BAB V dan VI

20
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah pada tanggal 31 Desember 2012- 12 Januari 2012. Banyaknya sampel berjumlah 105 dengan menggunakan rumus besar sampel case control tidak berpasangan 1:2 dan dilakukan penarikan sampel dengan cara consecutive sampling. Pengolahan dan analisis data kemudian dilakukan terhadap sampel tersebut dengan menggunakan beberapa uji, antara lain sebagai berikut: 1. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk menilai distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang relevan dengan penelitian dan tujuan penelitian, sebelum dilakukan analisis lebih lanjut. Dari tabel 5.1 diketahui bahwa mean usia yakni 27,64 dengan usia terbesar 42 tahun dan usia terendah 16 tahun. Persentasi terbesar dari ibu yang melahirkan terdapat pada kelompok umur 20-35 tahun sebesar 77,1% (81). Menurut tabel 5.1 juga diketahui bahwa sebagian besar ibu yang melahirkan normal berstatus tidak bekerja dengan persentasi sebesar 96,20% (101). Paritas dalam kelompok berisiko, yakni paritas nol dan lebih tiga sebanyak 57,1 % (60) dengan mean 1,11, paritas tertinggi 5 sedangkan terendah 0. Sebagian besar ibu yang melahirkan normal melakukan kunjungan antenatal ≥4 kali (normal) yaitu sebanyak 82.9% (87). Ibu 40 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Transcript of BAB V dan VI

Page 1: BAB V dan VI

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah pada tanggal 31

Desember 2012- 12 Januari 2012. Banyaknya sampel berjumlah 105 dengan menggunakan

rumus besar sampel case control tidak berpasangan 1:2 dan dilakukan penarikan sampel

dengan cara consecutive sampling. Pengolahan dan analisis data kemudian dilakukan

terhadap sampel tersebut dengan menggunakan beberapa uji, antara lain sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menilai distribusi frekuensi dari variabel-variabel

yang relevan dengan penelitian dan tujuan penelitian, sebelum dilakukan analisis lebih

lanjut. Dari tabel 5.1 diketahui bahwa mean usia yakni 27,64 dengan usia terbesar 42

tahun dan usia terendah 16 tahun. Persentasi terbesar dari ibu yang melahirkan terdapat

pada kelompok umur 20-35 tahun sebesar 77,1% (81). Menurut tabel 5.1 juga diketahui

bahwa sebagian besar ibu yang melahirkan normal berstatus tidak bekerja dengan

persentasi sebesar 96,20% (101). Paritas dalam kelompok berisiko, yakni paritas nol dan

lebih tiga sebanyak 57,1 % (60) dengan mean 1,11, paritas tertinggi 5 sedangkan terendah

0. Sebagian besar ibu yang melahirkan normal melakukan kunjungan antenatal ≥4 kali

(normal) yaitu sebanyak 82.9% (87). Ibu yang melahirkan normal dengan anemia

memiliki persentasi sebesar 35,2% (37) sedangkan yang tidak anemia sebesar 64.8%

(68). Ibu yang mengalami hamil ganda hanya sebesar 2.9% (3). Dari berat badan lahir

bayi diketahui 33,3% (35) bayi memiliki berat badan lahir rendah (<2500gr), Sedangkan

persentasi bayi yang memiliki berat badan normal sebesar 66.7% (70). Persentasi bayi

berdasarkan jenis kelamin memiliki distribusi yang cukup berimbang. Bayi dengan jenis

kelamin laki-laki berjumlah 57 (54.3%), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 48 (45.7%).

40 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Page 2: BAB V dan VI

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi karakteristik ibu yang melahirkan di RSKD Ibu dan Anak

Siti Fatimah Makassar Pada Trimester I Tahun 2012.

Karakteristik Bayi n (105) %a. Usia ibu     16-20 tahun 11 10.50 20-35 tahun 81 77.10 35-42 tahun 13 12.40b. Pekerjaan Tidak bekerja 101 96.20 PNS 4 3.80c. Paritas Berisiko 60 57.10 Tidak berisiko 45 42.90d. Asuhan antenatal Kurang 18 17.10 Normal 87 82.90e. Kadar hemoglobin Anemia 37 35.20 Tidak Anemia 68 64.80f. Hamil Ganda Ya 3 2.90 Tidak 102 97.10g. Berat badan lahir bayi BBLR 35 33.30 BBLN 70 66.70h.Jenis kelamin bayi Perempuan 48 45.70 Laki-laki 57 54.30

Sumber : Data sekunder, 2012

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel dalam

penelitian ini, yaitu anemia pada ibu hamil dan kejadian BBLR serta faktor-faktor lainnya

seperti umur ibu, paritas, frekuensi asuhan antenatal dan hamil ganda dengan kejadian

BBLR. Analisis bivariat dilakukan untuk mencari asosiasi antara kedua variabel yang

diteliti. Uji yang dilakukan dalam mencari asosiasi antara kedua variabel adalah dengan

menggunakan uji statistik chi-square kemudian ditentukan kekuatan asosiasinya dengan

mencari Odds Ratio (OR).

41 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Page 3: BAB V dan VI

Tabel 5.2 Hubungan anemia dan faktor risiko lainnya dengan kejadian BBLR di RSKD

Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar Pada Trimester I Tahun 2012.

Variabel Kategori

Berat Bayi Lahirp

valueOR 95% CIBBLR BBLN

N % n %

AnemiaAnemia 22 62,9 15 21,4

<0,001 6,2 2.5-15.1Tidak anemia 13 37,1 55 78,6

Umur ibuBerisiko 11 31,4 13 18,6

0,139 2,0 0,8-5,1Tidak berisiko 24 68,6 57 81,4

ParitasBerisiko 22 62,9 38 54,3

0,403 1,4 0,6-3,3Tidak berisiko 13 37,1 32 45,7

Frekuensi

ANC

Kurang 9 25,7 9 12,90,099 2,3 0,8-6,6

Normal 26 74,3 61 87,1

Hamil

Ganda

Hamil Ganda 3 8,6 0 00.013 3,2 2,4-4,2

Tidak Hamil Ganda 32 91,4 70 100

Tabel diatas menunjukkan hubungan dari hasil uji variabel independen dan variabel

dependen. Nilai yang dipakai adalah nilai Pearson Chi-Square bila nilai expected kurang dari

5, maksimal 20% dari jumlah sel. Dari hasil tabulasi silang tidak didapatkan nilai expected

yang kurang dari 5 sehingga tidak digunakan uji alternatif lainnya.

Interpretasi hasil adalah hipotesis nol (Ho) diterima apabila perhitungan nilai

probabilitas (p) ≥ 0.05, sedangkan hipotesis alternatif (Ha) diterima apabila perhitungan nilai

probabilitas (p) < 0.05. Dari perhitungan nilai p didapatkan hanya faktor resiko anemia dan

hamil ganda yang memiliki nilai p < 0,05 yaitu <0,001 (OR= 6,2, 95%CI 2,5-15,1) dan 0,013

(OR= 3,2, 95%CI 2,4-4,2) sehingga hipotesis alternatif untuk faktor anemia dan hamil ganda

diterima. Keduanya juga merupakan faktor risiko terjadinya efek sebab OR >1. Jika OR < 1

maka exposure yang diteliti dapat mengurangi terjadinya efek. Sedangkan nilai p > 0,05

terdapat pada faktor resiko umur ibu yaitu 0,139 (OR=2,0, 95%CI 0,8-5,1), paritas yaitu 0,403

(OR= 1,4, 95%CI 0,6-3,3) dan frekuensi asuhan antenatal yaitu 0,099 (OR=2,3, 95%CI 0,8-

6,6) sehingga hipotesis nol yang diterima yaitu tidak ada hubungan usia, paritas dan frekuensi

asuhan antenatal dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

42 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Page 4: BAB V dan VI

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan software

statistik serta disesuaikan dengan tujuan penelitian, maka pembahasan hasil penelitian ini

dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR).

Dari 35 kasus BBLR didapatkan pada ibu hamil dengan anemia sebanyak 22 subjek

dengan persentasi 62,9% dan pada ibu hamil dengan tidak anemia sebanyak 13 subjek

dengan persentasi 37,1%. Melalui hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik chi

square didapatkan p value <0,001 (p<0.05), dapat diartikan bahwa H0 ditolak atau dapat

dikatakan bahwa terdapat hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian

BBLR.

Nilai OR sebesar 6,2, hal ini berarti ibu hamil yang menderita anemia memiliki

kemungkinan 6,2 kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah

dibandingkan ibu hamil yang tidak menderita anemia.

Penemuan ini sesuai dengan yang ditemukan oleh Murphy yaitu adanya

peningkatan risiko kelahiran 1,18-1,75 prematur, BBLR dan mortalitas perinatal pada

wanita hamil dengan anemia (Hb 10,4 gr/dl). Menurut Alhusin Syahri hubungan ibu

bersalin yang anemia dengan berat badan lahir rendah cukup erat dengan rentang nilai

0,61-0,80.6 Hubungan anemia pada ibu hamil terhadap kejadian BBLR telah banyak

diteliti. Ridgeway JJ, Clarren SK menyatakan anemia merupakan salah satu faktor

prenatal yang cukup mempengaruhi kondisi bayi yang baru lahir.16 Gilbert ES

menyatakan bahwa asupan gizi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya

anemia pada ibu hamil.15 Reece EA dan Robbins JC memaparkan beberapa mekanisme

bagaimana anemia bisa mempengaruhi berat badan lahir bayi. Anemia defisiensi besi

akibat kekurangan zat besi dapat meningkatkan pelepasan norepinefrin yang dapat

menstimulasi CRH dan kortisol yang diketahui dapat menghambat pertumbuhan. Anemia

defisiensi besi juga memiliki efek negatif terhadap sel B dan T, neutrofil, serta Natural

Killer Cells yang pada akhirnya menimbulkan kerentanan terhadap infeksi. Infeksi

maternal itu sendiri juga dapat mengaktifkan aksis hypothalamic-pituitary, yang dapat

43 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Page 5: BAB V dan VI

berakibat pada peningkatan konsentrasi kortisol dan dehidropiandrostenedion sulfat pada

tali pusat yang memiliki efek negatif terhadap pertumbuhan janin. Anemia yang berat

juga dapat mengurangi transfer oksigen ke janin serta dapat mengakibatkan peningkatan

stress oksidatif yang pada akhirnya berefek pada perumbuhan janin.18

Reece EA dan Robbins JC juga menjelaskan bahwa kekurangan gizi pada saat

hamil akan berpengaruh terhadap pertumbuhan fetoplasental. Telah dibuktikan bahwa

berat badan lahir bayi dipengaruhi oleh pertumbuhan plasenta, sehingga apabila terjadi

gangguan atau hambatan pada pertumbuhan plasenta maka secara langsung akan

menghambat pertumbuhan janin. Apabila terjadi kekurangan gizi pada saat hamil maka

akan mengakibatkan volume plasenta berkurang, area vili korialis menjadi sempit,

berkurangnya permukaan kapiler janin dan densitas volume tropoblast. Hal-hal tersebut

mengakibatkan asupan nutrisi ke janin berkurang dan secara langsung berpengaruh

terhadap pertumbuhan janin.18

Kekuatan pada penelitian ini ialah jumlah sampel kontrol terhadap sampel kasus

memenuhi proporsi perbandingan minimal untuk jumlah sampel pada penelitian dengan

desain case control sehingga hasilnya dapat lebih akurat.

Selain kekuatan yang dikemukakan sebelumnya, penelitian ini juga memiliki

beberapa keterbatasan. Berdasarkan data yang ada, hanya dapat diperoleh informasi kadar

hemoglobin ibu hamil pada trimester III kehamilannya. Pusat Kontrol dan Pencegahan

Penyakit merekomendasikan batas untuk anemia pada ibu hamil ialah kadar hemoglobin

kurang dari 11.0 gr/dl pada trimester I dan III kehamilan dan kurang dari 10.5 gr/dl pada

trimester II kehamilan. Hal ini tidak mempengaruhi secara signifikan hasil dari penelitian

karena cut-off point untuk anemia pada ibu hamil yang digunakan tetap sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan yakni kurang dari 11 gr/dl pada trimester III kehamilan.

b. Hubungan antara umur pada ibu hamil dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR).

44 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Page 6: BAB V dan VI

Pada penelitian ini didapatkan kasus BBLR yang terjadi pada umur ibu berisiko

sebanyak 11 subjek (31,4%) dan sebanyak 24 subjek (68,6%) pada umur tidak berisiko.

Melalui hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik chi square didapatkan p

value 2,0 (p>0.05), dapat diartikan bahwa H0 diterima atau dapat dikatakan bahwa tidak

terdapat hubungan antara umur pada ibu hamil dengan kejadian BBLR. Hal ini tidak

sesuai dengan penelitian penelitian kohor prospektif yang dilakukan Hirve dan Ganatra di

India menyatakan bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR dengan

OR = 1,27 (95% CI 1,07-1,5). Ibu dengan umur kurang dari 20 lebih berisiko melahirkan

anak dengan BBLR 1,27 kali dibandingkan dengan ibu yang memiliki usia > 20 tahun

dan < 35 tahun.31 Menurut Mutiara ibu hamil berusia > 35 tahun berisiko melahirkan

BBLR 1,8 kali lebih besar daripada ibu hamil berusia 20 – 34 tahun. Pengaruh tersebut

terlihat mengikuti fenomena huruf U terbalik yang berarti bahwa pada umur muda (<20

tahun) dan tua (> 35 tahun) berat bayi yang dilahirkan cenderung lebih berisiko daripada

umur 21 – 35 tahun. 24

Hal tersebut juga tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Manuaba yang

menyatakan terdapat hubungan antara umur berisiko tinggi dengan kejadian BBLR. Usia

kurang dari 19 tahun atau lebih 35 tahun adalah umur dengan risiko tinggi untuk hamil.

Keadaan ini dikarenakan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat

merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan itu

makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress), psikologis, sosial, ekonomi

sehingga memudahkan terjadi keguguran, persalinan prematur, berat badan lahir rendah

kelinan bawaan, mudah terinfeksi, anemia kehamilan, keracunan kehamilan dan kematian

ibu yang tinggi.21 Depkes RI juga mengemukakan bahwa usia reproduksi optimal bagi

seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun, dibawah ataupun diatas usia tersebut akan

meningkatkan risiko kehamilan dan persalinannya. Umur ibu <20 tahun menunjukkan

rahim dan panggul ibu belum berkembang secara sempurna karena wanita pada usia ini

masih dalam masa pertumbuhan dan usia diatas 35 cenderung mengakibatkan timbulnya

masalah-masalah kesehatan.5 Alasan adanya perbedaan ini disebabkan karena walaupun

umur reproduksi sehat sebaiknya pada usia 20-35 tahun namun status gizi yang baik serta

pemeriksaan kehamilan yang teratur juga dapat mempengaruhi hasil kemungkinan lain

adanya perbedaan ini juga oleh karena populasi yang diambil selektif, bersifat untuk

45 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Page 7: BAB V dan VI

daerah tertentu atau tidak universal serta pengambilan sampel yang tidak memberikan

kesempatan yang sama bagi setiap populasi. Dari hasil odds ratio sendiri (OR=2,0,

95%CI 0,8-5,1), nilai interval kepercayaan yang mencakup nilai 1 juga belum dapat

menyimpulkan bahwa faktor yang dikaji benar-benar merupakan faktor resiko atau faktor

protektif.

c. Hubungan antara paritas pada ibu hamil dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR).

Berdasarkan paritas, sebagian besar berat badan lahir rendah terjadi pada subjek

yang berisiko. Hasil analisis hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR diperoleh

bahwa sebanyak 22 (62,9%) subjek yang berisiko (paritas 0 dan >3) yang melahirkan

bayi dengan BBLR, sedangkan untuk subjek tidak berisiko (paritas 1-3) sebanyak 13

(37,1%) subjek. Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,403 (OR= 1,4; 95%CI 0,8-5,1)

maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara paritas pada ibu hamil dengan

kejadian BBLR. Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Canosa

mengatakan bahwa kehamilan pertama dan keempat atau lebih dari empat merupakan

kelompok risiko tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR, juga oleh Hirve dan

Ganatra menyatakan bahwa ibu yang melahirkan untuk pertama kali berisiko melahirkan

bayi premature 1,32 kali dibandingkan dengan ibu yang melahirkan anak ke 2 dan ke 3

dengan OR = 1,32 (95% CI 1,1-1,59).31 Hasil penelitian Zaenab dan Juharno juga

menunjukkan bahwa paritas berpengaruh terhadap kejadian BBLR dan merupakan faktor

risiko penyebab kejadian BBLR pada bayi. Hasil pengujian statistik dengan chi-square

diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,44 sehingga dapat dikatakan bahwa paritas

merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu dengan paritas > 3 anak

berisiko 2 kali melahirkan bayi dengan BBLR.6,10 Alasan adanya perbedaan ini

disebabkan karena dalam hal ini faktor ekonomi juga dapat berpengaruh didalam

memperoleh suplai gizi yang cukup selama masa hamil serta pemeriksaan kehamilan

yang teratur kemungkinan lain adanya perbedaan ini juga oleh karena populasi yang

diambil selektif, bersifat untuk daerah tertentu atau tidak universal serta pengambilan

sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama bagi setiap populasi. Dari hasil

odds ratio sendiri, nilai interval kepercayaan yang mencakup nilai 1 juga belum dapat

46 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Page 8: BAB V dan VI

menyimpulkan bahwa faktor yang dikaji benar-benar merupakan faktor resiko atau faktor

protektif.

d. Hubungan antara frekuensi ANC pada ibu hamil dengan kejadian Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR).

Hasil analisis hubungan antara frekuensi asuhan antenatal dengan kejadian BBLR

diperoleh bahwa sebanyak 9 (25,7%) subjek yang melakukan asuhan antenatal kurang

dari empat kali yang melahirkan bayi BBLR, sedangkan umtuk subjek yang melakukan

asuhan antenatal lebih atau sama dengan empat terdapat 26 subjek (74,3%). Hasil uji

statistik diperoleh p value 2,346 (>0,05) dengan odds ratio (OR= 2,3; 95%CI 0,8-6,5)

maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara frekuensi asuhan antenatal dengan

kejadian BBLR. Hasil odds ratio yang juga memiliki nilai interval kepercayaan

mencakup 1 belum dapat menimpulkan bahwa faktor yang dikaji benar-benar merupakan

faktor resiko atau faktor protektif.

Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan

yang menunjukkan bahwa bila ibu tidak teratur melaksanakan ANC, maka 42,1% bayinya

lahir BBLR. Sedangkan bila ibu rutin melaksanakan ANC maka, bayi lahir normal

ditemukan sebesar 80,7%. Setelah dilaksanakan uji odds ratio didapatkan OR.= 3,04

(95% CI 1,31-7,06). Berarti ibu dengan ANC tidak teratur berisiko melahirkan BBLR

sebesar 3 kali lebih besar dibanding bila ibu rutin melaksanakan ANC.6 Khatun S. dan

Rahman M. juga menyebutkan bahwa antenatal care memiliki pengaruh yang sangat

kuat terhadap kejadian BBLR pada bayi dengan nilai OR = 29,4 (95% CI 12,61-68,48).6

Ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC kurang dari 4 kali kemungkinan akan

melahirkan bayi dengan BBLR 29,4 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang melakukan

kunjungan ANC 4 kali atau lebih pada masa kehamilan. Alasan adanya perbedaan ini

kemungkinan juga disebabkan oleh karena pengambilan sampel yang tidak acak sehingga

tidak memberikan kesempatan yang sama bagi setiap populasi.

e. Hubungan antara kehamilan ganda pada ibu hamil dengan kejadian Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR).

47 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Page 9: BAB V dan VI

Kasus BBLR dengan kehamilan ganda ditemukan sebanyak 3 subjek (8,6%)

sedangkan 32 subjek (91,4%) tidak mengalami hamil ganda. Melalui hasil analisa data

dengan menggunakan uji statistik chi square didapatkan p value <0,013 (p<0.05), dapat

diartikan bahwa H0 ditolak atau dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara hamil

ganda pada ibu hamil dengan kejadian BBLR. Nilai OR sebesar 3,1 hal ini berarti ibu

hamil dengan hamil ganda memiliki kemungkinan 3,1 kali lebih besar untuk melahirkan

bayi dengan berat lahir rendah dibandingkan ibu hamil yang tidak mengalami hamil

ganda.

Hal ini sesuai dengan penelitian Simanjuntak NA yaitu adanya peningkatan risiko

kelahiran 1,2-1,5 BBLR pada wanita hamil ganda. Hal tersebut juga sesuai dengan

Manuaba, menyatakan bahwa hamil ganda atau kehamilan dimana jumlah janin yang

dikandung lebih dari satu akan menimbulkan anemia pada ibu hamil apabila asupan gizi

ibu hamil tidak cukup untuk ibu dan janin yang dikandungnya dalam hal ini akan menjadi

salah satu faktor yang akan mempengaruhi terjadinya BBLR.6 Menurut Departemen

Kesehatan regangan pada uterus yang berlebihan kehamilan ganda salah satu faktor yang

menyebabkan kelahiran BBLR.12 Pada kehamilan ganda distensi uterus berlebihan,

sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi partus prematus. 6,12,21.

BAB VI

48 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Page 10: BAB V dan VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Didapatkan hubungan yang bermakna antara anemia dan hamil ganda dengan kejadian

BBLR di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar pada Trimester I Tahun 2012.

Penderita dengan anemia memiliki risiko 6,2 kali lebih besar untuk melahirkan anak

dengan BBLR dibanding dengan ibu yang tidak anemia. Sedangkan pada ibu dengan

hamil ganda memiliki risiko 3,1 kali lebih besar untuk melahirkan anak dengan BBLR

dibanding ibu yang tidak mengalami kehamilan ganda.

2. Secara stastistik tidak ada hubungan yang bermakna antara umur, paritas, serta frekuensi

asuhan antenatal (ANC) dengan kejadian BBLR di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah

Makassar Pada Trimester I Tahun 2012 pada penelitian ini.

6.2. Saran

1. Pihak yang berwenang diharapkan dapat mengambil kebijakan mengenai usaha-usaha

promotif dan preventif terhadap terjadinya BBLR.

2. Tenaga kesehatan diharapkan lebih meningkatkan pengawasan pada ibu hamil sehingga

setiap ibu hamil mempunyai akses untuk mendapatkan pengawasan yang optimal dalam

mewujudkan ibu dan bayi yang sehat.

3. Ibu hamil diharapkan dapat melakukan pemeriksaan kehamilan yang lengkap secara

teratur walaupun tidak ada keluhan dalam upaya pencegahan terjadinya faktor resiko

BBLR.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

anemia dalam kehamilan atau persalinan dan faktor-faktor lainnya yang berpengaruh

terhadap berat badan lahir rendah.

5. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan sampel lebih spesifik dengan memberikan

kesempatan yang sama terhadap populasi dan dengan tempat penelitian yang lebih luas

atau bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

49 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Page 11: BAB V dan VI

1. Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Laporan Pencapaian Millenium

Develompment Goals. Jakarta: 2007. Hal. 49.

2. Purwanto ER. Masalah BBLR di Indonesia.[online] 2012 Mei 22 [cited 2012 December

6]. Available from; www.ekarahayupujilestari.co.cc/.../masalah- bblr-di-indonesia .html

3. Israr YA. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). [online] 2008 April 25 [cited 2012

December 6] Available from; http://belibis-a17.com/2008/04/25/bayi-berat-lahir-rendah-

bblr/

4. Sudarianto. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Kasus Bayi dengan Berat Badan

Lahir Rendah di Sulsel. [online] 2010 july 3 [cited 2013 January 5] Available from;

http://dinkes-sulsel.go.id/new/index.php?option=com_content&task=view&id=271

5. Departemen Kesehatan RI, 2003a. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir

(Neonatal) dan Sistem Pelayanan Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia. Jakarta; 2003.

Hal.12-9.

6. Simanjuntak NA. Hubungan Anemia Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR) di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Rantauprapat (BPRSU)

Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara; 2009. Hal.6-17.

7. Amiruddin R dan Wahyuddin. Studi Kasus Kontrol Anemia Ibu Hamil pada Jurnal

Medika UNHAS. [online] 2007 Mei 24 [cited 2012 December 6] Available from;

http://ridwanamiruddin.wordpress.com/.../ studi - kasus - kontrol - anemia -ibu-hamil-jurnal-

medika-unhas/

8. Trihardiani, Ismi. Faktor Risiko Kejadian Berat Badan Lahi Rendah di Wilayah Kerja

Puskesmas Singkawang Timur dan Utara Kota Singkawang. Semarang: Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro, 2011. Hal.4-5.

9. Krisno, Yendris. Aplikasi Uji Koefisien Assosiasi PHI Pada Faktor yang Berhubungan

Dengan Kejadian Kematian Neonatal. NTT: Fakultas Kesehatan Masyarakat Undana,

2008. Hal. 4-6.

10. Rusepno, Husein,dkk. Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam: Buku Kuliah Ilmu Kesehatan

Anak. Edisi 3. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, 2007. Hal. 1051-7.

50 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Page 12: BAB V dan VI

11. Sulistyanto R. Hubungan Antara Anemia Ibu Hamil dengan Angka Terjadinya Berat Bayi

Lahir Rendah di RSUD Sragen. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Surakarta, 2008. Hal.2-4.

12. Departemen Kesehatan RI, 2003b. Program Penanggulangan Anemia Gizi pada Wanita

Usia Subur (WUS). Jakarta: Direktorat Gizi dan Binkesmas; 2003. Hal.21-8.

13. Rochjati P. Screening Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya: Universitas Airlangga; 2003.

Hal.24-5.

14. Hartanto H. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 2004.

Hal.51-4.

15. Gilbert ES. Manual of High Risk Pregnancy & Delivery 4th edition. United States of

America: Mosby Elsevier; 2003. Hal.606-07.

16. Ridgeway JJ, Clarren SK. Prenatal Factors Affecting the Newborn in Pediatrics. United

States of America: Mosby Elsevier, 2005. Hal.1238-55.

17. Made, Bakta. Hematologi Dasar. Dalam : Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta; ECG.

2006. Hal. 11-23.

18. Reece EA dan Robbins JC. Clinical Obstetrics: The Fetus and Mother 3rd edition. United

States of America: Blackwell Publishing, 2007. Hal. 205-20.

19. Saifuddin. Buku Acuan: Asuhan Persalinan Normal. Jakarta; 2002. Hal.23-5.34-9.

20. Sohimah. Anemia dan Penanggulangannya. Jakarta: Gramedia; 2006. Hal.12. 42-8.

21. Manuaba dan Bagus I. Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1998. Hal.78.84-7

22. Wirahadikusumah dan Emma S. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta: Trubus

Agriwidya; 1999. Hal. 14

23. The American College of Obstetricians and Gynecologists, Women’s Health Care

Physicians. Anemia in pregnancy. ACOG Practice Bulletin No. 95. American College of

Obstetricians and Gynecologists. Obstet Gynecol; 2008. Vol.112: Hal.201–7.

24. Rahayu, Sri. Hubungan Pendidikan dan Paritas Terhadap Kejadian BBLR di RSUD Datu

Sanggul Rantau, 2010. Hal. 25-7.

25. Taharuddin. Paritas dan Jarak Kehamilan. [online] 2012 March 24. [cited2012 December

6] Available from; http://taharuddin.com/tentang-paritas-dan-jarak-kehamilan.html

51 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Page 13: BAB V dan VI

26. Prawirohardjo, Sarwono. Asuhan Antenatal. Dalam : Ilmu Kebidanan. Jakarta; PT. Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. Hal. 278-9, 284.

27. Abrahamian FM. Anemia,Chronic. [updated] 2007 Dec [cited 2012 December 6].

Available from; http://emedicine.medscape.com/article/780176-overview

28. Sudigdo dan Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi 2. Jakarta: CV

Sagung Seto; 2002. Hal.110-20.

29. Basuki, Bustaman. Aplikasi Metode Kasus-Kontrol. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran

Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. Hal. 74-7

30. Dahlan, Sopiyuddin. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba

Medika; 2011. Hal. 18-9.

31. Hirve, Ganatra. The Effect of Maternal Age and Parity on Birth Weight Among

Bengalees of Kolkata India. India: 1994. 139-43.

52 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)