BAB I-VIII

23
 BAB I Pendahuluan 1. 1. La tar Be la kang Tub erkulo sis (TB) ada lah pen yakit men ula r yan g mas ih men jadi per hat ian dun ia. Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB diman a sebag ian besar pende rita TB adalah usia produktif (15-55 tahun) . Hal ini secara lan gsu ng jug a ber kai tan den gan economic lost yai tu kehila nga n  pendapatan rumah tangga. Menurut WHO, seseorang yang menderita TB diperkirakan akan kehilangan pendapatan rumah tangganya sekitar 3 – 4 bulan. Bila meninggal akan kehilangan  pendapatan rumah tangganya sekitar 15 tahun. 1,2 Berdasarkan laporan WHO dalam Global Report 2009, pada tahun 2008 Indonesia  berada pada peringkat 5 dunia penderita TB terbanyak setelah India, China, Afrika Selatan dan Nigeria. Peringkat ini turun dibandingkan tahun 2007 yang menempatkan Indonesia pada  posisi ke-3 kasus TB terbanyak setelah India dan China. 3,4 Dunia telah menempatkan TB sebagai salah satu indikator keberhasilan pencapaian MDGs. Secara umum ada 4 indikator yang diukur, yaitu Prevalensi, Mortalitas, Penemuan kasus dan Keberhasilan pengobatan. Dari ke-4 indikator tersebut 3 indikator sudah dicapai oleh Indonesia, angka kematian yang harus turun separuhnya pada tahun 2015 dibandingkan dengan data dasar (baseline data) tahun 1990, dari 92/100.000 penduduk menjadi 46/100.000  penduduk. Indonesia telah mencapai angka 39/100.000 penduduk pada tahun 2009. Angka Penemuan kasus (case detection rate) kasus TB BTA positif mencapai lebih 70%. Indonesia telah mencapai angka 73,1% pada tahun 2009 dan mencapai 77,3% pada tahun 2010. Angka ini akan terus ditingkatkan agar mencapai 90% pada tahun 2015 sesuai target RJPMN. Angka keberhasilan pengobatan (success rate) telah mencapai lebih dari 85%, yaitu 91% pada tahun 2009. 3,4 Menurut Prof. Tjandra Yoga, sedikitnya ada 3 faktor yang menyebabkan tingginya kasus TB di Indonesia. Waktu pengobatan TB yang relatif lama (6 – 8 bulan) menjadi  penyebab penderita TB sulit sembuh karena pasien TB berhenti berobat (drop) setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai. Selain itu, masalah TB diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang berkembang cepat dan munculnya permasalahan TB- MDR (Multi Dru gs Res ist ant =ke bal ter hadap ber mac am oba t). Mas ala h lain ada lah 1

Transcript of BAB I-VIII

Page 1: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 1/23

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia.

Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Sepertiga dari populasi dunia

sudah tertular dengan TB dimana sebagian besar penderita TB adalah usia produktif (15-55

tahun). Hal ini secara langsung juga berkaitan dengan economic lost yaitu kehilangan

 pendapatan rumah tangga. Menurut WHO, seseorang yang menderita TB diperkirakan akan

kehilangan pendapatan rumah tangganya sekitar 3 – 4 bulan. Bila meninggal akan kehilangan

 pendapatan rumah tangganya sekitar 15 tahun. 1,2

Berdasarkan laporan WHO dalam Global Report 2009, pada tahun 2008 Indonesia

 berada pada peringkat 5 dunia penderita TB terbanyak setelah India, China, Afrika Selatan

dan Nigeria. Peringkat ini turun dibandingkan tahun 2007 yang menempatkan Indonesia pada

 posisi ke-3 kasus TB terbanyak setelah India dan China. 3,4

Dunia telah menempatkan TB sebagai salah satu indikator keberhasilan pencapaian

MDGs. Secara umum ada 4 indikator yang diukur, yaitu Prevalensi, Mortalitas, Penemuankasus dan Keberhasilan pengobatan. Dari ke-4 indikator tersebut 3 indikator sudah dicapai

oleh Indonesia, angka kematian yang harus turun separuhnya pada tahun 2015 dibandingkan

dengan data dasar (baseline data) tahun 1990, dari 92/100.000 penduduk menjadi 46/100.000

 penduduk. Indonesia telah mencapai angka 39/100.000 penduduk pada tahun 2009. Angka

Penemuan kasus (case detection rate) kasus TB BTA positif mencapai lebih 70%. Indonesia

telah mencapai angka 73,1% pada tahun 2009 dan mencapai 77,3% pada tahun 2010. Angka

ini akan terus ditingkatkan agar mencapai 90% pada tahun 2015 sesuai target RJPMN. Angkakeberhasilan pengobatan (success rate) telah mencapai lebih dari 85%, yaitu 91% pada tahun

2009. 3,4

Menurut Prof. Tjandra Yoga, sedikitnya ada 3 faktor yang menyebabkan tingginya

kasus TB di Indonesia. Waktu pengobatan TB yang relatif lama (6 – 8 bulan) menjadi

 penyebab penderita TB sulit sembuh karena pasien TB berhenti berobat (drop) setelah merasa

sehat meski proses pengobatan belum selesai. Selain itu, masalah TB diperberat dengan

adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang berkembang cepat dan munculnya permasalahan

TB-MDR (Multi Drugs Resistant=kebal terhadap bermacam obat). Masalah lain adalah

1

Page 2: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 2/23

adanya penderita TB laten, dimana penderita tidak sakit namun akibat daya tahan tubuh

menurun, penyakit TB akan muncul. 1,2

Berdasarkan hasil survey tahun 2004, di Jawa Barat angka  Prevalensi TB paru sebesar 

960 per 100.000 penduduk, sedangkan di kabupaten Karawang, diperkirakan angka penderita  baru setiap tahun bertambah sebesar 2.295 kasus dengan prevalensi 110 per 100.000

 penduduk (Program P2PM, P2 TB.Paru.Dinkes Kabupaten Karawang 2009.)

Strategi ini telah diimplementasikan dan diekspansi di Indonesia secara bertahap ke

seluruh unit pelayanan. Berbagai kemajuan telah dicapai, sampai di tahun 2005 strategi

DOTS telah menjangkau 98% Puskesmas, akan tetapi strategi ini belum berjalan dengan baik 

di rumah sakit. 5

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan permasalahan sebagai berikut :

1. Masih tingginya populasi dunia yang tertular TB dan tingginya economic lost akibat

 penyakit TB karena sebagian besar penderitanya merupakan usia produktif.

2. Masih tingginya peringkat Indonesia sebagai penyumbang penderita TB terbanyak dunia.

3. Pencapaian indikator MDGs tentang TB Indonesia yang perlu dipertahankan.

4. Masih tingginya kasus TB karena masih tingginya angka drop out, ditambah lagi

 peningkatan infeksi HIV-AIDS dan tingginya penderita TB laten.

5. Masih tingginya prevalensi TB di Jawa Barat dan Kabupaten Karawang (960 per 100.000

dan 110 per 100.000 penduduk)

6. Masih sulitnya implementasi strategi DOTS di rumah sakit.

7. Belum diketahuinya tingkat keberhasilan Program Penanggulangan Tuberkulosis di

Wilayah Kerja Puskesmas Rengasdengklok Periode September 2010 – Agustus 2011.

1.3. Tujuan

1.3.1.Tujuan Umum

Menilai tingkat keberhasilan Program Penanggulangan Tuberkulosis di Wilayah Kerja

Puskesmas Rengasdengklok Periode September 2010 – Agustus 2011.

2

Page 3: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 3/23

1.3.2.Tujuan Khusus

1. Diketahuinya proporsi TB BTA positif diantara suspek yang tercatat di wilayah kerja

Puskesmas Rengasdengklok periode September 2010 – Agustus 2011.

2. Diketahuinya proporsi penderita TB paru BTA positif di antara semua penderita TB paru

yang tercatat di wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok periode September 2010 – 

Agustus 2011.

3. Diketahuinya angka penemuan penderita / Case Detection Rate (CDR) di wilayah kerja

Puskesmas Rengasdengklok periode September 2010 – Agustus 2011.

4. Diketahuinya angka kesembuhan / Cure Rate di wilayah kerja Rengasdengklok periode

September 2010 – Agustus 2011.

5. Diketahuinya prosentase jumlah penderita yang mendapat pengobatan TB paru dengan

strategi DOTS di wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok periode September 2010 – 

Agustus 2011.

6. Diketahuinya angka konversi / Convertion Rate di wilayah kerja Puskesmas

Rengasdengklok periode September 2010 – Agustus 2011.

7. Diketahuinya prosentase penderita yang diobati diawasi oleh PMO di wilayah kerja

Puskesmas Rengasdengklok periode September 2010 – Agustus 2011.

8. Diketahuinya prosentase penderita TB paru yang drop out di wilayah kerja Puskesmas

Rengasdengklok periode September 2010 – Agustus 2011.

9. Diketahuinya prosentase penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan tentang

 penyakit TB di wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok periode September 2010 – 

Agustus 2011.

10. Diketahuinya ada tidaknya sistem pencatatan dan pelaporan di wilayah kerja Puskesmas

Rengasdengklok periode September 2010 – Agustus 2011.

11. Menentukan permasalahan dalam pelaksanaan program penanggulangan TBC paru di

Puskesmas Rengasdengklok.

12. Memberikan solusi pemecahan masalah yang ditemukan dengan menggunakan

 pendekatan sistem.

3

Page 4: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 4/23

a.4. Manfaat

a.4.1. Bagi Evaluator 

a. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah.

  b. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya

 program kesehatan.

c. Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah

yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain

Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, dan pengawasan.

a.4.2. Bagi Perguruan Tinggi

a. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang

kesehatan.

  b. Mengamalkan Tri darma Perguruan Tinggi yaiyu Pendidikan, Penelitian dan

Pengabdian kepada masyarakat.

a.4.3. Bagi Puskesmas yang Dievaluasi

a. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam Program Penanggulangan

Tuberkulosis di wilayah kerjanya.

 b. Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar 

keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimal.

a.4.4. Bagi Masyarakat

a. Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu khususnya bagi penderita TBC di

wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok.

b. Dengan tercapainya keberhasilan program diharapkan dapat memutuskan rantai

 penularan TBC di wilayah kerja Puskesmas Rengasdengklok.

c. Tuberkulosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Rengasdengklok.

4

Page 5: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 5/23

BAB II

Materi dan Metode

2.1. Materi

Materi yang dievaluasi dalam Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru didapat dari

 pencatatan harian dan laporan bulanan Menggunakan formulir program penanggulangan TB

 paru.

Pencatatan :

Formulir daftar tersangka penderita (suspek) yang diperiksa dahak SPS (TB 06)

Formulir permohonan laboratorium TBC untuk pemeriksaan dahak (TB 05)

Kartu pengobatan TBC (TB 01)

Kartu identitas penderita (TB 02)

Register kohort pengobatan penderita TB

Formulir rujukan / pindah penderita TB (TB 09)

Formulir hasil akhir pengobatan dari penderita TBC pindahan (TB 10)

Pelaporan :

Formulir Register TB Unit Pelayanan Kesehatan (TB 03)

Register kohort pengobatan penderitaMateri yang di evaluasi dalam P2TB di Puskesmas Rengasdengklok pada periode

September 2010 sampai dengan Agustus 2011 dari hsil laporan program, mengenai :

1. Penemuan tersangka penderita (case finding ) TB paru.

2. Penentuan diagnosis TB paru.

3. Pengobatan penderita TB paru dengan menggunakan strategi DOTS.

4. Pengendalian pengobatan di bawah pengawasan PMO (Pengawas Minum Obat).

5.Periksa ulang dahak ( follow up) penderita TB paru.

6. Penyuluhan TB paru.

7. Pencatatan dan pelaporan.

2.2. Metode

5

Page 6: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 6/23

Evaluasi program ini dilakukan dengan melakukan pengumpulan data, pengolahan data,

analisis data, dan intepretasi data program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis di

Puskesmas Rengasdengklok periode September 2010 sampai dengan Agustus 2011 dengan

menggunakan pendekatan sistem sehingga ditemukan masalah pada program

Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis kemudian dibuat usulan dan saran sebagai

  pemecahan masalah yang ditemukan berdasarkan penyebab dari masing-masing unsur 

keluaran pada pendekatan sistem.

BAB III

6

Page 7: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 7/23

Kerangka Teoritis

3.1. Bagan Sistem

Menurut Ryans, sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling

dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai salah satu kesatuan

organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.

1. Masukan (input ), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan

yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.

2. Proses ( process), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan

yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.

3. Keluaran (output ), adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari

 berlangsungnya proses dalam sistem.

4. Lingkungan (environment ), adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem

tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.

5. Umpan balik ( feedback ), adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran

dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.

6. Dampak (impact ), adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.

3.2. Tolok Ukur Keberhasilan

Tolok ukur keberhasilan terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, lingkungan,

umpan balik, dan dampak. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai

dalam program Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis (P2TB) yang tercantum dalam

lampiran I.

BAB IV

7

Page 8: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 8/23

Penyajian Data

4.1. Sumber Data :

Data sekunder :

- Data Monografi Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok tahun 2010.

- Register TBC Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) periode September 2010 – Agustus

2011 (TB-03)

- Laporan triwulan penemuan dan pengobatan pasien TB Triwulan 3,4 tahun 2010 dan

Triwulan 1,2 tahun 2011.

4.2. Jenis Data

4.2.1.Data Umum

a. Data Geografis

LokasiLokasi Gedung Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok terletak di Jl. Tugu

Proklamasi RT 022 / RW 012, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang.

• Wilayah Kerja

Luas wilayah kerja : 1.575 Ha, yang terdiri dari 6 desa dengan tanah darat seluas

315 Ha dan tanah sawah seluas 1.260 Ha, terdapat 57 buah Posyandu.

Batas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok:

- Sebelah Utara : Wilayah Puskesmas Jayakerta dan Medangasem

- Sebelah Selatan : Wilayah Puskesmas Kalangsari Kec.

Rengasdengklok 

- Sebelah Barat : Dibatasi Sungai Citarum Kabupaten Bekasi

- Sebelah Timur : Wilayah Puskesmas Kutamukti dan

Kutawaluya

 b. Data Demografi

1. Jumlah penduduk Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang adalah

76.096 jiwa.

8

Page 9: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 9/23

2. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin : Laki-laki 37.802 jiwa dan jumlah

 perempuan 38.294 jiwa.

3. Pasangan Usia Subur (PUS) :15.018 pasang

4. Terdiri dari 6 desa dengan jumlah kepala keluarga 21.340 Kepala Keluarga (KK).

5. Mata pencaharian terbanyak di Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang

adalah pedagang sebanyak 55.086 penduduk (72,39%). Data umum selengkapnya

terdapat pada Lampiran II.

6. Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang

yang terbanyak adalah tingkat pendidikan rendah sebanyak 52.164 penduduk 

(68,55%). Data umum selengkapnya terdapat pada Lampiran II.

7. Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas

Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang antara lain : puskesmas (1),

Rumah Sakit (1), Rumah Bersalin (1), Klinik 24 Jam (2), Praktek bidan (14),

dokter praktek (12), posyandu (57). Data umum selengkapnya terdapat pada

Lampiran II.

4.2.2. Data Khusus

Tabel 1. Masukan dan Proses dari Puskesmas Rengasdengklok Kabupaten Karawang

MASUKAN Data-data yang diperoleh

Tenaga

Dokter umum 3 Orang (merangkap)

Perawat 3 Orang (merangkap)

Petugas P2M 1 Orang (merangkap)

Petugas PMO Puskesmas 1 Orang (merangkap)

Petugas PMO dari keluarga penderita TB 1 Orang

Petugas pencatatan dan pelaporan 1 Orang (merangkap)

Petugas fiksasi sputum 1 Orang

Kader 3 Orang untuk seluruh wilayah kerjaDana

APBD tingkat II Cukup

Sarana

a. Sarana Medis

Stetoskop 2 buah

Tensimeter  1 buah

Termometer  Tidak ada

Timbangan berat badan 1 buah

Persediaan OAT per kategori

•Kategori 1 Cukup

•Kategori 2 Cukup

9

Page 10: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 10/23

•Kategori 3 Cukup

Alat suntik  Cukup

Alat-alat laboratorium Cukup

 b.Sarana Non Medis

Ruang pemeriksaan pasien

3 ruang

Ruang laboratorium 1 ruang

Ruang tunggu pasien yang terbuka Ada

Ruang obat 1 ruang

Tempat tidur untuk periksa pasien Tidak ada

Lemari penyimpanan obat 2 Buah

Bangku Ada

Rak obat Ada

Alat administrasi

•Buku register kunjungan pasien 1 buah

•Alat tulis Cukup•Komputer  Ada

Alat penyuluhan

•Papan tulis Ada

•Spidol Ada

•Brosur TB Ada

•Poster TB Ada

Formulir pendaftaran Ada

Kartu pengobatan (TB 01) Ada

Kartu identitas penderita (TB 02) Ada

Register TB Kabupaten (TB 03) Ada

Register laboratorium TBC (TB 04) Ada

Formulir lab pemeriksaan dahak (TB 05) Ada

Formulir daftar suspek yg diperiksa

dahak SPS (TB 06)

Ada

Formulir permohonan OAT Ada

Metode

1.Penemuan tersangka penderita TB penemuan tersangka dari penderita yang

datang ke Puskesmas Rengasdengklok 

menunjukkan gejala-gejala yang

mendukung diagnosis TBC diperiksadahak SPS. Serta semua orang yang

kontak serumah dengan penderita TBC

yang menunjukkan gejala yang sama

harus diperiksa dahaknya.)

2.Penentuan diagnosis penderita TB 1.Pemeriksaan sputum SPS secara

mikroskopis

2.Pemeriksaan Rotgen dada untuk 

menunjang pemeriksaan sputum

3. Rujukan untuk tes Mountoux pada

suspek penderita TB anak 

3. Pengobatan penderita TB paru Menggunakan strategi DOTS dari WHO

sesuai kategori pengobatan Kategori 1:10

Page 11: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 11/23

2HRZE/4H3R3

2HRZE/4HR 

2HRZE/6HE

Kategori 2 :

2HRZES/1HRZE/5H3R3E3

HRZES/HRZE/5HRE

Kategori 3 :

2HRZ/4H3R3

2HRZ/4HR 

2HRZ/6HE

4.Pengawasan pengobatan Dilakukan oleh Petugas puskesmas

Rengasdengklok, dan PMO dari

keluarga/orang yang disegani pasien

5.  Follow up penderita TB Dengan pemeriksaan ulang dahak SPS

secara mikroskopis, dengan jadwal :

Kategor i 1 : akhir fase intensif, 1 bulan sebelum akhir pengobatan , akhir 

 pengobatan

Kategori 2 : akhir fase intensif setelah

sisipan 1 bulan, 1 bulan sebelum akhir 

 pengobatan, akhir pengobatan

Kategori 3 : akhir fase intensif, 1

 bulan sebelum akhir pengobatan, akhir 

 pengobatan

6.Penyuluhan

Perorangan

Penyuluhan langsung (tanya-jawab,

konsultasi) di puskesmas. Materi yangdiberikan semua tentang TB.

Kelompok  Tidak dilakukan

7.Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan Menggunakan formulir TB yang ada di

UPK 

Formulir TB 06

Formulir TB 05

Kartu identitas penderita (TB 02)

Kartu pengobatan TB 01

Pelaporan Formulir TB 06,dilaporkan tiap bulan

ke puskesmas yang lebih tinggi

stratanya

Register kohort pengobatan penderita

TB, dilaporkan tiap bulan ke

 puskesmas yang lebih tinggi stratanya

PROSES

Perencanaan

1.Penemuan Tersangka penderita TB Setiap hari kerja, jam 08.0-14.00 di

UPK Rengasdengklok 

 Passive case finding 

2.Penentuan diagnosis penderita TB Setiap hari kerja, jam 08.0-14.00 diUPK Rengasdengklok 

11

Page 12: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 12/23

Pemeriksaan dahak SPS mikroskopis,

Rontgen dada

3.Pengobatan penderita TB Setiap hari kerja, jam 08.00-14.00 di

UPK Rengasdengklok 

Menggunakan stategi DOTS (WHO)

sesuai kategori

4.Pengendalian pengobatan dibawah

 pengawasan PMO

Setiap hari kerja, menggunakan PMO

Puskesmas dan keluarga penderita yang

sudah ditentukan.

5.  Follow up penderita TB Setiap hari kerja, jam 08.0-14.00 di

UPK Rengasdengklok 

Dengan pemeriksaan ulang dahak SPS

sesuai jadwal per kategori

6.Penyuluhan

Perorangan

Kelompok 

Setiap hari kerja, jam 08.00-14.00 di

UPK setempat 1x/bulan,di UPK/pos-pos unit PKM

7.Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan

Pelaporan

Setiap hari kerja, jam 08.0-14.00 di

UPK Rengasdengklok 

Menggunakan formulir TB yang ada di

UPK 

1x/bulan,ke UPK yang lebih tinggi

stratanya

Pengorganisasian Tidak terdapat struktur organisasi tertulis

dalam menjalankan program P2TB, hanya

ada pembagian tugas:

• Kepala Puskesmas : Dr.Hj.Hidayati

• Ka Subag TU : H.Deden Kusnadi

• Koordinator Pengendalian Penyakit

dan Penyehatan Lingkungan : Iwan

Syarif Hidayat, AM.K 

Pelaksanaan

1. Penemuan tersangka penderita TBC Dilakukan, setiap hari kerja, di Puskesmas

Rengasdengklok, jam 08.00-14.00

2. Penentuan diagnosis penderita TBC Dilakukan, setiap hari kerja, di Puskesmas

Rengasdengklok, jam 08.00-14.003. Pengobatan penderita TBC Dilakukan, setiap hari kerja, di Puskesmas

Rengasdengklok, jam 08.00-14.00

4. Pengendalian pengobatan dibawah

 pengawasan PMO

Dilakukan, setiap hari kerja, di Puskesmas

Rengasdengklok, jam 08.00-14.00

5. Follow up penderita TBC Dilakukan, setiap hari kerja, di Puskesmas

Rengasdengklok, jam 08.00-14.00

6. Kunjungan rumah kepada penderita TB yang

drop out

Dilakukan

7. Penyuluhan TBC

•Penyuluhan perorangan Dilakukan, setiap hari kerja, di PuskesmasRengasdengklok, jam 08.00-14.00

12

Page 13: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 13/23

• Penyuluhan kelompok  Tidak dilakukan

8. Pencatatan dan pelaporan • Laporan bulanan

• Laporan triwulan

• Rapat kerja bulanan

KELUARAN

1. Penemuan penderita TB 6,7,8

• Proporsi TB BTA positif diantara suspek 

Adalah prosentase pasien BTA positif yang ditemukan diantara seluruh suspek yang

diperiksa dahaknya di Puskesmas Rengasdengklok Periode September 2010 sampai

dengan Agustus 2011. Angka ini menggambarkan mutu dari proses penemuan sampai

diagnosis pasien, serta kepekaan menentukan kriteria suspek.

= Jumlah pasien BTA positif yang ditemukan x 100%

Jumlah seluruh suspek TB yang diperiksa

= (18 + 19 + 13 + 21) x 100% = 8,93%

(193 + 181 + 207 + 214)

Angka ini sekitar 6-15%. Bila < 5% kemungkinan disebabkan :

- Penjaringan suspek terlalu longgar. Banyak orang yang tidak memenuhi

kriteria suspek, atau

- Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu)

Bila angka ini > 15% kemungkinan disebabkan :

- Penjaringan terlalu ketat atau

- Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu)

2. Penentuan diagnosis TB 6,7,8

• Proporsi penderita TBC paru BTA (+) diantara semua penderita TBC tercatat di

Puskesmas Rengasdengklok Periode September 2010 sampai dengan Agustus 2011.

Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien Tuberkulosis menular diantara

seluruh pasien Tuberkulosis paru yang diobati.

= ∑ penderita TB paru BTA positif (baru + kambuh) x 100 %

∑ penderita TB paru BTA (+) (baru+kambuh)+penderita TB BTA(-)

= 71 x 100 % = 89,87 %

79

13

Page 14: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 14/23

Angka ini sebaiknya kurang dari 65%. Bila angka ini jauh lebih rendah, itu berarti

mutu diagnosis rendah, dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien

yang menular (pasien BTA positif)

• Case Detection Rate (CDR)

Adalah prosentase jumlah penderita baru BTA positif yang ditemukan dibanding

  jumlah penderita baru BTA positif yang diperkirakan ada di Puskesmas

Rengasdengklok Periode September 2010 sampai dengan Agustus 2011. Indikator ini

menggambarkan cakupan penemuan pasien baru BTA positif pada wilayah tersebut.

Perkiraan jumlah tersangka TB paru BTA positif di Indonesia adalah sebesar 

130/100.000 penduduk.

= ∑ penderita baru BTA positif yang dilaporkan dlm TB.07 x 100 %

perkiraan Σ penderita baru BTA positif 

= (18 + 19 + 13 + 21) x 100 % = 71,77 %

130/100.000 x 76.096

Target Case Detection Rate Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasional minimal

70%. Namun target yang ditetapkan Dinkes Karawang Barat sebesar 80%.

3. Pengobatan penderita TB 6,7,8

• Angka kesembuhan (Cure Rate) 

Adalah angka yang menunjukkan prosentase penderita TBC BTA positif yang sembuh

setelah selesai masa pengobatan, diantara penderita TBC BTA positif yang tercatat di

Puskesmas Rengasdengklok Periode September 2010 sampai dengan Agustus 2011.

= ∑penderita baru TB paru BTA(+) yang sembuh x 100%

∑ penderita baru TB paru BTA (+) yang diobati

= 23 x 100 % = 100 %

23

Angka minimal yang harus dicapai menurut Program Penanggulangan Tuberkulosis

 Nasional adalah 80%. Namun target yang ditetapkan Dinkes Karawang Barat sebesar 

85%

• Prosentase penderita mendapat pengobatan dengan strategi DOTS di Puskesmas

Rengasdengklok Periode September 2010 sampai dengan Agustus 2011.

= ∑ penderita TB paru yang diobati x 100 %

14

Page 15: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 15/23

∑ seluruh penderita TB paru

= 63 x 100 % = 100 %

63

Angka yang harus dicapai adalah 100%.

a.

4. Follow up penderita TB 6,7,8

• Angka konversi (Conversion Rate)

Adalah prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang mengalami perubahan

menjadi BTA negative setelah menjalani pengobatan intensif di Puskesmas

Rengasdengklok Periode September 2010 sampai dengan Agustus 2011. Indikator ini

 berguna untuk mengetahui apakah pengawasan langsung minum obat dilakukan dengan

 benar.

= ∑ penderita baru TB paru BTA (+) yang konversi x 100 %

∑ penderita baru TB paru BTA (+) yang diobati

= 52 x 100 % = 100 %

52

Angka minimal yang harus dicapai 80%.

5. Pengendalian pengobatan dibawah pengawasan PMO 6,7,8

• Prosentase penderita yang diobati diawasi oleh PMO di Puskesmas Rengasdengklok 

Periode September 2010 sampai dengan Agustus 2011.

= ∑ seluruh penderita TB paru yang diawasi PMO x 100 %

∑ seluruh penderita TB paru yang diobati

= 63 x 100 % = 100 %

63

Angka yang harus dicapai 100%.

• Prosentase drop out (DO)

= ∑ penderita DO x 100 %

∑ seluruh penderita TB paru yang diobati

= 0 x 100 % = 0 %

63

Angka yang harus dicapai adalah < 5%.

6. Penyuluhan 6,7,8

Penyuluhan perorangan = 100%.

15

Page 16: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 16/23

Penyuluhan kelompok = 0 %.

7. Pencatatan dan pelaporan 6,7,8

100 % dilakukan pencatatan kegiatan program.

100 % dilakukan pelaporan kegiatan program.

(Data yang dipakai dalam penghitungan Keluaran terdapat pada Lampiran IV)

LINGKUNGAN

1. Fisik  

Lokasi : relatif dapat dijangkau oleh pasien

Transportasi : alat transportasi yang ada hanya becak dan ojek, tidak ada

angkutan umum yang langsung lewat di depan puskesmas

Fasilitas kesehatan lain : ada dan dapat dijalin kerja sama yang baik 

2. Non fisik 

Pendidikan : Mayoritas berpendidikan rendah sebesar 68,55%

(menjadi faktor penghambat)

Sosial Ekonomi : Mayoritas bekerja sebagai pedagang sebesar 72,39%

UMPAN BALIK 

a. Pencatatan kegiatan program : setiap hari kerja (Pkl. 08.00 – 14.00)

 b. Pelaporan kegiatan program : 12x / tahun

c. Rapat kerja bulanan kegiatan program : 12x / tahun

DAMPAK 

1. Langsung :

Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas TB paru : belum dapat dinilai.

Terputusnya rantai penularan penyakit TBC : belum dapat dinilai

2. Tidak langsung :

TB paru tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat : belum dapat dinilai.

Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal : belum dapat dinilai.

16

Page 17: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 17/23

BAB V

Pembahasan

Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah

(%)

KELUARAN

1. Case Detection Rate(CDR)

2. Penyuluhan kelompok 

80%

100%

71,77%

0%

(+)

(8,23%)

(+)

100%

I. MASUKAN

1. Tenaga : Kader 

2. Sarana medis :termometer 

3. Sarana non-medis :

Tempat tidur periksa

 pasien

5 orang / RW

1 buah

1 buah

3 orang / 6 desa

Tidak ada

Tidak ada

(+)

(+)

(+)

II. PROSES

1. Pengorganisasian

2. Pelaksanaan :

 penyuluhan kelompok 

Terdapat struktur 

organisasi tertulis

untuk program P2TB

12x/tahun

Tidak terdapat struktur 

organisasi tertulis dalam

menjalankan program

P2TB, hanya ada

  pembagian tugas;

  penanggungjawab dan

koordinator P2M adalah

orang yang sama

Tidak dilakukan

(+)

(+)

III. LINGKUNGAN

1. Pendidikan (non-fisik) Tidak menjadi faktor 

 penghambat

Mayoritas berpendidikan

rendah sebesar 68,55 %

(menjadi faktor 

 penghambat)

(+)

17

Page 18: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 18/23

Tabel 2. Variabel, Tolok Ukur, Pencapaian, Masalah

Variabel selain tertera diatas tidak memiliki masalah berdasarkan tolok ukur keberhasilan

BAB VI

Perumusan Masalah

6.1. Masalah menurut keluaran (masalah sebenarnya) :

A. Case Detection Rate baru mencapai 71,77% , masih kurang dari target yang ditetapkan

yaitu sebesar 80%. Besar masalah didapat sebesar 8,23%.

B. Penyuluhan kelompok 0% dari target 100%. Besarnya masalah 100%.

6.2. Masalah menurut sistem lainnya (penyebab) :

a. Dari masukan:

• Kurangnya tenaga kader untuk mendeteksi penderita TBC di wilayah kerja

Puskesmas.

• Terdapat sarana medis yang masih belum tersedia di poli TB Paru, yaitu

thermometer.

• Terdapat sarana non-medis yang masih belum tersedia di poli TB Paru, yaitu

tempat tidur untuk memeriksa pasien.

 b. Dari proses:

• Tidak terdapat struktur organisasi tertulis program P2TB. Penanggung jawab dan

koordinator program dipegang oleh satu orang dengan jabatan yang rangkap.

• Penyuluhan kelompok sudah direncanakan pada namun belum dilaksanakan

dengan baik.

c. Dari lingkungan:

•  Nonfisik : Mayoritas penduduk di kecamatan rengasdengklok berpendidikan

rendah

18

Page 19: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 19/23

BAB VII

Penyelesaian Masalah

Oleh karena dua masalah yang ditemukan, maka prioritas masalah tidak ditentukan.

Masalah :

1. Case Detection Rate baru mencapai 71,77% , masih kurang dari target yang ditetapkan

yaitu sebesar 80%. Besar masalah didapat sebesar 8,23%

Penyebab :

• Kurangnya tenaga kader untuk mendeteksi penderita TBC di wilayah kerja

Puskesmas.

• Terdapat sarana medis yang masih belum tersedia di poli TB Paru, yaitu thermometer.

• Terdapat sarana non-medis yang masih belum tersedia di poli TB Paru, yaitu tempat

tidur untuk memeriksa pasien.

• Mayoritas penduduk di kecamatan rengasdengklok berpendidikan rendah

Penyelesaian :

• Melakukan pembinaan kader dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat

untuk dapat membantu dalam menjaring penderita tersangka TBC. Para kader dilatih

untuk meyakinkan tersangka TBC bahwa penyakitnya bisa disembuhkan dengan

  berobat ke Puskesmas dan memberikan semangat kepada penderita TBC untuk 

minum obat secara teratur. Juga perlu diadakan program pemberian penghargaan bagi

kader yang aktif sehingga mendorong minat dan semangat para kader untuk terus

memberikan yang terbaik.

19

Page 20: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 20/23

• Mengajukan permintaan penyediaan sarana : thermometer dan tempat tidur untuk 

memeriksa pasien.

2. Penyuluhan kelompok tentang TBC 0% dari target 100%. Besarnya masalah 100%.

Penyebab masalah :

• Penanggung jawab dan koordinator program dipegang oleh satu orang dengan

 jabatan yang rangkap.

• Kurangnya tenaga kesehatan dari Puskesmas yang siap memberikan penyuluhan

kelompok.

Penyelesaian masalah :

1. Membuat perencanaan yang pasti untuk mengadakan penyuluhan kelompok sesuai

dengan tolok ukur yaitu 1x/bulan.

2. Menambah tenaga kesehatan di Puskesmas yang siap memberikan penyuluhan

tentang TBC.

20

Page 21: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 21/23

BAB VIII

Kesimpulan dan Saran

8.1. Kesimpulan

Dari hasil evaluasi program TBC yang dilakukan dengan cara pendekatan sistem

di Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang periode September 

2010 sampai dengan Agustus 2011 dapat disimpulkan bahwa program ini belum

 berhasil dengan baik, karena :

1. Case Detection Rate baru mencapai 71,77% , masih kurang dari target yangditetapkan yaitu sebesar 80%.

2. Penyuluhan kelompok tentang TBC 0% dari target 100%. Besarnya masalah

100%.

Masalah tersebut diatas disebabkan :

• Kurangnya tenaga kader untuk mendeteksi penderita TBC di wilayah kerja

Puskesmas.

• Terdapat sarana medis yang masih belum tersedia di poli TB Paru, yaitu

thermometer.

• Terdapat sarana non-medis yang masih belum tersedia di poli TB Paru, yaitu

tempat tidur untuk memeriksa pasien.

• Mayoritas penduduk di kecamatan rengasdengklok berpendidikan rendah

• Penanggung jawab dan koordinator program dipegang oleh satu orang dengan

 jabatan yang rangkap.

21

Page 22: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 22/23

• Kurangnya tenaga kesehatan dari Puskesmas yang siap memberikan

 penyuluhan kelompok.

8.2. SaranAgar Program TBC di Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok di periode yang

akan datang dapat berhasil dan berjalan dengan baik, dan untuk memperbaiki masalah

yang ada serta agar masalah tersebut tidak terulang kembali, yaitu dengan cara :

• Melakukan pembinaan kader dalam rangka meningkatkan peran serta

masyarakat untuk dapat membantu dalam menjaring penderita tersangka TBC.

• Mengajukan permintaan penyediaan sarana baik medis maupun non-medis

yang belum lengkap.

• Membuat perencanaan yang pasti untuk mengadakan penyuluhan kelompok 

sesuai dengan tolok ukur yaitu 1x/bulan.

• Menambah tenaga kesehatan di Puskesmas yang siap memberikan penyuluhan

tentang TBC.

Melalui penyelesaian masalah tersebut diatas, diharapkan dapat memberikan

dampak yang positif dimana keberhasilan program TBC akan semakin meningkat

sehingga bisa menurunkan angka morbiditas dan mortalitas penderita TBC serta

memutuskan rantai penularan sehingga TBC tidak lagi menjadi masalah kesehatan di

Puskesmas Kecamatan Rengasdengklok di masa yang akan datang.

22

Page 23: BAB I-VIII

5/10/2018 BAB I-VIII - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-i-viii 23/23

Daftar Pustaka

1. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan DepartemenKesehatan RI. Info Penyakit : Simposium TB Update 2011. Diunduh dari :

http://www.penyakitmenular.info. 2011.

2. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

TBC Masalah Kesehatan Dunia. Diunduh dari : http://www.bppsdmk.depkes.go.id. 2011.

3. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen

Kesehatan RI. Info Penyakit : Pengendalian TB di Indonesia mendekati MDG. Diunduh

dari : http://www.penyakitmenular.info. 2011.4. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen

Kesehatan RI. Info Penyakit : RI Peringkat 5 Dunia Penderita TB Terbanyak. Diunduh

dari : http://www.penyakitmenular.info. 2011.

5. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen

Kesehatan RI. Info Penyakit : Peranan Penting Rumah Sakit dalam Penanggulangan TB.

Diunduh dari : http://www.penyakitmenular.info. 2011.

6. Badan Pusat Statistik : Indikator-Indikator. Diunduh dari : http://mdgs-

dev.bps.go.id/main.php?link=ingoal8.

7. Surveilans TB Paru. Diunduh dari : www.undip.ac.id/files/2009/10/surveilans-

tb_paru.pdf 

8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis Edisi 2 Cetakan Pertama. 2007.

23