Bab Viii Kista Oral

23
BAB VIII KISTA RONGGA MULUT 8.1 Definisi Menurut Kramer, kista merupakan rongga patologis yang berisi cairan, materi semipadat atau gas, kebanyakan tetapi tidak semua dibatasi oleh lapisan sel epitel dan jaringan ikat. 1 Kista dapat menyebabkan pembesaran intraoral dan extraoral yang secara klinis dapat menyerupai tumor jinak. Kista rongga mulut dapat dibagi menjadi dua, kista odontogenik dan kista non odontogenik. Kista odontogenik merupakan kista yang terbentuk dari epitel hasil dari perkembangan dari gigi yaitu organ enamel, sisa dari sel Malassez, atau dari sisa dental lamina, kista tersebut dapat dibagi menjadi dua kembali, yaitu berasal dari inflamasi atau perkembangan gigi. 2 Gambar 8.1. Histologi kista 1

description

gigi

Transcript of Bab Viii Kista Oral

BAB VIIIKISTA RONGGA MULUT8.1 DefinisiMenurut Kramer, kista merupakan rongga patologis yang berisi cairan, materi semipadat atau gas, kebanyakan tetapi tidak semua dibatasi oleh lapisan sel epitel dan jaringan ikat.1 Kista dapat menyebabkan pembesaran intraoral dan extraoral yang secara klinis dapat menyerupai tumor jinak. Kista rongga mulut dapat dibagi menjadi dua, kista odontogenik dan kista non odontogenik.Kista odontogenik merupakan kista yang terbentuk dari epitel hasil dari perkembangan dari gigi yaitu organ enamel, sisa dari sel Malassez, atau dari sisa dental lamina, kista tersebut dapat dibagi menjadi dua kembali, yaitu berasal dari inflamasi atau perkembangan gigi.2

Gambar 8.1. Histologi kista

8.2 EtiologiTerdapat tiga macam sisa jaringan yang masing masing berperan sebagai asal muasal kista odontogenik yaitu ; 1) Epithelial rests or glands of Serres yang tersisa setelah terputusnya dental lamina. 2) Email epitelium yang tereduksi yang berasal dari organ email dan selubung gigi yang belum erupsi namun telah terbentuk sempurna.3) Rest of Malassez yang terbentuk melalui fragmentasi dari akar epitel selubung Hertwig

8.3 KlasifikasiKista rongga mulut dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, odontogenik dan non odontogenik. Kista Odontogenik memiliki dua subklasifikasi lainnya yaitu inflammatory cyst dan developmental cyst. Termasuk didalam inflammatory cyst yaitu kista radicular, residual, paradental dan inflammatory collateral cyst sedangkan yang termasuk didalam developmental cyst adalah gingival cyst of infant, gingival cyst of adult, odontogenic keratocyst, eruption cyst, dentigerous cyst, lateral periodontal cyst, glandular odontogenic cyst, dan calcifying odontogenic.1Kista non odontogenik dibagi menjadi tiga yaitu, midpalatal raphe cyst of infant, nasopalatine duct cyst, dan nasolabial cyst.8.4 Kista Odontogenik Kista odontogenik merupakan kista yang berasal dari sisa sisa epitel pembentuk gigi. Seperti kista lainnya kista odontogenik dapat mengandung cairan, gas atau materi semisolid. Tiga macam sisa jaringan yang masing masing berperan sebagai asal muasal kista odontogenik antaara lain, epitel Malassez, gland of Serres, dan epitel enamel.3

8.4.1 Developmental CystDevelopmental Cyst merupakan kista yang tidak diketahui penyebabnya tetapi tidak terlihat sebagai hasil dari suatu reaksi inflamasi.

8.4.1.1 Kista DentigerusKista dentigerus adalah kista yang terbentuk disekitar mahkota gigi yang belum erupsi. Terbentuk dari akumulasi cairan diantara enamel epitel yang tereduksi dan mahkota gigi yang belum erupsi dan terbentuk secara sempurna atau dibawah lapisan epitel enamel yang tereduksi. Kista ini sering terjadi pada saat pemebentukan gigi permanen, dan sering juga diasosiasikan dengan impaksi molar tiga mandibular dan kanin maxilla. Manifestasi klinis dari kista ini tidak spesifik karena kista ini tidak menyebabkan nyeri dan biasa ditemukan pada pemeriksaan rutin radiografi, terkecuali terdapat masa yang besar dan dapat terpalpasi. Dislokasi gigi juga sering ditemukan seiring pertumbuhannya. Pada pemeriksaan radiografi, terlihat dengan jelas radiolusen yang memiliki batas radio opak yang jelas mengelilingi mahkota dari gigi yang impaksi atau gigi yang tidak tererupsi. Kista dentigerus dapat ditemukan pada anak kecil dan dewasa, dengan insidens terbesar ditemukan pada individu di decade ke dua atau tiga.2Tatalaksananya adalah pengangkatan seluruh kista. Tetapi untuk pasien dengan lesi yang besar dan kurang mendukung secara fisik dapat dilakukan marsupialisasi. 4

Gambar 8.2. Radiografik kista dentigerous pada molar tiga dengan impaksi gigi8.4.1.2 Kista Periodontal LateralKista periodontal lateral merupakan kista yang biasanya ditemukan pada area cuspid bicuspid daripada mandibular dan jarang di maxilla. Ditemukan sering pada orang dewasa. Patogenesis dari kista ini tidak diketahui secara pasti. Tidak ada gejala yang spesifik dari kista tersebut, biasanya ditemukan pada saat pemeriksaan rutin radiografi. Pulpa terlihat normal.Pada pemeriksaan radigrafi terdapat area radiolusen yang bulat atau ovoid yang berbatas jelas dengan batas sklerotik. 5Tatalaksananya adalah kuret tanpa mengganggu gigi.

gambar 8.3 kista periodontal lateral berbentuk teardrop, terletak diantara bicuspid 1 dan maxillary cuspid. 8.4.1.3 Gingival Cyst of AdultKista gingiva pada orang dewasa merupakan kista yang kecil dan jarang ditemukan. Biasanya ditemukan pada individu berusia 40 dan 50 tahun. Terbentuk dari sisa dental lamina dan dapat dilihat di daerah gingiva atau mukosa alveolar. Terdapat di gingiva berupa benjolan berwarna seperti daging terkadang biru tergantung dari warna cairan kista di kanin dan premolar area mandibular dan maxilla. Kista ini tidak menyebabkan rasa sakit dan sering dibingungkan dengan kista periodontal lateral.6Tatalaksananya adalah bedah simpel eksisi dengan prognosis yang baik.

gambar 8.4. kista gingiva pada dewasa8.4.1.4 Gingival Cyst of InfantKista gingival pada anak merupakan kista yang kecil dan berisi keratin ditemukan pada mukosa alveolar di anak. Terbentuk dari sisa daripada dental lamina, dapat berupa soliter ataupun banyak. Kista ini biasanya muncul pada saat kelahiran dan jarang terlihat sampai bulan ketiga. Terlihat kecil, dengan papul berwarna putih dengan diameter yang tidak lebih dari 3.00 mm. Biasanya muncul di mandibular anterior dan sering di salah diagnose sebagai natal teeth. Mayoritas dari kista ini akan berdegenerasi sendiri atau ruptur ke rongga mulut dalam dua minggu sampai bulan ke lima sehingga operasi tidak dibutuhkan. Walaupun kista gingiva pada anak tidak terlalu signifikan, diagnosis harus tetap ditegakan untuk menghindari terapi dan prosedur yang tidak diperlukan. 6 Gambar 8.5. Kista gingiva pada anak8.4.1.5 Odontogenic KeratocytesKeratosistik odontogen merupakan kista dengan garis epitel berkeratin, bisa terjadi pada umur 5 85 tahun dengan insidens terbesar pada individu di decade kedua atau ketiga. Studi mengatakan bahwa kelainan genetik menjadi etiologi daripada kista ini. Terkenal dengan tingginya kejadian rekurens, agresif dan sering diasosiasikan dengan nevoid basal cell carcinoma syndrome. Keratosistik odontogen bisa terjadi di rahang bagian manapun dengan segala posisi. Keratosistik odontogen sering menyebabkan pembengkakan didaerah fasial atau lingual dari tulang rahang, dan terlihat menonjol. Gejala klinisnya adalah parastesi pada bibir, gigi tanggal dan nyeri.Apabila dilihat pada radiografinya akan terlihat radiolusen unilokular atau multiokular dengan batas yang jelas dan sklerotik.7,8Tatalaksana dari kista ini masih menjadi kontroversi, multiple surgical techniques banyak dilaporkan, termasuk diantaranya masupialisasi, enukleasi, dekompresi, marginal atau radical surgical resection dan implantasi tulang. Insidens terjadinya rekurensi tinggi pada kasus ini, dan biasanya terjadi didalam lima sampai tujuh tahun setelah terapi. Keratosistik odontogen perifer lebih kurang agresif dibandingkan intraoseus.8

Gambar 8.6 Gambaran radiologi odontogenic keratocytes yang berada pada bagian frontal bawah rahang dengan dislokasi dari akar gigi8.4.1.6 Kista ErupsiKista erupsi terbentuk dalam gusi atau diatas mahkota gigi yang akan erupsi karena terjadi akumulasi cairan jaringan atau darah dalam suatu ruang folikular yang membesar disekitar mahkota gigi. Mayoritas dari kista erupsi terjadi pada jangka usia enam sampai sembilan tahun pada periode erupsi gigi permanen molar 1 dan incisor. Gambaran klinis dari kista erupsi tampak sebagai pembengkakan gusi yang lunak, translusen, dan apabila berisi darah akan tampak warna biru keunguan.Kista erupsi lebih sering terjadi disisi sebelah kanan dibanding kiri dan lebih banyak di pria dibandingkan wanita. Gambaran radiografinya susah untuk dibedakan karena kista dan gigi sama sama terdapat pada jaringan lunak di puncak alveolar. Kebanyakan kista erupsi tidak membutuhkan tatalaksana karena akan hilang dengan sendirinya. Tetapi intervensi pembedahan akan dilakukan apabila terjadi sakit, perdarahan, infeksi dan masalah estetika. Terapi konservatif tidak perlu dilakukan karena kista ini akan rupture dengan sendirinya dan membiarkan terjadinya erupsi gigi, apabila tidak terjadi maka simple incision atau partial excision akan dilakukan.9

gambar 8.7. Kista erupsi8.4.1.7 Calcifying Odontogenic CystCalcifying odontogenic cyst atau biasanya disebut kista Gorlin merupakan kista yang jarang ditemukan dengan pertumbuhan yang lama, dan jinak. Kista ini ditemukan pada wanita sebelum usia 40 dan pada pria setelah usia 40 tahun, terdistribusi di maxilla dan mandibula dan kebanyakan pada molar pertama di anterior mandibular.2Manifestasi klinis dari kista ini adalah pembengkakan yang tidak sakit yang mengakibatkan pelebaran dari tulang, tetapi dapat juga menyebabkan sakit apabila terekspansi secara berlebih karena menekan syaraf daripada nervus alveolar inferior. Apabila terjadi di maxilla maka pasien akan mengelhkan epistaxis, sakit kepala dan nasal terasa penuh. Pada radiografi terlihat area radiolusen, uni atau multilokular berisi masa yang terlihat radiopaque dengan kepadatan dan ukuran yang bervariasi. Tatalaksana untuk calcifying odontogenic cyst bisa bervariasi mulai dari simple enucleation atau curettage sampai radikal atau extensive resection seperti mandibulectomi atau hemimaxillektomi. Pilihan dari tatalaksana tergantung daripada lesi.Prognosis daripada kasus ini adalah baik dengan tingkat rekurensi yang jarang.10

gambar 8.8 Calcifying Odontogenic Cyst8.4.1.8 Glandular Odontogenic CystGlandular odontogenic cyst merupakan kista yang terbentuk dari pembentukan gigi, yang biasa ditemukan pada mandibular dan maxilla dan ditandai dengan epitel kuboid atau kolumnar pada permukaannya. Sering terjadi pada orang dewasa berusia diatas 40 tahun dan cenderung terjadi kembali.Gambaran klinisnya adalah local edem yang tidak terasa nyeri, tetapi bisa juga terjadi nyeri apabila terjadi kompresi dari neurovascular atau infeksi sekunder. Parestesi juga terjadi tergantung dari lokasi lesi dan rasa tertekan pada gigi. Umumnya berada didalam tulang dan muncul sebagai unilocular atau multilokular pada radiografnya. Gambaran klinis yang tidak spesifik dan pertumbuhan intraoseus daripada kista ini membuat gambaran radiografi menjadi esensial. Gambaran radiografinya adalah ditemukannya lesi bundar atau oval dengan batas jelas. Dikarenakan tingginya potensi dari kista ini untuk menjadi ganas maka dianjurkan untuk memeriksa CT untuk lesi multilokular dimana termasuk diantaeanya adalah sinus fasial, dasar dari nasal dan orbit.Penatalaksanaannya bisa dengan kuret, enukleasi, atau local eksisi. Bloc local excision menjadi penatalaksanaan primer yang bertujuan untuk menyembuhkan pasien dan menghindari pembedahan lebih lanjut dikarenakan tingginya insiden untuk terjadi rekurensi dengan terapi konservatif dan lesi mungkin bisa menjadi invasive.

8.4.2 Inflammatory CystKista beradang merupakan jenis kista odontogen yang proses patogenesisnya berhubungan dengan keradangan jaringan periapikal yang akan memicu terbentuknya suatu masa kista. Kista beradang ini digolongkan menjad tiga jenis, yaitu kista radicular, kista residual, dan kista paradental.8.4.2.1 Kista RadikularKista radicular biasa disebut kista periapikal merupakan hasil dari peradangan di gigi yang menyebar ke apex sampai kedalam tulang terdekat. Kista ini berasal dari proliferasi sel Malassez yang berada di ligament periodontal dan periapikal serta granuloma periapikal. Kebanyakan dari kista radicular berasal dari granuloma sebelumnya. Proses pathogenesis kista radicular dibagi menjadi tiga fase yaitu 1)fase inisiasi, 2)fase formasi kista, 3)fase pembesaran kista. Fase inisiasi merupakan fase dimana produk iritan berupa endotoksin dari bakteri yang disekresi secara konstan akan menginfeksi pulpa, menyebar ke jaringan periapikal dan merangsang proses inflamasi kemudian muncul respon imun dari tubuh untuk mengeliminasi bakteri. Kolaborasi dari mediator inflamasi, proinflammatory sitokin dan growth factor akan memicu proliferasi dari sel epitel malassez. Pada fase pembesaran sel, sel yang terletak di bagian tengah massa akan semakin jauh dengan pembuluh darah sehingga mengakibatkan suplai nutrisi terhambat dan kemudian terjadi kematian sel dan ruangan yang berada di tengah akan menjadi suatu lumen yang nantinya akan diisi oleh cairan diluar kista.Pertumbuhan kista ini akan disertai dengan resorbsi tulang karena adanya aktivasi dari osteoklas.Gambaran klinisnya bersifat asimptomatis dengan proses pembesaran yang perlahan dan tidak disadari. Secara radiografis, kista ini akan tampak sebagai area bulat radiolusen berbatas jelas radiopak di apeks gigi yang ditandai dengan adanya kerusakan lamina dura. Kista yang tidak segera diobati bisa menjadi berbahaya untuk tumbuh dan kembang dari gigi karena dapat menyebabkan bengkak, nyeri, dan pergeseran gigi. Terapi yang sering dilakukan adalah marsupialisasi. 12

Gambar 8.9. Kista radicular pada anterior maxilla

8.4.2.2 Kista ResidualMerupakan kista yang ditemukan pada region yang tidak bergigi dengan riwayat ekstraksi akibat tidak terambilnya granuloma atau kista radicular secara sempurna pada saat dilakukan enukleasi.Gambaran klinisnya bersifat asimptomatis dengan proses pertumbuhan secara perlahan dan tidak disadari oleh penderita dan biasanya dideteksi pada saat pemeriksaan radiologis rutin. Kista residual bisa menimbulkan penebalan yang progresif pada garis epitel kista sehingga dapat mengganggu ketepatan pemasangan gigi tiruan.Radiografinya menunjukan adanya gambaran unilokular radiolusen dengan batas jelas. Terapi yang digunakan adalah marsupialisasi atau enukleasi tergantung dari ukuran kista.13

Gambar 8.10 gambaran radiografik kista residual8.4.2.3 Kista ParadentalMenurut WHO, kista paradental didefinisikan sebagai kista yang terjadi didekat batas serviks dari akar lateral akibat dari proses inflamasi pada periodontal pocket. Etiologi dari kista ini masih diperdebatkan, tetapi dipercaya berasal dari epitel enamel yang tereduksi yang berasal dari permukaan mukosa gigi pada saat erupsi. Kista ini terlokalisasi pada region mandibular dan hamper selalu di sisi bagian distal atau vestibula gigi yang tererupsi secara sempurna atau parsial.Gambaran klinisnya adalah gambaran periodontitis dimana diawali dengan pembengkakan vestibula. Molar 1 dan 2 biasanya termasuk dalam gambaran radiografi dari kista paradental dan selalu ditandai dengan radiolusen yang berbatas jelas dan di asosiasikan dengan akar pada sisi bukal.Terapi pada kasus ini adalah enukleasi tanpa ekstraksi dari gigi terdekat. Prognosis baik dengan tingkat rekurensi yang jarang.148.5 Kista Non OdontogenKista non odontogen adalah kista yang terdiri dari epitel duktus embrio yang tertinggal dari perkembangan embrio fasial dan rahang. Lokasi dari kista ini adalah di dalam jaringan pada regio epithelial ridge, dinding epitel dan primary facial fissural. Nama lain dari kista ini adalah kista fisural. 8.5.1 Kista Duktus NasopalatinusKista duktus nasopalatinus merupakan kista non odontogenik yang berasal dari sisa sisa epitel embrionik duktus nasopalatinus dalam kanalis insisivus. Kista ini ditemukan pada region anterior midline diatas maupun diantara akar gigi insisivus sentralis yang masih vital. Etiologi dari kista ini belum jelas diketahui tetapi terdapat studi yang mengatakan bahwa infeksi atau trauma dapat merangsang sisa sisa epitel duktus nasopalatinus untuk berproliferasi. Frekuensi terjadinya kista ini lebih tinggi terdapat pada laki laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan 3:1.Kista yang kecil pada duktus nasopalatinus ini bersifat asimptomatik, tetapi appabila kista sudah mulai membesar terdapat simtoms seperti bengkak pada daerah anterior midline palatum, rasa nyeri seperti terbakar yang disertai dengan sekret, dan bisa dapat juga menyebabkan pergeseran pada gigi.Pemeriksaan dapat dengan menggunakan gambar radiografi dengan minimum 2 proyeksi.Tatalaksananya berupa enukleasi dengan tingkat rekurensi yang rendah, tetapi marsupialisasi juga dapat dilakukan apabila kapsul terlihat menempel dengan sekitarnya sehingga enukleasi susah untuk dilakukan.15

Gambar 8.11 Gambar radiografi kista duktus nasopalatinus terlihat area oval dengan gambaran radiolusen berbatas tegas dan sklerotik pada appendix gigi.8.5.2 Kista GlobulomaksilarisKista globulomaksilaris merupakan kista yang muncul diantara akar gigi insisivus lateralis dan kaninus atas di tempat yang bersesuaian dengan sutura intermaksilaris. Kista ini muncul dari sisa sisa epitel yang terperangkap pada tempat penyatuan prosesus nasalis medialis dan prosesus maksilaris yang dirangsang oleh trauma. Biasanya bersifat asimptomatik sampai membesar akan menimbulkan ke asimetrisan dan bengkak pada wajah. Diagnosis dan terapi definitive dapat dilakukan dengan melihat secara mikroskopis.16

Gambar 8.12 gambaran berbentuk seperti pear diantara maxillary canine dan lateral incisor8.5.3 Kista NasolabialisKista nasolabial adalah kista jaringan lunak yang terjadi pada lipatan nasolabialis dibawah alaenasi. Kista ini lebih sering terjadi kepada perempuan dibanding laki-laki dengan rasio 3,7:1. Merupakan sisa dari embrio duktus nasolakrimal. Manifestasi klinisnya dapat berupa pembengkakan pada region kanin dan lipatan mucobuccal. Pemeriksaan dapat berupa gambaran radiografi dan histologi.Tatalaksananya adalah complete excision dimana diambil melalui insisi sublabial tetapi dapat juga dilakukan dengan simple aspiration, injeksi dengan sclerotic agent, dan drainase. 178.6 KesimpulanKista pada rahang merupakan kista yang paling sering ditemukan dibanding kista pada tulang lainnya, karena banyaknya sisa epitel yang tertinggal pada jaringan setelah pembentukan gigi. Menurut WHO kista rahang terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu kista odontogenik dan kista non odontogenik. Mayoritas kista berukuran kecil, tetapi apabila membesar maka akan menimbulkan gejala klinis seperti asimetri dari wajah, pergeseran gigi dan perubahan oklusi, hilangnya gigi sekitar serta pergeserah gigi tiruan. Warna terlihat biru terang dengan membran tipis yang menutupi, pada gambaran radiografik menunjukan lapisan tipis bulat radioopak yang mengelilingi area radiolusen berupa unilokular dan multilokular. Dapat menyebabkan distrofik apabila kista sudah lama berkembang sehingga tidak sepenuhnya bulat dengan radiolusen.Diagnosis dapat ditegakan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, radiografik, pemeriksaan punksi aspirasi cairan kista, pengamatan selama operasi pengangkatan kista, dan pemeriksaan histologi. Terapi umumnya dilakukan enukleasi, tetapi dapat pula dilakukan marsupialisasi atau kombinasi antara marsupialisasi dan enukleasi.

8.7 DAFTAR PUSTAKA1. Shear M, Speight P, Shear M. Cysts of the oral and maxillofacial regions. Oxford: Blackwell Pub.; 2007. 2. Lsusd.lsuhsc.edu. Cyst of the Jaw [Internet]. 2015 [cited 4 March 2015]. Available from: http://www.lsusd.lsuhsc.edu3. Lib.ui.ac.id. Kista Rahang [Internet]. 2015 [cited 4 March 2015]. Available from: http://lib.ui.ac.id/4. Gaillard F. Dentigerous cyst | Radiology Reference Article | Radiopaedia.org [Internet]. Radiopaedia.org. 2015 [cited 4 March 2015]. Available from: http://radiopaedia.org/articles/dentigerous-cyst5. Saygun I, Ozdemir A, Safali M. Lateral Periodontal Cyst. Tubitak Journal. 2001;31:375-378. 6. Veena K, Jagadishchandra H. A RARE CASE OF GINGIVAL CYST OF INFANT OCCURRING IN A BABY AGE FOUR MONTHS. PACIFIC JOURNAL OF MEDICAL SCIENCES. 2015;9:40 - 41. 7. Regezi J. Odontogenic Cysts, Odontogenic Tumors, Fibroosseous, and Giant Cell Lesions of the Jaws. Mod Pathol. 2002;15(3):331-341. 8. Emedicine.medscape.com. Odontogenic Keratocyst Pathology [Internet]. 2015 [cited 4 March 2015]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1731868-overview9. Nagaveni N, Umashankara K, Radhika N, Maj Satisha T. Eruption cyst: A literature review and four case reports. Indian J Dent Res. 2011;22(1):148. 10. Deboni M, Naclrio-Homem M, Pinto Junior D, Traina A, Cavalcanti M. Clinical, radiological and histological features of calcifying epithelial odontogenic tumor: case report. Braz Dent J. 2006;17(2). 11. Manzini M, Deon C, Corte L, Bertotto J, Abreu L. Cisto odontognico glandular: uma entidade incomum. Rev Bras Otorrinolaringol. 2009;75(2):320-320. 12. Penumatsa N, Nallanchakrava S, Muppa R, Dandempally A, Panthula P. Conservative Approach in the Management of Radicular Cyst in a Child: Case Report. Case Reports in Dentistry. 2013;2013:1-3. 13. Adappa D, Chatra L, Shenai P, Veena KM, Rao PK, Prabhu RV. Residual Cyst: A Case Report. Int J Adv Health Sci 2014; 1(4): 24-27.14. Borgonovo A, Reo P, Grossi G, Maiorana C. Paradental cyst of the first molar: Report of a rare case with bilateral presentation and review of the literature. J Indian Soc Pedod Prev Dent. 2012;30(4):343. 15. Kurnatowski P. Nasopalatine Duct Cyst Treatment & Management [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2015 [cited 8 March 2015]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1118086-treatment16. Pathologyoutlines.com. Mandible-Maxilla - Globulomaxillary cyst [Internet]. 2015 [cited 8 March 2015]. Available from: http://www.pathologyoutlines.com/topic/mandiblemaxillaglobulomaxillarycyst.html17. Zahirrudin Z, Tan G. Internet Scientific Publications [Internet]. Ispub.com. 2015 [cited 8 March 2015]. Available from: https://ispub.com/IJORL/9/2/7541

12