Al- Musaqah ini sebagai bentuk yang lebih sederhana dari al-muzara’ah di mana penggarap tanah hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dan sebagai kompensasi atau imbalannya, penggarap memperoleh nisbah tertentu dari hasil panen. Landasan syariah dari al-musyarakah adalah seperti terdapat dalam Al-Hadits, yaitu:

Ibnu Umar berkata bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam pernah memberikan tanah dan tanaman kurma di Khaibar kepada Yahudi Khaibar untuk dipelihara dengan mempergunakan peraturan dan dana mereka dan sebagai kompensasi atau imbalannya mereka memperoleh persentase tertentu dari hasil panen.

Page 117: bab1 sejarah pembiayaan

2. Jual beli atau Bai’(Sale and Purchase)

Prinsip ini dilaksanakan karena adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda. Tingkat keuntungan bank ditetapkan di muka dan menjadi bagian atas harga barang yang diperjualbelikan. Bentuk pembiayaan ini adalah:

Bai’ Al-Murabahah atau Beli Angsur (al-bai’ bi tsaman ajil) atau diartikan pula dengan keuntungan (Deferred Payment Sale).

Dilihat dari asal kata ‘ribhu’ (keuntungan), merupakan transaksi jual beli di mana lembaga pembiayaan menyebutkan jumlah keuntungan tertentu. Di sini bank bertindak sebagai penjual, dan dilain pihak customer sebagai pembeli, sehigga harga beli dari supplier atau produsen atau pemasok ditambah dengan keuntungan lembaga pembiayaan sebelum dijual kepada customer.

Untuk terjadi transaksi, perlu ada kesepakatan harga jual, syarat-syarat pembayaran antara bank dan pembeli. Harga jual dicantumkan dalam akad, sehingga tidak dapat diubah oleh setiap pihak sampai masa akad berakhir. Barang diserahkan setelah akad dilakukan, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh atau mencicil (bi tsaman ajil) atau muajjal). Bai’ Al-Murabahah ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan customer terhadap barang tertentu karena tidak memiliki uang dalam jumlah besar atau karena tidak ingin dibeli secara tunai. Di sini penjual berkewajiban memberitahu harga pokok barang yang dibeli dan menentukan tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Dengan sistem ini, customer dapat memenuhi kebutuhannya terhadap barang tertentu sesuai kebutuhan. Praktiknya, bank membelikan barang yang dibutuhkan customer, selanjutnya lembaga keuangan menjual kepada customer dengan harga tertentu sesuai dengan kesepakatan, dan di sini bank mengambil inisiatif untuk menetapkan harga jual. Antara customer dan lembaga keuangan akan terjadi proses tawar-menawar mengenai harga jual serta cara pembayarannya.

Page 118: bab1 sejarah pembiayaan

Dasar Hukum Landasan syariah Jual Beli adalah seperti

terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis, yaitu:1. Al-Qur’an, surah al-Baqarah (2: 275) “... Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba...” (QS al-Baqarah [2]: 275)2. Hadis riwayat Ibnu Majah, dari Suhaib al-Rumi

r.a. bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.”

Page 119: bab1 sejarah pembiayaan

Syarat Dalam Bai’ Al-Murabahah

Hanya untuk barang atau produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh

penjual pada waktu negosiasi terjadi atau ketika melakukan kontrak.

Page 120: bab1 sejarah pembiayaan

Gambar: Transaksi Bai’ al-Murabahah

Lembaga Pembiayaan

CUSTOMERSUPLIER

Kirim barang

BayarKirim Dokumen

Pemesanan Barang Konsumen dan bayar

Negoisasi Pesanan dengan Kriteria

Page 121: bab1 sejarah pembiayaan

d. Bai’ Al-Istishna (Purchase by Order or Manufacture)

Bai’ Al-Istishna; ini jenis transaksi yang merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan produsen atau supplier. Dalam kontrak ini, produsen menerima pesanan dari pembeli. Produsen berusaha, melalui orang lain, membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati (sejak awal) dan menjualnya kembali kepada pembeli akhir.

Selanjutnya kedua belak pihak sepakat atas harga serta sistem pembayaran (pembayaran di muka, secara mencicil atau ditangguhkan sampai waktu tertentu pada waktu yang akan datang).

Transaksi ini relatif hampir serupa dengan bai’ al-salam, lembaga keuangan juga berperan sebagai pembeli.

Akan tetapi, akad ini lebih cocok untuk produk manufaktur yang dipesan secara khusus seperti gedung, rumah, perlengkapan kantor dan lain-lain. Praktik untuk model ini, lembaga keuangan memesan kepada kontraktor untuk dibuatkan produk tertentu sesuai dengan yang dikehendaki customer dan setelah produk tersebut jadi, lembaga keuangan menjual kembali pada customer yang membutuhkan dan lembaga keuangan akan membayar kontraktor sebagian pada awal pembuatan dan sebagian lagi dibayar secara bertahap sesuai dengan tingkat penyelesaian pekerjaan.

Page 122: bab1 sejarah pembiayaan

Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf:“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum Muslimin, kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum Muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

Hadis Nabi: “Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain.” (HR Ibnu Majah, Daraquthni, dan yang lain dari Abu Sa’id al-Khudri)

Menurut mazhab Hanafi, istishna’ hukumnya boleh (jawaz) karena hal itu telah dilakukan oleh masyrakat Muslim sejak masa awal tanpa ada pihak (ulama) yang mengingkarinya.

Page 123: bab1 sejarah pembiayaan

3. Sewa-Menyewa (Ijarah dan IMBT) Ijarah adalah akad untuk memanfaatkan jasa, baik jasa atas

barang atau jasa atas tenaga kerja. Bila digunakan untuk mendapatkan manfaat barang, maka

disebut sewa-menyewa. Bila untuk mendapatkan manfaat tenaga kerja, disebut upah-

mengupah. Sedangkan ju’alah adalah akad ijarah yang pembayarannya

didasarkan atas kinerja objek yang disewa. Pada ijarah, tidak terjadi perpindahan kepemilikan objek ijarah.

Objek ijarah tetap menjadi milik yang menyewakan. Namun dalam perkembangannya, untuk ijarah, peminjam

(customer) dimungkinkan untuk memiliki objek ijarah pada akhir periode peminjaman.

Dengan demikian, ijarah membuka peluang kemungkinan perpindahan kepemilikan atas objek ijarah. Ini yang disebut sebagai Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT).

Page 124: bab1 sejarah pembiayaan

“...Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Baqarah [2]: 233).

Hadis riwayat Abdurrazzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri, Nabi s.a.w bersabda, “Barangsiapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.”

Hadis riwayat Abu Daud dari Sa’ad bin Abu Waqqash, ia berkata, “Kami pernah menyewakan tanah dengan (bayaran) hasil pertaniannya; maka, Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau perak.”

Page 125: bab1 sejarah pembiayaan

CUSTOMER Lembaga Pembiayaan

Gambar: Transaksi Ijarah

Menyewakan Jasa

Bayar Cicilan