Bab Viii - Limbah
-
Upload
abror-insany -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
description
Transcript of Bab Viii - Limbah
BAB VI
PENANGANAN LIMBAH
Setiap pabrik pasti tidak bisa lepas dari limbah. Limbah dibagi menjadi
limbah cair dan limbah padat dengan penangan yang berbeda. Keberadaan limbah
ini berhubungan dengan mutu dan kondisi lingkungan (SDA dan sosial). Sehingga
pengelolaan limbah sudah menjadi kebutuhan dasar yang harus dilaksanakan
dengan penuh tanggung jawab agar tidak merugikan lingkungan di sekitar pabrik.
Berdasarkan hal tersebut, diharapkan konservasi tanah dan air serta penggunan
SDA secara bijaksana, pengendalian hama secara hayati, eksplorasi ekologis,
pemilihan teknologi ramah lingkungan, dan mengutamakan 6R (Refine, Reduce,
Reuse, Recycle, Recovery, dan Retrieve to energy) dalam pengolahan limbah.
Berikut ini adalah potensi setiap tahapan proses produksi,
Tabel
Input Limbah dan Produk Sampingan
Stasiun
Gilingan (Mill
House)
Tebu
Air limbah yang mengandung padatan terlarut
(suspended solid) dan minyak
Air tumpahan dari lantai yang mengandung
gula
Stasiun Proses
(Claryfication,
Boiling,
Curing)
Nira tebu
Air tumpahan dari beberapa peralatan proses
yang mengandung konsentrasi COD, BODS,
dan TDS yang tinggi
Stasiun Ketel
(Boiler)
Ampas
dan
minyak
Air limbah dan Scrubber
Kolam
Pendingin
(Cooling Pond)
Air dan
ChemicalAir limbah
Sebelum limbah ditangani berdasarkan bentuknya, terlebih dahulu dilakukan
penanganan awal dan minimisasi polutan yang terdiri dari :
1. Debit air limbah
Penanganan debit air limbah dilakukan dengan cara penataan saluran/parit
limbah yang sistematis sehingga air yang tercemar dapat terpisah dan
pemakaian air cucian yang terkendali.
2. Bahan organik (nira tebu/larutan gula)
Limbah dari bahan organik ditangani dengan menggunakan gland packing
yang tepat pada pompa – pompa nira tebu atau larutan gula, menggunakan
packing sheet yang tepat pada valve – valve, menggunakan kawat las yang
tepat untuk sambungan – sambungan pada pipa tangki, pemasangan level
kontrol pada tangki – tangki nira atau larutan gula yang terbuka, pemanfaatan
air condensate sebagai imbibisi dan air panas untuk washing centrifugal,
pemanfaatan air kondensor kembali setelah melalui spray pond (kolam
pendingin air injeksi), menggunakan mechanical seal pada pompa – pompa
nira tebu atau larutan gula
3. Abu/ampas halus
Limbah ini ditangani dengan melakukan ”ash handling” (meresirkulasi abu
bercampur air dengan bantuan pompa dan padatan abu diendapkan pada bak
pengendap yang berjumlah 4 buah dengan ukuran p x l x d : 10 x 2,5 x 2 m)
4. Minyak/oli
Minyak dan oli ditangani dengan alat pengambil minyak pada kolam
separator dan bak pemisah minyak (berjumlah 2 buah dengan ukuran p x l x d :
20 x 10 x 1,5 m)
5. Sampah
Penanganan sampah dilakukan secara manual (menggunakan tenaga
manusia)
Setelah terpisah, pengolahan air limbah dilakukan dengan cermat agar limbah
tidak merugikan lingkungan sekitarnya dan dapat digunakan kembali.
A. PENANGANAN LIMBAH CAIR
Sebelum dialirkan ke sungai, limbah terlebih dahulu diolah di unit
pengolahan air limbah (IPAL). Hal tersebut dilakukan agar memenuhi standar
baku mutu yang telah ditetapkan oleh kementrian lingkungan hidup. Sebagai
indikator untuk mengetahui air pada kolam sudah aman dan dapat digunakan,
maka pada kolam diletakkan ikan dan enceng gondok. Masyarakat sekitar
dapat memanfaatkan ikan – ikan tersebut dengan cara memancingnya. Air ini
digunakan sebagai pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik di
lingkungan PT. GMP yang membutuhkan ribuan Watt listrik setiap harinya.
Selain itu, air juga dikembalikan ke areal untuk sistem irigasi.
Di PT. GMP ini terdapat beberapa kolam dengan fungsi yang berbeda –
beda, antara lain :
1. Kolam pemisah minyak dan padatan
Kolam ini berfungsi untuk memisahkan minyak yang terikat dalam
polutan serta sebagai kolam pengendap partikel padatan sehingga
mencegah pendangkalan kolam – kolam di belakangnya.
2. Kolam penyangga (ekualisasi)
Kolam penyanga berfungsi untuk ekualisasi air limbah masuk dari
kondisi yang berbeda – beda berupa suhu, debit, pH, kadar pencemar
(polutan). Kolam ini dilengkapi satu aerator dengan kapasitas 12,5 kw,
alat tersebut berfungsi untuk mengaduk.
3. Kolam anaerob
Fungsi dari kolam anaerob adalah menguraikan bahan – bahan
organik secara anaerob biologis (terutama untuk menguraikan senyawa –
senyawa organik kompleks menjadi lebih sederhana sehingga lebih
mudah didegradasi), dimana bahan – bahan organik akan membusuk dan
dihasilkan hasil – hasil samping yang macamnya tergantung pada kondisi
dan cara pembusukannya.
4. Kolam fakultatif I sampai dengan V
Kolam ini merupakan kolam lanjutan dari kolam degradasi anaerob
dimana proses lanjutan dilakukan di kedalaman kolam dan juga mulai
ditambahkan bakteri pendegradasi limbah hasil dari pembiakan. Bakteri
ini berfungsi untuk menguraikan bahan organik yang bersifat aerob di
permukaan kolam. Sehingga proses degradasi secara total berjalan
dengan cepat. Kolam fakultatif dilengkapi dengan aerator yang berfungsi
untuk menambah suplai oksigen di permukaan kolam dengan kapasitas
12,5 kw sebanyak 4 buah.
5. Kolam aerasi I dan II
Kolam aerasi berfungsi untuk menguraikan bahan – bahan organik
secara aerob biologis dan mengurangi bau. Cara yang digunakan adalah
dengan memasukkan oksigen atau udara ke dalam kolam. Kolam ini
dilengkapi dengan aerator berkapasitas 12,5 kw sebanyak 5 buah.
6. Kolam stabilisasi
Kolam stabilisasi merupakan kolam yang digunakan untuk
melanjutkan/menuntaskan proses penguraian bahan – bahan organik
secara alamiah.
7. Kolam monitor
Kolam monitor berfungsi untuk memantau hasil limbah dengan
mengamati secara bertahap pertumbuhan biota air dan dilengkapi dengan
Bio indikator.
B. PENANGANAN LIMBAH PADAT / PRODUK SAMPING
1. Bagasse (bagas)
Ampas tebu dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler untuk
sumber pembangkit tenaga listrik tenaga di PT. Gunung Madu
Plantations.
2. Blotong
Blotong mengandung unsur hara yang cukup tinggi, oleh PT.
Gunung Madu Plantations dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang
dapat membantu pertumbuhan tebu karena masih mengandung unsur
hara.
3. Abu
Abu yang dihasilkan mengandung unsur hara yang tinggi sama
seperti blotong.
Bagas, blotong, dan abu dapat dicampur dan kemudian dikembalikan ke areal
untuk dijadikan pupuk kompos dengan perbandingan 5 : 3 : 1. Selain bagas,
blotong, dan abu, dalam pembuatan pupuk kompos juga diperlukan beberapa
bahan tambahan seperti urea, starter (bakteri), serta molasses dengan
komposisi sebagai berikut :
Bagas 27,77 kgBlotong 16,66 kgAbu 5,55 kgUrea 1 kg/tonStarter (bakteri) 1 L/tonMolasses 0,2 kg/ton
Untuk menghasilkan pupuk kompos yang baik, maka bagas yang digunakan
adalah bagas yang sudah berumur 1 – 2 tahun. Hal tersebut disebabkan oleh
terjadinya penguraian pada bagas. Namun untuk memenuhi kebutuhan dari
divisi I sampai divisi VII dengan permintaan yang cukup banyak dan waktu
yang tersedia hanya sedikit, digunakan juga bagas yang baru keluar dari
pabrik dan sedikit berbeda perbandingan pada komposisinya dengan yang
sudah ditetapkan. Pembuatan kompos berlangsung di bangsal pengomposan
yang terletak di belakang pabrik. Setelah semua bahan diaduk, kemudian
didiamkan selama 1 bulan dan setiap satu minggu sekali dilakukan
pengadukan. Selain pengadukan dilakukan di bangsal pengomposan,
pengadukan dapat dilakukan di areal atau dapat juga langsung diaplikasikan
ke areal namun dengan dosis yang berbeda. Pupuk yang langsung
diaplikasikan hanya terdiri dari bagas, blotong, dan abu saja. Hal tersebut
disebabkan oleh letak bangsal pengomposan yang hanya ada di satu tempat
dengan kapasitas yang sedikit serta tuntutan waktu agar semua pekerjaan dari
land preparation sampai tebang angkut dan penggilingan tebu dapat berjalan
dengan tepat. Untuk pengangkutan BBA ini digunakan truk – truk dengan bak
terbuka yang dapat mengangkut dengan jumlah yang banyak.
Bangsal pengomposan
Proses pengadukan
Bagasse, blotong, abu
4. Molasses
Molasses merupakan produk samping yang dijamin kulitas dan
kemanannya. Kandungan dari molasses adalah sukrosa 30 – 40%. Hal ini
mengakibatkan produk samping ini dengan mudah dapat dipasarkan ke
dalam maupun luar negeri. Molasses dipasarkan untuk memenuhi
kebutuhan industri etanol, penyedap rasa, dan lain – lain.
SKEMA IPAL PT. GMP Kolam fakultatif
Kolam penangkap padatan Kolam anaerob
kolamaerasi
pompatransfer
kolam stabilisasi
kolam monitor
Luas total : 10 HaVolume : 245.000 m3
Waktu tinggal : min. 60 hari sungai
12
43
5
1
2
Starter Bakteri
Keterangan ukuran kolamNama Kolam Ukuran (m)Pemisah minyak dan penangka padatan 1
20 x 10 x 4
Pemisah minyak dan penangka padatan 2
20 x 10 x 4
Penyangga (ekualisasi) 148.5 x 40 x 5Anaerob 145 x 70 x 6Fakultatif 1 70 x 40 x 3Fakultatif 2 70 x 40 x 3Fakultatif 3 37.5 x 257 x 3.27Fakultatif 4 39 x 139 x 4.1 22 x 116 x 4.1Fakultatif 5 102 x 20 x 3 panjang utara selatan tinggiAerasi 1 294 59 11.50 1.8Aerasi 2 311 60 63 1.8Stabilisasi 75 73 47 1.8Monitor 100 38 13 1.8