BAB VII

4
BAB VII KESIMPULAN Pit dan fissure merupakan daerah yang sangat sukar dibersihkan dan paling sedikt dipengaruhi flour sehingga makanan yang tertimbun dalm pi dan fissure dapat memberikan kondisi yang lebih mudah untuk terjadinya karies. Berbagai upaya pencegahan karies telah dilakukan . salah satunya adalah fit dan fissure sealant. Manfaat fissure sealant antara lain dapat menutup daerah pit dan fissure sehingga daerah ini tahan tahan terhadap asam yang berasal dari sisa makanan. Bahan yang digunakan dalam pengaplikasian pit dan fissure sealant adalah glas ionomer cemet dan resin Bis GMA. Resin komposit adalah suatu bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan pasi anorganik (quartz, partikel silica koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat-sifat matriksnya ditingkatkan. Klasifikasi dan kekuatan resin komposit dipengruhi partikel pengisi. Klasifikasi resin komposit yaitu resin komposit konvensional, resin komposit pengisi mikro, resin komposit pengisi partikel kecil dan resin komposit hibrid. Polimerisasi pada resin komposit disebut juga polimerisasi tambahan yang diawali dengan pembentukan radikal bebas. Radikal bebas berasal dari aktivasi

Transcript of BAB VII

Page 1: BAB VII

BAB VII

KESIMPULAN

Pit dan fissure merupakan daerah yang sangat sukar dibersihkan dan paling sedikt

dipengaruhi flour sehingga makanan yang tertimbun dalm pi dan fissure dapat

memberikan kondisi yang lebih mudah untuk terjadinya karies.

Berbagai upaya pencegahan karies telah dilakukan . salah satunya adalah fit dan

fissure sealant. Manfaat fissure sealant antara lain dapat menutup daerah pit dan

fissure sehingga daerah ini tahan tahan terhadap asam yang berasal dari sisa

makanan.

Bahan yang digunakan dalam pengaplikasian pit dan fissure sealant adalah glas

ionomer cemet dan resin Bis GMA.

Resin komposit adalah suatu bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan pasi anorganik (quartz, partikel silica koloidal) sedemikian rupa sehingga sifat-sifat matriksnya ditingkatkan. Klasifikasi dan kekuatan resin komposit dipengruhi partikel pengisi. Klasifikasi resin komposit yaitu resin komposit konvensional, resin komposit pengisi mikro, resin komposit pengisi partikel kecil dan resin komposit hibrid.

Polimerisasi pada resin komposit disebut juga polimerisasi tambahan yang diawali dengan pembentukan radikal bebas. Radikal bebas berasal dari aktivasi kimia atau pengaktifan energi eksternal (panas atau sinar). Mekanisme perlekatan resin komposit pada permukaan gigi terjadi secara kimia dan mekanis. Perlekatan tersebut melalui dua teknik yaitu pengetsaan asam dan pemberian bonding.

Microleakage adalah celah mikro diantara permukaan bahan restorative dan dinding kavitas (email atau dentin). Penyebab terjadinya microleakage dapat melalui 4 hal, yaitu : 1). Perbedaan struktur enamel dan dentin. 2). Perbedaan tipe resin komposit. 3). Bonding yang inadekuat. dan 4). Pengaruh penyinaran.

Pengaruh microleakage, karies skunder, iritasi pada pulpa dan lepasnya bahan tambalan. Penanggulangan microleakage, pengaplikasian bahan adhesive yang sempurna, intesitas cahaya yang soft start sewaktu penyinaran, dan penambalan dengan menggunakan teknik incremental. Lamanya waktu penyinaran tidak berpengaruh terhadap pencegahan terbentuknya microleakage.

Page 2: BAB VII

Amalgam merupakan bahan yang paling banyak digunakan oleh dokter gigi, khususnya untuk tumpatan gigi posterior. Sejak pergantian abad ini, formulasinya tidak banyak berubah, yang mencerminkan bahwa bahan tambalan lain tidak ada yang seideal amalgam. Kelemahan utama amalgam terletak pada warnanya dan tidak adanya adhesi terhadap jaringan gigi. Walaupun sifat fisik dan kimia bahan tumpatan amalgam sebagian besar telah memenuhi persyaratan ADA specification no. l, perlekatannya dengan jaringan dentin gigi secara makromekanik seperti retention and resistence form, dan undercut tidak dapat melekat secara kimia.

Prinsip retention and resistance form (dove tail, box form dan retention groove) pada lesi karies daerah interproksimal, selain mengangkat jaringan karies juga mengangkat jaringan yang sehat untuk memperoleh retensi pada kavitas. Pada kavitas kelas II dengan isthmus dan garis sudut bagian dalam yang lebar, akan melemahkan kekuatan terhadap beban kunyah. Akibatnya, pasien banyak yang mengeluh karena seringkali adanya fraktur pada tumpatan kelas II, baik pada tumpatan MO (Mesial Oklusal), DO (Distal -, Oklusal), maupun MOD (Mesial - Oklusal - Distal).

Amalgam dapat disimpan lama dan dibandingkan dengan bahan restorasi lain. Bahan ini tidak begitu mahal dan sampai tingkat tertentu kesalahan dalam manipulasi masih menghasilkan tumpatan yang baik. Jika dibuat oleh operator yang trampil dan lingkungannya mendukung, bahan tumpatan ini dapat tahan lama, namun umur klinknya rata-rata 5 tahun. Amalgam cenderung mudah korosi di dalam lingkungan mulut karena strukturnya yang heterogen, permukaannya yang kasar, dan adanya lapisan senyawa oksida yang belum sempurna. Amalgam memerlukan beberapa jam untuk mencapai kekerasan penuhnya. Jika ini telah dicapai, kekuatan kompresifnya akan menyamai dentin.

Penggunaan bahan semen ionomer kaca untuk restorasi gigi sebaiknya menggunakan bahan restorasi yang tepat. Bahan tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan, misalnya tidak iritatif, bersifat adhesi, mengandung fluor sehingga dapat mencegah karies yang lebih lanjut, serta mempunyai sifat biokompabilitas yang baik.

Walaupun semen ionomer kaca dapat ditumpatkan di kavitas dalam tanpa mengiritasi pulpa serta tanpa diberi lapisan pelapik, agar tidak menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan sebaiknya bahan pelapik tetap diberikan. Di samping itu, untuk mendapatkan hasil yang baik dari bahan restorasi ini, haruslah diperhatikan adanya isolasi pada daerah kerja, karena bahan restorasi ini sangat berpengaruh terhadap kontaminasi cairan mulut (saliva).

Page 3: BAB VII

Ada 2 cara untuk mencegah kontaminasi dengan cairan mulut, yaitu menggunakan rubber dam dan memakai gulungan kapas (cotton roll).