BAB v Wahyu Cool

9
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. HASIL Setelah dilakukan proses-proses LPM di bab sebelumnya sampailah pada proses akhir dari pengevaluasian program Puskesmas melalui LPM ini. Dari tujuh program kesehatan das ar yang dil aks ana kan di Pus kes mas Kecamatan Padema nga n ter dapat satu pro gra m kes eha tan dasar Pus kes mas Kec ama tan Pad ema nga n yan g die val uasi , yai tu : Pro gra m Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) Progr am tersebu t dieva luasi karen a pencap aian prog ram tersebu t tidak mencapai target at au ba hkan me leb ihi target, da n data-data pr ogram tersebut mudah diakses. Didapatkan sembilan masalah pada salah satu program yang dievaluasi seperti yang terdapat  pada identifikasi masalah dan dari sembilan masalah tersebut ditetapkan dua prioritas masalah pada periode bulan Januari hingga bulan Mei 2011 dengan menerap kan metode PAHO sehingga didapatkan prioritas masalah yang harus dipecahkan seperti : 1. Jumlah pende rita ISP A pada ba lita di wil ayah Pu skesma s Kecamata n Pademangan   periode Januari s/d Mei 2011 melebihi target sebesar 38,5% dari target <10 %. 2. Ang ka kesembuh an pende rit a TB di wil aya h Pus kes mas Kecamatan Pade man gan  periode Januari s/d Mei 2011 dibawah target sebesar 64% dari target >85% Dari dua priori tas masalah tersebut , digu nakan metode  fishbone dari Ishikawa untuk mencari akar penyebab masalah. Setelah dicari akar penyebab masalah menggunakan metode  fishbone, melalu i disku si, argumentasi dan justif ikasi didap atkan akar penye bab masala h yang dominan. Kemudian akar penyebab masalah yang dominan tersebut di-  scoring dengan menggunakan metode MCUA untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah yaitu : 5.1.1 Aka r pen yeb ab masalah domina n dar i Jumlah pen der ita ISP A pad a bal ita di wilay ah Puske smas Kecamata n Pade mang an peri ode Janu ari s/d Mei 2011 melebihi target sebesar 38,5% lebih dari target <10%. Akar penyebab masalah yang paling dominan yaitu : 1. Kurangnya jumlah petugas kesehatan yang direkrut  puskesmas (Man). 143

Transcript of BAB v Wahyu Cool

7/29/2019 BAB v Wahyu Cool

http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-wahyu-cool 1/9

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. HASIL

Setelah dilakukan proses-proses LPM di bab sebelumnya sampailah pada proses akhir 

dari pengevaluasian program Puskesmas melalui LPM ini. Dari tujuh program kesehatan

dasar yang dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Pademangan terdapat satu program

kesehatan dasar Puskesmas Kecamatan Pademangan yang dievaluasi, yaitu : Program

Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML)

Program tersebut dievaluasi karena pencapaian program tersebut tidak mencapai

target atau bahkan melebihi target, dan data-data program tersebut mudah diakses.

Didapatkan sembilan masalah pada salah satu program yang dievaluasi seperti yang terdapat

 pada identifikasi masalah dan dari sembilan masalah tersebut ditetapkan dua prioritas

masalah pada periode bulan Januari hingga bulan Mei 2011 dengan menerapkan metode

PAHO sehingga didapatkan prioritas masalah yang harus dipecahkan seperti :

1. Jumlah penderita ISPA pada balita di wilayah Puskesmas Kecamatan Pademangan 

 periode Januari s/d Mei 2011 melebihi target sebesar 38,5% dari target <10 %.

2. Angka kesembuhan penderita TB di wilayah Puskesmas Kecamatan Pademangan

 periode Januari s/d Mei 2011 dibawah target sebesar 64% dari target >85%

Dari dua prioritas masalah tersebut, digunakan metode fishbone dari Ishikawa untuk 

mencari akar penyebab masalah. Setelah dicari akar penyebab masalah menggunakan metode

 fishbone, melalui diskusi, argumentasi dan justifikasi didapatkan akar penyebab masalah

yang dominan. Kemudian akar penyebab masalah yang dominan tersebut di- scoring dengan

menggunakan metode MCUA untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah yaitu :

5.1.1 Akar penyebab masalah dominan dari Jumlah penderita ISPA pada balita di

wilayah Puskesmas Kecamatan Pademangan periode Januari s/d Mei 2011

melebihi target sebesar 38,5% lebih dari target <10%.

Akar penyebab masalah yang paling dominan yaitu :

1. Kurangnya jumlah petugas kesehatan yang direkrut

 puskesmas (Man).

143

7/29/2019 BAB v Wahyu Cool

http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-wahyu-cool 2/9

2. Subsidi dana untuk program ISPA dari pemerintah

kurang (Money).

Sehingga alternatif pemecahan masalah yang akan dilakukan adalah :

1. Menambah jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas.

2. Mengajukan penambahan dana dari pemerintah.

5.1.2 Akar penyebab masalah dominan dari Program Angka kesembuhan TB Paru di

wilayah Puskesmas Kecamatan Pademangan periode Januari s/d Mei 2011 di

bawah target sebesar 64% dari target >85%.

Akar penyebab masalah yang paling dominan yaitu :

1. Sangat kurangnya tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit TB dan

 penatalaksanannya (Environment).

2. Tidak ada pelatihan khusus bagi petugas untuk penyampaian materi edukasi bagi

warga (Actuating).

Sehingga alternatif pemecahan masalah yang akan dilakukan adalah :

1. Meningkatkan penyuluhan pada warga.

2. Memberikan pelatihan khusus pada petugas kesehatan.

5.2. PEMBAHASAN

Ketidakberhasilan berbagai program di Puskesmas Kecamatan Pademangan sangat

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Melalui pendekatan sistem dapat diketahui masalah terjadi

 pada input, proses ataupun lingkungan.

Dari tujuh program kesehatan dasar yang wajib dilaksanakan di puskesmas

Kecamatan Pademangan, terpilih satu program kesehatan dasar yang dievaluasi yaitu :

Program Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML).

Program tersebut dipilih untuk dilakukan evaluasi dengan alasan hasil pencapaian

 program kurang dari target atau melebihi target. Selain itu karena kemudahan dalam

mengakses data program tersebut.

Didapatkan lima masalah dari program P2ML. Masalah-masalah tersebut kemudian

diurutkan mulai P2ML untuk diambil dua masalah dengan score tertinggi. Caranya dengan

menetapkan prioritas masalah dengan menggunakan metode  scoring  PAHO dengan alasan

metode ini dapat memberikan hasil yang lebih proporsional. Hasil tersebut menjadi lebih

144

7/29/2019 BAB v Wahyu Cool

http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-wahyu-cool 3/9

 proporsional karena didapatkan dari hasil perkalian antara skor dari tiap parameter suatu

masalah sehingga akan tampak jelas perbedaannya.

Hal ini memudahkan dalam menentukan prioritas masalah. Selain itu, metode PAHO

lebih sederhana dalam penggunaannya dibandingkan dengan metode lain.

Pada metode PAHO juga mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut

terletak pada posisi atau kedudukan paramater yang sama di final skor. Tetapi kenyataannya,

terdapat perbedaan kontribusi objektif dan subjektif di parameter PAHO itu sendiri. Misalnya

 pada magnitude dan  severity merupakan parameter yang paling objektif dan vulnerability

merupakan parameter yang objektif. Sedangkan untuk community and political concern dan

affordability merupakan parameter yang subjektif.

Dari hasil metode PAHO diperoleh dua prioritas masalah yang harus dicari

 pemecahannya. Prioritas masalah yang sudah ditentukan adalah :

1. Jumlah penderita ISPA pada balita di wilayah Puskesmas Kecamatan Pademangan

 periode Januari s/d Mei 2011 melebihi target sebesar 38,5% dari target <10% dengan

hasil 548100.

2. Angka kesembuhan TB Paru di wilayah Puskesmas Kecamatan Pademangan periode

Januari s/d Mei 2011 dibawah target sebesar 64% dari target >85% dengan hasil 88200.

Dua prioritas masalah yang didapatkan tersebut kemudian menggunakan metode

 fishbone dari Ishikawa untuk mencari akar penyebab masalah. Akar penyebab masalah yang

sudah didapat tersebut, kemudian ditentukan penyebab masalah yang paling dominan melalui

diskusi, argumentasi, justifikasi. Kemudian akar penyebab masalah yang paling dominan

tersebut di- scoring  dengan menggunakan metode MCUA dengan menetapkan bobot dari

masing-masing parameter.

Diantara parameter tersebut yang merupakan parameter dengan bobot tertinggi adalah

 parameter mudah dilaksanakan, dengan tujuan jika alternatif yang diajukan mudah

dilaksanakan maka petugas puskesmas ataupun bagian terkait mampu melaksanakan dengan

efektif dan efisien sehingga masalah dapat teratasi dengan baik. Parameter kedua tertinggi

adalah biaya murah, disebabkan faktor uang adalah faktor yang mendukung kemudahan

terlaksananya program. Parameter ketiga adalah waktu penerapan yang lebih sedikit dapat

memecahkan masalah. Parameter keempat adalah dapat memecahkan masalah dengan

sempurna, parameter ini mendapat bobot yang lebih rendah karena kurangnya kemampuan

dari banyak faktor yang mengakibatkan masalah ini dapat dipecahkan secara sempurna dan

145

7/29/2019 BAB v Wahyu Cool

http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-wahyu-cool 4/9

kesempurnaan terlaksananya program belum tentu dapat menyelesaikan masalah dengan baik 

tanpa mementingkan faktor yang lain. Adapun rincian pembahasan dari masing-masing

 program dibahas seperti di bawah ini.

5.2.1. Jumlah penderita ISPA pada balita di Wilayah Puskesmas Kecamatan

Pademangan periode Januari s/d Mei 2011

Dari data yang didapat hasil evaluasi program Pengendalian Penyakit Menular (P2M)

 jumlah penderita ISPA pad balita di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pademangan pada

 periode Januari s/d Mei 2011 melebihi target sebesar 38,5% dari target <10%.

Akar penyebab masalah pada input yang pertama adalah dari faktor manusia ( man).

 Man merupakan sumber daya yang menunjang tercapainya tujuan program. SDM tidak hanya

staf Puskesmas, kader, ataupun pemuka masyarakat, tetapi juga termasuk kelompok 

 penduduk sasaran yang akan diberikan sasaran. Akar masalah pada program ini yaitu

kurangnya jumlah petugas kesehatan yang direkrut puskesmas. Dengan kurangnya tenaga

kesehatan yang sesuai dengan bidangnya, maka tenaga kesehatan yang ada diharapkan dapat

melakukan tugas yang tidak dikuasai sehingga hasil yang didapatkan tidak memuaskan

katena tidak sesuai dengan kompetensinya. Misalkan saja dalam hal ini pelayanan kepada

masyarakat kurang optimal karena jumlah pasien yang tidak seimbang dengan jumlah tenaga

kesehatan yang berkompeten untuk memberikan pelayanan.

Akar penyebab masalah pada input yang kedua adalah pada dana (money). Dana atau

lebih tepatnya uang menjadi salah satu faktor penting dalam terlaksannya suatu program.

Akar masalah pada dana tersebut yaitu subsidi dana untuk program ISPA dari pemerintah

kurang. Perencanaan anggaran pengendalian ISPA tidak terlaksana dengan baik 

menyebabkan dana yang dialokasikan dari pemerintah tidak tepat sasaran dan mengakibatkan

 biaya yang diperlukan untuk pelayanan tidak merata sehingga dapat mempengaruhi kegiatan

dalam program tersebut yang dimana program tersebut tidak terlaksana dengan baik dan

masih jauh dari harapan.

Akar penyebab masalah dari input yang ketiga adalah faktor material . Akar penyebab

masalah yang terdapat pada faktor material adalah Puskesmas Kelurahan terlambat

melaporkan apabila persediaan obat sudah habis. Hal ini menyebabkan pasokan obat dari

 puskesmas kecamatan sangat terlambat sehingga persedian obat pukesmas kelurahan yang

sudah habis tidak dapat diantisipasi dengan cepat.

Akar penyebab masalah dari input yang selanjutnya adalah faktor metoda (method ).

Akar penyebab masalah pada metoda adalah kurangnya tenaga petugas kesehatan. Hal ini

menyebabkan proses penyuluhan mengenai ISPA kurang optimal. Sehingga dari kurangnya

146

7/29/2019 BAB v Wahyu Cool

http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-wahyu-cool 5/9

 penyuluhan yang diadakan mengakibatkan masyarakat tidak paham dan kurang mengerti

dengan materi penyuluhan yang disampaikan.

Akar penyebab masalah selain input  adalah pada proses. Pada bagian proses

didapatkan akar penyebab masalah pada faktor perencanaan ( planning ) adalah kurangnya

tanggung jawab petugaas kesehatan untuk keberhasilan program. Hal ini disebabkan oleh

kurangnya rapat dan koordinasi antar anggota program yang menyebabkan petugas kesehatan

kurang menyadari akan pentingnya rapat koordinasi. Sehingga menyebabkan kurang

 berjalannya program dengan baik.

Akar penyebab masalah pada proses yang kedua yaitu pengorganisasian ( organizing ).

Akar penyebab masalahnya adalah kurang aktifnya puskesmas untuk merekrut tenaga

kesehatan. Hal ini menyebabkan pembagian tugas yang tidak proporsinal antar petugas

 puskesmas, karena petugas yang tidak ahlinya harus mengurusi pekerjaan yang bukan

keahliannya atau bidangnya.

Akar penyebab masalah pada proses yang ketiga adalah faktor penggerak pelaksanaan

( Actuating ). Akar penyebab masalah dari penggerak pelaksanaan adalah keterbatasannya

 jumlah petugas kesehatan yang memahami ISPA. Hal ini menyebakan pelayanan yang

dilaksanakan untuk program pengendalian ISPA tidak terlaksana dengan baik dan sempurna.

Akar penyebab masalah pada proses yang keempat adalah faktor pengawasan

(Controlling ). Akar penyebab masalah dari pengawasan adalah kurangnya pengetahuan

 pasien tentang bahaya akan penyakit ISPA. Hal ini menyebabkan pemantauan kemajuan

kesembuhan ISPA kurang optimal karena pasien tidak mematuhi anjuran minum obat dan

menerapkan gaya hidup yang sehat.

Akar penyebab masalah pada proses yang terakhir yaitu pada faktor lingkungan

(envinronment ). Akar penyebab masalah dari lingkungan adalah kurangnnya kepedulian

masyarakat akan kebersihan rumah dan lingkungan sekitar. Masyarakat harus ikut aktif dan

 berperan serta dalam pengendalian dan pencegahan ISPA dengan memperhatikan kebersihan

rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal.

Dari akar penyebab masalah yang telah disebutkan di atas, setelah dilakukan diskusi

dan justifikasi dengan dasar pemahaman akan program yang cukup, serta apabila masalah

tersebut dapat dipecahkan maka sebagian besar yang ada dapat terselesaikan sehingga

didapatkan beberapa akar penyebab masalah yang paling dominan pada masalah Jumlah

 penderita ISPA di Wilayah Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I pada periode Januari

s/d Mei 2011, yaitu kurangnya jumlah petugas kesehatan yang direkrut puskesmas dan

subsidi dana untuk program ISPA dari pemerintah kurang.

147

7/29/2019 BAB v Wahyu Cool

http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-wahyu-cool 6/9

Pertama adalah kurangnya jumlah petugas kesehatan yang direkrut puskesmas.

Dengan tidak adanya tenaga kesehatan yang sesuai dengan bidangnya, maka tenaga

kesehatan yang ada diharapkan dapat melakukan tugas yang tidak dikuasai dan seharusnya

 bukan menjadi bidangnya sehingga hasil yang didapatkan tidak memuaskan katena tidak 

sesuai dengan kompetensinya. Misalkan saja dalam hal ini pelayanan kepada masyarakat

kurang optimal karena jumlah pasien yang tidak seimbang dengan jumlah tenaga kesehatan

yang berkompeten untuk memberikan pelayanan. Maka solusi yang dilakukan adalah

menambah jumlah tenaga kesehatan di puskesmas. Sesuai dengan hasil MCUA alternatif 

 pemecahan masalah dengan menambah jumlah tenaga kesehatan di puskesmas merupakan

urutan pertama yang dilakukan pada bulan Januari 2011.

Kedua adalah subsidi dana untuk program ISPA dari pemerintah kurang. Hal ini

menyebabkan tidak berjalannya dengan baik program ISPA, dikarenakan dana atau lebih

tepatnya uang adalah salah satu faktor penting dalam menjalankan suatu program. Oleh sebab

itu, penyebab masalah ini dimasukkan kedalam salah satu penyebab masalah yang paling

dominan karena untuk menunjang terlaksana dengan baiknya suatu program harus ada

manajemen keuangan yang tepat baik dari sumber maupun pelaksana program. Maka solusi

yang dilakukan adalah mengajukan penambahan dana dari pemerintah. Sesuai dengan hasil

MCUA alternatif pemecahan masalah dengan meningkatkan pembinaan petugas puskesmas

merupakan urutan kedua yang dilakukan pada bulan Januari 2011.

5.2.2. Angka Kesembuhan TB Paru di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pademangan

periode Januari s/d Mei 2011

Dari data yang didapat hasil evaluasi program Pengendalian Penyakit Menular 

Langsung (P2ML) angka kesembuhan TB Paru di wilayah puskesmas Kecamatan

Pademangan periode Januari s/d Mei 2011 kurang dari target sebesar 64% dari target >85%.

Akar penyebab masalah pada input yang pertama adalah dari faktor manusia (man).

Akar penyebab masalah pada faktor manusia (man) adalah kepala program hanya berfokus

 pada pengobatan TB bukan pencegahannya. Kepala program TB sebagai motor pengerak 

terlaksananya program harus mengerti betul tentang penyakit TB itu sendiri dari mulai

 pencegahan hingga pengobatannya yang nantinya dapat dijadikan arahan pagi para tenaga

kesehatan yang sangat berperan serta dalam program ini. Sehingga dari para Nakes tersebut

 pasien-pasien TB mendapatkan informasi dan edukasi tentang bahaya TB, cara minum obat

yang benar dan perlunya menjaga kesehatan lingkungan rumah agar penyebaran TB dapat

dicegah.

148

7/29/2019 BAB v Wahyu Cool

http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-wahyu-cool 7/9

Akar penyebab masalah pada input yang kedua adalah dari faktor dana (money). Akar 

 penyebab masalah pada dana adalah terbatasnya anggaran dana untuk program TB.

Terbatasnya anggaran dana untuk program TB menyebabkan dana yang dialokasikan tidak 

dapat mencangkup semua sasaran dari program TB dan mengakibatkan biaya yang

diperlukan untuk penyuluhan TB tidak merata sehingga dapat mempengaruhi kegiatan dalam

 program tersebut.

Akar penyebab masalah dari input yang ketiga adalah faktor material . Akar penyebab

masalah yang terdapat pada faktor material adalah tidak adanya dana dan kurangnya

kesadaran dalam pemeliharaan alat dan bahan. Hal ini menyebabkan kurang optimalnya

 pemantauan terhadap kesembuhan pada pasien TB. Contohnya alat-alat pemeriksaan

kesehatan seperti Rongent yang tidak ada dan pemeriksaan lab penunjang yang kurang

lengkap. Untuk alat-alat seperti rongent tidak dimasukan sebagai penyebab masalah yang

 paling dominan karena seperti untuk pengadaan pesawat rontgen membutuhkan pembiayaan

yang mahal.

Akar penyebab masalah dari input yang selanjutnya adalah faktor metoda (method ).

Akar penyebab masalah pada metoda adalah kurang terfokusnya petugas kesehatan terhadap

 program penyuluhan yang diadakan. Hal ini menyebabkan proses pelayanan dan konseling

TB tidak berjalan secara maksimal. Permasalahan ini juga mengakibatkan tenaga kesehatan

memegang pekerjaan lebih dari satu bidang. Padahal tenaga kesehatan yang ada belum tentu

menguasai semua bidang.

Akar penyebab masalah selain input  adalah pada proses. Pada bagian proses

didapatkan akar penyebab masalah pada faktor perencanaan ( planning ) adalah perencanaan

 program pengobatan lebih diutamakan dari pada program pencegahan. Perencanaan untuk 

 program TB seharusnya lebih dititikberatkan pada program pencegahannya. Karena dari

 program pencegahan tersebut angka penderita TB dapat ditekan dengan cara menjalankan

gaya hidup sehat dan bias mengantisipasi secara tepat bagaimana penangannya apabila ada

 penderita TB yang berada dekat bahkan tinggal satu rumah dengan orang yang sehat.

Akar penyebab masalah pada proses yang kedua adalah pengorganisasian

(organizing). Akar penyebab masalah dari pengorganisasian adalah adanya ketetapan yang

menentukan bahwa tiap puskesmas hanya memiliki 1 petugas untuk program TB. Hal ini

menyebabkan jumlah tenaga kesehatan yang ada di puskesmas untuk program TB sangat

terbatas. Sehingga berjalannya program TB di puskesmas tidak terpenuhi secara optimal.

Pembagian tugas yang tidak merata menyebabkan tenaga kesehatan yang ada memiliki

tanggung jawab lebih dari satu program.

149

7/29/2019 BAB v Wahyu Cool

http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-wahyu-cool 8/9

Akar penyebab masalah pada proses yang ketiga yaitu pelaksanaan kegiatan

(actuating ) adalah tidak ada pelatihan khusus bagi petugas untuk penyampaian materi

edukasi bagi warga. Hal ini menyebabkan kurangnya pengetahuan petugas akan penyakit TB

sehingga menyebabkan penyampaiannya kepada masyarakat sangat tidak memadai dan

menyeluruh. Sehingga masyarakat pun tidak mengetahui akan bahaya penyakit TB dan tidak 

 paham bagaimana cara pencegahan penyakit TB tersebut.

Akar penyebab masalah pada proses yang keempat yaitu pengawasan (controling )

yaitu tidak adanya format yang tepat untuk menjadi acuan bagi penyusunan laporan eveluasi

 program TB. Hal ini menyebabkan pasien-pasien yang menderita TB hanya sebagian yang

terdaftar dan tidak semuanya dapat dievaluasi. Sehingga angka penularan TB masih tinggi

dan belum dapat diatasi sepenuhnya.

Akar penyebab masalah pada lingkungan (Environment) adalah sangat kurangnya

tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit TB dan penatalaksanaannya. Hal ini

mengakibatkan penularan TB menjadi begitu mudah dan cepat. Ditambah lagi karena adanya

faktor lingkungan dan gaya hidup warga yang cenderung tidak peduli akan keadaan sekitar 

menjadi faktor pendukung tingginya angka penularan TB.

Dari akar penyebab masalah yang telah disebutkan diatas, setelah dilakukan diskusi

dan justifikasi dengan dasar pemahaman program yang cukup, serta apabila masalah tersebut

dapat dipecahkan maka sebagian besar masalah yang ada dapat terselesaikan sehingga

didapatkan beberapa akar penyebab masalah yang paling dominan pada masalah program

angka kesembuhan TB paru di wilayah kecamatan Pademangan yang pertama yaitu sangat

kurangnya tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit TB dan penatalaksanannya dan

yang kedua adalah tidak ada pelatihan khusus bagi petugas untuk penyampaian materi

edukasi bagi warga.

Pertama adalah sangat kurangnya tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit TB

dan penatalaksanaannya. Dilingkungan warga sangat jarang sekali dilakukan atau

diadakannya penyuluhan mengenai TB. Sehingga akan berdampak sangat kurang tingkat

 pengetahuan warga akan penyakit TB dan penatalaksaannya dan menyebabkan angka

 penularan TB yang masih tinggi. Maka solusi yang dilakukan adalah meningkatkan

 penyuluhan pada warga. Sesuai dengan hasil MCUA alternative pemecahan masalah yaitu

meningkatkan penyuluhan pada warga pada urutan Pertama yang dilakukan pada bulan

Januari 2011.

Kedua adalah tidak ada pelatihan khusus bagi petugas untuk penyampaian materi

edukasi bagi warga. Pelatihan khusus bagi petugas kesehatan sangatlah penting dikarenakan

150

7/29/2019 BAB v Wahyu Cool

http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-wahyu-cool 9/9

 petugas kesehatan menjadi motor penggerak dalam terlaksanannya suatu program. Petugas

kesehatan harus tahu betul tentang mengenai apa yang mereka kerjakan dan jalankan. Maka

apabila itu semua sudah dapat mereka pahami mereka akan lebih mudah dalam

menyampaiannya dimasyarakat. Maka solusi yang dilakukan adalah memberi pelatihan

khusus kepada petugas kesehatan. Sesuai dengan hasil MCUA alternative pemecahan

masalah yaitu memberi pelatihan khusus kepada petugas kesehatan di puskesmas merupakan

urutan Pertama yang dilakukan pada bulan Februari 2011.

151