Bab VII Transformator

26
BAB VII TRANSFORMATOR DAN INDUKTOR A. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TPU) Mahasiswa mengenal komponen transformator dan induktor B. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS (TPK) Mahasiswa mampu mengidentifikasikan, mengetes, dan menggunakan bermacam-macam komponen transformator dan induktor dalam rangkaian elektronika. 7.1 Transformator Transformator atau trafo adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektro magnet. [Zuhal]. Dalam arti yang sederhana, transformator suatu komponen pasif pengubah arus atau tegangan yang terdiri dari dua buah lilitan atau lebih, yang dikopelkan secara induktif. Bilamana suatu tegangan bolak-balik diberikan pada salah satu lilitannya (biasanya disebut lilitan primer), maka akan muncul suatu tegangan bolak-balik yang ada kaitannya dengan tegangan bolak-balik pada lilitan primer. Tegangan ini muncul pada lilitan yang satunya lagi (biasanya disebut lilitan sekunder). Besarnya tegangan yang muncul pada lilitan sekunder ini ditentukan oleh banyaknya lilitan pada bagian primer dan sekunder. Konstruksi dasar sebuah transformator ditunjukan di Gambar 7.1. Gambar 7.1 Konstruksi dasar transformator Komponen Elektronika I 1

description

trafo

Transcript of Bab VII Transformator

BAB VIItransformator dan induktor

A. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TPU)Mahasiswa mengenal komponen transformator dan induktor

B. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS (TPK)Mahasiswa mampu mengidentifikasikan, mengetes, dan menggunakan bermacam-macam komponen transformator dan induktor dalam rangkaian elektronika.7.1 TransformatorTransformator atau trafo adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektro magnet. [Zuhal]. Dalam arti yang sederhana, transformator suatu komponen pasif pengubah arus atau tegangan yang terdiri dari dua buah lilitan atau lebih, yang dikopelkan secara induktif. Bilamana suatu tegangan bolak-balik diberikan pada salah satu lilitannya (biasanya disebut lilitan primer), maka akan muncul suatu tegangan bolak-balik yang ada kaitannya dengan tegangan bolak-balik pada lilitan primer. Tegangan ini muncul pada lilitan yang satunya lagi (biasanya disebut lilitan sekunder). Besarnya tegangan yang muncul pada lilitan sekunder ini ditentukan oleh banyaknya lilitan pada bagian primer dan sekunder. Konstruksi dasar sebuah transformator ditunjukan di Gambar 7.1.

Gambar 7.1 Konstruksi dasar transformator

7.1.2 Fungsi TransformatorTransformator dapat digunakan untuk keperluan yang bermacam-macam, bergantung pada jenisnya, diantaranya : transformator daya, transformator isolasi, transformator input / output.

a. Transformator daya 1 fasa.Transfosmator jenis ini digunakan sebagai sumber daya AC, baik daya kecil, daya menengah maupun daya besar. Berdasarkan nilai tegangannya, transformator ini terdiri dari tiga jenis yaitu : transformator step up, transformator step down, dan transformator isolation. Salah satu sifat dari ketiga jenis ini yaitu : tegangan primer dan tegangan sekunder berfasa sama. Gambar skemanya ditunjukan di Gambar 7.2, dan contoh transformator ditunjukan di Gambar 7.3, serta contoh aplikasi transformator pada rangkaian penyearah ditunjukan di Gambar 7.4.

Gambar 7.2 Prinsip dasar transformator daya 1 fasa

Gambar 7.3 Contoh transformator daya 1 fasa

Gambar 7.4 Contoh rangkaian penyearah dengan transformator 1 fasa

b. Transformator daya 2 fasa.Transformator jenis ini fungsinya sama seperti tansformator daya 1 fasa. Perbedaannya terletak pada bagian lilitan sekunder yang memiliki 2 lilitan yaitu sekunder 1 (S1) dan sekunder 2 (S2), dimana salah satu ujung lilitan dari masing-masing lilitan dihubungkan jadi satu, yang kemudian dinamakan CT (centre tap). Salah satu sifat dari transformator jenis ini yaitu : tegangan pada salah satu lilitan sekunder memiliki fasa yang sama dengan tegangan primer, dan tegangan pada lilitan sekunder lainnya berbeda fasa 180O atau berbalik fasa. Oleh karena itu transformator ini dinamakan juga transformator pembalik fasa. Gambar skemanya ditunjukan seperti pada Gambar 7.5. dan contoh transformator ditunjukan di Gambar 7.6, serta contoh aplikasi transformator pada rangkaian penyearah ditunjukan di Gambar 7.7.

Gambar 7.5 Gambar skema transformator daya 2 fasa

Gambar 7.6. Contoh transformator daya 2 fasa

Gambar 7.7 Contoh rangkaian penyearah dengan transformator dua fasa

c. Transformator daya 3 fasaTransformator 3 fasa banyak digunakan untuk penggunaan transfer daya AC yang besar. Konstruksinya terdiri dari 3 lilitan primer dan 3 lilitan sekunder seperti ditunjukan di Gambar 7.8. Ketiga lilitan tersebut dapat dirangkai dalam dua jenis, yaitu rangkaian Wye (Y) dan rangkaian delta ( ), seperti ditunjukan di Gambar 7.9. Salah satu sifat dari transformator jenis ini yaitu : tegangan pada sekunder 1, sekunder 2, dan sekunder 3, masing-masing berbeda fasa 120O seperti ditunjukan di Gambar 7.10, dan contoh transformatornya di tunjukan di Gambar 7.11.

Gambar 7.8 Konstruksi dasar transformator 3 fasa.

a). Rangkaian delta () b). Rangkaian Wye

Gambar 7.9 Gambar skema lilitan delta dan Wye

Gambar 7.10 Bentuk gelombang lilitan sekunder pada transformator 3 fasa.

Gambar 7.11 Contoh transformator 3 fasa.

d. AutotransformatorAutotransformer terdiri atas satu kumparan kontinyu dengan suatu koneksi tap sebagai terminal 2 diantara ujung terminal 1 dan 3 seperti ditunjukan pada Gambar 7.12.

Gambar 7.12 Contoh gambar skema autotransformator.Transformator jenis ini digunakan untuk mendapatkan tegangan sekunder yang dapat diubah-ubah. Caranya dengan mengatur posisi tap (terminal 2) sehingga berada antara terminal 1 dengan terminal 3. e. Transformator isolasiTransformator jenis ini memiliki tegangan pada sekunder yang besarnya sama dengan tegangan pada lilitan primer. Hal ini karena perbandingan antara lilitan primer jumlahnya sama dengan lilitan sekunder, atau Np : Ns = 1 : 1. Transformator jenis ini digunakan untuk mengisolasi beban dari tegangan jala-jala AC dan mengurangi tegangan kejut pada beban. Gambar skemanya ditunjukan di Gambar 7.13

Gambar 7.13 Skema transformator isolasi

f. Transformator input (IT) dan Transformator output (OT)Transformator IT dan OT adalah suatu transformator yang bekerja dengan frekuensi audio (50 60 Hz) atau frekuensi radio ( > 30 kHz). Fungsi transformator ini yaitu : kopling, penyesuai impedansi, pembangkit gelombang push-pull, dan lain-lain. Parameter di bagian input maupun output bukanlah tegangan melainkan impedansi. Gambar skemanya ditunjukan di Gambar 7.14, dan contoh penggunaan transformator ini ditunjukan di Gambar 7.15. Sedangkan contoh transformatornya ditunjukan di Gambar 7.16.

Gambar 7.14 Gambar skema transformator IT / OT

Gambar 7.15 Contoh aplikasi transformator IT dan OT. [Wahyu Eko]

Gambar 7.16 Contoh transformator IT /OT

7.1.3 Karakteristik Transformator

7.1.3.1 Hubungan DasarSeandainya kerugian-kerugian yang timbul akibat kawat tembaga dan inti besi diabaikan (trafo ideal), maka parameter-parameter pada sebuah transformator dapat ditunjukan di Gambar 7.17 dan persamaan (7.1).

Gambar 7.17 Gambar skema hubungan dasar transformator

(7.1) Dari persamaan (7.1) dapat dikatakan bahwa besarnya tegangan berbanding lurus dengan banyaknya lilitan dan berbanding terbalik dengan besarnya arus lilitan. Besarnya perbandingan Np : Ns dinyatakan sebagai ratio lilitan, Vp : Vs sebagai rasio tegangan, dan Is : Ip sebagai rasio arus.

Keterangan : V1 = VP = tegangan yang diberikan pada lilitan primer, V2 = VS = tegangan yang dihasilkan pada lilitan sekunder, N1 = NP = jumlah lilitan primer, N2 = NS = jumlah lilitan sekunder, IP = arus yang mengalir pada lilitan primer, IS = arus yang mengalir pada lilitan sekunder.Besarnya daya pada bagian primer sama dengan daya pada bagian sekunder seperti ditulis pada persamaan (7.2).

(7.2)

Karena daya primer = Pp = Vp x Ip , dan daya sekunder = Ps = Vs x Is, maka persamaan (7.2) dapat di nyatakan denga persamaan (7.3). (7.3)

Bila bagian primer memiliki impedansi sebesar Zp , maka besarnya Ip dapat ditentukan dengan persamaan (7.4).

(7.4) Dan bila pada bagian sekunder memiliki impedansi sebesar Zs, maka besarnya Is dapat ditentukan dengan persamaan (7.5) (7.5)Sehingga dengan mensubstitusikan persamaan (7.4) dan persamaan (7.5) ke persamaan (7.3) maka diperoleh : (7.6)

7.1.3.2 PolaritasPolaritas tegangan dari sebuah transformator ditunjukan oleh bintik hitam yang digambarkan pada setiap lilitan. Artinya setiap lilitan yang yang bertanda titik hitam memiliki polaritas yang sama sedangkan lilitan yang tidak bertanda artinya berpolaritas tidak sama, seperti ditunjukan di Gambar 7.18.

Gambar 7.18 Penunjukan polaritas transformator

Pada Gambar 7.18, tegangan pada lilitan Np berpolaritas sama (sefasa) dengan tegangan pada lilitan NA . Sedangkan polaritas NB berbeda fasa sebesar 180O terhadap NA atau Np. Sedangkan tanda + dan tanda menunjukan polaritas sesaat, yaitu pada saat Vp , VA dan VB mencapai ayunan positif maksimum yang sama. Bintik bulat juga menunjukan bahwa arus yang mengalir pada terminal primer dan keluar dari terminal sekunder VA mempunyai polaritas yang sama.

7.1.3.3 Regulasi TeganganRegulasi tegangan adalah perbandingan perbedaan tegangan sekunder antara saat tanpa beban dan saat berbeban penuh, terhadap tegangan saat berbeban penuh. Besarnya regulasi tegangan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (7.7). Suatu transformator dikatakan baik apabila regulasi tegangannya sangat kecil idealnya = 0.

Regulasi tegangan = (7.7)

Dimana : VNL = tegangan sekunder saat tanpa beban, VFL = tegangan sekunder saat berbeban penuh.

7.1.3.4 Tegangan NominalTegangan nominal primer yaitu : tegangan input yang diberikan atau disyaratkan pada lilitan primer agar diperoleh tegangan sekunder yang nilainya sama dengan nilai yang tertulis pada sisi sekunder. Contohnya : 220 V AC. Tegangan nominal sekunder yaitu : tegangan yang dihasikan pada terminal sekunder jika lilitan primer diberi tegangan seperti tertulis pada sisi primer. Contohnya : 3V, 4,5 V, 6 V, 7,5 V, 9 V, 12 V, 15 V, seperti yang ditunjukan di bagian sekunder transformator Gambar 7.3. Dari penulisan tersebut dapat diartikan bahwa jika lilitan primer di hubungkan dengan tegangan 220 V, maka pada lilitan sekunder akan dihasilkan tegangan pada tiap-tiap terminal sekunder sebesar tegangan-tegangan tersebut. Suatu transformator dikatakan baik jika tegngan output pada sisi sekunder sama dengan tegangan nominal sekunder.

7.1.3.5 Arus NominalArus nominal yaitu arus maksimum yang dapat dialirkan dari lilitan sekunder ke beban dalam kondisi aman sehingga tidak menimbulkan perubahan karakteristik. Perubahan karakteristik yang dimaksud yaitu menurunnya tagangan output pada beban dan timbulnya panas yang berlebih pada transformator. Besarnya arus nominal selalu ditulis pada bagian luar lilitan sekunder misalnya 1 A seperti tertulis pada contoh transformator Gambar 7.3. Jika setiap terminal sekunder dihubungkan dengan beban RL yang berbeda-beda, maka nilai 1 A adalah arus total dari transformator tersebut.Pada umumnya, transformator yang dijual di pasar komponen elektronik terdiri dari 2 jenis yaitu : a. transformator dengan arus 100 % (trafo murni) arus maksimun sekunder = arus nominal.b. transformator dengan arus kurang dari 100 % arus maksimum sekunder < arus nominal.

7.1.3.6 Faktor DayaFaktor daya adalah suatu perbandingan antara daya input terhadap volt-ampernya, dan dinyatakan dengan persamaan (7.8).

Faktor daya = (7.8)

7.1.3.7 EfisiensiDalam suatu transformator yang ideal, daya yang disalurkan ke beban akan sama besar dengan daya yang dikeluarkan dari inputnya (primer). Asumsi ini dapat dilihat dari persamaan (7.2) sehingga diperoleh persamaan (7.9).

Vp x Ip = Vs x Is (7.9)

Dalam kenyataannya, kondisi ideal tidak dapat dicapai. Hal ini disebabkan adanya rugi-rugi yang timbul pada transformator. Dua jenis kerugian utama dalam transformator adalah rugi tembaga dan rugi inti. Rugi tembaga adalah rugi yang diakibatkan oleh adanya resistansi pada lilitan. Kerugian ini akan semakin besar jika arus yang mengalirnya semakin besar. Rugi inti adalah kerugian yang diakibatkan oleh adanya energi yang dibutuhkan untuk memagnetisasi dan demagnetisasi inti besi, serta adanya arus Eddy. Kerugian ini disebut juga kerugian hysterisis. Besarnya bergantung kepada bahan inti dan besarnya frekuensi yang ada dalam tegangan AC nya.

Efisiensi adalah perbandingan antara daya output dari suatu transformator terhadap daya inputnya, dan dinyatakan dengan persamaan (7.10).Efisiensi = = (7.10)Suatu transformator dikatakan baik jika efisiensinya 1 atau 100%.

7.1.4 Inti transformatorSelain lilitan kawat tembaga, komponen utama dari sebuah transformator adalah inti. Bentuk, ukuran, dan bahannya bermacam-macam bergantung kepada jenis dan fungsi transformator. Bahan inti diantaranya : inti besi (serbuk besi dicetak), inti udara, inti ferite, inti terlaminasi. Bentuk inti diantaranya : potongan tape-wound, inti C, potongan tape-wound, inti E, tape wound, cup core, laminasi F-I, laminasi F, laminasi U-I laminasi L, toroid. Transformator daya, audio, dan pulsa, biasanya dibuat dengan inti berupa lembaran laminasi tipis. Laminasi-laminasi tersebut harus diisolir satu sama lain untuk mencegah arus Eddy yang akan menimbulkan kerugian. Ketebalan dari lembaran inti ini merupakan fungsi dari frekuensi kerja dari transformator yang bersangkutan. Sedangkan inti ferrite dibuat dari serbuk besi yang dicampur dengan resisn atau oksida dalam suatu struktur keramik. Bentuknya biasanya berbentuk toroid atau lingkaran padat. Inti ini digunakan dalam rangkaian yang berfrekuensi tinggi.

7.2 InduktorInduktor atau coil adalah komponen elektronika pasif yang terbuat dari lilitan kawat tembaga (kumparan), yang dapat menyimpan muatan listrik dalam bentuk medan magnet apabila dialiri arus listrik. Didesain sedemikian rupa sehingga impedansinya pada frekuensi yang ditentukan atau diatas frekuensi rangenya dapat bersifat reaktif induktif (XL). Induktor dapat dianggap sebagai transformator sebab teori yang sama digunakan dalam merancang komponen ini, dan metoda serta bahannya sama.

7.2.1 Pemakaian InduktorDalam bidang elektronik, induktor mempunyai berbagai macam pemakaian. Adapun fungsi induktor adalah sebagai berikut :a. filter frekuensi,b. pembatas arus,c. penala frekuensi (tuning),d. differensiator dan integrator,e. pembangkit pulsa,f. perata arus atau perata tegangan (pada dc power supply),g. pelipat ganda tegangan,h. menahan arus bolak-balik (AC),i. melalukan/meloloskan arus searah (DC),j. menyimpan muatan arus dalam bentuk medan magnet,k. relay,l. speaker,m. dan lain-lain.Berdasarkan frekuensinya, induktor dipakai pada:1. frekuensi tinggi pada spul antena dan osilator,2. frekuensi menengah pada spul MF,3. frekuensi rendah pada trafo input, trafo output, spul speaker, trafo tenaga, spul relay dan spul penyaring7.2.2 Karakteristik Induktor1. Induktansi Diri (Self Inductance)Suatu induktor mempunyai besar induktansi tertentu. Suatu arus yang berubah-ubah didalam suatu induktor akan menghasilkan medan magnet yang berubah-ubah dan akan menghasilkan emf (electromotive force = ggl) dengan arah yang berlawanan pada induktor yang sama (hukum Lenz). Gejala ini disebut induktansi diri (self inductance). Atau dapat dikatakan Self-inductance atau inductance adalah kemampuan suatu konduktor untuk menginduksikan tegangan bila terdapat perubahan arus. Kemampuan induktor untuk menyimpan energi magnetik dinyatakan sebagai induktansi dalam satuan Henry. Induktansi diri dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 7.11, dan rangkaiannya ditunjukan di Gambar 7.19.

(7.11)

Gambar 7.19 Rangkaian untuk menentukan induktansi L

Sebuah induktor dikatakan mempunyai induktansi sebesar satu Henry (L=1 H) bila arus yang mengalir dalam induktor tersebut berubah dengan laju 1 A/dt dan menghasilkan tegangan balik sebesar 1 volt. Atau dapat dikatakan : induktansi sebesar 1 Henry adalah jumlah induktansi yang mengakibatkan induksi satu volt bila terdapat perubahan arus satu ampere per detik. Besarnya induktansi bergantung banyaknya lilitan, jenis dan bahan inti, luas penampang lilitan, dan panjang inti, seperti ditulis pada persamaan (7.12) dan konstruksinya ditunjukan di Gambar 7.20.

(7.12)Dimana : L : induktansi induktor [henry], A : luas penampang lingkaran gulungan [m2], r : permeabilitas relatif bahan inti, 1,26 x 106 : permeabilitas absolut, N : jumlah lilitan, L : panjang inti.

Gambar 7.20 Kostruksi dasar sebuah induktor

2. Induktansi Bersama (Mutual Inductance)Untuk kondisi dimana induktor trdiri dari dua buah seperti yang ditunjukan di Gambar 7.21 maka akan diperoleh induktansi bersama, LM (mutual induktansi).

Gambar 7.21 Mutual induktansi

Jika arus pada suatu induktor berubah, perubahan flux akan mempengaruhi induktor di dekatnya, sehingga terdapat tegangan induksi pada kedua induktor. Kumparan L1 terhubung ke generator yang menghasilkan perubahan arus pada lilitan. Kumparan L2 tidak terhubungan ke L1 namun lilitannya terhubung oleh medan magnet. Dengan demikian, adanya perubahan arus pada L1 mengakibatkan tegangan induksi pada L1 dan L2. Jika seluruh flux dari arus pada L1 terhubung ke seluruh lilitan L2, maka setiap lilitan pada L2 akan mendapat tegangan induksi yang sama spt pada lilitan L1. Selanjutanya tegangan induksi VL2 akan mengahsilkan arus pada resistansi beban yang terhubung pada L2. Jika tegangan induksi menghasilkan arus di L2, perubahan medan magnetnya akan menginduksi tegangan di L1. Dengan demikian kumparan L1 dan L2 memiliki induktansi mutual karena perubahan arus pada salah satu kumparan akan menginduksi tegangan pada kumparan yang lain. Satuan induktansi mutual (LM) adalah Henry. Dua kumparan memiliki LM 1 H bila perubahan arus 1 A/s pada salah satu kumparan menginduksikan tegangan 1 V pada kumparan yang lain.

Besarnya mutual induktansi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 7.13. Dari persamaan 7.13 maka induktansi mutual, LM akan bertambah jika induktansi primer dan induktansi sekunder dan kerapatan kopling bertambah, dimana L1 dan L2 adalah induktansi sendiri dari masing-masing kumparan.

[H] (7.13)

3. Kerugian Seperti halnya pada transformator, kerugian dalam induktor terdiri dari dua jenis yaitu :1. kerugian dalam lilitan yang besarnya bergantung pada besarnya resistansi dari kawat tembaga dan besarnya arus yang mengalirnya.2. kerugian dalam inti yang besarnya bergantung pada bahan inti dan frekuensi kerjanya.

3. Faktor Kualitas ( Q factor)Kerugian induktor dapat ditunjukan dengan sebuah resistor yang dipasang seri dengan induktor dan diagram vectornya di ditunjukan di Gambar 7.20. Faktor kualitas atau Q dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (7.12). Faktor kualitas sangat penting dalam rangkaian penala dan filter, sebab faktor Q ini akan menentukan lebar pita frekuensi (band width).

(7.12)

Gambar 7.20 Rangkaian ekivalen dan diagram vector dari suatu induktor.7.2.3 Konfigurasi InduktorSeperti halnya resistor dan kapasitor, maka induktorpu dapat dirangkai dalam konfigurasi seri dan paralel. Sifat dari rangkaian induktor seri yaitu memperbesar L total sedangkain jika paralel akan memperkecil L total. Sifat ini berbeda sekali dengan sifat rangkaian kapasitor yang berlaku kebalikannya.

1. Rangkaian Induktor Seri Tanpa Kopling MutualRangkaian induktor seri tanpa kopling mutual ditunjukan di Gambar 7.21. Arus dalam induktor seri adalah sama, tetapi tegangan yang membentangi setiap induktor bisa berbeda. Penjumlahan dari beda potensial dari beberapa induktor seri sama dengan tegangan total. Untuk menentukan induktansi total digunakan persamaan (7.13)

(7.13)

Gambar 7.21 Rangkaian induktor seri tanpa kopling mutual

2. Rangkaian Induktor Seri Dengan Kopling MutualRangkaian induktor seri dengan kopling mutual ditunjukan di Gambar 7.22.

Gambar 7.22 Rangkaian induktor seri dengan kopling mutual

Besarnya induktansi total dari rangkaian Gambar 7.22 bergantung kepada besarnya L1, L2, dan LM. Gambar 7.22.a adalah rangkaian seri aiding, dan rangkaian Gambar 7.22.b rangkaian seri opposing. Pada seri aiding arus bersama menghasilkan medan magnet yang searah untuk kedua kumparan dan besarnya LT dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (7.13). Sedangkan pada seri opposing koneksi menghasilkan medan magnet yang berlawanan, dan besarnya LT dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (7.14). Serta LM ditentukan dengan persamaan (7.15).

(7.13)

(7.14)

(7.15)

Dimana : LTa adalah total induktansi pada pada koneksi series-aiding, LTo adalah total induktansi pada koneksi series-opposing.

3. Rangkaian Induktor ParalelRangkaian induktor paralel ditunjukan seperti Gambar 7.23. Pada rangkaian ini berlakuketentuan bahwa tegangan pada setiap induktor sama besar, sedangkan arus pada setiap induktor bisa berbeda bergantung kepada besarnya induktor. Besarnya induktansi total dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (7.16).

(7.16)

Gambar 7.23 Rngkaian induktor paralel

7.2.4 Spesifikasi UtamaSpesifikasi utama dari sebuah induktor yaitu : nilai induktansi dengan satuan henry, dan arus maksimum dengan satuan ampere. Salah satu penulisan spesifikasi induktor yaitu : L = 1 mH / 0,5 A. Arti dari penulisan ini yaitu induktor tersebut memiliki induktansi sendiri nominal sebesar 1 mH, dan dapat dialiri arus maksimum sebesar 0,5 A.

7.2.5 Penulisan InduktansiPenulisan nilai induktansi sebuah induktor dapat dilakukan secara langsung pada atau menggunakan kode warna. Pada penulisan langsung, nilai induktansi ditulis secara jelas pada fisik atau bodi induktor. Sedangkan penulisan dengan kode warna, nilai induktansi dilakukan dengan cara membaca cincin warna seperti pada kode warna resistor. Cara membaca kode warna ditunjukan di Gambar 7.24 dengan satuan H dan daftar kode warna ditunjukan di tabel 7.1.

Gambar 7.24 Cara membaca kode warna induktor

Tabel 7.1 Tabel warna induktorWarna Cincin I(angka berarti)Cincin II(angka berarti)Cincin III (pengali)Cincin IV (toleransi)

Hitam00x 100 20 %

Coklat11x 101 1 %

Merah22x 102 2 %

Oranye / jingga33x 103 3 %

Kuning44x 104 4 %

Hijau55-

Biru66-

Ungu 77--

Abu-abu88--

Putih99--

Emas--x 101 5 %

Perak--x 102 10 %

Contoh :Cincin I : merah, I II III IV

Cincin II : ungu,

Cincin III : coklat, R = 2 7 x 102 5 % = 2.700 H 5 %

Cincin IV : emas.

Cincin I : biru, I II III IV

Cincin II : abu-abu,

Cincin III : emas, R = 6 8 x 0,1 5 % = 6,8 H 5 %

Cincin IV : emas.

7.2.6 Contoh Beberapa Macam Kemasan InduktorKemasan induktor dibuat dalam bentuk yang beragam, baik ukuran fisik maupun bentuknya. Beberapa kemasan induktor ditunjukan di Gambar 7.25

Gambar 7.25 Contoh kemasan induktor

7.3. Latihan

1. Suatu transformator daya satu fasa dihubungkan dengan tegangan jala-jala 220 V, Jika spesifikasi : lilitan primer = 1200, lilitan sekunder = 600, Hitunglah : a. Tegangan pada lilitan ssekunder,b. Tegangan pada lilitan sekunder jika lilitan sekunder ditambah 80 lilitan.c. Gambarkan rangkaiannya.

2. Suatu transformator 2 fasa dihubungkan dengan tegangan jala-jala 110 V, menghasilkan tegangan pada lilitan sekunder 1 = 250 V, dan tegangan pada lilitan sekunder 2 = 6,3 V, dan jumlah lilitan primer = 800.a. Gambarkan rangkaian transformatornya !b. Hitung jumlah lilitan sekunder 1 dan skunder 2 !

3. Suatu trnsformator 1 fasa dihubungkan dengan tegangan jala-jala 110 V dan dipasangi beban R. Jika arus mengalir pada lilitan primer sebesar 0,3 A, dan arus pada sekunder sebesar 1 A, dan tegangan pada beban sebesar 24 V, hitunglah efisiensi daya transformator tersebut dan gambarkan rangkaiannya.

4. Suatu transformator daya 2 fasa dihubungkan dengan jala-jala 200 V dan mengalir arus sebesar 0,2 A. Pada lilitan sekunder 1 dipasang sebuah beban RL1 dan pada lilitan sekunder 2 dipasang beban RL2. Jika pada beban RL1 terdapat tegangan sebesar 24 V dan mengalir arus sebesar 1 A, serta pada RL2 terdapat tegangan sebesar 9 V dan mengalir arus sebesar 1,5 A, Hitunglah efisiensi transformator tersebut dan gambarkan rangkaiannya.

5. Sebuah transformator 1 fasa dihubugkan dengan tegangan jala-jala 220 V dan dipasangi sebuah beban R. Jika pada pada beban terdapat tegangan 12 V dan mengalir arus sebesar 3 A, dan = 0,8, hitunglah arus yang mengalir pada lilitan primer dan gambarkan rangkaiannya.

6. Sebuah R = 0,2 ohm dihubungkan secara seri dengan L = 500 mH. Hitunglah Q untuk frekuensi :

a. 50,b. 1 k Hz,c. 10 k Hz,d. 100 k Hz,e. 1 M Hz.

Catatan : Pengerjaan soal harus menggunakan komputer dan dicetak pada kertas HVS/A4/70 gram.Komponen Elektronika I 1