Bab Viii Pengaman

29
http://palembang.tribunnews.com/12/05/2011/mencegah-bahaya-pemakaian- listrik Mencegah Bahaya Pemakaian Listrik Sriwijaya Post - Kamis, 12 Mei 2011 08:38 WIB BELUM seluruh masyarakat menyadari adanya potensi bahaya dari penggunaan listrik. Sebagian juga belum faham bagaimana prosedur yang tepat untuk menanganinya. Untuk mencegah kerugian jiwa atau harta benda, dibutuhkan sosialisasi intensif. Apalagi menjelang musim panas tiba, biasanya di kota-kota besar sering terjadi kebakaran yang diakibatkan oleh sebagian besar arus hubung singkat listrik. Listrik merupakan kebutuhan vital untuk pembangunan ekonomi, sosial serta peningkatan kualitas kehidupan bangsa. Selain memberikan manfaat, listrik mempunyai potensi bahaya yang dapat mengancam kehidupan manusia, baik pekerja di instalasi tenaga listrik maupun pengguna serta pemanfaat listrik. Fakta berbicara di bidang sistem tenaga listrik, masih banyak instalasi yang belum menggunakan standar yang berlaku secara nasional, masih banyak instalasi yang dipasang dan dioperasikan oleh Instalatir yang belum mempunyai sertifikat kompetensi, sehingga masih banyak ditemukan berbagai peralatan yang belum memenuhi standar (SNI) dan instalasi yang tidak memenuhi standar keselamatan (PUIL 2000). Bahaya Arus Listrik Pada tahun 1894, D’Alziel, seorang peneliti dari Amerika Serikat telah melakukan suatu rangkaian penelitian terhadap binatang atau manusia untuk mengetahui tingkat gangguan dan bahaya arus listrik terhadap tubuh manusia. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 134 orang pria dan 28 orang wanita, ternyata hanya dengan arus sebesar 25 - 100 mA, dapat menyebabkan jantung berhenti berdenyut, pernafasan terhenti dan dapat menyebabkan kematian. Dari penelitian dengan berbagai macam percobaan, diketahui bahwa bahaya arus listrik terhadap manusia ditentukan oleh sejumlah faktor, yaitu besar arus, waktu atau lama arus mengalir, bagian yang dialiri arus listrik dan frekuensi arus

description

Pengaman

Transcript of Bab Viii Pengaman

Page 1: Bab Viii Pengaman

http://palembang.tribunnews.com/12/05/2011/mencegah-bahaya-pemakaian-listrik Mencegah Bahaya Pemakaian ListrikSriwijaya Post - Kamis, 12 Mei 2011 08:38 WIB

BELUM seluruh masyarakat menyadari adanya potensi bahaya dari penggunaan listrik. Sebagian juga belum faham bagaimana prosedur yang tepat untuk menanganinya. Untuk mencegah kerugian jiwa atau harta benda, dibutuhkan sosialisasi intensif. Apalagi menjelang musim panas tiba, biasanya di kota-kota besar sering terjadi kebakaran yang diakibatkan oleh sebagian besar arus hubung singkat listrik.

Listrik merupakan kebutuhan vital untuk pembangunan ekonomi, sosial serta peningkatan kualitas kehidupan bangsa. Selain memberikan manfaat, listrik mempunyai potensi bahaya yang dapat mengancam kehidupan manusia, baik pekerja di instalasi tenaga listrik maupun pengguna serta pemanfaat listrik.

Fakta berbicara di bidang sistem tenaga listrik, masih banyak instalasi yang belum menggunakan standar yang berlaku secara nasional, masih banyak instalasi yang dipasang dan dioperasikan oleh Instalatir yang belum mempunyai sertifikat kompetensi, sehingga masih banyak ditemukan berbagai peralatan yang belum memenuhi standar (SNI) dan instalasi yang tidak memenuhi standar keselamatan (PUIL 2000).

Bahaya Arus ListrikPada tahun 1894, D’Alziel, seorang peneliti dari Amerika Serikat telah melakukan suatu rangkaian penelitian terhadap binatang atau manusia untuk mengetahui tingkat gangguan dan bahaya arus listrik terhadap tubuh manusia. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 134 orang pria dan 28 orang wanita, ternyata hanya dengan arus sebesar 25 - 100 mA, dapat menyebabkan jantung berhenti berdenyut, pernafasan terhenti dan dapat menyebabkan kematian. Dari penelitian dengan berbagai macam percobaan, diketahui bahwa bahaya arus listrik terhadap manusia ditentukan oleh sejumlah faktor, yaitu besar arus, waktu atau lama arus mengalir, bagian yang dialiri arus listrik dan frekuensi arus yang mengalir. Semakin berat tubuh seseorang maka kemampuan dialiri arus juga semakin besar. Kemapuan tubuh manusia dialiri arus listrik menurut D’Alziel adalah sama dengan berat badan manusia.

Pengamanan Arus Listrik Pengamanan terhadap bahaya arus listrik bertujuan untuk menjamin agar bahaya yang timbul akibat gradient tegangan di sekitar peralatan listrik dapat diatasi. Pembumian/pentanahan pengaman merupakan persyaratan terpenting untuk melindungi manusia, ternak dan harta benda. Pembumian pengaman selengkapnya mencakup : pengamanan terhadap kejut listrik, pengamanan terhadap efek thermal, pengamanan terhadap arus lebih, pengamanan terhadap tegangan lebih, pengamanan terhadap tegangan kurang, serta pemisahan dan switching. Pengamanan terhadap tegangan kejut listrik mendapat prioritas utama karena berkaitan langsung dengan keselamatan manusia.

Penerapan PUIL 2000

Page 2: Bab Viii Pengaman

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.2046 K/40/MEM/2001 tanggal 28 Agustus 2001 secara tegas menggariskan bahwa Standar Nasional Indonesia (SNI) 04-0225-2000 mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000 telah diberlakukan sebagai standar wajib di bidang kenegalistrikan. Ini berarti penerapan PUIL 2000 pada instalasi tenaga listrik sifatnnya wajib. Maksud dan tujuan diluncurkannya PUIL 2000 tak lain dan tak bukan agar pengusahaan instalasi listrik terselenggara dengan baik, kemudian untuk menjamin keselamatan manusia dari bahaya kejut listrik, lalu untuk mewujudkan keamanan instalasi listrik beserta kelengkapannya, keamanan gedung serta isinya dari kebakaran akibat listrik, serta perlindungan lingkungan.Selain itu, posisi PUIL 2000 sangat strategis khususnya untuk mewujudkan keselamatan pada instalasi pemanfaatan tenaga listrik, baik untuk manusia, harta benda maupun untuk instalasinya sendiri.

Dalam rangka mewujudkan keselamatan instalasi tenaga listrik, sebelum dioperasikan, setiap instalasi tenaga listrik harus diperiksa dan diuji sehingga mendapatkan Sertifikat Laik Operasi (SLO). Untuk itu Pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM membuat regulasi dengan menunjuk lembaga inspeksi yang independen untuk melakukan pemeriksaan dan pengujian pada instalasi penyediaan tenaga listrik (pembangkit, transmisi, dan distribusi). Sedangkan untuk instalasi pemanfaatan tenaga listrik, khususnya untuk instalasi pemanfaatan tegangan rendah, pengujian dan pemeriksaannya dilakukan oleh suatu Lembaga Inspeksi independen, yaitu KONSUIL (Komite Nasional Keselamatan Untuk Instalasi Listrik). Dan Konsuil merupakan satu-satunya lembaga yang berhak memberikan Sertifikat Laik Operasi (SLO) jika instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah dinilai memenuhi Standar PUIL dan SNI (Standard Nasional Indonesia).

Yang patut kita syukuri lagi bahwa sekarang kita telah memiliki Undang-Undang Ketenagalistrikan Nomor 30 Tahun 2009, yang mengamanatkan ketentuan-ketentuan keselamatan listrik, yang memuat :Pasal 44, ayat (1) ; Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan.

Ayat (2) Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk mewujudkan kondisi :a. Andal dan aman bagi instalasi.b. Aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya, dan c. Ramah lingkungan.Ayat (3) Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :a. Pemenuhan standardisasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik.b. Pengamanan instalasi tenaga listrik, danc. Pengamanan pemanfaat tenaga listrik. Ayat (4) Setiap instalasi tenaga listrik yang beroperasi wajib memiliki Sertifikat Laik Operasi (SLO). Ayat (5) Setiap peralatan dan pemanfaat tenaga listrik wajib memenuhi ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Kemudian ayat (6) Setiap tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan wajib memiliki sertifikat kompetensi. Ayat (7) Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan, Sertifikat Laik Operasi (SLO),

Page 3: Bab Viii Pengaman

Standar Nasional Indonesia (SNI), dan Sertifikat Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (6) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pada pasal 54. Ayat (1) dijelasakan setiap orang yang mengoperasikan instalasi tenaga listrik tanpa Sertifikat Laik Operasi (SLO) sebagimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Dari pasal-pasal tersebut di atas nampak jelas bagaimana keselamatan ketenagalistrikan sangat vital dalam suatu instalasi tenaga listrik khususnya instalasi pemanfaatan tegangan rendah sehingga diperlukan pengujian dan pemeriksaan yang cermat dan hasil pemeriksaan instalasi tersebut harus dibuktikan dengan adanya Sertifikat Laik Operasi (SLO). Oleh karena itu, untuk menjamin keselamatan umum, keselamatan kerja, keamanan instalasi, dan kelestarian fungsi lingkungan dalam penyediaan tenaga listrik dan pemanfaatan tenaga listrik, instalasi tenaga listrik harus menggunakan peralatan dan perlengkapan listrik yang memenuhi standar peralatan di bidang ketenagalistrikan.

Page 4: Bab Viii Pengaman

http://www.pln-jaser.co.id/uud.php Undang-undang Sertifikasi PT PLN (PERSERO) JASA SERTIFIKASI

-

UNDANG - UNDANG NO. 30 TAHUN 2009TENTANGKETENAGALISTRIKAN

BAB XI

PASAL 42 Ayat (1) :

Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketemtuan yang disyaratkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.

BAB XI

LINGKUNGAN HIDUP DAN KETEKNIKAN

Bagian Kedua

Keteknikan

PASAL 43 :

Keteknikan Ketenagalistrikan terdiri atas :

Page 5: Bab Viii Pengaman

a. Keselamatan ketenagalistrikan; dan

b. Pemanfaatan jaringan tenaga listrik untuk kepentingan telekomunikasi, multimedia, dan informatika.

PASAL 44 :

1) Setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan.

2) Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk mewujudkan kondisi :

a. Andal dan aman bagi instalasi

b. Aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya;

c. Ramah lingkungan.

3) Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. Pemenuhan standarisasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik;

b. Pengamanan instalasi tenaga listrik; dan

c. Pengamanan pemanfaat tenaga listrik

d. Setiap instalasi tenagalistrik yang beroperasi wajib memiliki sertifikat laik operasi.

e. Setiap peralatan dan pemanfaat tenaga listrik wajib memenuhi ketentuan standar nasional Indonesia.

f. Setiap tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan, wajib memiliki sertifikat kompetensi.

g. Ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan, sertifikat laik operasi, standar nasional Indonesia, dan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (6) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Page 6: Bab Viii Pengaman

PASAL 54 ayat (2) :

Setiap orang yang memproduksi, mengedarkan, atau memperjualbelikan peralatan dan pemanfaat tenaga listrik yang tidak sesuai dengan SNI dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak lima milyar rupiah.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NO. 10 TAHUN 1989

TENTANG

PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK

BAB II

USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

Syarat-syarat Penyediaan

PASAL 14 :

Penyediaan tenaga listrik harus dilakukan dengan memperhatikan :

a. Keseimbangan sumber daya alam dan kelestarian lingkungan hidup serta pengaruh lingkungan

b. Persyaratan bagi keamanan instalasi dan kemampuan pelaksanaannya.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NO. 3 TAHUN 2005

TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NO. 10 TAHUN 1989

TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK

Page 7: Bab Viii Pengaman

PASAL 15 :

(1) Tenaga listrik yang disediakan untuk kepentingan umum, wajib diberikan dengan mutu dan keandalan yang baik

(2) Ketentuan tentang mutu dan keandalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.

PASAL 21 :

(1) Setiap usaha penyediaan tenaga listrik wajib memenuhi ketentuan mengenai keselamatan ketenagalistrikan

(2) Ketentuan keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi standardisasi, pengamanan instalasi tenaga listrik dan pengamanan pemanfaat tenaga listrik untuk mewujudkan kondisi andal dan aman bagi instalasi dan kondisi aman dari bahaya bagi manusia serta kondisi akrab lingkungan.

(3) Pekerjaan instalasi ketenagalistrikan untuk penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik harus dikerjakan oleh Badan Usaha Penunjang Tenaga Listrik yang disertifikasi oleh lembaga sertifikasi yang terakreditasi.

(6) Pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik dan instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi dan tegangan menengah dilaksanakan oleh lembaga inspeksi teknik yang diakreditasi oleh lembaga yang berwenang

(7) Pemeriksaan instalasi pemanfaatan tenaga listrik konsumen tegangan rendah dilaksanakan oleh suatu lembaga inspeksi independen yang sifat usahanya nirlaba dan ditetapkan oleh Menteri.

PASAL 22 :

(1) Instalasi ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia Bidang Ketenagalistrikan

(2) Setiap Instalasi ketenagalistrikan sebelum dioperasikan wajib memiliki sertifikat laik operasi

Page 8: Bab Viii Pengaman

PASAL 24 :

(1) Menteri dapat memberlakukan Standar Nasional Indonesia di bidang ketenagalistrikan sebagai standar wajib.

(2) Setiap peralatan tenaga listrik wajib memenuhi Standar Nasional Indonesia yang diberlakukan wajib dan dibubuhi tanda SNI.

(3) Setiap pemanfaat tenaga listrik wajib memenuhi Standar Nasional Indonesia yang diberlakukan wajib dan dibubuhi Tanda Keselamatan

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

NOMOR : 0045 TAHUN 2005

TENTANG INSTALASI KETENAGALISTRIKAN

PASAL 2 :

Instalasi terdiri atas :Instalasi penyediaan tenaga listrik danInstalasi pemanfaatan tenaga listrik

PASAL 3 :

(1) Instalasi penyediaan tenaga listrik terdiri atas :

· Instalasi pembangkitan

· instalasi transmisi

· dan instalasi distribusi tenaga listrik sampai dengan titik pemakaian

Page 9: Bab Viii Pengaman

(2) Instalasi pemanfaatan tenaga listrik terdiri atas :

· Instalasi konsumen tegangan tinggi

· Instalasi konsumen tegangan menengah

· Instalasi konsumen tegangan rendah sampai dengan kotak kontak bertegangan

PASAL 4 :

Tahapan pekerjaan instalasi penyediaan tenaga listrik dan instalasi pemanfaatan tenaga listrik terdiri atas perencanaan, pembangunan dan pemasangan, pemeriksaan dan pengujian, pengoperasian dan pemeliharaan, serta pengamanan sesuai standar yang berlaku.

PASAL 7 :

(1) Instalasi penyediaan tenaga listrik yang selesai dibangun dan dipasang, direkondisi, dilakukan perubahan kapasitas, atau direlokasi wajib dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap kesesuaian dengan ketentuan yang berlaku.

(2) Pemeriksaan dan pengujian terhadap kesesuaian dengan ketentuan standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam rangka keselamatan ketenagalistrikan.

(3) Pemeriksaan dan pengujian instalasi penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dan untuk kepentingan sendiri dilakukan oleh lembaga inspeksi teknik yang telah terakreditasi dan dilaporkan kepada Direktur Jendral, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

(4) Pemeriksaan dan pengujian instalasi penyediaan tenaga listrik milik Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Instalasi penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum yang tersambung ke instalasi penyediaan tenaga listrik milik Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan yang izinnya dikeluarkan oleh Menteri dilakukan oleh lembaga inspeksi teknik yang terakreditasi dan dilaporkan kepada Direktur Jendral.

(5) Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian instalasi penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) disaksikan oleh petugas pelaksana yang ditunjuk Direktur Jendral, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

Page 10: Bab Viii Pengaman

(6) Intalasi penyediaan tenaga listrik yang hasil pemeriksaan dan pengujiannya memenuhi kesesuaian dengan standar yang berlaku diberikan sertifikat laik operasi yang diterbitkan oleh lembaga inspeksi teknik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau ayat (4).

PASAL 8 :

(1) Untuk mendapatkan sertifikat laik operasi instalasi penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (6), Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan, pemegang izin usaha ketenagalistrikan untuk kepentingan umum dan kepentingan sendiri mengajukan permohonan tertulis kepada lembaga inspeksi teknik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat(3) atau ayat (4).

PASAL 9 :

(1) Pemeriksaan dan pengujian Instalasi penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) terdiri atas pemeriksaan dan pengujian instalasi pembangkitan, transmisi, dan distribusi tenaga listrik.

(2) Pemeriksaan dan pengujian instalasi pembangkitan tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sekurang-kurangnya berdasarkan mata uji (test items)

sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.

(3) Pemeriksaan dan pengujian instalasi transmisi dan distribusi tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sekurang-kurangnya berdasarkan mata uji (test items) sebagaimana dimaksuddalam Lampiran II Peraturan Menteri ini.

(4) Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam laporan hasil uji laik operasi dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.

(5) Hasil pemeriksaan dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam laporan hasil uji laik operasi dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri ini.

PASAL 10 :

Page 11: Bab Viii Pengaman

(1) Berdasarkan laporan hasil uji laik operasi sebagaimana dmaksud dalam pasal 9 ayat (4) atau ayat (5), lembaga inspeksi teknik menerbitkan sertifikat laik operasi atas instalasi penyediaan tenaga listrik.

(2) Sertifikat laik operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk instalasi pembangkitan tenaga listrik berlaku paling lama selama 5 (lima) tahun dan setiap kali dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama, sedangkan sertifikat laik operasi untuk instalasi transmisi serta distribusi berlaku paling lama selama 10 (sepuluh) tahun dan setiap kali dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama.

(3) Lembaga inspeksi teknik wajib mengirimkan tembusan sertifikat laik operasi yang telah diterbitkan kepada Direktur Jendral, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

(4) Biaya yang diperlukan untuk kegiatan dalam rangka sertifikasi instalasi penyediaan tenaga listrik dibebankan kepada pemilik instalasi.

PASAL 16 :

(1) Instalasi penyediaan tenaga listrik dan instalasi pemanfaatan tenaga listrik hanya dapat dioperasikan setelah mendapatkan sertifikat laik operasi.

Page 12: Bab Viii Pengaman

http://instalasilistrikindustri.blogspot.com/2010/11/jenis-sistem-pembumian-pada-instalasi.htmlJENIS SISTEM PEMBUMIAN PADA INSTALASI TENAGA LISTRIK Jenis sistem pembumian biasanya menggunakan sebuah kode, kode yang digunakan mempunyai arti sebagai berikut :Huruf pertama - hubungan sistem tenaga listrik ke bumi.T = hubungan langsung satu titik ke bumi I = semua bagian aktif diisolasi dari bumi, atau satu titik dihubungkan ke bumi melalui suatu impedans

Huruf kedua - hubungan BKT(Bagian Konduktif Terbuka) instalasi ke bumi.T = hubungan listrik langsung ke BKT ke bumi, yang tidak tergantung pembumian setiap titik tenaga listrik.N = hubungan listrik langsung BKT ke titik yang dibumikan dari sistem tenaga listrik, titik yang dikebumikan biasanya titik netral, atau penghantar fasajika titik netral tidak ada.

Huruf berikutnya jika ada - susunan penghantar netral dan penghantar proteksi .S = fungsi proteksi yang diberikan oleh penghantar yang terpisah dari netral atau dari saluran yang dikebumikan.C = Fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam penghantar tunggal (penghantar PEN)

Sistem ITSistem tenaga listrik IT mempunyai semua bagain aktif yang diisolasi dari bumi, atau satu titik dihubungkan ke bumi melalui suatu impedans. BKT instalsi listrik dibumikan secara impedans atau secara kolektif atau ke pembumian sistem .

Sistem TTsistem pembumian tenaga listrik TT mempunyai satu titik yang dikebumikan langsung . BKT instalasi listrik dihubungkan ke elektroda bumi yang secara listrik terpisah dari elektroda bumi sistem tenaga listrik.

Sistem TNSistem pembumian tenaga listrik TN mempunyai satu titik yang dikebumikan langsung . BKT instalasi dihubungkan ke titik tersebut oleh penghantar proteksi.Ada tiga jenis sistem TN sesuai dengan susunan penghantar netral dan penghantar proteksi yaitu sebagai berikut :1. yaitu sistem TN-S , dimana digunakan penghantar proteksi terpisah di seluruh sistem2. Sistem TN-C-S, dimana fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam penghantar tunggal di sebagian sistem 3.Sistem TN-C dimana fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam penghantar tunggal diseluruh sistem.

Page 13: Bab Viii Pengaman

Pada instalasi listrik tegangan rendah untuk perumahan maupun industri sangat di anjurkan menggunakan sistem pembumian tenaga listrik TN-C-S.http://www.habetec.com/news/30/Jenis-Sistem-PembumianJenis - jenis Sistem Pembumian : 1) Sistem TT (Pembumian Pengaman PP)2) Sistem TN (Pembumian Netral Pengaman (PNP)3) Sistem IT (Hantaran Pengaman HP) 1) Sistem TT (Pembumian Pengaman PP)

Definisi dari TT atau sistem Pembiumian Pengaman (sistem PP) adalah sebagai berikut :* Titik netral transformer TR dihubungkan langsung ke elektroda pentanahan* Bagian konduktif terbuka instalasi dihubungkan secara listrik ke elektrode pentanahan terpisah* Elektrode pembumian sebaiknya tidak melebihi 100 Ohm. 2) Sistem TN (Pembumian Netral Pengaman (PNP) Definisi dari sistem Pembumian Netral Pengaman (PNP) adalah sebagai berikut : * Titik netral transformator TR langsung dihubungkan ke elektrode pembumian* Bagian konduktif terbuka suatu instalasi dihubungkan ke penghantar PE melalui elektrode pembumian yang sama 3) Sistem IT (Hantaran Pengaman HP)

Definisi dari sistem Penghantar Pengaman (Sistem HP) adalah sebagai berikut :* Titik netral transformer TR tidak dihubungkan ke elektrode pembumian* Bagian konduktif terbuka dari suatu beban dihubungkan ke penghantar PE elektrode pembumian bersama atau elektrode pembumian terpisah

http://www.habetec.com/news/28/Aturan-Umum-Sistem-Pembumian Aturan Umum Sistem Pembumian > Semua bagian konduktif terbuka harus dihubungkan ke bumi melalui konduktor proteksi (PE)> Bagian konduktif terbuka yang dapat tersentuh bersamaan harus dihubungkan dengan konduktor dibumikan yang sama (ikatan ekipotensial)> Gawai pensaklaran (switching device) harus secara otomatik melepas semua bagian instalasi yang terganggu dengan gangguan sentuh yang berbahaya.> Waktu tripping maksimum daripada gawai switsing harus lebih rendah dari waktu yang dicantumkan pada peta “Pengaruh arus – durasi aliran arus pada tubuh manusia”.

Page 14: Bab Viii Pengaman

http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/07/relay-arus-lebih.html Relay Arus Lebih

Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai settingnya (I set).

Prinsip Kerja

Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang boleh melewatinya disebut dengan setting.

Macam-macam karakteristik relay arus lebih :a. Relay waktu seketika (Instantaneous relay)b. Relay arus lebih waktu tertentu (Definite time relay)c. Relay arus lebih waktu terbalik (Inverse Relay)

Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay)

Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir melebihi nilai settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 – 20 ms). Dapat kita lihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1. Karakteristik Relay Waktu Seketika (Instantaneous Relay).

Relay ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan relay arus lebih dengan karakteristik yang lain.

Relay arus lebih waktu tertentu (definite time relay)

Page 15: Bab Viii Pengaman

Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan jangka waktu kerja relay mulai pick up sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang mengerjakan relay, lihat gambar dibawah ini.

Gambar 2. Karakteristik Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time Relay).

Relay arus lebih waktu terbalik

Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara terbalik (inverse time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya. Karakteristik ini bermacam-macam dan setiap pabrik dapat membuat karakteristik yang berbeda-beda, karakteristik waktunya dibedakan dalam tiga kelompok :• Standar invers• Very inverse• Extreemely inverse

Gambar 3. Karakteistik Relay Arus Lebih Waktu Terbalik (Inverse Relay).

Pengaman Pada Relay Arus Lebih

Pada relay arus lebih memiliki 2 jenis pengamanan yang berbeda antara lain:

•Pengamanan hubung singkat fasa. Relay mendeteksi arus fasa. Oleh karena itu, disebut pula “Relay fasa”. Karena pada relay tersebut dialiri oleh arus fasa, maka settingnya (Is) harus lebih besar dari arus beban maksimum. Ditetapkan Is = 1,2 x In (In = arus nominal peralatan terlemah).

Page 16: Bab Viii Pengaman

•Pengamanan hubung tanah. Arus gangguan satu fasa tanah ada kemungkinan lebih kecil dari arus beban, ini disebabkan karena salah satu atau dari kedua hal berikut:Gangguan tanah ini melalui tahanan gangguan yang masih cukup tinggi. Pentanahan netral sistemnya melalui impedansi/tahanan yang tinggi, atau bahkan tidak ditanahkan Dalam hal demikian, relay pengaman hubung singkat (relay fasa) tidak dapat mendeteksi gangguan tanah tersebut. Supaya relay sensitive terhadap gangguan tersebut dan tidak salah kerja oleh arus beban, maka relay dipasang tidak pada kawat fasa melainkan kawat netral pada sekunder trafo arusnya. Dengan demikian relay ini dialiri oleh arus netralnya, berdasarkan komponen simetrisnya arus netral adalah jumlah dari arus ketiga fasanya. Arus urutan nol dirangkaian primernya baru dapat mengalir jika terdapat jalan kembali melalui tanah (melalui kawat netral)

Gambar 4. Sambungan Relay GFR dan 2 OCR.

Page 17: Bab Viii Pengaman

http://id.wikipedia.org/wiki/Sekering

SekeringDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Sekering

Sekering (dari bahasa Belanda zekering) adalah suatu alat yang digunakan sebagai pengaman dalam suatu rangkaian listrik apabila terjadi kelebihan muatan listrik atau suatu hubungan arus pendek.

Cara kerjanya apabila terjadi kelebihan muatan listrik atau terjadi hubungan arus pendek, maka secara otomatis sekering tersebut akan memutuskan aliran listrik dan tidak akan menyebabkan kerusakan pada komponen yang lain.Daftar isi [sembunyikan] 1 Sekering di rumah2 Sekering otomotif3 Lihat pula4 Pranala luar

[sunting]Sekering di rumah

Sebagai pengaman terhadap hubungan pendek dirumah sangat perlu ada pengamanan. Beberapa permasalahan keselamatan yang sering terjadi diseputar rumah seperti:Kebanyakan peralatan listrik yang dimasukkan kedalam satu sakelar dan sering mengakibatkan kebakaran.Motor kipas angin yang terbakar yang mengakibatkan kabel terbakar dan mengakibatkan hubungan arus pendekSambungan kabel listrik pada lampu lepas yang mengakibatkan hubungan arus pendek antara positif dengan negatif.Tikus yang memakan plastik kabel sehingga kabel telanjang dan terjadi hubungan pendekSeseorang yang memaku dinding tanpa menyadari paku mengenai kabel dan terjadi aliran listrik ke paku.Pemanas air yang rusak dan mengakibatkan hubungan pendek keair yang bisa mengakibatkan air menghantarkan listrik dan membahayakan bagi penggunanya.[sunting]Sekering otomotif Sekering pipih dengan berbagai ukuran: low-profile mini, mini, ATO and maxi

Page 18: Bab Viii Pengaman

Sekering otomatif digunakan untuk melindungi perangkat kelistrikan pada kendaraan bermotor. Sistem kelistrikan kendaraan bermotor biasanya dibuat dengan tegangan listrik 6 volt, 12 volt dan 24 volt. Tegangan 6 volt terdapat pada mobil-mobil tua, sedang tegangan 12 volt merupakan tegangan yang umum digunakan sedang tegangan 24 volt digunakan pada mobil niaga ukuran besar.

Sekering dikelompokkan pada beberapa rangkaian, ada yang khusus untuk arus utama yang keluar dari baterai, rangkaian lampu-lampu, rangkaian sistem pengapian, rangkaian utilities seperti radio, dan berbagai rangkaian lainnya.

http://archipeddy.com/khas/mcb.html

Main Circuit Breaker (MCB), pemutus hubungan listrik secara otomatis bilamana daya/tegangan melampaui standar yang ditentukan .Gunanya untuk mencegah terjadinya korsleting/hubungan pendek ataupun kerusakan peralatan listrik akibat melonjaknya tegangan listrik. Pada rumah model lama, pemutus arus listrik ini berupa fuse (sekering) yang sudah tidak praktis lagi, karena bilamana putus, harus mengganti sekering tersebut. Dengan adanya MCB maka setiap kali arus listrik over sehingga circuit terputus, sesudah instalasi normal kembali maka untuk menghidupkan listrik cukup dengan menekan tuas/saklar pada mcb.

MCB ada yang dipasang pada box meteran PLN (putih dengan tuas warna biru dan bersegel PLN) adalah piranti untuk mengamankan arus yang masuk ke dalam gedung/rumah. Sedang MCB di dalam rumah (instalasi sesudah box meteran PLN) biasanya tuasnya berwarna hitam, adalah pembagi arus listrik menjadi beberapa zone sesuai kebutuhan masing-masing cabang. Untuk keamanan (terutama bagi gedung bersifat publik) umumnya MCB ini dipasang dalam kotak panel yang terkunci.

Untuk mencegah penggunaan MCB yang kurang baik kualitasnya, peraturan kelistrikan mengatur agar MCB yang digunakan memenuhi standar industri, di Indonesia digunakan standar SNI.

Page 19: Bab Viii Pengaman

http://konsuil-jember.blogspot.com/2010/01/elcb-earth-leakage-circuit-breaker.html

ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker) Pengaman listrik untuk rumah modern pada umumnya adalah MCB (mini circuit breaker). Pengaman ini hanya memberikan proteksi terhadap bahaya kebakaran karena beban lebih atau hubungan singkat. MCB tidak dapat memberikan proteksi terhadap sengatan listrik yang dialami seseorang, karena arus yang mengalir lewat tubuh seseorang relatif kecil dibandingkan dengan rating arus pada MCB. Sehingga diperlukan MCB yang diperlengkapi kemampuan untuk memutus arus bila terjadi bocoran arus ke tanah karena ada orang yang tersengat listrik. ELCB adalah MCB yang telah dilengkapi dengan rangkaian deteksi arus bocor yang mampu mencegah bahaya akibat sengatan listrik kepada seseorang. Alat ini bekerja dengan mendeteksi apakah ada perbedaan arus yang mengalir pada kawat listrik.

Bagaimana ELCB bekerja ??Umumnya bila peralatan listrik bekerja normal maka total arus yang mengalir pada kawat “plus” dan “netral” adalah sama sehingga tidak ada perbedaan arus. Namun bila seseorang tersengat listrik, kawat “plus” akan mengalirkan arus tambahan melewati tubuh orang yang tersengat ke tanah.

Ilustrasi di atas menggambarkan bahwa pada kawat “plus” atau “fasa” akan mengalir tambahan arus sebesar ΔI bila ada seseorang yang tersengat aliran listrik. Bila ELCB terpasang, maka tambahan arus tersebut dideteksi oleh rangkaian khusus. Bila ada tambahan arus maka berarti ada perbedaan arus yang mengalir antara kawat “plus” dan “netral”. Perbedaan sebesar 30 mA sudah cukup untuk mengaktifkan relay untuk memutus MCB. Dengan demikian ELCB dapat melindungi orang dari bahaya tersengat aliran listrik.

Bagaimana cara pemasangan ELCB ??

Page 20: Bab Viii Pengaman

Secara prinsip pemasangan ELCB sederhana, yakni dengan menyisipkan ELCB antara peralatan listrik dengan sumber listrik. Kedua kawat baik “plus” maupun “netral” dilewatkan ELCB sebelum mencapai titik yang dilindungi.

Jika MCB hanya kawat “plus” saja yang dilewatkan maka ELCB keduanya.

Ada beberapa konfigurasi pemasangan ELCB yang dapat dilakukan, yakni :Pemasangan ELCB untuk proteksi aliran listrik ke stop kontak, karena kasus tersengat listrik biasanya dialami lewat peralatan listrik yang ditancapkan ke stop kontak. Hal ini mudah dilakukan untuk rumah yang masih dibangun karena pengaturan perkabelan masih dapat dilakukan dengan mudah. Namun untuk rumah yang sudah jadi biasanya jaringan stop kontak dijadikan satu bagian dengan beberapa lampu. Hal ini agak menyulitkan namun dapat dilakukan alternatif mencari ELCB yang nilainya paling tidak setara dengan cabang MCB dimana terdapat stop kontak yang hendak diproteksi. Kemudian kabel ke stop kontak diputus kedua-duanya dan dilewatkan ke ELCB sebelum ke stop kontak. ELCB dapat ditaruh di kamar yang bersangkutan, misal kamar anak kecil, di beri kotak pengaman dan diletakkan ditempat yang tidak terjangkau anak-anak.

Pemasangan yang disarankan untuk rumah baru

Page 21: Bab Viii Pengaman

Pemasangan alternatif untuk rumah yang jaringan listriknya sudah ada

Jika ada lebih dari satu stop kontak yang hendak diproteksi atau jaringan kabelnya menyatu dengan switch lampu. Maka disarankan proteksi dilakukan terhadap jaringan kabel untuk 1 kamar. Cari kabel jaringan listrik kamar yang mengarah ke MCB, sisipkan ELCB pada kabel antara MCB dan kamar.Pemasangan ELCB untuk proteksi keseluruhan peralatan listrik rumah tangga. Untuk konfigurasi ini pemasangan cukup sederhana. Rating ELCB dipilih sama dengan MCB pada meter PLN, atau sedikit lebih besar. ELCB disisipkan diantara meter PLN dengan kotak MCB pembagi distribusi. Cara ini memang paling mudah dan praktis, namun resiko gangguan karena arus bocor lebih besar. Seperti telah diketahui ELCB bekerja berdasarkan perbedaan arus antara kawat “plus” dan kawat “netral”. Pada jaringan listrik rumah bisa saja kebocoran terjadi bukan dari akibat orang tersengat listrik tapi dari sambungan kabel di atap yang terkena tetesan air hujan, atau ada hewan atau tikus yang mati tersengat di atap, atau kawat “plus” yang isolasinya terkelupas. Arus bocoran ini menyebabkan ELCB akan sering trip sehingga mengganggu kenyamanan. Namun kondisi ini dapat pula digunakan sebagai indikator bahwa jaringan kabel ada yang terganggu, yakni akibat kemungkinan-kemungkinan yang disebut di atas. Bila terjadi hal

Page 22: Bab Viii Pengaman

seperti ini sebaiknya dilakukan pengecekan secara menyeluruh bagian-bagian jaringan kabel. Sementara kerusakan belum diatasi maka ELCB harus di “by pass” agar tidak mengganggu kenyamanan. Namun juga perlu dicermati apakah hanya ELCB saja yang sering trip, bila ternyata MCB lain juga trip maka kemungkinan bukan karena arus bocor tapi memang terjadi korslet atau beban lebih.

Proteksi untuk 1 rumah

Page 23: Bab Viii Pengaman