BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem...

145
Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005- 2025 41

Transcript of BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem...

Page 1: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

41

Page 2: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

2.3. KONDISI DAN ANALISA KONDISI EKONOMI DAN SUMBER DAYA ALAM (SDA)

1. Kondisi Ekonomi dan Sumber Daya Alam (SDA) A. Kondisi Ekonomi

Kondisi sosial-ekonomi suatu wilayah (provinsi, kabupaten/kota kecamatan dan Kelurahan/Desa ) merupakan salah satu faktor penting dalam mencermati derajat kesejahteraan masyarakat yang berdomisili di wilayah tersebut.

Dalam teori statistik pendapatan regional, besaran angka PDRB akan menggambarkan kemampuan (potensi) suatu wilayah dalam mengakumulasi aktivitas perekonomian di wilayahnya, tanpa melihat siapa pemilik dari unit usaha ekonomi yang beroperasi apakah milik penduduk (residence) wilayah tersebut atau bukan milik penduduk wilayah tersebut. Di sisi lain, hasil kompilasi ini dapat digunakan sebagai alat bantu untuk melihat transformasi perekonomian regional.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Krisis ekonomi yang melanda hampir sebagian Negara ASIA berdampak langsung terhadap Perekonomian Indonesia, bahkan Indonesia termasuk negara yang mengalami keterpurukan yang paling lama. Kondisi tersebut dirasakan pula di daerah termasuk Kabupaten Subang yang ditandai dengan menurunya LPE (ADHK 93) hingga mencapai poin terendah (-7.17%) pada tahun 1998. Namun keterpurukan tersebut tidaklah terlalu parah bila dibandingkan dengan Propinsi Jawa Barat yang mencapai –17.7%, hal ini dikarenakan Kabupaten Subang masih berorientasi kepada sektor primer yang mana sektor ini memiliki daya tahan yang cukup baik karena cukup mengakar di masyarakat, sehingga terbukti LPE (ADHK 93) pada tahun 1999 – 2006 berangsur-angsur naik berkisar antara sebesar 2.28 % - 5.67 %.

Grafik 10. Data LPE (ADHK 93) Tahun 1994-2006

5.466.84 7.39

3.85

-7.17

2.28

4.12 4.47 4.72 5.22 5.14 5.674.58

(8.00)

(6.00)(4.00)

(2.00)-

2.004.00

6.008.00

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

LPE

LPE

Sumber : BPS. Subang 42

Page 3: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

2). Pendapatan Perkapita dan Daya BeliPendapatan perkapita Kabupaten Subang yang digambarkan dari Nilai PDRB

dibagi dengan jumlah penduduk dapat disimpulkan bahwa dari Tahun 1993-2006 selalu mengalami peningkatan namun bila diperbandingkan dengan Nilai PDRB (ADHK) dengan PDRB (ADHB), terlihat bahwa PDRB (ADHB) kenaikannya sangat signifikan sejak tahun 2001 dan puncaknya di tahun 2005 dan 2006. Hal ini cukup menggembirakan apabila kenaikan pendapatan tersebut tidak diiringi oleh kenaikan harga, namun demikian bahwa kenyatannya pada periode tersebut terjadi kenaikan harga yang diakibatkan oleh kenaikan BBM, sehingga kenaikan pendapatan tersebut menjadi tidak signifikan.

Tabel 27. PDRB dan PDRB perkapita Tahun 1993-2005

Uraian 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

PDRB. Adh berlaku[milyar rupiah] 1.378,38 1.564,21 1.771,34 2.045,07 2.412,41 3.550,12 3.672,98

PDRB. Adh konstan ’93 [milyar rupiah] 1.378,38 1.453,59 1.553,00 1.667,73 1.722,42 1.610,92 1.645,96

PDRB. Per Kapita adh. Berlaku [ribu rupiah]

1.123,87 1.269,04 1.430,75 1.645,40 1.934,34 2.792,48 2.876,91

PDRB. Per Kapita adh.Konstan [ribu rupiah]

1.123,87 1.179,28 1.254,39 1.341,80 1.381,08 1.278,61 1.299,92

Tabel 27. L a n j u t a n

Uraian 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

(1) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)PDRB. adh berlaku[milyar rupiah] 4.002,86 4.994,40 5.567,77 6.198,54 6.742,01 8.010,87 9.664,79

PDRB. adh konstan ’93 [milyar rupiah] 1.713,12 4.355,79 4.489,73 4.723,89 4.966,82 5.248,66 5.488,92

PDRB. Per Kapita adh. Berlaku [ribu rupiah]

3.416,07 3.742,24 4.151,55 4.601,40 4.887,18 5.767,35 6.890,91

PDRB. Per Kapita adh.Konstan [ribu rupiah]

1.346,37 3.263,74 3.347,72 3.506,71 3.600,37 3.778,72 3.913,55

Daya Beli 538.75 545.32 549.23 553.64 558.49 564.42 570.36

Sumber : BPS. Subang Catatan : adh. = atas dasar harga

Sejak tahun 2002, dilakukan perubahan tahun dasar menjadi tahun dasar 2000

43

Page 4: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

3). Sumber ekonomi Unggulan A. PertanianTelah disebutkan sebelumnya bahwa Sektor Pertanian merupakan kontributor terbesar dalam perekonomian daerah dari tahun 1993-2006 berkisar 32 – 42 %. Hal ini tentu saja menjadi potensi yang menggembirakan, namun bila dibandingkan dengan faktor input dalam hal ini tenaga kerja ada hal yang harus menjadi perhatian serius karena ada ketidakseimbangan antara jumlah tenaga kerja Tahun 1994-2007 yang berkisar 49-58 % yang memiliki luas kepemilikan lahan sekitar 0,3 ha dengan hasil PDRB pertanian. Atau dengan kata lain bahwa sektor ini walaupun menjadi penyumbang terbesar dalam perekonomian Subang tetapi sesungguhnya tidak produktif. Bahkan apabila tidak mendapat perhatian serius akan berpengaruh terhadap permasalahan lainnya kemiskinan struktural, budaya yang kontradiktif terhadap pendidikan, dan maraknya pengangguran terselubung.

Grafik 11. Kontribusi 9 Sektor Riil terhadap LPE Tahun 1993-2006

41.19 41.46 41.19 40.59 39.46 39.4141.88 42.04 41.47 40.02 39.13 38.01

34.01 32.48

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

1. Sektor Pertanian

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

3.Industri Pengolahan

4.Listrik, Gas dan air bersih

5. Bangunan dan Konstruksi

6. Perdagangan, Hotel dan Restauran

7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan, Persew aan dan Jasa

9. Jasa-jasa

Sumber : BPS. Subang

Grafik 12. Distribusi Tenaga Kerja 9 Sektor Riil Tahun 1994-2007

58.31 58.31 58.80 58.06

49.89

55.90 56.42 57.42

51.30

57.82 57.8254.37

50.04 50.34

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

1. Sektor Pertanian

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

3.Industri Pengolahan

4.Listrik, Gas dan air bersih

5. Bangunan dan Konstruksi

6. Perdagangan, Hotel dan Restauran

7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan, Persew aan dan Jasa

9. Jasa-jasa

Sumber : BPS. Subang

Pertanian Tanaman Pangan

44

Page 5: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Produk unggulan yang dihasilkan Pertanian Tanaman Pangan dapat dilihat dari besarnya produktifitas dan produksi yang dihasilkan seperti Padi, Ubi Kayu, Nenas dan , Rambutan. Untuk padi produktifitasnya berfluktuatif tetapi cenderung menurun seperti

Grafik di bawah ini, hal ini disebabkan oleh menurunya kesuburan lahan, dan lain-lain

Grafik 13. Produktifitas Padi Tahun 1993-2006

60.58 60.27 60.32 60.42 60.48

53.74

58.07

50.8752.07

53.0353.95

57.8859.30

57.53

46.0048.00

50.00

52.00

54.0056.00

58.00

60.00

62.00

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

produktifitas (Ton/Ha)

produktifitas (Ton/Ha)

Sumber : BPS. Subang

Di Kabupaten Subang luas lahan yang digunakan seluruhnya mencapai 201.786 ha yang terdiri dari sawah seluas 84.167 ha (41,71%) dan lahan lering 121.009 ha (58.29%). Dari luas sawah tersebut sebagian besar merupakan sawah berpengairan teknis dan setengah teknis, adapun kecamatan terluas dengan kualitas sawah tersebut yakni Binong (8.466 ha) disusul kecamatan lainnya dengan luas lebih dari 5000 ha yakni : Pusakanagara, Ciasem, Patokbeusi, dan Blanakan. Sedangkan sawah tadah hujan terluas di Kecamatan Cipunagara yaitu 2.748 ha (31,78%) disusul kecamatan Pabuaran dan Cibogo masing –masing luasnya diatas 1000 ha.

Perkembangan produksi padi (padi sawah dan ladang) dibandingkan dengan periode sebelumnya mengalami kenaikan sebesar 20,90 % dari 806.208 ton menjadi 1.016.008 ton, dengan produksi padi terbesar dihasilkan dari Kecamatan Binong sebesar 121.647 ton (11,92%) dari total produksi padi di Kabupaten Subang. Khusus padi ladang, produksi tertinggi pada tahun 2006 terdapat di Kecamatan Cipeundeuy dengan angka produksi 1.384 ton atau 16,45 % dari total produksi padi ladang di Kabupaten Subang.

45

Page 6: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Produksi tanaman palawija dari 5 jenis komoditi yakni jagung, ubi jalar, kacang tanah dan kedele semuanya mengalami kenaikan. Dan untuk buahan-buahan nenas dan rambutan masih menjadi primadona Kabupaten Subang dengan produksi terbesar untuk nenas di Kecamatan Jalan Cagak sebesar 80,2 % dari total produksi nenas sebanyak 238.098,72 Ton dan untuk rambutan di Kecamatan Purwadadi sebanyak 207,996 Ton (33,17%).

Grafik 14. Produksi Tanaman Palawija (dalam Ton)

Tahun 1993-2006

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Jagung

Ubi Kayu

Kacang Tanah

Kacang Kedelai

Sumber : BPS. SubangGrafik 15. Produksi Tanaman Buah-buahan dalam Ton)

Tahun 1993-2006

-50,000.00

100,000.00150,000.00200,000.00250,000.00300,000.00350,000.00400,000.00450,000.00

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Rambutan Nenas

Durian

Mangga

Pisang

Sumber : BPS. Subang

Selain permasalahan kesuburan hal yang masih menjadi permasalahan besar pertanian tanaman pangan adalah rendahnya nilai tambah produksi pertanian dimana

46

Page 7: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

dari potensi tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh industri pengolahan.

Peternakan

Potensi peternakan yang dianggap unggulan adalah ternak ayam dan sapi, hal ini berkaitan dengan ketersediaan rerumputan di setiap kecamatan sepanjang tahun, sedangkan untuk ternak unggas mengalami kenaikan secara siginifikan. Hal ini tentunya cukup menggembirakan mengingat di beberapa wilayah peternakan ayam dikeluhkan oleh merebaknya penyakit flu burung.

Grafik 16. Produksi Peternakan (dalam kg) Tahun 1993-2006

-

2,000,000.00

4,000,000.00

6,000,000.00

8,000,000.00

10,000,000.00

12,000,000.00

14,000,000.00

16,000,000.00

18,000,000.00

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Sapi (Kg)

Kerbau (Kg)Kambing (Kg)

Domba (Kg)Ayam Buras (Kg)

Ayam Ras (Kg)Itik (Kg)

Sumber : BPS. Subang

Selain itu Budidaya ternak menjadi pilihan alternatif usaha masyarakat Kabupaten Subang disamping usahatani lainnya disebabkan karena hal-hal sebagai berikut :

a.Tidak memerlukan lahan khusus (non land base agricultural) sehingga dapat berkembang bersama dengan usaha tani secara luas.

b.Sifat produk yang likuid (dapat dijual sewaktu-waktu)c.Potensi pasar masih terbuka bagi produk-produk hasil ternak khususnya di kota-

kota besar seperti Jabodetabek dan Bandung.d.Tingkat perputaran modal yang relatif cepat (khusus untuk budidaya sapi potong

dan ayam ras pedaging).e.Semakin berkembangnya sarana dan prasarana penunjang peternakan seperti

Pasar Hewan, Rumah Potong Hewan, Pos Keswan, Laboratorium Keswan, Pos Inseminasi Buatan dan lain sebagainya.

f.Kemitraan usahaternak dengan Pola PIR berkembang secara luas47

Page 8: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Adapun Hambatan atau kendala dalam upaya pengembangan usaha peternakan di Kabupaten Subang adalah sifat pemeliharaan ternak yang masih sebatas usaha sambilan sehingga belum adanya jaminan khususnya dalam kontinyuitas produksi yang dihasilkan. Diperlukan adanya langkah-langkah progresif dalam upaya meningkatkan populasi dan produksi ternak secara maksimal agar pemanfaatan lahan pertanian untuk peternakan dapat lebih dioptimalkan.

Konsumsi pangan asal ternak ternak terdiri atas 3 jenis yaitu telur, daging dan susu. Standar kebutuhan minimal protein hewani yang disarankan dalam Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 1998 adalah 6 gram/kapita/hari atau setara dengan 10,10 kg/kapita/tahun daging 4,70 kg telur dan 6,10 kg susu.

Perkembangan terakhir tahun 2007 menunjukkan bahwa terjadi penurunan konsumsi daging dan telur yaitu sebesar -14.59 % dan -0,4 %. Sedangkan untuk konsumsi susu menunjukkan peningkatan sebesar 150 % dari 0.04 kg/kap/tahun (2006) menjadi 0.1 kg/kap/tahun (2007). Walaupun demikian angka tersebut tidak menjamin pemerataan distribusi produk yang menyeluruh hingga ke pelosok karena dari aspek ketersediaan, keterjangkauan serta stabilitas pengadaan pada umumnya produk susu hanya memiliki cakupan konsumsi di wilayah perkotaan. Sedangkan untuk produk telur dan daging relatif memiliki cakupan kosumsi lebih luas dibandingkan dengan produk susu. Faktor dominan yang paling mungkin dalam menyebabkan turunnya konsumsi hasil ternak adalah faktor daya beli masyarakat karena sebagaimana diketahui bahwa tingginya protein hewani yang dikandung oleh bahan pangan asal ternak merupakan asupan makanan yang berkualitas dimana untuk memperolehnya diperlukan kompensasi biaya yang tidak murah sebagaimana halnya produk pangan asal tanaman. Hingga saat ini pun program yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan di masyarakat masih difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan makanan pokok yang berasal dari tanaman seperti beras dan tepung-tepungan.

Secara lebih jelas perkembangan konsumsi hasil ternak masyarakat Kabupaten Subang tahun 2006-2007 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 28. Perkembangan Konsumsi Hasil Ternak di Kabupaten Subang Tahun 2006-2007 (kg/kapita/tahun)

No Komoditi Standar Gizi Nasional

Kabupaten Subang r(%)2006 2007

1. Daging 10,10 5.62 4.80 (14.59)

2. Telur 4,70 2.49 2.48 (0.40)3. Susu 6,10 0.04 0.10 150.00

Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Subang (2007)48

Page 9: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Dewasa ini kecenderungan pemenuhan kebutuhan protein hewani sangat tergantung kepada produk unggas (telur maupun daging). Hal ini dapat dipahami mengingat dari sisi ketersediaan produk ini relatif tersedia secara berlebih di dalam negeri (swasembada), dari sisi keterjangkauan produk inipun mampu bersaing dengan daging sapi khususnya bila dikaitkan dengan daya beli masyarakat yang beragam. Sedangkan dari aspek stabilitas pengadaan, dengan siklus hidup yang relatif pendek komoditi ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging. Dengan industry pengolahan yang semakin berkembang produk ini telah mampu menyediakan kebutuhan daging nasional baik pada standar umum maupun prime quality.

Di sisi lain daging ternak sebagai komoditas yang pernah diunggulkan sebagai pemasok utama dari pemenuhan kebutuhan protein hewani dengan dicanangkannya Swasembada Daging ternyata dari aspek ketersediaan, keterjangkauan dan stabilitas pengadaan belum mampu menyaingi komoditi unggas.

Hingga saat ini kebutuhan akan daging ternak (khususnya sapi) pemenuhannya masih didominasi oleh ternak impor karena pertumbuhan ternak di tingkat lokal belum mampu mengimbangi arus pemotongan dan mutasi ternak yang keluar wilayah dalam setiap tahunnya walaupun upaya pembibitan terus dilakukan. Bilamana mekanisme pasar ini terus dibiarkan maka selain harga ternak akan semakin melejit disisi lain juga akan terjadi pengurasan ternak di daerah secara besar-besaran. Dari aspek keterjangkauan komoditi ini juga tidak memiliki aksesibilitas yang luas bagi masyarakat khususnya dalam upaya memperoleh pangan asal ternak yang berkualitas. Hal ini tidak terlepas dari faktor daya beli masyarakat khususnya di daerah.

Secara umum rendahnya konsumsi protein hewani (asal ternak) khususnya di daerah disebabkan karena kekurangpahaman masyarakat akan pentingnya peran gizi protein hewani untuk meningkatkan kecerdasan anak. Upaya untuk meningkatkan konsumsi pangan asal ternak harus dilakukan secara terintegrasi, komprehensif, terpadu dan sinergis. Kebijakan dari top level harus mampu dijabarkan secara sinergis dalam bentuk yang terinci dan sistematis hingga bottom level. Terungkapnya kasus gizi buruk dan busung lapar semakin membuktikan betapa ancaman lost generation bukan sesuatu yang mustahil akan terjadi. Oleh sebab itu program ini juga harus dikembangkan bersama-sama dengan departemen lain yang terkait erat dengan perbaikan gizi masyarakat seperti Departemen Kesehatan maupun Departemen Sosial.

49

Page 10: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Pada lapisan masyarakat terendah kesadaran akan manfaat gizi (khususnya pangan asal ternak) dapat dilakukan melalui posyandu-posyandu. Melalui kerjasama yang sinergis dengan sektor kesehatan dan swasta, pemberian makanan tambahan (PMT) pada anak-anak di posyandu selain dapat berupa bubur instant (PROMINA,NESTLE,dll) juga bisa dalam bentuk pangan asal ternak yang diolah (siap makan) seperti susu pasteurisasi dan telur rebus. Membangunan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan (asal ternak) yang bermanfaat bagi kesehatan tidak mungkin terjadi dalam waktu yang singkat. Membutuhkan beberapa tahapan proses khususnya bagi lapisan masyarakat dengan tingkat pemahaman dan daya beli yang rendah.

Merubah pola pikir masyarakat dari tahu (gizi) menjadi mau (gizi) saja perlu mendapat dukungan yang maksimal Dari Pemerintah dalam upaya mengantisipasi adanya ancaman lost generation ini. Hal terpenting dalam hal ini adalah adanya dukungan Pemerintah dan swasta dalam upaya memperbaiki gizi mayarakat khususnya dalam pengadaan PMT bagi anak-anak di posyandu atau PMT bagi anak-anak sekolah.

Langkah selanjutnya adalah merubah pola pikir konsumsi pangan asal ternak dari mau (gizi) menjadi mampu(gizi). Dalam hal ini sektor yang akan sangat berperan adalah sektor-sektor yang memfasilitasi tumbuhnya perekonomian nasional dalam upaya meningkatkan daya beli masyarakat. Penciptaan lapangan kerja bagi sebagian masyarakat yang hidup di pedesaan merupakan hal penting khususnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat agar dapat membangun ketahanan pangan keluarganya.

Sadar (gizi) merupakan langkah akhir dari salah satu sisi upaya kemandirian pangan nasional. Fenomena sadar (gizi) saat ini baru terasa di wilayah perkotaan besar dimana tuntutan kualitas produk telah menjadi pertimbangan utama dalam mengkonsumsi atau tidaknya pangan (asal ternak). Keragaman atribut yang dikehendaki dari produk pangan asal ternak menunjukkan telah adanya kesadaran

akan peran gizi bagi tubuh pada kalangan masyarakat tertentu khususnya di perkotaan.

Dengan memahami adanya ketidakmerataan pengetahuan mengenai peran gizi bagi tubuh pada sebagian besar masyarakat kita, maka jalan yang paling efektif dijalankan saat ini adalah dengan menggunakan posyandu dalam menjangkau wilayah-wilayah yang ada di pelosok agar juga dapat menikmati produk pangan asal ternak (secara gratis) disamping akan bermanfaat bagi peningkatan kecerdasan anak

50

Page 11: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Indonesia di masa depan. Melalui dukungan Pemerintah, swasta dan masyarakat secara sinergi nampaknya masalah ancaman lost generation akan dapat dihindari sepanjang peningkatan gizi masyarakat juga diperhatikan.

PerikananJumlah seluruh produksi perikanan mengalami penurunan dari kondisi sebelum krisis, penurunan tersebut diakibatkan oleh hasil budidaya yang turun sangat drastis. Hal ini disebabkan oleh permasalahan harga pakan ikan yang tinggi serta penyakit yang menyerang ikan.

Grafik 17. Produksi Perikanan (dalam Ton) Tahun 1993-2006

-

5,000.00

10,000.00

15,000.00

20,000.00

25,000.00

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Penangkapan Laut

Perairan Umum

Budidaya

Sumber : BPS. Subang

Hal yang cukup menggembirakan adalah bahwa laut sebagai kekayaan terbesar sudah dapat dimanfaatkan sebagai usaha pertanian yang memiliki nilai jual tinggi, hanya saja bahwa usaha tersebut masih sebatas penangkapan, budidaya dan pengolahan ikan secara tradisonal belum mengarah kepada pengolahan hasil secara modern.

Tabel 29. Jumlah Rumah Tangga / perikanan menurut kategori tempat usaha dan nilai produksi Tahun 2006

Tempat UsahaRumah Tangga

Perikanan Produksi

Nilai Produksi (Milyar)

Pendapatan Bruto

per Rumah Tangga

Perikanan (Juta)

(1) (2) (3) (4) (5)Laut 671 17,753.6 155.5 231,7Tambak 2741 9,940.7 155.0 56,5

51

Page 12: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Running Water 255 519,1 5.8 23Kolam 8496 4,406.3 37,4 4,4Sawah 6676 3,407.8 28,6 4,2Perairan Umum 825 554.5 3,9 4,8Sumber : BPS. Subang

Perkembangan pembangunan perikanan dan kelautan pada gilirannya akan terlihat dari kontribusi bidang perikanan dan kelautan terhadap PDRB, konsumsi ikan perkapita di Kabupaten Subang sebagaimana tabel berikut ini :

Tabel 30Perkembangan PDRB, Konsumsi, / Capita, Income / Capita

di Kabupaten Subang

No Uraian Tahun 2005

Tahun 2006

1. PDRB (ADHK) 175 Trilliun

143 Trilliun

2. Konsumsi Ikan/Capita (Kg)

19,1 19,5

3. Standar Konsumsi Ikan/Capita Jawa Barat (Kg)

23 26

Sumber : BPS Tahun 2007

Perkebunan dan kehutanan Usaha kehutanan dan perkebunan memiliki peranan yang sangat penting di dalam mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat Subang, terutama dalam mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja, penguatan kapasitas masyarakat, pengembangan potensi pariwisata, pemenuhan bahan baku industri dan penghasil devisa bagi negara. Selain itu pengelolaan kehutanan dan perkebunan memiliki fungsi yang sangat strategis, dalam pelestarian sumber daya alam dan lingkungan, terutama menjaga keseimbangan ekosistem. Berdasarkan letaknya hutan di Kabupaten Subang diklasifkasikan ke dalam 3 kelompok yaitu hutan pantai (Mangrove), hutan dataran dan hutan pegunungan.

Berdasarkan status kepemilikan lahan, hutan terdiri dari hutan dalam kawasan (hutan lindung, produksi) dikelola oleh Perum Perhutani, dan hutan diluar kawasan hutan (hutan rakyat) yang dikelola oleh petani/masyarakat.Pada tahun 2006, luas hutan di keseluruhan mencapai 40.409,4 Ha terdiri atas :

52

Page 13: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

•Hutan Lindung : 7.691,7 Ha•Hutan Produksi : 21.858,15 Ha •Hutan Rakyat : 10.855,00 Ha

Salah satu bentuk penanganan lahan-lahan kritis adalah melalui pengembangan hutan rakyat, dimana sampai dengan tahun 2007, sudah mencapai luasan 13.505 Ha meningkat sebesar 24.41 % dibanding tahun 2006, data selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 31. Data Perkembangan Lahan Kritis dan Hutan Rakyat Di Kabupaten Subang Tahun 2005 sampai dengan 2007

No Lokasi / Kecamatan

Luas Lahan Kritis ( Ha ) Luas Hutan Rakyat (Ha)

Th 2005 Th 2006 Th 2007 Th 2005 Th 2006 Th 2007

1 Tanjungsiang 687,0 574,0 99,0 1027,0 1027,0 1062,02 Kalijati 266,0 180,5 55,5 712,5 787,5 912,53 Cipeundeuy 524,0 399,0 274,0 975,0 1075,0 1200,04 Cipunagara 217,0 211,0 211,0 270,0 270,0 270,05 Purwadadi 529.0 449,0 399,0 425,0 500,0 575,06 Pabuaran 338,0 256,0 256,0 100,0 175,0 175,07 Jalancagak 529,0 454,5 224,5 941,5 1006,5 1206,58 Cisalak 1.045,0 1.031,0 356,0 1.610,0 1.610,0 2285,09 Cijambe 4.980,3 4.745,3 4.120,3 1635,0 1635,0 2.285,0

10 Sagalaherang 938,0 780,0 655,0 1071,0 1210.0 1246,011 Subang 337,0 305,0 305,0 465,0 490,0 490,012 Cibogo 96,0 86,0 86,0 675,0 675,0 675,013 Cikaum 50,0 50,0 25,0 125,0 200,0 300,014 Blanakan 161,0 81,0 6,015 Binong 55,0 55,0 55,016 Compreng 53,0 53,0 53,017 Pagaden 175,0 175,0 175,0

JUMLAH 10.697,3

9.702,3 7.072,3 10315 10.855 13.505

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan tahun 2008

Usaha perkebunan rakyat, di Kabupaten Subang diprioritaskan pada pengembangan komoditas unggulan yang meliputi kopi, kelapa, cengkeh, dan teh serta tanaman obat. Selain itu juga mulai dikembangkan komoditas perkebunan prospektif seperti nilam, lada, jarak dan melinjo, selengkapanya seperti tersaji dalam tabel berikut :

Tabel 32 Perkembangan produksi komoditas perkebunan rakyat sampai tahun 2007

No. Komoditi Produksi (Ton)Tahun Tahun Tahun 53

Page 14: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

2005 2006 20071.2.3.4.5.6.7.

CengkehKaretKopiKelapaLadaTehTebu

535,909,20

1.720,423.499,45

25,89516,47681,59

160,777,75

965,853.717,40

77,40568,12

1.170,50

209,006,59

1.389,593.628,68

78,50624,93

2.385,50 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tahun 2008

Sedangkan perkebunan besar dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara VIII meliputi kebun Ciater, Tambaksari, Wangunreja dan Jalupang, dengan tanaman pokok terdiri dari teh, karet, kina, dan kakao. Selain itu ada juga PG Rajawali II yang menangani pengelolaan pabrik gula dan perkebunan tebu.

B). Industri

Suatu kriteria yang direkomendasikan UNIDO (suatu badan PBB untuk pengembangan industri) memilah-milah daerah berdasarkan kontribusi sektor industri pada aktivitas perekonomian :

1. Daerah yang masih tradisional (% kontribusi sektor industri terhadap perekonomian di bawah 10 persen).

2. Daerah transisi (% kontribusi sektor industri terhadap perekonomian 10-20 persen).

3. Daerah semi industri (% kontribusi sektor industri terhadap perekonomian 20-30 persen)

4. Daerah industri (% kontribusi sektor industri terhadap perekonomian 30 persen) (Thee Kian Wee, 1990; H. Suseno T.W., 1997).

Kriteria tersebut digunakan dalam kasus ini, sehingga dapat diperoleh informasi bagaimana kondisi perekonomian Kabupaten Subang apakah masih dianggap tradisional ataukah sudah memiliki kategori daerah lainnya. Berdasarkan kriteria tersebut dengan mengamati kontribusi sektor industri terhadap perekonomian Kabupaten Subang, maka diinterpretasikan Kabupaten Subang masih diklassifikasikan sebagai daerah tradisional; dengan besaran kontribusi sektor industri terhadap perekonomian Kabupaten Subang di bawah 10 persen.

Dengan demikian kemajuan (progress) pembangunan sebetulnya dapat diamati secara statistik, dengan menggunakan suatu alat ukur (yardstick) yang dilansir oleh UNIDO (United Nation Industrial Development Organization).

54

Page 15: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Seperti diketahui, pada umumnya produk industri yang dihasilkan perusahaan industri yang berdomisili di wilayah Jawa Barat (termasuk Kabupaten Subang) merupakan produk komoditi yang dirancang untuk konsumsi ekspor, sehingga diperlukan bahan baku (input) yang berasal dari negara pemberi lisensi produk tersebut. Dengan demikian, nilai input dari bahan baku tersebut akan tergantung dari nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang asing.

Pengamatan atas data persentase kontribusi sektoral PDRB spatial Kecamatan pada tahun 2004, memperlihatkan adanya beberapa kecamatan yang sudah mengalami proses transformasi perekonomian, bila digunakan kriteria UNIDO, yaitu berpindah dari daerah perekonomian tradisional ke perekonomian transisi ataupun ke perekonomian semi-industri. Paparan data selengkapnya disajikan di bawah ini dan memperlihatkan pula secara simultan potret adanya ketimpangan antara wilayah kecamatan di Kabupaten Subang.

Persepsi adanya fenomena ketimpangan antar kecamatan tersebut mengemuka manakala dilakukan perbandingan tahapan perekonomian antar kecamatan dengan menggunakan kriteria UNIDO. Dan sebagai hasilnya, hanya dua kecamatan yang menapak pada proses transisi, Kecamatan Jalancagak dan Kalijati, dan dua kecamatan lainnya tergolong relatip maju karena memasuki tahapan perekonomoian semi industri, yaitu Kecamatan Cipeundeuy dan Purwadadi.

Dari fenomena yang ditampilkan, ditafsirkan relatip agak sukar untuk menata suatu program pemerataan dalam perolehan IPM. Hal ini disebabkan adanya disparitas perekonomian kecamatan akan memunculkan ketimpangan dari aspek multi dimensi, misalnya akan muncul ketimpangan kemampuan daya beli masyarakat (purchasing power parity), yang berlanjut dengan adanya ketimpangan harapan hidup serta ketimpangan perolehan derajat pendidikan.

Tabel 33. Kontribusi Sektor Perekonomian, LPE (%) Dan Kriteria WilayahDi Kab. Subang Menurut Kecamatan, Tahun 2004

Aktivitas Perekonomian55

Page 16: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Nama Kecamatan Total LPE KriteriaWilayah

Perta-nian

Indus-tri

Perda-

gangan

Lain-nya

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]010. Sagalaherang 60,26 1,50 24,41 13,83 100,00 2,41 Tradisional020. Jalan Cagak 38,36 15,26 33,44 12,94 100.00 6,58 Transisi030. Cisalak 52,84 1,95 30,05 15,16 100.00 3,,87 Tradisional040. Tanjungsiang 46,00 0,66 31,38 21,96 100.00 3,71 Tradisional050. Cijambe 39,69 2,75 29,15 28,41 100.00 2,38 Tradisional060. Cibogo 49,26 0,94 30,07 19,73 100.00 1,89 Tradisional070. Subang 13,56 4,12 22,10 60,22 100.00 9,09 Tradisional080. Kalijati 28,28 12,59 30,06 29,07 100.00 6,52 Transisi090. Cipeundeuy 24,05 23,27 33,91 18,77 100.00 3,89 Semi-

industri100. Pabuaran 38,65 4,77 30,50 26,08 100.00 3,65 Tradisional110. Patokbeusi 53,79 0,51 31,22 14,48 100.00 2,21 Tradisional120. Purwadadi 36,06 19,10 33,62 11,22 100.00 5,35 Transisi 130. Cikaum 51,25 1,25 17,43 30,07 100.00 1,63 Tradisional140. Pagaden 44,07 1,83 32,48 21,62 100.00 6,06 Tradisional150. Cipunagara 49,66 1,42 34,77 14,15 100.00 2,46 Tradisional160. Compreng 59,31 0,36 26,59 13,74 100.00 1,50 Tradisional170. Binong 55,41 0,74 30,75 13,10 100.00 6,79 Tradisional180. Ciasem 40,66 2,06 30,84 26,44 100.00 3,54 Tradisional190. Pamanukan 33,56 4,81 34,30 27,33 100.00 6,63 Tradisional200. Pusakanagara 52,22 0,27 32,17 15,34 100.00 2,88 Tradisional210. Legonkulon 49,70 0,45 30,40 19,45 100.00 2,35 Tradisional220. Blanakan 55,44 1,33 29,70 13,53 100.00 1,21 Tradisional

Total 38,01 4,82 31,31 25,86 100.00 5,14 TradisionalSumber : BPS. Kabupaten Subang 2005

Pengembangan Industri di Kabupaten Subang diarahkan dalam rangka keseimbangan struktur ekonomi yaitu pertanian dan industri, sehingga tidak terjadi ketimpangan antara pertanian dan industri, dimana sektor industri itu sendiri lebih diprioritaskan kepada industri yang mengolah hasil-hasil pertanian, sehingga tumbuh dan berkembangnya industri di Kabupaten Subang sejalan dengan peningkatan nilai tambah sektor pertanian itu sendiri.

56

Page 17: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Pembangunan sektor industri diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan adanya kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, dan berpengaruh langsung terhadap peningkatan daya beli masyarakat karena adanya nilai tambah yang diperoleh dari tumbuh dan berkembangnya industri.

Fokus pengembangan industri di Kabupaten Subang diantaranya pemberdayaan Industri Kecil Menengah (IKM), bimbingan dan pengendalian mutu produksi, pengembangan diversifikasi produk, desain dan inovasi teknologi/mesin dan peralatan, peningkatan kemampuan dan keterampilan SDM pengusaha industri.

Peluang imvestasi industri juga terus dipromosikan sejalan dengan mulai tumbuhnya ekonomi secara makro yang menunjukan trend positif.

Pemanfaatan sumber daya lokal dan masih terbukanya lahan zona industri seluas

80 % dari 11.250 ha yang ditetapkan menjadi faktor pendukung dalam promosi investasi industri di Kabupaten Subang.

Di Indonesia perusahaan industri di bedakan atas industri besar, sedang, kecil dan rumah tangga. Penggolongan perusahaan industri ini dilakukan melalui pendekatan jumlah tenaga kerja yaitu :

- Golongan industri besar : tenaga kerja di atas 100 orang

- Golongan industri sedang : tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang

- Golongan industri kecil : tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang

- Golongan industri rumah tangga : tenaga kerja 1 sampai dengan 4 orang

Grafik 18. Jumlah UKM dan Tenaga Kerja di UKM Tahun 1993-2006

7,534

22,925

4,303

10,755

4,000

10,004

4,000

10,014

3,745

9,346

3,584

9,690

6,425

13,642

6,463

13,824

6,463

13,824

6,463

13,824

6,795

15,993

6,788

16,447

6,500

16,093

6,437

16,104

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

1. Unit Usaha

2. Jumlah Tenaga Kerja

Sumber : BPS. Subang

57

Page 18: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Grafik 19. Nilai Produktifitas UKM (dalam Rp. 000)Tahun 1993-2006

60,735

15,924,26118,089,769 18,119,769 21,298,117

36,009,30639,850,40940,213,90940,213,90940,213,909

56,610,30262,765,92662,934,20663,792,971

-

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

50,000,000

60,000,000

70,000,000

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Nilai Produksi (Rp.000)

Nilai Produksi (Rp.000)

Sumber : BPS. Subang

Sampai dengan tahun 2006 jumlah perusahaan industri besar dan sedang yang sudah beroperasi secara komersil di Kabupaten Subang tercatat sebanyak 27 buah dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 7.927 orang. Selanjutnya berdasarkan status penanaman modal yaitu :7 perusahaan PMA, 12 perusahaan PMDN, 16 perusahaan non fasilitas, 1.478 industri kecil formal dan lainnya 9.425 perusahaan non formal. Adapun perkembangan industri kecil dan kerajinan rumah tangga berjumlah sebesar 6437 unit usaha, jumlah tenaga kerja sebanyak 16,104 orang dan nilai produksi sebesar Rp. 63,79 Milyar.

C). Pariwisata

Kabupaten Subang merupakan daerah potensi wisata alam, seni dan budaya, Berdasarkan grafik di bawah ini, diketahui bahwa kegiatan kepariwisataan menunjukan peningkatan yang cukup baik dilihat dari jumlah kunjugan wisatawan yang cenderung menaik. Peningkatan kegiatan kepariwisataan tersebut, berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat baik langsung maupun tidak langsung, terutama dalam menciptakan lapangan usaha bagi penduduk di sekitar obyek wisata.

Tumbuhnya lapangan usaha akibat perkembangan kegiatan kepariwisataan, dapat dilihat dari aktivitas usaha penduduk sekitar obyek wisata, baik berupa jasa, industri kerajinan maupun perdagangan. Kemudian pertumbuhan usaha tersebut, pada gilirannya berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Subang.

58

Page 19: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Grafik 20. Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara Tahun 1993-2007

804,0251,206,184

1,737,987 1,806,738 1,893,235

1,298,6971,652,626

1,888,388

2,808,2483,171,040

3,704,5213,622,2993,795,579

4,661,1935,119,741

-

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

WISNUS

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Subang

Grafik 21. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun 1993-2007

85,851 85,85692,759

102,373

72,480

34,399

68,748 67,331

36,529 37,374 37,07042,946

48,45357,839 58,406

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

WISMAN

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Subang

Obyek wisata yang sudah dikenal dan memberikan kontribusi terhadap PAD terbesar adalah Pemandian Air Panas Ciater, sedangkan obyek wisata lainnya yang potensial untuk dikembangkan adalah :

1) Curug Cijalu2) Pantai Pondok Bali3) Wisata alam Wangun harja4) Penangkaran Buaya5) dan potensi wisata lainnya

59

Page 20: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Sementara itu potensi seni dan budaya Kabupaten Subang adalah :1). Sisingaan 2). Jaipongan 3). Calung4). Wayang golek5). dan kesenian tradisional lainnya

B. Kondisi Sumber Daya Alam

Sumber Daya Alam merupakan potensi pembangunan yang perlu didayagunakan seoptimal mungkin untuk kesejahteraan masyarakat terlebih SDA Kabupaten Subang relatif lengkap, mulai dari lahan yang terdiri dari pegunungan, hutan, pantai, sumber pertambangan, energi dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam pembahasan Sumber Daya Alam lebih ditekankan pada faktor-faktor yang menjadi potensi dalam pengelolaan Sumber Daya Alam.

1). Sumber Daya lahan

Secara umum Kabupaten Subang beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata pertahun 2.352 mm dengan jumlah hari hujan 100 hari. Iklim yang demikian ditunjang oleh adanya lahan yang subur dan banyaknya aliran sungai menjadikan sebagian besar luas tanah Kabupaten Subang dipergunakan untuk pertanian. Hal ini ditunjukan dengan Luas Wilayah Kabupaten Subang yang mencapai 201.786 ha terdiri dari sawah seluas 84.167 ha (41,71 %) dan lahan kering seluas 121.009 ha (58,29%). Memperhatikan data luas lahan lebih jauh ternyata kualitas sawah di kabupaten Subang sebagian besar (67,76.%) sudah merupakan sawah berpengairan irigasi teknis.

2). Sumber Daya MineralKabupaten Subang memilik berbagai jenis sumber daya mineral dan yang

paling besar adalah Bahan Galian C. Dari jenis bahan mineral tersebut yang paling banyak ditambang dan dimanfaatkan adalah jenis bahan galian untuk bahan bangunan seperti batu belah, pasir dan sirtu. Sedangkan jenis bahan galian untuk industri manufaktur dan pertanian belum dimanfaatkan secara maksimal.

Secara alami di Kabupaten Subang terdapat beberapa jenis bahan galian yang potensial untuk ditambang yang tersebar di beberapa kecamatan seperti terlihat pada tabel berikut :

60

Page 21: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Tabel 34. Wilayah Potensi Sumber Daya Mineral

No Jenis Kecamatan Potensi1 Pasir

Pantai / Sungai1. Legon kulon2. Pamanukan3. Blanakan

210 juta M3

2 Lempung 1. Blanakan2. Patokbeusi3. Ciasem4. Pamanukan5. Compreng6. Pusakanagara

± 5 juta M3

3 Lempung dan Trass 1. Pabuaran2. Cikaum3. Kalijati4. Pagaden

± 150 Juta m2

4 Sirtu 1. Cipeundeuy2. Blanakan3. Ciasem4. Compreng5. Cipunagara6. Cibogo7. Subang

Tersebar di Daerah Aliran Sungai (DAS)

5 Gypsun Subang ± 5 Juta M3

6 Batu Belah 1. Cijambe2. Cisalak3. Tanjungsiang4. Jalancagak5. Sagalaherang

± 2 Juta M3

7 Batu Gunung Jalancagak Belum dievaluasi8 Pasir Gunung Jalancagak Belum dievaluasi9 Pasir 1. Cipeundeuy

2. Kalijati3. Subang4. Cijambe

± 1,2 Milyar M3

10 Puzolan 1. Cijambe2. Sagalaherang

± 200 Juta M3

11 Belerang Jalancagak ± 20 Juta M3

12 Yarosite Jalancagak ± 50 Juta M3

13 Batu Gamping 1. Kalijati2. Cijambe

Belum dievaluasi

Sumber : Dinas Pertambangan dan Eneregi

Tabel 35. Wilayah Potensi Logam/Mineral

No Lokasi Jenis Potensi123.

SadawarnaGunung TuaSungai Cilame

- Pirit- Belerang- Galena- Kuarsa

15 %5 %

15 %0,30 %

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi

3). Sumber Daya HutanBerdasarkan fungsinya hutan memiliki fungsi ekologi dan fungsi ekonomi.

Sebagai fungsi ekologi hutan menghisap udara karbon (CO2) dari udara dan mengembalikan oksigen (O2) bersih pada manusia disamping berfungsi sebagai

61

Page 22: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

pengatur tata air. Sedangkan sebagai fungsi ekonomi, huta memiliki nilai manfaat

bagi pemenuhan kebutuhan manusia, yaitu berupa hasil hutan baik kayu maupun non kayu.

Keberadaan hutan di Kabupaten Subang telah mengalami degradasi baik fungsi maupun luasannya, salah satu dampaknya adalah terjadinya lahan kritis. Luas lahan kritis di Kabupaten Subang berdasarkan data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan pada tahun 2005 seluas 10.697,3 Ha, tahun 2006 seluas 9.702.3 Ha dan pada tahun 2007 menjadi 7.072,3 ha.

Terjadinya lahan kritis tersebut pada umumnya disebabkan oleh pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air dan akibat yang sering timbul adanya tanah longsor di daerah pegunungan dan banjir di daerah dataran atau hilir.

Upaya Pemerintah Daerah dalam penanganan lahan kritis dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan, salah satunya adalah pengembangan hutan rakyat, dimana sampai dengan tahun 2007, sudah mencapai luasan 13.505 Ha atau meningkat sebesar 24.41 % dibanding tahun 2006, data selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 36. Perkembangan Lahan Kritis dan Hutan Rakyat di Kabupaten Subang

No Lokasi / Kecamatan

Luas Lahan Kritis ( Ha ) Luas Hutan Rakyat (Ha)

Th 2005 Th 2006 Th 2007 Th 2005 Th 2006 Th 2007

1 Tanjungsiang 687,0 574,0 99,0 1027,0 1027,0 1062,02 Kalijati 266,0 180,5 55,5 712,5 787,5 912,53 Cipeundeuy 524,0 399,0 274,0 975,0 1075,0 1200,04 Cipunagara 217,0 211,0 211,0 270,0 270,0 270,05 Purwadadi 529.0 449,0 399,0 425,0 500,0 575,06 Pabuaran 338,0 256,0 256,0 100,0 175,0 175,07 Jalancagak 529,0 454,5 224,5 941,5 1006,5 1206,58 Cisalak 1.045,0 1.031,0 356,0 1.610,0 1.610,0 2285,09 Cijambe 4.980,3 4.745,3 4.120,3 1635,0 1635,0 2.285,0

10 Sagalaherang 938,0 780,0 655,0 1071,0 1210.0 1246,011 Subang 337,0 305,0 305,0 465,0 490,0 490,012 Cibogo 96,0 86,0 86,0 675,0 675,0 675,013 Cikaum 50,0 50,0 25,0 125,0 200,0 300,014 Blanakan 161,0 81,0 6,015 Binong 55,0 55,0 55,016 Compreng 53,0 53,0 53,017 Pagaden 175,0 175,0 175,0

JUMLAH 10.697,3

9.702,3 7.072,3 10315 10.855 13.50562

Page 23: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan tahun 2007

Selain hutan rakyat sebagaimana tabel di atas, Kabupaten Subang juga memiliki hutan negara yang dikelola oleh Perum Perhutani melalui KPH Bandung Utara (KBKPH Cisalak) dan KPH Purwakarta (KBKPH Tambakan, KBKPH Subang, KBKPH Kalijati, dan KBKPH Pamanukan) yaitu seluas 29.549,85 ha yang terdiri dari hutan produksi seluas 21.858,15 ha dan hutan lindung seluas 7.691,7 ha.

Dengan demikian luas hutan di keseluruhan mencapai 40.409,4 Ha atau 20,03 % dari seluruh wilayah Kabupaten Subang. Dikaitkan dengan kebijakan Pemerintah Propinsi Jawa Barat bahwa luas kawasan lindung yang merupakan kawasan hutan harus dicapai pada setiap kabupaten adalah 27%, oleh karena itu Kabupaten Subang masih memerlukan kawasan lindung sebesar 6,97 % atau seluas 14.064,48 Ha.

Luas Hutan, fungsinya dan pengelolaannya di Kabupaten Subang akan terus diupayakan meningkat, dan berperan sebagai sumber daya yang memiliki kontribusi terhadap aspek perekonomian Kabupaten Subang, walaupun saat ini belum berarti untuk PDRB Kabupaten Subang. Namun ada nilai manfaat hutan yang sangat penting dan tak ternilai yaitu berperan pada bidang jasa non ekonomi, seperti untuk mengatur tata air, perlindungan hutan, pencegah erosi dan banjir, pemelihara kesuburan tanah, sumber plasma nutfah, pengatur iklim mikro, pariwisata alam dan produsen oksigen.

4). Sumber Daya EnergiEnergi merupakan salah satu sumber daya yang dibutuhkan manusia untuk

menopang berbagai kegiatan atau aktivitasnya. Meningkatnya konsumsi energi akan meningkatkan beban pencemaran lingkungan, terutama yang dilepaskan keudara sehingga memberikan kontribusi terhadap efek rumah kaca dan perubahan iklim.

Pola konsumsi energi primer yang lebih terpusat pada sumber sumber energi tak terbaharui menumbuhkan kekhawatiran terhadap munculnya kelangkaan bila pemanfaatannya tidak terkendali. oleh karena itu, diperlukan kebijakan pemerintah guna mengatasi ancaman kelangkaan sumber-sumber energi dimasa depan. Energi yang perlu mendapat perhatian adalah energi listrik , minyak bumi, gas dan panas bumi.

63

Page 24: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

a). Energi Listrik

Tekad pemerintah untuk meningkatkan produktivitas sekaligus kesejahteraan rakyat hingga menyentuh masyarakat di pelosok pedesaan dilakukan melalui program listrik masuk desa.

Pada tahun 2005 jumlah konsumen listrik sudah mencapai 240.509 pelanggan. Angka ini bila dibandingkan dengan keadaan 1999 yang baru mencapai 203.426 pelanggan, jadi telah meningkat rata-rata sebesar 7,38% pertahun.

b). Minyak bumi, gas dan panas bumi

1). Minyak bumi dan gasKabupaten Subang adalah salah satu daerah penghasil minyak bumi

dan gas alam, bahkan potensi migasnya terbilang cukup besar. Berdasarkan data dari pertamina dan BO Migas pada tahun 2000 tercatat 50 sumur yang telah dieksploitasi, tetapi sampai tahun 2007 hanya tercatat 43 sumur yang tersebar di 19 lokasi, hal tersebut dikarenakan banyak sumur yang ditutup karena tidak produksi. Produksi gas alam mencapai 88,175 MMSCF dan produksi minyak bumi sebesar 599.320 barell per tahun. Secara prognosis pada tahun 2007 produksi gas diperkirakan stabil yaitu 88,175 MMSCF.

Mengingat besarnya potensi tersebut, Kabupaten Suang memperoleh bagi hasil yang ditetapkan berdasrkan SK Menteri Energi Sumber Daya Mineral tentang penetapan daerah penghasil dan dasar perhitungan bagi daerah penghasil Minyak Bumi dan Gas Alam serta Pertambangan Umum dan Keputusan Menteri Keuangan tentang penutupan jumlah dana bagian daerah dari sumber daya alam Minyak Bumi dan Gas dan Pertambangan Umum. Data potensi minyak bumi dan gas alam selengkapnya dapat dilihat pada Tabel Berikut :

Tabel 37. Wilayah Potensi minyak Bumi dan Gas Alam

No Jenis Lokasi Potensi123

Minyak MentahGas Alam Gas CO2

Pedataran SubangPedataran Subang

Cikaret

500,32 Juta Barel88,175 MMSCF17,635 MMSCF

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Tahun 2007

64

Page 25: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Eksploitasinya di wilayah cekungan Migas Subang batas cekungan migas tekah dapat diketahui dari beberapa hasil survey seismiknya pada peta konservasi kawasan 2003, terlihat batas cekungan berada di bagian tengah perbukitan Ranggawulung, secara perhitungan cadangan minyak bumi di wilayah Kabupaten Subang akan habis setelah produksi selama 30 tahun sedangkan gas akan habis setelah 60 tahun.

Tabel 38. Perkembangan Jumlah Sumur Migas yang ada di wilayah Kabupaten Subang Milik Pertamina Tahun 2007

No Lokasi

JUMLAH SUMUR

(TH 2000)

Produksi (ton)KETERANGA

NTh 2000

Th 2001

Th 2002

1 2 3 4 5 6 71 Subang 14 14 14 14 Minyak2 Pasir Jadi 12 12 12 11 Migas3 Sindang sari 3 3 3 1 Migas4 Tanjung sari 3 3 3 3 Migas5 Pagaden 11 10 11 8 Migas6 Pamanukan 3 1 2 1 Minyak7 Cilamaya Sel 2 2 - -8 Bojongraong 4 3 4 3 Minyak9 Sukamandi 1 1 1 1 Gas

10 Gambarsari 1 - - - Abandon11 Pasir jadi 1 - - - Abandon12 Pasir jadi Barat 1 - - - Abandon13 Wanareja 1 - - - Abandon14 Katomas 1 - - - Abandon15 Tunggulmaung 1 - - - Prob.

Reserved16 Pabuaran 1 - - - Abandon17 Ciberes 1 - - - Prob.

Reserved18 Rancabango 1 - - - Prob.

Reserved19 Cidahu 1 - - - Prob.

Reserved

JUMLAH 50 39 50 43Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Tahun 2007

2). Panas bumi Berdasarkan informasi terakhir dari Geo Soft Asia, wilayah Kabupaten

Subang memiliki kandungan panas bumi (geothermal) yang sangat potensial. Pemboran geothermal pada kedalaman 400 m dapat menghasilkan sumber panas yang cukup untuk kebutuhan energi listrik. Potensi geothermal di Kabupaten Subang dapat dikembangkan sampai 85 Mega Watt.

65

Page 26: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Potensi panas bumi ini hingga sekarang belum di kembangkan secara optimal sebagai sumber energi.

3). Sumber Energi Lainnya - Sumber Daya Biomassa

Biomassa adalah sumber energi yang berasal dari bahan-bahan nabati, termasuk limbah yang berasal dari manusia dan hewan. Biomasa ini dapat berbentuk padat, cair dan gas. Biomasa masih banyak dipakai terutama daerah pedesaan, diperkirakan sebesar 40 % dari total pemakai nasional.

Di Kabupaten Subang hingga sekarang belum ada data pasti tentang penggunaan biomasa sebagai sumber energi.- Sumber Daya Tenaga Surya

Energi surya mulai dikembangkan sejak tahun 1960-an, yaitu untuk pemanasan. Indonesia memiliki potensi energi surya yang cukup tinggi, yaitu 4.825 Kwh/m2/hari. Secara akumulatif, bila seluruh potensi dimanfaatkan, akan mencapai 9,63 x 106 MW jika diperhitungkan luas daratan Indonesia 2 juta kilometer persegi atau 0,1 % dari luas Indonesia, maka Kabupaten Subang secara potensial memiliki potensi energi surya sebesar 9,63 x 103 MW.- Sumber Daya Tenaga Angin

Energi Angin mulai dikembangkan di Indonesia sejak awal tahun 1970-an oleh LAPAN. Pengembangan tenaga angin sampai sekarang ini terutama adalah untuk pembangkit tenaga listrik skala kecil untuk memompa air laut ke tambak garam, dan untuk aerasi tambak udang. Kecepatan angin di wilayah Pantai Laut Jawa termasuk wilayah Kabupaten Subang diperkirakan sekitar 4 m/d – 5 m/d, kecepatan ini diperkirakan mampu untuk memutar turbin angin skala kecil.

4). Sumber Daya Keanekaragaman Hayati.Keanekaragaman hayati (biodiversitas) diartikan sebagai berbagai

ekosistem dan bentangan jenis serta variasi semua hewan, tumbuhan dan mikroorganisme yang hidup. Setiap individu organisme terdiri atas ribuan gen dalam kombinasi yang unik, spesies terdiri atas banyak individu, dan ekosistem tersusun oleh banyak spesies yang berinteraksi satu sama lain

66

Page 27: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

dan berinteraksi dengan lingkungan fisik. Istilah ini dapat diajukan, baik pada tingkat genetik, spesies maupun ekosistem atau habitat.

Berdasarkan pada batasan tersebut, maka keanekaragaman hayati (biodiversity) merupakan sumber daya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu pemberi kontribusi terhadap pembangunan, namun disisi lain untuk beberapa jenis keanekaragaman hayati juga perlu dilestarikan, dengan pertimbangan kelangsungan suatu ekosistem.

Tidak mudah menjelaskan tentang peranan dan pentingnya sumberdaya hayati bagi kelangsungan hidup manusia, lebih khusus lagi sumberdaya genetika.

Namun hal ini sangat penting dalam suatu ekosistem, terutama bagi penunjang kehidupan manusia.

Potensi keanekaragaman hayati di Kabupaten Subang umumnya berlokasi di kawasan yang berfungsi sebagai konservasi. Letak kawasan konservasi tersebar menurut ketinggian tempatnya, yakni pada dataran rendah dan dataran tinggi. Seperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi.

Untuk mencegah kepunahan dari spesies-spesies yang telah dijaga kelestarian dan penurunan potensi sumber daya hutan sudah berlangsung cukup lama, dimulai sejak Undang-Undang No. 5 tahun 1967 tentang pokok kehutanan (UUPK), Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang nomr 5 Tahun 1990 tentang konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan ekosistemnya dan peraturan pelaksanaanya. Dengan demikian, secara yuridis kelestarian sumberdaya hutan makin kokoh. Namun kondisi saat ini sangat sulit untuk dipertahankan, karena terjadinya konflik antara kepentingan ekologis dan kepentingan ekonomi.

Suatu pemikiran yang perlu diingat adalah bahwa hilangnya suatu habitat dapat menyebabkan turunnya populasi Flora dan Fauna. Turunnya populasi flora dan fauna akan menggangu tatanan lingkungan hidup, yang akhirnya akan menimbulkan ketidakstabilan lingkungan hidup. Keadaan sebaliknya adalah makin beranekaragam sumberdaya alam hayati, makin stabil tatanan lingkungan.

67

Page 28: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

2. Analisa Ekonomi dan Sumber Daya Alam

Dari kondisi di atas, maka analisa yang dapat disajikan adalah sebagai berikut :

Analisa Kekuatan

1) Tersedianya Sumber Daya Alam dan mineral yang potensial2) Pembangunan ekonomi di Kabupaten Subang sesungguhnya berada pada jalur

yang diharapkan (On The Track) terbukti bahwa pada puncak Krisis ekonomi di tahun 1997 dan 1998 LPE Kabupaten Subang (-7.7%) jauh di atas LPE Propinsi yang terpuruk hingga -17.7 %. Dimana dari 9 sektor yang ada, sektor Pertanian, Industri pengolahan serta hotel dan restauran cukup stabil dalam memberikan kontribusi terhadap LPE

3) Sektor Pertanian, Industri Pengolahan, Hotel dan Restauran serta Perdagangan berada pada posisi kuadran I dan kuadran II (Lihat Analisa Growth dan Share)

4) Jumlah KUKM dan Wisatawan Nusantara yang cenderung meningkat terutama pasca krisis ekonomi

5) Ditetapkannya Zona Industri seluas 11.250 ha.

Analisa Kelemahan

1) Tidak seimbangnya Kontribusi PDRB pertanian (sebelum dan pasca krisis ekonomi) yang berkisar antara 32-42% dengan tenaga kerja yang digunakan berkisar antara 49%-58%. Atau dengan kata lain bahwa sektor ini walaupun menjadi penyumbang terbesar dalam perekonomian Subang tetapi sesungguhnya tidak produktif. Bahkan apabila tidak mendapat perhatian serius akan berpengaruh terhadap permasalahan yakni : kemiskinan struktural, budaya yang kontradiktif terhadap pendidikan, pengangguran terselubung serta permasalahan lainnya.

2) Jumlah Keluarga Miskin yang cenderung meningkat 3) Tingginya Pengangguran.4) Produk pertanian yang ada selama ini secara umum kurang bernilai tambah

dan berdaya saing5) Kepemilikan lahan petani sangat rendah hanya sekitar rata-rata 0,3 ha 6) Tingkat konversi lahan pertanian yang cenderung meningkat 7) Penerapan Teknologi dan kemitraan dengan Lembaga Penelitian masih rendah.

68

Page 29: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

8) Jiwa Bisnis Petani masih rendah 9) Kurangnya lembaga keuangan yang bersedia mengucurkan kredit dengan

tingkat bunga yang rendah 10) Belum optimalnya lembaga pemasaran dan lembaga ekonomi lainnya

dalam membantu usaha agribisnis11) Belum optimalnya sarana pendukung kepariwisataan 12) Belum berkembangnya usaha pertambangan lainnya

Analisa Peluang

1) Terbukanya peluang investasi yang bergerak di bidang Agribisnis, Pariwisata dan Industri.

2) Rencana Pembangunan Jalan Tol Sadang–Subang–Cirebon3) Adanya Lembaga – lembaga pertanian dan Badan Pengkajian & Penerapan

Teknologi Tepat Guna yang bertaraf nasional.

Analisa Ancaman

1) Standarisasi produk.2) Era persaingan pasar bebas.

Analisa Growth dan Share

Analisa ini bersifat melengkapi analisa SWOT di atas, dengan maksud untuk lebih memperjelas gambaran kekuatan dan potensi pada sektor-sektor ekonomi secara makro di Kabupaten Subang. Adapun analisanya sebagai berikut :

69

ANALISIS GROWTH AND SHARE

BANGUNAN DAN KONSTRUKSI

KONDISI RENDAH

PERDAGANGANINDUSTRI PENGOLAHANHOTEL DAN RESTAURAN

KONDISI STABIL

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIHPENGANGKUTAN DAN

KOMUNIKASIKEUANGAN DAN JASA

PERUSAHAAN

KONDISI POTENSIAL

PERTANIAN

KONDISI MENURUN

SHARE

GROWTH

Page 30: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Gambar 3. Hasil Analisis Growth dan Share

KEGIATAN UTAMA (CORE BUSINES) YANG TERPILIH :

1) PERDAGANGAN STABIL

Sektor ini memiliki pertumbuhan di atas rata-rata dan memiliki kontribusi di atas rata-rata tetapi di bawah sektor pertanian, hal ini disebabkan dalam kondisi krisis moneter ternyata usaha yang paling mudah dan menguntungkan adalah perdagangan baik pedagang besar maupun eceran. Hal ini tercermin dari makin banyaknya toko modern, toko, kios, warung. Hal ini tentu saja menjadi peluang

manakala sektor pertanian dapat memanfatkannya secara optimal. Misalnya bahwa hasil pertanian Subang dapat tersaji bukan hanya di pasar tradisional tetapi ditoko-toko modern sehingga meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk itu sendiri. Dengan demikian perdagangan dan sektor pertanian menjadi kekuatan yang tidak dapat terpisahkan dan saling menunjang.

2) HOTEL DAN RESTAURAN STABIL

Peningkatan Sektor ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan yang meningkat walaupun sempat menurun pada saat krisis tetapi meningkat kembali secara signifikan setelah krisis terjadi. Selain itu sektor ini sangat ditunjang oleh potensi alam dan budaya di Kabupaten Subang yang cukup potensial untuk dikembangkan

3) INDUSTRI PENGOLAHAN STABIL

Hal yang menyebabkan industri pengolahan berada pada kwadran stabil adalah karena IKM memiliki kontribusi yang selalu meningkat

4) PERTANIAN DALAM ARTI LUAS MENURUN

70

Page 31: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Hal Ini disebabkan sektor ini mengalami kejenuhan akibat nilai tambah dan daya saing yang kurang tetapi memiliki kontribusi terbesar dalam pertumbuhan perekonomian daerah, sehingga tetap harus dipertahankan dan ditingkatkan

2.4. KONDISI DAN ANALISA KONDISI SARANA DAN PRASARANA UMUM

1. Kondisi Sarana dan Prasarana Umum Penyediaan sarana dan prasarana umum merupakan garapan utama bidang

pekerjaan umum dalam rangka pembangunan infrastruktur di Kabupaten Subang, dan selalu menjadi prioritas utama pembangunan di Kabupaten Subang terutama jalan, baik dari besaran anggaran maupun jumlah kegiatan, hal ini disebabkan Jalan dirasakan sangat mendukung terhadap perkonomian masyarakat dan hal itu pun dilansir oleh Penelitian Bapenas bahwa peningkatan infrastruktur wilayah mendukung pertumbuhan ekonomi sekitar 30 %.

Upaya penyediaan sarana dan prasarana umum tersebut dilaksanakan dalam rangka pencapaian sasaran - sasaran sebagai berikut:- Meningkatnya kualitas dan kuantitas jalan dan jembatan terutama dalam

mendukung sektor pertanian, perdagangan, pariwisata dan industri- Meningkanya kualitas jalan lingkungan, drainase dan lain-lain.- Tersedianya sarana pelayanan umum yang memadai berupa gedung-gedung kantor

pemerintah, sarana olah raga dan lain-lain.

71

Page 32: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

- Terpenuhinya kebutuhan air irigasi untuk kegiatan pertanian dan perikanan.- Tersedianya sarana angkutan dan tempat pembuangan sampah.- Tersedianya sarana dan prasarana pemadam kebakaran.- Tersedianya penerangan jalan umum.

A. Jalan dan Jembatan Seperti telah disebutkan di atas bahwa Kebijakan peningkatan dan

pembangunan jalan diarahkan pada upaya mendukung tumbuhnya dan berkembang perekonomian masyarakat Subang serta menunjang pelayanan lainnya.Dari data di bawah ini nampak bahwa kondisi jalan rusak berkorelasi positif dengan perkembangan ekonomi dimana terpuruknya perekonomian nasional yang juga dirasakan di daerah pada tahun 1998 menimbulkan kecenderungan naiknya kerusakan jalan, setelah sebelumnya trendnya di Tahun 1993-1997 menurun, dan pada tahun 2001-2007 trend kerusakan menurun kembali, namun masih berada dikisaran kurang lebih 50 %.

Grafik 22. Kondisi Jalan Kabupaten Tahun 1993 - 2007

988.1

746.765

988.1

645.994

988.1

630.21

988.1

535.1

988.1

510.72

988.1

591.05

988.1

693.1

1026.61

533.76

1026.61

705.77

1026.61

619.21

1026.61

527.27

1026.61

527.27

1054.5

527.25

1054.5

512.25

1,054.5

512.2

0

200

400

600

800

1000

1200

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Jalan Kabupaten

Baik

Sedang

Rusak

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum

Hal ini tentu saja menjadi permasalahan besar bagi Pemerintah Kabupaten Subang mengingat dana yang dibutuhkan untuk penanganannya relatf besar.

72

Page 33: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Dari tabel tersebut di bawah ini, terlihat bahwa jumlah dan mutu kondisi prasarana umum di Kabupaten Subang belum menampakan perkembangan yang optimal, seperti jumlah jalan hotmix walaupun terdapat peningkatan sebesar 12,97% dibanding tahun lalu, namun panjang jalannya baru mencapai 20,18% dari seluruh panjang kabupaten.

Kemudian pada tahun 2006 ini sebagian besar panjang jalan kabupaten yang rusak walaupun terjadi penurunan sebesar 2,8% dibanding tahun lalu, namun apabila dibandingkan dengan seluruh panjang jalan kabupaten kerusakan jalan mencapai 48,58 %. Bahkan kondisi jalan yang baik pada tahun 2006 ini kondisinya meningkat sebesar 5.11 % atau menjadi hanya 21,46% dari seluruh panjang jalan kabupaten.

Tabel 39Perkembangan Penyediaan Sarana Dan Prasarana Umum

Di Kabupaten SubangN0 Uraian Keadaan

Tahun 2004Keadaan

Tahun 2005Keadaan

Tahun 2006 Ket 1 2 3 4 5 6

1. Jalan a. Panjang Jalan - Negara- Provinsi- Kabupaten- Jalan Desab. Keadaan Permukaan Jalan:- Beton- Beraspal Hotmix- Beraspal Biasa- Kerikil- Berbatu- Tanahc. Keadaan jalan- Baik- Sedang- Rusak- Rusak Beratd.Panjang Trotoar Jalan

57.42 Km134.123 Km1.054.5 Km

-124.22799.72100.35

33,10 Km

358.06 km343.73 km543.46 km

15.175 km

57,42 km134,123 km1.054,5 km

-188,33 km735,72 km100,35 km

30,1 km

215,25 km312,00 km527,25 km

15.175 km

57,42 km146,97 km

1.054,50 km

3.028 km212,76 km709,562 km99,05 km

30,10 km

226,25 km316,00 km512,25 km

15,175 km

73

Page 34: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

2 Jembatan : a. Jumlah jembatan Kabupaten : b. Kondisi Jembatan : - Baik : - Sedang : - Rusak : - Rusak Berat :

288 Buah

288 buah

288 buah

288 buah

292 buah

292 buah

3 PJU- Jml Titik PJU- Rata2 Kapasitas terpasang (W)- Jml Desa yg mendapat PJU

1.859284140

2.066250200

2.330250251

4 Pengairana. Jml Sungaib. Jml Situ : Kondisi Situ : - Baik : - Sedang : - Rusak : - Rusak Beratd. Jml Bendung :e. Panjang Saluran Indukf. Panjang Saluran Sekunderg. Panjang Saluran Tertierh Jml kebutuhan air irigasi/tahuni.Jml ketersediaan air irigas/tahun

5 Buah34 Buah

58 Buah67 km

466,01 km6.480,12 km2.388 juta m3

± 6.000 juta m3

5 buah34 buah

-9 buah12 buah13 buah 58 buah67 km

466,01 km6.480,12 km2.388 juta m3

± 6.000 juta m3

5 buah34 buah

-9 buah

10 buah15 buah60 buah68 km

466,50 km6.500 km

2.388 juta m3

± 5.900 juta m3

74

Page 35: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

1 2 3 4 5 65 Persampahan

Volume sampah/hari:Kapasitas angkut /hariJml TPAKapasitas tampung TPAJml TPSKapasitas Tampung /TPSJml Truk angkutan SampahJml Grobak sampahJml BuldozerInstalasi Pengolah Limbah

± 165 M³2 rit2

350 M ³/H17

12 M³/H20

10021

± 165 M³2 rit2

350 M ³/H15

12 M³/H20

16021

240 M³/h2 rit2

500 M³/h19

12 M³/h20

21011

6. Taman Kota 36 buah 36 buah 36 buahSumber : Dinas PU Kab.Subang 2007

B. PengairanPembangunan sub bidang pengairan pada bidang pekerjaan umum, diarahkan

kepada upaya peningkatan pelayanan akan kebutuhan pengairan irigasi untuk kepentingan pertanian

Manajemen sistim jaringan irigasi di Kabupaten Subang pada saat ini belum terlaksana secara sistematik, diindikasikan oleh sering terjadinya fluktuasi debit air yang terjadi antara musim kering (kemarau) dan musim basah (hujan) yang berimplikasi terhadap area luasan sawah padi. Di sisi lain jaringan irigasi teknis tidak dapat terairi secara terukur dan teratur. Sementara Kabupaten Subang memiliki luasan sawah 84.167Ha yang memerlukan suplai air secara teknis, hal ini memerlukan jaringan irigasi yang memadai.

Apabila memperhatikan jumlah kegiatan sub bidang pengairan nampak jumlahnya cukup banyak dan besaran dananya pun cukup besar, namun kegiatan yang dilakukan belum dapat menyentuh seluruh kompleksitas permasalahan yang dihadapi pada sistem pembangunan pengairan di Kabupaten Subang.

Hal ini selain berkaitan dengan berbagai masalah yang berhubungan dengan irigasi pedesaan, hal-hal lainnya yang harus mendapat perhatian adalah normalisasi beberapa situ penampungan air yang kini tengah mengalami disfungsi sehingga penyedian air irigasi pedesaan sering terjadi kekurangan.

Demikian pula dengan normalisasi saluran induk Tarum Timur yang dari tahun ketahun telah menampakan pendangkalan sehingga debit air yang ditampungnya untuk mengairi sawah di wilayah pantura tidak optimal dan selain itu normalisasi kali pembuang perlu pula mendapat perhatian utama, yang di bagian utara wilayah Kabupaten Subang senantiasa menjadi penyebab kekurangan air dan bencana banjir.

75

Page 36: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Selanjutnya pada pelayanan pengairan khususnya situ tempat penampungan air irigasi tergambarkan dari 34 buah situ sebagian besar yakni 73,53% mengalami kerusakan dan atau tidak berfungsi optimal sebagai sumber air setempat. Dengan demikian pada musim hujan situ tersebut tidak dapat berfungsi optimal untuk mengendalikan banjir dan pada musim kemarau tidak dapat berfungsi sebagai pemasok untuk air irigasi pedesaan.

C. Ciptakarya Tujuan pembangunan keciptakaryaan adalah menyediakan sarana pelayanan

umum yang memadai, baik berupa gedung-gedung kantor pemerintah, sarana olah raga Kabupaten, maupun sarana dan prasarana lingkungan pemukiman seperti jalan lingkungan, drainase, air bersih, penerangan jalan umum dan lain-lain.

Pada tahun 2004 cakupan pelayanan air bersih di Kabupaten Subang baru mencapai 74,06 %, di tahun 2005 mencapai 75,03 %, di tahun 2006 mencapai 76,33 % dan di tahun 2007 mencapai 77 %

Sedangkan untuk pelayanan air minum PDAM sampai tahun 2006 baru mencapai 23.106 rumah tangga dimana dari 22 kecamatan baru 14 yang terlayani dan sisanya belum terlayanai yakni kecamatan : Tanjungsiang, Cijambe, Cibogo, Cipeundeuy, Pabuaran, Cikaum dan Legonkulon. Sedangkan untuk sarana listrik masih terdapat 5 kecamatan yang presentase jumlah konsumen kurang dari 50 %. Kecamatan tersebut secara berurutan adalah Ciasem, Cikaum, Blanakan, Cipunagara, dan yang terkecil persentasenya adalah Kecamatan Legonkulon (25,81%).

D. KebersihanProgram pelayanan kebersihan, diarahkan pada upaya peningkatan kualitas dan

kuantitas pelayanan kebersihan, yakni dengan menambah jumlah dump truck, gerobak sampah, Bin Dorong Sampah, perbaikan dan pengadaan kontainer, penambahan jumlah mesin rumput serta kegiatan pengelolaan daur ulang sampah.

Selain dari itu program ini dilaksanakan untuk meningkatkan keindahan dan kenyamanan kota, dengan pemeliharaan bangunan dan Taman Kota, pemeliharaan lampu taman, dan pemeliharaan Tugu Batas Kabupaten. Kegiatan yang penting lainnya adalah pemeliharaan dan peningkatan kemampuan penanganan sampah di TPA, selain kegiatan rehabilitasi TPS dan Transfer Depo agar tetap dapat berfungsi secara optimal.

76

Page 37: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

2. Analisa Kondisi Sarana dan Prasarana Umum Dari kondisi di atas, maka analisa yang dapat disajikan adalah sebagai berikut :Analisa Kekuatan:1) Komitemen yang tinggi stakeholder di Kabupaten Subang terhadap

penanganan Infrastruktur wilayah2) Dukungan anggaran yang selalu meningkat dan menjadi prioritas utama dalam

pembangunan

Analisa kelemahan :1). Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap sarana prasarana insfrastruktur

yang ada sebagai contoh para pengguna jalan yang tidak mengindahkan batasan maksimum beban jalan, demikian juga terhadap sarana irigasi yang kurang terpelihara.

2). Kondisi tanah yang labil terutama di daerah pantura menyebabkan jalan yang ada mudah mengalami kerusakan

3). Pengelolaan Infrastruktur sebagian besar dilakukan oleh Pemerintah yang kemampuan pendanaannya masih terbatas. Dana Pemerintah untuk pengelolaan infrastruktur masih jauh lebih rendah dari yang dibutuhkan. Dengan dana yang sangat terbatas tersebut, secara umum pemerintah hanya dapat melakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan terhadap infrastruktur yang ada. Sedangkan kegiatan pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi infrastruktur yang membutuhkan dana relatif besar seringkali tertunda bahkan tidak dapat terlaksana.

4). Belum optimalnya strategi penanganan permasalahan infrastruktur dikaitkan dengan sumber dana yang terbatas.

5). Tingginya endapan Lumpur di saluran irigasi, kali pembuang dan di muara.6). Cakupan pelayanan air bersih di Kabupaten Subang baru mencapai 77 % ,

sedangkan untuk pelayanan air minum PDAM sampai tahun 2005-6 baru mencapai 23.106 rumah tangga dimana dari 22 kecamatan baru 14 yang terlayani dan sisanya belum terlayaninya yakni kecamatan : Tanjungsiang, Cijambe, Cibogo, Cipeundeuy, Pabuaran, Cikaum dan Legonkulon. Sedangkan untuk sarana listrik masih terdapat 5 kecamatan yang presentase jumlah konsumen kurang dari 50 %. Kecamatan tersebut secara berurutan adalah Ciasem, Cikaum, Blanakan, Cipunagara, dan yang terkecil persentasenya adalah Kecamatan Legonkulon (25,81%).

77

Page 38: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

7). Sarana penampungan sampah yang tersedia, kurang memadai dan tidak seimbang dengan luas wilayah pelayanan dan volume sampah yang harus ditampung.

8). Masih rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam memelihara kebersihan dan keindahan Kota.

9). Ketersediaan infrastruktur pada zona industri dan pariwisata sangat kurangAnalisa Peluang:1) Adanya alternatif berbagai macam teknologi dalam penanganan jalan 2) Adanya rencana pembangunan infrastruktur Jalan tol3) Adanya Kebijakan baru dalan penanganan irigasi melalui PKPI

Analisa Ancaman:Masih adanya daerah yang potensial rawan bencana

78

Page 39: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

2.5. KONDISI DAN ANALISA KONDISI PEMERINTAHAN

1. Kondisi Pemerintahan A. Pelayanan Hukum

Pembangunan sektor hukum merupakan salah satu pilar pembangunan, sebagai wahana pembentukan insan sadar hukum di Kabupaten Subang. Pembangunan sektor hukum dilakukan melalui strategi penegakan supremasi hukum demi terjaminnya kepastian hukum bagi seluruh pelaku pembangunan. Pencapaian tujuan dan sasaran pada sektor hukum sering kali dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang antara lain adalah sebagai berikut: 1) Masih kurangnya sosialisasi kepada masyarakat terhadap berbagai

produk hukum baik yang diterbitkan Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi Jawa Barat maupun Pemerintah Kabupaten Subang;

2) Karena menyangkut perilaku budaya, maka penegakan supremasi hukum memerlukan terobosan yang efektif dalam pencapaiannya.

B. Penyelenggaraan Pengawasan

Dalam pelaksanaan pengawasan, Pemerintah Kabupaten Subang sering kali dihadapkan pada bebagai permasalahan yang mengakibatkan tidak / kurang berfungsinya peran pengawasan dalam pelaksanaannya. Adapun permasalahan-permasalahan di maksud antara lain tidak seimbangnya antara obyek pemeriksaan dengan Jumlah Auditor

C. Pemerintahan Desa.Upaya pemerintah daerah dalam memotivasi penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai ujung tombak pemerintah di desa masih dirasakan belum optimal, hal tersebut diantaranya adalah :a. Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan Desa belum optimal,

dalam arti belum tertib dan teratur.b. Penggantian aparat desa sering menimbulkan kurang sinambungnya

kegiatan Pemerintahan Desa

79

Page 40: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

D. Pengelolaan Pendapatan Daerah.

Berbagai arah kebijakan pengelolaan pendapatan daerah yang dilaksanakan selama ini secara umum telah mencapai sasaran yang diinginkan, namun demikian dalam pelaksanaannya masih ditemui berbagai permasalahan, antara lain :

1). Dalam kaitannya dengan pemungutan PBB, Wajib Pajak yang ketetapan pajaknya besar masih kurang sadar dalam pembayaran, sehingga terjadi penunggakan. Kemudian sampai saat ini masih terjadi adanya permasalahan yang bersifat administratif antara lain kepemilikan ganda, salah nama, salah luas, nama tidak dikenal, tidak ada obyeknya dan lain-lain.

2). Pemungutan pajak sarang burung walet belum optimal akibat potensi yang sebenarnya belum dapat diketahui, mengingat para pemilik atau wajib pajak banyak yang berdomisili diluar tempat usahanya, bahkan diluar wilayah Kabupaten Subang sehingga terdapat kesulitan dalam penetapan pajak terhutang dan pemungutannya,

3). Terjadinya prediksi perhitungan awal, kebangkrutan pengusaha, dan masih adanya wajib pajak yang kurang sadar dalam kewajibannya,

4). Setiap tahun selalu terdapat perubahan data objek dan subjek pajak daerah dan terdapat objek dan subjek pajak daerah baru yang perlu didata dan didaftarkan.

5). Masih kurangnya koordinasi dengan Pemerintah Pusat maupun propinsi berkaitan dengan penerimaan perimbangan maupun bagi hasil dari Pemerintah yang lebih tinggi, sehingga sulit dalam merencanakan pendapatan

E. Kepegawaian

Pelaksanaan Pembangunan bidang Aparatur selama ini terus di tingkatkan hal ini tidak lain guna menciptakan aparatur yang responsif, bersih dan berwibawa dalam rangka meningkatkan profesionalisme aparatur. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan bidang aparatur sampai saat ini masih sering kali dihadapkan dengan beberapa permasalahan yang antara lain :

80

Page 41: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

1). Budaya dan etos kerja pegawai yang belum mendukung profesionalisme kerja

2). Pegawai masih berorientasi pada status, bukan prestasi

3). Kualitas pegawai masih kurang optimal, tidak berbanding lurus dengan tingginya kuantitas

4). Pelaksanaan desentralisasi manajemen kepegawaian masih terus berubah – ubah

5). Perubahan paradigma / orientasi jabatan dari orientasi jabatan struktural kepada orientasi jabatan fungsional belum dapat dilaksanakan sepenuhnya

F. Statistik

Permasalahan penyajian data yang masih harus di perbaiki adalah ketersediaan data terkini sedangkan sementara ini data yang tersaji bukan data tahun berjalan.

G. Perencanaan Pembangunan

Ketidak seimbangan antara kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya daerah mengharuskan Perencanaan menjadi fiter yang efektif dalam pengalokasian prioritas pembangunan, serta mampu menjawab tantangan dan hambatan yang sangat kompleks. Untuk itu aspek akuntabilitas, tranparansi, wawasan ke depan, profesionalisme dan tanggap terhadap perkembangan zaman menjadi hal yang tidak bisa di hindari sebagai jawaban atas tuntutan tersebut demi percepatan kesejahteraan masyarakat.

H. Perhubungan

Dengan semakin berkembangnya kehidupan perekonomian masyarakat maka permasalahan pelayanan perhubungan yang harus diantisipasi adalah kemacetan dan sistem pelayanan transportasi termasuk didalamnya terminal, trayek angkutan rambu-rambu, marka jalan dan permasalahan lainnya.

I. Kependudukan dan Casip

Permasalahan utama bidang kependudukan dan Casip adalah masih rendahnya tingkat kepemilikan akta-akta catatan sipil terutama akta kelahiran. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman akan pentingnya akta tersebut.

81

Page 42: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Selain itu permasalahan utama lainnya adalah belum optimalnya sistem pendataan kependudukan yang integral dan komprehensif, sehingga identitas penduduk belum bersifat tunggal dipergunakan untuk berbagai kepentingan.

J. Sosial

Berbagai program dan kegiatan dalam rangka pembangunan dibidang kesejahteraan sosial di Kabupaten Subang telah menunjukan perkembangan yang cukup mengembirakan hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya baik frekwensi maupun penyebaran kegiatan penanganan permasalahan kesejahteraan sosial.

Namun demikian pada pelaksanaannya masih terdapat beberapa permasalahan yang patut segera diselesaikan antara lain :a. Makin meningkatnya kualitas dan kuantitas permasalahan Kesejahteraan Sosial

yang ada di masyarakatb. Partisipasi sosial masyarakat dalam pembangunan kesejahteraan sosial

khususnya di pilar-pilar kesejahteraan sosial belum memadai c. Koordinasi lintas sektoral pelaksanaan kegiatan pembangunan kesejahteraan

sosial cenderung masih lemah menyebabkan kegiatan yang dilaksanakan kurang terpadu, sehingga keberhasilan jangka panjang sulit tercapai

K. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam negeri

Pembangunan demokrasi menjadi tuntuan yang perlu disikapi Pemerintah secara serius dengan tetap menjaga kestabilan keamanan dan ketentraman daerah. Namun demikian hal yang masih menjadi permasalahan diantaranya:

a. Belum optimalnya pembangunan demokrasi dan pendidikan politik di masyarakat.

b. Belum optimalnya pembangunan wawasan kebangsaan di masyarakat

L. Pemberdayaan Masyarakat Desa

Upaya pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat desa sangat intensif dilakukan, mengingat bahwa pembangunan yang dilaksanakan harus dapat dirasakan masyarakat secara luas dengan mendorong dan memotivasi masyarakat untuk andil dalam pembangunan. Namun demikian permasalahan yang masih dirasakan adalah :

82

Page 43: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

- Belum optimal dan belum proposionalnya peran lembaga-lembaga desa sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsinya

- Masih lemahnya masyarakat dalam menentukan usulan prioritas pembangunan desa/kelurahan

M. Kearsipan

Peran arsip dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan sangatlah penting, karena arsip berfungsi sebagai sumber informasi yang dipergunakan baik secara langsung atau tidak langsung dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan, penelitian, evaluasi dan pengembangan penyelenggaraan pemerintahan serta pertanggungjawaban penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya. Namun yang masih menjadi kendala terhadap pelayanan tersebut adalah :

- Kurangnya pemahaman aparatur yang menyebabkan rendahnya kesadaran akan pentingnya arsip

- Kualitas dan Kuantitas SDM kearsipan di setiap SKPD masih rendah

- Belum optimalnya pelayanan yang memanfaatkan teknologi informasi kearsipan

- Sarana Prasarana kearsipan belum memadai

N. Komunikasi dan Informatika

Pada era globalisasi dan era reformasi sekarang ini, informasi dan komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka mensosialisikan bebagai perkembangan hasil pembangun yang telah dilaksanakan.

Namun demikian didalam melaksanakan fungsi dibidang informasi dan komunikasi, sering kali mengalami berbagai permasalahan, yang mengakibatkan kurang optimalnya fungsi informasi dan komunikasi itu sendiri. Adapun permasalahan - permasalahan yang dimaksud antara lain :

1) Tingkat kemampuan dan keterampilan SDM dibidang informasi dan komunikasi belum memadai

2) Kesiapan masyarakat dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi masih rendah

3) Pemanfaatan sarana dan prasarana informasi dan komunikasi belum optimal

83

Page 44: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

4) Kemitraan stakeholder pendukung pembangunan Kabupaten Subang belum tergalang secara optimal

5) Belum optimalnya informasi daerah melalui internet

2. Analisa Kondisi Pemerintahan Dari kondisi di atas, maka analisa yang dapat disajikan adalah sebagai berikut :

Analisa Kekuatan :

1. Komitmen Pemerintah daerah dan DPRD untuk menuju Good Governance dan Clean Government

2. Adanya kontrol sosial dari semua stakeholder terhadap pelaksanan pemerintahan

3. Penguatan regulasi yang berorientasi kepada pelayanan masyarakat

Analisa kelemahan :

1. Masih sulitnya mengimplementasikan peraturan perundang-undangan yang sering mengalami perubahan

2. Belum seimbangnya kuantitas dan kualitas SDM dengan beban kerja yang semakin menuntut kualitas pelayanan.

3. Masih terbatasnya sarana pendukung pelayanan pemerintahan

4. Masih terbatasnya sumber pendapatan daerah

5. Sistem reward and Punishment yang belum optimal dalam meningkatkan motivasi kerja

Analisa Peluang:

1. Pembenahan berbagai regulasi terhadap sistem pelaksanaan pelayanan pemerintahan di daerah

2. Komitmen Pemerintah Pusat dan Propinsi agar Pemerintah Kabupaten dan DPRD 84

Page 45: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

menuju Good Governance dan Clean Government

Analisa Ancaman:

Kebebasan demokrasi yang kurang proporsional

2.6. KONDISI DAN ANALISA KONDISI LINGKUNGAN HIDUP

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Subang masih mengandalkan sektor primer, hal ini ditandai dengan kontribusi terbesar terletak pada sektor pertanian, industri dan perdagangan, hotel dan restauran. Untuk itu pemanfaatan Sumber Daya Alam(SDA) tersebut hendaknya disesuaikan dengan daya dukung lingkungan mengingat SDA sifatnya terbatas, sehingga rasionalisasi pemanfaatan SDA akan menjamin kelangsungan pembangunan yang berkelanjutan.

A. Kondisi Air

1). Sumber Daya Air Permukaan

Sumber daya air ini dapat diambil dari 4 Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Cipunagara, DAS Cilamaya, DAS Ciasem dan DAS Cigadung yang beranak sungai sebanyak 158 buah dengan jumlah panjang 847,88 km. Air sungai yang berfungsi sebanyak 25 buah dengan Saluran Induk Tarum Timur yang disuplai dari Bendung Pompa Curug sampai dengan bendung Salam Darma sepanjang 67,829 km .

Adapun debit rata-rata 102,02 m3/dt terdiri dari debit sungai 47,50 m3/dt dan dari Saluran Tarum Timur 54,52 m3/dt.

Sistem Irigasi di Kabupaten Subang merupakan bagian Sistem Irigasi Jatiluhur, secara garis besar mempunyai 2 (dua) Sumber air yaitu : bersumber air dari waduk Jatiluhur atau Ir. H. Juanda dan bersumber air setempat.

Beberapa fasilitas Jaringan Irigasi di Kabupaten Subang diantaranya adalah:1. Bangunan Utama sebanyak 30 buah2. Bangunan pada Saluran Pembawa sebanyak 1076 buah3. Bangunan pada Saluran Pembuang sebanyak 238 buah4. Bangunan pada Saluran Suplesi sebanyak 6 buah5. Jumlah Saluran

85

Page 46: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

a. Pembawa : 507,32 Kmb. Primer : 40,41 Kmc. Sekunder : 466,91 Kmd. Pembuang : 290,89 Kme. Suplesi : 7,660 Kmf. Gendong : 8,29 Km

6. Jalan Inspeksi sepanjang 42,24 Km7. Tanggul Penutup sepanjang 78,70 Km8. Bangunan Pengukur Debit sebanyak 773 buah9. Tersier belum dikembangkan

a. Jumlah bangunan : 45 Buahb. Saluran : 692,050 Km

10.Tersier sudah dikembangkan sebanyak 28.230 buah sepanjang 6.480,12 Km

2). Sumber Daya Air Bawah Tanah

Potensi sumber air juga dapat menunjang keberhasilan pembangunan, meskipun keadaanya sangat tergantung kepada faktor iklim, geologi, morfologi, vegetasi dan tata guna lahan.

Pemanfaatan sumber air tanah ini pada umumnya banyak dimanfaatkan pada daerah tertentu yaitu daerah yang ada industri dengan mengandalkan sumber air tanah sebagai satu-satunya sumber air alternatif, adapun daerah tersebut antara lain wilayah Pabuaran Cipeundeuy dan Patokbeusi.Adapun Potensi air bawah tanah di kabupaten subang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 40. Lokasi Potensi Air Bawah TanahNo Lokasi Jenis Potensi M31

2

Cekungan Ciater

Cekungan Ranggawulung

Air Tanah dangkalAir Tanah DalamAir Permukaan

Air Tanah dangkalAir Tanah dalam

+ 1,7 Milyar+ 4 Milyar

+ 1,5 Milyar+ 1,5 Milyar+ 3 Milyar

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi 2007

B. Kondisi Udara

86

Page 47: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Udara merupakan sumber alam yang memiliki peran vital didalam kelangsungan kehidupan termasuk jalannya proses pembangunan di segala bidang, mengingat komponen yang terkandung didalam udara seperti oksigen dan karbondioksida secara alamiah berperan dalam proses metabolisme dan sintesa energi. Maka dengan peran yang mendasar itulah dimana kualitas udara perlu dijaga kelangsungan ketersediaannya, karena sumber daya udara mempunyai fungsi ekologi dan sosial.

Kegiatan pembangunan yang telah dilaksanakan banyak berdampak terhadap kualitas udara, terutama dari aktivitas industri dan transportasi yang memproduksi emisi berupa senyawa gas oksida dari karbon, nitrogen dan sulfur.

Hal lain yang dapat menyebabkan terjadinya polusi terhadap kualitas yaitu penggunaan timbal untuk menaikan bilangan senyawa oktan pada BBM telah memberikan kontribusi polutan udara berupa timbal oksida yang berbentuk dari hasil proses pembakaran pada ruang bakar kendaraan bermotor. Untuk Kabupaten Subang pencemaran udara disebabkan oleh :

1. Beban pencemaran udara dari sumber transportasi2. Beban pencemaran udara dari sawah3. Pengemisian gas CH4 dan gas NH3 dari peternakan4. Beban pencemaran udara dari sumber domestik.

Kondisi pencemaran tersebut harus menjadi perhatian agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi kelangsungan mahluk hidup. Pengukuran kualitas udara di Kabupaten Subang dilakukan secara sampel di tempat-tempat yang mengandung resiko pencemaran seperti Pasar Inpres Pamanukan, Pasar Inpres Subang, Ciater, Terminal Jalancagak, Pasar Kalijati, Pasar Cipeundeuy, PAM Sukarahayu, Pabrik Gula Rajawali. Dari hasil pengujian tersebut menunjukan bahwa kondisi tempat-tempat tersebut masih berada di bawah baku mutu yang telah ditetapkan dimana ambang batasnya untuk kandungan Sulfur Oksida (SO2) sebesar 260 g/m3, kandungan Karbon Monoksida (CO) sebesar 2260 g/m3 dan kandungan Oksida Nitrogen (NOx) sebesar 92,5 g/m3.

C. Kondisi Hutan

87

Page 48: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Berdasarkan fungsinya hutan memiliki fungsi ekologi dan fungsi ekonomi. Sebagai fungsi ekologi hutan menghisap udara karbon (CO2) dari udara dan mengembalikan oksigen (O2) bersih pada manusia disamping berfungsi sebagai pengatur tata air. Sedangkan sebagai fungsi ekonomi, huta memiliki nilai manfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia, yaitu berupa hasil hutan baik kayu maupun non kayu.

Keberadaan hutan di Kabupaten Subang telah mengalami degradasi baik fungsi maupun luasannya, salah satu dampaknya adalah terjadinya lahan kritis. Luas lahan kritis di Kabupaten Subang berdasarkan data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan pada tahun 2005 seluas 10.697,3 Ha, tahun 2006 seluas 9.702.3 Ha dan pada tahun 2007 menjadi 7.072,3 ha.

Terjadinya lahan kritis tersebut pada umumnya disebabkan oleh pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air dan akibat yang sering timbul adanya tanah longsor di daerah pegunungan dan banjir di daerah dataran atau hilir.

Upaya Pemerintah Daerah dalam penanganan lahan kritis dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan, salah satunya adalah pengembangan hutan rakyat, dimana sampai dengan tahun 2007, sudah mencapai luasan 13.505 Ha atau meningkat sebesar 24.41 % dibanding tahun 2006.

Selain hutan rakyat, Kabupaten Subang juga memiliki hutan negara yang dikelola oleh Perum Perhutani melalui KPH Bandung Utara (KBKPH Cisalak) dan KPH Purwakarta (KBKPH Tambakan, KBKPH Subang, KBKPH Kalijati, dan KBKPH Pamanukan) yaitu seluas 29.549,85 ha yang terdiri dari hutan produksi seluas 21.858,15 ha dan hutan lindung seluas 7.691,7 ha.

Dengan demikian luas hutan di keseluruhan mencapai 40.409,4 Ha atau 20,03 % dari seluruh wilayah Kabupaten Subang. Dikaitkan dengan kebijakan Pemerintah Propinsi Jawa Barat bahwa luas kawasan lindung yang merupakan kawasan hutan harus dicapai pada setiap kabupaten adalah 27%, oleh karena itu Kabupaten Subang masih memerlukan kawasan lindung sebesar 6,97 % atau seluas 14.064,48 Ha.

Luas Hutan, fungsinya dan pengelolaannya di Kabupaten Subang akan terus diupayakan meningkat, dan berperan sebagai sumber daya yang memiliki kontribusi terhadap aspek perekonomian Kabupaten Subang, walaupun saat ini belum berarti untuk PDRB Kabupaten Subang. Namun ada nilai manfaat hutan yang sangat penting dan tak ternilai yaitu berperan pada bidang jasa non

88

Page 49: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

ekonomi, seperti untuk mengatur tata air, perlindungan hutan, pencegah erosi dan banjir, pemelihara kesuburan tanah, sumber plasma nutfah, pengatur iklim mikro, pariwisata alam dan produsen oksigen.

2. Analisa Kondisi Lingkungan Hidup Dari kondisi di atas, maka analisa yang dapat disajikan adalah sebagai berikut :Analisa Kekuatan :1. Komitmen yang tinggi semua stakehoder untuk menjaga kelestarian lingkungan

demi keberlanjutan tujuan pembangunan yang diharapkan 2. Kondisi lingkungan di Kabupaten Subang secara umum relatif baik dilihat dari

kondisi udara, ketersediaan air dan kondisi hutan

Analisa kelemahan :1 Masih terjadinya pencemaran perairan, abrasi pantai dan sedimentasi muara

sungai2 Masih terjadinya penurunan kualitas hutan mangrove;3 Masih terjadinya banjir / erosi pada setiap tahunnya;

Analisa Peluang:1. Merupakan isu global bahwa kualitas lingkungan harus dipelihara dan

ditingkatkan 2. Adanya teknologi alternatif yang ramah lingkungan

Analisa Ancaman:1. Pertambahan penduduk yang cenderung menggeser pola penggunaan lahan.

Pola penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah penataan ruang dapat menimbulkan masalah seperti terbentuknya lahan kritis, hilangnya lahan pertanian yang subur dan terjadinya pencemaran tanah

2. Demikian pula pesatnya pertumbuhan industri dan peningkatan jumlah penduduk berakibat pada meningkatnya penggunaan air, baik air tanah maupun air permukaan. Kebutuhan air irigasi untuk budi daya pertanian, keperluan rumah tangga dan industri setiap tahun terus meningkat. Hal ini merupakan ancaman bagi ketersediaan debit maupun kualitas air. Kekritisan Sumber Daya Air sudah dirasakan beberapa tahun belakangan ini, apalagi pada musim kemarau yang cukup panjang.

89

Page 50: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

BAB IIIVISI DAN MISI

3.1. DASAR PENENTUAN VISI SUBANG

Bergulirnya Undang – undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional membawa konsekuensi perubahan terhadap mekanisme perencanaan pembangunan daerah menjadi lebih sistematik, terpadu dan komprehensif dengan mengharuskan keterlibatan semua komponen masyarakat dalam setiap tahapan proses perencanaan termasuk dalam menentukan Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang memuat Visi, Misi dan Arah Pembangunan Dua puluh Tahun ke depan. Visi tersebut merupakan cara pandang jauh kedepan/cita-cita yang ingin dicapai masyarakat sesuai dengan potensi dan permasalahan yang dimiliki dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Penetapan Visi tersebut didasari suatu pengkajian terhadap potensi, permasalahan, hambatan dan tantangan yang akan dihadapi 20 tahun ke depan dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki serta melalui hasil kesepakatan stakeholder di Kabupaten Subang, maka Rancangan Visi Kabupaten Subang Tahun 2005-2025 diformulasikan dengan dasar sebagai berikut :

A. Analisa Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dari Kondisi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi (Periode 1993-2006) sebagaimana diuraikan dalam Bab II

B. Analisa Kontribusi LPE dari Kondisi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi (Periode 1993 - 2006)

90

Page 51: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

C. Analisa Growth dan Share dari Kondisi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi (Periode 1993 - 2006)

Adapun uraianya masing – masing sebagai berikut :

Analisa Kontribusi LPE dari Kondisi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi (Periode 1993 - 2006)

Pembangunan ekonomi di Kabupaten Subang sesungguhnya berada pada jalur yang diharapkan (On The Track) terbukti bahwa pada puncak Krisis ekonomi di tahun 1997 dan 1998 LPE Kabupaten Subang (-7.7%) jauh di atas LPE Propinsi yang terpuruk hingga -17.7 %. Hal ini dapat tergambar bahwa ada 3 sektor terbesar dan cukup tegar terhadap krisis ekonomi yakni Pertanian (Agrobusines), Industri Pengolahan (Industri) serta Hotel dan Restauran (Pariwisata).

Tabel 41. Kontribusi 3 sektor terbesar terhadap LPE di Kabupaten Subang

TAHUN PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN

HOTEL DAN RESTAURAN

1993 41.19 % 8.01 % 5.72 %

1994 41.46 % 7.94 % 5.85 %

1995 41.19 % 7.82 % 5.77 %

1996 40.56 % 7.67 % 5.71 %

1997 39.46 % 7.24 % 5.92 %

1998 39.41 % 7.34 % 5.91 %

1999 41.88 % 5.63 % 6.23 %

2000 42.04 % 5.30 % 6.20 %

2001 41.47 % 5.24 % 5.98 %

2002 40.02 % 5.12 % 6.08 %

2003 39.13 % 4.97 % 5.90 %

2004 38.01 % 4.82 % 5.85 %

2005 34,01 % 13,67 % 6,61 %

2006 32.48 % 14.05 % 6.94 %Sumber Data : BPS Kab. Subang

Selain itu ketiga sektor memiliki keunggulan sbb :91

Page 52: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Agribisnis Agribisnis merupakan aktivitas ekonomi yang berbasis pada sumber daya lokal,

sehingga akan membuka peluang untuk berkembangnya sektor riil yang mempunyai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dalam konteks nasional, regional atau global.

Agribisnis merupakan kegiatan ekonomi yang berbasis pada sumber daya hayati yang dapat diperbaharui (renewable resources). Oleh karena itu diperlukan suatu aktivitas ekonomi yang berbasis pada penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui.

Agribisnis merupakan kegiatan ekonomi yang melibatkan aktivitas ekonomi masyarakat mayoritas. Pembangunan ekonomi daerah otonom adalah pembangunan yang dilakukan oleh dan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat setempat. Oleh karena itu pembangunan ekonomi di daerah otonom memerlukan keterlibatan mayoritas masyarakat lokal.

Agribisnis sebagai sektor ekonomi yang memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang meliputi pangan, serat dan papan. Produk-produk tersebut merupakan kebutuhan dasar yang tidak akan pernah berkurang sejalan dengan perkembangan penduduk.

Agribisnis merupakan fondasi perkembangan ekonomi. Banyak negara yang perekonomiannya berkembang menjadi negara maju diawali dengan perkembangan sektor pertanian yang tangguh.

Industri

Sektor Industri sangat berdampak pada penanggulangan pengangguran dan kemiskinan karena memberi kesempatan peluang kerja bagi penduduk di Kabupaten Subang

Adanya peluang zona industri akan lebih termanfaatkan dengan rencana pembangunan jalan tol di Kabupaten Subang

Kecenderungan tingginya nilai produksi UKM di Kabupaten Subang sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 42 Perkembangan nilai produksi UKM di Kabupaten Subang

Tahun 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999

Nilai Produksi 6,07 M 15,9 M 18,0 M 18.1 M 21,9 M 36,0 M 39,8 M

Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Nilai Produksi 40,2 M 42,3 M 45,3 M 56,6 M 62,7 M 62,9 M 63,8 M92

Page 53: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Sumber Data : BPS Kab. Subang

Pariwisata

Banyaknya potensi wisata alam yang memberikan peluang untuk di kembangkan

Relatif banyaknya kunjungan wisatawan Nusantara dan Wisatawan Nasional ke Kabupaten Subang sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 43 Perkembangan wisatawan di Kabupaten Subang

Tahun 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000

Wisnu 804.025 1.206.184 1.737.987 1.806.738 1.893.235 1.298.697 1.888.388 2.663.213

Wisman 85.851 85.856 92.759 102.373 72.480 34.399 67.331 34.078

Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Wisnu 2.808.248 3.171.040 3,704.521 3.622.299 3.795.579 4.661.193 5.119.741

Wisman 36.529 37.374 37.070 42.946 48.453 57.839 58.406Sumber Data : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Subang

Analisa Growth dan Share dari Kondisi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi (Periode 1993 -2006)

KEGIATAN UTAMA (CORE BUSINES) YANG TERPILIH :1) PERDAGANGAN STABIL

93

ANALISIS GROWTH AND SHARE

BANGUNAN DAN KONTRUKSI

KONDISI RENDAH

PERDAGANGANINDUSTRI PENGOLAHANHOTEL DAN RESTAURAN

KONDISI STABIL

PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIHPENGANGKUTAN DAN

KOMUNIKASIKEUANGAN DAN JASA

PERUSAHAAN

KONDISI POTENSIAL

PERTANIAN

KONDISI MENURUN

SHARE

GROWTH

Page 54: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Sektor ini memiliki pertumbuhan dan kontribusi di atas rata-rata, hal ini disebabkan dalam kondisi krisis moneter ternyata usaha yang paling mudah dan menguntungkan adalah perdagangan baik pedagang besar maupun eceran, yang ditunjukan dengan makin banyaknya toko modern, toko, kios, warung. Hal ini tentu saja menjadi peluang manakala sektor pertanian dapat memanfatkannya secara optimal. Misalnya bahwa hasil pertanian Subang dapat tersaji bukan hanya di pasar tradisional tetapi di toko-toko swalayan, sehingga meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk itu sendiri. Dengan demikian perdagangan dan sektor pertanian menjadi kekuatan yang tidak dapat terpisahkan dan saling menunjang.

2) HOTEL DAN RESTAURAN STABILPeningkatan Sektor ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan yang meningkat walaupun sempat menurun pada saat krisis tetapi meningkat kembali secara signifikan setelah krisis terjadi. Selain itu sektor ini sangat ditunjang oleh potensi alam dan budaya di Kabupaten Subang yang cukup potensial untuk dikembangkan

3). INDUSTRI PENGOLAHAN STABILHal yang menyebabkan industri pengolahan berada pada kwadran stabil adalah karena IKM memiliki kontribusi yang selalu meningkat

4). PERTANIAN DALAM ARTI LUAS MENURUN Hal Ini disebabkan sektor ini mengalami kejenuhan akibat nilai tambah dan daya saing yang kurang tetapi memiliki kontribusi terbesar dalam pertumbuhan perekonomian daerah, sehingga tetap harus dipertahankan dan ditingkatkan

Dengan demikian berdasarkan pendekatan ekonomi dan analisis growth & share, maka dapat disimpulkan bahwa Agribisnis, Industri dan Pariwisata menjadi core business terpilih dalam Visi Kabupaten Subang, sedangkan perdagangan menjadi ujung tombak dalam memasarkan dari ketiga core busines (kegiatan utama) tersebut.

94

Page 55: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Gbr 4. Formulasi Visi dari kedua analisa

3.2. VISI

“Terwujudnya Kabupaten Subang sebagai Daerah Agribisnis, Pariwisata, Industri yang Berwawasan Lingkungan dan Religius serta Berbudaya melalui Pembangunan berbasis Gotong Royong Pada Tahun 2025”

A. COREBUSINESS (KEGIATAN UTAMA) YANG TERTUANG DALAM VISI

1) Daerah Agribisnis : Suatu daerah yang sistem manajemen pertanian dalam arti luas (Tanaman Pangan, Kelautan dan Perikanan, Peternakan, Perkebunan serta Kehutanan) berorientasi kepada bagaimana agar produk tersebut memiliki daya saing/daya tarik di pasar melalui serangkaian kegiatan usaha tani, produksi, pengolahan pasca panen

Hasil Analisis Kontribusi

Terhadap LPE

PERTANIAN (AGB)

INDUSTRI

PENGOLAHAN

PARIWISATA

Hasil Analisis Growth dan Share

BERBUDAYA

PERTANIAN (AGB)

INDUSTRI

PENGOLAHAN

PARIWISATA

GOTONG ROYONG

LINGKUNGAN

RELIGIUS

COREBUSINES / KEGIATAN

UTAMA

PRASYARATKEBERHASILAN

VISI

95

Page 56: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

dan pemasaran (On Farm - Off Farm) serta sektor jasa penunjang, sehingga petani memperoleh nilai tambah (add value) dari produk yang dihasilkan.

Pengembangan Agribisnis di daerah otonomi merupakan pendekatan pembangunan ekonomi yang strategis dan efisien, karena mempunyai beberapa ciri sebagai berikut :

Agribisnis merupakan aktivitas ekonomi yang berbasis pada sumber daya lokal, sehingga akan membuka peluang untuk memunculkan sektor ekonomi yang mempunyai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dalam konteks regional, nasional, bahkan global.

Agribisnis merupakan kegiatan ekonomi yang berbasis pada sumber daya hayati yang dapat diperbaharui (renewable resources).

Agribisnis merupakan kegiatan ekonomi yang melibatkan aktivitas ekonomi masyarakat mayoritas. Pembangunan ekonomi daerah otonom adalah pembangunan yang dilakukan oleh dan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat setempat. Oleh karena itu pembangunan ekonomi di daerah otonom memerlukan keterlibatan mayoritas masyarakat lokal.

Agribisnis sebagai sektor ekonomi, memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang meliputi pangan, serat dan papan. Produk-produk tersebut merupakan kebutuhan dasar yang tidak akan pernah berkurang sejalan dengan perkembangan penduduk.

Agribisnis merupakan fondasi perkembangan ekonomi. Banyak negara yang perekonomiannya berkembang menjadi negara maju diawali dengan perkembangan sektor pertanian yang tangguh.

2) Daerah Pariwisata : suatu daerah yang Sumber Daya Alam, Seni dan Budayanya memiliki pesona daya tarik pengunjung untuk menikmati keindahan alam, seni dan budayanya. Agar pesona alam, seni dan budaya tersebut lebih menarik untuk dikunjungi/dinikmati diperlukan suatu sistem manajemen kawasan-kawasan wisata serta pesona seni dan budaya yang berorientasi kepada bagaimana agar produk/komoditi tersebut memiliki daya saing/daya tarik di pasar melalui serangkaian proses (Promosi, pembenahan SDM, perbaikan infrastruktur, dsb) sehingga memperoleh nilai tambah (add value) dari komoditi yang ditawarkan.

3) Daerah Industri : suatu daerah yang memiliki beberapa hasil proses produksi (menghasilkan suatu barang). Agar daerah tersebut dapat menarik

96

Page 57: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

investor dalam menanamkan sahamnya perlu berbagai prasyarat yang harus dilakukan, diantaranya : iklim usaha yang kondusif, jaminan hukum untuk berusaha, infrastruktur yang memadai dsb.

Suatu kriteria yang direkomendasikan UNIDO (suatu badan PBB untuk pengembangan industri) memilah-milah daerah berdasarkan kontribusi sektor industri pada aktivitas perekonomian sebagai berikut :1) Daerah yang masih tradisional (% kontribusi sektor industri terhadap

perekonomian di bawah 10 persen). 2) Daerah transisi (% kontribusi sektor industri terhadap perekonomian 10-

20 persen). 3) Daerah semi industri (% kontribusi sektor industri terhadap perekonomian

20-30 persen)4) Daerah industri (% kontribusi sektor industri terhadap perekonomian 30

persen) (Thee Kian Wee, 1990; H. Suseno T.W., 1997).

B. PRASYARAT KEBERHASILAN VISISelain core busines di atas dalam Visi Subang dituangkan pula prasyarat keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan dalam kurun waktu 20 tahun ke depan dengan penjelasan sebagai berikut : 1) Berwawasan Lingkungan : Pembangunan tersebut haruslah

memperhatikan daya dukung lingkungan mengingat SDA sifatnya terbatas, sehingga rasionalisasi pemanfaatan SDA akan menjamin kelangsungan pembangunan yang berkelanjutan

3) Religius : Pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Subang harus dilandasi dan mampu meningkatkan kualitas kehidupan beragama yang beriman dan bertaqwa.

4) Berbudaya : Pembangunan yang dilaksanakan harus mampu meningkatkan kualitas masyarakat yang berbudaya sebagai prasyarat keberhasilan pembangunan yakni masyarakat yang berpendidikan, sehat, sejahtera, demokratis, dan menjunjung supremasi hukum.

5) Gotong Royong : Sebagaimana paradigma baru pembangunan bahwa penyelenggaraan pembangunan daerah harus melibatkan semua komponen pembangunan (pemerintah, masyarakat dan swasta) baik dalam proses perencanaan maupun pelaksanaan. Keterlibatan tersebut dilakukan untuk

97

Page 58: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

menggalang kebersamaan memecahkan berbagai permasalahan demi terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Konsep Pembangunan yang dilaksanakan harus menumbuhkan ekonomi kerakyatan yang memperhatikan nilai-nilai sosial dan budaya, sehingga pihak pemerintah mampu mendorong dan meningkatkan kemampuan kreativitas serta prakarsa masyarakat dan dunia usaha dalam seluruh proses pembangunan. Oleh karena itu budaya gotong royong yang telah mengakar di masyarakat Subang akan senantiasa dikembangkan dalam upaya memecahkan permasalahan tersebut demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Subang.

3.3. MISI

Misi merupakan penjabaran dari Visi yang memuat tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu melalui penerapan strategi yang terpilih. Perumusan Misi pun telah memperhatikan masukan-masukan pelaku pembangunan, sehingga Misi

Kabupaten Subang tersebut adalah :

Misi Pertama : Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas, Beriman dan Bertaqwa; adalah upaya untuk mewujudkan masyarakat Subang yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berpendidikan, berbudaya, produktif, mandiri, maju dan berdaya

98

Page 59: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

saing

Misi Kedua : Mewujudkan Subang sebagai Daerah Agribisnis, Pariwisata, Industri yang Berdaya Saing untuk Meningkatkan Perekonomian Daerah; adalah upaya untuk mewujudkan Subang sebagai daerah agribinis, pariwisata dan industri yang berdaya saing dengan didukung oleh penyediaan infrastruktur yang memadai, tenaga kerja yang berkualitas dan regulasi yang mendukung penciptaan iklim investasi yang kondusif. Upaya tersebut selanjutnya diarahkan dalam rangka meningkatkan perekonomian yang tangguh untuk kesejahteraan masyarakat Subang, menurunkan pengangguran dan mengentaskan kemiskinan.

Misi Ketiga : Mewujudkan Prasarana Wilayah yang Berkualitas; adalah upaya untuk meningkatkan infrastruktur wilayah yang berkualitas dalam rangka mendukung iklim investasi yang kondusif, menunjang perwujudan Subang sebagai daerah agribisnis, pariwisata dan industri, penanganan bencana alam serta pelayanan lainnya.

Misi Keempat : Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Asri dan Lestari ; adalah mewujudkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan, menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan serta keseimbangan pemanfaatan ruang yang serasi dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah.

Misi Kelima : Mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik ; adalah membangun kepemerintahan yang responsif, akuntabel, profesional, demokratis, kemitraan yang serasi, penciptaan stabilitas politik, konsisten dalam penegakan hukum, tidak melakukan KKN dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

BAB IVARAH, TAHAPAN DAN

PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN SUBANGTAHUN 2005 – 2025

4.1. ARAH PEMBANGUNAN

99

Page 60: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Arah Pembangunan Kabupaten Subang dimaksudkan sebagai cita-cita dan harapan yang diinginkan oleh semua stakeholder Kabupaten Subang sebagai wujud konkrit pencapaian Visi dan Misi Kabupaten Subang. Arah Pembangunan tersebut disebut juga tujuan dan sasaran pembangunan .

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu tertentu dan bersifat ideal, mengandung nilai-nilai keluhuran dan keinginan yang kuat untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

Sedangkan sasaran adalah penjabaran dari tujuan yang akan dicapai /dihasilkan secara nyata dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan.

Efektifitas pencapaian sasaran tersebut sangat bergantung kepada perumusan sasaran yang lebih SMART (Spesific, Measurable, Accountable, Reasenable. dan Time), sehingga dengan sasaran yang lebih SMART tersebut penentuan Program dan Kegiatan Prioritas akan lebih fokus.

Sebagaimana Visi dan Misi yang telah ditetapkan untuk keberhasilan tersebut perlu ditetapkan tujuan Pemerintah Kabupaten Subang yang ditempuh melalui penetapan sasaran. Tujuan dan sasaran dari masing-masing Misi dijabarkan sebagai berikut :

MISI PERTAMA : MEWUJUDKAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS, BERIMAN DAN BERTAQWA

SDM yang berkualitas, beriman dan bertaqwa merupakan kunci keberhasilan bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat Subang. SDM yang berkualitas, beriman dan bertaqwa akan menjadikan masyarakat Subang siap menghadapi berbagai tantangan dan mampu memanfaatkan peluang yang dilandasi iman dan taqwa. Untuk itu dalam rangka menghasilkan SDM yang berkualitas, maka Arah Pembangunan Kabupaten Subang pada Misi Pertama diuraikan sebagai berikut :1). Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang sehat2). Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berpendidikan

3). Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Beriman, Bertaqwa dan Berakhlak Mulia4). Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Produktif, Mandiri, Maju dan Berdaya

Saing.

1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang sehat

SDM yang sehat merupakan syarat mutlak dalam pencapaian cita-cita pembangunan yang ditandai dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat

100

Page 61: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

di tahun 2025 menjadi 80 tahun. (Berdasarkan angka proyeksi rata-rata Tahun 1999 – 2006). Untuk menciptakan masyarakat yang sehat diperlukan fokus pembangunan kesehatan dengan sasaran sebagai berikut :

1) Meningkatnya Pelayanan kepada Masayarakat

Unsur yang sangat penting dalam peningkatan upaya kesehatan masyarakat adalah unsur pelayanan. Kinerja pelayanan kesehatan dapat dilihat dari seberapa besar cakupan pelayanan kesehatan tersebut dalam melayani masyarakat baik di RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes dan Pelayanan lainnya. Pelayanan tersebut dilakukan bersifat preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif.

Pelayanan bersifat preventif diantaranya : - Melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan

Kejadian Luar Biasa- Melaksanakan vaksinasi bagi Balita- Meningkatkan status gizi masyarakat.

Pelayanan bersifat kuratif diantaranya :

- Penanganan pasien/orang sakit

- Pelayanan rujukan bagi keluarga miskin

- Pelayanan pertolongan persalinan

- Pelayanan Obat dan lain-lain

Pelayanan bersifat Promotif diantaranya :

- Penyuluhan Kesehatan

- Penyebarluasan Informasi

Pelayanan bersifat Rehabilitatif diantaranya :

- Pelayanan fisioterapi

Untuk mencapai pelayanan yang optimal diperlukan unsur pendukung yakni :A. Kuantitas dan kualitas tenaga kesehatanB. Sarana Prasarana kesehatan

- Sarana RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes dan pelayanan lainnya yang memadai

101

Page 62: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

- Terpenuhinya Obat, Vaksin dan lain-lain untuk pelayanan kepada masyarakat

- Terpenuhinya kebutuhan peralatan kesehatan C. Aksesbilitas pelayanan

- Kemudahan menjangkau layanan kesehatan

2) Meningkatnya Kualitas Lingkungan Masyarakat

Unsur lingkungan memegang peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Hal itu dikarenakan banyaknya kasus kesakitan di masyarakat terjadi akibat lingkungan yang kurang higienis. Lingkungan tersebut dipengaruhi oleh :

A. Cakupan air bersih

B. Cakupan jamban keluarga

C. Kualitas perumahan / pemukiman

D. Tingkat kesadaran masyarakat

3) Meningkatnya Perilaku dan Budaya yang memahami pentingnya kesehatan

Perilaku dan budaya merupakan faktor penting yang memerlukan perhatian serius mengingat dari faktor ini berbagai permasalahan kesehatan bermunculan seperti :A. Penyakit – penyakit menularB. Rendahnya Gizi Masyarakat

Untuk mencapai tujuan Misi tersebut maka sasaran pembangunan bidang Kesehatan sampai pada tahun 2025 fokus kepada : Angka Harapan Hidup menjadi 80 tahun AKB menjadi 26/1000 KH Cakupan Layanan kepada Gakin menjadi 100% Sarana Puskesmas baik menjadi 95 % Sarana Puskesmas Pembantu baik menjadi 85 % Sarana Polindes baik menjadi 80 % Persalinan tenaga kesehatan menjadi 97 % Cakupan jamban keluarga menjadi 90 % Cakupan penggunaan air bersih menjadi 90 % Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) menjadi 80 %.

102

Page 63: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Status gizi buruk dan kurang menjadi 2 % Cakupan obat, vaksin dan surveilance masing – masing 100 % Tempat – tempat Umum Sehat 85 % dan Tempat Pengolahan Makanan Sehat

90%. Keluarga yang melaksanakan kriteria PHBS menjadi 90 %

2. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang BerpendidikanSDM yang berpendidikan merupakan syarat mutlak dalam pencapaian cita-cita

pembangunan yang ditandai dengan meningkatnya indeks pendidikan. Pendidikan sangat terkait sekali dengan permasalahan lainnya seperti kemiskinan dan pengangguran. Baik Adelman dan Morris (1973) maupun Galbraith (1979) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan langkah paling strategis di dalam usaha-usaha mengatasi pengangguran dan kemiskinan.

Namun demikian, Schiller (1973) mengingatkan bahwa peningkatan keterampilan melalui jenjang pendidikan tidak selalu mampu mengatasi masalah kemiskinan. Dalam hal ini perlu diperhatikan kemampuan perekonomian negara untuk menyerap tenaga kerja tersebut. Di satu pihak, peningkatan keterampilan baru merupakan salah satu faktor penawaran, sementara di lain pihak, tidak pula dapat diabaikan faktor permintaan terhadap tenaga kerja itu sendiri. Dengan perkataan lain, pada gilirannya, pendidikan itu berkaitan dengan pendapatan yang memiliki arti penting di dalam kesejahteraan. Schiller (1973) mengemukakan tiga alasan utama mengenai jenjang pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pendapatan. Pertama, tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat produktivitas, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagai akibat dari pertambahan pengetahuan dan keterampilan. Kedua, dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan terbuka kesempatan kerja yang lebih luas. Ketiga, lembaga-lembaga pendidikan, dalam hal-hal tertentu, dapat berfungsi selaku badan penyalur tenaga kerja.

Tersirat dari hal ini bahwa mereka yang berpendidikan tinggi akan mendapat perlakuan istimewa dalam pasar kerja. Namun tidak dapat dilupakan bahwa untuk memperoleh pendidikan tersebut diperlukan investasi yang tidak kecil. Namun demikian, Esmara (1986: 378) mengatakan bahwa kenaikan jenjang pendidikan ini tidak hanya berpengaruh kepada tingkat pendapatan melainkan mencakupcakrawala yang jauh lebih luas daripada yang diduga semula. Kenaikan jenjang pendidikan akan mengubah pula tata cara kehidupan, kebiasaan, lapangan kerja,

103

Page 64: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

atau dalam hal kebudayaan, sehingga secara keseluruhannya mempunyai dampak yang cukup besar terhadap kehidupan suatu bangsa.

Untuk itu Pemerintah Kabupaten Subang dalam pembangunan pendidikan fokus kepada peningkatan rata-rata lama sekolah di harpkan tahun 2025 mencapai 12,97 tahun ((Berdasarkan angka proyeksi rata-rata Tahun 1999 – 2006). dan angka melek huruf mencapai 97,8 %.(Berdasarkan angka proyeksi rata-rata Tahun 1999 – 2006). dengan tidak mengabaikan faktor lainnya seperti kualitas pendidik, kualitas lulusan serta kesejahteraan pendidik.

Untuk mencapai tujuan Misi tersebut maka sasaran pembangunan bidang pendidikan fokus kepada :1) Meningkatnya pelayanan pendidikan dasar

A. DO SD Tahun 2025 : 0,01 %B. DO SLTP Tahun 2025 : 0,01 %C. Bangunan SD/MI baik Tahun 2025 : 100 %D. Bangunan SLTP/MTs baik Tahun 2025 : 100 % E. APM SD 100 % F. APM SLTP 98.38 %G. AMS SD – SLTP 100 %H. AMS SLTP – SLTA 100 %

2) Meningkatnya pelayanan pendidikan menengah A. DO SLTA Tahun 2025 : 0,1 %B. Bangunan SLTA baik Tahun 2025 : 100 %C. Semua kecamatan telah memiliki bangunan setingkat SLTA D. Nilai Kelulusan SLTA Tahun 2025 E. Angka melanjutkan ke perguruan tinggi : 60 %.F. Jumlah lulusan SMK yang masuk pasar kerja : 50 %G. APM SLTA 96,88 %

3) Meningkanya kualitas tenaga pendidik A. Sertifikasi guru mengajar di tingkat SD Tahun 2025 : 100 %B. Sertifikasi guru mengajar di tingkat SLTP Tahun 2025 : 100 %C. Sertifikasi guru mengajar di tingkat SLTA Tahun 2025 : 100 %

104

Page 65: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

4) Meningkatnya cakupan Pendidikan Non Formal, Informal dan Pendidikan Usia DiniA. Layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tahun 2025 sebesar 45 %.B. Meningkatnya Kecamatan Bebas Buta Huruf Tahun 2025 menjadi 20

kecamatanC. Meningkatnya life skill bagi peserta KF, Paket, A, B dan C

3. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Beriman, Bertaqwa dan Berakhlak Mulia

Pembangunan yang dilakukan harus dilandasi dan mampu meningkatkan masyarakat yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia sebagai landasan moral dan etika dalam pembangunan, memupuk etos kerja, menghargai prestasi, meningkatkan kerukunan hidup umat beragama sehingga tercipta rasa saling percaya, tenggang rasa dan harmonis. Sasaran arah pembangunan tersebut adalah :

1) Meningkatnya tingkat pemahaman terhadap ajaran agama dengan indikasi meningkatnya aktivitas keagamaan di masyarakat

2) Meningkatnya akhlak mulia dengan indikasi :

- Meningkatnya kesolehan sosial di masyarakat dan aparatur serta stakeholder

lainnya

- Meningkatnya suri tauladan di masyarakat, aparatur dan stakeholder lainnya

4. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berbudaya, Produktif, Mandiri, Maju dan Berdaya Saing

Pembangunan yang dilakukan harus dilandasi dan mampu meningkatkan masyarakat yang Berbudaya, Produktif, Mandiri, Maju dan Berdaya Saing sebagai landasan untuk mengatasi berbagai tantangan dan hambatan melalui penguasaan iptek, mendorong kreativitas, budaya inovatif, memperhatikan kesetaraan gender serta menjaga keseimbangan komposisi penduduk. Sasaran arah pembangunan tersebut adalah :

1) Terkendalinya komposisi penduduk yang ideal dengan indikasi

Laju Pertumbuhan Penduduk = 0,94 %

105

Page 66: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

2) Meningkatnya Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) menjadi 65 % dan Menurunya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menjadi 4 %.

3) Meningkatnya kesetaraan gender

4) Berkurangnya permasalahan kesejahteraan sosial sebesar 30 %.

5) Meningkatnya kreatifitas pemuda dan prestasi olahraga dengan indikasi :

Meningkatnya karya dan karsa pemuda dalam pembangunan

Meningkatnya prestasi OR di tingkat propinsi dan nasional

MISI KEDUA : MEWUJUDKAN SUBANG SEBAGAI DAERAH AGRIBISNIS, PARIWISATA, INDUSTRI YANG BERDAYA SAING UNTUK MENINGKATKAN PEREKONOMIAN DAERAHMisi kedua ini merupakan inti dalam pencapaian Visi Subang, yakni mewujudkan Subang sebagai daerah agribisnis, pariwisata dan industri yang berdaya saing demi kesejahteraan masyarakat Subang. Untuk itu arah pembangunannya sebagai berikut :

1. Meningkatkan perekonomian daerah2. Membuka peluang sebesar-besarnya sebagai kawasan yang menarik untuk

investasi

A. Meningkatkan perekonomian daerahSuatu pertanyaan yang muncul ke permukaan adalah, bagaimana untuk

mengukur hasil-hasil pembangunan tersebut dan apa yang harus diukur ?, dan lebih jauh lagi apa alat ukurnya ?, Berbagai aspek ini menghantui pemikiran para ahli sosial dan ekonomi untuk menciptakan alat yang dapat menggambarkan fenomena tersebut dengan sempurna. Dudley Seers1, memberikan jawaban atas pertanyaan apa yang akan kita ukur ?. Dikata-kan ada tiga masalah pokok yang harus diperhatikan di dalam mengukur pembangunan suatu negara atau daerah. Pertama, apa yang terjadi terhadap tingkat kemiskinan. Ke dua, apa yang terjadi terhadap pengangguran. Ke tiga, apa yang terjadi terhadap ketimpangan dalam berbagai bidang. Sehingga setiap indikator secara mutlak harus mengandung ke tiga unsur di atas. Dari pernyataan tersebut nampak jelas bahwa keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh indikator ekonomi yang mengendepankan pemerataan dan pertumbuhan. Dimana indikator kemiskinan dan pengangguran menjadi hal mutlak yang harus di atasi. Untuk itulah arah pembangunan ekonomi Kabupaten Subang ditandai oleh :

1 1. Seperti dikutip dalam Hendra Esmara, 1986 Perencanaan dan Pembangunan Di Indonesia, Gramedia-Jakarta 106

Page 67: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

1) Menurunnya angka kemiskinan pada tahun 2025 menjadi 15 %2) Menurunnya tingkat pengangguran pada tahun 2025 menjadi 4 % dengan TPAK

65 %3) Meningkatnya PDRB (ADHK) pada tahun 2025 menjadi Rp. 13,2 Trilliun4) Meningkatnya PDRB perkapita (ADHB) pada tahun 2025 menjadi Rp. 17,9 Juta5) Meningkatnya daya beli masyarakat pada tahun 2025 menjadi Rp. 703 ribu

dengan LPE 6,28 %

Kelima indikasi tersebut di atas merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipilah–pilah dalam pencapaiannya karena saling melengkapi satu sama lain.Tujuan tersebut sangat terkait langsung dengan Core busines Visi Subang yang memprioritaskan pada Agribisnis, Pariwisata dan Industri sebagai kekuatan ekonomi pembangunan Kabupaten Subang yang sudah terbukti tegar dalam kondisi puncak krisis ekonomi Tahun 1998. Untuk itulah dalam mencapai tujuan dan indikasi arah pembangunan ekonomi di tunjang oleh sasaran sebagai berikut :1) Terwujudnya Subang sebagai Daerah Agrbisnis dengan kontribusi di tahun

2025 menjadi 32.48 %2) Terwujudnya Subang sebagai Daerah Industri dengan kontribusi di tahun 2025

menjadi 31 %3) Terwujudnya Subang sebagai Daerah Pariwisata dengan kontribusi di tahun

2025 menjadi 12.12 %4) Meningkatnya usaha perekonomian lainnya

1)Terwujudnya Subang sebagai Daerah AgrbisnisPembangunan agribisnis di Kabupaten Subang dilakukan dengan memperhatikan permasalahan permasalahan utama agribinis sebagai berikut :a. Pasar

Kelemahan sektor agribisnis pada umumnya adalah kurangnya perhatian di faktor pasar. Sektor ini cenderung lebih mengutamakan kepada produksi kurang memperhatikan kualitas yang dihasilkan. Oleh karena itu faktor pasar memiliki dimensi yang lebih luas seperti kualitas produk-pruduk pertanian, standar mutu produk dan sebagainya. Sementara itu dari aspek permintaan, kesadaran konsumen untuk mengkonsumsi produk bermutu dengan standar hygienis makin meningkat. Kenyatan ini membawa pengaruh ganda yakni sulitnya produk agribinis menembus pasar secara lebih luas serta banyaknya produk-produk pertanian yang terbuang, karena tidak dapat diserap pasar sehubungan dengan ketidaksesuaian dengan keinginan konsumen.

107

Page 68: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Masalah lainnya yang termasuk dimensi pasar adalah : kontinuitas produk-produk pertanian yang dihasilkan. Selain faktor kualitas, masalah kontinuitas juga menjadi masalah pembangunan agribinis di Kabupaten Subang, karena biasanya para produsen tidak dapat memenuhi pasokan yang diminta oleh pembeli tepat waktu. Sehingga diperlukan suatu manajemen persediaan yang baik dan juga pola budidaya yang terencana yang dapat memenuhi permintaan pembeli setiap waktu.Persoalan selanjutnya adalah masalah harga. Masalah harga merupakan masalah klasik yang terus dihadapi pelaku agribisnis. Petani biasanya kurang mendapat informasi mengenai harga yang cepat dan akurat. Selain itu juga petani kurang memiliki potensi tawar menawar yang tinggi dalam berhadapan dengan / bernegosiasi dengan buyers. Terlebih bahwa petani sangat sulit mempertahankan harga yang diakibatkan oleh kebutuhan yang mendesak, sehingga buyer diuntungkan. Oleh karena itu diperlukan sistem informasi yang efektif dalam memasok perkembangan pasar dan harga secara “real time” kepada pelaku agribisnis.Prioritas permasalahan lainnya yang harus dipecahkan adalah lembaga pemasaran, dimana selama ini lembaga pemasaran dipandang kurang dapat mendorong harga yang diterima petani ke tempat yang lebih tinggi. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya yang dapat memberdayakan dan menciptakan lembaga pemasaran yang efektf dan efisien.Prioritas terakhir pembenahan masalah pasar adalah kapasitas pasar. Dimana ekspansi jejaring pasar (market networking) yang memungkinkan intensifikasi dan ekstensifikasi interaksi sistem pasar produk agribisnis antar daerah atau antar negara bisa diwujudkan. Dengan upaya ini, maka kapasitas pasar produk agribisnis bisa diperbesar dan tidak hanya terfokus pada suatu segmen tertentu atau satu daerah saja.

b. Modal Dari fakta yang ada bahwa sangat kurang lembaga keuangan yang bersedia mengucurkan kredit ke petani dengan tingkat bunga yang rendah. Dengan demikian pelaku agribisnis skala kecil akan selalu sulit untuk bersaing dengan pemodal besar yang mampu membayar bunga bank yang tinggi (bunga komersial)

108

Page 69: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

c. TeknologiTeknologi merupakan piranti penting dalam sistem agribisnis dimana dengan teknologi diharapkan produk pertanian akan memiliki nilai tambah baik di tingkat produksi maupun pemasaran. Hal yang masih menjadi masalah adalah belum optimalnya kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan lembaga-lembaga penelitian yang ada di Kabupaten Subang serta masih sedikitnya teknologi yang berbasis kebutuhan petani

d.RegulasiMasalah yang menjadi prioritas selanjutnya untuk ditangani adalah faktor regulasi. Regulasi yang berorientasi pada pembelaan dan pemberdayaan masyarakat masih dirasakan kurang. Sehingga ke depan, regulasi yang semestinya diarahkan dan disemangati oleh prinsip tersebut. Selanjutnya regulasi tersebut juga harus mengapresiasi kehidupan bisnis dunia swasta. Sehingga sebuah regulasi akan berdiri di semua pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda.

e. InfrastrukturMasalah infrastruktur menjadi prioritas kelima untuk segera dipecahkan. Sebagaimana diyakini oleh sebagian analisa ekonom pertanian, bahwa bisnis pertanian adalah bisnis transportasi. Karena agribisnis yang handal adalah bisnis pertanian yang bisa menjaga kualitas dan kontinuitas serta kesepakatan pengantaran ke lokasi konsumen, dimana akhirnya mutu bisa dijaga sepanjang waktu.

f. Jiwa Bisnis.Perilaku masyarakat termasuk pelaku agribisnis sangat diwarnai oleh sistem nilai budaya dan moralitas yang ada di masyarakat. Kekosongan semangat bisnis dan sempitnya cakrawala kewiraswastaan akan membatasi pelaku agribinis dalam melakukan gerak dan merespon perkembangan serta perubahan. Oleh karenanya pendidikan kewirausahaan atau kewiraswastaan menjadi hal yang penting untuk membentuk jiwa para pengusaha dan pelaku agribisnis agar responsif dan ulet dalam mengelola bisnis pertanian yang dijalani.

Untuk itulah Pembangunan Agribisnis Kabupaten Subang dilakukan melalui 4 tahap periode jangka menengah yakni RPJMD ke-1 (periode 2005-2009), RPJMD ke-2 (periode 2009-2014), RPJMD ke-3 (periode 2014-2019), RPJMD ke-4 (periode 2019-2025). 4 Tahapan tersebut memiliki substansi sebagai berikut :

109

Page 70: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

1. RPJMD ke-1 (2005 – 2009)

Pengembangan agribisnis pada tahap RPJMD ke-1 ini fokus pada Revitalisasi Agribisnis yang mengarah pada perbaikan sistem agribisnis yang belum optimal, pemantapan dan pengembangan kebijakan yang telah ada. Keberhasilan RPJMD ini ditandai dengan beberapa penguatan antara lain : membaiknya ketahanan pangan, pendapatan petani, SDM, usaha, sarana dan prasarana, berkembangnya penelitian dan pengembangan agribisnis serta membaiknya kordinasi kelembagaan. Adapun fokusnya sebagai berikut :

1). Regulasi dengan indikasi : Tersedianya regulasi dalam rangka perwujudan Subang sebagai Daerah

Agribisnis berupa Peraturan Daerah. Tersedianya kebijakan Investasi terpadu yang menarik investor

2). Infrastruktur dengan indikasi : Meningkatnya kualitas jalan lintas ekonomi dan irigasi sebagai akses dalam

mendukung perekonomian Meningkatnya sarana dan prasarana pertanian, kelautan dan perikanan,

perkebunan serta peternakan

3). Lahan dengan indikasi : Berkurangnya konversi lahan-lahan produktif Terjaganya kualitas lahan (termasuk kesuburan, pencemaran pengairan dan

sedementasi)

4). Modal dengan indikasi : Mulai dirintisnya lembaga ekonomi desa, bumdes dan lembaga ekonomi

lainnya sebagai lembaga permodalan yang mendukung usaha agribisnis dan IKM

Meningkatnya akses pada perbankan, dan subsidi bunga

5). Teknologi dengan indikasi :Mulai dirintis kembali penerapan teknologi tepat guna melalui kerjasama dengan Lembaga terkait

6). Pasar Meningkatnya kualitas produk-produk unggulan

110

Page 71: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Tersedianya analisis input output produk pertanian sebagai landasan untuk mengetahui pola konsumsi dan produksi

Lembaga Ekonomi Desa, Bumdes, KUD dan lembaga ekonomi lainnya mulai dirintis kembali untuk menjadi lembaga pemasaran dan pengamanan harga pertanian.

Identifikasi kapasitas pasar produk unggulan subang Pembuatan Rumah kemasan dan Pasar Tani Berkembangnnya pengaturan system budidaya

7). Produksi dan Produktifitas Meningkatnya produksi pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan serta

peternakan Meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam hal

agribisnis Mulai dirintisnya sosialisasi pengembangan tenaga kerja pertanian, kelautan

dan perikanan, perkebunan serta peternakan menjadi tenaga kerja bidang industri pengolahan

2. RPJMD ke-2 (2009 – 2014)

Pada periode ini agribisnis diarahkan pada : Pengembangan Agribisnis. Tahapan ini dimaksudkan untuk menempatkan agribisnis sebagai suatu sistem yang lebih luas serta mengoptimalkan dan mengembangkan sistem agribisnis yang sudah ada. Kalau dalam tahap RPJMD ke-1 Pemerintah Kabupaten Subang telah memperbaiki produksi, regulasi dan lainnya, maka pada tahap ini Pemerintah kabupaten Subang akan fokus pada pembenahan produktifitas dan pemanfaatan teknologi untuk pengolahan pasca panen. Pembenahan produktifitas dimaksudkan sebagai realokasi sumber daya yang mengolah pertanian menuju industri-industri pengolahan kecil dan rumah tangga. Pola ini diharapkan akan efektif dalam melakukan pengembangan tenaga kerja pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan serta peternakan ke tenaga kerja yang bergerak pada industri pengolahan. Hal ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi tingkat konsumsi kebutuhan pokok masyarakat Subang

2. Mengidentifikasi kemampuan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan dari tingkat konsumsi tersebut

111

Page 72: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

3. Tumbuhnya sentra-sentra poduksi sehingga akan terjadi pengembangan tenaga kerja yang menguntungkan dari sekedar buruh tani menjadi pengrajin industri rumah tangga.

4. Pada tahap ini Pemerintah akan memfasilitasi pemasaran hasil dari sentra produksi tersebut.

Secara lebih luas fokus pembangunan agribisnis tahap ke 2 diarahkan sebagai berikut :

Tahap 2 : Pengembangan Agribinis (periode 2009-2014) 1). Infrastruktur dengan indikasi :

Meningkatnya kualitas jalan lintas ekonomi dan irigasi sebagai akses dalam mendukung perekonomian

Meningkatnya sarana dan prasarana pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan serta peternakan yang efektif

2). Lahan dengan indikasi : Berkurangnya konversi lahan-lahan produktif Terjaganya kualitas lahan (termasuk kesuburan, pencemaran

pengairan dan sedementasi) Penggunaan Lahan sesuai Tata Ruang

3). Modal dengan indikasi : Mulai berkembangnya lembaga ekonomi desa dan bumdes sebagai

lembaga permodalan yang mendukung usaha agribisnis dan IKM Meningkatnya akses pada perbankan, dan subsidi jasa lembaga

penjamin kredit4). Teknologi dengan indikasi :

Mulai meningkatnya penerapan teknologi tepat guna melalui kerjasama dengan Lembaga terkait

5). Pasar Meningkatnya kualitas produk-produk unggulan serta berkembangnya

diversifikasi produk unggulan Tersedianya sistem informasi pasar yang handal Lembaga Ekonomi Desa, Bumdes, KUD dan lembaga ekonomi lainnya

mulai berkembang menjadi lembaga pemasaran dan pengamanan harga pertanian

Meningkatnya kapasitas pasar produk unggulan subang Pengembangan Rumah kemasan dan Pasar Tani

112

Page 73: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Berkembangnnya pengaturan sistem budidaya6). Produksi dan Produktifitas

Meningkatnya produksi pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan serta peternakan

Meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam hal agribisnis

Berkembangnya sentra-sentra produksi pengolahan sebagai hasil pengembangan tenaga kerja pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan serta peternakan menjadi tenaga kerja bidang industri pengolahan

3. RPJMD ke - 3 (2014 – 2019)

Pada periode ini Pengembangan agribisnis fokus pada Penguatan Agribisnis yang diarahkan pada : Peningkatan kualitas hasil agribisnis dengan sasaran sebagai berikut : 1). Pemantapan produktifitas 2). Supply chain management yang efektif dan efisien 3). Budaya mutu dan merk 4). Sertifikasi dan standar produk 5). Respon terhadap kepuasan konsumen 6) Membuka peluang pasar secara lebih luas. Tahapan di lakukan melalui :

1. Mengidentifikasi produk yang secara kualitas dan kesinambungan hasil sangat baik

2. Mencari peluang pasar ke luar daerah secara lebih luas3. Meluasnya sentra-sentra poduksi di tiap kecamatan yang memenuhi standar

pasar 4. Pada tahap ini Pemerintah akan memfasilitasi pemasaran hasil dari sentra

produksi tersebut ke luar daerah.Secara lebih luas, fokus pembangunan agribisnis tahap ke 3 diarahkan sebagai

berikut : Tahap 3 : Penguatan Agribinis (periode 2014-2019)

1). Infrastruktur dengan indikasi : Meningkatnya kualitas jalan lintas ekonomi dan irigasi sebagai akses

dalam mendukung perekonomian Meningkatnya sarana dan prasarana pertanian, kelautan dan

perikanan, perkebunan serta peternakan 2). Lahan dengan indikasi :

113

Page 74: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Berkurangnya konversi lahan-lahan pertanian Terjaganya kualitas lahan (termasuk kesuburan, pencemaran

pengairan dan sedementasi) Pemanfaatan lahan sesuai tata ruang yang diperuntukkan bagi

kawasan agribisnis3). Modal dengan indikasi :

Menguatnya lembaga ekonomi desa dan bumdes sebagai lembaga permodalan yang mendukung usaha agribisnis dan IKM

Kemitraan dengan lembaga keuangan Menguatnya akses pada perbankan dan subsidi jasa lembaga

penjamin kredit4). Teknologi dengan indikasi :

Menguatnya penerapan teknologi tepat madya Pengembangan inovasi teknologi pada semua sub sistem agribisnis

5). Pasar Pengembangan jaringan pasar Meningkatnya kualitas produk-produk unggulan serta berkembangnya

diversifikasi produk unggulan Menguatnya pengaturan sistem budidaya Menguatnya sistem informasi pasar Meningkatnya peran Lembaga Ekonomi Desa, Bumdes, KUD dan

lembaga ekonomi lainnya menjadi sub terminal agribisnis Menguatnya kapasitas pasar produk unggulan subang Orientasi produk agribisnis sudah memperhatikan selera konsumen

6) Produksi dan Produktifitas Meningkatnya produksi pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan

serta peternakan Menguatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam hal

agribisnis Menguatnya sentra-sentra produksi pengolahan sebagai hasil

pengembangan tenaga kerja pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan serta peternakan menjadi tenaga kerja industri pengolahan

Standarisasi mutu produk

4. RPJMD ke - 4 (2019 – 2025)114

Page 75: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Para periode ini Pengembangan agribisnis diarahkan pada Pemantapan Agribisnis yang ditandai meluasnya jaringan bisnis. Yang dilakukan melalui :

1. Meningkatkan jumlah produk yang secara kualitas dan kesinambungan hasil sangat baik

2. Pemantapan peluang pasar ke luar daerah

3. Meluasnya sentra-sentra poduksi yang memenuhi standar pasar di luar darah

4. Pada tahap ini pengusaha sudah mampu secara mandiri melakukan jaringan bisnis secara luas.

Secara lebih luas, fokus pembangunan agribisnis tahap ke 4 diarahkan sebagai berikut :

Tahap 4 : Pemantapan Agribinis (periode 2019-2025) 1). Infrastruktur dengan indikasi :

Meningkatnya kuantitas dan kualitas jalan lintas ekonomi dan irigasi sebagai akses dalam mendukung agribisnis

Tersedianya sarana dan prasarana pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan serta peternakan yang berorientasi agribisnis

2). Lahan dengan indikasi : Berkurangnya konversi lahan-lahan pertanian Terjaganya kualitas lahan (termasuk kesuburan, pencemaran

pengairan dan sedementasi) Adanya kepastian hukum mengenai penggunaan lahan agribisnis Pemanfaatan lahan sesuai tata ruang yang diperuntukkan bagi

kawasan agribisnis3). Modal dengan indikasi :

Menguatnya lembaga keuangan bebasis agribisnis Kemandirian usaha agribisnis

4). Teknologi dengan indikasi : Rekayasa teknologi pada semua sub sistem agribisnis Pengembangan teknologi agribisnis dari hulu sampai hilir

5). Pasar Pengusaan segmen atau jaringan pasar komoditas agribisnis Mantapnya sistem informasi pasar

115

Page 76: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Terwujudnya pola kemitraan usaha agribisnis Mantapnya daya saing produk unggulan Produk agribisnis memperhatikan selera konsumen Mantapnya peran Lembaga Ekonomi Desa, Bumdes, KUD dan lembaga

ekonomi lainnya menjadi sub terminal agribisnis6) Produksi dan Produktifitas

Standarisasi mutu produk Terwujudnya keunggulan kompetitif dan komparatif produk agribisnis

Mantapnya sentra-sentra produksi pengolahan sebagai hasil pengembangan tenaga kerja pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan serta peternakan menjadi tenaga kerja bidang industri pengolahan

2)Terwujudnya Subang sebagai Daerah Industri Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa suatu daerah dikatakan telah menjadi daerah industri apabila % kontribusi sektor industri terhadap perekonomian 30 persen) (Thee Kian Wee, 1990; H. Suseno T.W., 1997). Untuk itu dalam pencapaian visi sampai dengan tahun 2025 mengindikasikan pencapaian daerah industri sebagai berikut :

% kontribusi sektor industri terhadap perekonomian 31 %

3)Terwujudnya Subang sebagai Daerah PariwisataSebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa suatu daerah dikatakan telah menjadi daerah pariwisata apabila % kontribusi sektor hotel dan restauran mangalami peningkatan signifikan. Untuk itu dalam pencapaian visi sampai dengan tahun 2025 mengindikasikan pencapaian daerah pariwisata sebagai berikut :

% kontribusi sektor hotel dan restauran terhadap perekonomian menjadi 12,12 %

Kunjungan Wisatawan Manca Negara sebanyak 83.390 dan wisatawan nusantara sebanyak 7.314.268 orang

116

Page 77: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

4)Meningkatnya usaha perekonomian lainnya, diarahkan berkembangnya usaha seperti pertambangan dan lain-lain yang memiliki nilai jual tinggi dengan mempertimbangkan kualitas lingkungan.

B. Membuka peluang sebesar-besarnya sebagai kawasan yang menarik untuk investasiIndikasi keberhasilan dari arah pembangunan tersebut adalah meningkatnya jumlah investasi yang ditanamkan investor di Kabupaten Subang. Keberhasilan arah ini sangat menentukan terhadap penurunan jumlah kemiskinan dan pengangguran. Dengan demikian diperlukan penanganan pelayanan yang prima. Sasaran arah pembangunan ini adalah :1) Tersedianya kebijakan investasi daerah yang menarik2) Tersedinya regulasi perijinan investasi yang menarik calon investor 3) Tersedianya kepastian hukum untuk berinvestasi

MISI KETIGA : MEWUJUDKAN PRASARANA WILAYAH YANG BERKUALITAS

Misi ini dirahkan untuk meningkatkan kualitas prasarana wilayah/ Infrastruktur wilayah yang merupakan aspek penting dalam pembangunan daerah. Infrastruktur wilayah yang terdiri dari infrastruktur transportasi/jalan, sumberdaya air dan jaringan listrik, berperan sebagai pendukung utama dalam menunjang perekonomian daerah, pengarah pembentukan struktur ruang, pemenuhan kebutuhan wilayah, pemacu pertumbuhan wilayah serta pengikat wilayah. Selain itu kondisi infrastruktur yang memadai menjadi pendukung daya tarik investasi serta pelayanan lainnya. Untuk itu sasaran tersebut memiliki indikasi keberhasilan sebagai berikut :

1) Meningkatkan Prasarana dalam rangka mendukung Agribisnis, Pariwisata, Industri dan pelayanan lainnya A. Meningkatnya kondisi dan ketersediaan jalan serta jembatan dalam mendukung

agribisnis, Pariwisata dan Industri serta pelayanan lainnyaB. Meningkatnya kondisi dan ketersediaan pengairan untuk mengairi areal

persawahan dan pelayanan lainnya

2) Meningkatkan prasarana Kawasan perumahan perkotaan dan perdesaan A. Meningkatnya kondisi jalan desa dan lingkungan permukimanB. Meningkatnya cakupan layanan listrik C. Meningkatnya cakupan layanan air bersih

117

Page 78: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

MISI KEEMPAT : MEWUJUDKAN LINGKUNGAN HIDUP YANG ASRI DAN LESTARISebagaimana telah dsampaikan sebelumnya bahwa opimalisasi SDA hendaknya

disesuaikan dengan daya dukung lingkungan mengingat SDA sifatnya terbatas, sehingga rasionalisasi pemanfaatan SDA dan keserasian pemanfaatan ruang harus mampu menjamin kelangsungan pembangunan yang berkelanjutan. Selain itu perlu adanya tindakan preventi berupa konservasi lingkungan. Adapun Arah Pembangunan Misi Keempat tesebut adalah : Menjaga kelestarian dan kualitas lingkungan serta Pemanfaatan Ruang yang serasi dengan sasaran sebagai berikut :

1) Menurunnya luas lahan kritis 2) Menurunnya daerah rawan bencana alam 3) Terkendalinya pencemaran dan kerusakan lingkungan

4) Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan 5) Terwujudnya pengendalian dan pemanfaatan ruang yang serasi dengan

ekosistemnya serta mampu mewadahi perkembangan wilayah dan aktifitas perekonomiannya

MISI KELIMA : MEWUJUDKAN TATA KELOLA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK

Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik tersebut perlu didukung iklim demokrasi yang berbasis etika dan nilai-nilai budaya daerah, sehingga mampu mewujudkan keadaan yang aman, tertib dan tentram dalam melaksanakan pembangunan. Hal tersebut ditunjang oleh supremasi hukum dan penegakan hukum yang konsisten, produk hukum yang mendukung peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dan diperkuat oleh perubahan perilaku aparatur pemerintah yang dilandasi peningkatan etos kerja, profesionalisme, peraturan, sistem dan prosedur serta sistem karir yang lebih terarah dan mampu menjamin kesejahteraan pegawai sesuai dengan kinerjanya. Kapasitas dan kapabilitas aparatur disertai dengan kemahiran dalam proses pengambilan keputusan yang berdampak terhadap kualitas pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu arah pembangunannya adalah :

Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan sasaran sebagai berikut :

1). Meningkatnya kondisi politik yang demokratis berbasis etika

118

Page 79: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

2). Meningkatnya keamanan dan ketertiban umum

3). Meningkatnya penegakan hukum dan perlindungan HAM

4). Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang menjunjung prinsip good governance dan clean government

5). Meningkatnya sarana penunjang pelayanan aparatur kepada masyarakat.

1) Meningkatnya kondisi politik yang demokratis berbasis etika

Pembangunan politik diarahkan untuk mewujudkan demokrasi yang berbasis etika, dan demokrasi tersebut dicapai melalui konsesus seluruh stakeholders untuk berperan sesuai dengan fungsinya masing - masing didukung oleh kemapanan piranti politik, meningkatnya peran partai politik sebagai sarana komunikasi politik, sosialisasi politik sehigga dapat meredam potensi konflik di daerah baik yang bersifat vertikal maupun horizontal, juga semakin kuatnya peran civil society dalam mendukung kapasitas dan kapabilitas sistem politik. Demokrasi diarahkan untuk memperkuat otonomi daerah yang menjamin partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

2) Meningkatnya keamanan dan ketertiban umum

Pembangunan ketentraman dan ketertiban umum diarahkan untuk mewujudkan tertib sosial berlandaskan hukum. Ketentraman dan ketertiban umum sebagai faktor utama dan berperan dalam menciptakan situasi kondusif bagi keberlanjutan pembangunan di Kabupaten Subang.

3) Meningkatnya penegakan hukum dan perlindungan HAM

Pembangunan hukum ditujukan untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan terutama pelayanan publik melalui proses penyusunan produk hukum yang aspiratif dan partisipatif, tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi dan dapat memenuhi tuntutan perkembangan zaman, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan legalitas daerah. Produk hukum yang ditetapkan harus diikuti dengan penegakan hukum yang konsisten.

4) Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang menjunjung prinsip good governance dan clean government

119

Page 80: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Perkembangan demokratisasi di Indonesia berjalan relatif cepat, seiring dengan itu pula tuntutan masyarakat terhadap kecepatan pelayanan pemerintahan menjadi hal yang mutlak harus dilakukan, sehingga transformasi birokrasi publik harus dilakukan dengan menjujung tinggi prinsip good governance yakni :1. Partisipasi

Mendorong setiap warga untuk menggunakan hak dan menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat.

2. Penegakan hukumPenegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai yang hidup dalam masyarakat serta tidak melakukan KKN.

3. TransparansiMenciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat melalui penyediaan informasi.

4. KesetaraanMemberikan peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.

5. Daya TanggapMeningkatkan kepekaan para penyelenggara pemerintah terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali.

6. Wawasan ke depanMembangun daerah berdasarkan visi. misi dan strategi yang jelas dengan mengikutsertakan warga dalam seluruh proses pembangunan.

7. AkuntabilitasMeningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat luas.

8. PengawasanMeningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swasta dan masyarakat.

9. Efisiensi dan efektifMenjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab.

10.Profesionalisme

120

Page 81: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara pemerintahan agar mampu memberikan pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya yang terjangkau.

5) Meningkatnya sarana penunjang pelayanan aparatur kepada masyarakat.Dalam rangka pelayanan tersebut di atas, diperlukan sarana penunjang aparatur yang memadai sesuai tugas pokok dan fungsinya.

Selanjutnya dari uraian tersebut di atas dapat diperjelas bahwa Arah Pembangunan Kabupaten Subang Tahun 2005-2025 adalah sebagai berikut :1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang sehat2. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berpendidikan3. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Beriman, Bertaqwa dan

Berakhlak Mulia4. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Produktif. Mandiri, Maju dan

Berdaya Saing5. Meningkatkan perekonomian daerah6. Membuka peluang sebesar-besarnya sebagai kawasan yang menarik

untuk investasi7. Meningkatkan kualitas infrastruktur (Prasarana) wilayah 8. Menjaga kelestarian dan kualitas lingkungan serta pemanfaatan ruang

yang serasi9. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

4.2. TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN

Untuk mencapai tujuan dan sasaran sebagaimana dimaksud di atas, pembangunan jangka panjang membutuhkan tahapan dan skala prioritas yang akan menjadi agenda dalam rencana pembangunan jangka menengah. Tahapan dan skala prioritas yang ditetapkan mencerminkan urgensi permasalahan yang hendak diselesaikan, tanpa mengabaikan permasalahan lainnya. Oleh karena itu tekanan skala prioritas dalam setiap tahapan berbeda-beda, tetapi semua itu harus berkesinambungan dari periode ke periode berikutnya dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan jangka panjang.

Atas dasar tersebut, tahapan dan skala prioritas disusun sebagai berikut : 121

Page 82: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

1. RPJMD ke-1 (2005 – 2009)

Pada tahap RPJMD ke-1 ini, secara umum pembangunan pendidikan di Kabupaten Subang diarahkan dalam rangka mengejar ketertinggalan dalam dua indikator utama pembentuk indeks pendidikan yakni AMH dan RRLS. Dimana Angka Melek Huruf Kabupaten Subang pada tahun 2006 mencapai 90,03 % dan tahun 2007 mencapai 91,17%. Adapun untuk Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Subang pada tahun 2006 mencapai 6.77 tahun dan tahun 2007 mencapai 6,93 tahun, angka ini lebih rendah dari capaian AMH Propinsi Jawa Barat yang mencapai 95,12 % dan 95,63 %, sedangkan RRLS Propinsi Jawa Barat mencapai 7,74 tahun dan 7,82 tahun.

Dan bila dibandingkan dengan target pencapaian AMH dan RRLS sampai dengan Tahun 2009 adalah sebesar 91,38 % dan 7,54 tahun, artinya masih ada selisih sekitar 0,21 % untuk AMH dan 0.61 tahun untuk RRLS yang harus dicapai dalam waktu 2 tahun atau 0,11 % untuk AMH dan 0.30 tahun untuk RRLS per tahunnya.

Berdasarkan kondisi di atas nampak adanya peningkatan terhadap kedua indikator tersebut, namun capaian tersebut di atas masih di bawah rata-rata capaian keberhasilan Propinsi Jawa Barat. Dengan demikian bahwa Pemerintah Kabupaten Subang, masyarakat serta stakeholder lainnya harus lebih intensif untuk mendorong masyarakat menyadari pentingnya pendidikan, terutama daerah yang memiliki budaya yang kontra produktif terhadap pendidikan.

Peningkatan capaian Indeks Pendidikan tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa keberhasilan capaian indikator lainnya antara lain angka DO dan Angka Melanjutkan Sekolah (AMS). Pada tahun 2005 untuk DO SD mencapai 0,27 % dan Tahun 2006 menurun menjadi 0,14%, untuk DO SLTP Tahun 2005 mencapai 0,42 % dan Tahun 2006 menurun menjadi 0,15%, sedangkan DO SLTA Tahun 2005 mencapai 0,81 % dan Tahun 2006 menurun menjadi 0,50%. Selanjutnya untuk AMS SD-SLTP

Tahun 2005 mecapai 88.5 % dan Tahun 2006 mencapai 90.86 %, sedangkan AMS SLTP-SLTA Tahun 2005 mecapai 56,75 % dan Tahun 2006 mencapai 57,15 %.

Menurunnya angka DO dan meningkatnya angka melanjutkan pada setiap jenjang sekolah, akan berpengaruh positif terhadap Angka Partisipasi Murni (APM). APM SD menunjukkan peningkatan dari 95 % pada tahun 2005 menjadi 96,39 % pada tahun 2006, APM SLTP meningkat dari Tahun 2005 sebesar 64,2 % menjadi 65,23 % di tahun 2006, APM SLTA meningkat dari Tahun 2005 sebesar 31,1 % menjadi 32,95 % di tahun 2006.

122

Page 83: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Selain keberhasilan tersebut di atas, upaya yang telah dicapai sampai dengan kurun waktu 2 tahun terakhir ini adalah bahwa Kabupaten Subang akan menuntaskan permasalahan bangunan SD/MI. Pencapaian tersebut dilakukan melalui strategi kemitraan / gotong royong oleh semua pihak, dimana unsur masyarakat terlibat langsung dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pelaksanaan Stimulan Rehab SD dan MI. Dan waktu tersisa pada periode ini akan mulai beranjak pada upaya percepatan penuntasan perbaikan kondisi bangunan di tingkat SMP dan SMA dengan tidak mengabaikan prioritas lainnya seperti peningkatan APS SLTP dan APS SLTA, pendidikan usia dini, pendidikan luar sekolah, kualitas pendidik, serta kualitas lulusan.

Pada akhir periode ini (tahun 2009) diharapkan capaian indikator pendidikan sebagai berikut : AMH menjadi 91,38 % RRLS menjadi 7,54 tahun Angka DO SD menjadi 0,1 % Angka DO SLTP menjadi 0,1 % Angka DO SLTA menjadi 0,25 % APM SD menjadi 97,8% APM SLTP menjadi 69,92 % APM SLTA menjadi 38,94 % AMS SD – SLTP menjadi 95,25 % AMS SLTP – SLTA menjadi 67,8 % Bangunan SD/MI baik dan sedang menjadi 100 % Bangunan SLTP baik dan sedang menjadi 100 % Bangunan SLTA baik dan sedang menjadi 100 % Bertambahnya sekolah setingkat SLTA : 2 unit di 2 kecamatan Angka melanjutkan ke perguruan Tinggi : 30 % Jumlah lulusan SMK yang masuk pasar kerja dan berwirausaha : 15 %

Sertifikasi guru mengajar di tingkat SD : 90 % Sertifikasi guru mengajar di tingkat SLTP : 90 % Sertifikasi guru mengajar di tingkat SLTA : 90 % Cakupan pelayanan PAUD : 5 %.

Perkembangan Pencapaian Bidang Kesehatan dapat dilihat dari indikator Angka Harapan Hidup (AHH) yang pada tahun 2006 mencapai 68.39 tahun dan tahun 2007 mencapai 68,52 tahun, angka ini lebih tinggi dari AHH Propinsi Jawa Barat yang

123

Page 84: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

mencapai 67,08 tahun dan 67.62 tahun dan bila dibandingkan dengan target pencapaian IPM sampai dengan Tahun 2009 adalah sebesar 70,18, artinya ada selisih sekitar 1,66 point yang harus dicapai dalam waktu 2 tahun atau 0,83 point per tahunnya atau lebih besar dari kenaikan pencapaian AHH Tahun 2006 ke Tahun 2007 yang mencapai 0,13 point. Derajat kesehatan tersebut sangatlah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kualitas pelayanan, kualitas lingkungan, dan perilaku atau budaya masyarakat.

Faktor – faktor tersebut secara umum dijelaskan ke dalam Indikator Makro dan Mikro capaian kinerja kesehatan, diantaranya Angka Kematian Bayi di Kabupaten Subang pada tahun 2005 sebesar 46.0/1000 KH dan tahun 2006 sebesar 45.1/1000 KH, Kasus Kematian Bayi di tahun 2005 sebanyak 184 kasus, tahun 2006 sebanyak 175 kasus, dan Kematian Ibu tahun 2005 sebanyak 20 kasus dan tahun 2006 sebanyak 18 kasus. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh antara lain faktor-faktor persalinan tenaga kesehatan yang pada tahun 2005 dan 2006 mencapai 67,46 % dan 79 %.

Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi masalah gizi, antara lain melalui Program Perbaikan Gizi Keluarga. Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan mutu konsumsi pangan sehingga berdampak pada peningkatan intelektualitas dan produktivitas. Masalah utama gizi masih diwarnai dengan masalah Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kurang Vitamin A (KVA) terutama pada kelompok penduduk tertentu yaitu anak-anak dan wanita. Dari evaluasi yang ada status gizi buruk pada tahun 2005 mencapai 0,6%, tahun 2006 mencapai 0,64% dimana kecamatan Cijambe, Pagaden, Ciasem dan Legonkulon tingkat gizi buruk mencapai diatas 1%.

Lingkungan hidup sehat merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Pencapaian lingkungan sehat tersebut selain berupa fasilitasi fisik dimana jamban keluarga tahun 2005 sebesar 52, 44 % dan tahun 2006 mencapai 56,97 %, cakupan penggunaan air bersih di tahun 2005 mencapai 75,03 %

dan di tahun 2006 mencapai 76,33%. Dari keberhasilan tersebut yang paling penting adalah upaya merubah perilaku hidup bersih dan sehat melalui pola pemberdayaan dan peran aktif masyarakat, sehingga terwujudnya kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan, dimana pada tahun 2007 keluarga yang telah melakukan PHBS sekitar 56.12%

124

Page 85: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Dari aspek ketersediaan sarana prasarana, Pemerintah Kabupaten Subag telah mencukupi pemenuhan obat dan vaksin, sedang dari aspek sarana fisik bangunan, untuk puskesmas baik tahun 2005 76,82 % naik di tahun 2006 menjadi 77,18 %, puskesmas pembantu baik tahun 2005 58,11 % naik di tahun 2006 menjadi 67,57 %, polindes tahun 2005 43,86 % naik di tahun 2006 menjadi 44,74 %, sedangkan untuk Posyandu secara bertahap akan mendapatkan bantuan stimulan melalui desa dan kelurahan.

Pada akhir periode ini (tahun 2009) diharapkan capaian indikator kesehatan sebagai berikut : AHH menjadi 70.18 tahun AKB menjadi 43/1000 KH Layanan gratis kepada Gakin menjadi 100% Sarana Puskesmas baik menjadi 80 % Sarana Puskesmas Pembantu baik menjadi 70 % Sarana Polindes baik menjadi 50 % Persalinan tenaga kesehatan menjadi 82 % Cakupan jamban keluarga menjadi 65 % Cakupan penggunaan air bersih menjadi 80 % Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) menjadi 50 %. Status gizi buruk dan kurang menjadi 8.5 % Keluarga yang melaksanakan kriteria PHBS menjadi 50 % Cakupan obat, vaksin dan surveilance masing – masing 100 % Tempat – tempat Umum Sehat 70 % dan Tempat Pengolahan Makanan Sehat 75 %.

125

Page 86: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian dari pengembangan SDM merupakan upaya menyeluruh yang ditujukan pada peningkatan dan pengembangan tenaga kerja berkualitas. Ketersediaan tenaga kerja yang kompeten diharapkan dapat mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan berusaha terlebih bahwa Pemerintah Kabupaten Subang membuka peluang sebesar-besarnya investasi. Dalam rangka menyiasati dan menyikapi tuntutan pasar kerja, maka

pembangunan ketenagakerjaan diarahkan pada pembentukan tenaga kerja yang mandiri, produktif dan berdaya saing serta responsif terhadap perkembangan teknologi. Dalam era industrialisasi, peningkatan kebutuhan tenaga kerja terampil menyebabkan terjadinya pergeseran kualifikasi yang harus dipenuhi oleh dunia pendidikan dan mendorong rata-rata lama sekolah. Pergeseran ini berkaitan dengan meningkatnya kualifikasi kompetensi yang di persyaratkan di pasar kerja. Dalam kondisi ini tenaga kerja yang tidak terampil akan menghadapi kendala ketika memasuki pasar kerja baik lokal, regional maupun nasional. Oleh karena itu standarisasi dan sertifikasi kompetensi mutlak diperlukan untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan posisi tawar tenaga kerja sehingga memiliki daya saing yang tinggi. Diperkirakan kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Subang masih akan menghadapi tantangan yang cukup berat di masa mendatang. Hal ini terutama diakibatkan oleh ketimpangan laju pertumbuhan angkatan kerja yang relatif tinggi dibandingkan dengan laju permintaan akan tenaga kerja. Sehingga persoalan–persoalan ketenagakerjaan seperti tingginya tingkat pengangguran dan rendahnya produktifitas kerja masih akan tetap mewarnai kompleksitas kualitas SDM di Kabupaten Subang.

Dari data yang ada Tingkat Pengangguran di Kabupaten Subang mengalami penurunan untuk Tahun 2005 sebesar 12,96 %, Tahun 2006 sebesar 12,93 % dan Tahun 2007 sebesar 7.51 %. Adapun TPAK tahun 2005 sebesar 57,68 %, tahun 2006 mencapai 43,7%, sedangkan tahun 2007 sebesar 49,12%. Dan hal yang menggembirakan adalah meningkatnya usaha yang dibantu buruh tetap di tahun 2006 menjadi 12,99 % dan yang berusaha sendiri menjadi 28,75 %. Ini menandakan bahwa investasi mulai nampak serta meningkatnya wirausahawan baru.

Pada akhir periode ini (tahun 2009) diharapkan capaian indikator ketenaga kerjaan sebagai berikut : Tingkat pengangguran : 6,5 % TPAK : 51 %

126

Page 87: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Berusaha sendiri : 30 % Usaha yang dibantu buruh tetap : 13.5 %

Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Subang LPP-nya pertahun mengalami penurunan masing-masing periode1971-1980 sebesar 1,72 persen, periode 1980-1990 sebesar 1,25 persen, dan 1990-2000 sebesar 1,01 persen, sedangkan periode 2000 – 2007 adalah sebesar 1.12 persen. Angka tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan LPP Propinsi Jawa Barat yang mencapai 2,10% dan 1,94 %.

Hal tersebut tentu merupakan keberhasilan Pemerintah Kabupaten Subang dalam menekan laju pertumbuhan penduduk, dimana pada tahun 2009 ditargetkan 1%.

Namun dari keberhasilan program KB tersebut ada hal yang patut diwaspadai dimana persentase kawin muda di Kabupaten Subang relatif tinggi hingga berkisar 26 -46%, sehingga akan berpotensi terhadap peningkatan LPP, peningkatan AKB dan peningkatan KK Miskin baru pada masa yang akan datang.

Dalam bidang pembangunan keimanan dan ketaqwaan dilakukan melalui pemberian insentif bagi guru-guru ngaji dan guru tepas, serta insentif bagi imam mesjid dan Ikatan remaja mesjid. Pemberian tersebut diharapkan akan memotivasi dalam pembinaan umat beragama.

Selain itu berkembangnya peran serta pemuda, kaum wanita dan berbagai prestasi olah raga sangat penting dalam membentuk SDM yang berkualitas.

LPE dan PDRB, PDRB perkapita dan Daya Beli Krisis ekonomi yang melanda hampir sebagian Negara ASIA berdampak langsung terhadap Perekonomian Indonesia, bahkan Indonesia termasuk negara yang mengalami keterpurukan yang paling lama. Kondisi tersebut dirasakan pula di daerah termasuk Kabupaten Subang yang ditandai dengan menurunya LPE hingga mencapai poin terendah (-7.17%) pada tahun 1998. Namun keterpurukan tersebut tidaklah terlalu parah bila dibandingkan dengan Propinsi Jawa Barat yang mencapai –17.7%, hal ini dikarenakan Kabupaten Subang masih berorientasi kepada sektor primer yang mana sektor ini memiliki daya tahan yang cukup baik karena cukup mengakar di masyarakat. Sebagai kontributor terbesar terhadap Pertumbuhan Ekonomi, bertahannya sektor ini menyebabkan perkembangan ekonomi mengalami peningkatan kembali hal ini terbukti LPE pada tahun 1999 sebesar 2.28 %, tahun 2000 sebesar 4,11%, Tahun 2001 sebesar 4.47 %,

127

Page 88: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Tahun 2002 sebesar 4.72 %. Tahun 2003 mencapai 5.22 %, Tahun 2004 mencapai 5,14 %.dan Tahun 2005 yng mencapai 5,67 % dan di tahun 2006 menurun menjadi 4.58 %, sedangkan target di tahun 2009 menjadi 5,84 %

Sedangkan capaian PDRB (ADHK) di tahun 2004, 2005, 2006 dan target di tahun 2009 adalah sebagai berikut : 4,96 Triliun, 5,24 Triliun, 5,48 Triliun dan 5,8 Trilliun. PDRB perkapita tahun 2009 diharapkan mencapai Rp. 8,5 juta perkapita, dengan indeks daya beli di Tahun 2009 diharapkan menjadi Rp. 588 ribu (dengan capaian di tahun 2006 sebesar Rp. 570 ribuan dan tahun 2007 sebesar Rp. 573 ribuan).

Namun demikian peningkatan LPE serta indikator makro lainnya tersebut tidak diimbangi dengan stabilnya harga-harga sebagai akibat kebijakan Pemerintah Pusat dalam menaikkan harga BBM, sehingga dirasakan masih membebani perekonomian masyarakat.

Kemiskinan, Jumlah penduduk miskin yang meningkat pasca krisis ekonomi 1997 ternyata masih belum dapat dientaskan secara signifikan sampai dengan saat ini. Kenaikan harga yang menyebabkan peningkatan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup, cenderung meningkatkan jumlah penduduk miskin. Bila mengacu kepada batasan garis kemiskinan yang digunakan BPS, yaitu suatu batas dimana penduduk dengan pengeluaran kurang dari batas tersebut dikatagorikan miskin, maka jumlah penduduk miskin berdasarkan Data BKKBN mengalami kenaikan dari Tahun 2004-2006, yakni 27,81 %, 28,87 % dan 29,61 %. Gambaran keadaan tersebut menunjukan bahwa kondisi sosial ekonomi Kabupaten Subang pada tahun 2006 belum menunjukan perkembangan yang menggembirakan. Untuk itu kita akan lebih berupaya mengurangi kemiskinan dimana pada tahun 2009 ini diharapkan ditekan menjadi 30 % melalui prioritas pembangunan ekonomi berbasis pada sumber daya lokal.

Pengembangan agribisnis pada tahap RPJMD ke-1 ini fokus pada Revitalisasi Agribisnis yang mengarah pada perbaikan sistem agribisnis yang belum optimal, pemantapan dan pengembangan kebijakan yang telah ada. Keberhasilan RPJMD ini ditandai dengan beberapa penguatan antara lain : membaiknya ketahanan pangan, pendapatan petani, SDM, usaha, sarana dan prasarana, berkembangnya penelitian

128

Page 89: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

dan pengembangan agribisnis serta membaiknya kordinasi kelembagaan. Adapun fokusnya sebagai berikut :

1). Regulasi dengan indikasi : Tersedianya regulasi dalam rangka perwujudan Subang sebagai Daerah

Agribisnis berupa Peraturan Daerah. Tersedianya kebijakan Investasi terpadu yang menarik investor

2). Infrastruktur dengan indikasi : Meningkatnya kualitas jalan lintas ekonomi dan irigasi sebagai akses dalam

mendukung perekonomian Meningkatnya sarana dan prasarana pertanian, kelautan dan perikanan,

perkebunan serta peternakan3). Lahan dengan indikasi :

Berkurangnya konversi lahan-lahan produktif Terjaganya kualitas lahan (termasuk kesuburan, pencemaran pengairan dan

sedementasi)

4). Modal dengan indikasi : Mulai dirintisnya lembaga ekonomi desa, bumdes dan lembaga ekonomi

lainnya sebagai lembaga permodalan yang mendukung usaha agribisnis dan IKM

Meningkatnya akses pada perbankan, dan subsidi bunga 5). Teknologi dengan indikasi :

Mulai dirintis kembali penerapan teknologi tepat guna melalui kerjasama dengan Lembaga terkait

6). Pasar Meningkatnya kualitas produk-produk unggulan Tersedianya analisis input output produk pertanian sebagai landasan untuk

mengetahui pola konsumsi dan produksi Lembaga Ekonomi Desa, Bumdes, KUD dan lembaga ekonomi lainnya mulai

dirintis kembali untuk menjadi lembaga pemasaran dan pengamanan harga pertanian.

Identifikasi kapasitas pasar produk unggulan subang Pembuatan Rumah kemasan dan Pasar Tani Berkembangnnya pengaturan system budidaya

7). Produksi dan Produktifitas Meningkatnya produksi pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan serta

peternakan

129

Page 90: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam hal agribisnis

Mulai dirintisnya sosialisasi pengembangan tenaga kerja pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan serta peternakan menjadi tenaga kerja bidang industri pengolahan

Pengembangan Industri di Kabupaten Subang diarahkan dalam rangka keseimbangan struktur ekonomi yaitu pertanian dan industri, sehingga tidak terjadi ketimpangan antara pertanian dan industri, dimana sektor industri itu sendiri lebih diprioritaskan kepada industri yang mengolah hasil-hasil pertanian, sehingga tumbuh dan berkembangnya industri di Kabupaten Subang sejalan dengan peningkatan nilai tambah sektor pertanian itu sendiri.

Pembangunan sektor industri diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan adanya kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, dan berpengaruh langsung terhadap peningkatan daya beli masyarakat karena adanya nilai tambah yang diperoleh dari tumbuh dan berkembangnya industri.

Fokus pengembangan industri di Kabupaten Subang diantaranya pemberdayaan Industri Kecil Menengah (IKM), bimbingan dan pengendalian mutu produksi, pengembangan diversifikasi produk, desain dan inovasi teknologi/mesin dan peralatan, peningkatan kemampuan dan keterampilan SDM pengusaha industri.

Peluang imvestasi industri juga terus dipromosikan sejalan dengan mulai tumbuhnya ekonomi secara makro yang menunjukan trend positif.

Pemanfaatan sumber daya lokal dan masih terbukanya lahan zona industri seluas 80 % dari 11.250 ha yang ditetapkan menjadi faktor pendukung dalam promosi investasi industri di Kabupaten Subang.

Perkembangan nilai ekspor tahun 2006 dibandingkan dengan tahun 2005, mengalami kenaikan yang signifikan. Dimana nilai ekspor tahun 2006 sekitar Rp. 50 Milyran, sedangkan nilai ekspor tahun 2005 sekitar Rp. 40 Milyaran. Kenaikan ini dikarenakan adanya investor baru di Kabupaten Subang, juga terwujudnya iklim investasi yang kondusif di Kabupaten Subang serta berkat pembinaan didalam pengembangan ekspor daerah Kabupaten Subang dalam memberikan informasi-informasi khususnya terobosan-terobosan ke pasar – pasar yang belum dimasuki oleh eksportir dari negara lain. Dan untuk tahun 2009 diharapkan nilai ekspor berkembang

130

Page 91: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

menjadi Rp. 59,9 Milyar, nilai produksi IKM dn Rumah tangga menjadi 177 Milyar dan nilai produksi Industri Menengah dan Besar sebesar Rp. 746 Milyar. Tahapan RPJMD ini untuk industri diarahkan untuk pengembangan daya saing industri dengan sasaran sebagai berikut : 1). Penataan dan pendalaman industri serta penguatan IKM 2). Pengembangan jejaring dn kerjasama keterkaitan industri 3). Peningkatan kualitas keterampilan SDM industri 4). Pengembangan komoditi unggulan potensial 5). Peningkatan kemampuan teknologi industri 6). Kemudahan akses permodalan 7). Peningkatan nilai tambah industri berbasis SDA lokal 8). Pengendalian mutu terpadu 9). Pengembangan dukungan bahan baku dan bahan penolong

Dengan upaya tersebut diharapkan di tahun 2009 kontribusi sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi 15,55 %

Pengembangan Pariwisata saat ini masih belum menggembirakan, untuk itu peran serta masyarakat dan swasta sangatlah dibutuhkan dalam mengoptimalkan Sumber Daya Ekonomi Lokal mengingat bahwa Kabupaten Subang sangatlah potensial untuk dikembangkan. Bila dibandingkan dengan tahun 2005, maka jumlah kunjungan Wisnus pada tahun 2006 mengalami kenaikan dari 3.795.000 orang menjadi 4.671.193 orang, demikian pula untuk wisman menaik dari 48.453 menjadi 57.839 orang.

Walaupun kunjungan wisatawan cenderung menaik, namun pemerintah Daerah sampai akhir tahap RPJMD I akan tetap terus melakukan berbagai terobosan antara lain melalui program promosi wisata dan penyusunan agenda wisata yang jelas dan menarik, sehingga di tahun 2009 Jumlah Wisman menjadi 5,3 Juta dan Wisnu menjadi 60 ribuan.

Infrastruktur wilayah Selain melalui pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan, upaya pemenuhan kebutuhan jalan dilakukan melalui penggerakkan partisipasi masyarakat, yaitu dengan memberikan stimulan berupa bantuan aspal. Dan pada tahap RPJMD ke-1 ini dilakukan pula perbaikan jalan desa dan peningkatan jalan lintas desa di semua kecamatan sebagai upaya mendorong akses perekonomian serta peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

Adapun capaian indikator infrastruktur wilayah pada RPJMD ke 1 ini adalah sebagai berikut :1. Jalan Desa dengan Kondisi Baik 2. Jembatan antar Desa dengan Kondisi Baik 3. Jalan Kabupaten dengan Kondisi Baik dan sedang 55 %4. Jembatan pada Ruas Jalan Kabupaten dengan Kondisi Baik

131

Page 92: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

5. Jalan menuju obyek wisata dengan Kondisi Baik 6. Jalan menuju kawasan industri ideal dengan Kondisi Baik 7. Cakupan layanan irigasi dengan kondisi baik 8. Cakupan layanan air bersih 78 %9. Cakupan layanan listrik : 63 %

Upaya meningkatkan daya dukung lingkungan dilakukan melalui perbaikan kepranataan pengelolaan sumber daya alam dan pelestaian fungsi lingkungan ke arah yang lebih baik, tersedianya pedoman, tolok ukur, baku mutu, system pemantauan, evaluasi pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan ruang, peraturan lingkungan yang memadai, berjalannya penegakan hukum lingkungan, serta meningkatnya upaya mitigasi bencana alam. Adapun target indikator lingkungan dan tata ruang di Tahun 2009 adalah sebagai berikut : Luas Lahan kritis menjadi 6000 ha Kualitas Hutan 19% Daerah rawan banjir dengan genangan air mencapai 5000 ha Luas rawan kekeringan menjadi 3000 ha Pemanfaatan ruang sesuai tata ruang mencapai 40 %

Dari aspek tata kelola kepemerintahan, hasil yang diharapkan pada tahap RPJMD ini adalah sebagai berikut :

1. Partisipasi. Mendorong setiap warga untuk menggunakan hak dan menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat. Pada tahap ini ditandai dengan semakin berkurangnya hak suara yang golput, serta semakin banyaknya masyarakat yang berpatisipasi dalam pembangunan baik dari aspek perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan sesuai fungsinya.

2. Penegakan hukum. Penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai yang hidup dalam masyarakat serta tidak melakukan KKN. Pada tahap ini ditandai dengan semakin berkurangnya kasus-kasus dugaan Korupsi, serta ganguan keamanan dan ketertiban lainya.

3. Transparansi. Menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat melalui penyediaan informasi. Pada tahap ini ditandai dengan berbagai sosialisasi yang berkaitan dengan Peraturan-peraturan Daerah serta kebijakan strategis lainnya..

132

Page 93: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

4. Kesetaraan. Memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Pada tahap ini ditandai dengan semakin terbukanya informasi yang berkaitan dengan lowongan kerja, serta hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat

5. Daya Tanggap. Meningkatkan kepekaan para penyelenggara pemerintah terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali. Pada tahap ini ditandai dengan semakin responnya penyelenggara pemerintahan terhadap permasalahan masyarakat.

6. Wawasan ke depan. Membangun daerah berdasarkan visi. misi dan strategi yang jelas dengan mengikutsertakan warga dalam seluruh proses pembangunan. Pada tahap ini ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat yang berpatisipasi dalam pembangunan baik dari aspek perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan sesuai fungsinya.

7. Akuntabilitas. Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat luas. Pada tahap ini ditandai dengan meningkatnya kualitas pengambil keputusan secara jelas dan terukur..

8. Pengawasan. Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swasta dan masyarakat. Pada tahap ini ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat

yang berpatisipasi dalam pengawasan penyelengaraan pemerintahan dan pembangunan sesuai fungsinya serta meningkatnya auditor menjadi 25 orang.

9. Efisiensi dan efektif. Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab. Pada tahap ini ditandai dengan semakin besarnya anggaran yang dialokasikan bagi kepentingan masyarakat secara efisien dan efektif.

10. Profesionalisme. Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara pemerintahan agar mampu memberikan pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya yang terjangkau. Pada tahap ini ditandai dengan peningkatan profesionalisme penyelenggara pemerintahan dalam melayani masyarakat.

133

Page 94: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

2. RPJMD ke-2 (2009 – 2014)

Pada tahap RPJMD ke-2 ini, pembangunan pendidikan di Kabupaten Subang diarahkan untuk menuntaskan wajar dikdas 9 Tahun dengan target RRLS di tahun 2014 mencapai 9,07 tahun dan untuk AMH diharapkan mencapai 93.6 %.

Peningkatan capaian Indeks Pendidikan tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa keberhasilan capaian indikator lainnya antara lain angka DO dan Angka Melanjutkan Sekolah (AMS). Pada tahun 2014 untuk DO SD mencapai 0,075 % untuk DO SLTP mencapai 0,075 % sedangkan DO SLTA mencapai 0,15 %.

Selanjutnya untuk AMS SD-SLTP Tahun 2014 mecapai 100%, AMS SLTP-SLTA mencapai 76,64 %.

Menurunnya angka DO dan meningkatnya angka melanjutkan pada setiap jenjang sekolah, akan berpengaruh positif terhadap Angka Partisipasi Murni di Kabupaten Subang. Dalam tahun 2014 diharapkan, Angka Partisipasi Murni (APM) SD menjadi 100%, APM SLTP sebesar 77.8%, APM SLTA sebesar 51,77%.

134

Page 95: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Selain keberhasilan tersebut di atas, upaya yang diharapkan dicapai di tahun 2014 Subang adalah mempertahankan kondisi bangunan SD/MI, tuntas permasalahan bangunan SMP dan SMA, serta penambahan sekolah kejuruan setingkat SLTA 3 unit di 3 kecamatan. Pencapaian tersebut dilakukan melalui strategi kemitraan / gotong royong semua pihak, dimana unsur masayarakat terlibat langsung dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

Pada periode ini diharapkan kualitas pendidik di tingkat SD, SMP dan SMA sudah lebih baik dimana sertfikasi kelayakan mengajar di tingkat SD mencapai 100 %, tingkat SLTP mencapai 100 % dan SLTA mencapai 100 %.

Selain itu pula kelulusan terutama di tingkat SLTA lebih ditingkatkan melalui kewajiban penguasaan bahasa inggris dan pemahaman agama yang baik serta meningkatnya tingkat AMS ke Perguruan tinggi menjadi 40 %. Sedangkan untuk lulusan SMK diarahkan pada penyediaan lulusan yang siap kerja serta mencetak wirausaha muda yang mandiri sebanyak 25 %.

Pendidikan formal ditandai dengan meningkatnya cakupan anak usia dini yang terserap di lembaga-lembaga PAUD menjadi 15 % dan kecamatan bebas huruf menjadi 5 kecamatan.

Pembangunan Bidang Kesehatan dapat dilihat dari indikator Angka Harapan Hidup (AHH) yang pada tahun 2014 diharapkan mencapai 73,02 tahun.

Faktor – faktor tersebut secara umum dijelaskan ke dalam Indikator Makro dan Mikro capaian kinerja Kesehatan, diantaranya Angka Kematian Bayi di Kabupaten

Subang pada tahun 2014 menurun menjadi 38/1000 KH. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh antara lain faktor-faktor persalinan tenaga kesehatan yang pada tahun mencapai 87 %,

Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi masalah gizi, antara lain melalui Program Perbaikan Gizi Keluarga. Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan mutu konsumsi pangan sehingga berdampak pada peningkatan intelektualitas dan produktivitas. Dan pada periode ini status gizi buruk dan kurang menjadi 7 %.

Lingkungan hidup sehat merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Pencapaian lingkungan sehat tersebut selain berupa fasilitasi fisik dimana jamban keluarga tahun 2014 sebesar 73 %, cakupan penggunaan air bersih mencapai 83% serta SPAL mencapai 60%. Dari keberhasilan tersebut yang paling penting adalah upaya merubah perilaku hidup

135

Page 96: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

bersih dan sehat melalui pola pemberdayaan dan peran aktiv masyarakat, sehingga terwujudnya kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan, dimana diharapkan keluarga yang telah melakukan PHBS sekitar 70 %.

Dari aspek ketersediaan sarana prasarana, Pemerintah Kabupaten Subag telah mencukupi pemenuhan obat dan vaksin, dan dari sarana prasarana,fisik, puskesmas kondisi baik tahun 2014 diharapkan mencapai 85 %, puskesmas pembantu kondisi baik mencapai 75 %, polindes kondisi baik mencapai 60 %, sedangkan untuk Posyandu masih diarahkan pada pemberian bantuan stimulan.

Pembangunan ketenagakerjaan pada periode ini dilakukan melalui terobosan yang diharapkan mampu mengurangi permasalahan pengagguran melalui : live skill di semua SMK, peningkatan keterampilan kerja untuk menyiapkan jiwa wirausaha, transformasi tenaga kerja yang menguntungkan sebagaimana strategi agribinisnis serta penyiapan tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja bila ada investor. Diharapkan dengan strategi tersebut tingkat pengangguran di tahun 2014 menjadi 6% dengan TPAK sebesar 55 %

Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Subang diarahkan dalam mengatur komposisi penduduk, sehingga pada masa yang akan datang tidak terjadi ledakan usia produkif sementara keempatan kerja masih rendah. Untuk itu pada tahun 2014 LPP dipertahankan pada angka di bawah 0,98 %.

Dan untuk mengurangi perkawinan di bawah usia, Pemerintah mengupayakan pendekatan sosialisasi kepada para remaja putra dan putri untuk menunda perkawinan dengan lebih mengutamakan pendidikan terlebih dahulu.

Pembangunan ekonomi pada RPJMD ke-2 ini memilki tujuan yang sama dengan periode sebelumnya yakni :

1. Menurunkan angka kemiskinan yang pada tahun 2014 menjadi 25 %2. Menurunkan tingkat pengangguran yang pada tahun 2014 menjadi 6 %3. Meningkatnya PDRB (ADHK) yang pada tahun 2014 menjadi 7,9 Trilliun4. Meningkatnya LPE yang pada tahun 2014 menjadi 6,03 % 5. Meningkatnya PDRB perkapita (ADHB) pada tahun 2014 menjadi Rp. 10,7 Juta6. Meningkatnya daya beli masayarat yang pada tahun 2014 menjadi Rp. 626 ribu

Kelima tujuan arah pembangunan ekonomi di lakukan melalui :1. Meningkatnya usaha agrbisnis2. Meningkatnya usaha industri 3. Meningkatnya usaha kepariwisataan

136

Page 97: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

4. Meningkatnya usaha perekonomian lainnya

Pada periode ini agribisnis diarahkan pada : Pengembangan Agribisnis. Tahapan ini dimaksudkan untuk menempatkan agribisnis sebagai suatu sistem yang lebih luas serta mengoptimalkan dan mengembangkan sistem agribisnis yang sudah ada. Kalau dalam tahap RPJMD ke-1 Pemerintah Kabupaten Subang telah memperbaiki produksi, regulasi dan lainnya, maka pada tahap ini Pemerintah kabupaten Subang akan fokus pada pembenahan produktifitas dan pemanfaatan teknologi untuk pengolahan pasca panen.

Pembenahan produktifitas dimaksudkan sebagai realokasi sumber daya yang mengolah pertanian menuju industri-industri pengolahan kecil dan rumah tangga. Pola ini diharapkan akan efektif dalam melakukan pengembangan tenaga kerja pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan serta peternakan ke tenaga kerja yang bergerak pada industri pengolahan. Hal ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi tingkat konsumsi kebutuhan pokok masyarakat Subang

2. Mengidentifikasi kemampuan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan dari tingkat konsumsi tersebut

3. Tumbuhnya sentra-sentra poduksi sehingga akan terjadi pengembangan tenaga kerja yang menguntungkan dari sekedar buruh tani menjadi pengrajin industri rumah tangga.

4. Pada tahap ini Pemerintah akan memfasilitasi pemasaran hasil dari sentra produksi tersebut.

Secara lebih luas fokus pembangunan agribisnis tahap ke 2 diarahkan sebagai berikut :

Tahap 2 : Pengembangan Agribinis (periode 2009-2014) 1). Infrastruktur dengan indikasi :

Meningkatnya kualitas jalan lintas ekonomi dan irigasi sebagai akses dalam mendukung perekonomian

Meningkatnya sarana dan prasarana pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan serta peternakan yang efektif

2). Lahan dengan indikasi : Berkurangnya konversi lahan-lahan produktif

137

Page 98: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Terjaganya kualitas lahan (termasuk kesuburan, pencemaran pengairan dan sedementasi)

Penggunaan Lahan sesuai Tata Ruang 3). Modal dengan indikasi :

Mulai berkembangnya lembaga ekonomi desa dan bumdes sebagai lembaga permodalan yang mendukung usaha agribisnis dan IKM

Meningkatnya akses pada perbankan, dan subsidi jasa lembaga penjamin kredit

4). Teknologi dengan indikasi :Mulai meningkatnya penerapan teknologi tepat guna melalui kerjasama dengan Lembaga terkait

5). Pasar Meningkatnya kualitas produk-produk unggulan serta berkembangnya

diversifikasi produk unggulan Tersedianya sistem informasi pasar yang handal Lembaga Ekonomi Desa, Bumdes, KUD dan lembaga ekonomi lainnya

mulai berkembang menjadi lembaga pemasaran dan pengamanan harga pertanian

Meningkatnya kapasitas pasar produk unggulan subang Pengembangan Rumah kemasan dan Pasar Tani Berkembangnnya pengaturan sistem budidaya

6). Produksi dan Produktifitas Meningkatnya produksi pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan

serta peternakan Meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam hal

agribisnis

Berkembangnya sentra-sentra produksi pengolahan sebagai hasil pengembangan tenaga kerja pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan serta peternakan menjadi tenaga kerja bidang industri pengolahan

Pengembangan Industri Fokus pengembangan industri pada tahap in masih dilakukan melalui pemberdayaan Industri Kecil Menengah (IKM), bimbingan dan pengendalian mutu produksi, pengembangan diversifikasi produk, desain dan inovasi teknologi/mesin dan peralatan, peningkatan kemampuan dan keterampilan SDM

138

Page 99: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

pengusaha industri. Selanjutnya diharapkan terjalin kemitraan dengan pengusana menengah dan besar. Sehingga menjadikan rangkaian industri hulu dan hilir yang saling menguntungkan.

Peluang investasi industri juga terus dipromosikan sejalan dengan mulai tumbuhnya ekonomi secara makro yang menunjukan trend positif. Dan untuk tahun 2014 diharapkan nilai ekspor berkembang menjadi Rp. 64,4 Milyar, nilai produksi IKM dan Rumah tangga menjadi 212 Milyar dan nilai produksi Industri Menengah dan Besar sebesar Rp. 858 Milyar.

Tahapan RPJMD ini untuk industri diarahkan untuk penguatan daya saing industri dengan sasaran sebagai berikut : 1). Pengembangan produk berdaya sing dengan sistem OVOP (One Village One Product) / satu kecamatan satu produk unggulan 2). Sertifikasi dan standarisasi produk 3). Pengembangan desain kemasan

4).Revitalisasi mesin dan peralatan 5).Pengembangan klinik teknologi dan pengembangan mutu 6).Pengembangan kesinambungan pasar 7).Penyederhanaan prosedur perijinan 8).Peningkatan kemitraan dan litbang di bidang industri 9). Peningkatan ragam desain produk.

Dengan upaya tersebut diharapkan di tahun 2014 kontribusi sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi 20,55 %

Pengembangan Pariwisata pada periode ini diarahkan dalam rangka peningkatan keunggulan pariwisata melalui pengembangan produk wisata yang unik, tradisoinal dan mencerminkan jati diri kabupaten Subang yang berakar pada alam, seni dan budaya. Serta melalui peningkatan kinerja objek dan daya tarik wisata yang berdaya saing dan memanfaatkan sumber daya secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, sehingga di tahun 2014 Jumlah Wisman menjadi 5,8 Juta dan Wisnu menjadi 67 ribuan.

Infrastruktur wilayah Pada RPJMD ke-2 ini pembangunan infrastruktur diarahkan selain penunjang perekoomian dan pelayanan tetapi juga diharapkan akan mendukung core busines lainnya dalam hal ini industri dan pariwisata. Untuk itu sasarannya adalah sebagai berikut :

1. Jalan Desa dengan Kondisi Baik 2. Jembatan antar Desa dengan Kondisi Baik 3. Jalan Kabupaten dengan Kondisi Baik dan sedang 65 %4. Jembatan pada Ruas Jalan Kabupaten dengan Kondisi Baik

139

Page 100: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

5. Jalan menuju obyek wisata dengan Kondisi Baik 6. Jalan menuju kawasan industri ideal dengan Kondisi Baik 7. Cakupan layanan irigasi dengan kondisi baik 8. Cakupan layanan air bersih 82 %9. Cakupan layanan listrik : 75 %

Selain melalui pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan, upaya pemenuhan kebutuhan jalan dilakukan melalui penggerakkan partisipasi masyarakat, yaitu dengan memberikan stimulan berupa bantuan aspal.

Upaya meningkatkan daya dukung lingkungan ditandai dengan semakin membaiknya kinerja pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan, meningkatnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, semakin membaiknya sistem informasi sumber daya alam dan lingkungan, tersedianya sarana prasarana pengelolaan lingkungan yang mampu berfungsi sebagai media pendidikan lingkungan, membaiknya upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan, meningkatnya upaya pemulihan kualitas lingkungan, semakin meningkatnya upaya pengurangan resiko bencana alam, meningkatnya penegakan hukum lingkungan, serta terbangunnya pola pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan.

Adapun target indikator lingkungan dan tata ruang di Tahun 2014 adalah sebagai berikut : Luas Lahan kritis menjadi 4000 ha Kualitas Hutan 21% Daerah rawan banjir dengan genangan air mencapai 3000 ha Luas rawan kekeringan menjadi 2000 ha Pemanfaatan ruang sesuai tata ruang mencapai 50 %

Dari aspek tata kelola kepemerintahan, hasil yang diharapkan pada tahap RPJMD ini adalah sebagai berikut : 1. Partisipasi. Mendorong setiap warga untuk menggunakan hak dan

menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat. Pada tahap ini ditandai dengan semakin berkurangnya hak suara yang golput, serta semakin banyaknya masyarakat yang

140

Page 101: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

berpatisipasi dalam pembangunan baik dari aspek perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan sesuai fungsinya

2. Penegakan hukum. Penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai yang hidup dalam masyarakat serta tidak melakukan KKN. Pada tahap ini ditandai dengan semakin berkurangnya kasus-kasus dugaan Korupsi, serta ganguan keamanan dan ketertiban lainya.

3. Transparansi. Menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat melalui penyediaan informasi. Pada tahap ini ditandai dengan berbagai sosialisasi yang berkaitan dengan Peraturan-peraturan Daerah serta kebijakan strategis lainnya..

4. Kesetaraan. Memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Pada tahap ini ditandai dengan semakin terbukanya informasi yang berkaitan dengan lowongan kerja, serta hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat

5. Daya Tanggap. Meningkatkan kepekaan para penyelenggara pemerintah terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali. Pada tahap ini ditandai dengan semakin responnya penyelenggara pemerintahan terhadap permasalahan masyarakat.

6. Wawasan ke depan. Membangun daerah berdasarkan visi. misi dan strategi yang jelas dengan mengikutsertakan warga dalam seluruh proses pembangunan. Pada tahap ini ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat yang berpatisipasi dalam pembangunan baik dari aspek perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan sesuai fungsinya.

7. Akuntabilitas. Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat luas. Pada tahap ini ditandai dengan meningkatnya kualitas pengambil keputusan secara jelas dan terukur..

8. Pengawasan. Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swasta dan masyarakat. Pada tahap ini ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat yang berpatisipasi dalam pengawasan penyelengaraan pemerintahan dan pembangunan sesuai fungsinya serta meningkatnya auditor menjadi 30 orang.

9. Efisiensi dan efektif. Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab. Pada tahap ini ditandai dengan semakin besarnya

141

Page 102: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

anggaran yang dialokasikan bagi kepentingan masyarakat secara efisien dan efektif.

10. Profesionalisme. Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara pemerintahan agar mampu memberikan pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya yang terjangkau. Pada tahap ini ditandai dengan peningkatan profesionalisme penyelenggara pemerintahan dalam melayani masyarakat.

142

Page 103: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

3. RPJMD ke - 3 (2014 – 2019)

Pada tahap RPJMD ke-3 ini, pembangunan pendidikan di Kabupaten Subang diarahkan dalam rangka merintis wajib belajar 12 tahun atau setingkat SMA. Dimana Rata-rata Lama Sekolah diharapkan pada tahun 2019 mencapai 10,67 tahun dan Angka Melek Huruf Kabupaten Subang diharapkan mencapai 95.49 %.

Peningkatan capaian Indeks Pendidikan tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa keberhasilan capaian indikator lainnya antara lain angka DO dan Angka Melanjutkan Sekolah (AMS). Pada tahun 2019 untuk DO SD mencapai 0,05 % untuk DO SLTP mencapai 0,05 % sedangkan DO SLTA mencapai 0,01 % . Selanjutnya untuk AMS SD-SLTP Tahun 2005 mencapai 100%, AMS SLTP-SLTA mecapai 86.62 %.

Menurunnya angka DO dan meningkatnya angka melanjutkan pada setiap jenjang sekolah, akan berpengaruh positif terhadap Angka Partisipasi Murni di Kabupaten Subang. Dalam tahun 2019 diharapkan, Angka Partisipasi Murni (APM) SD dipertahankan 100%, APM SLTP sebesar 86,56 %,dan APM SLTA sebesar 68,83%.

Selain keberhasilan tersebut di atas, upaya yang diharapkan dicapai di tahun 2014 Subang adalah mempertahankan kondisi bangunan SD/MI, SMP dan SMA, serta penambahan sekolah kejuruan setingkat SLTA 4 unit di 4 kecamatan.

Pencapaian tersebut dilakukan melalui strategi kemitraan / gotong royong semua pihak, dimana unsur masyarakat terlibat langsung dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

Pada periode ini diharapkan kualitas pendidik di tingkat SD, SMP dan SMA sudah lebih baik sertfikasi kelayakan mengajar di tingkat SD mencapai 100 %, tingkat SLTP mencapai 100 % dan SLTA mencapai 100 %.

Selain itu pula kelulusan terutama di tingkat SLTA lebih ditingkatkan melalui kewajiban penguasaan bahasa inggris dan pemahaman agama yang baik serta meningkatnya tigkat AMS ke Perguruan tinggi menjadi 50 %.

Sedangkan untuk lulusan SMK diarahkan pada penyediaan lulusan yang siap kerja serta mencetak wirausahawan muda yang mandiri menjadi 35 %.

Pendidikan formal ditandai dengan meningkatnya cakupan anak usia dini yang terserap di lembaga-lembaga PAUD menjadi 30 % dan kecamatan bebas huruf menjadi 12 kecamatan

143

Page 104: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Pembangunan Bidang Kesehatan dapat dilihat dari indikator Angka Harapan Hidup (AHH) yang pada tahun 2019 diharapkan mencapai 76,73 tahun.

Faktor – faktor tersebut secara umum dijelaskan ke dalam Indikator Makro dan Mikro capaian kinerja Kesehatan, diantaranya Angka Kematian Bayi di Kabupaten Subang pada tahun 2019 menurun menjadi 32/1000 KH Penurunan tersebut dipengaruhi oleh antara lain faktor-faktor persalinan tenaga kesehatan yang pada tahun mencapai 92 %,

Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi masalah gizi, antara lain melalui Program Perbaikan Gizi Keluarga. Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan mutu konsumsi pangan sehingga berdampak pada peningkatan intelektualitas dan produktivitas. Dan pada periode ini status gizi buruk dan kurang menjadi 5 %.

Lingkungan hidup sehat merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Pencapaian lingkungan sehat tersebut selain berupa fasilitasi fisik dimana jamban keluarga tahun 2019 sebesar 80 %, cakupan penggunaan air bersih mencapai 86% dan SPAL mencapai 70%. Dari keberhasilan tersebut yang paling penting adalah upaya merubah perilaku hidup bersih dan sehat melalui pola pemberdayaan dan peran aktiv masyarakat, sehingga terwujudnya kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan, dimana diharapkan keluarga yang telah melakukan PHBS sekitar 80 %.

Dari aspek ketersediaan sarana prasarana, Pemeirntah Kabupaten Subag telah mencukupi pemenuhan obat dan vaksin, dan dari sarana prasarana fisik, puskesmas kondisi baik tahun 2019 diharapkan mencapai 90 %, puskesmas pembantu kondisi baik mencapai 80 %, polindes kondisi baik mencapai 70 %, sedangkan untuk posyandu masih dilakukan melalui pemberian bantuan stimulan.

Pembangunan ketenagakerjaan Pada periode ini masih sama dengan periode belumnya dilakukan melalui terobosan yang diharapkan mampu mengurangi permasalahan pengangguran melalui : semakin mantapnya live skill di semua SMK, peningkatan keterampilan kerja untuk menyiapkan jiwa wirausaha, transformasi tenaga kerja yang menguntungkan sebagaimana strategi agribinisnis serta penyiapan tenaga

kerja untuk memenuhi kesempatan kerja. Diharapkan dengan strategi tersebut tingkat pengangguran di tahun 2019 menjadi 5 % dengan TPAK sebesar 60 %.

144

Page 105: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Subang diarahkan dalam mengatur komposisi penduduk, sehingga pada masa yang akan datang tidak terjadi ledakan usia produkif sementara keempatan kerja masih rendah. Untuk itu pada tahun 2019 LPP dipertahankan pada angka di bawah 0,96 %.

Dan untuk mengurangi perkawinan di bawah usia, Pemerintah mengupayakan pendekatan sosialisasi kepada para remaja putra dan putri untuk menunda perkawinan dengan lebih mengutamakan pendidikan terlebih dahulu.

Pembangunan ekonomi pada RPJMD ke 3 ini memilki tujuan yang sama dengan periode sebelumnya yakni :

1. Menurunkan angka kemiskinan yang pada tahun 2019 menjadi 20 %2. Menurunkan tingkat pengangguran yang pada tahun 2019 menjadi 5 %3. Meningkatnya PDRB (ADHK) yang pada tahun 2019 menjadi Rp. 10,01 Trilliun4. Meningkatnya LPE yang pada tahun 2019 menjadi 6,18 % 5. Meningkatnya PDRB perkapita (ADHB) yang pada tahun 2019 menjadi Rp.

13.53 Juta6. Meningkatnya daya beli masayarat yang pada tahun 2019 menjadi Rp. 660 ribu

Kelima tujuan arah pembangunan ekonomi di lakukan melalui :1. Meningkatnya usaha agrbisnis2. Meningkatnya usaha industri 3. Meningkatnya usaha kepariwisataan4. Meningkatnya usaha perekonomian lainnya

Pada periode ini Pengembangan agribisnis fokus pada Penguatan Agribisnis yang diarahkan pada : Peningkatan kualitas hasil agribisnis dengan sasaran sebagai berikut : 1). Pemantapan produktifitas 2). Supply chain management yang efektif dan efisien 3). Budaya mutu dan merk 4). Sertifikasi dan standar produk 5). Respon terhadap kepuasan konsumen 6) Membuka peluang pasar secara lebih luas. Tahapan di lakukan melalui :

1. Mengidentifikasi produk yang secara kualitas dan kesinambungan hasil sangat baik

2. Mencari peluang pasar ke luar daerah secara lebih luas3. Meluasnya sentra-sentra poduksi di tiap kecamatan yang memenuhi standar

pasar

145

Page 106: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

4. Pada tahap ini Pemerintah akan memfasilitasi pemasaran hasil dari sentra produksi tersebut ke luar daerah.

Secara lebih luas, fokus pembangunan agribisnis tahap ke 3 diarahkan sebagai berikut :

Tahap 3 : Penguatan Agribinis (periode 2014-2019) 1). Infrastruktur dengan indikasi :

Meningkatnya kualitas jalan lintas ekonomi dan irigasi sebagai akses dalam mendukung perekonomian

Meningkatnya sarana dan prasarana pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan serta peternakan

2). Lahan dengan indikasi : Berkurangnya konversi lahan-lahan pertanian Terjaganya kualitas lahan (termasuk kesuburan, pencemaran

pengairan dan sedementasi) Pemanfaatan lahan sesuai tata ruang yang diperuntukkan bagi

kawasan agribisnis3). Modal dengan indikasi :

Menguatnya lembaga ekonomi desa dan bumdes sebagai lembaga permodalan yang mendukung usaha agribisnis dan IKM

Kemitraan dengan lembaga keuangan Menguatnya akses pada perbankan dan subsidi jasa lembaga

penjamin kredit4). Teknologi dengan indikasi :

Menguatnya penerapan teknologi tepat madya Pengembangan inovasi teknologi pada semua sub sistem agribisnis

5). Pasar Pengembangan jaringan pasar Meningkatnya kualitas produk-produk unggulan serta berkembangnya

diversifikasi produk unggulan Menguatnya pengaturan sistem budidaya Menguatnya sistem informasi pasar Meningkatnya peran Lembaga Ekonomi Desa, Bumdes, KUD dan

lembaga ekonomi lainnya menjadi sub terminal agribisnis Menguatnya kapasitas pasar produk unggulan subang Orientasi produk agribisnis sudah memperhatikan selera konsumen

146

Page 107: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

6) Produksi dan Produktifitas Meningkatnya produksi pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan

serta peternakan

Menguatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam hal agribisnis

Menguatnya sentra-sentra produksi pengolahan sebagai hasil pengembangan tenaga kerja pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan serta peternakan menjadi tenaga kerja industri pengolahan

Standarisasi mutu produk

Pengembangan Industri Fokus pengembangan industri diarahkan pada penciptaan lingkungan bisnis yang nyaman dan kondusif, pengembangan kemampuan inovasi, peningkatan kemampuan sumber daya industri dan mengembangkan industri kecil yang tangguh. Dan untuk tahun 2019 diharapkan nilai ekspor berkembang menjadi Rp. 84,3 Milyar, nilai produksi IKM dn Rumah tangga menjadi 231 Milyar dan nilai produksi Industri Menengah dan Besar sebesar Rp. 987 Milyar.

Tahapan RPJMD ini untuk industri diarahkan untuk pemantapan industri dengan sasaran sebagai berikut : 1). Pengembangan SDM yang produktif dan responsif 2). Peningkatan dukungan sumber permodalan yang cepat, mudah dan transparan 3). Pengembangan industri berbasis teknologi 4). Pengembangn industri berorientsi ekspor 5). Peningkatan keterkaitan industri yng sangat luas 6). Pengembangan sistem informasi pasar dan promosi produk 7). Optimalisasi penyebaran industri di zona industri 8). Pengembangan diversifikasi produk ekspor 9). Peningkatan kualitas infrastruktur wilayah.

Dengan upaya tersebut diharapkan di tahun 2019 kontribusi sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi 25,5 %

Pengembangan Pariwisata pada periode ini diarahkan dalam rangka makin mantapnya keunggulan pariwisata di Kabupaten Subang melalui pengembangan produk wisata yang unik, tradisoinal dan mencerminkan jati diri Kabuaten Subang yang berakar pada alam, seni dan budaya. Serta melalui peningkatan kinerja objek dan daya tarik wisata yang berdaya saing dan memanfaatkan sumber daya secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, sehingga di tahun 2019 Jumlah Wisman menjadi 6,4 Juta dan Wisnu menjadi 74 ribuan

147

Page 108: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Infrastruktur wilayah pada RPJMD ke-3 ini diarahkan selain penunjang perekonomian dan pelayanan tetapi juga diharapkan akan mendukung core busines lainnya dalam hal ini industri dan pariwisata dengan sasaran sebagai berikut :

1. Jalan Desa dengan Kondisi Baik 2. Jembatan antar Desa dengan Kondisi Baik 3. Jalan Kabupaten dengan Kondisi Baik dan Sedang 75 %4. Jembatan pada Ruas Jalan Kabupaten dengan Kondisi Baik 5. Jalan menuju obyek wisata dengan Kondisi Baik 6. Jalan menuju kawasan industri ideal dengan Kondisi Baik 7. Cakupan layanan irigasi dengan kondisi baik 8. Cakupan layanan air bersih 87 %9. Cakupan layanan listrik : 85 %

Selain melalui pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan, upaya pemenuhan kebutuhan jalan dilakukan melalui penggerakkan partisipasi masyarakat, yaitu dengan memberikan stimulan berupa bantuan aspal.

Upaya meningkatkan daya dukung lingkungan ditandai dengan semakin efektif dan efisiennya sistem pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan, meningkatnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, semakin mantapnya sistem informasi sumber daya alam dan lingkungan, semakin lengkapnya sarana prasarana pengelolaan lingkungan yang mampu berfungsi sebagai media pendidikan lingkungan, membaiknya upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan, meningkatnya upaya pemulihan kualitas lingkungan, semakin mantapnya upaya pengurangan resiko bencana alam, tetap konsistennya penegakan hukum lingkungan.

Adapun target indikator lingkungan dan tata ruang di Tahun 2019 adalah sebagai berikut : Luas Lahan kritis menjadi 2500 ha Kualitas Hutan 23% Daerah rawan banjir dengan genangan air mencapai 1500 ha Luas rawan kekeringan menjadi 1000 ha Pemanfaatan ruang sesuai tata ruang mencapai 70 %

Dari aspek tata kelola kepemerintahan, hasil yang diharapkan pada tahap RPJMD ini adalah sebagai berikut :

148

Page 109: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

1. Partisipasi. Mendorong setiap warga untuk menggunakan hak dan menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat. Pada tahap ini ditandai dengan semakin berkurangnya hak suara yang golput, serta semakin banyaknya masyarakat yang berpatisipasi dalam pembangunan baik dari aspek perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan sesuai fungsinya

2. Penegakan hukum. Penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai yang hidup dalam masyarakat serta tidak melakukan KKN. Pada tahap ini ditandai dengan semakin berkurangnya kasus-kasus dugaan Korupsi, serta ganguan keamanan dan ketertiban lainya.

3. Transparansi. Menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat melalui penyediaan informasi. Pada tahap ini ditandai dengan berbagai sosialisasi yang berkaitan dengan Peraturan-peraturan Daerah serta kebijakan strategis lainnya..

4. Kesetaraan. Memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Pada tahap ini ditandai dengan semakin terbukanya informasi yang berkaitan dengan lowongan kerja,serta hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat

5. Daya Tanggap. Meningkatkan kepekaan para penyelenggara pemerintah terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali. Pada tahap ini ditandai dengan semakin responnya penyelenggara pemerintahan terhadap permasalahan masyarakat.

6. Wawasan ke depan. Membangun daerah berdasarkan visi. misi dan strategi yang jelas dengan mengikutsertakan warga dalam seluruh proses pembangunan. Pada tahap ini ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat yang berpatisipasi dalam pembangunan baik dari aspek perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan sesuai fungsinya.

7. Akuntabilitas. Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat luas. Pada tahap ini ditandai dengan meningkatnya kualitas pengambil keputusan secara jelas dan terukur.

8. Pengawasan. Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swasta dan masyarakat. Pada tahap ini ditandai dengan semakin banyaknya

149

Page 110: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

masyarakat yang berpatisipasi dalam pengawasan penyelengaraan pemerintahan dan pembangunan sesuai fungsinya serta meningkatnya auditor menjadi 35 orang.

9. Efisiensi dan efektif. Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab. Pada tahap ini ditandai dengan semakin besarnya anggaran yang dialokasikan bagi kepentingan masyarakat secara efisien dan efektif.

10. Profesionalisme. Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara pemerintahan agar mampu memberikan pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya yang terjangkau. Pada tahap ini ditandai dengan peningkatan profesionalisme penyelenggara pemerintahan dalam melayani masyarakat.

4. RPJMD ke-4 (2019 – 2025)Pada tahap RPJMD ke-4 ini, pembangunan pendidikan di Kabupaten Subang

diarahkan untuk mencapai Wajib Belajar 12 tahun atau setingkat SMA yakni mencapai 12,97 tahun dan AMH diharapkan mencapai 97.8 %.

Peningkatan capaian Indeks Pendidikan tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa keberhasilan capaian indikator lainnya antara lain angka DO dan Angka Melanjutkan Sekolah (AMS). Pada tahun 2025 DO SD mencapai 0,01 % untuk DO SLTP mencapai 0,01 % sedangkan DO SLTA mencapai 0,1 % . Selanjutnya untuk AMS SD-SLTP dan SLTP-SLTA sudah mecapai 100%

Menurunnya angka DO dan meningkatnya angka melanjutkan pada setiap jenjang sekolah, akan berpengaruh positif terhadap Angka Partisipasi Murni di Kabupaten Subang. Dalam tahun 2025 diharapkan, Angka Partisipasi Murni (APM) SD 100%, APM SLTP 98,38%.dan APM SLTA menjadi 96,88%.

Selain keberhasilan tersebut di atas, upaya yang diharapkan dicapai di tahun 2025 Subang adalah mempertahankan kondisi bangunan SD/MI, SMP dan SMA, serta penambahan sekolah kejuruan setingkat SLTA 4 unit di 4 kecamatan, sehinngga semua kecamatan telah memiliki semua layanan pendidikan menengah. Pencapaian tersebut dilakukan melalui strategi kemitraan / gotong royong semua pihak, dimana unsur masyarakat terlibat langsung dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

150

Page 111: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Pada periode ini diharakan kualitas pendidik di tingkat SD, SMP dan SMA sudah lebih baik sertfikasi kelayakan mengajar di tingkat SD mencapai 100 %, tingkat SLTP mencapai 100 % dan SLTA mencapai 100 %.

Selain itu pula kelulusan terutama di tingkat SLTA lebih ditingkatkan melaui kewajiban penguasaan bahasa inggris dan pemahaman agama yang baik serta meningkatnya tigkat AMS ke Perguruan tinggi sebesar 60 %. Sedangkan untuk lulusan SMK diarahkan pada penyediaan lulusan yang siap kerja serta wirausahaan muda yang mandiri menjadi 45 %.

Pendidikan formal ditandai dengan meningkatnya cakupan anak usia dini yang terserap di lembaga-lembaga PAUD menjadi 45 % dan kecamatan bebas huruf menjadi 20 kecamatan

Pembangunan Bidang Kesehatan dilihat dari indikator Angka Harapan Hidup (AHH) yang pada tahun 2025 diharapkan mencapai 80 tahun. Faktor – faktor tersebut secara umum dijelaskan kedalam Indikator Makro dan Mikro capaian kinerja Kesehatan, diantaranya Angka Kematian Bayi di Kabupaten Subang pada tahun 2025 menurun menjadi 26/1000 KH. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh antara lain faktor-faktor persalinan tenaga kesehatan yang pada tahun mencapai 97%. Artinya dengan kondisi AKB di bawah 30/1000 KH merupakan kondisi yang sangat ideal dimana kematian bayi hanya disebabkan oleh faktor genetik bukan faktor sosial lainnya.

Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi masalah gizi, antara lain melalui Program Perbaikan Gizi Keluarga. Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan mutu konsumsi pangan sehingga berdampak pada peningkatan intelektualitas dan produktivitas. Dan pada periode ini status gizi buruk dan kurang menjadi 2 %.

Lingkungan hidup sehat merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Pencapaian lingkungan sehat tersebut selain berupa fasilitasi fisik dimana jamban keluarga tahun 2025 sebesar 90 %, cakupan penggunaan air bersih mencapai 90% dan SPAL mencapai 80%. Dari keberhasilan tersebut yang paling penting adalah upaya merubah perilaku hidup bersih dan sehat melalui pola pemberdayaan dan peran aktiv masyarakat, sehingga terwujudnya kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan, dimana diharapkan keluarga yang telah melakukan PHBS sekitar 90 %.

Dari aspek ketersediaan sarana prasarana, Pemeirntah Kabupaten Subag telah mencukupi pemenuhan obat dan vaksin, dan dari sarana prasarana fisik puskesmas

151

Page 112: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

baik tahun 2025 diharapkan mencapai 95%, puskesmas pembantu kondisi baik mencapai 85 %, polindes kondisi baik mencapai 80 %. Dan diharapkan posyandu yang telah mendapat bantuan stimulan mencapai 90 %.

Pembangunan ketenagakerjaan, pada periode ini masih sama dengan periode belumnya dilakukan melalui terobosan yang diharpkan mampu mengurangi permasalahan pengangguran melalui : live skill di semua SMK, peningkatan keterampilan kerja untuk menyiapkan jiwa wirausaha, transformasi tenaga kerja yang menguntungkan sebagaimana strategi agribinisnis serta penyiapan tenaga kerja bila ada investor. Diharapkan dengan strategi tersebut tingkat pengangguran di tahun 2025 menjadi 4 % dengan TPAK sebesar 65 %.

Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Subang diarahkan dalam mengatur komposisi penduduk, sehingga pada masa yang akan datang tidak terjadi ledakan usia produkif sementara kesempatan kerja masih rendah.

Untuk itu pada tahun 2025 LPP dipertahankan pada angka di bawah 0,94 %.

Dan untuk mengurangi perkawinan di bawah usia, Pemerintah mengupayakan pendekatan sosialisasi kepada para remaja putra dan putri utnuk menunda perkawinan dengan lebih mengutamakan pendidikan terlebih dahulu.

Pembangunan ekonomi pada RPJMD ke 4 ini memilki tujuan yang sama dengan periode sebelumnya yakni :

1. Menurunkan angka kemiskinan yang pada tahun 2025 menjadi 15 %2. Menurunkan tingkat pengangguran yang pada tahun 2025 menjadi 4 %3. Meningkatnya PDRB (ADHK) yang pada tahun 2025 menjadi Rp. 13,2 Trilliun4. Meningkatnya LPE yang pada tahun 2025 menjadi 6,28 % 5. Meningkatnya PDRB perkapita (ADHB) yang pada tahun 2025 menjadi Rp. 17,9

Juta6. Meningkatnya daya beli masyarat yang pada tahun 2025 menjadi Rp. 703 ribu

Kelima tujuan arah pembangunan ekonomi di lakukan melalui :1. Meningkatnya usaha agrbisnis2. Meningkatnya usaha industri 3. Meningkatnya usaha kepariwisataan4. Meningkatnya usaha perekonomian lainnya

152

Page 113: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Para periode ini Pengembangan agribisnis diarahkan pada Pemantapan Agribisnis yang ditandai meluasnya jaringan bisnis. Yang dilakukan melalui :

1. Meningkatkan jumlah produk yang secara kualitas dan kesinambungan hasil sangat baik

2. Pemantapan peluang pasar ke luar daerah

3. Meluasnya sentra-sentra poduksi yang memenuhi standar pasar di luar darah

4. Pada tahap ini pengusaha sudah mampu secara mandiri melakukan jaringan bisnis secara luas.

Secara lebih luas, fokus pembangunan agribisnis tahap ke 4 diarahkan sebagai berikut :

Tahap 4 : Pemantapan Agribinis (periode 2019-2025) 1). Infrastruktur dengan indikasi :

Meningkatnya kuantitas dan kualitas jalan lintas ekonomi dan irigasi sebagai akses dalam mendukung agribisnis

Tersedianya sarana dan prasarana pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan serta peternakan yang berorientasi agribisnis

2). Lahan dengan indikasi : Berkurangnya konversi lahan-lahan pertanian Terjaganya kualitas lahan (termasuk kesuburan, pencemaran

pengairan dan sedementasi) Adanya kepastian hukum mengenai penggunaan lahan agribisnis Pemanfaatan lahan sesuai tata ruang yang diperuntukkan bagi

kawasan agribisnis3). Modal dengan indikasi :

Menguatnya lembaga keuangan bebasis agribisnis Kemandirian usaha agribisnis

4). Teknologi dengan indikasi : Rekayasa teknologi pada semua sub sistem agribisnis

153

Page 114: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

Pengembangan teknologi agribisnis dari hulu sampai hilir 5). Pasar

Pengusaan segmen atau jaringan pasar komoditas agribisnis Mantapnya sistem informasi pasar Terwujudnya pola kemitraan usaha agribisnis Mantapnya daya saing produk unggulan Produk agribisnis memperhatikan selera konsumen Mantapnya peran Lembaga Ekonomi Desa, Bumdes, KUD dan lembaga

ekonomi lainnya menjadi sub terminal agribisnis6) Produksi dan Produktifitas

Standarisasi mutu produk Terwujudnya keunggulan kompetitif dan komparatif produk agribisnis Mantapnya sentra-sentra produksi pengolahan sebagai hasil

pengembangan tenaga kerja pertanian, kelautan dan perikanan, perkebunan serta peternakan menjadi tenaga kerja bidang industri pengolahan

Pengembangan Industri Fokus pengembangan industri pada tahap in diarahka pada peningkatan daya saing industri yang berorientasi pasar nasional bahkan ekspor serta mampu menciptakan kesempatan kerja dalam jumlah besar. Dan untuk tahun 2025 diharapkan nilai ekspor berkembang menjadi Rp. 91 Milyar, nilai produksi IKM dan Rumah tangga menjadi 250 Milyar dan nilai produksi Industri Menengah dan Besar sebesar Rp. 1,13 Trilliun.

Tahapan RPJMD ini untuk industri diarahkan untuk kemandirian industri dengan sasaran sebagai berikut : 1). Pengembangan manajemen profesional dan akuntabel 2). Peningkatan efesiensi dan produktifitas 3). Peningkatan promosi dan jaringan pemasaran global 4). Pembentukan pusat pengadaan bahan baku dan pemasaran produk 5). Peningkatan peran IKM berbasis kerakyatan yang bersinergi dengan industri besar / manufaktur berbasis teknologi serta sektor ekonomi lainnya

Dengan upaya tersebut diharapkan di tahun 2025 kontribusi sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi 31 %

Pengembangan Pariwisata pada periode ini diarahkan dalam rangka peningkatan keunggulan pariwisata melalui pengembangan produk wisata yang unik, tradisoinal dan mencerminkan jati diri kabupaten Subang yang berakar pada alam, seni dan budaya. Serta melalui peningkatan kinerja objek dan daya tarik wisata yang berdaya saing dan memanfaatkan sumber daya secara berkelanjutan dan berwawasan

154

Page 115: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

lingkungan, sehingga di tahun 2025 Jumlah Wisman menjadi 7,3 Juta dan Wisnu menjadi 83 ribuan

Infrastruktur wilayah Dan pada RPJMD ke-4 ini pembangunan infrastruktur diarahkan selain penunjang perekoomian dan pelayanan tetapi juga diharapkan akan mendukung core busines lainnya dalam hal ini industri dan pariwisata. Untuk itu sasarannya adalah sebagai berikut :

1. Jalan Desa dengan Kondisi Baik 2. Jembatan antar Desa dengan Kondisi Baik 3. Jalan Kabupaten dengan Kondisi Baik dan Sedang 85 %4. Jembatan pada Ruas Jalan Kabupaten dengan Kondisi Baik 5. Jalan menuju obyek wisata dengan Kondisi Baik 6. Jalan menuju kawasan industri ideal dengan Kondisi Baik 7. Cakupan layanan irigasi dengan kondisi baik 8. Cakupan layanan air bersih 92 %9. Cakupan layanan listrik : 100 %

Selain melalui pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan, upaya pemenuhan kebutuhan jalan dilakukan melalui penggerakkan partisipasi masyarakat, yaitu dengan memberikan stimulan berupa bantuan aspal.

Upaya meningkatkan daya dukung lingkungan ditandai dengan semakin efektif dan efisiennya sistem pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan, meningkatnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, semakin mantapnya sistem informasi sumber daya alam dan lingkungan, semakin lengkapnya sarana prasarana pengelolaan lingkungan yang mampu berfungsi sebagai media pendidikan lingkungan, membaiknya upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan, meningkatnya upaya pemulihan kualitas lingkungan, semakin mantapnya upaya pengurangan resiko bencana alam, tetap konsistennya penegakan hukum lingkungan.

Adapun target indikator lingkungan dan tata ruang di Tahun 2025 adalah sebagai berikut : Luas Lahan kritis menjadi 1500 ha Kualitas Hutan 25% Daerah rawan banjir dengan genangan air mencapai 100 ha Luas rawan kekeringan menjadi 100 ha Pemanfaatan ruang sesuai tata ruang mencapai 80 %

Dari aspek tata kelola kepemerintahan, hasil yang diharapkan pada tahap RPJMD ini adalah sebagai berikut :

155

Page 116: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

1. Partisipasi. Mendorong setiap warga untuk menggunakan hak dan menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat. Pada tahap ini ditandai dengan semakin berkurangnya hak suara yang golput, serta semakin banyaknya masyarakat yang berpatisipasi dalam pembangunan baik dari aspek perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan sesuai fungsinya

2. Penegakan hukum. Penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai yang hidup dalam masyarakat serta tidak melakukan KKN. Pada tahap ini ditandai dengan semakin berkurangnya kasus-kasus dugaan Korupsi, serta ganguan keamanan dan ketertiban lainya.

3. Transparansi. Menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat melalui penyediaan informasi. Pada tahap ini ditandai dengan berbagai sosialisasi yang berkaitan dengan Peraturan-peraturan Daerah serta kebijakan strategis lainnya..

4. Kesetaraan. Memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Pada tahap ini ditandai dengan semakin terbukanya informasi yang berkaitan dengan lowongan kerja, serta hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat

5. Daya Tanggap. Meningkatkan kepekaan para penyelenggara pemerintah terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali. Pada tahap ini ditandai dengan semakin responnya penyelenggara pemerintahan terhadap permasalahan masyarakat.

6. Wawasan ke depan. Membangun daerah berdasarkan visi. misi dan strategi yang jelas dengan mengikutsertakan warga dalam seluruh proses pembangunan. Pada tahap ini ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat yang berpatisipasi dalam pembangunan baik dari aspek perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan sesuai fungsinya.

7. Akuntabilitas. Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat luas. Pada tahap ini ditandai dengan meningkatnya kualitas pengambil keputusan secara jelas dan terukur..

8. Pengawasan. Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swasta dan masyarakat. Pada tahap ini ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat yang berpatisipasi dalam pengawasan penyelengaraan

156

Page 117: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

pemerintahan dan pembangunan sesuai fungsinya serta meningkatnya auditor menjadi 40 orang.

9. Efisiensi dan efektif. Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab. Pada tahap ini ditandai dengan semakin besarnya anggaran yang dialokasikan bagi kepentingan masyarakat secara efisien dan efektif.

10. Profesionalisme. Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggara pemerintahan agar mampu memberikan pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya yang terjangkau. Pada tahap ini ditandai dengan peningkatan profesionalisme penyelenggara pemerintahan dalam melayani masyarakat.

B A B V

PENUTUP

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) adalah dokumen perencanaan dua puluh tahun ke depan yang memuat Visi, Misi, dan Arah Pembangunan dan di tetapkan dengan Peraturan Daerah. Penyusunan dokumen tersebut didasarkan pada kondisi, potensi, permasalahan dan kebutuhan nyata daerah serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang di daerah.

Selanjutnya diharapkan RPJPD tersebut dapat berperan sebagai jembatan penghubung antara kebijakan yang bersifat komitmen Nasional, komitmen Propinsi Jawa Barat, Komitmen Pemerintah Kabupaten Subang serta merupakan pedoman seluruh masyarakat di Kecamatan, Desa dan kelurahan dalam penyelenggaraan

157

Page 118: BAB IIIlabpm2.ipdn.ac.id/wp-content/uploads/2013/05/BAG-II... · Web viewSeperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk

Lampiran 1. Peraturan Daerah tentang RPJPD Kabupaten Subamg Tahun 2005-2025

pemerintahan dan pembangunan daerah guna mewujudkan keserasian pembangunan, pertumbuhan dan kemajuan di berbagai bidang.

Keberhasilan pelaksanaan RPJPD ini sangat ditentukan oleh komitmen bersama antara penyelenggara pemerintahan daerah, masyarakat dan swasta. Sehubungan dengan hal itu, maka seluruh pelaksana pembangunan di Kabupaten Subang diharapkan mempedomani RPJPD Kabupaten Subang ini.

Demikian, semoga dokumen ini dapat menjadi acuan bagi Pedomaan Perencanaan dua puluh tahun kedepan dalam rangka percepatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Subang.

3. Meningkatkan infrastruktur wilayah dalam rangka mendukung Agribisnis, Pariwisata, Industri dan pelayanan lainnya

158

BUPATI SUBANG,Wakil

H. MAMAN YUDIA