BAB VIII
-
Upload
imamhakamar -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
description
Transcript of BAB VIII
Lembar Materi
BAB VIII
KONSEP BELAJAR
A. PENGERTIAN
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan
dikemukakan beberapa definisi :
1. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning menyatakan bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu
situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah
ia mengalami situasi tadi.”
2. Morgan, dalam buku Introduction to Psychology mengemukakan : “Belajar adalah setiap perubahan
yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”
3. Witherington, dalam buku Educational Psychology menyatakan : “Belajar adalah suatu perubahan di
dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”
B. TEORI TENTANG BELAJAR
Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling
berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa
belajar.
1. Koneksionisme
Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L
Thorndike (1874/1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen ini
dikenal dengan instrumental conditioning, artinya tingkah laku yang dipelajari berfungsi sebagai
instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki.
Berdasarkan eksperimen tersebut Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara
stimulus respons (pembentukan atau penguatan hubungan antara stimulus dengan respons, akan
bertambah erat apbila sering dilatih). Sehingga teori ini juga disebut “S-R Bond Theory” dan “S-R
Psychology of Learning” atau “Trial and Error Learning”
2. Pembiasaan Klasik
Pembiasaan klasik (Classical Conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang
dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936). Pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur
penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut.
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Pavlov jelas bahwa belajar adalah perubahan yang
ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respons.
3. Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Teori belajar ini disebut juga Insightfull Learning. Menurut teori ini bahwa manusia adalah organisme
yang aktif berusaha mencapai tujuan, individu bertindak atas berbagai pengaruh di dalam dan di luar
dirinya.
BAB VIIIB e l a j a r
1
Lembar Materi
C. PROSES DAN FASE BELAJAR
1. Definisi Proses Belajar
Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang
terjadi dalam diri individu.
Perubahan itu bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada sebelumnya.
2. Fase-fase dalam Proses Belajar
Karena belajar itu merupakan aktifitas yang berproses, sudah tentu didalamnya terjadi perubahan-
perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui fase-fase yang antara satu
dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional.
Menurut Jerome S. Bruner, dalam proses pembelajaran individu menempuh tiga episode atau
fase, yaitu:
a. Fase informasi (tahap penerimaan materi)
b. Fase transformasi (tahap pengubahan materi)
c. Fase evaluasi (tahap penilaian materi)
Sedangkan menurut Wittig dalam bukunya Psychology of Learning, setiap proses belajar selalu
berlangsung dalam tiga tahapan :
a. Acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi)
b. Storage (tahap penyimpanan informasi)
c. Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Faktor Internal, yakni kondisi/keadaan jasmani (tonus jasmani dan mata & telinga) dan rohani
(inteligensi, sikap, minat, bakat dan motivasi)
2. Faktor Eksternal, yakni kondisi lingkungan sekitar (lingkungan sosial : keluarga, guru dan staff,
masyarakat, teman; lingkungan nonsosial : rumah, sekolah, peralatan, alam)
3. Faktor Pendekatan Belajar, yakni jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan dalam melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Pendekatan Belajar Ballard & Clanchy
Ragam Pendekatan Belajar dan Ciri Khasnya
Reproduktif Analitis Spekulatif
Strateginya :- menghafal- meniru- menjelaskan- meringkas
Pertanyaannya :- apa ?
Tujuannya :pembenaran/penyebutan kembali
Strateginya :- berpikir kritis- mempertanyakan- menimbang- berargumen
Pertanyaannya :- mengapa ?- bagaimana ?- apa betul ?- apa penting ?
Tujuannya :pembentukan kembali materi ke dalam pola baru/berbeda
Strateginya :- sengaja mencari
kemungkinan dan penjelasan baru
- berspekulasi dan membuat hipotesis
Pertanyaannya :- bagaimana kalau …….. ?
Tujuannya :menciptakan pengetahuan baru
BAB VIIIB e l a j a r
2
Lembar Materi
Pendekatan Biggs :
Menurut hasil penelitian Biggs (1991), pendekatan belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga prototipe
(bentuk dasar) :
1. Pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah), artinya mau belajar karena dorongan dari luar
antara lain takut tidak lulus yang mengakibatkan dia malu. Oleh karena itu, gaya belajarnya santai,
asal hafal, dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam.
2. Pendekatan deep (mendalam), artinya biasanya mempelajari materi karena memang dia tertarik dan
merasa membutuhkannya. Oleh karena itu, gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi
secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya (memaksimalkan pemahaman dengan
berpikir, banyak membaca dan diskusi). Baginya, lulus dengan nilai baik adalah penting, tetapi lebih
penting adalah memiliki pengetahuan yang cukup banyak dan bermanfaat bagi kehidupannya.
3. Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi), artinya dia memiliki ambisi pribadi yang besar
dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya.
Gaya belajarnya lebih serius daripada yang lain-lain. Dia memiliki keterampilan belajar dalam arti
sangat cerdik dan efisien dalam mengatur waktu, ruang kerja, dan penelaahan isi silabus. Baginya,
berkompetisi dengan teman-teman dalam meraih nilai tertinggi adalah penting, sehingga ia sangat
disiplin, rapi dan sistematis serta berencana maju ke depan.
E. LUPA DALAM BELAJAR
Dari pengalaman sehari-hari, kita memiliki kesan seakan-akan apa-apa yang kita alami dan eplajari tidak
seluruhnya tersimpan dalam akal kita. Acapkali terjadi, apa yang telah kita pelajari dengan tekun justru sukar
diingat kembali dan mudah terlupakan. Sebaliknya, tidak sedikit pengalaman dan pelajaran yang kita tekuni
sepintas lalu mudah melekat dalam ingatan.
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang
sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa
sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan
demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
1. Faktor-faktor penyebab lupa
Pertama, lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada
dalam sistem memori kita. Dalam Interference theory, gangguan konflik ini terbagi menjadi dua
macam, yaitu: 1) proactive interference dan 2)retroactive interference.
Kedua, lupa dapat terjadi pada seseorang karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik
sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena beberapa kemungkinan :
- karena item informasi (berupa penegtahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang kita terima
kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya ke alam ketidaksadaran.
- karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama
dengan fenomena retroaktif.
- karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar
dengan sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan.
Ketiga, lupa dapat terjadi karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu
mengingat kembali (Anderson, 1990).
BAB VIIIB e l a j a r
3
Lembar Materi
Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat terhadap proses dan situasi belajar
tertentu.
Kelima, menurut law of disuse (Hilgard & Bower, 1975), lupa dapat terjadi karena materi pelajaran
yang telah dikuasai tidak pernah dipergunakan atau dihafal.
Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat saraf otak.
2. Kiat mengurangi lupa dalam belajar
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal. Banyak ragam
kiat yang dapat dicoba dalam meningkatkan daya ingatannya, antara lain menurut Barlow (1985),
Reber (1988) dan Anderson (1990), adalah sebagai berikut :
a. Overlearning
Belajar lebih artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran
tertentu. Hal ini terjadi apabila respons tertentu muncul setelah kita melakukan pembelajaran atas
respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan.
b. Extra study time
Tambahan waktu belajar ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi
(kekerapan) aktifitas belajar.
c. Mnemonic device
Muslihat memori yang sering juga disebut mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat
pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal kita. Muslihat
mnemonik ini banyak ragamnya, tetapi yang paling menonjol adalah :
Rima (Rhyme), yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri atas kata dan istilah
yang harus diingat.
Singkatan, yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus diingat. Pembuatan
singkatan-singkatan seyogianya dilakukan sedemikian rupa sehingga menarik dan memiliki
kesan tersendiri.
Sistem kata pasak (peg word system), yakni sejenis teknik mnemonik yang menggunakan
komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memori
baru. Kata-kata ini berguna untuk mengingat kata dan istilah yang memiliki watak yang sama
(warna, rasa, dan seterusnya)
Metode Losai (Metode of Loci), yaitu kiat mnemonik yang mengunakan tempat-tempat khusus dan
terkenal sebagai sarana penempatan kata dan istilah tertentu yang harus diingat.
Sistem kata kunci (key word system), kiat mnemonik yang satu ini relatif tergolong baru
dibanding dengan yang lainnya. Sistem kata kunci biasanya direkayasa khusus untuk
mempelajari bahasa asing, Inggris misalnya.
Kata Inggris Kata Kunci Arti
Astute
Butterfly
Challenge
Domination
Eyesight
Fussy
Astuti
Baterai
Celeng
Domino
Aisyah
Fauzy
Cerdik, lihai
Kupu-kupu
Tantangan
Penguasaan
Penglihatan
Cerewet
BAB VIIIB e l a j a r
4
Lembar Materi
F. CARA-CARA BELAJAR YANG EFEKTIF
Berikut ini adalah saran-saran yang dikemukakan Crow and Crow dengan singkat dan terinci untuk
mencapai hasil belajar yang lebih efektif.
1. Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti
2. Usahakan adanya tempat belajar yang memadai
3. Jaga kondisi fisik jangan sampai mengganggu konsentrasi dan keaktifan mental
4. Rencanakan dan ikutilah jadwal waktu untuk belajar
5. Selingilah belajar itu dengan waktu-waktu istirahat yang teratur
6. Carilah kalimat-kalimat topik atau inti pengertian dari setiap paragraf
7. Selama belajar gunakan metode pengulangan dalam hati
8. Lakukan metode keseluruhan bilamana mungkin
9. Usahakan agar dapat membaca cepat tetapi cermat
10. Buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang tersusun rapi
11. Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk dipelajari lebih lanjut
12. Susunlah dan buatlah pertanyaan-pertanyaan yang tepat, dan usahakanlah/cobalah untuk menemukan
jawabannya
13. Pusatkan perhatian dengan sungguh-sungguh pada waktu belajar
14. Pelajari dengan teliti tabel-tabel, grafik-grafik, dan bahan ilustrasi lainnya
15. Biasakanlah membuat kesimpulan
16. Buatlah kepastian untuk melengkapi tugas-tugas belajar itu
17. Pelajari baik-baik pernyataan (statement) yang dikemukakan oleh pengarang, dan tentanglah jika
diragukan kebenarannya
18. Telitilah pendapat beberapa pengarang
19. Belajarlah menggunakan kamus dengan sebaik-baiknya
20. Analisislah kebiasaan belajar yang dilakukan, dan cobalah untuk memperbaiki kelemahan-
kelemahannya.
G. CARA BELAJAR DENGAN METODE-METODE
1. Survey 5 W + 1 H
- What ? - Why ?
- When ? - Where ?
- Who ? - How ?
2. Q3R (Question, Read, Recite and Review)
Artinya dengan metode ini siapapun yang belajar dituntut untuk : bertanya, membaca, mengucapkan
kembali dan mengulanginya.
3. PQRST
Yaitu belajar dengan Preview (menyelidiki), Question (bertanya), Read (membaca), State
(menyatakan), Test / evaluasi (tes)
4. RTP ----------- TNI
Artinya adalah Read The Problem (membaca masalah). Sering digunakan metode PERU, yaitu Preview
(menyelidiki), Enquire (menanya), Read (membaca) dan Use (menggunakan)
BAB VIIIB e l a j a r
5
Lembar Materi
5. Aplikasi teori belajar untuk perawat dan keperawatan
a. Perawat dapat lebih efektif, efisien dan tepat guna dalam menggunakan waktu belajar
b. Perawat dapat mengerti, memahami teori tentang belajar sehingga hal-hal yang berkaitan dengan
belajar dan keperawatan dapat diaplikasikan
c. Perawat dapat mempersiapkan diri dalam manajemen waktu luang / senggang untuk belajar
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Akyas; (1996), Psikologi Pendidikan, Dina Utama, Semarang
Purwanto, M. Ngalim; (2000), Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Stine, Jean Marie; (2004), Double Your Brain Power, Gramedia, Jakarta.
Syah, Muhibbin; (2000), Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung.
BAB VIIIB e l a j a r
6