baB1 -bAB 3

52
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara kedua terkaya di dunia dalam hal keanekaragaman hayati. Terdapat sekitar 30.000 jenis (spesies) yang telah diidentifikasi dan 950 spesies diantaranya diketahui memiliki fungsi biofarmaka yaitu tumbuhan, hewan, maupun mikroba yang memiliki potensi sebagai obat, makanan kesehatan, nutraceuticals, baik untuk manusia, hewan maupun tanaman. Dengan kekayaan tersebut Indonesia berpeluang besar untuk menjadi salah satu negara terbesar dalam industri obat tradisional dan kosmetika alami berbahan baku tumbuh-tumbuhan yang peluang pasarnya pun cukup besar. Sebagai salah satu alternatif pengembangan biofarmaka, fitofarmaka atau lebih dikenal dengan tanaman obat, sangat berpotensi dalam pengembangan industri obat tradisional dan kosmetika Indonesia. Selama ini, industri tersebut berkembang dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang diperoleh dari hutan alam dan sangat sedikit yang telah dibudidayakan petani. Bila adapun, teknik budidaya dan pengolahan bahan baku belum menerapkan persyaratan bahan baku yang diinginkan industri, yaitu bebas bahan kimia dan tidak terkontaminasi jamur ataupun kotoran lainnya. 1

description

tugas

Transcript of baB1 -bAB 3

Page 1: baB1 -bAB 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan Negara kedua terkaya di dunia dalam hal

keanekaragaman hayati. Terdapat sekitar 30.000 jenis (spesies) yang telah

diidentifikasi dan 950 spesies diantaranya diketahui memiliki fungsi biofarmaka

yaitu tumbuhan, hewan, maupun mikroba yang memiliki potensi sebagai obat,

makanan kesehatan, nutraceuticals, baik untuk manusia, hewan maupun tanaman.

Dengan kekayaan tersebut Indonesia berpeluang besar untuk menjadi salah satu

negara terbesar dalam industri obat tradisional dan kosmetika alami berbahan

baku tumbuh-tumbuhan yang peluang pasarnya pun cukup besar. Sebagai salah

satu alternatif pengembangan biofarmaka, fitofarmaka atau lebih dikenal dengan

tanaman obat, sangat berpotensi dalam pengembangan industri obat tradisional

dan kosmetika Indonesia. Selama ini, industri tersebut berkembang dengan

memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang diperoleh dari hutan alam dan sangat

sedikit yang telah dibudidayakan petani. Bila adapun, teknik budidaya dan

pengolahan bahan baku belum menerapkan persyaratan bahan baku yang

diinginkan industri, yaitu bebas bahan kimia dan tidak terkontaminasi jamur

ataupun kotoran lainnya.

Dalam memacu pengembangan agribisnis berbasis fitofarmaka di tingkat

petani, sangatlah penting peningkatan kemampuan petani dalam hal budidaya

tanaman obat. Di samping hal budidaya, segi pasca panen dan pemasaran juga

perlu ditingkatkan dalam upaya memacu pengembangan industri obat tradisional

dan kosmetika Indonesia. Obat bahan alam yang semula banyak dimanfaatkan

oleh negara-negara di Asia, Amerika Selatan dan Afrika, sekarang meluas sampai

ke negara-negara maju di Australia dan Amerika Utara.  Awalnya obat bahan

alami digunakan sebagai tradisi turun-temurun. Dengan semakin majunya ilmu

pengetahuan dan berkembangnya teknologi, baik produksi maupun informasi, uji

praklinik dan klinik dilakukan untuk memperoleh keyakinan khasiat obat bahan

alam.

1

Page 2: baB1 -bAB 3

Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang

jenis dan sifat kandungannya sangat beragam sehingga untuk menjamin mutu obat

tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih memperhatikan

proses produksi dan penanganan bahan baku.

Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh

aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk

menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu

yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu produk

tergantung dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan,

peralatan dan personalia yang menangani. Penerapan CPOTB merupakan

persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan sistem jaminan mutu yang diakui

dunia internasional. Untuk itu sistem mutu hendaklah dibangun, dimantapkan dan

diterapkan sehingga kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat

dicapai. Dengan demikian penerapan CPOTB merupakan nilai tambah bagi

produk obat tradisional Indonesia agar dapat bersaing dengan produk sejenis dari

negara lain baik di pasar dalam negeri maupun internasional. Mengingat

pentingnya penerapan CPOTB maka pemerintah secara terus menerus

memfasilitasi industri obat tradisional baik skala besar maupun kecil untuk dapat

menerapkan CPOTB melalui langkah-langkah dan pentahapan yang terprogram.

Dengan adanya perkembangan jenis produk obat bahan alam tidak hanya dalam

bentuk Obat Tradisional (Jamu), tetapi juga dalam bentuk Obat Herbal Terstandar

dan Fitofarmaka, maka Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik ini

dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Herbal Terstandar

dan Fitofarmaka.

Sediaan semi solid meliputi satu kelompok produk yang diaplikasikan

pada kulit atau pada membran mukosa. Terdapat beberapa sediaan yang termasuk

semi solid diantarany asalep, krim, gel dan pasta. Sediaan salep banyak di pakai

dalam pengobatan dan kosmetika begitu pula dengan krimdan pasta.

Selain sediaan salep, krim dan pasta, sediaan gel juga mulai banyak

digunakan pada produk obat-obatan dan kosmetika, Karna penampilan sediaan

yang jernih dan tembus pandang sehingga tampak elegan dan juga mudah dicuci

2

Page 3: baB1 -bAB 3

dengan air. Untuk membuat gel yang bagus pasti ada yang namanya bahan

tambahan, bahan tambahan digunakan sebagai bahan penolong dan bersifat inert .

Fungsi dari bahan tambahan pada sediaan gel berbeda-beda ada yang sebagai

gelling agent (pendispersi /basis gel), pelembut gel (polietilen), pengawet dan lain

- lain.

Salah satu dari zat tambahan yang penting adalah basis gel atau gelling

agent fungsi dari basis gel adalah untuk mendispersikan zat-zat atau partikel-

partikel yang tidak terdispersi dalam sistem gel. Banyak sekali jenis-jenis basis

gel atau gelling agent yang bias dipakai sebagai basis ada yang golongan alam,

derivat selulosa, dan golongan polimer sintesis. Karakteristik dari setiap basis gel

berbeda-beda, oleh karna itu untuk membuat sediaan gel yang bagus sebelum

dibuat sediaan perlu adanya pemilihan basis gel yang cocok dan sesuai dengan zat

aktif. Dalam makalah ini akan di bahas tentang komponen dan karakteristik dari

jenis-jenis basis gel.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian salep dan krim

2. Cairan, salep dan krim menurut CPOB tahun 2006

3. Syarat-syarat sediaan salep dan krim

4. Aspek-aspek standarisasi salep dan krim

1.3 TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui pengertian dari salep dan krim

2. Untuk mengetahui krim dan salep menurut CPOB tahun 2006

3. Untuk mengetahui syarat-syarat dari sediaan salep dan krim

4. Untuk mengetahui dari aspek-aspek standarisasi salep dan krim

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan formula bentuk sediaan yang

lebih praktis pemakaiannya, yaitu bentuk sediaan jadi dari bahan alam yaitu krim

dan salep.

3

Page 4: baB1 -bAB 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Salep

Salep merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical

pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa

dibagi dalam 4 kelompok; dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap,

dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap

salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut (Farmakofe Indonesia

edisi IV).

2.2 Pengertian Krim

Krim merupakan bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini

secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang

mempunyai konsistensi relative cair diformulasi sebagai emulsi air dalam

minyak atau minyak didalam air (Farmakofe Indonesia edisi IV).

2.3 Standarisasi Cairan, Krim dan Salep

Menurut CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) tahun 2006 untuk cairan,

krim dan salep adalah sebagai berikut:

Produk cairan, krim dan salep hendaklah diproduksi sedemikian rupa agar

terlindung dari pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Penggunaan sistem

tertutup untuk produksi dan transfer sangat dianjurkan. Area produksi di mana

produk atau wadah bersih tanpa tutup terpapar ke lingkungan hendaklah diberi

ventilasi yang efektif dengan udara yang disaring.

Tangki, wadah, pipa dan pompa yang digunakan hendaklah didesain dan

dipasang sedemikian rupa sehingga memudahkan pembersihan dan bila perlu

disanitasi. Dalam mendesain peralatan hendaklah diperhatikan agar sesedikit

4

Page 5: baB1 -bAB 3

mungkin adanya sambungan mati (dead- legs) atau ceruk dimana residu dapat

terkumpul dan menyebabkan perkembangbiakan mikroba.

Penggunaan peralatan dari kaca sedapat mungkin dihindarkan. Baja tahan

karat bermutu tinggi merupakan bahan pilihan untuk bagian peralatan yang

bersentuhan dengan produk. Kualitas kimia dan mikrobiologi air yang digunakan

hendaklah ditetapkan dan selalu dipantau. Pemeliharaan sistem air hendaklah

diperhatikan untuk menghindari perkembangbiakan mikroba. Sanitasi secara

kimiawi pada sistem air hendaklah diikuti pembilasan yang prosedurnya telah

divalidasi agar sisa bahan sanitasi dapat dihilangkan secara efektif.

Perhatian hendaklah diberikan pada transfer bahan melalui pipa untuk

memastikan bahan tersebut ditransfer ke tujuan yang benar. Apabila jaringan pipa

digunakan untuk mengalirkan bahan awal atau produk ruahan, hendaklah

diperhatikan agar sistem tersebut mudah dibersihkan. Jaringan pipa hendaklah

didesain dan dipasang sedemikian rupa sehingga mudah dibongkar dan

dibersihkan.

Ketelitian sistem pengukur hendaklah diverifikasi. Tongkat pengukur hanya

boleh digunakan untuk bejana tertentu dan telah dikalibrasi untuk bejana yang

bersangkutan. Tongkat pengukur hendaklah terbuat dari bahan yang tidak

bereaksi dan tidak menyerap (misal: bukan kayu). Perhatian hendaklah diberikan

untuk mempertahankan homogenitas cam- puran, suspensi danproduk lainselama

pengisian. Proses pencampuran dan pengisian hendaklah divalidasi. Perhatian

khusus hendaklah diberikan pada awal pengisian, sesudah penghentian dan pada

akhir proses pengisian untuk memastikan produk selalu dalam keadaan

homogen.

Apabila produk ruahan tidak langsung dikemas hendaklah dibuat ketetapan

mengenai waktu paling lama produk ruahan boleh disimpan serta kondisi

penyimpanannya dan ketetapan ini hendaklah dipatuhi.

a. Bahan Pengemas

Pengadaan, penanganandan pengawasan bahan pengemas primer dan bahan

pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama

5

Page 6: baB1 -bAB 3

seperti terhadap bahan awal. Perhatian khusus hendaklah diberikan kepada

bahan cetak. Bahan cetak tersebut hendaklah disimpan dengan kondisi keamanan

yang memadai dan orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Label lepas

dan bahan cetak lepas lain hendaklah disimpan dan diangkut dalam wadah

tertutup untuk menghindarkan campur baur. Bahan pengemas hendaklah

diserahkan kepada orang yang berhak sesuai prosedur tertulis yang disetujui.

Tiap penerimaan atau tiap bets bahan pengemas primer hendaklah diberi

nomor yang spesifik atau penandaan yang menunjukkan identitasnya. Bahan

pengemas primer, bahan pengemas cetak atau bahan cetak lain yang tidak

berlaku lagi atau obsolet hendaklah dimusnahkan dan pemusnahannya dicatat.

Untuk menghindari campur baur, hanya satu jenis bahan pengemas cetak atau

bahan cetak tertentu saja yang diperbolehkan diletakkan di tempat kodifikasi pada

saat yang sama. Hendaklah ada sekat pemisah yang memadai antar tempat

kodifikasi tersebut.

b. Kegiatan Pengemasan

Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan

menjadi produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah

pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk

akhir yang dikemas.

Hendaklah ada prosedur tertulis yang menguraikan penerimaan dan

identifikasi produk ruahan dan bahan pengemas, pengawasan untuk menjamin

bahwa produk ruahan dan bahan pengemas cetak dan bukan cetak serta

bahan cetak lain yang akan dipakai adalah benar, pengawasan selama proses

pengemasan rekonsiliasi terhadap produk ruahan, bahan pengemas cetak dan

bahan cetak lain, serta pemeriksaan hasil akhir pengemasan. Semua kegiatan

pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan

menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam Prosedur Pengemasan

Induk. Rincian pelaksanaan pengemasan hendaklah dicatat dalam Catatan

Pengemasan Bets.

Sebelum kegiatan pengemasan dimulai, hendaklah dilakukan pemeriksaan

6

Page 7: baB1 -bAB 3

untuk memastikan bahwa area kerja dan peralatan telah bersih serta bebas dari

produk lain, sisa produk lain atau dokumen lain yang tidak diperlukan untuk

kegiatan pengemasan yang bersangkutan.

Semua penerimaan produk ruahan, bahan pengemas dan bahan cetak lain

hendaklah diperiksa dan diverifikasi kebenarannya terhadap Prosedur

Pengemasan Induk atau perintah pengemasan khusus.

c. Pra-kodifikasi BahanPengemas

Label, karton dan bahan pengemas dan bahan cetak lain yang memerlukan

pra- kodifikasi dengan nomor bets/lot, tanggal daluwarsa dan informasi lain

sesuai dengan perintah pengemasan hendaklah diawasi dengan ketat pada tiap

tahap proses, sejak diterima dari gudang sampai menjadi bagian dari produk atau

dimusnahkan.

Bahan pengemas dan bahan cetak lain yang sudah dialokasikan untuk pra-

kodifikasi hendaklah disimpan di dalam wadah yang tertutup rapatdan

ditempatkan di area terpisah serta terjamin keamanannya. Prosespra-kodifikasi

bahan pengemas dan bahan cetak lain hendaklah dilakukan diarea yang terpisah

dari kegiatan pengemasan lainnya. Seluruh bahan pengemas dan bahan cetak

lain yang telah diberi pra- kodifikasi hendaklah diperiksa sebelum ditransfer

ke area pengemasan.

d. Praktik Pengemasan

Risiko kesalahan terjadi dalam pengemasan dapat diperkecil dengan

kodifikasi dengan nomor bets/lot, tanggal daluwarsa dan informasi lain sesuai

dengan perintah pengemasan hendaklah diawasi dengan ketat pada tiap tahap

proses, sejak diterima dari gudang sampai menjadi bagian dari produk atau

dimusnahkan.

Bahan pengemas dan bahan cetak lain yang sudah dialokasikan untuk pra

kodifikasi hendaklah disimpan di dalam wadah yang tertutup rapat dan

ditempatkan di area terpisah serta terjamin keamanannya.

7

Page 8: baB1 -bAB 3

Proses pra-kodifikas ibahan pengemas dan bahan cetak lain hendaklah

dilakukan diarea yang terpisah dari kegiatan pengemasan lainnya. Seluruh bahan

pengemas dan bahan cetak lain yang telah diberi pra- kodifikasi hendaklah

diperiksa sebelum ditransfer ke area pengemasan.

e. Kesiapan Jalur

Segera sebelum menempatkan bahan pengemas dan bahan cetak lain pada

jalur pengemasan, personil penanggung jawab yang ditunjuk dari bagian

pengemasan hendaklah melakukan pemeriksaan kesiapan jalur sesuai dengan

prosedur tertulis yang disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian

Mutu), untuk:

1. memastikan bahwa semua bahan dan produk yang sudah dikemas dari

kegiatan pengemasan sebelumnya telah benar disingkirkan dari jalur

pengemasan dan area sekitarnya;

2. memeriksa kebersihan jalur dan area sekitarnya;

3. memastikan kebersihan peralatan yang akan dipakai.

f. Praktik Pengemasan

Risiko kesalahan terjadi dalam pengemasan dapat diperkecil dengan cara

sebagai berikut:

1. menggunakan label dalam gulungan;

2. pemberian penandaan bets pada jalurpemasangan label;

3. dengan menggunaan alat pemindai dan penghitung label elektronis;

4. label dan bahan cetak lain didesain sedemikian rupa sehingga masing-masing

mempunyai tanda khusus untuk tiap produk yang berbeda;

5. disamping pemeriksaan secara visual selama pengemasan berlangsung,

hendaklah dilakukan pula pemeriksaan secara independe oleh bagian

Pengawasan Mutu selama dan pada akhir proses pengemasan.

Produk yang penampilannya mirip hendaklah tidak dikemas pada jalur

yang berdampingan kecuali ada pemisahan secara fisik. Pada tiap jalur

8

Page 9: baB1 -bAB 3

pengemasan nama dan nomorbets produk yang sedang dikemas hendaklah dapat

terlihat dengan jelas.

Wadah yang dipakai untuk menyimpan produk ruahan, produk yang baru

sebagian dikemas, atau sub-bets hendaklah diberi label atau penandaan yang

menunjukkan identitas, jumlah, nomor betsdan status produk tersebut. Wadah

yang akan diisi hendaklah diserahkan ke jalur atau tempat pengemasan dalam

keadaan bersih.

Semua personil bagian pengemasan hendaklah memperoleh pelatihan agar

memahami persyaratan pengawasan selama prosesdan melaporkan tiap

penyimpangan yang ditemukan pada saat mereka menjalankan tanggung jawab

spesifik tersebut.

Area pengemasan hendaklah dibersihkan secara teratur dan sering selama jam

kerja dan tiap ada tumpahan bahan. Personil kebersihan hendaklah diberi

pelatihan untuk tidak melakukan praktik yang dapat menyebabkan campur baur

atau pencemaran silang.

Bila ditemukan bahan pengemas cetak pada saat pembersihan hendaklah

diberikan kepada supervisor, yang selanjutnya ditempatkan di dalam wadah yang

disediakan untuk keperluan rekonsiliasi dan kemudian dimusnahkan pada akhir

proses pengemasan.

Kemasan akhir dan kemasan setengah jadi yang ditemukan diluar jalur

pengemasan hendaklah diserahkan kepada supervisor dan tidak boleh langsung

dikembalikan kejalur pengemasan. Bila produk tersebut setelah diperiksa oleh

supervisor ternyata identitasnya sama denganbets yang sedang dikemas dan

keadaannya baik, maka supervisor dapat mengembalikannya ke jalur pengemasan

yang sedang berjalan. Kalau tidak, maka bahan tersebut hendaklah dimusnahkan

dan jumlahnya dicatat.

Produk yang telah diisikan ke dalam wadah akhir tetapi belum diberi label

hendaklah dipisahkan dan diberi penandaan untuk menghindari campur baur.

Bagian peralatan pengemas yang biasanya tidak bersentuhan dengan produk

ruahan tapi dapat menjadi tempat penumpukan debu, serpihan, bahan

pengemas ataupun produk yang kemudian dapat jatuh ke dalam produk atau

9

Page 10: baB1 -bAB 3

mencemari atau dapat menjadi penyebab campur baur produk yang sedang

dikemas, hendaklah dibersihkan dengan cermat.

Hendaklah diambil tindakan untuk mengendalikan penyebaran debu selama

proses pengemasan khususnya produk kering. Area pengemasan yang terpisah

diperlukan untuk produk tertentu misalnya obat yang berdosis rendah dan

berpotensi tinggi atau produk toksik dan bahan yang dapat menimbulkan

sensitisasi. Udara bertekanan tidak boleh digunakan untuk membersihkan

peralatan di area kegiatan pengemasan dimana pencemaran silang dapat terjadi.

Pemakaian sikat hendaklah dibatasi karena dapat menimbulkan bahaya

pencemaran dari bulu sikat dan/atau partikel yang menempel pada sikat. Personil

hendaklah diingatkan untuk tidak menaruh bahan pengemas atau produk didalam

saku mereka. Bahan tersebut hendaklah dibawa dengan tangan atau di dalam

wadah yang tertutup dan diberi tanda yang jelas.

Bahan yang diperlukan dalam proses pengemasan seperti pelumas, perekat,

tinta, cairan pembersih, dan sebagainya, hendaklah disimpan di dalam wadah

yang jelas tampak berbeda dengan wadah yang dipakai untuk pengemasan

produk dan hendaklah diberi penandaan yang jelas dan mencolok sesuai dengan

isinya.

g. Penyelesaian Kegiatan Pengemasan

Pada penyelesaian kegiatan pengemasan, hendaklah kemasan terakhir

diperiksa dengan cermat untuk memastikan bahwa kemasan produk tersebut

sepenuhnya sesuai dengan Prosedur Pengemasan Induk.

Hanya produk yang berasal dari satu bets dari satu kegiatan pengemasan

sajayang boleh ditempatkan pada satu palet. Bila ada karton yang tidak penuh

maka jumlah kemasan hendaklah dituliskan pada karton tersebut. Setelah proses

rekonsiliasi pengemasan, kelebihan bahan pengemas dan produk ruahan yang

akan disingkirkan hendaklah diawasi dengan ketat agar hanya bahan dan produk

yang dinyatakan memenuhi syarat saja yang dapat dikembalikan ke gudang untuk

dimanfaatkan lagi. Bahan dan produk tersebut hendaklah diberi penandaan yang

jelas.

10

Page 11: baB1 -bAB 3

Supervisor hendaklah mengawasi penghitungan dan pemusnahan bahan

pengemas dan produk ruahan yang tidak dapat lagi dikembalikan ke gudang.

Semua sisa bahan pengemas yang sudah diberi penandaan tapi tidak terpakai

hendaklah dihitung dan dimusnahkan. Jumlah yang dimusnahkan hendaklah

dicatat pada catatan pengemasan bets.

Supervisor hendaklah menghitung dan mencatat jumlah pemakaian neto

semua bahan pengemas dan produk ruahan. Tiap penyimpangan hasil yang tidak

dapat dijelaskan atau tiap kegagalan untuk memenuhi spesifikasi hendaklah

diselidiki secara teliti dengan memper- timbangkan bets atau produk lain yang

mungkin juga terpengaruh.

Setelah rekonsiliasi disetujui, produk jadi hendaklah ditempatkan di area

karantina produk jadi sambil menunggu pelulusan dari kepala bagian Manajemen

Mutu (Pemastian Mutu).

2.4 Pengawasan Selama Proses

Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis

yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus

dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai

dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu

(Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk

memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin

menjadi penyebab variasi karakteristik produk selama proses berjalan.

Prosedur tertulis untuk pengawasan selama proses hendaklah dipatuhi.

Prosedur tersebut hendaklah menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi

pengambilan sampel, jumlah sampel yang diambil, spesifikasi yang harus

diperiksa dan batas penerimaan untuk tiap spesifikasi. Disamping itu, pengawasan

selama proses hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada prosedur umum

sebagai berikut:

a. semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah diperiksa

pada saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan; dan

11

Page 12: baB1 -bAB 3

b. kemasan akhir hendaklah diperiksa selama proses pengemasan dengan selang

waktu yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya dengan spesifikasi dan

memastikan semua komponen sesuai dengan yang ditetapkan dalam Prosedur

Pengemasan Induk.

Selama proses pengolahan dan pengemasan bets hendaklah diambil sampel

pada awal, tengah dan akhir proses oleh personil yang ditunjuk. Hasil pengujian

atau inspeksi selama proses hendaklah dicatat, dan dokumen tersebut hendaklah

menjadi bagian dari catatan bets.

Spesifikasi pengawasan selama proses hendaklah konsisten dengan spesifikasi

produk. Spesifikasi tersebut hendaklah berasal dari hasil rata-rata proses

sebelumnya yang diterima dan bila mungkin dari hasil estimasi variasi proses dan

ditentukan dengan menggunakan metode statistis yang cocok bila ada.

2.5 Bahan Dan Produk Yang Ditolak, Dipulihkan Dan Dikembalikan

Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan

disimpan terpisah di“area terlarang” (restricted area). Bahan atau produk

tersebut hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya atau, bila dianggap perlu,

diolah ulang atau dimusnahkan. Langkah apapun yang diambil hendaklah lebih

dulu disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan dicatat.

Pengolahan ulang produk yang ditolak hendaklah merupakan suatu

kekecualian. Hal ini hanya diperbolehkan jika mutu produk akhirnya tidak

terpengaruh, bila spesifikasinya dipenuhi dan prosesnya dikerjakan sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan dan disetujui setelah dilakukan evaluasi terhadap

risiko yang mungkin timbul. Catatan pengolahan ulang hendaklah disimpan.

Pemulihan semua atau sebagian dari bets sebelumnya, yang memenuhi

persyaratan mutu, dengancara penggabungan ke dalam bets lain dari produk yang

sama pada suatu tahap pembuatan obat, hendaklah diotorisasi sebelumnya.

Pemulihan ini hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan

setelah dilakukan evaluasi terhadap risiko yang mungkin terjadi, termasuk

kemungkinan pengaruh terhadap masa edar produk. Pemulihan ini hendaklah

12

Page 13: baB1 -bAB 3

dicatat.

Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah memper-

timbangkan perlunya pengujian tambahan untuk produk hasil pengolahan ulang,

atau bets yang mendapat produkyang dipulihkan.

Bets yang mengandung produk pulihan hanya boleh diluluskan setelah semua

bets asal produk pulihan yang bersangkutan telah dinilai dan dinyatakan

memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Produk yang dikembalikan dari

peredaran dan telah lepas dari pengawasan industry pembuat hendaklah

dimusnahkan. Produk tersebut dapat dijual lagi, diberi label kembali atau

dipulihkan ke bets berikut hanya bila tanpa ragumutunya masih memuaskan

setelah dilakukan evaluasi secara kritis oleh kepala bagian Manajemen Mutu

(Pemastian Mutu) sesuai prosedur tertulis.

Evaluasi tersebut meliputi pertimbangan sifat produk, kondisi penyimpanan

khusus yang diperlukan, kondisi dan riwayat produk sertalamanya produk dalam

peredaran. Bilaman ada keraguan terhadap mutu, produk tidak boleh

dipertimbangkan untukdidistribusikan atau dipakai lagi, walaupun pemrosesan

ulang secara kimia untuk memperoleh kembali bahan aktif dimungkinkan. Tiap

tindakan yang diambil hendaklah dicatat dengan baik.

2.6 Karantina Dan Penyerahan Produk Jadi

Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum

penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan untuk

diserahkan ke gudang, pengawasan yang ketat hendaklah dilaksanakan untuk

memastikan produk dan catatan pengemasan bets memenuhi semua spesifikasi

yang ditentukan.

Prosedur tertulis hendaklah mencantumkan cara penyerahan produk jadi ke

area karantina, cara penyimpanan sambil menunggu pelulusan, persyaratan

yang diperlukan untuk memperoleh pelulusan, dan cara pemindahan selanjutnya

ke gudang produk jadi.

Selama menunggu pelulusan dari bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu),

seluruh bets/lot yang sudah dikemas hendaklah ditahan dalam status karantina.

13

Page 14: baB1 -bAB 3

Kecuali sampel untuk pengawasan mutu, tidak boleh ada produk yang diambil

dari suatu bets/lot selama produk tersebut masih ditahan di area karantina. Area

karantina merupakan area terbatas hanya bagi personil yang benar-benar

diperlukan untuk bekerja atau diberi wewenang untuk masuk ke area tersebut.

Produk jadi yang memerlukan kondisi penyimpanan khusus hendaklah diberi

penandaan jelas yang menyatakan kondisi penyimpanan yangdiperlukan, dan

produk tersebut hendaklah disimpan diarea karantina dengan kondisiyang sesuai.

Pelulusan akhir produk hendaklah didahului dengan penyelesaian yang

memuaskan dari paling tidak hal sebaga iberikut:

a. produk memenuhi persyaratan mutu dalam semua spesifikasi pengolahan dan

pengemasan;

b. sampel pertinggal dari kemasan yang dipasarkan dalam jumlah yang

mencukupi untuk pengujian dimasa mendatang;

c. pengemasan dan penandaan memenuhi semua persyaratan sesuai hasil

pemeriksaan oleh bagian Pengawasan Mutu;

d. rekonsiliasi bahan pengemas cetak dan bahan cetak dapat diterima; dan

e. produk jadi yang diterima di area karantina sesuai dengan jumlah yang tertera

pada dokumen penyerahan barang.

Setelah pelulusan suatu bets/lotoleh bagian Manajemen Mutu (Pemastian

Mutu), produk tersebut hendaklah dipindahkan dari area karantina ke gudang

produk jadi. Sewaktu menerima produk jadi, personil gudang hendaklah mencatat

pemasukan bets tersebut ke dalam kartu stok yang bersangkutan.

2.7 Catatan Pengendalian Pengiriman Obat

Sistem distribusi hendaklah didesain sedemikian rupa untuk memastikan

produk yang pertama masuk didistribusikan lebih dahulu. Sistem distribusi

hendaklah menghasilkan catatan sedemikian rupa sehingga distribusi tiap bets

atau lot obat dapat segera diketahui untuk mempermudah penyelidikan atau

penarikan kembali jika diperlukan.

Prosedur tertulis mengenai distribusi obat hendaklah dibuat dan dipatuhi.

14

Page 15: baB1 -bAB 3

Penyimpangan terhadap konsep first-in first-out (FIFO) atau first-expire first-out

(FEFO) hendaklah hanya diperbolehkan untuk jangka waktu yang pendek dan

hanya atas persetujuan pimpinanyang bertanggung jawab.

2.8 Penyimpanan Bahan Awal, Bahan Pengemas, Produk Antara, Produk

Ruahan Dan Produk Jadi

Semua bahan dan produk hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk

mencegah risiko campur baur atau pencemaran serta memudahkan pemeriksaan

dan pemeliharaan. Bahan dan produk hendaklah tidak diletakkan langsung

dilantai dan dengan jarak yang cukup terhadap sekelilingnya

Bahan dan produk hendaklah disimpan dengan kondisi lingkungan yang

sesuai. Penyimpanan yang memerlukan kondisi khusus hendaklah disediakan.

Kondisi penyimpanan obat dan bahan hendaklah sesuai dengan yang tertera pada

penandaan berdasarkan hasil uji stabilitas. Data pemantauan suhu hendaklah

tersedia untuk dievaluasi. Alat yang dipakai untuk pemantauan hendaklah

diperiksa pada selang waktu yang telah ditentukan dan hasil pemeriksaan

hendaklah dicatat dan disimpan. Semua catatan pemantauan hendaklah disimpan

untuk jangka waktu paling tidak sama dengan umur bahan atau produk yang

bersangkutan ditambah 1 tahun, atau sesuai dengan peraturan pemerintah.

Pemetaan suhu hendaklah dapat menunjukkan suhu sesuai batas spesifikasi

disemua area fasilitas penyimpanan. Disarankan agar alat pemantau suhu

diletakkan diarea yang paling sering menunjukkan fluktuasi suhu.

Penyimpanan di luar gedung diperbolehkan untuk bahan yang dikemas dalam

wadah yang kedap (misalnya drum logam) dan mutunya tidak terpengaruh oleh

suhu atau kondisi lain. Kegiatan pergudangan hendaklah terpisah dari kegiatan

lain. Semua penyerahan ke area penyimpanan, termasuk bahan kembalian,

hendaklah didokumentasikan dengan baik. Tiap bets bahan awal, bahan

pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi yang disimpan di area

gudang hendaklah mempunyai kartu stok. Kartu stok tersebut hendaklah secara

periodik direkonsiliasi dan bila ditemukan perbedaan hendaklah dicatat dan

diberikan alasan bila jumlah yang disetujui untuk pemakaian berbeda dari

15

Page 16: baB1 -bAB 3

jumlah pada saat penerimaan atau pengiriman.

2.9 Penyimpanan Bahan Awal dan Bahan Pengemas

Pemisahan secara fisik ataucara lain yang tervalidasi (misalnya cara

elektronis) hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan atau produk yang

ditolak, daluwarsa, ditarik dari peredaran atau obat atau bahan kembalian. Bahan

atau produk, dan area penyimpanan tersebut hendaklah diberi identitas yang tepat.

Semua bahan awal dan bahan pengemas yang diserahkan ke area penyimpanan

hendaklah diperiksa kebenaran identitas, kondisi wadah dan tanda pelulusan oleh

bagian Pengawasan Mutu.

Bila identitas atau kondisi wadah bahan awal atau bahan pengemas diragukan

atau tidak sesuai dengan persyaratan identitas atau kondisinya, wadah tersebut

hendaklah dikirim ke area karantina. Selanjutnya pihak Pengawasan Mutu

hendaklah menentukan status bahan tersebut. Bahan awal dan bahan pengemas

yang ditolak hendaklah tidak disimpan bersama-sama dengan bahan yang sudah

diluluskan, tapi dalam area khusus yang diperuntukkan bagi bahan yang ditolak.

Bahan cetak hendaklah disimpan di “area penyimpanan terlarang” (restricted

storage area) dan penyerahan di bawah pengawasan yang ketat. Stok tertua bahan

awal dan bahan pengemas dan yang mempunyai tanggal daluwarsa paling dekat

hendaklah digunakan terlebih dahulu (prinsip FIFO dan FEFO).

Bahan awal dan bahan pengemas hendaklah diuji ulang terhadap identitas,

kekuatan, mutu dan kemurnian, sesuai kebutuhan, misalnya setelah disimpan

lama, atau terpapar ke udara, panas atau kondisi lain yang mungkin berdampak

buruk terhadap mutu.

2.10 Penyimpanan Produk Antara, Produk Ruahan dan Produk jadi

Produk antara, produk ruahan dan produk jadi hendaklah dikarantina

selama menunggu hasil uji mutu dan penentuan status. Tiap penerimaan

hendaklah diperiksa untuk memastikan bahwa bahan yang diterima sesuai dengan

dokumen pengiriman. Tiap wadah produk antara, produk ruahan dan produk jadi

yang diserahkan ke area penyimpanan hendaklah diperiksa kesesuaian identitas

dan kondisi wadah.

16

Page 17: baB1 -bAB 3

Bila identitas atau kondisi wadah produk antara, produk ruahan dan produk

jadi diragukan atau tidak sesuai dengan persyaratan identitas atau kondisinya,

wadah tersebut hendaklah dikirim ke area karantina. Selanjutnya pihak

Pengawasan Mutu hendaklah menentukan status produk tersebut.

2.11 Pengiriman Dan Pengangkutan

Bahan dan obat hendaklah diangkut dengan cara sedemikian rupa sehingga

tidak merusak keutuhannya dan kondisi penyimpanannya terjaga. Perhatian

khusus hendaklah diberikan bila menggunakan es kering dalam rangkaian sistem

pendinginan. Di samping itu, tindakan pengamanan hendaklah memastikan agar

bahan atau produk tidak bersentuhan langsung dengan es kering tersebut, karena

dapat berdampak buruk terhadap mutu produk, misalnya terjadi pembekuan.

Bilamana perlu, dianjurkan penggunaan alat untuk memantau kondisi,

misalnya suhu, selama pengangkutan. Hasil pemantauan tersebut hendaklah

dicatat untuk pengkajian. Pengiriman dan pengangkutan bahan atau obat

hendaklah dilaksanakan hanya setelah ada order pengiriman. Tanda terima order

pengiriman dan pengangkutan bahan hendaklah didokumentasikan.

Prosedur pengiriman hendaklah dibuat dan didokumentasikan, dengan

mempertimbangkan sifat bahan dan obat yang akan dikirim serta tindakan

pencegahan khusus yang mungkin diperlukan. Wadah luar yang akan dikirim

hendaklah memberikan perlindungan yang cukup terhadap seluruh pengaruh luar

serta diberi label yang jelas dan tidak terhapuskan.

Catatan pengiriman hendaklah disim- pan,yang menyatakan minimal:

a. ¾ tanggal pengiriman;

b. ¾ nama dan alamat pelanggan;

c. ¾ uraian tentang produk, misalnya nama, bentuk dan kekuatan sediaan

(bilaperlu), nomor bets dan jumlah; dan

d. ¾ kondisi pengangkutan dan penyimpanan.

Semua catatan hendaklah mudah diakses dan tersedia bila diminta.

17

Page 18: baB1 -bAB 3

2.12 Aspek –Aspek Standarisasi Bahan Alam

Untuk dapat digunakan sebagai bahan berkhasiat/ obat pada manusia, baik

obat ataupun turunan turunannya (ekstrak, tingtur), harus memenuhi persyaratan:

Ketaataazasan, stabilitas, kemurnian, sterilitas, batas sisa residu pelarut, dan yang

paling penting diperhatikan untuk obat yang berasal dari tanaman adalah pestisida

dan nilai batasnya sesuai dengan ketentuan orgaisasi kesehatan didunia.

Tahap yang menentukan kualitas meliputi: Pemilihan bahan-bahan (kualitas

sering sangat bervariasi bergantung dari lokasi sumber, waktu panen, pengolahan,

penyimpanan dan pengemasan), dan prosedur ekstraksi yang dilaksanakan untuk

memperoleh ekstrak dari bahan berkasiat. Walaupun pemilihan pelarut untuk

ekstraksi merupakan factor penting kualitas obat jadi, pilihan bahan baku alam

simplisia adalah yang sangat penting. Simplisia harus diperiksa secara

keseluruhan sebelum diekstraksi seperti pemeriksaan dari segi botani, fitopatologi,

aspek kimia dan bahan berkhasiat. Peraturan yang paling akhir mensyaratkan agar

supaya perbandingan tersebut berada pada rentang yang sempit, tetap dari suatu

sediaan terhadap sediaan lain; yang berarti harus diawali dari bahan baku yang

sudah distandarisasi.

Jika tanaman yang akan diekstraksi berasal dari tanaman liar, maka secara

spesifik harus dinyatakan daerah asal, waktu pemanenan, kondisi pengeringan dan

kondisi penyimpanan dan pada tahap ekstraksi beberapa batch harus digabungkan

agar diperoleh suatu campuran homogen.

2.13 Penggilingan Tanaman Obat

a. Konsep umum dan tujuan penggilingan

Penggilingan atau penghalusan tanaman obat adalah penurunan ukuran atau

penghalusan secara mekanik dari bahan tanaman tertentu menjadi unit sangat

kecil. Tahap ini merupakan tahap pertama dari pengolahan tanaman obat. Dalam

proses penggilingan/penghalusan, homogenitas ukuran partikel merupakan

parameter utama karena akan mempengaruhi keseragaman tahapan ekstraksi

18

Page 19: baB1 -bAB 3

bahan aktif, yang tergantung pada kecepatan difusi zat aktif dari granul (serbuk)

tanaman obat menuju pelarut, waktu kontak, kecepatan pelarut melewati bahan

serbuk tanaman obat, dan aspek lainnya.

Apabila tidak ada hambatan teknis , misalnya terbentuk musilago (larutan

enjadi kental) yang akan menghalangi filtrasi pelarut melalui bahan tanaman,

maka lazimnya menurut pengalaman derajat kehalusan serbuk adalah serbuk

dengan diameter lebih kurang 0,5 mm. Ukuran ini biasanya cukup sesuai bila

menggunakan alat ekstraksi modern, dalam mana biasanya dilakukan ekstraksi

berkesinambungan.

Untuk ekstraksi bahan tanaman segar, masalah penggilingan sangat terkait

dengan masalah stabilitas kimiawi dari bahan aktif yang diekstraksi. Cukup

banyak tanaman segar yang saat dilakukan pemerasan untuk mendapat sari

perasan mengalami perubahan seperti hidrolisi, oksidas, yang pada umumnya

berkaitan dengan pelepasan enzim dari sel tanaman. Sebagian masalah ini masih

dapat diatasi dengan penambahan inhibitor enzim spesifik terhadap obat, atau

dengan menggunakan bahan yang sebelumnya telah didinginkan pada suhu 250 C.

b. Peralatan untuk penggilingan (penghalusan) tanaman obat.

Diantara alat penggiling standar yang luas digunakan adalah jenis alat standar

yang dikenal dengan nama alat penggiling palu (Hammer Mill). Alat ini

merupakan mesin yang kokoh untuk memecah bongkahan bahan yang rapuh

dengan prinsip menggunakan pemalu yang berputar 3600 . Penggiling palu ini

terdiri dari suaturotar pada mana terkait 4 pendulum penghancur.

Selain itu, ada pula penggiling pisau yang beroperasi dengan cara memotong

bahan yang dimasukkan ke dalam ruang penampung, dimana pisau pisau dapat

bergerak secara vertical atau horizontal. Penggiling ini sangat sesuai untuk

menggiling daun, kulit (cortex) dan akar yang selanjutnya dalam diekstraksi

secara maserasi dan perkolasi.

Penggiling lain untuk tanaman obat aalah dengan melewatkan bahan melalui

sesuatu system yang mempunyai suatu piringan bergeligi yang apat beroperasi

19

Page 20: baB1 -bAB 3

baik secara horizontal maupun vertical. Penggiling jenis ini sangat sesuai untuk

menggiling biji biji yang keras ataupun bahan yang sebelumnya sudah dipotong.

2.14 Ekstraksi Tanaman Obat

a. Pengertian

Ekstraksi adalah pemisahan secara kimia atau fisika suatu bahan padat atau

bahan cair dari suatu padatan, yaitu tanaman obat. Didalam proses ekstraksi padat-

cair ini, berlangsung 2 proses secara parallel: Pelepasan bahan yang diekstraksi

dari sel yang telah rusak dan pelepasan bahan yang diekstraksi melalui proses

difusi. Proses difusi biasanya akan ditingkatkan apabilasel tanaman mengalami

perlakuan dengan air, atau pelarut yang mengandung air, yang akan menyebabkan

terjadinya pengembangan (swelling) sel sehingga terjadi peningkatan

permeabilitas atau pecahnya dinding sel.

b. Prosedur Ekstraksi

1. Maserasi Statik dan Dinamik

Cara ini sesuai untuk proses jumlah kecil dan skala industry.

2. Ekstraksi Secara Perkolasi Sederhana atau Berkesinambungan

Pada Perkolasi sederhana atau berkesinambungan, sasaran proses ini adalah

untuk menarik bahan berkhasiat dari tanaman secara total menggunakan pelarut

segar tetapi proses ini memakan waktu (lama) dan mahal karena dibutuhkan

sejumlah besar pelarut. Namun demikian, masih dapat diatasi dengan

menggunakan lebih dari satu perkolatar dan hasil perkolasi yang masih belum

jenuh tersebut digunakan untuk perkolasi unit selanjutnya. Prinsip ini sebenarnya

merupakan pendahuluan dari ekstraksi aliran berlawana arah secara kontinu

(Continous Counter Current) yang mana tanaman segar berkontak dengan pelarut

yang sudah mengandung solute dan pelarut base ditambahkan pada tanaman yang

sudah diekstraksi secara parsial.

3. Perkolasi dan Reperkolasi

20

Page 21: baB1 -bAB 3

Dalam proses perkolasi, proses difusi yang berlangsung merupakan fungsi dari

kecepatan perkolasi, kuantitas pelarut, dan konstanta difusi obat pelarut. Karena

simplisia diletakkan dalam bentuk lapisan tebal dalam percolator, pertama

tanaman dibasahi dengan pelarut ekstraksi dan dibiarkan membengkak sebelum

dimasukkan ke dalam percolator.

Simplisia yang sudah dibasahi tersebut dimasukkan ke dalam percolator

dengan system pemasokan spiral, sesudah pembentukan lapisan ditutup dengan

pelarut. Pada unit percolator besar, pelarut dibuat selalu dalam keadaan mengalir

dengan system pompa dan aliran tersebut bergerak dari bawah menuju bagian atas

untuk secepatnya mencapai kesetimbangan dan ekstraksi dapat disempurnakan

dengan system refluks lemah, di bawah tekanan pada suhu kamar.

4. Ekstraksi Berlawanan Arah (Counter Current)

Pada ekstraksi berlawanan arah, simplisia bergerak berlawanan arah dengan

pelarut. Simplisia memasuki percolator bertemu dengan pelarut yang sudah

diperkaya dan kemudian dipisahkan/ dikeluarkan , bertemu dengan pelarut segar.

Ekstraktor kontinu yang banyak digunakan adalah ekstraktor baling baling, pada

mana simplisia dan pelarut bergerak berlawanan arah , misalnya pada ekstraktor

Carousel dan bentuk U.

Pada mana bahan ditutup dalam subunit percolator, bergerak dan diekstraksi

pada pertemuan pelarut dengan berbagai tingkat kejenuhan. Pada ekstraktor baling

baling ditemukan aliran kontinu berlawanan arah secara absolut, pada ekstraktor

turbo atau sentrifus dicapai suatu alirankontinu berlawanan arah. Pada ekstraktor

kontinu, parameter penting dan kritis adalah simplisia yang akan diekstraksi dan

yang paling utama adalah ukuran partikel kecuali untuk ekstraktor yang

dilengkapi dengan decanter, dimana umumnya kuantitas pelarut berjumlah besar

dan selanjutnya diikuti penyaringan.

2.15 Pemekatan Ekstrak

a. Aspek Umum

21

Page 22: baB1 -bAB 3

Sesudah dilakukan ekstraksi simplisia, akan dihasilkan larutan yang

mengandung fraksi terlarut. Jika tahap selanjutnya bertujuan untuk mendapat

komponen tertentu, lazimnya dilakukan proses pemekatan atau proses ekstraksi

cair/cair. Ekstrak tersebut kemungkinan:

1. Dipekatkan secara parsial atatu secara total;

2. Dipekatkan secara parsial atau diekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai

untuk dikonversi menjadi ekstrak yang dimurnikan;

3. Dipekatkan secara parsial atatu diekstraksi menggunakan pelarut terpilih

untuk isolasi bahan aktif tertentu;

4. Diekstraksi langsung tanpa pemekatan, utuk isolasi produk tertentu.

b. Peralatan untuk pemekatan ekstrak

Di industry, untuk larutan berjumlah besar, salah satu alat konsentrator yang

digunakan secara luas, alat yang dikenal dengan nama konsentrator Robert.

Konsentrator ini terdiri dari tabung konsentrator yang tersusun secara konsentrik.

Tabung dipanaskan dengan uap air panas dari luar, dan larutan yang sedang

dipekatkan melewati tabung. Dalam perjalanan melewati tabung, berlangsung

evaporasi dan pelarut dipisahkan dari cairan dalam suatu ruang pemisah dan akan

melewati suatu pendingin.

Konsentrator jenis baru yang banyak digunakan dalam pengolahan bahan alam

adlaah konsentrator film menurun, lapis tipis atau plat. Evaporator Lapis Tipis

dasarnya terdiri dari suatu batang silinder, dipanaskan dari luar, pada mana suatu

rotar berputar. Pada evaporator film, perubahan fasa terjadi pada lapisan sangat

tipis caira. Volume larutan terlihat sangat kecil dank arena itu waktu keberadaan

dalam alat sangat singkat. Bila beriperasi dalam keadaan vakum yang berarti

dibutuhkan temperature evaporasi rendah, dalam hal ini dimungkinkan untuk

mengolah produk yang peka terhadap panas.

Selain konsentrator film vertical ada pula model horizontal. Perbedaan anatar

keduanya ada pada cara pengaturan aliran larutan melalui ruang evaporasi. Pada

jenis vertical, kecepatan lewat larutan sebagian diatur oleh daya gravitasi,

sedangkan pada jenis horizontal, ketebalan lapis tipis dan waktu tinggal dapat

22

Page 23: baB1 -bAB 3

dikendalikan dengan cara mengatur jarak antara sekop rotar dan permukaan

silinder yang dipanaskan. Jenis lain evaporasi sesuai untuk menguapkan zat

termolabil adalah system pelat, pada mana suatu permukaan kontak panas akan

membantu evaporasi.

2.16 Pemurnian Ekstrak

a. Tinjauan Umum

Pemurnian ekstrak adalah perlakuan ekstraksi cairan untuk menghilangkan

residu simplisia atau bahan yang tidak diperlukan selama proses. Zat inert yang

terekstraksi terutama pada proses maserasi panas, sering meningkatkan terjadinya

flokulasi atau membentuk endapan pada proses pendinginan sehingga larutan

menjadi keruh atau tidak homogeny.

Oleh karena sediaan farmasi tidak boleh mengandung partikel padat asing

selain ekstrak, maka dalam hal ini harus dilakukan klarifikasi (penyaringan ).

Aspek lain pemurnian ekstrak adalah pengurangan jumlah knadungan bakteri

pencemar. Hal ini memerlukan penanganan khusus.

b. Peralatan untuk Klarifikasi ekstrak

Dua jenis alat penyaring untuk klarifikasi ekstrak adalah: 1. Penyarng untuk

penyaringan sederhana atau penyaring dengan tekanan dan 2. Separator (pemisah)

sentrifugal dan decanter (alat untuk dekantasi). Alat untuk penyaringan ekstrak

biasanya bekerja dengan menggunakan tekanan. Cairan ditekan menggunakan

pompa memasuki suatu seri kompartemen penyaring yang sesuai untuk

menangani bahan yang akan dihilangkan. Sistem penyaring ini digunakan,bila

tidak ada rencana untuk bekerja secara kontinu., bila jumlah partikel tersuspensi

kecil dam partikel padat sangat halus.

2.17 Pengeringan

a. Aspek Umum dan Deskripsi Peralatan

Menurut pengalaman, jika ekstrak kering dibuat secara benar maka ekstrak

kering sangat sesuai untuk pembuatan sediaan farmasi. Bila produk

23

Page 24: baB1 -bAB 3

terkontaminasi dapat disterilkan dengan penyinaran dengan sinar gamma. Hal ini

akan sulit dilakukan pada larutan karena akan terjadi suatu seri reaksi radikal.

Ada beberapa macam alat untuk memperoleh ekstrak kering, mulai dari

pengering vakum dingin (vaccum freeze dryers) untuk produk yang termolabil

sampai alat pengering vakum tradisional. Yang aling luas digunakan saat ini

adalah atomizer, dapat digunakan untuk produksi skala kecl dan skala besar.

Atomizer menjadi alat pengering pilihan, terutama jika pelarut yang akan

diuapkan adalah air.

Pengering cabinet bekerja secara tidak kontinu. Pada pengeringan bertekanan,

bahan yang dikeringkan biasanya membentuk lapisan pada baki pengering yang

disusun dalam lemari pengering atau melekat pada elemen ruang pengering, pada

mana cairan pemanasan disirkulasikan. Temperature operasi biasanya berkisar

antara 600 C-800 C. Pelarut yang diuapkan dieliminasi secara konveksi. Alat ini

hanya bisa digunakan untuk zat yang stabil.

2.18 Standardisasi Ekstrak

Obat dari tanaman biasanya distandardisasikan berdasarkan 10 hal berikut:

a. Pengujian makro dan mikroskopis untuk identitas;

b. Kemungkinan kromatografi tipis untuk pengujian identitas;

c. Pemeriksaan zat asing organic dan anorganik;

d. Pennetuan susut pengeringan dan kandungan air;

e. Penentuan kadar abu;

f. Penentuan serat kasar;

g. Penentuan kadar komponen terekstraksi;

h. Penentuan kadar bahan aktif (jika sudah diketahui);

i. Penentuan cemaran mikroba dan tidak adanya bakteri pathogen;

j. Pemeriksaan residu pestisida.

24

Page 25: baB1 -bAB 3

1. Ekstrak Kering

Ekstrak kering adalah sediaan tanaman yang diperoleh dengan cara pemekatan

dan pengeringan ekstrak cair sampai mencapai konsentrasi yang diingini menurut

cara cara yang memenuhi syarat. Pengaturan biasanya dilakukan berdasarkan

kandungan bahan aktif dengan cara penambahan bahan penambahn inert, ada 2

cara yang dapat dilakukan:

a. Ekstrak cair dipekatkan menurut cara/ metode yang diuraikan dalam

farmakope, sampai diperoleh ekstrak kental dan kemudian ditimbang;

b. Ekstrak cair diuapkan sampai kering. Jika ekstrak berjumlah kecil, ekstrak

digerus dengan bahan penambah. Bila jumlah ekstrak banyak, ekstrak harus

digerus sehalus mungkin dan baru dicampur dengan bahan penambah yang

sudah diperhitungkan untuk mendapatkan konsentrasi yang diinginkan.

Menurur Herfendel dan Lauder, ekstrak dan tingtur harus dipandang sebagai

satu kesatuan bahan aktif obat yang akan digunakan untuk sediaan farmasi, bukan

hanya melihat komponen individual bahan aktif aja. Akibatnya jika terjadi variasi

yang sangat besar antara komponen bahan aktif dalam sediaan ekstrak dan tingtur,

variasi kandungan bahan aktif harus berada dalam rentang nilai yang sempit.

2.19 Stabilisasi Dan Stabilitas

Stabilisasi sediaan fitofarmako merupakan paya untuk menjamin kualitas atau

stabilitas tetap terjaga. Stabilitas berarti keadaan tidak terganggu/ terurai dari

sediaan yang disimpan menurut cara penyimpanan atau cara penyimpanan spesifik

dari karena kondisi transportasi

Metode stabilisasi.

a. Pengeringan

Gangguan secara fisika, kimia, dan mikrobiologi berlangsung dalam keadaan

cair sehingga pengeringan sediaan fitofarmaka dan tetap membiarkan sediaan

dalam keadaan kering adalah cara praktis yang terbaik. Sisa kelembaban dari

ekstrak kering biasanya dibatasi sampai 5 % saja. Kadar kelembaban 3 % ternyata

tidak praktis, karena ekstrak cenderung menarik air dari udara lingkungannya.

25

Page 26: baB1 -bAB 3

Kesetimbangan residu kelembaban 6-7% akan dicapai ekstrak yang disimpan

pada suhu kamar dan kelembaban suhu kamar. Gangguan fisika akan tercapai

pada kondisi penyimpanan seperti diatas. Proses kimia seperti reaksi enzimatik

terjadi jika kelembaban lebih kurang 10%. Gangguan mikrobiologi biasanya

berupa perkembangbiakan bakteri yang ada dalam produk sehingga mencapai

nilai batas yang tidak dapat diterima juga sangat tergantung pada kelembaban

dalam produk. Ketergantungan pertumbuhan mikroba dikenal sebagai aw (aw =

tekanan uap air diatas substrat, tekanan uap air murni) atau aktivitas air.

b. Stabilisasi Sediaan Cair

Gangguan berikut relative mudah dikenali; Gangguan fisika seperti

pembentukan sedimen, perubahan warna dan sebagainya. Gangguan karena

pertumbuhan mikroba, dikenal karena terjadinya pembentukan “pellicle” jamur,

terbentuknya kekeruhan atau terbentuknya sedimen, dapat sangat mudah

mengganggu penampilan, rasa, dan bau sediaan. Gangguan kimia yang lain seperti

penguraian hidrolitik, rasemisasi, oksidasi dan lainnya hanya dapat terdeteksi

dengan alat kimia analitik (instrument) dan peeaksi kimia.

Alternatif untuk pengawetan sediaan cair adalah menggunakan pengawet

sediaan farmasi yang lazim dengan catata: dietilpirokarboksilat sudah tidak

diizinkan penggunaannya karena kemungkinan akan membentuk karsinogenik

uretan dengan asam amino bebas atau amin dalam substrat.

2.20 Formulasi Ekstrak Tanaman Jadi Bentuk Sediaan

Sebelum dikembangkan untuk formulasi sediaan farmasi, ekstrak harus

dilakukan perlakuan terlebih dahulu seperti menghilangkan lemak (defatting) dan

inaktivasi enzim, dimana tujuan utamanya adalah:

a. Menghilangkan bahan tidak aktif berupa minyak dan lemak yang akan

menghalangi untk mendapatkan / membuat ekstrak kering dan selanjutnya

pembuatan sediaan farmasi berbentuk padat;

b. Menghentikan degradasi enzim bahan berkhasiat.

26

Page 27: baB1 -bAB 3

Ekstrak tanaman dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama yaitu

ekstrak total dan ekstrak yang dimurnikan. Terminologi total atau ekstrak

tradisional menunjukkan ekstrak yang mengandung semua bahan terekstraksi

yang diperoleh dengan penarikan menggunakan suatu pelarut; lazimnya air atau

hidroalkohol. Ekstrak yang dimurnikan berarti ekstrak yang tidak mengandung zat

zat yang tidak diperlukan dan tidak mempengaruhi aktivitas. Ekstrak yang

dimurnikan kemungkinan diperoleh dengan cara menghilangkan zat inert menurut

berbagai cara (menghilangkan lemak, dilewatkan melalui resin absorpsi) sesudah

ekstraksi primer.

Terminologi zat inert terutama digunakan untuk resin, lemak, gula gula,

semua bahan yang merupakan penghalang/penghambat utama dalam pembuatan

sediaan farmasi, terutama bentuk sediaan padat, karena bersifat higroskopis,

lengket, sehingga menimbulkan banyak masalah dalam formulasi.

2.21 Pengontrolan Ekstrak

Masalah pengontrolan ekstrak ada 2 aspek: pengontrolan ekstrak sendiri dan

pengontrolan ekstrak sebagai konstituen sediaan farmasi jadi (bentuk sediaan).

Jenis pengujian yang dilakukan terhadap ekstrak yang pokok ada 4:

a. Untuk menentukan karakteristik fisik;

b. Untuk standardisasi kualitatif;

c. untuk pengotor potensial dan jumlah;

d. cemaran mikroba total.

Keempat jenis pengujian ini adalah relevan pada waktu formulasi menjadi

bentuk sediaan. Masalah lain yang penting dalam melakukan control suatu ekstrak

adalah menentukan kandungan total mikroba aerobic.

2.22 Standarisasi Bahan Alam

Standarisasi merupakan rangkaian proses yang melibatkan berbagai metode

analisis kimiawi berdasarkan data famakologis, melibatkan analisis fisik dan

mikrobiologi berdasarkan kriteria umum keamanan (toksikologi) terhadap suatu

27

Page 28: baB1 -bAB 3

ekstrak alam. Standardisasi secara normatif ditujukan untuk memberikan efikasi

yang terukur secara farmakologis dan menjamin keamanan konsumen.

Parameter non spesifik : berfokus pada aspek kimia, mikrobiologi, dan fisis

yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas, meliputi : kadar air,

cemaran logam berat, aflatoksin, dan lain sebagainya. Parameter spesifik :

berfokus pada senyawa atau golongan senyawa yang bertanggungjawab terhadap

aktivitas farmakologis. Analisis kimia yang dilibatkan ditujukan untuk analisis

kualitatif dan kuantitatif terhadap senyawa aktif

a. Parameter non spesifik ekstrak

1. Bobot jenis

Bobot jenis adalah massa per satuan volume yang diukur pada suhu kamar

tertentu (25°C) menggunakan alat khusus piknometer atau lainnya. Bobot jenis

terkait dengan kemurnian dari ekstrak dan kontaminasi.

Metode Piknometer yaitu piknometer bersih dan kering ditimbang (W0).

Kemudian kalibrasi dg menetapkan bobot piknometer dan bobot air yg baru

dididihkan pada suhu 25°C kemudian ditimbang (W1). Ekstrak cair diatur

suhunya 20°C lalu masukkan ke dalam piknometer kosong, buang kelebihan

ekstrak, atur suhu piknometer yg berisi ekstrak pada 25°C kemudian timbang

(W2).

2. Kadar Air

Kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan dengan

tujuan memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air

dalam bahan.

Metode destilasi toluen dengan cara Jenuhkan toluen dengan air, kocok, diamkan

dan buang lapisan airnya. Sebanyak 10 g ekstrak masukkan ke dalam labu alas

bulat dan tambahkan toluen yg telah jenuh air. Labu dipanaskan selama 100

28

Page 29: baB1 -bAB 3

menit, setelah toluen mendidih, penyulingan diatur 2 tetes/detik, lalu 4 tetes/detik.

Setelah semua toluen mendidih, dilanjutkan pemanasan selama 5 menit.

Kemudian, dinginkan tabung sampai temperatur kamar. Setelah air dan toluen

memisah sempurna, volume air dibaca dan dihitung kadar air dalam persen thd

berat ekstrak awal. Replikasi 3 kali

3. Kadar Abu

Memanaskan ekstrak pada temperatur tertentu dimana senyawa organik dan

turunannya menguap, sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik dengan

tujuan memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang

berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak, untuk mengetahui

kemurnian ekstrak dan kontaminasi bias ditetapkan dengan metode penetapan

kadar abu sebagai berikut :

a. Metode penetapan kadar abu total

Pijarkan krus silikat, kemudian timbang (W0). Masukkan 1g ekstrak ke dalam

krus (W1). Ekstrak dipanaskan dalam tanur dengan meningkatkan suhu secara

bertahap hingga 600±25°C hingga arang habis, kemudian timbang hingga bobot

tetap (W2).

b. Metode penetapan kadar abu larut asam

Abu yg diperoleh pd penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25mL asam

sulfat encer selama 5 menit, kumpulkan bagian yg tdk larut, saring dg kertas

saring bebas abu dan residunya dibilas dg air panas. Abu yg tersaring beserta

kertas saringnya dimasukkan dlm krus, kemudian dipanaskan dalam tanur

(panaskan perlahan hingga 600±25°C), hingga arang habis, kemudian ditimbang

hingga bobot tetap (W3)

4. Sisa Pelarut

Sisa pelarut adalah penentuan kandungan sisa pelarut tertentu yang mungkin

terdapat dalam ekstrak. Tujuannya adalah memberikan jaminan bahwa selama

proses tidak meninggalkan sisa pelarut yg seharusnya tidak boleh ada. Penentuan

kadar sisa pelarut ini berguna dalam penyiapan ekstrak dan kelayakan ekstrak

untuk formulasi.Batas : < 1% untuk etanol.

29

Page 30: baB1 -bAB 3

Metode nya yaitu timbang 2 g ekstrak etanol, larutkan dalam 25mL aq

kemudian masukkan dlm labu destilasi. Atur suhu destilat 78,5°C, lakukan

destilasi sehingga tidak ada yg menetes lagi (±2jam). Tambahkan aquadest 25mL

aq, tetapkan bobot jenis cairan pada suhu 25°C.

5. Cemaran Mikroba dan aflatoksin

Cemaran mikroba dan alfatoksin adalah penentuan adanya mikroba patogen

secara analisis mikrobiologi. Tujuannya memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak

boleh mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba nonpatogen

melebihi batas yang ditetapkan.

•Analisis dilanjutkan secara kuantitatif dg HPLC

•Batas ≤ 20μg/kg ekstrak

6. Cemaran Logam Berat

Merupakan penentuan kandungan logam berat dalam suatu ekstrak, sehingga

dapat memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu

(Hg, Pb, Cd, dll) melebihi batas yang telah ditetapkan.

b. Parameter spesifik ekstrak

1. Identitas

Meliputi : deskripsi tata nama, nama ekstrak, bagian tanaman yg digunakan,

dan nama indonesia tanaman

2. Organoleptis

Penggunaan panca indera dalam mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan

rasa guna pengenalan awal yang sederhana

3. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu

Melarutkan ekstrak dengan pelarut (alkohol/air) untuk ditentukan jumlah

larutan yang identik dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetric

Pelarut lain yg digunakan : heksan, diklormetan, methanol. Tujuan : memberikan

gambaran awal jumlah senyawa kandungan

Metode nya yaitu Sebanyak 1 g ekstrak dimaserasi dengan 25mL pelarut

dengan menggunakan labu bersumbat selama 24 jam dg digojog terus menerus

selama 6 jam pertama. Kemudian diamkan selama 18 jam dan disaring dengan

30

Page 31: baB1 -bAB 3

cepat untuk menghindari penguapan. Filtrat sebanyak 5mL diuapkan dalam cawan

dangkal beralas datar yg telah ditara (W0) dg cara didiamkan smp pelarutnya

menguap dan tersisa residunya, panaskan residu pada suhu 105°C hingga bobot

tetap (W2) Kadar senyawa larut pelarut ttt : (W2-W0/W1)x100%

4. Uji kandungan kimia ekstrak

a. Pola kromatogram

Bertujuan memberikan gambaran awal komposisi kandungan kimia

berdasarkan pola kromatogram yang khas (analisis finger print)

Metode yang biasa digunakan : KLT atau HPLC

b. Kadar kandungan kimia tertentu

Suatu kandungan kimia baik berupa senyawa identitas (marker), senyawa

kimia utama, maupun kandungan kimia lainnya, ditetapkan kadar kandungan

kimianya secara instrumental dengan metode kromatografi.

Metode yg digunakan : densitometri, HPLC, atau GC.

31

Page 32: baB1 -bAB 3

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa standarisasi

krim dan salep Menurut CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) tahun 2006

harus memenuhi persyaratan yang meliputi bahan pengemas, kegiatan

pengemasan, pra-kodifikasi bahan pengemas, kesiapan jalur, praktik pengemasan

dan penyelesaian kegiatan pengemasan.

32

Page 33: baB1 -bAB 3

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Cara Pembuatan Obat Baru (CPOB). Depkes RI. Jakarta. BPOM RI. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik.  Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta. Priyambodo, B . 2007. Manajemen Farmasi Industri. Global Pustaka

Utama. Yogyakarta.

33