BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab...
Transcript of BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab...
113
BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
V.1 Konsep Perancangan Berdasarkan Aspek Manusia
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa dalam tugas akhir ini, diidentifikasi ada
tiga jenis sifat kegiatan, yaitu :
• Hunian
Berupa kamar tidur, sebagai tempat atlet tidur dan beristirahat.
• Fasilitas Penunjang
Ruang-ruang penunjang seperti poliklinik, ruang briefing, ruang makan, dapur,
laundry, dan lain sebagainya.
• Latihan
Yang termasuk dalam kategori ini adalah tempat-tempat atlet berlatih, untuk
meningkatkan kemampuannya, secara fisik maupun mental, namun karena
terletak pada kawasan pemusatan latihan, fasilitas latihan dialihkan ke
Kawasan Gelora Bung Karno sebagai kawasan pemusatan latihan. Berdasarkan tema terkait, terlihat dari adanya mobilitas yang jelas berbeda
antara atlet dengan orang pada umumnya terutama yang membedakan adalah
kegiatan hariannya, serta dikarenakan adanya situasi lingkungan yang dekat dengan
Kawasan Gelora Bung Karno Senayan (sebagai kawasan pemusatan latihan)
sehingga diperlukan integrasi ruang yang jelas baik di dalam bangunan maupun
dengan luar bangunan. Untuk memudahkan alur mobilitas tersebut, segala kegiatan
latihan dipusatkan pada Kawasan Gelora Bung Karno yang merupakan kawasan
pemusatan latihan. Jadi, di dalam wisma atlet ini benar-benar dapat dimanfaatkan
untuk kategori hunian (60%) dan fasilitas penunjang saja (40%).
Untuk memaksimalkan penggunaan wisma atlet ini, maka akomodasi jumlah
atlet dapat ditekan dan terutama untuk memenuhi kebutuhan ruang tinggal atlet yang
akan melakukan kegiatan pemusatan latihan di Senayan menjadi 400 atlet ditambah
dengan 100 atlet untuk memberikan akomodasi service yang memuaskan. Jadi,
secara keseluruhan desain wisma atlet ini dapat mengakomodasi ± 500 atlet di
dalamnya.
114
Lebih jauh lagi, maka total jumlah kamar yang dibutuhkan adalah 500 : 2 =
± 250 kamar hunian dengan luas 250 kamar x 26 m2 = 6.500 m2.
* Jumlah tersebut dapatlah kurang dari perhitungan, hal ini dapat terjadi untuk
meminimalkan KLB.
Berikut ini adalah tabel analisis luasan ruang untuk unit hunian dan
fasilitas-fasilitas penunjang dari wisma atlet :
Ruang Standart Ruang (m2)
Kapasitas (Orang)
Luasan Ruang
(m2)
Jumlah Ruang
Total Luasan
Ruang (m2)Unit hunian 13 m2/orang 2 orang 26 m2 ≤ 250 unit 6.500 m2
Cafetaria
- Ruang makan
- Ruang penyajian
- Dapur
- Ruang cuci
- Gudang
- Ruang pengelola
- Ruang ganti
- Toilet pengunjung
- Toilet pengelola
- Ruang kasir
-
1,2 m2/orang
3,5 m2/orang
5 m2/orang
2 m2/orang
4 m2/orang
9 m2/orang
1,5 m2/orang
1,5 m2/orang
1,5 m2/orang
1 m2/orang
-
300 orang
4 orang
4 orang
2 orang
1 orang
1 orang
3 orang
3 orang
2 orang
1 orang
-
360 m2
14 m2
20 m2
4 m2
4 m2
9 m2
4,5 m2
4,5 m2
3 m2
1 m2
-
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
1 ruang
2 ruang
2 ruang
2 ruang
1 ruang
436 m2
360 m2
14 m2
20 m2
4 m2
4 m2
9 m2
9 m2
9 m2
6 m2
1 m2
Ruang briefing
- Briefing area
- Toilet
- Gudang kecil
-
1,2 m2/orang
1,5 m2/orang
3 m2/orang
-
20 orang
3 orang
1 orang
-
24 m2
4,5 m2
3 m2
-
3 ruang
2 ruang
1 ruang
84 m2
72 m2
9 m2
3 m2
Ruang serbaguna
- Hall serbaguna
- Backstage
- Ruang operasional
- Toilet
- Gudang
- Gudang alat
-
2,5 m2/orang
2,5 m2/orang
4 m2/orang
1,5 m2/orang
4 m2/orang
4 m2/orang
-
200 orang
20 orang
3 orang
5 orang
1 orang
1 orang
-
500 m2
50 m2
12 m2
7,5 m2
4 m2
4 m2
-
1 ruang
1 ruang
1 ruang
2 ruang
1 ruang
1 ruang
585 m2
500 m2
50 m2
12 m2
15 m2
4 m2
4 m2
Tabel V-1
Luasan Ruang
115
Ruang Standart Ruang (m2)
Kapasitas (Orang)
Luasan Ruang
(m2)
Jumlah Ruang
Total Luasan
Ruang (m2)Poliklinik
- Receptionist
- Ruang tunggu
- Ruang test fisik
- Ruang dokter
- Kamar rawat
- Laboratorium
- Ruang diagnosa
- Apotek
- Toilet
- Ruang pengelola
-
4 m2/orang
1,2 m2/orang
3,5 m2/orang
9 m2/orang
3,5 m2/orang
3,5 m2/orang
3,5 m2/orang
6 m2/orang
1,5 m2/orang
9 m2/orang
-
3 orang
15 orang
10 orang
1 orang
10 orang
4 orang
4 orang
2 orang
4 orang
1 orang
-
12 m2
18 m2
35 m2
9 m2
35 m2
14 m2
14 m2
12 m2
6 m2
9 m2
-
1 ruang
1 ruang
4 ruang
5 ruang
10 ruang
3 ruang
3 ruang
1 ruang
2 ruang
1 ruang
724 m2
12 m2
18 m2
140 m2
45 m2
350 m2
42 m2
42 m2
12 m2
12 m2
9 m2
Ruang test psikis 3,5 m2/orang 10 orang 35 m2 4 ruang 140 m2
Ruang bersama 2,5 m2/orang 30 orang 75 m2 3 ruang 225 m2
Hall of fame
- Ruang pamer
- Ruang pengelola
- Gudang
- Toilet
-
2,5 m2/orang
9 m2/orang
4 m2/orang
1,5 m2/orang
-
60 orang
1 orang
1 orang
3 orang
-
150 m2
9 m2
4 m2
4,5 m2
-
1 ruang
1 ruang
1 ruang
2 ruang
172 m2
150 m2
9 m2
4 m2
9 m2
Office 4 m2/orang 50 orang 200 m2 1 ruang 200 m2
Lobby
- Receptionist
- Ruang ganti
- Ruang tunggu
- Ruang pengelola
- Toilet
-
4 m2/orang
1,5 m2/orang
1,2 m2/orang
9 m2/orang
1,5 m2/orang
-
2 orang
4 orang
15 orang
1 orang
3 orang
-
12 m2
6 m2
18 m2
9 m2
4,5 m2
-
1 ruang
2 ruang
1 ruang
1 ruang
2 ruang
60 m2
12 m2
12 m2
18 m2
9 m2
9 m2
Fitness Center 3,5 m2/orang 30 orang 105 m2 1 ruang 105 m2
Mini market 3,5 m2/orang 15 orang 52,5 m2 1 ruang 52,5 m2
Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2
Parkir (Rasio 1:10)
- Parkir mobil
- Parkir motor
- Parkir bus
-
12,5m2/mobil
2 m2/motor
49 m2/bus
-
100 mobil
100 motor
3 bus
-
-
-
-
-
-
-
-
1.450 m2
1.250 m2
200 m2
147 m2
Total Luasan Ruang 10.910,5m2
Tabel V-2
Luasan Ruang (Lanjutan-1)
116
Ruang-ruang tersebut tersusun dan terdistribusi ke dalam suatu skema
organisasi ruang secara umum dengan berdasarkan penggunaan akses pencapaian
yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Ruang-ruang tersebut akan disusun dengan pola sirkulasi linear untuk
hunian dan bercabang untuk ruang-ruang publik seperti lobby.
Linear Bercabang
Wisma atlet ini didesain dengan memperhatikan keempat aspek kriteria
desain berdasarkan mobilitas. Keempat aspek penting tersebut, antara lain
kemudahan, kenyamanan, keamanan, dan kecepatan. Atlet membutuhkan
sesuatu yang mudah, nyaman, dan aman daripada sesuatu yang cepat. Hal ini
jelas berbeda dengan pengguna lainnya, sehingga pola sirkulasi di dalam wisma
atlet perlu dibedakan.
Gambar V-1
Skema Organisasi Ruang Secara Umum
Gambar V-2
Gambar Pola Sirkulasi
117
V.2 Konsep Perancangan Berdasarkan Aspek Lingkungan
V.2.1 Penentuan Sirkulasi Dalam Tapak
Yang perlu diperhatikan dalam penentuan sirkulasi dalam tapak pertama-
tama adalah mengenai penentuan pintu masuk dan keluar (jalur akses). Pada bab
sebelumnya telah dibahas mengenai analisis sirkulasi kendaraan dan sirkulasi
pejalan kaki. Kedua analisis inilah yang memperkuat bagaimana penentuan
sirkulasi di dalam tapak. Jalur akses ini harus didesain di tempat yang mudah
terlihat dan mudah dijangkau. Perletakkan jalur akses ini juga harus tepat, seperti
pada tempat yang tidak mengganggu arus lalu lintas jalan.
Setelah menentukan jalur-jalur akses, maka berikutnya adalah menentukan
jalur di dalam tapak itu sendiri. Jalur diusahakan dibuat sesederhana mungkin
untuk menghindari kebingungan, dan juga diusahakan tidak ada crossing antara
sirkulasi yang ada.
Kondisi kemacetan terparah. Kemacetan terjadi sepanjang jalan, terutama pada saat jam pulang kerja
Kemacetan hanya terjadi pada lampu merah jalan
30 m
50 m
Gambar V-3
Penentuan Pintu Masuk dan Pintu Keluar
U
Potensi pintu masuk kendaraan roda 4 maupun roda 2. Alasan : ‐ Mudah terlihat ‐ Rendah potensi
kemacetan
Potensi pintu keluar kendaraan roda 4 maupun roda 2. Alasan : ‐ Menghindari cross
circulation ‐ Memudahkan
pencapaian ke luar
IN
OUT
118
Jalur sirkulasi pada tapak dapat digambarkan seperti pada bagan skematik
di atas. Jalur biru tua merupakan jalur kendaraan roda 2 maupun roda 4 dimana IN
dan OUT-nya terletak pada Jl. Pintu Satu Senayan. Hal ini dikarenakan lalu lintas
mayoritas terdapat pada jalan tersebut, dan juga tempat akses lebih terlihat karena
dekat jalan raya.
Setelah masuk kendaraan, akses kendaraan roda 4 maupun roda 2 tidak
dibuat mengelilingi tapak, tetapi didesain satu arah/satu akses. Kendaraan roda 4
dapat langsung masuk ke dalam basement ataupun langsung ke lobby, sedangkan
kendaraan roda 2 langsung diarahkan ke dalam basement. Setelah dari basement,
kendaraan roda 4 dapat juga akses langsung menuju lobby, tetapi tidak demikian
dengan kendaraan roda 2 yang langsung keluar tapak (OUT).
Di bagian selatan tapak dibuka sebuah side enterance namun hanya khusus
bus dan service. Selain itu, dari arah utara maupun selatan didesain jalur
pedestrian khusus untuk merespon mobilitas pejalan kaki di area tersebut tanpa
terjadi cross dengan sirkulasi kendaraan.
Selain itu, dalam meningkatkan mobilitas kegiatan khususnya para atlet
diperlukan kecepatan dalam bergerak. Kegiatan pemusatan latihan atlet di
Kawasan Gelora Bung Karno merupakan kegiatan harian yang utama dari para
atlet, sehingga dibutuhkan kecepatan mobilitas untuk mencapai kawasan tersebut.
Untuk menjawab masalah tersebut, alternatif linkage structural (elemen
Linkage structural (elemen sambungan) bawah tanah menghubungkan tapak dengan Kawasan Gelora Bung K
Meet Point
Gambar V-4
Penentuan Sirkulasi Dalam Tapak
Linkage Structural (Elemen Tambahan)
119
sambungan) dapat menjadi solusi pemecahan masalah. Desain bawah tanah
menuju Kawasan Gelora Bung Karno dibuka dari dua arah di dalam tapak untuk
memudahkan pencapaian. Sisi pencapaian terjauh didesain melengkung karena
dengan bentuk melengkung dapat seolah-olah menanggapi bahwa pencapaian
tidak terlalu jauh dan menawarkan suasana yang berbeda. Agar tidak monoton
dengan jarak yang cukup jauh, sepanjang linkage structural didesain semacam
hall of fame berupa pajangan-pajangan yang berhubungan dengan olahraga.
Untuk menghindari terjadinya crossing antara atlet dengan pejalan kaki
lainnya didesain pembatas yang fleksibel (SemiFixed- Feature Space) sekaligus
sebagai signage (penanda) untuk membedakan sirkulasi agar tidak terjadi
crossing. V.2.2 Tata Letak dan Orientasi Bangunan
Dalam menentukan tata letak dan orientasi bangunan, maka hal-hal yang
harus dipertimbangkan adalah view, orientasi mahatari, kebisingan, sirkulasi, dan
juga angin (untuk menentukan arah bukaan). Secara sederhana dapat digambarkan
dalam diagram berikut :
Gambar V-5
Tata Letak dan Orientasi Bangunan
Desain yang menanggapi sumbu pemandangan terbuka, baik dari segi desain fasade ataupun segi desain bentuk U
120
Berdasarkan gambar V-5, orientasi massa dipengaruhi oleh faktor view,
orientasi matahari, dan arah angin. Orientasi massa diarahkan ke sumbu Kawasan
Gelora Bung Karno dan sumbu pemandangan terbuka yang dibentuk berdasarkan
dari pemandangan sekitar yang terutama ke dalam tapak (jalan, vegetasi, titik
pertemuan terpadat, dan sebagainya). Sedangkan tata letak bangunan dipengaruhi
oleh faktor sirkulasi dan kebisingan. Tata letak bangunan dijauhkan dari sumber
kebisingan dan disesuaikan dengan sirkulasi yang terbentuk.
V.3 Konsep Perancangan Berdasarkan Aspek Bangunan
V.3.1 Zoning
Berdasarkan analisis zoning secara umum pada bab sebelumnya, berikut
ini adalah konsep zoning dengan pembagian ruang-ruang yang dapat digambarkan
melalui diagram 3-dimensi berikut :
Penentuan zoning baik secara horizontal maupun vertikal ditentukan oleh
hubungan ruang, organisasi ruang, orientasi matahari, dan kebisingan. Hal-hal
tersebut secara umum telah dianalisis pada bab sebelumnya. Pada level 1, terdapat
ruang-ruang yang diperuntukkan sebagai zona public, antara lain seperti lobby,
hall of fame, dan cafetaria. Pada level 2 dan 3, terdapat ruang-ruang yang
diperuntukkan sebagai zona semi public sebagai peralihan dari zona public ke
Gambar V-6
Penentuan Zoning Horizontal & Vertikal
121
zona private, seperti ruang serbaguna, poliklinik, ruang test psikis, ruang briefing,
dan sebagainya. Pada level 4, terdapat office dan unit hunian sebagai zona private.
Ruang-ruang service disesuaikan perletakkannya pada bangunan wisma atlet ini
berdasarkan analisis sebelumnya, seperti analisis orientasi matahari dan
kebisingan. V.3.2 Tata Ruang dan Gubahan Massa Bangunan
Konsep integrasi ruang berdasarkan mobilitas kegiatan harian merupakan
penekanan khusus dari konsep perencanaan dan perancangan berdasarkan aspek
bangunan. Konsep ini merupakan dasar terbentuknya konsep tata ruang dalam
bangunan maupun luar bangunan dan konsep gubahan massa bangunan.
Kemudahan pencapaian suatu mobilitas kegiatan khususnya para atlet di Senayan
perlu tata ruang yang mampu memenuhi hal tersebut. Pembentukan tata ruang
tersebut berdasarkan mobilitas kegiatan harian ini secara langsung akan
membentuk konsep gubahan massa dari bangunan wisma atlet ini. Beberapa faktor
menjadi kunci pembentukan gubahan massa, seperti hubungan kegiatan,
kebutuhan ruang, hubungan ruang, pola sirkulasi, zoning, bentuk ruang, dan
lingkungan.
Beberapa teori menjadi pegangan untuk menjadi solusi dari permasalahan
arsitektural yang ada dan menjawab konsep ini, antara lain teori Roger Trancyk
tentang integrasi ruang, teori Hamid Shirvani tentang elemen perancangan
kawasan, dan teori Edward Hall tentang pola ruang.
Berikut ini adalah gambaran terbentuknya konsep tata ruang dalam
bangunan maupun luar bangunan yang secara tidak langsung membentuk konsep
gubahan massa bangunan berdasarkan konsep tersebut.
122
Lobby Sebagai Organisasi Terpusat
Lobby
Gambar V-7
Konsep Integrasi Ruang Berdasarkan Mobilitas Kegiatan Harian Atlet di Senayan
Pola Bentukan Awal Didasari oleh Pola Mobilitas Pelaku Kegiatan
Total luasan lantai dasar yang boleh dibangun berdasarkan KDB
Hall of Fame
Cafetaria
Fitness Center
Sirkulasi Khusus Atlet ke Kawasan Gelora
(Linkage Struktural)
Sirkulasi Khusus Atlet ke Kawasan Gelora
(Linkage Struktural)
Rencana penggabungan basement antara Gedung KONI dengan
bangunan wisma atlet (linkage structural – elemen tambahan)
Pembatas yang fleksibel (SemiFixed- Feature Space) sekaligus sebagai
signage (penanda) untuk membedakan sirkulasi agar tidak terjadi crossing antara atlet, pelatih, pengelola, dan pengunjung (umum dan khusus).
Pola Bentukan Level Dasar Ditentukan Berdasarkan Zoning untuk Zona Public
Pembatas area public dengan area untuk atlet agar tidak terjadi
pertemuan langsung
Taman Atlet
U
Sirkulasi pejalan kaki baik itu pengunjung maupun pengelola diangkat pada level 2, sedangkan kendaraan tetap pada level 1 yang keduanya dihantarkan ke lobby. Sirkulasi atlet bertolak belakang dengan sirkulasi pejalan kaki pada umumnya, justru semuanya diarahkan ke bawah untuk menghindari pertemuan dengan pejalan kaki lainnya.
1 2
Taman Umum
123
Pola Bentukan Level Kedua Didasari oleh Pola Hubungan Ruang
Gambar V-8
Konsep Integrasi Ruang Berdasarkan Mobilitas Kegiatan Harian Atlet di Senayan
(Lanjutan-1)
FFooyyeerr Merupakan ruang transisi untuk memudahkan mobilitas kegiatan harian para atlet. Pola solid-void
sesuai dengan Figure Ground Theory (Roger Trancyk) untuk membentuk
integrasi ruang secara terbuka.
vvooiidd
PPoollaa AAxxiiaall
Penempatan akses/sarana sirkulasi vertikal disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemudahan dalam pencapaian
Foyer Sebagai Organisasi Terpusat dan Ruang Transisi di Level Kedua
Poliklinik
Ruang Test Psikis Pada level kedua, beberapa ruang memiliki fungsi yang hampir sama sehingga dapat dijadikan satu tanpa
mengabaikan hubungan ruang, seperti ruang test psikis dijadikan satu dengan poliklinik dan ruang
briefing dijadikan satu dengan ruang serbaguna.
Foyer
Ruang Serbaguna
Ruang Briefing
Dimensi ruang berdasarkan analisis luasan ruang Ruang-Ruang yang Saling Berkaitan
Sirkulasi koridor bercabang untuk membedakan ruang yang memiliki fungsi dan sifat yang hampir sama meskipun telah dijadikan satu ruang
U
R. Briefing
Tribun
B A C K S T A G E
H A L L
Pola Mobilitas Membuat Bentuk Bangunan Bergerak/Fleksibel
Ruang Serbaguna
Didesain dengan tribun penonton. Ruang serbaguna ini didesain fleksibel
tergantung fungsi dengan mengacu pada tiga tipe dasar dalam pola ruang
(Edward Hall). Ruang briefing dijadikan satu dengan ruang serbaguna
karena memiliki sifat ruang yang hampir sama. R. Briefing
Meeting Room Tribun
Meeting Room
Meeting Room
124
Berdasarkan hasil survei lapangan, para atlet banyak yang mengharapakan
bentuk ruang yang fleksibel dan tegas, bukan dengan bentuk yang lengkung, bulat,
dan sebagainya. Contoh ruang yang fleksibel bagi para atlet adalah ruang
serbaguna, karena ruang serbaguna dapat dimanfaatkan untuk mengakomodasi
berbagai kegiatan dan dapat dirancang fleksibel sesuai kegiatan tersebut.
V.3.3 Struktur Bangunan
Struktur bangunan menjadi penekanan khusus dan khas pada bangunan
wisma atlet ini. Proses bentuk gubahan massa yang didasari oleh integrasi ruang
berdasarkan mobilitas kegiatan harian atlet khususnya di Senayan mengakibatkan
struktur bangunan menjadi khas.
Gambar V-9
Konsep Integrasi Ruang Berdasarkan Mobilitas Kegiatan Harian Atlet di Senayan
(Lanjutan-2)
Akses Pencapaian Didesain Terbuka pada Tower Hunian Menggambarkan Pola Mobilitas Atlet
Tower Hunian - Untuk mendukung mobilitas kegiatan
harian para atlet, semua atlet di dalam wisma diperlakukan sama.
- Tower dibagi dua, yaitu untuk atlet laki-laki dan atlet perempuan.
- Besaran unit di dalam tower disamakan antara tower laki-laki dengan perempuan. Berdasarkan hasil survei terhadap atlet laki-laki dan perempuan, hampir tidak ada yang membedakan antara susunan layout ruang untuk hunian atlet laki-laki dan perempuan. Bahkan menurut hasil wawancara beberapa atlet perempuan mengemukakan bahwa mereka tidak jauh berbeda dengan atlet laki-laki dan ingin diperlakukan sama.
Tower Hunian - Peruntukkan tower 1 untuk unit laki-laki dan tower 2 untuk perempuan
dibedakan berdasarkan sisi keamanan, terutama untuk atlet perempuan. Atlet laki-laki dari lobby utama langsung dapat menuju hunian mereka tanpa harus mampir atau melewati hunian atlet. perempuan
Lingkungan Mempengaruhi Pola Mobilitas
Lingkungan juga memberikan pengaruh terhadap pola mobilitas
dari pelaku kegiatan
Office
View dari
dan ke dalam
tapak
View dari tapak View dari
dan ke dalam
tapak
View ke dalam tapak
Tower 1
(Unit Laki-Laki)
Tower 2
(Unit Perempuan)
Podium
U
400
125
Sistem struktur hybrid digunakan pada ruang serbaguna karena merupakan
ruang berbentang lebar. Pada bagian tribun penonton, struktur portal yang
memiliki kemiringan relatif curam ditopang dengan kabel tarik untuk
mendapatkan keseimbangan struktur. Selain itu, wisma atlet juga juga
menggunakan sistem struktur portal karena bentangan pada wisma atlet relatif
pendek mengingat fungsi dari bangunan ini adalah hunian. Portal ini juga
tergolong sederhana dan mudah pengerjaannya. Aplikasi sistem struktur membran
digunakan sebagai penutup atap ruang-ruang yang terbuka.
Dilatasi baik digunakan pada pertemuan antara bangunan yang rendah
(podium) dengan bangunan yang tinggi (tower). Di samping itu, bangunan yang
sangat panjang, seperti podium bangunan wisma atlet ini tidak dapat menahan
deformasi akibat penurunan fondasi, gempa, muai susut, karena akumulasi gaya
yang sangat besar pada dimensi bangunan yang panjang, dan menyebabkan
timbulnya retakan atau keruntuhan struktural. Oleh karenanya, suatu bangunan
yang besar perlu dibagi menjadi beberapa bangunan yang lebih kecil, di mana tiap
Gambar V-10
Sistem Struktur Hybrid (Struktur Portal dan Struktur Kabel)
Gambar V-11
Dilatasi Struktur
Struktur Kabel
Struktur Portal
(Beton Prategang)
Podium
Tower
Dilatasi
126
bangunan dapat bereaksi secara kompak dan kaku dalam menghadapi pergerakan
bangunan yang terjadi. Pada kasus seperti ini, bentuk pemisahan bangunan
(dilatasi) yang dapat digunakan adalah dilatasi dengan dua kolom atau dilatasi
dengan balok kantilever.
V.3.4 Material Bangunan
Bahan material yang akan digunakan dalam proyek tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
Aspek Kesimpulan
Dinding Bata celcon dan precast
Pelapis Dinding
Untuk hunian panel karena akan mengakibatkan ruang menjadi lebih indah dengan finishing sistem tempel (HPL), sedangkan ruang-ruang lainnya dapat menggunakan cat, sedangkan toilet menggunakan dinding keramik agar tahan air dan mudah dibersihkan
Lantai Untuk hunian, yang cocok adalah keramik, sedangkan untuk ruang besar lebih cocok mengunakan marmer yang terkesan mewah.
Plafond Aplikasi Gypsum
Atap Yang cocok digunakan adalah genteng metal karena memiliki keunggulan yang baik, namun di beberapa tempat juga harus menggunakan atap beton, untuk menunjang service
Kusen & Daun
Yang cocok digunakan pada pintu adalah kusen kayu karena dibutuhkan kekokohan.
sedangkan pada kusen jendela adalah kusen alumunium karena modernintasnya, namun untuk pintu Toilet dapat menggunakan pintu PVC supaya lebih tahan air.
Tabel V-3
Aplikasi Material Bangunan
127
V.3.5 Utilitas Bangunan
Sedangkan untuk sistem utilitas bangunan, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Penghawaan
Penghawaan alami bisa dengan membuat cross ventilation.
Penghawaan buatan contohnya adalah dengan menggunakan Air Conditioner
(AC).
2. Pencahayaan
Pencahayaan pada bangunan pada bangunan terdapat dua macam
pencahayaan, yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan
alami adalah pencahayaan yang didapat dari cahaya matahari.
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dilakukan dengan
menggunakan lampu. Penggunaan lampu transclucent (lampu TL) menjadi
pilihan utama terutama untuk unit hunian karena cahaya yang dihasilkan
nyaman untuk mata.
3. Proteksi Kebakaran
Sistem proteksi kebakaran berfungsi sebagai daerah atau tempat
perlindungan yang dimanfaatkan oleh penghuni gedung apabila terjadi
kebakaran atau situasi darurat.Daerah ini seharusnya mampu bertahan hingga
2 jam. Jarak radius untuk mencapai tangga darurat adalah 30 meter dan 12
meter dari dead corridor (koridor buntu). Proteksi kebakaran ini berupa
proteksi aktif contohnya hidran dan sprinkler.
4. Pengolahan dan pembuangan limbah
Pada jaringan instalasi air akan terdiri dari dua macam yaitu pipa air
saluran air bersih dan pipa air saluran air kotor. Pipa saluran air bersih
bersumber dari PDAM. Sedangkan pipa saluran air kotor berfungsi
mengalirkan air kotor atau air yang sudah dipakai dari ruangan ke tempat
pembuangan seperti STP. Limbah kamar mandi cair pun disalurkan ke STP.
Di wisma ini air hujan akan dimasukkan ke dalam sumur resapan (sesuai
peraturan pemerintah PP No.36) dan ada juga yang dialirkan ke dalam bak
kontrol kemudian disalurkan ke riol kota.
128
5. Instalasi listrik
Instalasi listrik mengambil arus dari PLN. Selain dari PLN, disiapkan
pula pembangkit listrik cadangan berupa generator atau genset yang akan
dioperasikan apabila PLN mengalami gangguan.
6. Penangkal petir
Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem Thomas.
7. Pembuangan Sampah.
Sistem pembuangan sampah dapat dilakukan dengan sistem shaft.
V.4 Tuntutan Rancangan
Tuntutan dari desain ini adalah menghasilkan rancangan yang dapat
memenuhi kebutuhan para atlet dan mendukung mobilitas kegiatan harian para atlet
khususnya di Senayan yang merupakan kawasan pemusatan latihan olahraga bagi
para atlet dengan berdasarkan keempat kriteria desain berdasarkan mobilitas, antara
lain : kemudahan, kenyamanan, keamanan, dan kecepatan.
Gambar V-12
Rencana Site Plan
Taman Umum
Lapangan Pemanasan
Taman Atlet
Sirkulasi Service & Bus
Sirkulasi Pejalan Kaki
Sirkulasi Kendaraan
Sirkulasi Khusus ke Kawasan Gelora Bung Karno
U