DAFTAR PUSTAKA - Repositori Tugas Akhir …jurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/JURNAL-SKRIPSI1.docx ·...

79
ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Aisyah Nasution, Sri Ruwanti, Firmansyah Kusasi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Kepulauan Riau ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh good corporate governance terhadap kinerja keuangan. Mekanisme good corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, kepemilikan institusional, Kepemilikan manajerial dan komite audit. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2014. Penelitian ini mengamati laporan keuangan dan laporan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan manufaktur selama periode penelitian. Metode untuk menentukan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purpose sampling. Purposive sampling memastikan data yang diperoleh sesuai dengan kriteria sampel dalam penelitian. Melalui purposive sampling,

Transcript of DAFTAR PUSTAKA - Repositori Tugas Akhir …jurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/JURNAL-SKRIPSI1.docx ·...

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Aisyah Nasution, Sri Ruwanti, Firmansyah Kusasi

Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

Tanjungpinang, Kepulauan Riau

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh good corporate governance terhadap kinerja keuangan. Mekanisme good corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, kepemilikan institusional, Kepemilikan manajerial dan komite audit.

Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2014. Penelitian ini mengamati laporan keuangan dan laporan tahunan yang diterbitkan oleh perusahaan manufaktur selama periode penelitian. Metode untuk menentukan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purpose sampling. Purposive sampling memastikan data yang diperoleh sesuai dengan kriteria sampel dalam penelitian. Melalui purposive sampling, diperoleh jumlah perusahaan manufaktur yang diamati sebesar 20 perusahaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan secara simultan, dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, dan variabel kontrol ukuran perusahaan dan growth opportunity berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Kata kunci : Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Growth Opportunity.

PENDAHULUAN

Penilaian kinerja perusahaan bertujuan untuk mengetahui efektivitas operasional perusahaan. Kinerja merupakan pengawasan terus menerus dan pelaporan penyelesaian program, terutama kemajuan terhadap tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengukuran kinerja perusahaan dilakukan untuk melakukan perbaikan dan pengendalian atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Selain itu, pengukuran kinerja juga dibutuhkan untuk menetapkan strategi yang tepat dalam rangka mencapai tujuan perusahaan (Veno, 2015).

2

Peningkatkan kinerja perusahaan merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan para pemilik modal atau pemegang saham. Salah satu ukuran kinerja perusahaan adalah Return on Equity (ROE). Kemampuan perusahaan dengan menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan laba tercermin dalam ROE. Tingkat pengembalian dari modal yang disediakan oleh pemilik perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain, ROE menunjukkan tingkat keuntungan yang akan dinikmati oleh pemegang saham (Mahaputri & Yadnyana, 2014). Berbicara mengenai kinerja perusahaan, tidak hanya dapat dihitung dengan rasio keuangan namun juga bisa dilihat dari ukuran perusahaan dengan melihat total aset yang dimiliki. Semakin besar aset yang

dimiliki memungkinkan semakin besarnya kinerja keuangan dalam suatu perusahaan (Theacini & Wisadha, 2014).

Kinerja keuangan perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah corporate governance. Corporate governance telah menjadi sebuah isu yang menarik sejak dekade terakhir. Organisasi dunia seperti Bank Dunia dan The Organization for Economic Cooperation Development (OECD) berpartisipasi dalam mengembangkan konsep-konsep corporate governance. Krisis yang terjadi di indonesia juga tidak terlepas dari keberadaan isu corporate governance (Sayyidah, 2007). Menurut Merchant dan Stede (2014), Tujuan utama organisasi berorientasi laba adalah memaksimalkan nilai pemegang saham ( pemiliknya) atau nilai perusahaan dalam jangka pendek. Good Corporate Governance (GCG) akhirnya mendesak akan adanya suatu sistem pengawasan yang baik. untuk memberi jaminan keamanan atas dana atau asset yang tertanam pada perusahaan tersebut sekaligus efisiensinya (Ratih, 2011).

Tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) merupakan pedoman atau bisa digunakan sebagai formula untuk menciptakan pedoman bagi pengelola perusahaan dalam mengelola manajemen perusahaan yang baik dengan memperhatikan kepentingan stakeholders (Dewi & Dwijaputri, 2014). Pada prinsipnya corporate governance menyangkut mengenai kepentingan para pemegang saham, perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, peranan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam corporate governance, transparansi dan penjelasan, serta peranan dewan komisaris dan komite audit. GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Penerapan Penerapan good corporate governance dalam kinerja perusahaan merupakan kunci sukses bagi perusahaan untuk memperoleh keuntungan dalam jangka panjang dan dapat bersaing dengan baik dalam bisnis global. Good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik membantu terciptanya hubungan yang kondusif dan dapat dipertanggungjawabkan diantara elemen dalam perusahaan (dewan komisaris, dewan direksi, dan para pemegang saham) dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan.

Beberapa penelitian tentang pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap kinerja keuangan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan indikator tiap variabel untuk mengukur GCG dan kinerja keuangan berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, maka pengaruh mekanisme corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan masih perlu untuk diteliti lebih lanjut. Penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasi lebih dalam penganalisaan corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan sektor manufaktur secara khusus, yang ditentukan dalam variabel mekanisme corporate governance diantaranya dewan komisaris, dewan direksi, proporsi komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit dan sebagai variabel kontrolnya adalah ukuran perusahaan dan growth opportunity. Kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan menggunakan Return On Equity (ROE). Terdapat perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu periode dan variabel penelitian. Sehingga penelitian ini diberi judul Analisis Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Studi kasus penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011-2014.

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Fahmi (2011) menyatakan kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar dan ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP (General Acepted Accounting Principle), dan lainnya.

Menurut Andono dan Windah (2013) Pelaporan kinerja merupakan refleksi kewajiban untuk mempresentasikan dan melaporkan kinerja semua aktifitas dan sumber daya yang perlu dipertanggungjawabkan. Kinerja perusahaan di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain terkonsentrasi atau tidaknya kepemilikan, manipulasi laba, serta pengungkapan laporan keuangan. Kepemilikan yang banyak terkonsentrasi oleh institusi akan memudahkan pengendalian sehingga akan meningkatkan kinerja perusahaan.

13

Dalam hubungannya dengan kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan yang sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi. Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi sering kali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan. Disclosure laporan keuangan akan memberikan informasi yang berguna bagi pemakai laporan keuangan. Disclosure sebagai salah satu aspek good corporate governance diharapkan dapat menjadi dasar untuk melihat baik tidaknya kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam indikator atau variabel untuk mengukur keberhasilan perusahaan, pada umumnya berfokus pada informasi kinerja yang berasal dari laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut bermanfaat untuk membantu investor, kreditor, calon investor dan para pengguna lainnya dalam rangka membuat keputusan investasi, keputusan kredit, analisis saham serta menentukan prospek suatu perusahaan di masa yang akan datang. Penilaian kinerja perusahaan dilakukan bertujuan untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya agar tercapai tujuan perusahaan yang baik (Windah & Andono, 2013).

Return On Equity (ROE)

Menurut Hery (2015), Return On Equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi ekuitas dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap ekuitas.

Semakin tinggi hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas. Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin rendah pula jumlah laba yang bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah yang tertanam dalam ekuitas.

Pengertian Corporate Governance

Menurut Forum Corporate Governance In Indonesia (FCGI) (2001), corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Disamping itu FCGI juga menjelaskan, bahwa tujuan dari Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Secara lebih rinci, terminologi Corporate Governance dapat dipergunakan untuk menjelaskan peranan dan perilaku dari dewan direksi, dewan komisaris, pengurus (pengelola) perusahaan, dan para pemegang saham.

Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) KEP-117/M-MBU/2002, good corporate governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya berlandaskan peraturan perundangan dan etika.

Sedangkan menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006), Good corporate governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya. maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan di indonesia sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. Penerapan GCG juga diharapkan dapat menunjang upaya pemerintah dalam menegakkan good governance pada umumnya di indonesia. Saat ini Pemerintah sedang berupaya untuk menerapkan good governance dalam birokrasinya dalam rangka menciptakan pemerintah yang bersih dan berwibawa.

Indikator Mekanisme Corporate Governance

Dewan Komisaris

KNKG (2006) menyatakan dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa Perusahaan melaksanakan GCG. Namun demikian, dewan komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Kedudukan masing-masing anggota dewan komisaris termasuk komisaris utama adalah setara. Tugas komisaris utama sebagai adalah mengkoordinasikan kegiatan dewan komisaris.

Dewan Direksi

KNKG (2006) menyatakan dewan direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-masing anggota direksi termasuk direktur utama adalah setara. Tugas direktur utama adalah mengkoordinasikan kegiatan direksi.

Komisaris Independen

Menurut KNKG (2006) komisaris independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, dan perusahaan itu sendiri baik dalam bentuk hubungan bisnis maupun kekeluargaan. Salah satu fungsi utama dari komisaris independen adalah untuk menjalankan fungsi monitoring yang bersifat independen terhadap kinerja manajemen perusahaan. Keberadaan komisaris dapat menyeimbangkan kekuatan pihak manajemen (terutama CEO) dalam pengelolaan perusahaan melalui fungsi monitoringnya.

Jumlah komisaris independen harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Salah satu dari komisaris independen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau keuangan.

Kepemilikan Institusional

Menurut Arifani (2013), kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi lain. Adanya pemegang saham seperti institusional ownership memiliki arti penting dalam memonitor manajemen. Sedangkan menurut Ardianingsih dan Ardiyani (2010), adanya kepemilikan oleh institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan-perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi-institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.

Kepemilikan Manajerial

Menurut Arifani (2013), kepemilikan saham manajerial adalah proporsi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen, yang dapat diukur dari persentase saham biasa yang dimiliki oleh pihak manajemen yang secara aktif terlibat dalam pengambilan keputusan perusahaan. Ardianingsih dan Ardiyani (2010), mengatakan semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan, maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Namun, tingkat kepemilikan manajerial yang terlalu tinggi juga dapat berdampak buruk terhadap perusahaan. Dengan kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer mempunyai hak voting yang tinggi sehingga manajer mempunyai posisi yang kuat untuk mengendalikan perusahaan,hal ini dapat menimbulkan masalah pertahanan, dalam artian, adanya kesulitan bagi para pemegang saham eksternal untuk mengendalikan tindakan manajer.

Komite Audit

Pembentukan komite audit oleh perusahaan-perusahaan publik sudah banyak di lakukan di berbagai negara termasuk Indonesia. Seiring dengan menguatnya tuntutan agar perusahaan lebih transparan dan reliable mengenai kinerjanya, peran komite audit menjadi semakin penting. Menurut Bapepam No. Kep-29/M/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Sedangkan menurut Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) komite audit adalah suatu komite yang bekerja secara profesional dan independen yang dibentuk oleh dewan komisaris, dengan demikian tugasnya adalah membantu dan memperkuat fungsi dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan atas proses pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan audit, dan implementasi dari corporate governance di perusahaan .

Bapepam melalui surat edaran No. 03/PM/2000 yang ditujukan kepada setiap direksi emiten dan perusahaan publik mewajibkan dibentuknya komite audit. Pengaturan mengenai jumlah komite audit bagi emiten dan perusahaan publik diatur dalam peraturan Bapepam LK No.IX.I.5 tentang pembentukan pedoman pelaksanaan kerja komite audit. Dalam peraturan tersebut emiten dan perusahaan publik diwajibkan membentuk komite audit yang berjumlah sekurang kurangnya tiga orang dimana salah satunya merupakan komisaris independen perusahaan dan bertindak sebagai ketua komite audit.

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian terdahulu serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka disajikan kerangka pemikiran hipotesis yang dituangkan dalam model penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Sumber : Dikembangkan dalam Penelitian ini

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Menurut FCGI (2011) dewan komisaris bertugas untuk mengawasi kinerja perusahaan dan memberi masukan kepada dewan direksi. Selain itu, dewan komisaris berperan dalam memonitor pelaksanaan GCG dan melakukan perubahan bila perlu. Dengan adanya pengawasan dewan komisaris terhadap kinerja manajemen dapat mengurangi tindakan kecurangan dan perilaku oportunistik manajemen karena dewan komisaris mengawasi kinerja manajemen agar bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik yaitu meningkatkan return (laba) dan kesejahteraan pemilik yang diukur dengan ROE. Hal ini sejalan dengan Penelitian Martsila dan Meiranto (2013) yang menemukan adanya hubungan positif antara dewan komisaris dengan kinerja keuangan perusahaan, dewan komisaris memberikan kontribusi pada peningkatan kinerja keuangan perusahaan peningkatan jumlah komisaris menyebabkan adanya pengawasan lebih ketat terhadap pihak manajer sehingga pihak manajer lebih giat dalam meningkatkan kinerjanya.

Pengaruh Ukuran Dewan Direksi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Veno (2015) mengatakan semakin tinggi ukuran dewan direksi perusahaan cenderung meningkatkan kinerja perusahaan, hal ini dibuktikan dalam penelitiannya bahwa dewan direksi berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan. Didukung penelitian Theacini dan Wisadha (2014) yang menemukan bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Pengaruh Proporsi Komisaris Independen Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Di dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas disebutkan bahwa komisaris independen merupakan Anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, hubungan kepengurusan, hubungan kepemilikan saham, atau hubungan keluarga lainnya dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi dan pemegang saham pengendali atau hubungan dengan bank, yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.

Penelitian mengenai dampak proporsi komisaris independen terhadap kinerja keuangan ternyata masih beragam. Penelitian Widyati (2013), menemukan pengaruh positif antara proporsi komisaris independen terhadap kinerja keuangan dimana tingginya proporsi komisaris independen maka pengawasan terhadap kinerja manajemen juga semakin tinggi. sehingga akan dapat mengontrol manajer untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak sejalan dengan kepentingan pemegang saham. Didukung oleh penelitian Arifani (2013), yang menemukan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan. Sedangkan Tertius dan Christiawan (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan.

Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Menurut Ardianingsih dan Ardiyani (2010), meningkatnya aktivitas institusional ownership dalam melakukan monitoring disebabkan oleh kenyataan bahwa adanya kepemilikan saham yang signifikan oleh institusional ownership telah meningkatkan kemampuan mereka untuk bertindak secara kolektif. Semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh institusional ownership akan menyebabkan pengawasan yang dilakukan menjadi lebih efektif karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik manajer. Dengan demikian kepemilikan instutional akan mendorong manajer untuk selalu menunjukkan kinerja yang baik di hadapan para pemegang saham. Kepemilikan yang banyak terkonsentrasi oleh institusi akan memudahkan pengendalian sehingga akan meningkatkan kinerja perusahaan (Widhianingrum & Amah, 2012). Penelitian Widyati (2013) menemukan adanya pengaruh yang positif antara kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan. Penelitian Theacini dan Wisadha (2014) Mahaputri dan Yadnyana (2014) menemukan adanya pengaruh signifikan antara kepemilikan institusional dengan kenerja perusahaan.

Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Jensen dan Meckling (1976), menyebutkan bahwa semakin besar kepemilikan saham oleh manajemen maka berkurang kecenderungan manajemen untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya sekaligus mengurangi biaya agensi akibat adanya perbedaan kepentingan. Hal ini terjadi karena, manajer yang memiliki keterlibatan dalam perusahaan melalui kepemilikan manajerial akan ikut

merasa memiliki perusahaan sehingga segala keputusan yang diambil oleh manajer akan dilakukan dengan lebih hati-hati mengingat segala konsekuensi yang terjadi akibat keputusan yang diambil akan berdampak pula pada manajer. Penelitian yang dilakukan oleh Theacini dan Wisadha (2014) mengemukakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Didukung oleh penelitian Mahaputri dan Yadnyana (2014) yang menemukan pengaruh yang signifikan antara kepemilikan manajerial dan kinerja perusahaan.

Pengaruh Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Komite audit bertugas untuk membantu dewan komisaris dalam melaksanakan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan. Perusahaan dengan jumlah komite audit yang lebih banyak diharapkan memberikan sumber daya yang lebih dalam mengawasi proses akuntansi dan pelaporan keuangan sehingga dapat mengurangi perilaku manajer yang dapat merugikan perusahaan (Widyati, 2013). Penelitian Veno (2015), dan penelitian Arifani (2013), menemukan adanya pengaruh positif yang signifikan antara komite audit dan kinerja keuangan perusahaan.

Hipotesis

H1 : Diduga ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROE) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

H2 : Diduga ukuran dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROE) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

H3 : Diduga proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROE) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

H4 : Diduga kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROE) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

H5 : Diduga kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROE) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

H6 : Diduga komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROE) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

H7 : Diduga dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROE) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

METODOLOGI PENELITIAN

Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2014.

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas).

Variabel Dependen

Kinerja Keuangan

Menurut Meythi dan Devita (2011) Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu pengukuran terhadap perusahaan, dimana perusahaan mendapatkan laba dalam satu periode. dalam penelitian ini diukur menggunakan rasio profitabilitas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk mencapai laba yang diharapkan. Perhitungan rasio yang digunakan yaitu Return on Equity (ROE). ROE dapat diukur dengan rumus sebagai berikut : (Hery, 2015).

1.3.2 Variabel Independen

a. Ukuran Dewan Komisaris

Ukuran dewan komisaris diukur dengan menggunakan jumlah anggota dewan komisaris baik yang berasal dari internal perusahaan maupun eksternal perusahaan ukuran dewan komisaris dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

b.Ukuran Dewan Direksi

Ukuran dewan direksi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Theacini & Wisadha, 2014).

Proporsi Komisaris Independen

Rumus untuk menghitung proporsi komisaris independen adalah persentase jumlah komisaris independen dibagi total jumlah anggota dewan komisaris, dapat diformulasikan sebagai berikut : (Theacini & Wisadha, 2014).

d. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : (Theacini & Wisadha, 2014).

e. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : (Theacini & Wisadha, 2014).

f. Komite Audit

Komite Audit dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Theacini & Wisadha, 2014).

3.3.2 Variabel Kontrol

Menurut Windah dan Andono (2013) Variabel kontrol adalah variabel yang faktornya dikontrol untuk menetralisir pengaruhnya yang dapat mengganggu hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Sedangkan menurut Jogiyanto (2008) variabel kontrol digunakan untuk melengkapi atau mengontrol hubungan kausal supaya lebih baik untuk didapatkan model empiris yang lebih lengkap dan lebih baik. Variabel kontrol ini bukan variabel utama yang akan di teliti dan di uji tetapi lebih ke variabel lain yang mempunyai efek pengaruh. Variabel kontrol merupakan variabel-variabel yang sudah ditemukan signifikan di penelitian sebelumnya yang perlu dimasukkan ke dalam model sekarang sebagai pelengkap dari model.

Umumnya variabel kontrol sering digunakan peneliti untuk jenis penelitian perbandingan. Variabel corporate governance memiliki kemungkinan untuk secara endogen ditentukan oleh berbagai faktor. Dengan mengakui sifat endogenitas dari variabel corporate governance, dan hanya dapat menginterpretasikan hasil penelitian sebagai suatu hubungan yang parsial (Windah & Andono, 2013). Dibawah ini merupakan berbagai variabel yang secara teori menentukan penerapan corporate governance di perusahaan.

a. Ukuran Perusahaan

Pengaruh ukuran perusahaan terhadap corporate governance masih belum jelas arahnya. Perusahaan besar dapat memiliki masalah keagenan yang lebih besar sehingga membutuhkan corporate governance yang lebih baik. Di sisi lain, perusahaan kecil bisa memiliki kesempatan bertumbuh yang tinggi, sehingga membutuhkan dana eksternal, dan seperti argumen diatas, membutuhkan mekanisme corporate governance yang lebih baik. Dengan demikian, penelitian ini memasukkan variabel ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan log natural total asset (Theacini & Wisadha, 2014).

b. Growth Opportunity

Menurut Harahap (2012) growth opportunity adalah kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan serta mengembangkan perusahaan. Perusahaan yang memiliki kemampuan tumbuh atau berinvestasi akan lebih profitable, yang pada akhirnya akan memengaruhi kinerja yang baik pada perusahaan. Dengan demikian, penelitian ini memasukkan variabel kesempatan pertumbuhan (growth opportunity) sebagai variabel kontrol (Purwani, 2010). Variabel growth opportunity diukur dengan persentase perubahan total aktiva dengan rumus sebagai berikut : (Izati & Margaretha, 2014)

Keterangan :

Total Asset t = Total asset tahun sekarang

Total Asset t-1= Total asset tahun sebelumnya

Prosedur Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan metode atau cara yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan bagi suatu penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yaitu pengumpulan data (data sekunder), dengan cara menggunakan jurnal-jurnal, buku-buku, studi pustaka dari berbagai literatur, serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Dan dokumen yang relevan dengan objek penelitian berupa data dari manufaktur.

Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :

1. Daftar perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011-2014.

2. Data laporan keuangan dan laporan tahunan (annual report) yang didapat di Indonesian capital market directory (ICMD)

3. Data perusahaan manufaktur tersebut juga harus mempunyai data jumlah dewan komisaris, dewan direksi, dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit dan ukuran perusahaan dan data tentang laporan yang dibutuhkan dari perusahaan secara lengkap.

Teknik Penentuan Populasi dan Sampel

Menurut Sarwono (2012), populasi adalah merupakan kesatuan yang mempunyai karakteristik yang sama dimana sampel akan kita tarik. Sedangkan sampel adalah sebagian kecil dari populasi yang kita gunakan sebagai objek penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011- 2014. Sektor manufaktur dipilih karena sektor ini memiliki peran strategis terhadap pembangunan perekonomian indonesia dan sektor manufaktur diminati oleh kalangan investor yang ingin berinvestasi di perusahaan manufaktur. Ditambah dengan prospek ekspansi manufaktur di indonesia masih sangat luas.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non random sampling atau nonprobability sampling, yaitu dengan cara pengambilan sampel yang setiap anggota populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Salah satu teknik pengambilan sampling yang termasuk dalam teknik non random sampling adalah metode purposive sampling. Metode yang dilakukan berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan tertentu atau jatah tertentu (Jogiyanto, 2008).

Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling berdasarkan beberapa kriteria,yaitu:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2011-2014.

2. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan selama periode 2011-2014.

3. Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan tahunan (annual report) selama periode 2011-2014.

4. Perusahaan manufaktur yang memperoleh laba selama periode 2011-2014.

5. Perusahaan manufaktur yang menggunakan mata uang rupiah.

6. Perusahaan manufaktur yang memiliki data lengkap secara berturut-turut mengenai data yang berkaitan dengan pengukuran variabel komisaris independen.

7. Perusahaan manufaktur yang memiliki data lengkap secara berturut turut mengenai data yang berkaitan dengan pengukuran variabel kepemilikan manajerial.

Metode Analisis

3.6.1 Analisis Regresi Berganda

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis regresi berganda untuk pengujian hipotesis. Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,....Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala Interval atau rasio. Penelitian ini untuk menguji pengaruh dari ukuran dewan komisaris (X1), ukuran dewan direksi (X2), proporsi komisaris independen (X3) kepemilikan institusional (X4), kepemilikan manajerial (X5) komite audit (X6) yang merupakan variabel independen. Variabel kontrolnya adalah ukuran perusahaan (X7) dan growth opportunity (X8). Variabel dependennya yaitu return on equity (ROE).

Berdasarkan variabel independen, dependen dan variabel kontrol sebagai perbandingan, maka dapat disusun persamaan sebagai berikut:

Model regresi :

Y = a + b1 X1+ b2X2 + b3 X3+ b4X4 + b5X5 + b6 X6 + b7X7 + b8X8 + e

Keterangan :

Y = Return On Equity (ROE)

a = Konstanta

b = Koefisien regresi

X1= Dewan Komisaris

X2= Dewan Direksi

X3= Komisaris Independen

X4= Kepemilikan Institusional

X5= Kepemilikan Manajerial

X6= Komite Audit

X7= Ukuran Perusahaan

X8= Growth Opportunity

e= Standard Error

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Unit Analisis/ Observasi

Dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan tahun 2011-2014.

Uji Statistik Deskriptif

Uji statistik deskriptif dilakukan guna memahami karakteristik variabel penelitian dari segi nilai minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi, maka di bawah ini disajikan data statistik deskriptif.

Tabel 4.3

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Kinerja_Keuangan

80

,01

,37

,1355

,08055

Dewan_komisaris

80

2

11

4,33

2,145

Dewan_Direksi

80

2

15

5,43

3,141

Komisaris_Independen

80

,20

,75

,3769

,09140

Kepemilikann_Institusional

80

,02

,99

,6161

,23653

Kepemilikan_Manajerial

80

,00001

,26502

,0539181

,07977531

Komite_Audit

80

2

4

3,01

,337

Ukuran_perusahaan

80

25,49

33,09

28,0500

1,90067

Growth_Opportunity

80

-,0149

,7222

,179984

,1500842

Valid N (listwise)

80

Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui jumlah data yang dimasukkan sebanyak 80 data. Dengan nilai minimum, maksimum, nilai rata-rata dan nilai standar deviasi sebagai berikut:

1. Kinerja keuangan memiliki nilai minimum sebesar 0,01 nilai maksimum sebesar 0,37 nilai rata-rata sebesar 0,1355 dan nilai standar deviasi sebesar 0,08055.

2. Dewan komisaris memiliki nilai minimum sebesar 2 nilai maksimum sebesar 11 nilai rata-rata 4,33 dan nilai standar deviasi sebesar 2,145.

3. Dewan direksi memiliki nilai minimum sebesar 2 nilai maksimum sebesar 15 nilai rata-rata 5,43 dan nilai standar deviasi sebesar 3,141.

4. Komisaris independen memiliki nilai minimum sebesar 0,20 nilai maksimum sebesar 0,75 nilai rata-rata 0,3769 dan nilai standar deviasi sebesar 0,9140.

5. Kepemilikan institusional memiliki nilai minimum sebesar 0,02 nilai maksimum sebesar 0,99 nilai rata-rata 0,6161 dan nilai standar deviasi sebesar 0,23653.

6. Kepemilikan manajerial memiliki nilai minimum sebesar 0,00001 nilai maksimum sebesar 0,26502 nilai rata-rata 0,0539181 dan nilai standar deviasi sebesar 0,07977531.

7. Komite audit memiliki nilai minimum sebesar 2 nilai maksimum sebesar 4 nilai rata-rata 3,01 dan nilai standar deviasi sebesar 0,337.

8. Ukuran perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 25,49 nilai maksimum sebesar 33,09 nilai rata-rata 28,0500 dan nilai standar deviasi sebesar 1,90067.

9. Growth opportunity memiliki nilai minimum sebesar -0,149 nilai maksimum sebesar 0,7222 nilai rata-rata 0,179984 dan nilai standar deviasi sebesar 0,1500842.

Uji Asumsi Klasik

Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen, keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal atau grafik atau dengan melihat histogram dari residulnya. Hasil perhitungan data menunjukkan bahwa penyebaran plot mengikuti garis diagonalnya dan dapat dikatakan data berdistribusi normal.

Grafik 4.1

Normal Plot

Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)

Tabel 4.4

Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N

80

Normal Parametersa,b

Mean

,0000000

Std. Deviation

,07183569

Most Extreme Differences

Absolute

,106

Positive

,106

Negative

-,070

Kolmogorov-Smirnov Z

,950

Asymp. Sig. (2-tailed)

,328

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,950 dan signifikansi sebesar 0,328 sehingga dapat disimpulkan nilai (Asymp. Sig. (2-tailed) 0,328 > 0,05), maka H0 diterima yang artinya data residual berdistribusi normal.

Uji Multikolinieritas

Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Collinearity Statistics

B

Std. Error

Beta

Tolerance

VIF

1

(Constant)

-,184

,161

Dewan_komisaris

-,002

,005

-,065

,635

1,576

Dewan_Direksi

,005

,004

,200

,545

1,836

Komisaris_Independen

-,022

,104

-,025

,806

1,241

Kepemilikann_Institusional

-,050

,039

-,146

,835

1,198

Kepemilikan_Manajerial

-,099

,120

-,098

,787

1,270

Komite_Audit

-,029

,026

-,120

,948

1,055

Ukuran_perusahaan

,016

,005

,369

,792

1,262

Growth_Opportunity

-,027

,060

-,050

,889

1,125

a. Dependent Variable: Kinerja_Keuangan

Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)

Berdasarkan tabel 4.5 di atas diperoleh hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance < 0,10. Hasil perhitungan nilai VIF menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai VIF > 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi sehingga persamaan regresi ini memenuhi syarat bebas multikolinieritas.

Uji Heteroskedastisitas

Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik 4.2 berikut ini:

Grafik 4.2 Scatterplot

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)

Berdasarkan grafik 4.2 scatterplot di atas dapat dilihat bahwa titik kurang menyebar secara acak dan tersebar dengan baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y maka hal ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2013), analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang menjamin keakuratan hasil. Uji statistik yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah uji glejser.

Tabel 4.6

Hasil Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

-,003

,098

-,030

,976

Dewan_komisaris

-,004

,003

-,175

-1,263

,211

Dewan_Direksi

-,001

,002

-,085

-,566

,573

Komisaris_Independen

-,028

,063

-,054

-,436

,664

Kepemilikann_Institusional

-,042

,024

-,212

-1,751

,084

Kepemilikan_Manajerial

-,060

,073

-,102

-,815

,418

Komite_Audit

,004

,016

,028

,249

,804

Ukuran_perusahaan

,003

,003

,140

1,130

,262

Growth_Opportunity

,060

,037

,190

1,620

,110

a. Dependent Variable: Ab_sut

Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)

Berdasarkan tabel 4.6 di atas hasil uji glejser menunjukkan semua variabel bebas memiliki nilai probabilitas signifikansi di atas tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan model regresi bebas dari heterokedastisita Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW) sebagai berikut (Trihendradi, 2009:213) :

1. Jika nilai 1.65 < DW < 2.35 maka tidak terjadi autokorelasi.

2. Jika nilai 1.21 < DW 1.65 atau 2.35 < DW < 2.79 maka tidak dapat disimpulkan.

3. Jika nilai DW < 1.21 atau DW > 2.79 maka terjadi autokorelasi.

Tabel 4.7

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1

,452a

,205

,115

,07577

2,186

a. Predictors: (Constant), Growth_Opportunity, Kepemilikann_Institusional, Komite_Audit, Komisaris_Independen, Dewan_komisaris, Kepemilikan_Manajerial, Ukuran_perusahaan, Dewan_Direksi

b. Dependent Variable: Kinerja_Keuangan

Sumber : Data sekunder yang diolah (2016)

Berdasarkan tabel 4.7 di atas diperoleh nilai Durbin-Watson 2,186 berada diantara (1.65 < DW < 2.35) yang berarti tidak terjadi autokorelasi sehingga persamaan regresi ini memenuhi syarat bebas autokorelasi.

Uji Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen yang dilihat dari nilai koofisien korelasinya. Persamaan regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan SPSS Versi 21.0 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

-,184

,161

Dewan_komisaris

-,002

,005

-,065

Dewan_Direksi

,005

,004

,200

Komisaris_Independen

-,022

,104

-,025

Kepemilikann_Institusional

-,050

,039

-,146

Kepemilikan_Manajerial

-,099

,120

-,098

Komite_Audit

-,029

,026

-,120

Ukuran_perusahaan

,016

,005

,369

Growth_Opportunity

-,027

,060

-,050

a. Dependent Variable: Kinerja_Keuangan

Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)

Berdasarkan tabel 4.8 di atas diperoleh hasil persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = - 0,184 - 0,002(X1) + 0,005(X2) 0,122(X3) 0,050(X4) - 0,099(X5) - 0,029(X6) + 0,016(X7) - 0,027 (X8)

Keterangan:

1. Angka konstanta sebesar -0,184 menyatakan bahwa jika nilai dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, ukuran perusahaan dan growth opportunity sama dengan nol, maka kinerja keuangan perusahaan berkurang sebesar -0,184.

2. Jika variabel dewan komisaris meningkat 1 orang, maka akan menurunkan kinerja keuangan sebesar 0,002 dengan asumsi nilai koefisien regresi variabel lain konstan.

3. Jika variabel dewan direksi meningkat 1 orang, maka akan meningkatkan kinerja keuangan sebesar 0,005 dengan asumsi nilai koefisien regresi variabel lain konstan.

4. Jika variabel komisaris independen meningkat 1 orang, maka akan menurunkan kinerja keuangan sebesar 0,022 dengan asumsi nilai koefisien regresi variabel lain konstan.

5. Jika variabel kepemilikan institusional meningkat 1 satuan, maka akan menurunkan kinerja keuangan sebesar 0,050 dengan asumsi koefisien regresi variabel lain konstan.

6. Jika variabel kepemilikan manajerial meningkat 1 satuan, maka akan menurunkan kinerja keuangan sebesar 0,099 dengan asumsi koefisien regresi variabel lain konstan.

7. Jika variabel komite audit meningkat 1 orang, maka akan menurunkan kinerja keuangan sebesar 0.029 dengan asumsi koefisien regresi variabel lain konstan.

8. Jika variabel ukuran perusahaan meningkat 1 satuan, maka akan meningkatkan kinerja keuangan sebesar 0.016 dengan asumsi koefisien regresi variabel lain konstan.

9. Jika variabel Growth opportunity meningkat 1 satuan, maka akan menurunkan kinerja keuangan sebesar 0.027 dengan asumsi koefisien regresi variabel lain konstan.

Uji Hipotesis

Uji t (Uji Parsial)

Uji parsial bertujuan untuk menunjukkan pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel dengan menggunakan level of confidence 95% ( = 0,05) dan degree of freedom (n-k), dimana n adalah banyak sampel dan k adalah banyak variabel.

Tabel 4.9

Hasil Uji Parsial (Uji t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

-,184

,161

-1,147

,255

Dewan_komisaris

-,002

,005

-,065

-,492

,624

Dewan_Direksi

,005

,004

,200

1,397

,167

Komisaris_Independen

-,022

,104

-,025

-,214

,831

Kepemilikann_Institusional

-,050

,039

-,146

-1,261

,212

Kepemilikan_Manajerial

-,099

,120

-,098

-,820

,415

Komite_Audit

-,029

,026

-,120

-1,108

,272

Ukuran_perusahaan

,016

,005

,369

3,102

,003

Growth_Opportunity

-,027

,060

-,050

-,449

,655

a. Dependent Variable: Kinerja_Keuangan

Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)

Dari tabel 4.9 menunjukkan dewan komisaris memiliki nilai t-hitung sebesar -0,492 < -1,993 (t-tabel = 0,05, df = (80-9) = 71). Sedangkan nilai (p-value = 0,624 > = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Ha ditolak dan H0 diterima, yang berarti bahwa (H1) dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

Dari tabel 4.9 menunjukkan dewan direksi memiliki nilai t-hitung sebesar 1,397 < 1,993 (t-tabel = 0,05, df = (80-9) = 71). Sedangkan nilai (p-value = 0,167 > = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Ha ditolak dan H0 diterima, yang berarti bahwa (H2) dewan direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

Dari tabel 4.9 menunjukkan komisaris independen memiliki nilai t-hitung sebesar -0,214 < -1, 993 (t-tabel = 0,05, df = (80-9) = 71). Sedangkan nilai (p-value = 0,831 > = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Ha ditolak dan H0 diterima, yang berarti bahwa (H3) komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

Dari tabel 4.9 menunjukkan kepemilikan institusional memiliki nilai t-hitung sebesar -1,261 < -1,993 (t-tabel = 0,05, df = (80-9) = 71). Sedangkan nilai (p-value = 0,212 > = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Ha ditolak dan H0 diterima, yang berarti bahwa (H4) kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

Dari tabel 4.9 menunjukkan kepemilikan manajerial memiliki nilai t-hitung sebesar -0,820 < -1,993 (t-tabel = 0,05, df = (80-9) = 71). Sedangkan nilai (p-value = 0,415 > = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Ha ditolak dan H0 diterima, yang berarti bahwa (H5) kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

Dari tabel 4.9 menunjukkan komite audit memiliki nilai t-hitung sebesar -1,108 < 1,993 (t-tabel = 0,05, df = (80-9) = 71). Sedangkan nilai (p-value = 0,272 > = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Ha ditolak dan H0 diterima, yang berarti bahwa (H6) kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

Dari tabel 4.9 menunjukkan ukuran perusahaan memiliki nilai t-hitung sebesar 3,102 > 1,993 (t-tabel = 0,05, df = (80-9) = 71). Sedangkan nilai (p-value = 0,003 < = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa variabel kontrol ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

Dari tabel 4.9 menunjukkan growth opportunity memiliki nilai t-hitung sebesar 0, 449 < 1, 993 (t-tabel = 0,05, df = (80-9) = 71). Sedangkan nilai (p-value = 0,655 > = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan Ha ditolak dan H0 diterima, yang berarti bahwa variabel kontrol growth opportunity tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

Uji F (Uji Simultan)

Uji simultan bertujuan untuk menguji pengaruh dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, ukuran perusahaan, dan growth opportunity secara bersama-sama terhadap kinerja keuangan yaitu dengan membandingkan f-tabel dangan f-hitung dengan menggunakan level of confidence 95% ( = 0,05) dan degree of freedom (df pembilang = k) dan (df penyebut = n-k-1) dan melihat nilai probabilitas signifikansinya.

Tabel 4.10

Hasil Uji Simultan (Uji f)

ANOVAa

Model

Sum of Squares

Df

Mean Square

F

Sig.

1

Regression

,105

8

,013

2,284

,031b

Residual

,408

71

,006

Total

,513

79

a. Dependent Variable: Kinerja_Keuangan

b. Predictors: (Constant), Growth_Opportunity, Kepemilikann_Institusional, Komite_Audit, Komisaris_Independen, Dewan_komisaris, Kepemilikan_Manajerial, Ukuran_perusahaan, Dewan_Direksi

Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)

Berdasarkan tabel 4.10 di atas diperoleh nilai f-hitung sebesar 2,284 > f-tabel 2,07 dengan nilai probabilitas signifikansi 0,031 < = 0,05, dan dapat disimpulkan H0 ditolak dan Ha diterima, maka (H7) yang artinya dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, ukuran perusahaan, dan growth opportunity secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

Uji Koefisien Determinan

Dari hasil pengujian dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 21.0, juga dapat dilihat nilai koefisien determinasi. Bagian ringkasan model menunjukkan besarnya koefisien determinasi yang berfungsi untuk mengetahui besarnya variabilitas variabel dependen. Koefisien determinasi dihitung dengan cara mengkalikan Adjusted R Square dengan 100%.

Tabel 4.11

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

,452a

,205

,115

,07577

a. Predictors: (Constant), Growth_Opportunity, Kepemilikann_Institusional, Komite_Audit, Komisaris_Independen, Dewan_komisaris, Kepemilikan_Manajerial, Ukuran_perusahaan, Dewan_Direksi

b. Dependent Variable: Kinerja_Keuangan

Sumber: Data sekunder yang diolah (2016)

Berdasarkan tabel 4.11 diperoleh nilai koefisien determinasi (Adjusted R square) sebesar 0,115 100% = 11,5%. Hal ini menunjukkan bahwa 11,5% kinerja keuangan perusahaan dipengaruhi oleh variabel independen dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial komite audit ukuran perusahaan dan growth opportunity. Sedangkan sisanya 88,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.

Pembahasan

Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil uji parsial variabel independen dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. Hal ini disebabkan oleh pengangkatan dewan komisaris oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi belum mampu menegakkan GCG di dalam perusahaan. Semakin banyak personil yang menjadi dewan komisaris dapat berakibat pada makin buruk kinerja yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut dikarenakan dengan semakin banyaknya anggota dewan komisaris maka badan ini akan mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya, diantaranya kesulitan dalam komunikasi dan koordinasi antar anggota dewan komisaris. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Veno (2015), yang menyatakan dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Pengaruh Dewan Direksi Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil uji parsial variabel independen dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dewan direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah dewan direksi tidak menjamin keefektifan dalam menjalankan tanggung jawabnya mengelola perusahaan. Ukuran dewan direksi tidak dilihat dari besar kecilnya dewan direksi akan tetapi tergantung dari norma dan kepercayaan yang diterima dalam organisasi. Anggota direksi seharusnya memiliki norma dan etika yang baik dengan tidak mengutamakan kepentingannya sendiri seperti melakukan manajemen laba hanya untuk memperoleh insentif berupa bonus yang diinginkan dari perusahaan. Kemampuan yang kurang memadai serta norma dan etika yang kurang baik dari anggota dewan direksi diduga dapat menyebabkan ukuran dewan direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Widyati (2013), dan Nopiani dkk (2015) yang menyatakan dewan direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil uji parsial variabel independen dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. Hal ini disebabkan oleh proporsi komisaris independen dalam perusahaan hanya bersifat formalitas untuk memenuhi regulasi, sehingga fungsi pengawasan yang seharusnya menjadi tanggungjawab anggota dewan komisaris menjadi tidak efektif akibatnya kinerja perusahaan akan menurun. Dalam praktik nyata di dunia bisnis, implementasi prinsip-prinsip good corporate governance pada sebagian besar perusahaan ternyata hanya sebatas tataran konsep saja. Lemahnya pengawasan independen dan terlalu besarnya kekuasaan eksekutif tidak dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan. pengangkatan dewan komisaris independen seharusnya berdasarkan fit and proper test agar memiliki independensi yang baik. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Theacini dan Wisadha (2014), Nopiani dkk (2015), dan Veno (2015) yang menyatakan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil uji parsial variabel independen dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. Hal ini disebabkan oleh banyaknya institusi yang menjadi pemegang saham pada suatu perusahaan tidak dapat mempengaruhi hasil kinerja keuangan dari perusahaan. Namun pemegang saham institusional, berdasarkan kepemilikannya yang besar, akan memiliki hak untuk memonitor kinerja perusahaan lebih besar dan menikmati hak suara lebih besar yang membuatnya lebih mudah untuk mengambil tindakan korektif bila dianggap diperlukan. pemilik mayoritas institusi mempunyai peran yang besar dalam pengendalian perusahaan sehingga cenderung bertindak untuk kepentingan mereka sendiri meskipun dengan mengorbankan kepentingan pemilik minoritas. Dengan adanya kecenderungan tersebut membuat terjadinya ketidakseimbangan dalam penentuan arah kebijakan perusahaan yang pada akhirnya hanya akan menguntungkan pemegang saham mayoritas (institusional ownership). Semakin besar kepemilikan institusi berdampak kepada menurunnya kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Ardianingsih dan ardiyani (2010), Karjaya dan Sisdyani (2014), Nopiani dkk (2015), dan Widhianingrum dan Amah (2012) yang menyatakan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil uji parsial variabel independen dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. Hal ini disebabkan oleh rendahnya saham yang dimiliki oleh manajemen mengakibatkan pihak manajemen belum merasa ikut memiliki perusahaan. Kepemilikan manajerial yang minoritas tidak dapat mempengaruhi peningkatan kinerja keuangan karena pengambilan keputusan manajemen dalam rangka untuk meningkatkan kinerja keuangan masih dipengaruhi oleh pemegang saham yang lebih besar. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Arifani (2013) yang menyatakan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Pengaruh Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil uji parsial variabel independen dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. besar kecilnya jumlah komite audit dalam suatu perusahaan tidak dapat menjadi jaminan atas efektivitas pengawasan dan proses pelaporan keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Theacini dan Wisadha (2014), Widyati (2013), yang menyatakan komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Pengaruh Variabel Lain Terhadap Kinerja Keuangan

Ukuran Perusahaan

Berdasarkan hasil analisis statistik dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. Ukuran perusahaan yang besar akan lebih menguntungkan pihak perusahaan dalam aktivitas pendanaan perusahaan di pasar modal. Semakin besar ukuran perusahaan akan berpengaruh pada peningkatan kinerja keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan karena pada perusahaan dengan ukuran yang besar, kualitas pelaksanaan corporate governance dalam perusahaan mendapat dukungan lebih karena besarnya sumber daya yang dimiliki perusahaan. Perusahaan dengan ukuran besar cenderung membuat pemantauan menjadi lebih luas dan meningkatkan kebutuhan mekanisme pengendalian perusahaan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Windah dan Andono (2013), Theacini dan Wisadha (2014), yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Growth Opportunity

Berdasarkan hasil analisis statistik dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa growth opportunity sebagai variabel kontrol tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. Hal ini dikarenakan bahwa setiap perusahaan yang mempunyai peningkatan aset tetap belum tentu diikuti dengan adanya kesempatan bertumbuh pada perusahaan, jadi kesempatan bertumbuh bukan dipengaruhi oleh kenaikan aset tetap. Hal ini bisa saja disebabkan karena perusahaan yang mengalami penurunan aset tetap memiliki kesempatan bertumbuh karena dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Windah dan Andono (2013), yang menyatakan growth opportunity tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional , Kepemilikan Manajerial, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, dan Growth Opportunity Terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan hasil uji simultan, diketahui bahwa dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, kepemilikan institusional , kepemilikan manajerial, komite audit, ukuran perusahaan, dan growth opportunity berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. Hal ini diperkuat dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,115 yang berarti kinerja keuangan dipengaruhi dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, kepemilikan institusional , kepemilikan manajerial, komite audit, ukuran perusahaan, dan growth opportunity sebesar 11,5%. Dengan memasukkan variabel kontrol ukuran perusahaan dan growth opportunity. variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Akan tetapi apabila diuji tanpa variabel kontrol variabel independen tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Dengan demikian dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, ukuran perusahaan, dan growth opportunity dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2011 -2014.

2. Dewan direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2011 -2014.

3. Komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2011 -2014.

4. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2011 -2014.

5. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2011-2014.

6. Komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2011-2014.

7. Variabel kontrol ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2011-2014.

8. Variabel kontrol growth opportunity tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2011-2014.

9. Dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, ukuran perusahaan dan growth opportunity secara simultan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

5.3Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan dari penelitian ini untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya adalah:

1. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan sampel perusahaan yang berbeda selain perusahaan manufaktur.

2. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk memperpanjang periode pengamatan lebih dari empat tahun.

3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengganti pengukuran variabel dependen dalam penelitian ini untuk mewakili kinerja keuangan perusahaan selain ROE.

DAFTAR PUSTAKA

Ardianingsih, A., & Ardiyani, K. 2010. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal PENA vol 19 no. 2 .

Arifani, R. 2013. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Skripsi, Universitas Brawijaya.

Brigham, E. F., & Houston, J. F. 2013. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. jakarta: Salemba Empat.

Damayanti, (2013). Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Peluang Bertumbuh Dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal. jurnal Perspektif Bisnis vol 1 no. 1 .

Dewi, K. K., & Dwijaputri, I. M. 2014. Pengaruh Penerapan Prinsip-prinsip GCG Pada Kinerja Keuangan Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana vol 8 no. 1, p 70-82.

Fahmi, I. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Panduan Bagi Keuangan Akademis, Manajer, Dan Investor untuk Menilai Dan Menganalisis Bisnis Dari Aspek. Bandung: Alfabeta, cv.

--------------2012. Manajemen Investasi Teori Dan Soal Jawab. Jakarta: Salemba Empat.

FCGI, 2001. Seri Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) . Jilid 2 , Jakarta.

Ghozali, I. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Harahap, S. N. 2012. Peranan Struktur Kepemilikan, Debt Covenant, Dan Growth Opportunities Terhadap Konservatisme Akuntansi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi vol 1 no. 2 .

Hastuti, T. D., & Soegijapranata, U. 2005. Hubungan Antara Good Coorporate Governance Dan Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan. SNA VIII Solo , 15- 16.

Hery. 2015. Analisis Laporan Keuangan pendekatan Rasio Keuangan. Yogyakarta: CAPS.

Izati, C., & Farah, M. 2014. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kinerja Keuangan pada Perusahaan Basic Industry and Chemical di Indonesia. E journal Manajemen Fakultas Ekonomi vol 1 no. 2 , hal 21-43.

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. 1976. Theory of the firm: Managerial Behavior Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3 , 305-360.

Jogiyanto, 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Karjaya, I. W., & Sisdyani, E. A. 2014. Pengaruh Tingkat Pengungkapan CSR Dan Mekanisme GCG Pada Kinerja Keuangan Pertambangan. E Jurnal Akuntansi Universitas Udayana vol 8 no. 3 .

Klapper, F. L., & Love, I. 2002. Corporate governance, Investor Protection, And Performance In Emerging Markets. The World Bank Development Research Group Finance .

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, Jakarta

Keputusan menteri BUMN tahun 2002. Tentang Penerapan Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor Kep-117/M-MBU/200.

Mahaputri, A. A., & Yadnyana., I Kt. 2014. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Kebijakan Pendanaan dan Ukuran Perusahaan Pada Kinerja Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana vol 9 no.1 .

Martsila, I. s., & Meiranto, W. 2013. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan perusahaan. Diponegoro Journal of Accounting .vol. 2 no. 4.

Merchant, K., & Stede, W. V. 2014. Sistem Pengendalian Manajemen Pengukuran Kinerja, Evaluasi, Dan Insentif. Jakarta: Salemba Empat.

Meythi, & Devita, L. 2011. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Studi Empirik Pada Perusahaan Go Publik Yang Termasuk Kelompok Sepuluh Besar Menurut Corporate Governance Perception Index (CGPI) di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi, vol 3 No. 1.

Nopiani, K. D., Sulindawati, L., & Sujana, E. 2015. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan BPR Di Bali. E Journal SI Ak Universitas Pendidikan Ganesha vol 3 No. 1 .

Prasinta, D. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan. Accounting Analisis Journal vol 1 no. 2.

Purwani, T. 2010. Pengaruh Good orporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan. Majalah Ilmiah Informatika vol.1 no. 2 .

Ratih, S. 2011. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Peraih The Indonesian Most Trusted Company-CGPI . Jurnal Kewirausahaan vol 5 no. 2 .

Sanusi, A. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Sarwono, J. 2012. Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif Menggunakan Prosedur SPSS. Jakarta : PT Elek Media Komputindo.

Sayyidah, N. 2007. Pengaruh Kualitas Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Publik ( Studi Kasus Peringkat 10 Besar CGPI Tahun 2003, 2004, 2005). JAAI vol 11 no 1.

Tertius, M. a., & Christiawan, Y. J. 2015. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Sektor Keuangan. Business Accounting Review vol 3 no 1 .

Theacini, D. A., & Wisadha, I. G. 2014. Pengaruh Good Coorporate Governance, Kualitas Laba Dan Ukuran Perusahaan Pada Kinerja Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana vol 7 no.3 .

Trihendradi, Cornelius. 2009. Step by Step SPSS 16 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Veno, A. 2015. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Go Publik. BENEFIT Jurnal Manajemen Dan Bisnis vol.19 no. 1 .

Widhianingrum, P., & Amah, N. 2012. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Saham Selama Krisis Keuangan Tahun 2007-2009. JDA vol 4 no. 2 .

Widyati, M. F. 2013. Pengaruh Dewan Direksi, Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal Ilmu Manajemen vol. 1 no. 1 .

Windah, G. C., & Andono, F. A. 2013. Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Hasil Survei The Indonesian Institute Perception Governance (IICG) Periode 2008-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya vol. 2 no. 1 .

www.idx.co.id, Diakses pada 10 April 2016.