BAB v Wahyu Cool
-
Upload
sandri-ssandri -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of BAB v Wahyu Cool
7/29/2019 BAB v Wahyu Cool
http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-wahyu-cool 1/9
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. HASIL
Setelah dilakukan proses-proses LPM di bab sebelumnya sampailah pada proses akhir
dari pengevaluasian program Puskesmas melalui LPM ini. Dari tujuh program kesehatan
dasar yang dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Pademangan terdapat satu program
kesehatan dasar Puskesmas Kecamatan Pademangan yang dievaluasi, yaitu : Program
Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML)
Program tersebut dievaluasi karena pencapaian program tersebut tidak mencapai
target atau bahkan melebihi target, dan data-data program tersebut mudah diakses.
Didapatkan sembilan masalah pada salah satu program yang dievaluasi seperti yang terdapat
pada identifikasi masalah dan dari sembilan masalah tersebut ditetapkan dua prioritas
masalah pada periode bulan Januari hingga bulan Mei 2011 dengan menerapkan metode
PAHO sehingga didapatkan prioritas masalah yang harus dipecahkan seperti :
1. Jumlah penderita ISPA pada balita di wilayah Puskesmas Kecamatan Pademangan
periode Januari s/d Mei 2011 melebihi target sebesar 38,5% dari target <10 %.
2. Angka kesembuhan penderita TB di wilayah Puskesmas Kecamatan Pademangan
periode Januari s/d Mei 2011 dibawah target sebesar 64% dari target >85%
Dari dua prioritas masalah tersebut, digunakan metode fishbone dari Ishikawa untuk
mencari akar penyebab masalah. Setelah dicari akar penyebab masalah menggunakan metode
fishbone, melalui diskusi, argumentasi dan justifikasi didapatkan akar penyebab masalah
yang dominan. Kemudian akar penyebab masalah yang dominan tersebut di- scoring dengan
menggunakan metode MCUA untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah yaitu :
5.1.1 Akar penyebab masalah dominan dari Jumlah penderita ISPA pada balita di
wilayah Puskesmas Kecamatan Pademangan periode Januari s/d Mei 2011
melebihi target sebesar 38,5% lebih dari target <10%.
Akar penyebab masalah yang paling dominan yaitu :
1. Kurangnya jumlah petugas kesehatan yang direkrut
puskesmas (Man).
143
7/29/2019 BAB v Wahyu Cool
http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-wahyu-cool 2/9
2. Subsidi dana untuk program ISPA dari pemerintah
kurang (Money).
Sehingga alternatif pemecahan masalah yang akan dilakukan adalah :
1. Menambah jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas.
2. Mengajukan penambahan dana dari pemerintah.
5.1.2 Akar penyebab masalah dominan dari Program Angka kesembuhan TB Paru di
wilayah Puskesmas Kecamatan Pademangan periode Januari s/d Mei 2011 di
bawah target sebesar 64% dari target >85%.
Akar penyebab masalah yang paling dominan yaitu :
1. Sangat kurangnya tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit TB dan
penatalaksanannya (Environment).
2. Tidak ada pelatihan khusus bagi petugas untuk penyampaian materi edukasi bagi
warga (Actuating).
Sehingga alternatif pemecahan masalah yang akan dilakukan adalah :
1. Meningkatkan penyuluhan pada warga.
2. Memberikan pelatihan khusus pada petugas kesehatan.
5.2. PEMBAHASAN
Ketidakberhasilan berbagai program di Puskesmas Kecamatan Pademangan sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Melalui pendekatan sistem dapat diketahui masalah terjadi
pada input, proses ataupun lingkungan.
Dari tujuh program kesehatan dasar yang wajib dilaksanakan di puskesmas
Kecamatan Pademangan, terpilih satu program kesehatan dasar yang dievaluasi yaitu :
Program Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML).
Program tersebut dipilih untuk dilakukan evaluasi dengan alasan hasil pencapaian
program kurang dari target atau melebihi target. Selain itu karena kemudahan dalam
mengakses data program tersebut.
Didapatkan lima masalah dari program P2ML. Masalah-masalah tersebut kemudian
diurutkan mulai P2ML untuk diambil dua masalah dengan score tertinggi. Caranya dengan
menetapkan prioritas masalah dengan menggunakan metode scoring PAHO dengan alasan
metode ini dapat memberikan hasil yang lebih proporsional. Hasil tersebut menjadi lebih
144
7/29/2019 BAB v Wahyu Cool
http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-wahyu-cool 3/9
proporsional karena didapatkan dari hasil perkalian antara skor dari tiap parameter suatu
masalah sehingga akan tampak jelas perbedaannya.
Hal ini memudahkan dalam menentukan prioritas masalah. Selain itu, metode PAHO
lebih sederhana dalam penggunaannya dibandingkan dengan metode lain.
Pada metode PAHO juga mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut
terletak pada posisi atau kedudukan paramater yang sama di final skor. Tetapi kenyataannya,
terdapat perbedaan kontribusi objektif dan subjektif di parameter PAHO itu sendiri. Misalnya
pada magnitude dan severity merupakan parameter yang paling objektif dan vulnerability
merupakan parameter yang objektif. Sedangkan untuk community and political concern dan
affordability merupakan parameter yang subjektif.
Dari hasil metode PAHO diperoleh dua prioritas masalah yang harus dicari
pemecahannya. Prioritas masalah yang sudah ditentukan adalah :
1. Jumlah penderita ISPA pada balita di wilayah Puskesmas Kecamatan Pademangan
periode Januari s/d Mei 2011 melebihi target sebesar 38,5% dari target <10% dengan
hasil 548100.
2. Angka kesembuhan TB Paru di wilayah Puskesmas Kecamatan Pademangan periode
Januari s/d Mei 2011 dibawah target sebesar 64% dari target >85% dengan hasil 88200.
Dua prioritas masalah yang didapatkan tersebut kemudian menggunakan metode
fishbone dari Ishikawa untuk mencari akar penyebab masalah. Akar penyebab masalah yang
sudah didapat tersebut, kemudian ditentukan penyebab masalah yang paling dominan melalui
diskusi, argumentasi, justifikasi. Kemudian akar penyebab masalah yang paling dominan
tersebut di- scoring dengan menggunakan metode MCUA dengan menetapkan bobot dari
masing-masing parameter.
Diantara parameter tersebut yang merupakan parameter dengan bobot tertinggi adalah
parameter mudah dilaksanakan, dengan tujuan jika alternatif yang diajukan mudah
dilaksanakan maka petugas puskesmas ataupun bagian terkait mampu melaksanakan dengan
efektif dan efisien sehingga masalah dapat teratasi dengan baik. Parameter kedua tertinggi
adalah biaya murah, disebabkan faktor uang adalah faktor yang mendukung kemudahan
terlaksananya program. Parameter ketiga adalah waktu penerapan yang lebih sedikit dapat
memecahkan masalah. Parameter keempat adalah dapat memecahkan masalah dengan
sempurna, parameter ini mendapat bobot yang lebih rendah karena kurangnya kemampuan
dari banyak faktor yang mengakibatkan masalah ini dapat dipecahkan secara sempurna dan
145
7/29/2019 BAB v Wahyu Cool
http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-wahyu-cool 4/9
kesempurnaan terlaksananya program belum tentu dapat menyelesaikan masalah dengan baik
tanpa mementingkan faktor yang lain. Adapun rincian pembahasan dari masing-masing
program dibahas seperti di bawah ini.
5.2.1. Jumlah penderita ISPA pada balita di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Pademangan periode Januari s/d Mei 2011
Dari data yang didapat hasil evaluasi program Pengendalian Penyakit Menular (P2M)
jumlah penderita ISPA pad balita di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pademangan pada
periode Januari s/d Mei 2011 melebihi target sebesar 38,5% dari target <10%.
Akar penyebab masalah pada input yang pertama adalah dari faktor manusia ( man).
Man merupakan sumber daya yang menunjang tercapainya tujuan program. SDM tidak hanya
staf Puskesmas, kader, ataupun pemuka masyarakat, tetapi juga termasuk kelompok
penduduk sasaran yang akan diberikan sasaran. Akar masalah pada program ini yaitu
kurangnya jumlah petugas kesehatan yang direkrut puskesmas. Dengan kurangnya tenaga
kesehatan yang sesuai dengan bidangnya, maka tenaga kesehatan yang ada diharapkan dapat
melakukan tugas yang tidak dikuasai sehingga hasil yang didapatkan tidak memuaskan
katena tidak sesuai dengan kompetensinya. Misalkan saja dalam hal ini pelayanan kepada
masyarakat kurang optimal karena jumlah pasien yang tidak seimbang dengan jumlah tenaga
kesehatan yang berkompeten untuk memberikan pelayanan.
Akar penyebab masalah pada input yang kedua adalah pada dana (money). Dana atau
lebih tepatnya uang menjadi salah satu faktor penting dalam terlaksannya suatu program.
Akar masalah pada dana tersebut yaitu subsidi dana untuk program ISPA dari pemerintah
kurang. Perencanaan anggaran pengendalian ISPA tidak terlaksana dengan baik
menyebabkan dana yang dialokasikan dari pemerintah tidak tepat sasaran dan mengakibatkan
biaya yang diperlukan untuk pelayanan tidak merata sehingga dapat mempengaruhi kegiatan
dalam program tersebut yang dimana program tersebut tidak terlaksana dengan baik dan
masih jauh dari harapan.
Akar penyebab masalah dari input yang ketiga adalah faktor material . Akar penyebab
masalah yang terdapat pada faktor material adalah Puskesmas Kelurahan terlambat
melaporkan apabila persediaan obat sudah habis. Hal ini menyebabkan pasokan obat dari
puskesmas kecamatan sangat terlambat sehingga persedian obat pukesmas kelurahan yang
sudah habis tidak dapat diantisipasi dengan cepat.
Akar penyebab masalah dari input yang selanjutnya adalah faktor metoda (method ).
Akar penyebab masalah pada metoda adalah kurangnya tenaga petugas kesehatan. Hal ini
menyebabkan proses penyuluhan mengenai ISPA kurang optimal. Sehingga dari kurangnya
146
7/29/2019 BAB v Wahyu Cool
http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-wahyu-cool 5/9
penyuluhan yang diadakan mengakibatkan masyarakat tidak paham dan kurang mengerti
dengan materi penyuluhan yang disampaikan.
Akar penyebab masalah selain input adalah pada proses. Pada bagian proses
didapatkan akar penyebab masalah pada faktor perencanaan ( planning ) adalah kurangnya
tanggung jawab petugaas kesehatan untuk keberhasilan program. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya rapat dan koordinasi antar anggota program yang menyebabkan petugas kesehatan
kurang menyadari akan pentingnya rapat koordinasi. Sehingga menyebabkan kurang
berjalannya program dengan baik.
Akar penyebab masalah pada proses yang kedua yaitu pengorganisasian ( organizing ).
Akar penyebab masalahnya adalah kurang aktifnya puskesmas untuk merekrut tenaga
kesehatan. Hal ini menyebabkan pembagian tugas yang tidak proporsinal antar petugas
puskesmas, karena petugas yang tidak ahlinya harus mengurusi pekerjaan yang bukan
keahliannya atau bidangnya.
Akar penyebab masalah pada proses yang ketiga adalah faktor penggerak pelaksanaan
( Actuating ). Akar penyebab masalah dari penggerak pelaksanaan adalah keterbatasannya
jumlah petugas kesehatan yang memahami ISPA. Hal ini menyebakan pelayanan yang
dilaksanakan untuk program pengendalian ISPA tidak terlaksana dengan baik dan sempurna.
Akar penyebab masalah pada proses yang keempat adalah faktor pengawasan
(Controlling ). Akar penyebab masalah dari pengawasan adalah kurangnya pengetahuan
pasien tentang bahaya akan penyakit ISPA. Hal ini menyebabkan pemantauan kemajuan
kesembuhan ISPA kurang optimal karena pasien tidak mematuhi anjuran minum obat dan
menerapkan gaya hidup yang sehat.
Akar penyebab masalah pada proses yang terakhir yaitu pada faktor lingkungan
(envinronment ). Akar penyebab masalah dari lingkungan adalah kurangnnya kepedulian
masyarakat akan kebersihan rumah dan lingkungan sekitar. Masyarakat harus ikut aktif dan
berperan serta dalam pengendalian dan pencegahan ISPA dengan memperhatikan kebersihan
rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal.
Dari akar penyebab masalah yang telah disebutkan di atas, setelah dilakukan diskusi
dan justifikasi dengan dasar pemahaman akan program yang cukup, serta apabila masalah
tersebut dapat dipecahkan maka sebagian besar yang ada dapat terselesaikan sehingga
didapatkan beberapa akar penyebab masalah yang paling dominan pada masalah Jumlah
penderita ISPA di Wilayah Puskesmas Kelurahan Pademangan Barat I pada periode Januari
s/d Mei 2011, yaitu kurangnya jumlah petugas kesehatan yang direkrut puskesmas dan
subsidi dana untuk program ISPA dari pemerintah kurang.
147
7/29/2019 BAB v Wahyu Cool
http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-wahyu-cool 6/9
Pertama adalah kurangnya jumlah petugas kesehatan yang direkrut puskesmas.
Dengan tidak adanya tenaga kesehatan yang sesuai dengan bidangnya, maka tenaga
kesehatan yang ada diharapkan dapat melakukan tugas yang tidak dikuasai dan seharusnya
bukan menjadi bidangnya sehingga hasil yang didapatkan tidak memuaskan katena tidak
sesuai dengan kompetensinya. Misalkan saja dalam hal ini pelayanan kepada masyarakat
kurang optimal karena jumlah pasien yang tidak seimbang dengan jumlah tenaga kesehatan
yang berkompeten untuk memberikan pelayanan. Maka solusi yang dilakukan adalah
menambah jumlah tenaga kesehatan di puskesmas. Sesuai dengan hasil MCUA alternatif
pemecahan masalah dengan menambah jumlah tenaga kesehatan di puskesmas merupakan
urutan pertama yang dilakukan pada bulan Januari 2011.
Kedua adalah subsidi dana untuk program ISPA dari pemerintah kurang. Hal ini
menyebabkan tidak berjalannya dengan baik program ISPA, dikarenakan dana atau lebih
tepatnya uang adalah salah satu faktor penting dalam menjalankan suatu program. Oleh sebab
itu, penyebab masalah ini dimasukkan kedalam salah satu penyebab masalah yang paling
dominan karena untuk menunjang terlaksana dengan baiknya suatu program harus ada
manajemen keuangan yang tepat baik dari sumber maupun pelaksana program. Maka solusi
yang dilakukan adalah mengajukan penambahan dana dari pemerintah. Sesuai dengan hasil
MCUA alternatif pemecahan masalah dengan meningkatkan pembinaan petugas puskesmas
merupakan urutan kedua yang dilakukan pada bulan Januari 2011.
5.2.2. Angka Kesembuhan TB Paru di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pademangan
periode Januari s/d Mei 2011
Dari data yang didapat hasil evaluasi program Pengendalian Penyakit Menular
Langsung (P2ML) angka kesembuhan TB Paru di wilayah puskesmas Kecamatan
Pademangan periode Januari s/d Mei 2011 kurang dari target sebesar 64% dari target >85%.
Akar penyebab masalah pada input yang pertama adalah dari faktor manusia (man).
Akar penyebab masalah pada faktor manusia (man) adalah kepala program hanya berfokus
pada pengobatan TB bukan pencegahannya. Kepala program TB sebagai motor pengerak
terlaksananya program harus mengerti betul tentang penyakit TB itu sendiri dari mulai
pencegahan hingga pengobatannya yang nantinya dapat dijadikan arahan pagi para tenaga
kesehatan yang sangat berperan serta dalam program ini. Sehingga dari para Nakes tersebut
pasien-pasien TB mendapatkan informasi dan edukasi tentang bahaya TB, cara minum obat
yang benar dan perlunya menjaga kesehatan lingkungan rumah agar penyebaran TB dapat
dicegah.
148
7/29/2019 BAB v Wahyu Cool
http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-wahyu-cool 7/9
Akar penyebab masalah pada input yang kedua adalah dari faktor dana (money). Akar
penyebab masalah pada dana adalah terbatasnya anggaran dana untuk program TB.
Terbatasnya anggaran dana untuk program TB menyebabkan dana yang dialokasikan tidak
dapat mencangkup semua sasaran dari program TB dan mengakibatkan biaya yang
diperlukan untuk penyuluhan TB tidak merata sehingga dapat mempengaruhi kegiatan dalam
program tersebut.
Akar penyebab masalah dari input yang ketiga adalah faktor material . Akar penyebab
masalah yang terdapat pada faktor material adalah tidak adanya dana dan kurangnya
kesadaran dalam pemeliharaan alat dan bahan. Hal ini menyebabkan kurang optimalnya
pemantauan terhadap kesembuhan pada pasien TB. Contohnya alat-alat pemeriksaan
kesehatan seperti Rongent yang tidak ada dan pemeriksaan lab penunjang yang kurang
lengkap. Untuk alat-alat seperti rongent tidak dimasukan sebagai penyebab masalah yang
paling dominan karena seperti untuk pengadaan pesawat rontgen membutuhkan pembiayaan
yang mahal.
Akar penyebab masalah dari input yang selanjutnya adalah faktor metoda (method ).
Akar penyebab masalah pada metoda adalah kurang terfokusnya petugas kesehatan terhadap
program penyuluhan yang diadakan. Hal ini menyebabkan proses pelayanan dan konseling
TB tidak berjalan secara maksimal. Permasalahan ini juga mengakibatkan tenaga kesehatan
memegang pekerjaan lebih dari satu bidang. Padahal tenaga kesehatan yang ada belum tentu
menguasai semua bidang.
Akar penyebab masalah selain input adalah pada proses. Pada bagian proses
didapatkan akar penyebab masalah pada faktor perencanaan ( planning ) adalah perencanaan
program pengobatan lebih diutamakan dari pada program pencegahan. Perencanaan untuk
program TB seharusnya lebih dititikberatkan pada program pencegahannya. Karena dari
program pencegahan tersebut angka penderita TB dapat ditekan dengan cara menjalankan
gaya hidup sehat dan bias mengantisipasi secara tepat bagaimana penangannya apabila ada
penderita TB yang berada dekat bahkan tinggal satu rumah dengan orang yang sehat.
Akar penyebab masalah pada proses yang kedua adalah pengorganisasian
(organizing). Akar penyebab masalah dari pengorganisasian adalah adanya ketetapan yang
menentukan bahwa tiap puskesmas hanya memiliki 1 petugas untuk program TB. Hal ini
menyebabkan jumlah tenaga kesehatan yang ada di puskesmas untuk program TB sangat
terbatas. Sehingga berjalannya program TB di puskesmas tidak terpenuhi secara optimal.
Pembagian tugas yang tidak merata menyebabkan tenaga kesehatan yang ada memiliki
tanggung jawab lebih dari satu program.
149
7/29/2019 BAB v Wahyu Cool
http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-wahyu-cool 8/9
Akar penyebab masalah pada proses yang ketiga yaitu pelaksanaan kegiatan
(actuating ) adalah tidak ada pelatihan khusus bagi petugas untuk penyampaian materi
edukasi bagi warga. Hal ini menyebabkan kurangnya pengetahuan petugas akan penyakit TB
sehingga menyebabkan penyampaiannya kepada masyarakat sangat tidak memadai dan
menyeluruh. Sehingga masyarakat pun tidak mengetahui akan bahaya penyakit TB dan tidak
paham bagaimana cara pencegahan penyakit TB tersebut.
Akar penyebab masalah pada proses yang keempat yaitu pengawasan (controling )
yaitu tidak adanya format yang tepat untuk menjadi acuan bagi penyusunan laporan eveluasi
program TB. Hal ini menyebabkan pasien-pasien yang menderita TB hanya sebagian yang
terdaftar dan tidak semuanya dapat dievaluasi. Sehingga angka penularan TB masih tinggi
dan belum dapat diatasi sepenuhnya.
Akar penyebab masalah pada lingkungan (Environment) adalah sangat kurangnya
tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit TB dan penatalaksanaannya. Hal ini
mengakibatkan penularan TB menjadi begitu mudah dan cepat. Ditambah lagi karena adanya
faktor lingkungan dan gaya hidup warga yang cenderung tidak peduli akan keadaan sekitar
menjadi faktor pendukung tingginya angka penularan TB.
Dari akar penyebab masalah yang telah disebutkan diatas, setelah dilakukan diskusi
dan justifikasi dengan dasar pemahaman program yang cukup, serta apabila masalah tersebut
dapat dipecahkan maka sebagian besar masalah yang ada dapat terselesaikan sehingga
didapatkan beberapa akar penyebab masalah yang paling dominan pada masalah program
angka kesembuhan TB paru di wilayah kecamatan Pademangan yang pertama yaitu sangat
kurangnya tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit TB dan penatalaksanannya dan
yang kedua adalah tidak ada pelatihan khusus bagi petugas untuk penyampaian materi
edukasi bagi warga.
Pertama adalah sangat kurangnya tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit TB
dan penatalaksanaannya. Dilingkungan warga sangat jarang sekali dilakukan atau
diadakannya penyuluhan mengenai TB. Sehingga akan berdampak sangat kurang tingkat
pengetahuan warga akan penyakit TB dan penatalaksaannya dan menyebabkan angka
penularan TB yang masih tinggi. Maka solusi yang dilakukan adalah meningkatkan
penyuluhan pada warga. Sesuai dengan hasil MCUA alternative pemecahan masalah yaitu
meningkatkan penyuluhan pada warga pada urutan Pertama yang dilakukan pada bulan
Januari 2011.
Kedua adalah tidak ada pelatihan khusus bagi petugas untuk penyampaian materi
edukasi bagi warga. Pelatihan khusus bagi petugas kesehatan sangatlah penting dikarenakan
150
7/29/2019 BAB v Wahyu Cool
http://slidepdf.com/reader/full/bab-v-wahyu-cool 9/9
petugas kesehatan menjadi motor penggerak dalam terlaksanannya suatu program. Petugas
kesehatan harus tahu betul tentang mengenai apa yang mereka kerjakan dan jalankan. Maka
apabila itu semua sudah dapat mereka pahami mereka akan lebih mudah dalam
menyampaiannya dimasyarakat. Maka solusi yang dilakukan adalah memberi pelatihan
khusus kepada petugas kesehatan. Sesuai dengan hasil MCUA alternative pemecahan
masalah yaitu memberi pelatihan khusus kepada petugas kesehatan di puskesmas merupakan
urutan Pertama yang dilakukan pada bulan Februari 2011.
151