BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab...

16
113 BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perancangan Berdasarkan Aspek Manusia Seperti yang telah dijelaskan, bahwa dalam tugas akhir ini, diidentifikasi ada tiga jenis sifat kegiatan, yaitu : Hunian Berupa kamar tidur, sebagai tempat atlet tidur dan beristirahat. Fasilitas Penunjang Ruang-ruang penunjang seperti poliklinik, ruang briefing, ruang makan, dapur, laundry, dan lain sebagainya. Latihan Yang termasuk dalam kategori ini adalah tempat-tempat atlet berlatih, untuk meningkatkan kemampuannya, secara fisik maupun mental, namun karena terletak pada kawasan pemusatan latihan, fasilitas latihan dialihkan ke Kawasan Gelora Bung Karno sebagai kawasan pemusatan latihan. Berdasarkan tema terkait, terlihat dari adanya mobilitas yang jelas berbeda antara atlet dengan orang pada umumnya terutama yang membedakan adalah kegiatan hariannya, serta dikarenakan adanya situasi lingkungan yang dekat dengan Kawasan Gelora Bung Karno Senayan (sebagai kawasan pemusatan latihan) sehingga diperlukan integrasi ruang yang jelas baik di dalam bangunan maupun dengan luar bangunan. Untuk memudahkan alur mobilitas tersebut, segala kegiatan latihan dipusatkan pada Kawasan Gelora Bung Karno yang merupakan kawasan pemusatan latihan. Jadi, di dalam wisma atlet ini benar-benar dapat dimanfaatkan untuk kategori hunian (60%) dan fasilitas penunjang saja (40%). Untuk memaksimalkan penggunaan wisma atlet ini, maka akomodasi jumlah atlet dapat ditekan dan terutama untuk memenuhi kebutuhan ruang tinggal atlet yang akan melakukan kegiatan pemusatan latihan di Senayan menjadi 400 atlet ditambah dengan 100 atlet untuk memberikan akomodasi service yang memuaskan. Jadi, secara keseluruhan desain wisma atlet ini dapat mengakomodasi ± 500 atlet di dalamnya.

Transcript of BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab...

Page 1: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab 5.pdf · Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2 Parkir (Rasio 1:10) - Parkir

113 

BAB V

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

V.1 Konsep Perancangan Berdasarkan Aspek Manusia

Seperti yang telah dijelaskan, bahwa dalam tugas akhir ini, diidentifikasi ada

tiga jenis sifat kegiatan, yaitu :

• Hunian

Berupa kamar tidur, sebagai tempat atlet tidur dan beristirahat.

• Fasilitas Penunjang

Ruang-ruang penunjang seperti poliklinik, ruang briefing, ruang makan, dapur,

laundry, dan lain sebagainya.

• Latihan

Yang termasuk dalam kategori ini adalah tempat-tempat atlet berlatih, untuk

meningkatkan kemampuannya, secara fisik maupun mental, namun karena

terletak pada kawasan pemusatan latihan, fasilitas latihan dialihkan ke

Kawasan Gelora Bung Karno sebagai kawasan pemusatan latihan. Berdasarkan tema terkait, terlihat dari adanya mobilitas yang jelas berbeda

antara atlet dengan orang pada umumnya terutama yang membedakan adalah

kegiatan hariannya, serta dikarenakan adanya situasi lingkungan yang dekat dengan

Kawasan Gelora Bung Karno Senayan (sebagai kawasan pemusatan latihan)

sehingga diperlukan integrasi ruang yang jelas baik di dalam bangunan maupun

dengan luar bangunan. Untuk memudahkan alur mobilitas tersebut, segala kegiatan

latihan dipusatkan pada Kawasan Gelora Bung Karno yang merupakan kawasan

pemusatan latihan. Jadi, di dalam wisma atlet ini benar-benar dapat dimanfaatkan

untuk kategori hunian (60%) dan fasilitas penunjang saja (40%).

Untuk memaksimalkan penggunaan wisma atlet ini, maka akomodasi jumlah

atlet dapat ditekan dan terutama untuk memenuhi kebutuhan ruang tinggal atlet yang

akan melakukan kegiatan pemusatan latihan di Senayan menjadi 400 atlet ditambah

dengan 100 atlet untuk memberikan akomodasi service yang memuaskan. Jadi,

secara keseluruhan desain wisma atlet ini dapat mengakomodasi ± 500 atlet di

dalamnya.

Page 2: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab 5.pdf · Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2 Parkir (Rasio 1:10) - Parkir

114 

Lebih jauh lagi, maka total jumlah kamar yang dibutuhkan adalah 500 : 2 =

± 250 kamar hunian dengan luas 250 kamar x 26 m2 = 6.500 m2.

* Jumlah tersebut dapatlah kurang dari perhitungan, hal ini dapat terjadi untuk

meminimalkan KLB.

Berikut ini adalah tabel analisis luasan ruang untuk unit hunian dan

fasilitas-fasilitas penunjang dari wisma atlet :

Ruang Standart Ruang (m2)

Kapasitas (Orang)

Luasan Ruang

(m2)

Jumlah Ruang

Total Luasan

Ruang (m2)Unit hunian 13 m2/orang 2 orang 26 m2 ≤ 250 unit 6.500 m2

Cafetaria

- Ruang makan

- Ruang penyajian

- Dapur

- Ruang cuci

- Gudang

- Ruang pengelola

- Ruang ganti

- Toilet pengunjung

- Toilet pengelola

- Ruang kasir

-

1,2 m2/orang

3,5 m2/orang

5 m2/orang

2 m2/orang

4 m2/orang

9 m2/orang

1,5 m2/orang

1,5 m2/orang

1,5 m2/orang

1 m2/orang

-

300 orang

4 orang

4 orang

2 orang

1 orang

1 orang

3 orang

3 orang

2 orang

1 orang

-

360 m2

14 m2

20 m2

4 m2

4 m2

9 m2

4,5 m2

4,5 m2

3 m2

1 m2

-

1 ruang

1 ruang

1 ruang

1 ruang

1 ruang

1 ruang

2 ruang

2 ruang

2 ruang

1 ruang

436 m2

360 m2

14 m2

20 m2

4 m2

4 m2

9 m2

9 m2

9 m2

6 m2

1 m2

Ruang briefing

- Briefing area

- Toilet

- Gudang kecil

-

1,2 m2/orang

1,5 m2/orang

3 m2/orang

-

20 orang

3 orang

1 orang

-

24 m2

4,5 m2

3 m2

-

3 ruang

2 ruang

1 ruang

84 m2

72 m2

9 m2

3 m2

Ruang serbaguna

- Hall serbaguna

- Backstage

- Ruang operasional

- Toilet

- Gudang

- Gudang alat

-

2,5 m2/orang

2,5 m2/orang

4 m2/orang

1,5 m2/orang

4 m2/orang

4 m2/orang

-

200 orang

20 orang

3 orang

5 orang

1 orang

1 orang

-

500 m2

50 m2

12 m2

7,5 m2

4 m2

4 m2

-

1 ruang

1 ruang

1 ruang

2 ruang

1 ruang

1 ruang

585 m2

500 m2

50 m2

12 m2

15 m2

4 m2

4 m2

Tabel V-1

Luasan Ruang

Page 3: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab 5.pdf · Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2 Parkir (Rasio 1:10) - Parkir

115 

Ruang Standart Ruang (m2)

Kapasitas (Orang)

Luasan Ruang

(m2)

Jumlah Ruang

Total Luasan

Ruang (m2)Poliklinik

- Receptionist

- Ruang tunggu

- Ruang test fisik

- Ruang dokter

- Kamar rawat

- Laboratorium

- Ruang diagnosa

- Apotek

- Toilet

- Ruang pengelola

-

4 m2/orang

1,2 m2/orang

3,5 m2/orang

9 m2/orang

3,5 m2/orang

3,5 m2/orang

3,5 m2/orang

6 m2/orang

1,5 m2/orang

9 m2/orang

-

3 orang

15 orang

10 orang

1 orang

10 orang

4 orang

4 orang

2 orang

4 orang

1 orang

-

12 m2

18 m2

35 m2

9 m2

35 m2

14 m2

14 m2

12 m2

6 m2

9 m2

-

1 ruang

1 ruang

4 ruang

5 ruang

10 ruang

3 ruang

3 ruang

1 ruang

2 ruang

1 ruang

724 m2

12 m2

18 m2

140 m2

45 m2

350 m2

42 m2

42 m2

12 m2

12 m2

9 m2

Ruang test psikis 3,5 m2/orang 10 orang 35 m2 4 ruang 140 m2

Ruang bersama 2,5 m2/orang 30 orang 75 m2 3 ruang 225 m2

Hall of fame

- Ruang pamer

- Ruang pengelola

- Gudang

- Toilet

-

2,5 m2/orang

9 m2/orang

4 m2/orang

1,5 m2/orang

-

60 orang

1 orang

1 orang

3 orang

-

150 m2

9 m2

4 m2

4,5 m2

-

1 ruang

1 ruang

1 ruang

2 ruang

172 m2

150 m2

9 m2

4 m2

9 m2

Office 4 m2/orang 50 orang 200 m2 1 ruang 200 m2

Lobby

- Receptionist

- Ruang ganti

- Ruang tunggu

- Ruang pengelola

- Toilet

-

4 m2/orang

1,5 m2/orang

1,2 m2/orang

9 m2/orang

1,5 m2/orang

-

2 orang

4 orang

15 orang

1 orang

3 orang

-

12 m2

6 m2

18 m2

9 m2

4,5 m2

-

1 ruang

2 ruang

1 ruang

1 ruang

2 ruang

60 m2

12 m2

12 m2

18 m2

9 m2

9 m2

Fitness Center 3,5 m2/orang 30 orang 105 m2 1 ruang 105 m2

Mini market 3,5 m2/orang 15 orang 52,5 m2 1 ruang 52,5 m2

Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2

Parkir (Rasio 1:10)

- Parkir mobil

- Parkir motor

- Parkir bus

-

12,5m2/mobil

2 m2/motor

49 m2/bus

-

100 mobil

100 motor

3 bus

-

-

-

-

-

-

-

-

1.450 m2

1.250 m2

200 m2

147 m2

Total Luasan Ruang 10.910,5m2

Tabel V-2

Luasan Ruang (Lanjutan-1)

Page 4: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab 5.pdf · Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2 Parkir (Rasio 1:10) - Parkir

116 

Ruang-ruang tersebut tersusun dan terdistribusi ke dalam suatu skema

organisasi ruang secara umum dengan berdasarkan penggunaan akses pencapaian

yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Ruang-ruang tersebut akan disusun dengan pola sirkulasi linear untuk

hunian dan bercabang untuk ruang-ruang publik seperti lobby.

Linear Bercabang

Wisma atlet ini didesain dengan memperhatikan keempat aspek kriteria

desain berdasarkan mobilitas. Keempat aspek penting tersebut, antara lain

kemudahan, kenyamanan, keamanan, dan kecepatan. Atlet membutuhkan

sesuatu yang mudah, nyaman, dan aman daripada sesuatu yang cepat. Hal ini

jelas berbeda dengan pengguna lainnya, sehingga pola sirkulasi di dalam wisma

atlet perlu dibedakan.

Gambar V-1

Skema Organisasi Ruang Secara Umum

Gambar V-2

Gambar Pola Sirkulasi

Page 5: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab 5.pdf · Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2 Parkir (Rasio 1:10) - Parkir

117 

V.2 Konsep Perancangan Berdasarkan Aspek Lingkungan

V.2.1 Penentuan Sirkulasi Dalam Tapak

Yang perlu diperhatikan dalam penentuan sirkulasi dalam tapak pertama-

tama adalah mengenai penentuan pintu masuk dan keluar (jalur akses). Pada bab

sebelumnya telah dibahas mengenai analisis sirkulasi kendaraan dan sirkulasi

pejalan kaki. Kedua analisis inilah yang memperkuat bagaimana penentuan

sirkulasi di dalam tapak. Jalur akses ini harus didesain di tempat yang mudah

terlihat dan mudah dijangkau. Perletakkan jalur akses ini juga harus tepat, seperti

pada tempat yang tidak mengganggu arus lalu lintas jalan.

Setelah menentukan jalur-jalur akses, maka berikutnya adalah menentukan

jalur di dalam tapak itu sendiri. Jalur diusahakan dibuat sesederhana mungkin

untuk menghindari kebingungan, dan juga diusahakan tidak ada crossing antara

sirkulasi yang ada.

Kondisi kemacetan terparah. Kemacetan terjadi sepanjang jalan, terutama pada saat jam pulang kerja

Kemacetan hanya terjadi pada lampu merah jalan

30 m

50 m

Gambar V-3

Penentuan Pintu Masuk dan Pintu Keluar

U

Potensi pintu masuk kendaraan roda 4 maupun roda 2. Alasan : ‐ Mudah terlihat ‐ Rendah potensi 

kemacetan

Potensi pintu keluar kendaraan roda 4 maupun roda 2. Alasan : ‐ Menghindari cross 

circulation ‐ Memudahkan 

pencapaian ke luar

IN

OUT 

Page 6: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab 5.pdf · Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2 Parkir (Rasio 1:10) - Parkir

118 

Jalur sirkulasi pada tapak dapat digambarkan seperti pada bagan skematik

di atas. Jalur biru tua merupakan jalur kendaraan roda 2 maupun roda 4 dimana IN

dan OUT-nya terletak pada Jl. Pintu Satu Senayan. Hal ini dikarenakan lalu lintas

mayoritas terdapat pada jalan tersebut, dan juga tempat akses lebih terlihat karena

dekat jalan raya.

Setelah masuk kendaraan, akses kendaraan roda 4 maupun roda 2 tidak

dibuat mengelilingi tapak, tetapi didesain satu arah/satu akses. Kendaraan roda 4

dapat langsung masuk ke dalam basement ataupun langsung ke lobby, sedangkan

kendaraan roda 2 langsung diarahkan ke dalam basement. Setelah dari basement,

kendaraan roda 4 dapat juga akses langsung menuju lobby, tetapi tidak demikian

dengan kendaraan roda 2 yang langsung keluar tapak (OUT).

Di bagian selatan tapak dibuka sebuah side enterance namun hanya khusus

bus dan service. Selain itu, dari arah utara maupun selatan didesain jalur

pedestrian khusus untuk merespon mobilitas pejalan kaki di area tersebut tanpa

terjadi cross dengan sirkulasi kendaraan.

Selain itu, dalam meningkatkan mobilitas kegiatan khususnya para atlet

diperlukan kecepatan dalam bergerak. Kegiatan pemusatan latihan atlet di

Kawasan Gelora Bung Karno merupakan kegiatan harian yang utama dari para

atlet, sehingga dibutuhkan kecepatan mobilitas untuk mencapai kawasan tersebut.

Untuk menjawab masalah tersebut, alternatif linkage structural (elemen

Linkage structural (elemen sambungan) bawah tanah menghubungkan tapak dengan Kawasan Gelora Bung K

Meet Point

Gambar V-4

Penentuan Sirkulasi Dalam Tapak

Linkage Structural (Elemen Tambahan) 

Page 7: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab 5.pdf · Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2 Parkir (Rasio 1:10) - Parkir

119 

sambungan) dapat menjadi solusi pemecahan masalah. Desain bawah tanah

menuju Kawasan Gelora Bung Karno dibuka dari dua arah di dalam tapak untuk

memudahkan pencapaian. Sisi pencapaian terjauh didesain melengkung karena

dengan bentuk melengkung dapat seolah-olah menanggapi bahwa pencapaian

tidak terlalu jauh dan menawarkan suasana yang berbeda. Agar tidak monoton

dengan jarak yang cukup jauh, sepanjang linkage structural didesain semacam

hall of fame berupa pajangan-pajangan yang berhubungan dengan olahraga.

Untuk menghindari terjadinya crossing antara atlet dengan pejalan kaki

lainnya didesain pembatas yang fleksibel (SemiFixed- Feature Space) sekaligus

sebagai signage (penanda) untuk membedakan sirkulasi agar tidak terjadi

crossing. V.2.2 Tata Letak dan Orientasi Bangunan

Dalam menentukan tata letak dan orientasi bangunan, maka hal-hal yang

harus dipertimbangkan adalah view, orientasi mahatari, kebisingan, sirkulasi, dan

juga angin (untuk menentukan arah bukaan). Secara sederhana dapat digambarkan

dalam diagram berikut :

Gambar V-5

Tata Letak dan Orientasi Bangunan

Desain yang menanggapi sumbu pemandangan terbuka, baik dari segi desain fasade ataupun segi desain bentuk U

Page 8: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab 5.pdf · Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2 Parkir (Rasio 1:10) - Parkir

120 

Berdasarkan gambar V-5, orientasi massa dipengaruhi oleh faktor view,

orientasi matahari, dan arah angin. Orientasi massa diarahkan ke sumbu Kawasan

Gelora Bung Karno dan sumbu pemandangan terbuka yang dibentuk berdasarkan

dari pemandangan sekitar yang terutama ke dalam tapak (jalan, vegetasi, titik

pertemuan terpadat, dan sebagainya). Sedangkan tata letak bangunan dipengaruhi

oleh faktor sirkulasi dan kebisingan. Tata letak bangunan dijauhkan dari sumber

kebisingan dan disesuaikan dengan sirkulasi yang terbentuk.

V.3 Konsep Perancangan Berdasarkan Aspek Bangunan

V.3.1 Zoning

Berdasarkan analisis zoning secara umum pada bab sebelumnya, berikut

ini adalah konsep zoning dengan pembagian ruang-ruang yang dapat digambarkan

melalui diagram 3-dimensi berikut :

Penentuan zoning baik secara horizontal maupun vertikal ditentukan oleh

hubungan ruang, organisasi ruang, orientasi matahari, dan kebisingan. Hal-hal

tersebut secara umum telah dianalisis pada bab sebelumnya. Pada level 1, terdapat

ruang-ruang yang diperuntukkan sebagai zona public, antara lain seperti lobby,

hall of fame, dan cafetaria. Pada level 2 dan 3, terdapat ruang-ruang yang

diperuntukkan sebagai zona semi public sebagai peralihan dari zona public ke

Gambar V-6

Penentuan Zoning Horizontal & Vertikal

Page 9: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab 5.pdf · Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2 Parkir (Rasio 1:10) - Parkir

121 

zona private, seperti ruang serbaguna, poliklinik, ruang test psikis, ruang briefing,

dan sebagainya. Pada level 4, terdapat office dan unit hunian sebagai zona private.

Ruang-ruang service disesuaikan perletakkannya pada bangunan wisma atlet ini

berdasarkan analisis sebelumnya, seperti analisis orientasi matahari dan

kebisingan. V.3.2 Tata Ruang dan Gubahan Massa Bangunan

Konsep integrasi ruang berdasarkan mobilitas kegiatan harian merupakan

penekanan khusus dari konsep perencanaan dan perancangan berdasarkan aspek

bangunan. Konsep ini merupakan dasar terbentuknya konsep tata ruang dalam

bangunan maupun luar bangunan dan konsep gubahan massa bangunan.

Kemudahan pencapaian suatu mobilitas kegiatan khususnya para atlet di Senayan

perlu tata ruang yang mampu memenuhi hal tersebut. Pembentukan tata ruang

tersebut berdasarkan mobilitas kegiatan harian ini secara langsung akan

membentuk konsep gubahan massa dari bangunan wisma atlet ini. Beberapa faktor

menjadi kunci pembentukan gubahan massa, seperti hubungan kegiatan,

kebutuhan ruang, hubungan ruang, pola sirkulasi, zoning, bentuk ruang, dan

lingkungan.

Beberapa teori menjadi pegangan untuk menjadi solusi dari permasalahan

arsitektural yang ada dan menjawab konsep ini, antara lain teori Roger Trancyk

tentang integrasi ruang, teori Hamid Shirvani tentang elemen perancangan

kawasan, dan teori Edward Hall tentang pola ruang.

Berikut ini adalah gambaran terbentuknya konsep tata ruang dalam

bangunan maupun luar bangunan yang secara tidak langsung membentuk konsep

gubahan massa bangunan berdasarkan konsep tersebut.

Page 10: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab 5.pdf · Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2 Parkir (Rasio 1:10) - Parkir

122 

Lobby Sebagai Organisasi Terpusat

Lobby

Gambar V-7

Konsep Integrasi Ruang Berdasarkan Mobilitas Kegiatan Harian Atlet di Senayan

Pola Bentukan Awal Didasari oleh Pola Mobilitas Pelaku Kegiatan

Total luasan lantai dasar yang boleh dibangun berdasarkan KDB 

Hall of Fame

Cafetaria

Fitness Center

Sirkulasi Khusus Atlet ke Kawasan Gelora

(Linkage Struktural)

Sirkulasi Khusus Atlet ke Kawasan Gelora

(Linkage Struktural)

Rencana penggabungan basement antara Gedung KONI dengan

bangunan wisma atlet (linkage structural – elemen tambahan)

Pembatas yang fleksibel (SemiFixed- Feature Space) sekaligus sebagai

signage (penanda) untuk membedakan sirkulasi agar tidak terjadi crossing antara atlet, pelatih, pengelola, dan pengunjung (umum dan khusus).

Pola Bentukan Level Dasar Ditentukan Berdasarkan Zoning untuk Zona Public

Pembatas area public dengan area untuk atlet agar tidak terjadi

pertemuan langsung

Taman Atlet

U

Sirkulasi pejalan kaki baik itu pengunjung maupun pengelola diangkat pada level 2, sedangkan kendaraan tetap pada level 1 yang keduanya dihantarkan ke lobby. Sirkulasi atlet bertolak belakang dengan sirkulasi pejalan kaki pada umumnya, justru semuanya diarahkan ke bawah untuk menghindari pertemuan dengan pejalan kaki lainnya.

1 2

Taman Umum

Page 11: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab 5.pdf · Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2 Parkir (Rasio 1:10) - Parkir

123 

Pola Bentukan Level Kedua Didasari oleh Pola Hubungan Ruang

Gambar V-8

Konsep Integrasi Ruang Berdasarkan Mobilitas Kegiatan Harian Atlet di Senayan

(Lanjutan-1)

FFooyyeerr Merupakan ruang transisi untuk memudahkan mobilitas kegiatan harian para atlet. Pola solid-void

sesuai dengan Figure Ground Theory (Roger Trancyk) untuk membentuk

integrasi ruang secara terbuka.

vvooiidd

PPoollaa AAxxiiaall

Penempatan akses/sarana sirkulasi vertikal disesuaikan dengan

kebutuhan dan kemudahan dalam pencapaian

Foyer Sebagai Organisasi Terpusat dan Ruang Transisi di Level Kedua

Poliklinik

Ruang Test Psikis Pada level kedua, beberapa ruang memiliki fungsi yang hampir sama sehingga dapat dijadikan satu tanpa

mengabaikan hubungan ruang, seperti ruang test psikis dijadikan satu dengan poliklinik dan ruang

briefing dijadikan satu dengan ruang serbaguna.

Foyer

Ruang Serbaguna

Ruang Briefing

Dimensi ruang berdasarkan analisis luasan ruang Ruang-Ruang yang Saling Berkaitan

Sirkulasi koridor bercabang untuk membedakan ruang yang memiliki fungsi dan sifat yang hampir sama meskipun telah dijadikan satu ruang

U

R. Briefing

Tribun

B A C K S T A G E

H A L L

Pola Mobilitas Membuat Bentuk Bangunan Bergerak/Fleksibel

Ruang Serbaguna

Didesain dengan tribun penonton. Ruang serbaguna ini didesain fleksibel

tergantung fungsi dengan mengacu pada tiga tipe dasar dalam pola ruang

(Edward Hall). Ruang briefing dijadikan satu dengan ruang serbaguna

karena memiliki sifat ruang yang hampir sama. R. Briefing

Meeting Room Tribun

Meeting Room

Meeting Room

Page 12: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab 5.pdf · Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2 Parkir (Rasio 1:10) - Parkir

124 

Berdasarkan hasil survei lapangan, para atlet banyak yang mengharapakan

bentuk ruang yang fleksibel dan tegas, bukan dengan bentuk yang lengkung, bulat,

dan sebagainya. Contoh ruang yang fleksibel bagi para atlet adalah ruang

serbaguna, karena ruang serbaguna dapat dimanfaatkan untuk mengakomodasi

berbagai kegiatan dan dapat dirancang fleksibel sesuai kegiatan tersebut.

V.3.3 Struktur Bangunan

Struktur bangunan menjadi penekanan khusus dan khas pada bangunan

wisma atlet ini. Proses bentuk gubahan massa yang didasari oleh integrasi ruang

berdasarkan mobilitas kegiatan harian atlet khususnya di Senayan mengakibatkan

struktur bangunan menjadi khas.

Gambar V-9

Konsep Integrasi Ruang Berdasarkan Mobilitas Kegiatan Harian Atlet di Senayan

(Lanjutan-2)

Akses Pencapaian Didesain Terbuka pada Tower Hunian Menggambarkan Pola Mobilitas Atlet

Tower Hunian - Untuk mendukung mobilitas kegiatan

harian para atlet, semua atlet di dalam wisma diperlakukan sama.

- Tower dibagi dua, yaitu untuk atlet laki-laki dan atlet perempuan.

- Besaran unit di dalam tower disamakan antara tower laki-laki dengan perempuan. Berdasarkan hasil survei terhadap atlet laki-laki dan perempuan, hampir tidak ada yang membedakan antara susunan layout ruang untuk hunian atlet laki-laki dan perempuan. Bahkan menurut hasil wawancara beberapa atlet perempuan mengemukakan bahwa mereka tidak jauh berbeda dengan atlet laki-laki dan ingin diperlakukan sama.

Tower Hunian - Peruntukkan tower 1 untuk unit laki-laki dan tower 2 untuk perempuan

dibedakan berdasarkan sisi keamanan, terutama untuk atlet perempuan. Atlet laki-laki dari lobby utama langsung dapat menuju hunian mereka tanpa harus mampir atau melewati hunian atlet. perempuan

Lingkungan Mempengaruhi Pola Mobilitas

Lingkungan juga memberikan pengaruh terhadap pola mobilitas

dari pelaku kegiatan

Office

View dari

dan ke dalam

tapak

View dari tapak View dari

dan ke dalam

tapak

View ke dalam tapak

Tower 1

(Unit Laki-Laki)

Tower 2

(Unit Perempuan)

Podium

U

400

Page 13: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab 5.pdf · Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2 Parkir (Rasio 1:10) - Parkir

125 

Sistem struktur hybrid digunakan pada ruang serbaguna karena merupakan

ruang berbentang lebar. Pada bagian tribun penonton, struktur portal yang

memiliki kemiringan relatif curam ditopang dengan kabel tarik untuk

mendapatkan keseimbangan struktur. Selain itu, wisma atlet juga juga

menggunakan sistem struktur portal karena bentangan pada wisma atlet relatif

pendek mengingat fungsi dari bangunan ini adalah hunian. Portal ini juga

tergolong sederhana dan mudah pengerjaannya. Aplikasi sistem struktur membran

digunakan sebagai penutup atap ruang-ruang yang terbuka.

Dilatasi baik digunakan pada pertemuan antara bangunan yang rendah

(podium) dengan bangunan yang tinggi (tower). Di samping itu, bangunan yang

sangat panjang, seperti podium bangunan wisma atlet ini tidak dapat menahan

deformasi akibat penurunan fondasi, gempa, muai susut, karena akumulasi gaya

yang sangat besar pada dimensi bangunan yang panjang, dan menyebabkan

timbulnya retakan atau keruntuhan struktural. Oleh karenanya, suatu bangunan

yang besar perlu dibagi menjadi beberapa bangunan yang lebih kecil, di mana tiap

Gambar V-10

Sistem Struktur Hybrid (Struktur Portal dan Struktur Kabel)

Gambar V-11

Dilatasi Struktur

Struktur Kabel

Struktur Portal

(Beton Prategang)

Podium

Tower

Dilatasi

Page 14: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab 5.pdf · Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2 Parkir (Rasio 1:10) - Parkir

126 

bangunan dapat bereaksi secara kompak dan kaku dalam menghadapi pergerakan

bangunan yang terjadi. Pada kasus seperti ini, bentuk pemisahan bangunan

(dilatasi) yang dapat digunakan adalah dilatasi dengan dua kolom atau dilatasi

dengan balok kantilever.

V.3.4 Material Bangunan

Bahan material yang akan digunakan dalam proyek tugas akhir ini adalah

sebagai berikut :

Aspek Kesimpulan

Dinding Bata celcon dan precast

Pelapis Dinding

Untuk hunian panel karena akan mengakibatkan ruang menjadi lebih indah dengan finishing sistem tempel (HPL), sedangkan ruang-ruang lainnya dapat menggunakan cat, sedangkan toilet menggunakan dinding keramik agar tahan air dan mudah dibersihkan

Lantai Untuk hunian, yang cocok adalah keramik, sedangkan untuk ruang besar lebih cocok mengunakan marmer yang terkesan mewah.

Plafond Aplikasi Gypsum

Atap Yang cocok digunakan adalah genteng metal karena memiliki keunggulan yang baik, namun di beberapa tempat juga harus menggunakan atap beton, untuk menunjang service

Kusen & Daun

Yang cocok digunakan pada pintu adalah kusen kayu karena dibutuhkan kekokohan.

sedangkan pada kusen jendela adalah kusen alumunium karena modernintasnya, namun untuk pintu Toilet dapat menggunakan pintu PVC supaya lebih tahan air.

Tabel V-3

Aplikasi Material Bangunan

Page 15: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab 5.pdf · Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2 Parkir (Rasio 1:10) - Parkir

127 

V.3.5 Utilitas Bangunan

Sedangkan untuk sistem utilitas bangunan, dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Penghawaan

Penghawaan alami bisa dengan membuat cross ventilation.

Penghawaan buatan contohnya adalah dengan menggunakan Air Conditioner

(AC).

2. Pencahayaan

Pencahayaan pada bangunan pada bangunan terdapat dua macam

pencahayaan, yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan

alami adalah pencahayaan yang didapat dari cahaya matahari.

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dilakukan dengan

menggunakan lampu. Penggunaan lampu transclucent (lampu TL) menjadi

pilihan utama terutama untuk unit hunian karena cahaya yang dihasilkan

nyaman untuk mata.

3. Proteksi Kebakaran

Sistem proteksi kebakaran berfungsi sebagai daerah atau tempat

perlindungan yang dimanfaatkan oleh penghuni gedung apabila terjadi

kebakaran atau situasi darurat.Daerah ini seharusnya mampu bertahan hingga

2 jam. Jarak radius untuk mencapai tangga darurat adalah 30 meter dan 12

meter dari dead corridor (koridor buntu). Proteksi kebakaran ini berupa

proteksi aktif contohnya hidran dan sprinkler.

4. Pengolahan dan pembuangan limbah

Pada jaringan instalasi air akan terdiri dari dua macam yaitu pipa air

saluran air bersih dan pipa air saluran air kotor. Pipa saluran air bersih

bersumber dari PDAM. Sedangkan pipa saluran air kotor berfungsi

mengalirkan air kotor atau air yang sudah dipakai dari ruangan ke tempat

pembuangan seperti STP. Limbah kamar mandi cair pun disalurkan ke STP.

Di wisma ini air hujan akan dimasukkan ke dalam sumur resapan (sesuai

peraturan pemerintah PP No.36) dan ada juga yang dialirkan ke dalam bak

kontrol kemudian disalurkan ke riol kota.

Page 16: BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 …thesis.binus.ac.id/doc/Bab5/2011-2-00140 AR Bab 5.pdf · Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2 Parkir (Rasio 1:10) - Parkir

128 

5. Instalasi listrik

Instalasi listrik mengambil arus dari PLN. Selain dari PLN, disiapkan

pula pembangkit listrik cadangan berupa generator atau genset yang akan

dioperasikan apabila PLN mengalami gangguan.

6. Penangkal petir

Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem Thomas.

7. Pembuangan Sampah.

Sistem pembuangan sampah dapat dilakukan dengan sistem shaft.

V.4 Tuntutan Rancangan

Tuntutan dari desain ini adalah menghasilkan rancangan yang dapat

memenuhi kebutuhan para atlet dan mendukung mobilitas kegiatan harian para atlet

khususnya di Senayan yang merupakan kawasan pemusatan latihan olahraga bagi

para atlet dengan berdasarkan keempat kriteria desain berdasarkan mobilitas, antara

lain : kemudahan, kenyamanan, keamanan, dan kecepatan.

Gambar V-12

Rencana Site Plan

Taman Umum

Lapangan Pemanasan

Taman Atlet

Sirkulasi Service & Bus

Sirkulasi Pejalan Kaki

Sirkulasi Kendaraan

Sirkulasi Khusus ke Kawasan Gelora Bung Karno

U