BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung...

60
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1.KONDISI DAN ANALISA KONDISI DEMOGRAFI 2.1.1. Kondisi Demografi Penduduk tidak saja berperan sebagai obyek pembangunan, tetapi lebih jauh lagi harus berperan sebagai subyek pembangunan. Sebagai obyek pembangunan, penduduk akan berfungsi sebagai sasaran yang akan dijadikan target pembangunan, sedangkan sebagai subyek pembangunan, sumber daya penduduk akan berfungsi sebagai pemikir, perencana, dan pelaksana berbagai program pembangunan yang hasilnya diharapkan mampu meningkatkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan. 1. Jumlah Penduduk, LPP, dan Rasio Ketergantungan Anak Menyadari akan keberadaan penduduk, disalah satu sisi penduduk bisa menjadi potensi manakala SDM dari penduduk tersebut memiliki kualitas tetapi sebaliknya penduduk bisa menjadi masalah tersendiri manakala kurang memiliki kualitas. Adapun karakteristik SDM yang berkualitas adalah diantaranya sehat, memiliki kecerdasan Intelegensi (IQ), memiliki etika, moralitas dan emosi yang baik (EQ), berakhlak mulia (SQ) serta kemampuan bersosialisasi (Sc Q). Subang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki jumlah penduduk yang tidak terlalu padat, dimana hasil Sensus tahun 1971, jumlah penduduk Kabupaten Subang adalah 0,90 juta, meningkat menjadi 1,07 juta pada sensus tahun 1980. Pada sensus berikutnya (tahun 1990) telah mencapai 1,21 juta sedangkan jumlah penduduk dalam kurun waktu 1993 – 2008 adalah berkisar antara 1,23 Juta – 1,44 Juta jiwa. Walaupun demikian, LPP-nya pertahun mengalami penurunan masing-masing periode 1971-1980 sebesar 1,72 persen, periode 1980-1990 sebesar 1,25 persen, dan 1990-2000 sebesar 1,01 persen, sedangkan periode 2000 – 2008 adalah Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014 II-1

Transcript of BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung...

Page 1: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. KONDISI DAN ANALISA KONDISI DEMOGRAFI

2.1.1. Kondisi Demografi

Penduduk tidak saja berperan sebagai obyek pembangunan, tetapi lebih jauh lagi harus berperan sebagai subyek pembangunan. Sebagai obyek pembangunan, penduduk akan berfungsi sebagai sasaran yang akan dijadikan target pembangunan, sedangkan sebagai subyek pembangunan, sumber daya penduduk akan berfungsi sebagai pemikir, perencana, dan pelaksana berbagai program pembangunan yang hasilnya diharapkan mampu meningkatkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan.1. Jumlah Penduduk, LPP, dan Rasio Ketergantungan Anak

Menyadari akan keberadaan penduduk, disalah satu sisi penduduk bisa menjadi potensi manakala SDM dari penduduk tersebut memiliki kualitas tetapi sebaliknya penduduk bisa menjadi masalah tersendiri manakala kurang memiliki kualitas. Adapun karakteristik SDM yang berkualitas adalah diantaranya sehat, memiliki kecerdasan Intelegensi (IQ), memiliki etika, moralitas dan emosi yang baik (EQ), berakhlak mulia (SQ) serta kemampuan bersosialisasi (Sc Q).

Subang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki jumlah penduduk yang tidak terlalu padat, dimana hasil Sensus tahun 1971, jumlah penduduk Kabupaten Subang adalah 0,90 juta, meningkat menjadi 1,07 juta pada sensus tahun 1980. Pada sensus berikutnya (tahun 1990) telah mencapai 1,21 juta sedangkan jumlah penduduk dalam kurun waktu 1993 – 2008 adalah berkisar antara 1,23 Juta – 1,44 Juta jiwa. Walaupun demikian, LPP-nya pertahun mengalami penurunan masing-masing periode 1971-1980 sebesar 1,72 persen, periode 1980-1990 sebesar 1,25 persen, dan 1990-2000 sebesar 1,01 persen, sedangkan periode 2000 – 2008 adalah sebesar 1.21 persen. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang demikian dapat diindikasikan bahwa Kabupaten Subang terbukti mampu melaksanakan program-program kependudukan terutama pengendalian laju pertumbuhan penduduk yang secara faktual selama 3 (tiga) dasawarsa terakhir menunjukan trend pertumbuhan yang semakin menurun, kecuali pada periode 2000 – 2008 yang cenderung mulai meningkat .

Salah satu fokus perhatian para ahli kependudukan yang dilakukan terhadap suatu populasi penduduk, adalah struktur umur

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-1

Page 2: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

penduduk. Hal ini berkaitan dengan pola populasi penduduk, apakah termasuk dalam pola penduduk muda ataukah pola penduduk tua.Aspek lain yang diamati dari struktur umur adalah rasio beban ketergan-

tungan, yaitu suatu ukuran untuk mengamati seberapa banyak penduduk yang termasuk usia non-produktif menjadi beban usia produktif. Dalam kaitan ini, yang dimaksudkan dengan usia produktif adalah penduduk yang berusia pada kelompok [15-64] tahun; sedangkan yang dimaksudkan dengan usia non produktif adalah penduduk dalam kelompok usia [0-14] tahun dan [65+] tahun.

Tabel 1. Penduduk Kabupaten Subang Menurut Kelompok Umur,Tahun 1994 - 2008

TahunKelompok Umur

JumlahRasio Ketergantungan Anak

(%)[0-14] [15-64] 65+(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1994 382 046 801 585 48 256 1 231 887 47,661995 356 168 815 844 65 679 1 237 691 43,661996 357 642 821 789 61 218 1 240 649 43,521997 344 301 850 658 51 200 1 246 159 40,471998 337 563 842 744 74 306 1 254 613 40,061999 322 870 884 606 67 444 1 274 920 36,502000 344 802 889 907 80 690 1 315 399 38,752001 341 613 903 335 83 573 1 328 521 37,822002 344.920 926 462 80 972 1 352 354 37,232003 351.383 948.882 70.740 1.371.005 37,032004 346.835 945.245 92.230 1.384.310 36,692005 374.025 930.852 87.120 1.391.997 40.182006 329.547 974.875 97.712 1.402.134 33.802007 348.690 960.004 113.334 1.422.028 36.322008 380.233 963.767 104.399 1.448.399 39.45

Sumber : BPS Kab.Subang

Besaran rasio beban ketergantungan anak merupakan hasil bagi antara penduduk usia [0-14] dengan penduduk usia produktif, hal ini dimaksudkan untuk melihat seberapa besar peningkatan jumlah anak yang berusia [0-14) yang pada akhirnya menjadi beban bagi penduduk usia produktif. Angka rasio beban ketergantungan anak secara konseptual digunakan pula sebagai alat ukur monitoring keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) di suatu wilayah, semakin kecil angka ini maka dapat ditafsirkan program KB semakin berhasil dan sebaliknya.

Pada tabel di atas, rasio beban ketergantungan anak memiliki kecenderungan menurun, dimana pada tahun 1994 memiliki rasio tertinggi hingga mencapai 47,66 % artinya setiap seratus orang penduduk usia produktif akan menanggung beban untuk menghidupi 47,66 orang yang dikategorikan anak usia [0-14] dan pada tahun 2006 besaran angka mencapai angka

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-2

Page 3: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

terendah sebesar 33,80 % dan pada tahun 2007 dan 2008 mulai menaik kembali menjadi 36,32 % dan 39.45 %.

2. Penduduk Miskin

Kemiskinan disamping menunjukkan tingkat pendapatan/kesejahteraan, juga menggambarkan kesenjangan yang terjadi antar kelas kesejahteraan penduduk. Berdasarkan batasan yang digunakan, kemiskinan berarti ketidakmampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak, baik kebutuhan makanan maupun kebutuhan non makanan yang sangat mendasar. Dapat dikatakan bahwa kemiskinan merupakan ketertinggalan penduduk untuk menikmati hasil pembangunan yang selama ini telah dicapai.

Dalam hal lebih lanjut permasalahan kemiskinan dikaitkan dengan berbagai dimensi lain kehidupan manusia, seperti kesehatan, pendidikan, serta peranan sosial lainnya. Atau dengan kata lain kemiskinan akan menyebabkan permasalahan lainnya seperti :

Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan, papan);

Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi);

Tidak adanya jaminan masa depan (karena tidak adanya investasi untuk pendidikan keluarga);

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia;

Dari paparan serial data BPS Tahun 2006-2008 terlihat persentase penduduk miskin cenderung mengalami penurunan masing-masing sebesar 36.75%, 34,72% dan 31,62%. Namun demikian walapun mengalami penurunan akan tetapi kemiskinan di Kabupaten Subang relatif masih tinggi. Hal itu apabila dikaji lebih mendalam bahwa masih tingginya kemiskinan tersebut salah satunya dikarenakan dampak krisis moneter yang menyebabkan rendahnya lapangan kerja dan mata pencaharian secara berkesinambungan.

Grafik 1B. Jumlah Rumah Tangga (RMT) Miskin Tahun 2006 - 2008.

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-3

Page 4: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

147,554

401,534

147,175

423,940

139,896

442,393

-

50,000

100,000150,000200,000

250,000

300,000350,000

400,000

450,000

2006 2007 2008

JUMLAH RMT MISKIN

JUMLAH RMT

Sumber : BPS Kab. Subang Pada tahun 2008, kemiskinan tertinggi terdapat di kecamatan Ciasem

(9.218 RMT), Kecamatan Patokbesi (8.748 RMT), Kecamatan Subang (8.583), Kecamatan Blanakan (8.271 RMT) sebagaimana tabel di bawah ini.

Tabel 2. Rumah Tangga Miskin Per Kecamatan Tahun 2008

NO Kecamatan RMT Miskin NO Kecamatan RMT

Miskin

1 Sagala herang 2.319 16 Compreng 4,283 2 Jalan cagak 3.471 17 Binong 4.926 3 Cisalak 3.350 18 Ciasem 9.218 4 Tanjungsiang 3.867 19 Pamanukan 5.965 5 Cijambe 3.944 20 Pusakanagara 4.120 6 Cibogo 3.143 21 Legonkulon 2,7967 Subang 8.583 22 Blanakan 8,271 8 Kalijati 3.775 23 Serang Panjang 2.2949 Cipeundeuy 3,262 24 Sukasari 4.185

10 Pabuaran 6.869 25 Tambak dahan 4.52211 Patokbesi 8,748 26 Kasomalang 3.46412 Purwadadi 4.191 27 Dawuan 3.25913 Cikaum 5.918 28 Pagaden Barat 4.01814 Pagaden 6.107 29 Ciater 2.19115 Cipungara 5.551 30 Pusakajaya 5.286

SUBANG 139.89

6 Sumber data : BPS

Untuk mengatasi kemiskinan ini banyak peneliti yang menunjuk pendidikan sebagai investasi dalam mengatasi permasalahan tersebut. Baik Adelman dan Morris (1973) maupun Galbraith (1979) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan langkah paling strategis di dalam usaha-usaha mengatasi kemiskinan.

Namun demikian, Schiller (1973) mengingatkan bahwa peningkatan keterampilan melalui jenjang pendidikan tidak selalu mampu mengatasi masalah kemiskinan. Dalam hal ini perlu diperhatikan kemampuan

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-4

36.75%34.72%

31.62%

Page 5: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

perekonomian negara untuk menyerap tenaga kerja tersebut. Di satu pihak, peningkatan keterampilan baru merupakan salah satu faktor penawaran, sementara di lain pihak, tidak pula dapat diabaikan faktor permintaan terhadap tenaga kerja itu sendiri. Dengan perkataan lain, pada gilirannya, pendidikan itu berkaitan dengan pendapatan yang memiliki arti penting di dalam kesejahteraan. Schiller (1973) mengemukakan tiga alasan utama mengenai jenjang pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pendapatan. Pertama, tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat produktivitas, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagai akibat dari meningkatnya pengetahuan dan keterampilan. Kedua, dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan terbuka kesempatan kerja yang lebih luas. Ketiga, lembaga-lembaga pendidikan, dalam hal-hal tertentu, dapat berfungsi selaku badan penyalur tenaga kerja. Tersirat dari hal ini bahwa mereka yang berpendidikan tinggi akan mendapat perlakuan istimewa dalam pasar kerja. Namun tidak dapat dilupakan bahwa untuk memperoleh pendidikan tersebut diperlukan investasi yang tidak kecil. Namun demikian, Esmara (1986: 378) mengatakan bahwa kenaikan jenjang pendidikan ini tidak hanya berpengaruh kepada tingkat pendapatan melainkan mencakup cakrawala yang jauh lebih luas daripada yang diduga semula. Kenaikan jenjang pendidikan akan mengubah pula tata cara kehidupan, kebiasaan, lapangan kerja, atau dalam hal kebudayaan, sehingga secara keseluruhannya mempunyai dampak yang cukup besar terhadap kehidupan suatu bangsa.

3. Perkawinan (Nuptialitas)

Perkawinan merupakan media untuk mencapai kesejahteraan hidup manusia dengan membentuk suatu keluarga (suami, istri dan anak). Keluarga adalah merupakan esensi suatu Bangsa, maju mundurnya suatu bangsa sangat tergantung kepada tingkat kesejahteraan masyarakat yang terdiri dari keluarga-keluarga. Secara sosiologis media perkawinan merupakan proses sepasang manusia dalam mencapai kesejahteraan diri. Di lain pihak secara biologis merupakan media untuk mencapai kesejahteraan batin.

Suatu faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk usia [0-4] adalah proses perkawinan, di mana faktor umur perkawinan pertama sangat mempengaruhi produktivitas bayi yang lahir di wilayah ini. Prosesi perkawinan [Nuptialitas] merupakan salah satu fenomena sosial dalam kehidupan manusia. Secara sosiologis, media perkawinan merupakan proses sepasang manusia dalam mencari kesejahteraan diri. Di pihak lain secara biologis, media ini merupakan alat kesejahteraan manusia dalam membentuk suatu keluarga besar yang merupakan perbesaran dari keluarga batih [nucleus family].

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-5

Page 6: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Pada tabel di bawah ini, disajikan penduduk perempuan usia sepuluh tahun ke atas di Kabupaten Subang yang pernah kawin menurut kelompok umur perkawinan pertama. Jumlah persentase Wanita yang menikah di bawah usia 16 tahun cenderung fluktuatif menurun hingga pada tahun 2004 mencapai angka terendah 26,32 % di tahun 2004, namun di tahun 2005, 2006, 2007 dan 2008 kembali fluktuatif meningkat masing – masing sebesar 33,50 %, 32,21%, 49,61% dan 49,47%.

Kondisi budaya kawin muda tersebut perlu mendapat perhatian serius, mengingat kondisi ini sangat berpengaruh terhadap Rasio Ketergantungan anak, pertumbuhan penduduk dan permasalahan sosial lainnya.

Tabel 3. Persentase Penduduk Perempuan Kabupaten Subang Yang Pernah Kawin Menurut kelompok Umur, Tahun 1994 -2005.

Tahun Kelompok Umur Perkawinan Pertama JumlahPersentase Jumlah< 16 [17 - 18] [19 - 24] 25+

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)1994 43,15 29,85 25,95 1,05 100,00 393 0821995 44,84 30,71 23,40 0,95 100,00 401 7681996 46,62 28,90 23,49 0,99 100,00 397 0221997 41,55 30,42 26,97 1,06 100,00 405 4471998 41,37 29,53 27,74 1,36 100,00 412 2691999 40,44 33,86 24,67 1,04 100,00 419 7262000 47,03 31,11 19,84 2,03 100,00 426 0262001 39,04 34,26 25,81 0,89 100,00 433 8072002 46,49 31,40 20,44 1,67 100,00 446.5562003 40,81 36,48 21,63 1,08 100,00 452.3382004 26,32 37,33 35,16 1,19 100,00 458.9252005 33,50 30,51 31,41 4,58 100,00 446.7902006 32,21 31,76 31,66 4,37 100,00 456.1922007 49,61 24,47 22,79 3,13 100,00 484.1952008 49,47 25,19 22,39 2,95 100,00 487.892 Sumber : BPS Kab.Subang

4. KetenagakerjaanSektor ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor penting bagi

pembangunan khususnya dalam upaya pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk miskin. Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam kehidupan manusia, karena berkait erat dengan sosial ekonomi.

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-6

Page 7: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Disisi lain, pertumbuhan penduduk selalu terkait dengan masalah ketenagakerjaan dan lapangan kerja. Dengan pertambahan penduduk usia kerja akan meningkatkan angkatan kerja, tetapi apabila yang terjadi pertambahan penduduk bukan usia kerja akan meningkatkan beban tanggungan angkatan kerja.

Meningkatnya angkatan kerja sebaiknya di imbangi dengan kesempatan kerja. Hanya saja kesempatan kerja formal yang tersedia sangat terbatas, sehingga peranan sektor informal memberikan peluang yang baik dalam menciptakan lapangan kerja yang mandiri. Sektor informal yang bercirikan pekerja dengan pendidikan rendah, jam kerja tak teratur dan pendapatan yang rendah memerlukan pemecahan diantaranya melalui program-program yang dapat meningkatkan keterampilan dan produktifitas sehingga mempu meningkatkan kemampuan dalam berusaha. A. Penduduk Usia Kerja

Pada dasarnya aktivitas penduduk berumur 10 tahun ke atas, dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu penduduk yang termasuk ke dalam kelompok angkatan kerja dan penduduk bukan angkatan kerja.

Penduduk berumur 10 tahun ke atas yang termasuk ke dalam kelompok angkatan kerja adalah pertama, penduduk yang selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, termasuk pekerja yang tidak mendapat bayaran dan Kedua, penduduk yang sedang mencari pekerjaan. Kelompok ini juga disebut sebagai kelompok penduduk yang aktif secara ekonomi (the economically active population).

Tabel 4. Penduduk Usia 10 Tahun keatas menurut Kegiatan Utama Seminggu yang lalu di Kabupaten Subang Tahun 1994-2007

Uraian 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Angkatan Kerja 551.439(54,82)

561.439(56,82)

620.549(61,03)

604.292(58,51)

603.119(58,00)

623.522(58,34)

593.284(53,87)

Bekerja 532.894(52,97)

532.894(53,97)

594.810(58,5)

557.008(53.93)

567.176(54,55)

584.292(54,67)

561.131(50,95)

Mencari Pekerjaan 18.545(1,85)

18.945(1,95)

25.739(2,53)

47.284(4,58)

35.943(3,45)

39.230(3,67)

32.153(2,92)

Bukan Angkatan Kerja

454.536(45,18)

454.536(43,18)

396.238(38,97)

428.466(41,49)

436.661(42,00)

445.188(41,66)

508.012(46,13)

Sekolah 125.379(12,46)

127.379(13,46)

163.116(16,04)

151.065(14,63)

142.321(13,69)

148.492(13,90)

161.262(14,64)

Mengurus Rmt. 216.779(21.55)

206.879(19.55)

156.144(15.36)

190.868(18.48)

202.930(19.52)

219.450(20.53)

255.887(23,24)

Lainnya 112.378(11,17)

92.378(9,17)

76.978(7,57)

89.533(8,38)

91.410(8,79)

77.246(7,23)

90.863(8,25)

1.005.975(100,00)

1.009.875(100,00)

1.016.787

(100,00)1.032.75

8(100,00)

1.039.780

(100,00)

1.068.710

(100,00)1.101.29

6(100,00)

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-7

Page 8: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Tabel 4. L a n j u t a n

Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007(1) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)

Angkatan Kerja

602.264(54,44)

650.410(57,4)

665.904(57,99)

619.785(53,49)

664.017(57,68)

526.130(43,70)

494.484(40,78)

Bekerja 569.527(51,48)

581.097(51,28)

607.747(52,93)

553.925(52,93)

577.959(50,20)

458.118(38,05)

457.326 (37,71)

Mencari Pekerjaan

32.737(2,96)

69.313(6,12)

58.130(5,06)

65.860(5,68)

86.058(7,48)

68.012(5,64)

37.158(3,06)

Bukan Angkatan

Kerja503.967(45,56)

482.804(42,60)

482.365(42,01)

538.925(46,51)

487.203(42,32)

677.721(56,30)

718.220 (59,22)

Sekolah 152.903(13,82)

159.789(14,10)

156.633(13,64)

166.205(14,34)

171.099(14,86)

142.208(11,81)

157.138(12,96)

Mengurus Rmt.

244.681(22,12)

210.762(18.60)

237.939(20.72)

211.285(18.24)

243.846(21.18)

366.703(30.46)

376.957(31.08)

Lainnya 106.383(9,62)

112.253(9,9)

87.793(7,65)

161.435(13,93)

72.258(6,28)

168.810(14,02)

184.125(15,18)

1.106.231(100,00)

1.133.214(100,00)

1.148.269(100,00)

1.158.710(100,00)

1.151.220(100,00)

1.203.851(100,00)

1.212.704(100,00)

Sumber : BPS. Kab.SubangDari Tabel 4 terlihat bahwa sebelum krisis moneter yakni Tahun 1996 jumlah penduduk bekerja menunjukan angka yang paling tinggi dalam kurun waktu 15 tahun terakhir yakni sebanyak 594.810 orang (58.5%), dan setelah itu kemudian mengalami penurunan sejak krisis melanda tahun 1998-2008. Jumlah anak sekolah mencapai puncaknya pada tahun 1996 sebesar 16 % dan menjelang serta pasca krisis mengalami fluktuatif akan tetapi masih lebih rendah dari tahun 1996 yang masih berada di kisaran 11.81 % - 14.86 %. Jumlah pencari kerja yang mengalami peningkatan sebelum krisis moneter 1,85 % - 2,5 % dan setelah krisis berada dikisaran 3-7%. Sedangkan mengurus rumah tangga sebelum krisis berkisar antara 15.36 %-21.55 % dan pasca krisis cenderung meningkat tajam hingga tahun 2008 mencapai 31.08 %. Selanjutnya yang patut mendapat kajian lebih mendalam adalah penurunan jumlah penduduk yang bekerja, peningkatan jumlah pencari kerja, peningkatan penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Fenomena peningkatan penduduk yang bersekolah merupakan investasi positif akan tetapi peningkatan mengurus rumah tangga dan lainnya menandakan bahwa pembangunan kesetaraan gender dalam bidang tenaga kerja masih belum optimal.

Ada tiga unsur yang sering terkait dengan masalah kesempatan kerja, yaitu pertama, golongan umur penduduk yang akan menuntut kesempatan kerja pada saat sekarang dan waktu yang akan datang; kedua, laju peningkatan golongan umur tertentu dalam pertambahan angkatan kerja di masa yang akan datang; ketiga, pengaruh perkembangan ekonomi yang mampu menyerap angkatan kerja lebih banyak.

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-8

Page 9: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Oleh karena itu, untuk memberikan kontribusi yang besar pada angkatan kerja, maka upaya yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan akan lebih menguntungkan dibanding upaya lainnya.

B. Penduduk Yang BekerjaSalah satu yang menjadi tolok ukur keberhasilan pembangunan adalah

seberapa banyak angkatan kerja yang bisa diserap. Yang sering menjadi sorotan masalah angkatan kerja adalah produktivitas. Hal ini sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan penduduk, karena seyogyanya peningkatan ekonomi di berbagai sektor selalu diikuti oleh penciptaan lapangan kerja.Dilihat dari penyerapan tenaga kerja ternyata sektor pertanian dalam kurun waktu (1994-2007) paling banyak menyerap angkatan kerja yaitu berkisar antara 43,20 - 58,8 persen, tetapi mengalami kecenderungan fluktuatif menurun hingga pada tahun 2007 hanya mencapai 43,23 %. Tenaga kerja di sektor perdagangan, hotel dan restauran mengalami kecenderungan meningkat sampai krisis ekonomi melanda hingga mencapai angka tertinggi pada tahun 1998 sebesar 22,77 %, dan selanjutnya cenderung menurun hingga pada tahun 2005 sebesar 19,77 %, kemudian meningkat kembali di tahun 2006 - 2007 mencapai 28,06 % dan 26,09 % serta sisanya tersebar di berbagai sektor seperti jasa, konstruksi dan lain-lain.

Namun demikian walaupun Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian menurun tetapi masih tidak sebanding dengan hasilnya dilihat dari tingkat kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 31.95 % dengan tingkat kepemilikan lahan yang hanya 0.3 ha. Sehingga dari kondisi tersebut, tenaga kerja di sektor pertanian cenderung tidak produktif.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Bekerja berdasarkan Mata Pencaharian Utama Tahun 1994-2007

Mata Pencaharian SEBELUM KRISIS  KRISIS

1994 1995 1996 1997 19981. Sektor Pertanian 58.31 58.31 58.80 58.06 49.892. Sektor Pertambangan dan Penggalian 0.13 0.13 0.09 0.42 0.283.Industri Pengolahan 8.04 8.04 5.28 5.69 7.804.Listrik, Gas dan air bersih 0.10 0.10 - 0.09 0.145. Bangunan dan Konstruksi 5.84 5.84 6.13 6.31 3.616. Perdagangan, Hotel dan Restauran 13.39 13.39 17.06 15.59 22.777. Pengangkutan dan Komunikasi 6.25 6.25 4.84 6.01 7.888. Keuangan, Persewaan dan Jasa 0.12 0.12 0.49 0.50 0.249. Jasa-jasa 7.92 7.92 7.31 7.33 7.39 

Lanjutan

Mata Pencaharian

PASCA KRISIS199

9200

0200

1200

2200

3200

4200

5200

62007

1.Pertanian 55.9

056.4

257.4

251.3

057.8

252.3

640.3

743.2

043.2

32.Pertambangan 0.57 0.15 0.15 0.38 0.17 0.17 0.89 0.72 0.71

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-9

Page 10: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

dan Penggalian3.Industri Pengolahan 4.43 6.73 6.73 7.84 5.23 5.11 7.80 8.13 8.174.Listrik, Gas dan air bersih 0.11 0.08 0.08 - 0.18 0.18 0.44 0.13 0.145.Bangunan dan Konstruksi 3.68 4.16 4.16 4.87 3.89 3.65 6.56 3.38 3.356.Perdagangan, Hotel dan Restauran

21.28

18.83

18.83

19.26

19.16

22.71

24.10

28.06

26.09

7.Pengangkutan dan Komunikasi 5.45 4.76 4.76 8.04 6.92 9.12 9.57 4.15 4.078.Keuangan, Persewaan dan Jasa

0.44 0.76 0.76 0.61 0.51 0.65 0.71 0.19 0.18

9.Jasa-jasa 8.14 7.11 7.11 7.70 6.10 6.05 9.5614.0

514.0

6 Sumber Data : BPS Kab.Subang

Tabel 6. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas yang bekerja menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 1997 - 2007

Status Pekerjaan

UtamaBerusaha Sendiri

Berusaha dengan dibantu

buruh tidak tetap

Berusaha dengan dibantu

buruh tetapBuruh /

KaryawanPekerja

Keluarga

1997 14.08 30.82 0.37 39.65 15.081998 20.07 33.57 0.7 31.23 14.431999 19.41 27.91 0.94 38.46 13.282000 20.12 24.87 0.65 42.25 12.112001 16.49 26.18 0.83 44.70 11.802002 24.54 30.42 2.82 30.11 12,112003 24.45 26.69 2.37 35.50 10.992004 31.40 23.60 4.06 32.41 8,532005 22.96 22.44 1.68 43.96 8,962006 28.75 3,91 12,99 27.05 27.312007 29.50 3.90 12.95 26.29 27,36 Sumber : BPS Kab.Subang

Dan bila dikaji lebih jauh tenaga kerja penduduk Subang dilihat dari status pekerjaan tahun 1997-2007 umumnya masih didominasi oleh pekerjaan-pekerjaan sebagai buruh dan karyawan yakni berkisar antara 26,29 – 44,70 persen, buruh dengan dibantu buruh tidak tetap berkisar sebesar 3,9-33,57 persen dan berusaha sendiri berkisar antara 14-31 persen. Sedangkan berusaha dengan dibantu pekerja tetap berkisar antara 0,7 – 12,99 persen dan sebagai pekerja keluarga berkisar antara 8-27 persen. Dari gambaran tabel di atas, ternyata masih banyak pekerja yang berstatus pekerja keluarga, namun hal yang menggembirakan adalah meningkatnya status pekerja yang berusaha sendiri dan pekerja yang berusaha dengan dibantu buruh tetap. Artinya bahwa sektor informal menjadi kekuatan dalam perekonomian disamping mulai tumbuhnya investasi di Kabupaten Subang.

C. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-10

Page 11: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Secara teoritis, sebetulnya paparan data serial pada grafik di bawah ini juga sekaligus memperlihatkan secara faktual fenomena ketidakmampuan aktivitas perekonomian Kabupaten Subang dalam menyerap pasar kerja. Angka Partisipasi Kerja dalam kurun waktu 1995-2007 memperlihatkan bahwa TPAK mencapai angka tertinggi pada saat sebelum krisis moneter Tahun 1996 sebesar 61,03 % dan selanjutnya memiliki kecenderungan fluktuatif menurun dengan angka terendah pada tahun 2006 yang mencapai 43.70 %, dan naik kembali di tahun 2007 menjadi 49,12%. penurunan tersebut selain disebabkan berkurangnya kesempatan kerja juga disebabkan tingginya perempuan untuk menjadi ibu rumah tangga yang mencapai 365.843 orang atau sekitar 60.16 % dari jumlah perempuan di atas 10 tahun. Adapun dari tingkat pengangguran terbuka (TPT) memperlihatkan pola yang sedikit berbeda, di mana puncak pengangguran dalam kurun waktu 1995 – 2007 terjadi pada tahun 2005 yang mencapai 12,96 % termasuk mereka yang sedang mencari pekerjaan secara aktif. Hal ini disebabkan selain kesempatan kerja yang relatif rendah juga disebabkan bahwa komposisi penduduk di usia 15 - 64 pada tahun 2005 mencapai 66.87%. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa pada saat kesempatan kerja rendah sementara permintaan terhadap pasar kerja meningkat, maka cenderung pengangguran akan meningkat.

Grafik 2. Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran Tahun 1995-2007

54.82

3.36

61.03

4.15

58.51

7.82

58

5.96

58.34

6.29

53.87

5.42

56.08

5.44

57.4

4.33

57.99

8.73

53.49

10.63

57.68

12.96

43.70

12.93

49.12

7.51

0

10

20

30

40

50

60

70

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

% ANGKATAN KERJA (TPAK)

% PENGANGGURAN (TPT)

Sumber : BPS Kab.Subang Dari data serial yang dipaparkan maka interprestasi yang muncul adalah masalah pengangguran merupakan suatu masalah serius bagi Kabupaten Subang, dimana kalau diperbandingkan antara kondisi sebelum krisis dan pasca krisis, nampak bahwa kisaran pengangguran sebelum krisis moneter mencapai 3.3.- 4.1 % sedangkan pengangguran pada pasca krisis berada pada kisaran antara 5.36 % - 12.96 % dan pada tahun 2007 ini kembali menurun menjadi 7.51 %. Kondisi tersebut harus menjadi perhatian semua stakeholder, mengingat dampak paling buruk yang akan terjadi adalah dapat menyebabkan penurunan daya beli masyarakat. Di mana effek berantai dari kondisi tersebut adalah munculnya ketidak-mampuan rumahtangga (masyarakat) untuk menyekolahkan anak-anaknya. Yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan kemiskinan.

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-11

Page 12: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Selanjutnya pengamatan dari aspek gender untuk derajat partisipasi penduduk usia kerja dan angka pengangguran terbuka di Kabupaten Subang dapat dilihat pada Grafik 3. di mana bahwa sebelum krisis moneter TPAK baik laki – laki maupun perempuan memperlihatkan angka yang paling tinggi di tahun 1996 yakni 79.21 % dan 42.31%, dan di tahun 2007 yakni 82.03 % dan 45.88 %. Sedangkan untuk tingkat pengangguran memperlihatkan pola yang berbeda bagi perempuan sedangkan untuk laki-laki cenderung sama dimana pengangguran terendah terjadi pada tahun 1996 yang mencapai 3.21 % dan pengangguran tertinggi terjadi pada tahun 2007 mencapai 6.59 %. Rendahnya TPAK Wanita di banding Laki-laki disebabkan oleh tingkat pendidikan wanita lebih rendah di banding laki-laki serta masih adanya perlakuan yang kurang menguntungkan terhadap wanita dimana wanita bukanlah “pencari nafkah keluarga “, padahal diskriminsasi tersebut tidak sepenuhnya benar selama wanita yang bekerja tidak melanggar norma-norma agama.

Grafik 3. Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin, 1995-2007

76.54

39.23

79.21

42.31

78.52

41.13

77.14

40.23

77.42

39.70

73.49

34.77

72.87

26.38

74.94

36.52

73.77

32.56

74.50

33.44

74.85

32.56

71.97

31.85

82.03

45.88

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

TPAK (L)

TPAK (P)

Grafik 4. Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin, 1995-2007

4.03

6.92

3.21

6.115.45

7.34

5.15

6.54

5.36

8.06

5.435.405.98

8.17

3.54

6.87

4.98

6.81

4.46

7.28

5.76

7.15

5.92

7.206.59

9.14

0

123456789

10

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

TPT (L)

TPT (P)

Sumber : BPS Kab.Subang

Tabel.7 Data Pengangguran Berdasarkan Kecamatan

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-12

Page 13: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Tahun 2006 – 2007

No. Kecamatan Jumlah Pengangguran2006 2007

1. Subang 6.064 4.6272. Cibogo 2.734 1.0913. Kalijati 1.987 1.6984. Cipeundeuy 1.434 8805. Jalancagak 655 6506. Cisalak 2.562 1.8577. Sagalaherang 2.747 1.1388. Pagaden 2.030 1.8739. Cipunagara 1.771 1.413

10. Binong 3.037 2.37411. Pamanukan 4.199 2.49812. Pusakanagara 4.056 1.89313. Legonkulon 1.064 62014. Blanakan 2.677 1.25315. Ciasem 7.761 2.37516. Purwadadi 1.152 1.14817. Patokbeusi 3.922 2.68118. Tanjungsiang 1.357 1.40419. Cijambe 2.721 1.11020. Compreng 1.914 1.91121. Cikaum 2.117 93422. Pabuaran 2.072 1.730

J U M L A H 60.033 37.158Sumber : BPS (Subang Dalam Angka)

Sejalan dengan pertumbuhan investasi antara tahun 2003-2008, terjadi peningkatan jumlah perusahaan maupun penggunaan tenaga kerja. Pada tahun 2003 jumlah perusahaan sebanyak 233 perusahaan menjadi 285 perusahaan pada tahun 2008. Begitu juga dalam hal penggunaan tenaga kerja terjadi peningkatan dari tahun 2003 jumlah tenaga kerja yang bekerja di perusahaan sebanyak 17.675 orang dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 36.308 orang. Implikasi dari hal tersebut, timbul pula persoalan mengenai hubungan industrial, kesejahteraan pekerja, perlindungan tenaga kerja, dan pengeksploitasian pekerja anak dan perempuan serta diskriminasi gender dalam perekrutan tenaga kerja. Untuk mengatasi persoalan di atas, telah dilakukan sosialisasi mengenai berbagai peraturan ketenagakerjaan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman baik bagi pengusaha maupun tenaga kerja di 120 perusahaan. Kemudian untuk melindungi pekerja anak dari pengeksploitasian digulirkan Program Pengurangan Pekerja Anak dalam rangka menunjang Program

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-13

Page 14: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Keluarga Harapan (PPA-PKH) dimana 150 orang pekerja anak dikumpulkan di beberapa shelter, yaitu di Kecamatan Subang, Ciasem, Pamanukan, Patokbeusi, dan Pusakanagara dengan didampingi oleh 3 orang pendamping dan 3 orang tutor selama satu bulan. Tujuan dari kegiatan ini, agar para pekerja anak memiliki motivasi untuk kembali ke bangku sekolah, baik melalui pendidikan formal maupun informal bagi yang berminat, sedangkan bagi pekerja anak yang tidak ingin bersekolah dan usianya mendekati usia kerja maka diarahkan untuk diberikan pelatihan keterampilan kerja. Sebagai pilot proyek tindak lanjut dari kegiatan di atas, maka telah dilaksanakan pendidikan keterampilan melalui program Pendidikan Layanan Khusus (PLK), yaitu melalui kerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional.

Pendidikan dan pelatihan bagi pencari kerja sebanyak 2.444 orang (38,09 % dari 6.417 orang ) dalam berbagai bidang kejuruan telah mampu mempekerjakan sebanyak 2.000 orang sedangkan sisanya melakukan usaha mandiri. Sesuai dengan permintaan pasar kerja akan tenaga terampil dan kompeten, maka untuk menjawab permintaan tersebut telah diujikempetensikan sebanyak 200 orang tenaga kerja dan berhak atas sertifikat yang berstandar nasional. Dengan sertifikasi tersebut, tenaga kerja memiliki daya saing dan daya tawar di pasar kerja sehingga dapat mengisi lowongan kerja yang ada. Disamping itu juga keterbatasan lapangan kerja di dalam negeri mendorong masyarakat untuk bekerja di luar negeri. Selama kurun waktu di atas telah dibantu sebanyak 475 orang CTKI baik dalam bentuk pinjaman, subsidi bunga maupun bantuan penyelesaian administrasi keberangkatan CTKI ke luar negeri seperti pembuatan paspor, medical test, dan sebagainya.

Selanjutnya juga telah dilatih sebanyak 27 orang tenaga kerja muda terdidik (TKMT) dan tenaga kerja pembangunan mandiri professional untuk membantu masyarakat desa membangun perekonomian di desa. Melalui peningkatan efektivitas Informasi Pasar Kerja (IPK) telah ditempatkan tenaga kerja didalam negeri sebanyak 2.500 orang, sedangkan untuk penempatan tenaga kerja ke luar negeri melalui pola Antar Kerja Antar Negara yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi kabupaten Subang sebanyak 3.714 orang dan penempatanya tersebar di berbagai negara.

Penyusunan Upah Minimum Kabupaten (UMK) setiap tahunnya ada kenaikan sebesar 15 % dari UMK tahun sebelumnya. Akan tetapi pada tahun 2007 dan 2008 kenaikan UMK hanya pada kisaran 10 % dan 8,6 % dari UMK tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan selain karena kondisi perekonomian yang belum stabil, juga ditambah dengan terjadinya krisis keuangan global yang melanda dunia pada pertengahan tahun 2008

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-14

Page 15: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

sehingga berdampak pada kemampuan perusahaan untuk menaikan upah kerja.

Perubahan paradigma penempatan transmigrasi seiring dengan bergulirnya otonomi daerah mengubah pola penanganan transmigrasi yang semula sentralistik menjadi desentralistik. Dalam artian, daerah pengirim harus melakukan kerjasama penempatan transmigrasi dengan daerah penerima. Selama kurun waktu 2003 – 2008 telah dilakukan kerjasama penempatan transmigrasi di 19 propinsi di luar pulau Jawa dan telah ditempatkan sebanyak 157 kepala keluarga atau 62,8 % dari target 250 kepala keluarga sampai tahun 2009 dan target ini kemungkinan tidak akan tercapai sampai akhir tahun 2009 mengingat kuota pengiriman transmigran ditentukan oleh daerah penerima.

2.1.2. Analisa Kondisi DemografiDari kondisi di atas, maka analisa yang dapat disajikan adalah sebagai berikut :Analisa Kekuatan :1) Peran KB sangat efektif dalam mengatur kelahiran yang berdampak

pada pengaturan komposisi umur penduduk dimana angka ketergantungan masih di bawah 50 % yakni sebesar 39.45 % dan lebih jauh lagi berperan dalam mewujudkan keluarga yang berkualitas

2) Rendahnya LPP Kabupaten Subang sebesar 1.21 % dibandingkan dengan rata-rata Kabupaten lain di Jawa Barat sebesar 1.81%

Analisa kelemahan :1) Tingkat perkawinan di bawah umur selama kurun waktu 12 tahun

terakhir relatif tinggi berkisar antara 26-49 %, hal ini bila di biarkan akan menimbulkan LPP cenderung tinggi, munculnya KK Miskin baru atau meningkatnya kasus kematian bayi

2) Kemiskinan yang tinggi sebesar 31.62 % harus mendapat perhatian serius terutama kemiskinan struktural yang disebabkan oleh potensi yang sangat rendah

baik SDM, modal maupun sulitnya akses terhadap lapangan kerja secara permanen.

3) Masih tingginya angka pengangguran yang masih mencapai 7,5 %4) Tidak produktifnya tenaga kerja yang bergerak di sektor pertanian

sebagai akibat dari sektor pertanian masih tradisional belum mengarah pada peningkatan nilai tambah produksi

5) Perilaku diskriminatif orang tua/dunia usaha terhadap gender yang tergambar pada TPAK (laki-laki) sebesar 82,03 % jauh lebih besar dari

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-15

Page 16: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

TPAK (Perempuan) sebesar 45.88 % serta meningkatnya penduduk yang mengurus rumah tangga hingga mencapai 31.08 %

Analisa Peluang :1) Komitmen yang tinggi baik di tingkat Pemerintah Pusat, Propinsi

maupun stakehoder lainnya terhadap pengentasan permasalahan pengangguran dan kemiskinan.

2) Komitmen yang tinggi baik di tingkat Pemerintah Pusat maupun Propinsi dalam menekan ledakan jumlah penduduk

Analisa Ancaman :1) Kesempatan kerja yang dibutuhkan tidak sebanding dengan jumlah

pengangguran 2) Tingkat kompetitif tenaga kerja Subang relatif belum mampu mengisi

kebutuhan tenaga kerja sesuai keinginan investor atau pasar kerja.

2.2. KONDISI DAN ANALISA KONDISI SOSIAL BUDAYA

2.2.1. Kondisi Sosial Budaya

1. Pendidikan

Salah satu komponen krusial dalam kompilasi IPM. ialah indeks pendidikan, di mana indeks ini terdiri atas dua komponen krusial, yaitu rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf untuk penduduk yang berusia 15 tahun ke atas.

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-16

Page 17: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

A. Tingkat Melek Huruf dan Rata-rata Lama sekolah

Kemampuan membaca dan menulis merupakan kemampuan minimum yang harus dimiliki penduduk, karena banyak informasi yang membutuhkan kemampuan tersebut, bahkan untuk supaya berkembang dalam berbagai aspek kehidupan kemampuan membaca dan menulis ini menjadi dasar bagi setiap penduduk.

Pengertian melek huruf adalah banyaknya/persentase penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis huruf latin. Kenyataannya masih banyak penduduk usia 15 tahun ke atas atau lebih yang tidak mampu membaca dan menulis. Hal ini dapat disebabkan karena memang sejak lahir sampai sekarang penduduk tersebut belum atau tidak pernah sekolah, atau pernah sekolah tetapi putus sekolah sebelum mampu membaca dan menulis. Kedua kondisi diatas besar kemungkinan disebabkan oleh ketidakmampuan orang tua secara ekonomi untuk menyekolahkan anaknya, ataupun karena kurangnya kesadaran orang tua akan arti pentingnya pendidikan.

Sedangkan Rata-rata lama sekolah adalah lama pendidikan penduduk Subang yang berusia 15 tahun ke atas. Angka tersebut memberikan gambaran tentang seberapa lama penduduk Kabupaten Subang dalam mengenyam pendidikan. Sehingga semakin lama penduduk memperoleh pendidikan, maka semakin tinggi pula kualitas SDM penduduk tersebut dan lebih jauh lagi penduduk tersebut akan lebih memiliki peluang untuk memperoleh hidup yang lebih layak.

Tabel .8 Angka Melek Huruf dan Rata-rata lama sekolah Kabupaten Subang Tahun 1999-2008

Tahun AMH (%) RRLS (Tahun)1999 86,20 5,402000 85,00 5,842001 86,80 5,992002 87,53 6,142003 87,78 6,512004 87,85 6,722005 88,34 6,752006 90,03 6,772007 91.17 6,932008 91.73 7,01

Sumber : BPS Kab.Subang Tabel .9 Angka Melek Huruf dan Rata-rata lama sekolah

Per Kecamatan Tahun 2007

NO KECAMATAN AMH RANGKING AMH RRLS RANGKING

RRLS

1 2 7 8 9 10

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-17

Page 18: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

1 Sagala herang 93.96 6 6.76 112 Jalan cagak 96.47 1 7.59 43 Cisalak 95.16 3 7.75 34 Tanjungsiang 94.11 5 6.93 95 Cijambe 92.98 7 7.06 66 Cibogo 92.68 9 6.98 77 Subang 95.23 2 8.24 18 Kalijati 94.64 4 7.5 59 Cipeundeuy 92.29 11 6.28 17

10 Pabuaran 86.44 21 6.76 1211 Patokbesi 92.78 8 6.45 1512 Purwadadi 91.68 12 6.96 813 Cikaum 87.63 19 6.1 2014 Pagaden 90.54 15 6.66 1315 Cipungara 88.41 16 5.75 2216 Compreng 81.18 22 6.11 1917 Binong 88.19 17 6.18 1818 Ciasem 92.35 10 7.89 219 Pamanukan 90.68 14 6.34 1620 Pusakanagara 87.75 18 6.62 1421 Legonkulon 91.58 13 6.05 2122 Blanakan 86.81 20 6.78 10  KAB SUBANG 91.17   6.93  

Sumber : BPS Kab. Subang

Tingkat melek huruf di Kabupaten Subang pada tahun 1999 tercatat 86,2 %, tahun 2000 tercatat 85 %, tahun 2001 tercatat 86,80%, tahun 2002 tercatat 87,53 %, Tahun 2003 tercatat 87,78 %, Tahun 2004 tercatat 87.85 %, Tahun 2005 tercatat 88.34%, Tahun 2006 tercatat 90,03% dan Tahun 2007 tercatat 91,17 %. Dari kenaikan tersebut nampaknya bahwa peningkatannya belum signifikan dari kurun waktu 7 tahun terakhir kenaikannya tidak lebih dari 0.7 % kecuali di tahun 2006 dan 2007 yang meningkat tajam hingga mencapai 90,03% dan 91.17%. Dan kecamatan yang memiliki buta huruf terbanyak adalah kecamatan Compreng (81.18%), kecamatan Pabuaran (86,44%) sebagaimana tabel di atas, sedangkan berdasarkan usia, Buta Huruf terbanyak terdapat pada usia diatas 65 tahun ke atas sebesar 47.74 %, usia 60 – 64 tahun sebesar 23 %, usia 55 – 59 tahun sebesar 11.04% sebagaimana tabel di bawah ini.

Tabel .10 Angka Melek Huruf Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2007

Kelompok Umur

Tidak dapat Baca

Tidak dapat Baca (%)

15 – 19 399 0.37 20 – 24 290 0.32

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-18

Page 19: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

25 – 29 284 0.3030 – 34 935 0.9135 – 39 2.435 1.9140 – 44 4.158 3.8345 – 49 6.124 5.8350 - 54 9.518 10.1255 – 59 7.395 11.0460 – 64 13.984 2365 + 54.100 47.74

JUMLAH 99.622 9.28 Sumber : BPS Kab.Subang

Adapun untuk Rata-rata lama sekolah pada tahun 1999 tercatat 5,4 tahun, tahun 2000 tercatat 5,84 tahun, tahun 2001 tercatat 5,99 tahun, tahun 2002 tercatat 6,14 tahun tahun 2003 tercatat 6,51 tahun, tahun 2004 tercatat 6,72 tahun, tahun 2005 tercatat 6,75 tahun, di tahun 2006 tercatat 6,77 tahun dan di tahun 2007 tercatat 6,93 tahun. Ini berarti bahwa peningkatan rata-rata lama sekolah di Kabupaten Subang mengalami kecenderungan naik tetapi belum signifikan dan masih jauh dari harapan untuk mencapai tahap Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun (dalam pengertian RRLS masih di bawah 9 tahun). Dan kecamatan yang memiliki RRLS terendah adalah kecamatan Cipunagara (5.75 tahun), kecamatan Legonkulon (6,05 tahun) sebagaimana tabel di atas.

B. Tingkat Partisipasi SekolahSegmentasi penduduk yang harus mendapatkan kesempatan sekolah

secara demografis ditentukan pada selang usia (7-18) tahun, di mana secara operasional kelompok umur tersebut dipilah menjadi tiga; yaitu usia (7-12) tahun untuk tingkat Sekolah Dasar (SD.), usia (13-15) tahun untuk tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP.) dan umur (16-18) tahun untuk tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).

Pada dua kelompok umur yang pertama, yaitu usia (7-12) tahun dan (13-15) tahun merupakan umur yang krusial dikaitkan dengan adanya program yang dicanangkan oleh pemerintah yaitu Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) – 9 tahun. Dengan demikian, sudah selayaknya-lah apabila pengamatan yang lebih serius diarahkan pada kelompok usia ini. Angka Partisipasi Murni (APM) memberikan informasi yang lebih baik, di mana indikasi jumlah penduduk umur tertentu yang bersekolah pada tingkatan yang sesuai dengan kelompok umurnya. Terlihat besaran APM pada tingkat sekolah dasar cenderung naik, dimana kenaikan yang sangat tajam terjadi pada periode

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-19

Page 20: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

tahun 2002-2007 yang berada dikisaran 94,09 % - 98,19 %, demikian juga untuk APM di tingkat SLTP dan SLTA sebagaimana Grafik 5.

Grafik. 5 Angka Partisipasi Murni (APM)SD/MI/PLS, SMP /MTs/PLS dan SMA /MA/PLS

Tahun 1993-2007

80.09

53.15

15.26

81.24

53.48

15.39

82.56

54.23

16.08

82.75

54.29

16.46

83.18

55.23

16.65

83.56

55.36

17.08

84.92

55.80

17.30

83.50

58.90

19.50

87.84

59.70

20.00

94.09

61.00

21.80

94.56

63.30

27.50

95.05

63.54

28.10

95

64.2

31

98.15

77.40

29.50

98.19

78.64

37.17

-10.0020.0030.0040.0050.00

60.0070.0080.0090.00

100.00

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

APM SD/MI/PLS

APM SLTP/MTS/PLS

APM SLTA/MA/PLS

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Subang

Grafik 6. Angka Partisipasi Kasar (APK)SD/MI/PLS, SMP /MTs/PLS dan SMA /MA/PLS

Tahun 1993-2007

95.26

56.35

18.12

96.12

58.06

18.26

97.65

60.16

18.78

99.12

63.04

19.03

100.05

65.24

19.17

100.78

67.15

19.56

102.26

69.92

20.16

103.25

68.80

19.94

104.70

73.15

22.90

105.10

77.03

29.50

107.60

77.11

29.86

108.94

78.05

30.35

109

79.4

33

111.53

95.00

37.07

98.11

78.64

37.17

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

APK SD/MI/PLS

APK SLTP/MTS/PLS

APK SLTA/MA/PLS

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Subang

Suatu indikator lain yang dapat digunakan untuk melihat kondisi partisipasi penduduk bersekolah pada Tingkat SD/MI /PLS, SMP /MTs/PLS dan SMA /MA/PLS dengan tidak mempertimbangkan usia siswa pada tingkatan tersebut ialah Angka Partisipasi Sekolah (APK). Pada grafik 6 dipaparkan besaran APK Kabupaten Subang pada kurun waktu 1993-2007.Suatu interpretasi atas paparan data serial tersebut, bahwa ada peningkatan atas partisipasi segmen usia (7 - 15) tahun dan hal yang sama bila diamati untuk besaran APK usia (16 - 18) tahun. Suatu catatan krusial yang dapat dikemukakan, meskipun deteksi dari rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf yang digunakan dalam kompilasi angka IPM adalah untuk kelompok usia 15 tahun ke atas, akan tetapi tingginya besaran APK pada usia (7 - 18) tahun akan merupakan data investasi dalam meningkatkan angka rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf.C. Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-20

Page 21: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk usia 10 tahun ke atas dapat memberikan gambaran akan kondisi dan kualitas sumberdaya manusia secara spesifik. Dari Tabel 11 dapat tergambar bahwa penduduk usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Subang secara umum pada tahun 2000-2007 yang menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) cenderung fluktuatif berkisar 26,59-38,51 % dan pada tahun 2007 ini meningkat tajam menjadi 35,86 % serta kembali menurun pada tahun 2008 menjadi 32.85 %. Dan fenomena yang harus mendapat perhatian serius adalah masih tingginya penduduk yang belum menamatkan pendidikan setara SD atau yang belum sekolah hingga mencapai 39.89 %, sehingga variabel inilah yang menjadikan permasalahan mendasar dalam upaya meingkakan indeks pendidikan, sedangkan rinciannya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 11. Penduduk 10 Tahun keatas menurut Tingkat Pendidikan yang ditamatkan di Kabupaten Subang Tahun 2000-2007

Tingkat Pendidik

an

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008Jumlah

(%)Jumlah

(%)Jumlah

(%)Jumlah

(%)Jumlah

(%)Jumlah

(%)Jumlah

(%)Jumlah

(%)Jumlah

(%)[1] [2] [3] [4] (5) (6) (7) (7) (8) (7)

Tdk/Blm Pernah

Sekolah & Tidak/Belum Tamat

SD

444.782(40,38)

453.655(41,01)

488.365(43,09)

442.553(38,54)

409.680(35,36)

420.798(36,55)

542.614(45,07)

453.030(37,36)

485.379(39,89)

SD 420.115(38,15)

426.056(38,51)

412.629.(36,41)

448.792.(39,08)

420.430.(36,82)

364.824.(31,69)

320.125.(26,59)

434.848.(35,86)

399.717(32,85)

SLTP 133.364(12,11)

126.630(11,45)

132.075(11,65)

145.745(12,69)

220.675(19,04)

206.481(17,94)

193,692(16,09)

182,114(15,02)

168.161(13,82)

SLTA 90.735(8,24)

86.117(7,79)

88.313(7,79)

90.406(7,87)

91.510(7,90)

131.511(11,42)

120.229(9,99)

115.577(9,53)

118.272(9,72)

DIATAS SLTA

13.300(1,12)

13.773(1,24)

11.832(1,04)

20.753(2,81)

16.415(1,41)

27.606(2,39)

27.191(2,26)

27.135(2,24)

45.265(3,72)

Jumlah 1.101.296(100,00)

1.106.231(100,00)

1.133.214(100,00)

1.148.269(100,00)

1.158.710(100,00)

1.151.220(100,00)

1.203.851

(100,00)1.212.704(100,00)

1.16.794(100,00)

Sumber : BPS Kab.Subang

D. Jumlah DO SD, SLTP dan SLTASalah satu indikator yang berpengaruh terhadap rata-rata lama sekolah

adalah tingginya DO. Apabila kita perhatikan dari data di bawah ini penurunan DO SD terjadi secara signifikan terlebih pada tahun 2005 yang hanya sebanyak 154 orang dan di tahun 2007 kembali menurun menjadi 110 orang. Pada tingkat SLTP jumlah DO di tahun 2002-2004 mencapai angka tertinggi di atas 450 siswa dan menurun drastis pada tahun 2005 – 2007 di kisaran 77-81 siswa. Demikian pula pada tingkat SLTA, jumlah DO menurun drastis di tahun 2006 dan 2007 menjadi 69 dan 86 siswa.

Variabel yang mempengaruhi DO disamping alasan ekonomi, sebagian lainnya karena alasan non ekonomi, seperti : kawin muda, pekerja di bawah umur dan budaya kontraproduktif lainnya.

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-21

Page 22: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Grafik 7. Jumlah DO SD/MI/PLS, SMP /MTs/PLS dan SMA /MA/PLS Tahun 1993-2007

635

315

248

615

306

216

598

295

194

536

312

206

546

282

187

573

245

167

506

226

157

491

243

127

434

132171

434462

207

358

459

206

362

458

238

154

81125

223

8169

110

77 86

-

100

200

300

400

500

600

700

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Jumlah Anak DO DI SD

Jumlah Anak DO DI SLTP

Jumlah Anak DO DI SLTA

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Subang

E. Jumlah Angka Melanjutkan Sekolah ke SLTP dan SLTASalah satu indikator lainya yang berpengaruh terhadap rata-rata lama

sekolah adalah angka melanjutkan sekolah. Dari data yang ada terlihat bahwa untuk AMS SD ke SLTP mengalami kenaikan signifikan pada periode Tahun 2001-2007 berada di kisaran 81.5 % - 98.5 % . Namun untuk AMS SLTP ke SLTA pada tahun 1993 – 2005 mengalami kenaikan yang tidak signifikan berada dikisaran antara 52-57 % dan di tahun 2006 -2007 meningkat signifikan menjadi 68% dan 69%.

Grafik 8. AMS SD ke SMP dan SMP ke SMA Tahun 1993-2007

65.23

52.12

66.45

52.34

67.15

52.75

67.53

53.25

68.68

53.35

69.26

53.78

70.56

54.35

69.76

54.94

81.50

55.07

83.40

54.98

87.98

55.50

89

57.3

91.00

59.00

98.00

68.00

98.50

69.00

-10.0020.0030.0040.0050.00

60.0070.0080.0090.00

100.00

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

SD - SLTP

SLTP - SLTA

Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Subang

Permasalahan pendidikan di Kabupaten Subang secara umum sangat dipengaruhi oleh :

- Faktor ekonomiPermasalahan ekonomi sangat berdampak terhadap dunia pendidikan, dimana layanan pendidikan akan relatif sulit dirasakan bagi keluarga miskin.

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-22

Page 23: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Kemampuan yang terbatas terhadap akses layanan pendidikan dasar, menjadikan tingkat pendidikan keluarga miskin cenderung rendah. Penyebab utama masalah ini adalah terbatasnya jangkauan fasilitas pendidikan, tingginya biaya pendidikan, (termasuk didalamnya ongkos transport, dan kebutuhan lainnya) serta tingkat pendapatan yang cukup rendah.Terbatasnya akses pendidikan bagi keluarga miskin ditunjukkan oleh banyaknya kepala keluarga yang tidak mempunyai ijazah. Angka Putus Sekolah juga merupakan salah satu indikator mutu pendidikan yang terkait dengan kondisi kemiskinan masyarakat. Berdasarkan Hasil Penelitian BPS Tahun 2005 di daerah pantura, terlihat bahwa sebanyak 64,5 persen kepala keluarga tidak sekolah/tidak tamat sekolah dasar. Hal yang mungkin melatarbelakangi tingginya angka tersebut adalah budaya kawin muda yang masih sering terjadi di daerah tersebut.

TABEL 12. PERSENTASE KEPALA KELUARGA MISKINBERDASARKAN IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI

KEPEMILIKAN IJAZAH PEGUNUNGAN PEDATARAN PANTAI[1] [2] [3] [4]

TIDAK PUNYA 47.5 45.9 64.5SD/MI/SEDERAJAT 44.5 34.5 19.4SLTP/MTs/SEDERAJAT 7.1 19.2 16.1SLTA/MA/SEDERAJAT 0.8 0.3 0DIATAS SLTA - - -

JUMLAH 100.0 100.0 100.0Sumber : Hasil Penelitian BPS Tahun 2005

Kondisi di atas berdampak kepada tingginya angka buta huruf di Kabupaten Subang. Disinyalir bahwa besarnya angka buta huruf merupakan produk masa lalu (karena banyak terjadi pada penduduk berusia tua) dan sebagian besar terjadi pada keluarga miskin. Pada tabel berikut terlihat bahwa persentase buta huruf pada keluarga miskin rata-rata sebesar 31 persen. Kondisi ini jelas sangat berpengaruh terhadap kualitas SDM. Dalam hal kemampuan untuk bersaing di dalam pasar lapangan kerja, keluarga miskin yang juga buta huruf akan lebih terpinggirkan dan hanya mampu bekerja pada jenis pekerjaan dengan upah yang sangat rendah.

TABEL 13. PERSENTASE KELUARGA MISKINBERDASARKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS

STATUS PENDIDIKAN DAPAT MEMBACA & MENULIS BUTA HURUF JUMLAH

[1] [2] [3] [4]PEGUNUNGAN 63.0 37.0 100PEDATARAN 73.9 26.1 100PANTAI 71.0 29.0 100

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-23

Page 24: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Sumber : Hasil Penelitian BPS Tahun 2005

Kondisi miskin juga seolah ditularkan kepada generasi berikutnya, sebab mereka tidak mempunyai kemampuan untuk menyekolahkan anaknya. Meskipun persentase keluarga miskin yang mempunyai anak yang tidak sekolah cukup rendah (sekitar 5 persen), namun hal ini tidak boleh diabaikan karena akan berdampak terhadap angka partisipasi sekolah.

TABEL 14. PERSENTASE KELUARGA MISKINBERDASARKAN KEBERADAAN ANAK USIA SEKOLAH (7-15 TAHUN)

YANG TIDAK BERSEKOLAHDAERAH ADA TIDAK ADA JUMLAH

[1] [2] [3] [4]PEGUNUNGAN 5.9 94.1 100PEDATARAN 2.7 97.3 100PANTAI 4.9 95.1 100

Sumber : Hasil Penelitian BPS Tahun 2005

TABEL 15. PERSENTASE KELUARGA MISKINBERDASARKAN ALASAN TIDAK MENYEKOLAHKAN ANAKALASAN PEGUNUNGAN PEDATARAN PANTAI

[1] [2] [3] [4]a. Tidak Ada Biaya 71.4 80.0 100.0b. Merasa Tidak Perlu 7.2 10.0 0.0c. Lainnya 21.4 10.0 0.0

JUMLAH 100.0 100.0 100.0Sumber : Hasil Penelitian BPS Tahun 2005

- Faktor BudayaFenomena yang perlu di cermati adalah masalah budaya yang kontradiktif dimana ada anggapan bahwa anak yang paling penting adalah membantu orang tua bekerja sebagai petani atau pekerjaan lainnya. Padahal dengan perilaku tersebut anak akan tertinggal dalam mempersiapkan masa depannya, apalagi bahwa pekerjaan pertanian tersebut hanya sekedar buruh tani yang jelas-jelas sudah kelebihan tenaga kerja tidak produktif (over employment).

2. Kesehatan

Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya kesehatan, yakni promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Upaya tersebut tercermin antara lain melalui kegiatan penyuluhan kesehatan, pelayanan kesehatan, pembinaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular dan lain-lain. Untuk melihat hasil upaya tersebut, dapat dilihat dari perkembangan derajat kesehatan berupa Angka Harapan Hidup dan indikator lainnya seperti Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu, status gizi masyarakat,, kondisi kesehatan lingkungan, Kondisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Kondisi Sarana dan Prasarana Pelayanan serta lainnya.

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-24

Page 25: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Angka Harapan Hidup (AHH) adalah salah satu indikator kesehatan yang digunakan untuk menjelaskan tinggi rendahnya Umur Harapan Hidup waktu lahir dan lebih jauhnya indikator ini menggambarkan taraf hidup suatu negara, karena kaitannya yang sangat erat dengan Indeks Mutu Hidup (IMH) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Umur Harapan Hidup waktu lahir menunjukan adanya peningkatan dimana tahun 2000 mencapai 66,20 tahun, tahun 2001 mencapai 66,43 tahun, tahun 2002 mencapai 67,21 tahun, tahun 2003 mencapai 67,54 tahun, tahun 2004 mencapai 67,81 tahun, tahun 2005 mencapai 67,87 tahun, tahun 2006 mencapai 68,39 tahun dan tahun 2007 mencapai 68,52 tahun. Adapun indikator kesehatan lainnya antara lain : A. Angka Kematian Bayi (AKB)

Suatu hal lain yang menarik, kondisi suatu wilayah dapat dilihat dari aspek derajat kesehatan, di mana derajat kesehatan itu sendiri diukur dengan menggunakan angka kematian bayi (AKB.). Berdasarkan kriteria daerah yang direkomendasikan Stan

D'Souza1 dari aspek AKB. atau derajat kesehatan, maka diinterpretasikan, pada tahun 1980 wilayah kabupaten Subang termasuk daerah soft-rock dan pada kurun waktu 1990-2007 berdasarkan kriteria Stan D'Souza, Kabupaten Subang masih berada dalam posisi daerah intermediate-rock. Artinya bahwa kematian bayi terjadi karena faktor sosial dan budaya sehingga memerlukan intervensi penyadaran yang cukup intensif di masyarakat.

Tabel 16. Angka Kematian Bayi (AKB), Rata-rata Umur Wanita Perkawinan Pertama Di Kabupaten Subang, 1980-2007

1 Menurut "B-Pichart classification"-Stan D'Souza (1984) dalam Brotowasisto (1990), Angka kematian Bayi membagi daerah menjadi 3 (tiga) wilayah; yaitu:1. Daerah dengan AKB diatas 100 per seribu kelahiran bayi hidup sebagai daerah soft-rock, di mana sebagian besar

kejadian kematian bayi disebabkan oleh penyakit menular.2. Daerah dengan AKB 30-100 per seribu kelahiran hidup dikategorikan sebagai daerah intermediate-rock, yang

memerlukan perubahan sosial untuk menurunkan AKB-nya.3. Daerah dengan AKB di bawah 30 per seribu kelahiran bayi hidup diklasifikasikan sebagai daerah hard-rock, yaitu

hanya sebagian kecil saja kematian yang disebabkan oleh penyakit menular dan sebagian besar disebabkan oleh kelahiran bawaan atau congenital.

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-25

Page 26: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Sumber: BPS. Kab.Subang.Catatan: *) = angka harapan hidup waktu lahir.

Pada tahun 2000 dilaporkan kasus kematian bayi sebanyak 424 dari 28176 kelahiran hidup, tahun 2001 sebanyak 219 kasus dan tahun 2002 sebanyak 327 kasus, dan pada tahun 2003 sebanyak 299 kasus sedangkan pada tahun 2004 sebanyak 195 kasus, pada tahun 2005 sebanyak 184 kasus, pada tahun 2006 sebanyak 175 kasus yang terdiri dari 130 kasus neonatal dini (0-7 hari), 31 kasus neonatal lanjut (7-28 hari) dan 14 kasus kematian bayi (28 hari -12 bulan), pada tahun 2007 sebanyak 170 kasus dari 29.003 kelahiran hidup yang terdiri dari 157 kasus kematian neonatal (0-28 hari) dan pada tahun 2008 sebanyak 162 kasus. Adapun rinciannya sebagai berikut :

Tabel 17. Jumlah Kematian Bayi menurut Puskesmas di Kabupaten Subang Tahun 2003-2008

NO PUSKESMAS 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 SAGALAHERANG 6 5 4 6 6 42 SERANGPANJANG       0 1 13 JALANCAGAK 8 7 3 6 7 84 KASOMALANG 2 1 2 3 4 45 PALASARI 3 5 3 7 5 56 CISALAK 11 4 5 5 1 67 TANJUNGSIANG 5 6 3 5 5 98 TANJUNG WANGI 6 6 3 8 3 29 CIRANGKONG 1 1   1 4 1

10 CIBOGO 3 11 1 1 11 511 CIKALAPA 28 15 24 8 7 612 SUKARAHAYU 16 14 9 8 10 1013 KALIJATI 21 7 11 12 7 214 RAWALELE 13 8 7 5 9 515 CIPEUNDEUY 12 9 20 10 4 6

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

Tahun AKB Kriteria WilayahAngka

Harapan Hidup*)

1980 129,02 Soft-rock 48,501990 74,67 Intermediate-rock 59,001994 60,60 Intermediate-rock 62,871995 57,33 Intermediate-rock 62,461996 56,00 Intermediate-rock 62,831997 51,50 Intermediate-rock 64,301998 48,81 Intermediate-rock 64,321999 55,38 Intermediate-rock 65,002000 50,23 Intermediate-rock 66,202001 49,36 Intermediate-rock 66,432002 47,67 Intermediate-rock 67,212003 42,39 Intermediate-rock 67,542004 41,00 Intermediate-rock 67,812005 40,67 Intermediate-rock 67,872006 45,00 Intermediate-rock 68,392007 43.36 Intermediate-rock 68,52

II-26

Page 27: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

16 PABUARAN 4 3   3 1 417 PRINGKASAP 3 1 2 0 3 218 PATOKBEUSI 1 2 3 1 2 119 RANCABANGO 7 7 5 2 1 320 PURWADADI 12 6 9 5 6 621 CIAKUM 7 4 7 5 4 522 PAGADEN 9 7 7 3 3 523 GUNUNGSEMBUNG 8 2 5 10 4 024 CIPUNAGARA 9 8 11 9 8 425 COMPRENG 5 2 1 2 3 326 JATIREJA 8 11 3 4 2 227 BINONG 3   5 10 3 228 TAMBAK DAHAN 2 2   3 1 429 WANAJAYA 4   2 5 4 130 CIASEM   2   3 4 231 MANDALAWANGI 3 1 6 1 5 432 JATIBARU       0 3 533 PAMANUKAN 15 4 5 6 4 1234 BATANGSARI 7 6 2 3 1 735 PUSAKANAGARA 6 2   5 5 336 KARANGANYAR 6 5 6 3 4 237 LEGONKULON 13 13 4 5 3 438 BLANAKAN 2 8 2 2 8 539 CILAMAYAGIRANG 1   4 0 4 240 Pagaden Barat 0 0 0 0 0 0

JUMLAH 270 195 184 175 170 162Sumber: : Dinas Kesehatan

Menurut Singarimbun (1988: vii-viii) bahwa beberapa faktor memiliki kekuatan untuk menurunkan angka kematian, khususnya kematian bayi dan anak, yaitu: a. kemajuan dalam bidang ekonomi dan meningkatnya taraf hidup; b. kemajuan dalam bidang pengetahuan kedokteran dan teknologi; c. perbaikan sanitasi dan higiena; dan d. peningkatan persediaan makanan dan perbaikan gizi.

Satu sama lain faktor-faktor tersebut saling berkaitan dan tidak mudah untuk melihat mana yang lebih penting.

Resiko kematian bayi yang tinggi dialami oleh bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kawin muda. Resiko kematian bayi ini pada ibu yang kawin pada umur di bawah 16 tahun 30 persen lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang kawin pada umur 20 tahun ke atas (Adioetomo, 1984). Pada umumnya kawin muda mempunyai korelasi positif dengan umur muda mempunyai anak pertama dan ini berkaitan pula dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Caldwell dan McDonald (1981) ditemukan pula di Indonesia bahwa pendidikan, terutama pendidikan ibu, berpengaruh sangat kuat terhadap kelangsungan hidup anak dan bayinya. Hal ini didukung pula oleh Utomo dan Hatmadji (1982) yang menyimpulkan dari survei fertilitas-mortalitas tahun 1973 bahwa di antara berbagai faktor yang diteliti: pendidikan ibu, umur perkawinan pertama, pekerjaan, indeks fasilitas rumah tangga dan lama kebiasaan menyusui, maka pendidikan berpengaruh paling signifikan dan terkuat. Kemudian dengan menggunakan data SUPAS 1976, diperoleh informasi yang berharga tentang perbedaan AKB dan AKA

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-27

Page 28: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

(Angka Kematian Anak) antara berbagai kelompok pendidikan ibu. AKB dan AKA dua kali lipat lebih tinggi pada ibu yang tidak pernah sekolah dibanding dengan ibu yang berpendidikan SLTP ke atas. Tampak pula bahwa dengan hanya berpendidikan SD sudah bisa menurunkan AKB dan AKA sekitar 10 persen. Selanjutnya ditunjukkan pula bahwa kematian menjadi semakin tinggi apabila ibu yang tidak pernah sekolah tadi tinggal di pedesaan.

Dikaitkan dengan pemberian ASI dihubungkan dengan penyakit diare, Feachem dan Koblinsky (1984) melakukan peninjauan terhadap 35 penelitian di 14 negara, ternyata 83 persen dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif lebih memberikan perlindungan dibanding dengan pemberian ASI hanya sebagian. Ditemukan pula bahwa 88 persen yang diberi ASI secara eksklusif lebih terlindung dibanding yang tidak diberi ASI; dan 76 persen yang diberi ASI sebagian menunjukkan lebih terlindung dibanding dengan yang tidak diberi ASI.

Dikatakannya pula bahwa pemberian ASI pada anak berumur di atas satu tahun ternyata tidak memberikan efek perlindungan terhadap morbiditas diare. Dengan demikian pemberian ASI sebaiknya dilakukan terhadap bayi, bukan terhadap anak. Tidak demikian halnya dengan kehamilan yang dikaitkan dengan pemberian ASI.

Bila seorang bayi meninggal, maka masa menyusui pun terputus. Memperpanjang masa menyusui dengan menunda datangnya ovulasi, maka pemberian ASI ini akan melindungi si ibu dari kehamilan. Bila bayinya meninggal dan masa menyusui berhenti, ia akan kehilangan perlindungan itu (Singarimbun dan Hull, 1977).Meskipun demikian, kemajuan teknologi, perkembangan industri susu formula, urbanisasi dan pengaruh kebudayaan Barat telah menyebabkan pergeseran nilai-nilai sosial-budaya masyarakat. Seperti disampaikan oleh Tumbelaka (1981) bahwa memberi susu botol dianggap modern dan menempatkan si ibu pada kedudukan sama dengan ibu-ibu golongan atas.

Fenomena yang ditampilkan tabel 16 menunjukkan hal yang menggembirakan, namun tetap harus menjadi perhatian mengingat kondisi Kematian Bayi di Kabupaten Subang masih dalam taraf intermediat rock yang memerlukan perubahan sosial dan perilaku di masyarakat.

B. Kematian IbuAngka Kematian Ibu (AKI) atau maternal mortality rate menunjukkan

jumlah kematian ibu karena kehamilan, persalinan dan masa nifas pada setiap 1000 kelahiran hidup dalam suatu kurun waktu tertentu di wilayah tertentu. Angka ini mencerminkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, keadaan sosial ekonomi, kondisi lingkungan serta fasilitas dan tingkat pelayanan kesehatan prenatal dan obstetri. Beberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan, terlambat hamil dan terlalu sering hamil. Beberapa faktor

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-28

Page 29: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

mendasar yang mempengaruhinya adalah tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu, lingkungan fisik, budaya dan sosial ekonomi keluarga. Angka kematian ibu di Kabupaten Subang belum diketahui tetapi dapat dilihat dari jumlah kematian ibu bersalin, tahun 2000 sebanyak 33 kasus dari 26.052 persalinan, tahun 2001 sebanyak 46 kasus dari 27.453 dan tahun 2002 sebanyak 41 kasus dari 27.738, tahun 2003 terdapat 30 kasus dari 27.107 persalinan, pada tahun 2004 terdapat 22 kasus dari 27.501 persalinan, pada tahun 2005 terdapat 20 kasus dari 28.130 persalinan, pada tahun 2006 terdapat 18 kasus dari 28.440 persalinan, yang terdiri dari 4 kasus ibu hamil, 7 kasus ibu bersalin dan 7 kasus ibu nifas, dan pada tahun 2007 terdapat 16 kasus dari 29.003 persalinan, yang terdiri dari 1 kasus ibu hamil, 7 kasus ibu bersalin dan 8 kasus ibu nifas, sedangkan pada tahun 2008 terdapat 17 kasus dari 28.429 persalinan, yang terdiri dari 4 kasus ibu hamil, 6 kasus ibu bersalin dan 7 kasus ibu nifas.Penyebab kematian ibu pada tahun 2006 adalah perdarahan 6 kasus, PEB/eklampsi 6 kasus, decom 2 kasus, 1 kasus hipertensi esensial dan 1 kasus tidak ada keterangan. Dari 18 kasus tersebut, 3 kasus diantaranya karena terlambat memutuskan, 1 kasus terlambat transportasi, sedangkan 14 kasus lainnya sudah sesuai prosedur, dengan tingkat pendidikan ibu, 10 kasus berpendidikan SD, 3 kasus berpendidikan SLTP, 4 kasus berpendidikan SLTA dan 1 kasus berpendidikan perguruan tinggi. Berdasarkan penolong persalinannya adalah 11 kasus oleh dokter, 2 kasus oleh bidan dan 1 kasus oleh paraji, 13 kasus diantaranya meninggal di rumah sakit dan 5 kasus di rumah. Penyebab kematian ibu pada tahun 2007 adalah perdarahan 8 kasus, PEB/eklampsi 6 kasus, dan decom 2 kasus. Uraian dari 16 kasus tersebut adalah sebagai berikut: 8 kasus diantaranya karena terlambat memutuskan, 1 kasus terlambat transportasi, 1 kasus terlambat pelayanan, sedangkan 6 kasus lainnya sudah sesuai prosedur; 2 kasus terlalu muda, 2 kasus terlalu tua, dan 1 kasus terlalu sering; tingkat pendidikan ibu 8 kasus berpendidikan SD, 4 kasus berpendidikan SLTP, 3 kasus berpendidikan SLTA dan 1 kasus berpendidikan perguruan tinggi; berdasarkan penolong persalinannya adalah 14 kasus oleh dokter, 2 kasus oleh bidan dan 1 kasus oleh paraji; berdasrkan tempat 11 kasus diantaranya meninggal di rumah sakit umum daerah, 1 kasus meninggal di rumah sakit swasta, 1 kasus di rumah bersalin swasta, 1 di rumah dan 2 di perjalanan.Penyebab kematian ibu pada tahun 2008 adalah eklampsi 11 kasus, perdarahan 4 kasus, decomp 1 kasus dan lain-lain 1 kasus. Uraian dari 17 kasus tersebut adalah: 5 kasus diantaranya karena terlambat memutuskan, 3 kasus karena terlambat pelayanan rujukan, sedangkan 9 kasus telah sesuai prosedur. Dilihat dari kondisi ibu, dari 17 kematian ibu adalah 2 kasus terlalu

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-29

Page 30: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

muda, 3 kasus terlalu tua, 1 kasus terlalu sering dan 1 kasus terlalu banyak. Dari tingkat pendidikan ibu, terdiri dari 11 kasus berpendidikan SD, 4 kasus berpendidikan SLTP dan 2 kasus berpendidikan SLTA. Berdasarkan tempat kematian: 15 kasus di RSUD, 1 kasus di PONED dan 1 kasus di RS PTP.Adapun rincian kasus kematian ibu sebagai berikut :

Tabel 18. Jumlah Kematian Ibu menurut Puskesmas di Kabupaten Subang Tahun 2003 - 2008

NO PUSKESMAS 2003

2004 2005 2006 2007 2008

1 SAGALAHERANG 12 SERANGPANJANG 23 JALANCAGAK 2 1 2 24 KASOMALANG 1 1 15 PALASARI 1 16 CISALAK 1 17 TANJUNGSIANG 2 28 TANJUNG WANGI9 CIRANGKONG 210 CIBOGO 2 1 211 CIKALAPA 2 4 2 112 SUKARAHAYU 1 113 KALIJATI 2 1 314 RAWALELE 115 CIPEUNDEUY 3 116 PABUARAN 1 1 117 PRINGKASAP 118 PATOKBEUSI 1 119 RANCABANGO 120 PURWADADI 2

NO PUSKESMAS 2003

2004 2005 2006 2007 2008

21 CIAKUM 1 1 122 PAGADEN 3 123 GUNUNGSEMBUNG 1 1

24 CIPUNAGARA

25 COMPRENG 1 126 JATIREJA 227 BINONG 1 228 TAMBAK DAHAN 1 129 WANAJAYA 1 430 CIASEM 2 3 1 131 MANDALAWANGI 1 1 2 132 JATIBARU33 PAMANUKAN 2 134 BATANGSARI 1 1 2 1

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-30

Page 31: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

35 PUSAKANAGARA 1 1 1 2 336 KARANGANYAR 1 1 237 LEGONKULON 1 138 BLANAKAN 1 1 239 CILAMAYAGIRANG 140 PAGADEN BARAT 0 0 0 0 0 0

JUMLAH (KAB/KOTA) 30 22 20 18 16 17Sumber: : Dinas Kesehatan

C. Status Gizi MasyarakatMasalah utama gizi di Kabupaten Subang masih diwarnai dengan

masalah gizi buruk (khususnya pada kelompok umur Balita dan ibu hamil), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), anemia gizi besi dan kurang vitamin A.Dari data status gizi Balita yang didapatkan dari pemantauan status gizi (Tabel 19) dapat dilihat bahwa Balita dengan status gizi buruk dan gizi kurang pada setiap tahunnya relatif menurun, sedangkan Balita dengan status gizi baik menunjukkan kecenderungan meningkat.

Tabel 19. Status Gizi Balita di Kab. Subang Tahun 2003- 2008

No Kategori 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1. Status gizi buruk

0,71% 0,67 % 0,6% 0,64% 0,62% 0,61%

2. Status gizi kurang

11,27%

9,57 % 9,0% 8,29% 9,16% 7,88%

3. Status gizi baik

86,53%

88,40 %

89,5% 89,92%

88,61%

90%

4. Status gizi lebih

1,61% 1,36 % 0,9% 1,15% 1,61% 1,51%

Sumber: : Dinas Kesehatan

Pada enam tahun terakhir (2003 – 2008), status gizi masyarakat Kabupaten Subang dinilai baik, yakni lebih dari 85% balita sebagai parameter untuk mengukur keadaan gizi masyarakat berstatus gizi baik. Namun demikian, yang patut menjadi perhatian adalah kondisi balita yang memiliki status gizi kurang dan gizi buruk, karena angka status gizi kurang dan buruk ini merupakan pra-kondisi yang berpengaruh kepada kelangsungan hidup baik ditinjau dari intelegensia maupun harapan hidupnya. Berdasarkan hasil pemetaan gizi, bahwa 4 kecamatan yang terbanyak memiliki gizi buruk yakni Kecamatan Subang (75 orang), Kecamatan Cijambe (57 orang), Kecamatan Blanakan (52 orang) dan kecamatan Patokbesi (51 orang), adapun rinciannya sebagaimana peta berikut :

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-31

PamanukanPamanukan

CisalakCisalak

CijambeCijambe

ComprengCompreng

BlanakanBlanakan

CiasemCiasem

BinongBinong

LegonkulonLegonkulon52

Pusakanagara

PatokbeusiPatokbeusi

CikaumCikaum

PurwadadiPurwadadi

PabuaranPabuaran

CipeundeuyCipeundeuy

PagadenPagaden

CipunagaraCipunagara

SubangSubang

CibogoCibogo

Kalijati

Jl.Cagak

Jl.CagakSgl.H

erang

Sgl.Herang

Tj.SiangTj.Siang

Gizi BurukGizi Kurang

Gizi Baik

Gizi Lebih

540

4478142

9

2071726 4

38542

3581

62

23

4213

31199

38

328

6719 14

15601

2797

272

24

176

312715

17

75

4483

72

11

160

2090

18

7

74

3929

39

0

291

3545

39

13

271

4836

20

51

1884683813

4

210

1922

116

13

434

2113

47

75

9907633

144

11 2546

519

33

57

398

212859

11

119

1540

18

15

131

1686

22

17

23513281

57

13

90

3223

82

Pgdn.Barat

Ciater

Ks.malang

Sr.Panjang

Dawuan

Pusaka.Jaya

Sukasari

5

25

145

2213

3230

14

230

14

21

309

19

330

38

21

3797

353

3930115

523

44

Tbk.Dahan9

782751 41

22

3

334

2951

16

8

Page 32: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Gambar 2. Pemetaan Status Gizi Tahun 2008 di Kabupaten Subang

D. Kondisi Kesehatan Lingkungan Kondisi kesehatan lingkungan dapat dilihat dari cakupan air

bersih, jamban keluarga dan sarana pembuangan air limbah (SPAL). Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap penularan penyakit berbasis lingkungan.

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-32

GRAFIK 9. CAKUPAN PENCAPAIAN PROGRAMPENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

TAHUN 2003 S/D 2008

0,00%

50,00%

100,00%

AIR BERSIH 73,30% 74,06% 75,03% 76,33% 78,09% 81,33%

JAGA 47,49% 50,36% 52,44% 56,97% 60,13% 63,92%

SPAL 41,33% 44,28% 45,20% 48,48% 51,57% 56,33%

RMH SHT 42,97% 52,68% 53,73% 54,96% 55,07% 55,99%

2003 2004 2005 2006 2007 2008

Page 33: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Sumber: : Dinas Kesehatan

Indikator kegiatan Penyehatan Lingkungan selama lima tahun terakhir menunjukan peningkatan, walaupun masih di bawah target. Cakupan jamban keluarga, air bersih, SPAL dan rumah sehat masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari kondisi kesehatan lingkungan yang masih kurang baik. Cakupan air bersih pada tahun 2003 sebesar 73,30%, meningkat pada tahun 2004 menjadi 74,06%, tahun 2005 menjadi 75,03%, tahun 2006 sebesar 76,33%, tahun 2007 menjadi 79,09% dan tahun 2008 meningkat menjadi 81,33%

Cakupan SPAL pada tahun 2003 sebesar 41,33%, meningkat menjadi 44,28%, 45,20% pada tahun 2005, 48,48% pada tahun 2006, 51,57% pada tahun 2007 dan 56,33% pada tahun 2008.

Cakupan jamban dari tahun 2003 sampai dengan 2008 terus meningkat, 47,49% pada tahun 2003, 50,36% pada tahun 2004, 52,44% pada tahun 2005, 56,97% pada tahun 2006, 60,13% pada tahun 2007 dan 63,92% pada tahun 2008.

Cakupan rumah sehat juga terus meningkat, dari tahun 2003 sebesar 42,97%, menjadi 52,68% pada tahun 2004, menjadi 53,73% pada tahun 2005, menjadi 54,96% pada tahun 2006, 55,07% pada tahun 2007 dan 55,99% pada tahun 2008.

E. Kondisi Perilaku Budaya Hasil kegiatan promosi kesehatan sulit dilihat karena perubahan perilaku

yang mengarah pada perilaku sehat banyak faktor yang mempengaruinya. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak sadar menjadi sadar, dari yang sudah sadar akan manfaat perilaku sehat belum tentu akan terjadi perubahan perilaku sehat, bahkan masyarakat yang telah memiliki perilaku sehatpun sangat sulit dipantau sampai seberapa lama bisa mempertahankan perilaku sehatnya. Salah satu indikator promosi kesehatan adalah Rumah tangga sehat yaitu rumah tangga yang memenuhi indikator PHBS. Adapun indikator PHBS yang diberlakukan di Subang adalah menggunakan 10 indikator minimal dari Depkes, diantaranya:

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-33

Page 34: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatanb. Bayi mengkonsumsi ASI ekslusifc. Tidak merokok di dalam rumahd. Biasa melakukan aktivitas fisike. Biasa mengkonsumsi buah dan sayurf. Memiliki jaminan pemeliharaan kesehatang. Memiliki akses pada jamban keluargah. Memiliki akses pada air bersihi. Memiliki kesesuaian luas lantai rumah dengan jumlah penghuni j. Memiliki lantai rumah bukan dari tanah

Dari tahun 2005 sampai dengan 2008, cakupan rumah tangga ber PHBS masih rendah, pada tahun 2005 rumah tangga ber PHBS sebanyak 18%, pada tahun 2006 meningkat menjadi 32,3%, pada tahun 2007 menurun menjadi 21,17% dan pada tahun 2008 menjadi 28,2%. Dari angka tersebut terbukti bahwa perilaku masyarakat yang sudah baik tidak cukup bertahan selalu berperilaku sehat.

Grafik 10Prosentasi PHBS Tatana Rumah Tangga di Kab. Subang

Tahun 2005-2008

18

32.23

21.17

28.230

37

44

51

0

10

20

30

40

50

60

2005 2006 2007 2008

RUMAH TANGGA SEHATTARGET SPM

Sumber Dinas Kesehatan Perilaku masyarakat terhadap kesehatan pada tahun 2008 di

Kabupaten Subang dapat dilihat dari indikator sebagai berikut:1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 92,8%2. Bayi mengkonsumsi ASI ekslusif sebesar 53,8%3. Bayi dan balita ditimbang sebesar 89,7%4. Tidak merokok di dalam rumah sebesar 33,85. Biasa melakukan aktivitas fisik sebesar 97,1%6. Biasa mengkonsumsi buah dan sayur sebesar 95,4%7. Biasa memberantas jentik sebesar 86,9%8. Biasa mencuci tangan sebesar 90,7%9. Memiliki akses pada jamban keluarga sebesar 75,6%10. Memiliki akses pada air bersih sebesar 98,2%

Grafik 11

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-34

Page 35: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Prosentase PHBS Tatanan Rumah TanggaDi Kab. Subang Tahun 2008

92.8

53.8

89.798.2

90.7

75.6

86.9

95.4 97.1

33.828.2

0

10

20

30

40

50

6070

80

90

100

Linakes Lulus ASIExlusif

Bayi & Balitaditimbang

Menggunakanair bersih

Mencucitangan

Mengg.J amban

Memberantasjentik

Makan buahdan sayur

Melakukan aktfisik

Tdk merokokdi dlm rmh

Rumah tanggasehat

Sumber : Dinas Kesehatan

F. Kondisi Sarana Prasarana

Dalam rangka menunjang pelayanan, maka peran sarana dan tenaga kesehatan menjadi faktor yang menentukan. Dalam tabel di bawah ini tergambar kondisi sarana puskesmas yang relatif lebih dari kondisi sarana lainnya.

Tabel 20.Kondisi Sarana Puskesmas dan Jaringannya Tahun 2006-2007

No. Uraian 2006 2007Baik Sedang Rusak Jml Baik Sedang Rusak Jml

1. Puskesmas 30 4 5 39 34 3 2 392. Pustu 32 18 24 74 34 13 27 743. Polindes 9 42 63 114 23 30 63 1164. Poskesdes - - - - 5 - - 5

JUMLAH 71 64 92 227 96 46 92 234Sumber : Dinas Kesehatan

Selanjutnya di bawah ini disajikan cakupan dokter per Puskesmas yang fluktuatif terutama pada permulaan era otonomi Tahun 2001 dimana cakupan dokter per puskesmas berkurang karena beralih ke daerah lain, hal ini tentu saja merugikan bagi daerah mengingat kebutuhan tenaga kesehatan relatif tinggi.

Grafik 12. Cakupan Layanan Dokter, Bidan dan Paramedis per Puskemas dari Tahun 1993- 2006

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-35

Page 36: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

2.323.90

2.49 2.41

5.59

3.21 2.69

7.31

3.64 2.97

7.05

4.873.51

7.10

5.133.72

7.11

5.15

2.87

7.035.19

3.08

8.03

5.224.23

7.15

5.25

1.95

11.40

5.27

2.28

12.50

5.28

1.69

15.67

6.21

1.54

17.72

6.72

2.05

18.10

7.56

-2.004.006.008.00

10.0012.0014.0016.0018.00

20.00

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

DOKTER/PKM

PARAMEDIS/PKM

BIDAN /PKM

Sumber : BPS dan Dinas Kesehatan Kab. Subang

Di Kabupaten Subang terdapat 39 Puskesmas, dengan jumlah penduduk sebanyak 1.422.028 jiwa maka ratio rata-rata satu Puskemas melayani 36.462 penduduk, dengan penyebaran yang tidak merata, ratio terendah di Jatibaru sebesar 1: 8.288 dan ratio tertinggi 1: 71.781 di Ciasem, walaupun keduanya berada di Kecamatan yang sama. Standar ratio Puskesmas terhadap penduduk adalah 1:30.000 penduduk.

Jumlah desa di Kabupaten Subang sebanyak 253 desa dengan jumlah Puskesmas 39 buah, sehingga rata-rata wilayah kerja Puskesmas meliputi 6 – 7 desa tetapi penyebarannya tidak merata. Puskesmas Jatibaru memiliki hanya satu desa wilayah kerja, sedangkan Puskesmas Cisalak memiliki tiga belas desa dengan kondisi geografis yang cukup sulit.

Untuk meningkatkan akses pelayanan, setiap Puskesmas dilengkapi dengan Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling. Jumlah Puskesmas pembantu di Kabupaten Subang sebanyak 72, sehingga satu Puskesmas memiliki 1-2 Puskesmas pembantu, dengan jumlah terbanyak di Puskesmas Cisalak, yaitu 8 buah. Sedangkan jumlah Puskesmas keliling roda empat sebanyak 42 buah yang tersebar di setiap Puskesmas antara 1-4 buah.

Dari 39 Puskesmas yang ada, baru 36 Puskesmas yang dilengkapi dengan laboratorium dasar sekaligus dengan pengelolanya. Penanganan kasus-kasus obstetri dan neonatal dasar dari rujukan Puskesmas belum optimal dilaksanakan karena sampai dengan tahun 2007 di Kabupaten Subang baru terdapat 6 buah Puskesmas DTP, dengan total jumlah tempat tidur sebanyak 65 buah.

Penyebaran pelayanan kesehatan milik swasta (apotik, dokter umum praktek, dokter gigi praktek, dokter spesialis) tidak merata di seluruh kabupaten dan terakumulasi di Pantura (Wilayah pantai) dan ibu kota kabupaten, sedangkan jumah rumah bersalin sebanyak 1 buah yang berada di ibukota kabupaten.

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-36

Page 37: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Di Kabupaten Subang terdapat 3 Rumah sakit, yang terdiri dari 1 buah rumah sakit umum pemerintah, 1 buah rumah sakit miliki swasta dan 1 buah rumah sakit milik ABRI, dengan jumlah tidur sebanyak 367 buah, sehingga rasio tempat tidur rumah sakit terhadap penduduk adalah 1: 3.582, atau 1 buah tempat tidur di rumah sakit diperuntukkan bagi 3.582 penduduk. Sampai dengan tahun 2007, di Kabupaten Subang belum ada rumah sakit khusus.

Pola tenaga kesehatan sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan adalah sebagai berikut:1. Tenaga medis (meliputi dokter dan dokter gigi)2. Tenaga keperawatan (meliputi perawat dan bidan)3. Tenaga kefarmasian ( meliputi apoteker, analis farmasi dan

asisten apoteker)4. Tenaga kesehatan masyarakat (meliputi epidemiologi kesehatan,

entomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian)

5. Tenaga gizi (meliputi nutrisionis dan dietisien)6. Tenaga keterapian fisik (meliputi fisioterapis, okuterpis dan

terapis wicara)7. Tenaga keteknisan medis (meliputi radiografer, radioterapis,

teknisis gigi, teknisi elektromedis, analisa kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis)

Sampai dengan tahun 2007 keadaan tenaga kesehatan di Kabupaten Subang baik di Dinas Kesehatan maupun di Puskesmas jumlah dan jenis tenaganya belum sesuai dengan standar, masih terdapat kesenjangan disiplin ilmu yang dibutuhkan dan penyebaran yang tidak merata.

Pada tahun 2007 di Kabupaten Subang terdapat 133 tenaga medis, 54 orang diantaranya berada di rumah sakit. Tenaga medis tersebut terdiri dari 26 dokter spesialis, 75 dokter umum, dan 32 dokter gigi, atau ratio untuk setiap 100.000 penduduk adalah 5,27 dokter umum, 1,83 dokter spesialis, dan 2,25 dokter gigi sehingga setiap satu orang dokter spesialis melayani 54.693 penduduk, satu orang dokter umum melayani 18.960 penduduk dan satu orang dokter gigi melayani 44.438 penduduk.

Tenaga keperawatan sebanyak 1.102 orang, dan hanya 19 orang diantaranya yang berpendidikan sarjana, dan 11 diantaranya berada di Akademi Keperawatan. Tenaga keperawatan terdiri dari 711 perawat

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-37

Page 38: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

dan 389 bidan atau ratio untuk setiap 100.000 penduduk adalah 27,36 bidan dan 50,00 perawat sehingga setiap satu orang bidan melayani 3.655 penduduk dan 2.000 penduduk.

Tenaga farmasi sebanyak 46 orang, hanya 6 orang diantaranya apoteker dan 2 orang sarjana farmasi. Rasio tenaga farmasi per 100.000 penduduk adalah 0,42 sehingga satu orang tenaga farmasi melayani 237.005 penduduk.

Tenaga kesehatan masyarakat sebanyak 77 orang sehingga rasio tenaga farmasi per 100.000 penduduk adalah 1,05 atau satu orang tenaga kesehatan masyarakat melayani 18.468 penduduk.

Tenaga gizi sebanyak 42 orang, dan hanya 2 orang diantaranya yang berpendidikan D4. Rasio tenaga gizi per 100.000 penduduk adalah 3,23 atau satu orang tenaga kesehatan masyarakat melayani 33.858 penduduk.

Dengan jumlah Puskesmas 39, maka untuk rata-rata tenaga bidang di setiap Puskesmas adalah 9 orangbidan dan 10 perawat, tetapi tidak semua Puskesmas di Kabupaten Subang memiliki dokter gigi, tenaga farmasi, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, dan tenaga keteknisan fisik.

G. Pencegahan dan Pemberantasan PenyakitPenanganan Penyakit yang meliputi penyakit menular langsung,

seperti: Kusta, Diare, ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), TB dan Menular Seksual; dan penyakit bersumber binatang, seperti: demam berdarah, malaria, rabies, antraks dan filariasis. Cakupan program Pemberantasan penyakit di Kabupaten Subang dari tahun 2002-2008 dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 21. Hasil Kegiatan Program Pemberantasan Penyakit di Kabupaten Subang Tahun 2002 – 2008

NO DATA POKOKTARGET TH 2007

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

A PROGRAM P2 KUSTA

Jml penderita kusta yg di MDT

  170 203 203 197  226 202 180

Prevalensi / 10,000 pddk  1 1,3 1,5 1,5 1,4 1,6  1,4 1,28

Jml penderita baru  263 164 203 213 203  209 181 186

CDR / 100,000 pddk  15 12,4 15,4 15,5 14,7 15,13  12,9 13,2

Proporsi cacat Tk, I (%)  10 23,1 29,1 19,2 28,1  33,0 19,9 26,3

Proporsi cacat Tk, II (%) 10 10,9 13,3 8,4 10,3 10,5  14,9 18,3

Prevalensi detection ratio  0,1 0,1 0,1 0,09 0,09  0,1 0,1 0,09

B PROGRAM DIARE

Penemuan penderita  24.025 27.019 26.519 23.618 20.960 24.143 25.096 23.873

CFR (%)  0 1,04 0,02 0 0,004 0,012 0 0

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-38

Page 39: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

IR (/1000 penduduk)   20 20,1 17,4 15,3  17,44 17,96 17,02

Proporsi penderita mendapat oralit (%)

  77,1 100 97,51 99,44 97,59 94,80 97,51

C PROGRAM P2 ISPA

Penemuan penderita (%)  80 45 60 60,4 73 71,2 62,50 71,7

CFR   0,05% 0% 0,01%   0,02%  0 0,01%

D PROGRAM P2 TB

  Proporsi BTA positif terhadap suspek diperiksa (%)

  12,6 29,6 11,09 12,24 11,58 11,10 10,16

CDR (%) 80 12,60 29,60 61,88 73,62 73,93 72,18 81,6

CDR (kasus)   216 520 980 1.081 1.095  1.079 1224

Konversi (%) 80  73,14 80 91,02 88,62  89,22 83,22 92,39

Sembuh (%)   61,50 79,6 88,16 88,26 85,75 90,26 -

E P2 MENULAR SEKSUAL

Prevalensi HIV/AIDS pd resti  1% 2% 2,67% 4,25%  0,77% 5,7%  14,2% 2,32%

Kasus HIV/AIDS pd resti (Kumultaif HIV)

6 org 13 org 35 org 44 org  86 org 182 org 263 org

Kasus HIV 6 org 3 org 7 org 22 org 9 org 42 org 96 org 81 org

F P2 Demam berdarah dongue      

Jml kasus tersangka DBD (IR/100.000 penduduk)

 40 14 23 80 45,5 80,3  75,5 44,4

CFR (%)  1 4 1,3 0,63 1,53 1,26  1,04 1,93

G P2 MALARIA      

Pemeriksaan sediaan darah 916 800 988 2694 1045 1212 935 250

Sediaan darah positif  30 15 4 6 11  15 5 13

H P2 RABIES      

Jml kasus gigitan  65 58 66 44 60  77 70 59

Jml kasus (+)  0 0 0 0 0  0 0 0

I P2 ANTRAKS      

Jml spec positif  0 0 0 0 0 0  1.0 2.0

J P2 FILARIA      

Kasus filaria kronis   0 5 10 6 1  1 3

Kasus filaria asymptomatik 0 0 21 40 14 0

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Subang

Angka kesakitan (prevalensi) penyakit kusta di Kabupaten Subang pada tahun 2008 sebesar 1,28/10.000 penduduk (target 1/10.000 penduduk), namun angka prevalensi ini tidak lagi menjadi indikator pokok program kusta karena kegiatan penemuan secara aktif adalah kegiatan yang harus dilakukan pada program kusta. Sehingga bila banyak kegiatan aktif maka angka prevalensi akan menjadi meningkat. Sedangkan Angka penemuan kasus baru (Case Date Rate/CDR) pada tahun 2008 adalah sebesar 15,59/100.000 penduduk. Hal ini erat kaitannya dengan masih tingginya penemuan kasus MB sebesar 84,40% yang menunjukan masih sangat tingginya sumber penularan penyakit kusta.

Proporsi cacat tingkat 1 dan tingkat 2 masih jauh melebihi toleransi dari penemuan kasus baru yaitu 26,34% dan 18,3% dari

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-39

Page 40: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

target 10%, yang menggambarkan masih adanya keterlamabatan penemuan penderita sehingga perlu ditingkatkan upaya penemuan dini kusta dan sosialisasi kepada masyarakat tentang kusta agar mengetahui tanda–tanda awal penyakit kusta.

Cakupan penemuan penderita diare dari target 29.335 penderita, ditemukan 23.873 (81,5%), sehingga angka kejadian diare pada tahun 2008 adalah 17,02/1.000 penduduk. Angka kematian (CFR) diare pada tahun 2008 adalah 0%.

Tingkat penemuan penderita ISPA pada tahun 2007 sebesar 62,50 (target 80%) dan tidak menyebabkan kematian (CFR 0%), sedangkan pada tahun 2006 penemuan penderita sebesar 62,50/1000 penduduk terdapat penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 73,93%. Dan tahun 2008 terdapat peningkatan menjadi sebesar 71,7%.

Indikator proporsi BTA positif terhadap suspek diperiksa pada program pemberantasan TB menggambarkan proses penemuan sampai diagnosis penderita serta kepekaan menetapkan criteria suspek, serta pula untuk mengetahui kualitas penemuan penderita. Kalau hasilnya terlalu kecil, misalnya hanya 3% berarti penentuan suspek terlalu longgar, tetapi apabila lebih dari 30% memungkinkan penjaringan suspek terlalu ketat. Keadaan ini akan menyebabkan banyaknya penderita yang lolos atau tidak terdeteksi. Indikator CDR (Case Detection Rate) adalah perbandingan antara penderita TBC paru BTA Positif kasus baru yang ditemukan dan diobati dibanding dengan penderita TBC paru BTA positif Kasus baru yang diperkirakan. Pada penderita yang ditemukan dilakukan pengobatan selama waktu tertentu sehingga BTA positif berubah menjadi BTA negatif (konversi). Pada tahun 2008 CDR TB di Kabupaten Subang sebesar 81,60 % dari target 80%, dengan angka konversi sebesar 92,39%.

Kasus HIV di Kabupaten Subang dilaporkan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat tajam dan tidak saja ditemukan pada kelompok berprilaku berisiko tinggi seperti Wanita pekerja social (WPS) atau lainya, tetapi sudah masuk pada kelompok general population seperti ibu rumah tangga, anak sekolah, ibu hamil dan anak-anak.

Pada tahun 2008 ditemukan 81 orang kasus baru, dari kegiatan sero survey yang dilakukan prevalensi HIV pada kelompok resti seperti WPS dan napi adalah 2,32% dan 3,70%. Pada tahun 2007, kasus baru yang ditemukan sebanyak 98 kasus, dan prevalensi pada kelompok resti seperti WPS dan napi adalah 11,57% dan 16,83 %. Penyebaran kasus baru HIV tersebut adalah 63% pada kelompok usia produktif, 59,25% berjenis kelamin perempuan yang tersebar di 21 kecamatan dari 22 kecamatan yang ada di Kabupaten Subang.

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-40

Page 41: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Pada tahun 2008, angka kejadian (IR) demam berdarah di Kabupaten Subang adalah 44,4/100.000 penduduk dengan CFR sebesar 1,93% (target 1%), dengan target IR sebesar 40/100.000 penduduk walaupun IR di daerah endemic sebesar 20/100.000 penduduk. Perluasan penyebaran kasus terjadi di 155 desa/kelurahan, sedangkan desa endemis DBD menjadi 91 desa/kelurahan, sporadis 119 desa dan potensial ada 43 desa. Tingginya angka kasus ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang antara lain masih rendahnya rata-rata ABJ (Penyelidikan Epidemiologi/PE sebesar 87,2%, Pemantauan Jentik Berkala/PJB dan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD Jumantik SD/MI sebesar 87,4%), masih rendahnya kepedulian masyarakat terhadap upaya pencegahan penyebaran penyakit DBD dengan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), serta mobilitas penduduk yang tinggi. Upaya untuk menekan kasus yang terus meningkat dilakukan dengan cara membasmi jentik nyamuk melalui ’Gerakan 3M’ di samping memberantas vektor nyamuk dewasa sebagai upaya pemutusan penyebaran kasus dengan melakukan fogging.

Di Kabupaten Subang sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 sudah tidak ditemukan lagi kasus malaria local (indegenus), namun pada tahun 2006 telah ditemukan 1 kasus indegenus di wilayah Puskesmas Cisalak dan masih ditemukan kasus malaria import sebanyak 14 kasus (5 kasus di Puskesmas Cirangkong, 3 kasus di Puskesmas Cilamaya Girang, 1 kasus di Puskesmas Pringkasap, 1 kasus di Puskesmas Cisalak, 2 kasus di Puskesmas Legonkulon, dan 1 kasus di Puskesmas Tambakdahan). Dan pada tahun 2007 masih ditemukan kasus malaria import sebanyak 5 kasus di 3 wilayah puskesmas yaitu Puskesmas Kalijati (1 kasus), Tanjungsiang (3 kasus) dan Legonkulon (1 kasus).

Untuk itu maka pada tahun 2007 telah dilaksanakan penangkapan nyamuk malaria di Desa Tenjolaya Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang dan pengambilan sediaan darah malaria pada masyarakat sekitar dengan gejala demam, menggigil dan berkeringat sebanyak 135 sediaan darah. Pada penangkapan nyamuk malaria ternyata ditemukan vektor malaria yaitu Anopheles Aconitus dan Anopheles Maculatus sedangkan sediaan darah yang diperiksa di Labkesda Kabupaten Subang tidak ditemukan slide positif.

Pada tahun 2008 telah dilaksanakan pengambilan sediaan darah pada penderita klinis malaria dalam kegiatan penemuan penderita malaria sebanyak 250 orang secara ACD dan PCD dan ditemukan slide positif sebanyak 13 orang, semuanya merupakan kasus import.

Di Kabupaten Subang sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2008 sekarang sudah tidak ditemukan lagi kasus rabies baik pada

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-41

Page 42: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

hewan maupun pada manusia, sekalipun kasus gigitan hewan dari tahun ke tahun jumlahnya meningkat. Dari jumlah 59 kasus gigitan terdapat 3 orang yang berindikasi untuk diberikan vaksin anti rabies karena 2 kasus pertama lokasi gigitannya cukup banyak dan 1 kasus hewan penggigitnya hewan liar.

Pada tahun 2008, di Kabupaten Subang ditemukan 3 kasus filariasis di Wilayah Puskesmas Kasomalang, Puskesmas Blanakan dan Puskesmas Tanjungwangi dan telah diberikan pengobatan selektif , penyuluhan dan pemberian kit tatalaksana kasus terhadap penderita filariasis lainnyauntuk mencegah kecacatan melalui cara perawatan luka, pemeliharaan kebersihan lingkungan dan kebersihan pribadi. Secara kumulatif sampai dengan tahun 2008 terdapat penderita kronis filariasis sebanyak 27 orang yang tersebar di 24 desa dan 16 kecamatan. Telah dilaksanakan pengobatan massal di 8 desa Kecamatan Pamanukan, 5 desa Kecamatan Sukasari, 1 desa Kecamatan Dawuan, dengan target pencapaian sasaran sebanyak >85% dan sudah tercapai 90,32%

H. Peran Serta masyarakatUpaya peningkatan peran serta masyarakat di Kabupaten Subang

pada tahun 2007 dapat terlihat dari:1.) Terus meningkatnya status posyandu sejak tahun 2005 sampai

dengan 2007, yaitu Pratama dari 390 menjadi 304 dan menjadi 180, Madya dari 773 menjadi 745 dan menjadi793, Pumama dari 396 menjadi 500 dan menjadi 564, sedangkan Mandiri dari 44 menjadi 54 dan menjadi 66

2.) Meningkatnya jumlah kelompok dana sehat, yaitu dari 86 menjadi 227 kelompok dengan cakupan keluarga yang menjadi anggota dana sehat sebanyak 14,51%.

3.) Tersedianya Polindes di setiap desa di Kabupaten Subang sejak tahun 2007

4.) Tersedianya Pesantren yang memiliki pos kesehatan (Poskestren) sebanyak 124 buah

5.) Meningkatnya jumlah pasukan Saka Bhakti Husada 345 pasukan menjadi 355 pasukan

6.) Sejak tahun 2007, 100% desa sudah desa siaga, dengan strata pratama sebanyak 6% (16 desa), madya sebanyak 27% (67 desa) dan utama sebanyak 67% (169 desa)

I. Jaminan Perlindungan Kesehatan Masyarakat (JPKM)Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar di Kabupaten

Subang sejak tahun 2005 terus menunjukan peningkatan yaitu dari 19,81% menjadi 31,86% pada tahun 2006 yang terdiri dari Askes 4,89%,

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-42

Page 43: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Jamsosotek 0,27%, kartu sehat 1,76%. Pada tahun 2007 cakupan menjadi 42,54% yang terdiri dari Askes 4,56%, Jamsosotek 1,24%, kartu miskin/Askeskin 32,62% dan lainnya 4,12% dengan cakupan keluarga miskin 100% dari kuota yang telah ditetapkan oleh BPS, yaitu 455.750 jiwa padahal jumlah penduduk miskin hasil pendataan adalah sebanyak 655.250 jiwa.

Secara umum Permasalahan kesehatan di Kabupaten Subang sangat dipengaruhi oleh :- Faktor ekonomi

Berdasarkan Hasil Penelitian BPS Tahun 2005 Dari pengakuan keluarga miskin yang pernah mengalami sakit dan tidak berobat, ternyata hampir seluruhnya beralasan tidak mempunyai biaya untuk melakukan pengobatan. Meskipun biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar karcis di puskesmas cukup murah, namun biaya transportasi untuk menjangkau puskesmas bagi mereka saat ini sudah cukup mahal (meskipun jarak puskesmas relatif dekat). Sehingga biasanya keluarga miskin lebih memilih bidan/mantri yang lokasinya lebih dekat dengan tempat tinggal mereka.

TABEL 22. PERSENTASE KELUARGA MISKINBERDASARKAN ALASAN TIDAK BEROBAT PADA SAAT SAKIT

ALASAN PEGUNUNGAN PEDATARAN PANTAI

a. Tidak Ada Biaya 100.0 91.7 98.3

b. Tempat Berobat Jauh 0.0 8.3 1.7

JUMLAH 100.0 100.0 100.0Sumber : Hasil Penelitian BPS Tahun 2005

Rendahnya sanitasi salah satunya tercermin dari penggunaan fasilitas buang air besar. Meskipun di beberapa daerah hal berkaitan dengan budaya, namun bagi keluarga miskin hal ini justru akibat ketidakberdayaannya untuk mewujudkan fasilitas tersebut.

Keluarga miskin di daerah pantai menunjukkan kondisi yang paling parah, dimana 86,9 persen keluarga miskin tidak memiliki fasilitas buang air besar. Kemudian di daerah pegunungan mencapai 42,9 persen. Sedangkan di daerah pedataran kondisinya relatif lebih baik.

TABEL 23. PERSENTASE KELUARGA MISKINBERDASARKAN PENGGUNAAN FASILITAS BUANG AIR BESAR

FASILITAS PEGUNUNGAN PEDATARAN PANTAIa. Sendiri 30.3 49.4 8.2b. Bersama 24.4 29.2 3.3c. Umum 2.5 9.6 1.6d. Tidak Ada 42.9 11.7 86.9

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-43

Page 44: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

JUMLAH 100.0 100.0 100.0Sumber : Hasil Penelitian BPS Tahun 2005

Pada keluarga miskin yang menggunakan fasilitas buang air besar, juga terlihat bahwa mereka masih menggunakan jenis kloset yang berkualitas rendah seperti cubluk (di daerah pantai mencapai 80,3 persen), bahkan di pegunungan dan pedataran mereka tidak menggunakan kloset, persentase masing-masing mencapai 40,8 persen dan 28,6 persen. Penggunaan kloset pada fasilitas keluarga miskin di masing-masing daerah disajikan pada tabel berikut:

TABEL 24.PERSENTASE KELUARGA MISKINBERDASARKAN JENIS KLOSET FASILITAS BUANG AIR BESAR

JENIS KLOSET PEGUNUNGAN PEDATARAN PANTAIa. Leher Angsa 16.4 51.8 1.6b. Plengsengan 37.4 15.7 8.2c. Cemplung/Cubluk 5.5 3.9 80.3d. Tidak Pakai 40.8 28.6 9.8JUMLAH 100.0 100.0 100.0

Sumber : Hasil Penelitian BPS Tahun 2005

Akses terhadap air bersih sangat terkait dengan derajat kesehatan. Perilaku keluarga miskin terhadap penggunaan sumber air bersih memperlihatkan perbedaan di setiap daerah.

TABEL 25. PERSENTASE KELUARGA MISKINBERDASARKAN SUMBER AIR MINUM UNTUK MEMASAK

SUMBER AIR PEGUNUNGAN PEDATARAN PANTAI[1] [2] [3] [4]

a. Air Dalam Kemasan 0.0 0.6 0.0b. Ledeng 8.4 6.0 0.0c. Pompa 0.4 10.8 96.7d. Sumur Terlindung 17.2 60.8 0.0e. Sumur Tak Terlindung 3.4 16.6 1.6f. Mata Air Terlindung 31.9 2.1 1.6g. Mata Air Tak Terlindung 38.7 3.0 0.0h. Air Sungai - - -i. Lainnya - - -

JUMLAH 100.0 100.0 100.0Sumber : Hasil Penelitian BPS Tahun 2005

Di daerah pedataran dan pantai terlihat bahwa sebagian besar keluarga miskin sudah dapat mengakses sumber air minum yang berkualitas baik. Namun yang harus diperhatikan adalah penggunaan mata air tak terlindung oleh sebanyak 38,7 persen keluarga miskin di daerah pegunungan.

Dari cara memperoleh air minum untuk memasak, sebagian besar diperoleh dengan cara tidak membeli (di pegunungan dan pedataran). Namun di daerah pantai, terkait dengan kualitas air tanah yang kurang

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-44

Page 45: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

baik, maka 65,6 persen keluarga miskin terpaksa membeli dari pengecer.

TABEL 26. PERSENTASE KELUARGA MISKINBERDASARKAN CARA MEMPEROLEH AIR MINUM UNTUK MEMASAK

CARA MEMPEROLEH PEGUNUNGAN PEDATARAN PANTAI[1] [2] [3] [4]

a. Berlangganan 10.5 7.2 14.8b. Membeli Eceran 6.3 0.9 65.6c. Lainnya 83.2 91.9 19.7

JUMLAH 100.0 100.0 100.0Sumber : Hasil Penelitian BPS Tahun 2005

TABEL 27. PERSENTASE KELUARGA MISKINBERDASARKAN PENGGUNAAN FASILITAS AIR MINUM

FASILITAS AIR MINUM PEGUNUNGAN PEDATARAN PANTAI[1] [2] [3] [4]

a. Sendiri 22.3 61.4 6.6b. Bersama 31.1 31.3 9.8c. Umum 26.9 6.0 4.9d. Tidak Ada 19.7 1.2 78.7

JUMLAH 100.0 100.0 100.0Sumber : Hasil Penelitian BPS Tahun 2005 Di daerah pantai juga terlihat bahwa sarana air untuk minum sangat

terbatas, hal ini ditunjukkan oleh 78,7 persen keluarga tidak mempunyai sumber air untuk minum, baik berupa sumur maupun pompa.

3. Sosial Budaya Lainnya

Hal lainnya yang perlu mendapat perhatian serius adalah masih tingginya permasalahan sosial sebagaimana tabel di bawah ini. Permasalahan tersebut walaupun cenderung menurun, tetapi perlu langkah – langkah strategis untuk mempercepat pengurangan tersebut.

Tabel 28.Permasalahan Sosial Lainnya Tahun 2006-2007

NO

PENYANDANG MASALAH

KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS)

SATUAN

TAHUN

2006 2007 2008

1 Fakir Miskin KK 147.554 147.226 146.8582 WRSE Orang 7.661 7.474 7.4443 Trafiking Orang 33 33 234 Anak Nakal Orang 300 210 1905 Anak Terlantar Orang 14.700 14.660 14.6306 Penyandang Cacat Orang 3.558 3.257 3.2207 Anak Terlanar Di Panti Orang 1.002 975 955

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-45

Page 46: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

8 Eks Napi Orang 420 378 3639 WTS/ PSK Orang 573 517 502

10 Pemulung Orang 200 100 10011 Komunitas Adat

Terpencil KK 200 110 110

12 Keluarga Berumah Tidak Layak Huni

KK 9.050 8.936 8.936

13 Penderita HIV Orang 86 182 263Sumber : Dinas Sosial

Secara umum perkembangan keagamaan dI Kabupaten Subang dapat dilihat pada tabel – tabel berikut ini :

Tabel 29Perkembangan Sarana Peribadatan di Kabupaten Subang

Tahun 2005 – 2007

No Jenis sarana Peribadatan TH. 2005(Buah)

TH. 2006(Buah)

TH. 2007(Buah)

1 Mesjid/Mushola/langgar/Surau 3.693 3.763 5,5182 Gereja 21 21 423 Vihara - - -

Jumlah 3.714 3.784 5.560 Sumber : Kantor Depag Kab. Subang 2008

Dari tabel tersebut diatas memperlihatkan bahwa sarana peribadatan seperti Mesjid, Mushola, langgar/Surau pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 5.560 buah. Demikian pula jumlah pondok pesantren pada tahun 2007 ini jumlahnya meningkat menjadi 224 buah, jumlah santri menjadi 26.099 orang dan jumlah kyai / ustadz menjadi 2.451 orang, sebagaimana tabel berikut ini :

Tabel 30Perkembangan Jumlah Pontren, Kiyai/Ustadz dan Santri di Kabupaten Subang

tahun 2005 – 2007

No. Uraian Tahun 2005

Tahun 2006 Tahun 2007

1 Jml Pondok pesantren 201 buah 201 buah 224 buah2 Jml Kyai/ustadz 1.592 orang 1.603 orang 2.451 orang3 Jml Santri 22.975

orang22.654 orang

26.099 orang

Sumber : Kantor Depag Kab. Subang 2008

Kemudian mengenai perkembangan kuantitas pendidikan keagamaan Islam pada tahun 2007 ini, juga secara umum mengalami peningkatan dibanding kondisi tahun 2006, yakni jumlah sekolah meningkat menjadi 761 buah, jumlah guru meningkat menjadi 5.105 orang, dan jumlah murid meningkat menjadi 65.775 orang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 31Perkembangan Jumlah Madrasah Murid dan Guru

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-46

Page 47: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

di Kabupaten Subang Tahun 2006– 2007

NoJenis

Pendididkan

Tahun 2006 Tahun 2007Jml Sek

Jml Muri

Jml Gur

Jml Sek

Jml Muri

Jml Guru

1. RA 88 2.122 252 88 2.122 2522. M.D. 381 25.97 1.60 490 37.33 2.3353. MI Negeri 3 533 37 3 538 344. MI Swata 99 9.673 685 99 9.994 8275. MTs 4 2.842 175 4 2.617 1546. Mts 55 9.642 909 56 10.40 1.0787. M A 2 677 70 2 748 728. M A 16 1.908 368 19 2.018 353

Jumlah 648 53.371

4.098

761 65.775

5.105 Sumber : Kantor Depag Kab. Subang 2008

Perkembangan kuantitas sarana peribadatan dan pendidikan keagamaan Islam yang terjadi pada tahun 2006 sebagaimana diuraikan diatas merupakan salah satu indikasi bahwa secara umum kehidupan keagamaan di Kabupaten Subang kondisinya relatif baik.

Seiring dengan itu pula jumlah tindak kriminal dan gangguan ketentraman lainnya pada tahun 2007 mengalami penurunan di banding dengan tahun 2006 sebagaimana tabel berkut ini :

Tabel 32Frekuesi gangguan ketentraman dan Ketertiban Masyarakat

di Kabupaten Subang Tahun 2006 – 2007

No Jenis Gangguan TH. 2006(Buah)

TH. 2007(Buah)

1 Pencurian Biasa 38 362 Pencurian dengan senjata

tajam2 2

3 Perampokan 4 24 Pencurian Kendaraan Roda 2 38 85 Pencurian Kendaraan Roda 4 1 06 Narkoba 8 57 Pembunuhan 4 58 Penculikan 0 49 Pemerkosaan 4 1

10 Pemalsuan uang 4 011 Perkelahian/Pengrusakan 13 412 Judi 16 413 Bunuh diri 14 314 Penganiayaan 10 315 Penipuan 8 216 Pemerasan 0 117 Unjuk rasa 8 7

Jumlah 172 87 Sumber : Kantor Kesbang 2008

2.2.2. Analisa Kondisi Sosial BudayaAnalisa Kekuatan

1) Komitmen yang tinggi stakehoder di Kabupaten Subang terutama pengentasan Wajar Dikdas yang tertuang dalam Keputusan Bupati Nomor 421.2/207-BAP/2002 tentang Wajar Dikdas 9 Tahun di Kabupaten Subang dan Instruksi Bupati Nomor IA/2004 tentang Pembentukan Pokja Wajar Dikdas di tingkat kecamatan dan desa.

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-47

Page 48: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

2) Komitmen Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan Anggaran Belanja untuk bidang Pendidikan dalam APBD sekitar 20 %.

3) Komitmen Pemerintah Daerah untuk memprioritaskan Urusan Kesehatan, Urusan Sosial dan Urusan Bidang Sosbud lainnya

4) Kehidupan beragama di Kabupaten Subang relatif baik dilihat dari jumlah sarana dan prasarana keagamaan, seperti : Mesjid/Mushola/langgar/Surau menjadi 5.518 buah, Pondok Pesantren menjadi 224 buah, kyai / ustadz menjadi 2.451 orang dan lain-lain.

Analisa Kelemahan1)Permasalahan Sosial relatif tinggi seperti WTS (502 orang), Wanita

Rawan Sosial Ekonomi (7.444 orang) dan lain sebagainya2)Masih adanya tindak kejahatan serta gangguan ketentraman dan

ketertiban lainnya sepeti pencurian 48 kali, pembunuhan 5 kali dan lain sebagainya

3)Masih fluktuatifnya Jumlah DO baik di tingkat SD (2005 :154 orang, 2006 : 223 orang, tahun 2007 : 110 orang), SMP (2005 : 81 orang, 2006 : 81 orang, tahun 2007 : 70 orang) dan SMA (2005 :125 orang, 2006 : 69 orang, tahun 2007 : 86 orang)

4)Tingkat capaian Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun 2006 : 6,77 tahun, 2007 : 6,93 tahun, 2008 : 7,01 tahun) dan Angka Melek Huruf (Tahun 2006 : 90.03 %, 2007 : 91.17 %, 2008 : 91,73%) yang cenderung meningkat tetapi tidak signifikan

5)Cakupan layanan sekolah terhadap murid masih belum merata.6)Masih kurangnya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan

Di Kabupaten Subang terdapat 39 Puskesmas, dengan jumlah penduduk sebanyak 1.422.028 jiwa maka ratio rata-rata satu Puskemas melayani 36.462 penduduk. Standar ratio Puskesmas terhadap penduduk adalah 1:30.000 penduduk.

Ratio untuk setiap 100.000 penduduk adalah 5,27 dokter umum, 1,83 dokter spesialis, dan 2,25 dokter gigi sehingga setiap satu orang dokter spesialis melayani 54.693 penduduk, satu orang dokter umum melayani 18.960 penduduk dan satu orang dokter gigi melayani 44.438 penduduk.

Dan lain-lain7)Masih tingginya kasus penyakit-penyakit berbasis lingkungan seperti

Cenderung meningkatnya penderita penyakit HIV / AIDS tahun 2007 : 182 orang dan tahun 2008 menjadi : 263 orang.

Pada tahun 2008, di Kabupaten Subang ditemukan 3 kasus filariasis di Wilayah Puskesmas Kasomalang, Puskesmas Blanakan dan Puskesmas Tanjungwangi

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-48

Page 49: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/bab-2-A... · Web viewBeberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan,

Dan lan-lain8)Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada keluarga masih rendah hanya

28,2% keluarga yang dikategorikan sehat9)Masih ditemukannya gizi buruk pada Balita sebanyak 676 orang (0,62

%) , Bumil KEK sebanyak 1.589 orang.10) Tingginya kasus kematian bayi (162 orang pertahun atau 3 bayi

per minggu) dan kasus kematian ibu (17 orang pertahun atau 1 orang per 3 minggu)

Analisa Peluang1) Komitmen yang tinggi Pemerintah Pusat dan Propinsi terhadap

Pendidikan yang termuat dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 31, Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional serta Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 34 Tahun 1999 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Wajar Dikdas 9 Tahun di Jawa Barat.

2) Komitmen yang tinggi Pemerintah Pusat dan Propinsi terhadap Kesehatan yang termuat dalam Undang - Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2001 tentang Pokjanal Posyandu serta Adanya Sistim Kesehatan Nasional (SKN) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

3) Urusan Pendidikan, Kesehatan, Sosial dan Budaya menjadi urusan Wajib dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

4) Pangsa Pasar Tenaga Kerja di Dalam dan Luar Negeri menuntut Persyaratan pendidikan lebih tinggi dan terampil.

5) Kemudahan bagi pihak swasta untuk menyelenggarakan layanan pendidikan formal, pendidikan non formal dan pendidikan informal.

6) Terselenggaranya pelayanan kesehatan oleh sektor swasta.7) Komitmen yang tinggi untuk menjaga ketentraman dan ketertiban

Analisa Ancaman 1) Perilaku diskriminatif orang tua/dunia usaha bidang pendidikan

terhadap gender (tidak/belum bersekolah di usia 10 tahun ke atas pada perempuan : 98.280 orang dan laki-laki : 52.834 orang)

2) Kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anak rendah terutama di daerah pantura (RRLS Cipunagara : 5.75 tahun, Legonkulon : 6.05 tahun, Compreng : 6,11 tahun) dan lain-lain

3) Pengaruh budaya negatif sebagai dampak dari era globalisasi dan informasi.

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Kabupaten Subang Tahun 2009-2014

II-49