BAB V dan VI
-
Upload
nuraysha-nurullah -
Category
Documents
-
view
130 -
download
0
Transcript of BAB V dan VI
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah pada tanggal 31
Desember 2012- 12 Januari 2012. Banyaknya sampel berjumlah 105 dengan menggunakan
rumus besar sampel case control tidak berpasangan 1:2 dan dilakukan penarikan sampel
dengan cara consecutive sampling. Pengolahan dan analisis data kemudian dilakukan
terhadap sampel tersebut dengan menggunakan beberapa uji, antara lain sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menilai distribusi frekuensi dari variabel-variabel
yang relevan dengan penelitian dan tujuan penelitian, sebelum dilakukan analisis lebih
lanjut. Dari tabel 5.1 diketahui bahwa mean usia yakni 27,64 dengan usia terbesar 42
tahun dan usia terendah 16 tahun. Persentasi terbesar dari ibu yang melahirkan terdapat
pada kelompok umur 20-35 tahun sebesar 77,1% (81). Menurut tabel 5.1 juga diketahui
bahwa sebagian besar ibu yang melahirkan normal berstatus tidak bekerja dengan
persentasi sebesar 96,20% (101). Paritas dalam kelompok berisiko, yakni paritas nol dan
lebih tiga sebanyak 57,1 % (60) dengan mean 1,11, paritas tertinggi 5 sedangkan terendah
0. Sebagian besar ibu yang melahirkan normal melakukan kunjungan antenatal ≥4 kali
(normal) yaitu sebanyak 82.9% (87). Ibu yang melahirkan normal dengan anemia
memiliki persentasi sebesar 35,2% (37) sedangkan yang tidak anemia sebesar 64.8%
(68). Ibu yang mengalami hamil ganda hanya sebesar 2.9% (3). Dari berat badan lahir
bayi diketahui 33,3% (35) bayi memiliki berat badan lahir rendah (<2500gr), Sedangkan
persentasi bayi yang memiliki berat badan normal sebesar 66.7% (70). Persentasi bayi
berdasarkan jenis kelamin memiliki distribusi yang cukup berimbang. Bayi dengan jenis
kelamin laki-laki berjumlah 57 (54.3%), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan
sebanyak 48 (45.7%).
40 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi karakteristik ibu yang melahirkan di RSKD Ibu dan Anak
Siti Fatimah Makassar Pada Trimester I Tahun 2012.
Karakteristik Bayi n (105) %a. Usia ibu 16-20 tahun 11 10.50 20-35 tahun 81 77.10 35-42 tahun 13 12.40b. Pekerjaan Tidak bekerja 101 96.20 PNS 4 3.80c. Paritas Berisiko 60 57.10 Tidak berisiko 45 42.90d. Asuhan antenatal Kurang 18 17.10 Normal 87 82.90e. Kadar hemoglobin Anemia 37 35.20 Tidak Anemia 68 64.80f. Hamil Ganda Ya 3 2.90 Tidak 102 97.10g. Berat badan lahir bayi BBLR 35 33.30 BBLN 70 66.70h.Jenis kelamin bayi Perempuan 48 45.70 Laki-laki 57 54.30
Sumber : Data sekunder, 2012
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel dalam
penelitian ini, yaitu anemia pada ibu hamil dan kejadian BBLR serta faktor-faktor lainnya
seperti umur ibu, paritas, frekuensi asuhan antenatal dan hamil ganda dengan kejadian
BBLR. Analisis bivariat dilakukan untuk mencari asosiasi antara kedua variabel yang
diteliti. Uji yang dilakukan dalam mencari asosiasi antara kedua variabel adalah dengan
menggunakan uji statistik chi-square kemudian ditentukan kekuatan asosiasinya dengan
mencari Odds Ratio (OR).
41 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Tabel 5.2 Hubungan anemia dan faktor risiko lainnya dengan kejadian BBLR di RSKD
Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar Pada Trimester I Tahun 2012.
Variabel Kategori
Berat Bayi Lahirp
valueOR 95% CIBBLR BBLN
N % n %
AnemiaAnemia 22 62,9 15 21,4
<0,001 6,2 2.5-15.1Tidak anemia 13 37,1 55 78,6
Umur ibuBerisiko 11 31,4 13 18,6
0,139 2,0 0,8-5,1Tidak berisiko 24 68,6 57 81,4
ParitasBerisiko 22 62,9 38 54,3
0,403 1,4 0,6-3,3Tidak berisiko 13 37,1 32 45,7
Frekuensi
ANC
Kurang 9 25,7 9 12,90,099 2,3 0,8-6,6
Normal 26 74,3 61 87,1
Hamil
Ganda
Hamil Ganda 3 8,6 0 00.013 3,2 2,4-4,2
Tidak Hamil Ganda 32 91,4 70 100
Tabel diatas menunjukkan hubungan dari hasil uji variabel independen dan variabel
dependen. Nilai yang dipakai adalah nilai Pearson Chi-Square bila nilai expected kurang dari
5, maksimal 20% dari jumlah sel. Dari hasil tabulasi silang tidak didapatkan nilai expected
yang kurang dari 5 sehingga tidak digunakan uji alternatif lainnya.
Interpretasi hasil adalah hipotesis nol (Ho) diterima apabila perhitungan nilai
probabilitas (p) ≥ 0.05, sedangkan hipotesis alternatif (Ha) diterima apabila perhitungan nilai
probabilitas (p) < 0.05. Dari perhitungan nilai p didapatkan hanya faktor resiko anemia dan
hamil ganda yang memiliki nilai p < 0,05 yaitu <0,001 (OR= 6,2, 95%CI 2,5-15,1) dan 0,013
(OR= 3,2, 95%CI 2,4-4,2) sehingga hipotesis alternatif untuk faktor anemia dan hamil ganda
diterima. Keduanya juga merupakan faktor risiko terjadinya efek sebab OR >1. Jika OR < 1
maka exposure yang diteliti dapat mengurangi terjadinya efek. Sedangkan nilai p > 0,05
terdapat pada faktor resiko umur ibu yaitu 0,139 (OR=2,0, 95%CI 0,8-5,1), paritas yaitu 0,403
(OR= 1,4, 95%CI 0,6-3,3) dan frekuensi asuhan antenatal yaitu 0,099 (OR=2,3, 95%CI 0,8-
6,6) sehingga hipotesis nol yang diterima yaitu tidak ada hubungan usia, paritas dan frekuensi
asuhan antenatal dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
42 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
5.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan software
statistik serta disesuaikan dengan tujuan penelitian, maka pembahasan hasil penelitian ini
dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR).
Dari 35 kasus BBLR didapatkan pada ibu hamil dengan anemia sebanyak 22 subjek
dengan persentasi 62,9% dan pada ibu hamil dengan tidak anemia sebanyak 13 subjek
dengan persentasi 37,1%. Melalui hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik chi
square didapatkan p value <0,001 (p<0.05), dapat diartikan bahwa H0 ditolak atau dapat
dikatakan bahwa terdapat hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian
BBLR.
Nilai OR sebesar 6,2, hal ini berarti ibu hamil yang menderita anemia memiliki
kemungkinan 6,2 kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
dibandingkan ibu hamil yang tidak menderita anemia.
Penemuan ini sesuai dengan yang ditemukan oleh Murphy yaitu adanya
peningkatan risiko kelahiran 1,18-1,75 prematur, BBLR dan mortalitas perinatal pada
wanita hamil dengan anemia (Hb 10,4 gr/dl). Menurut Alhusin Syahri hubungan ibu
bersalin yang anemia dengan berat badan lahir rendah cukup erat dengan rentang nilai
0,61-0,80.6 Hubungan anemia pada ibu hamil terhadap kejadian BBLR telah banyak
diteliti. Ridgeway JJ, Clarren SK menyatakan anemia merupakan salah satu faktor
prenatal yang cukup mempengaruhi kondisi bayi yang baru lahir.16 Gilbert ES
menyatakan bahwa asupan gizi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
anemia pada ibu hamil.15 Reece EA dan Robbins JC memaparkan beberapa mekanisme
bagaimana anemia bisa mempengaruhi berat badan lahir bayi. Anemia defisiensi besi
akibat kekurangan zat besi dapat meningkatkan pelepasan norepinefrin yang dapat
menstimulasi CRH dan kortisol yang diketahui dapat menghambat pertumbuhan. Anemia
defisiensi besi juga memiliki efek negatif terhadap sel B dan T, neutrofil, serta Natural
Killer Cells yang pada akhirnya menimbulkan kerentanan terhadap infeksi. Infeksi
maternal itu sendiri juga dapat mengaktifkan aksis hypothalamic-pituitary, yang dapat
43 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
berakibat pada peningkatan konsentrasi kortisol dan dehidropiandrostenedion sulfat pada
tali pusat yang memiliki efek negatif terhadap pertumbuhan janin. Anemia yang berat
juga dapat mengurangi transfer oksigen ke janin serta dapat mengakibatkan peningkatan
stress oksidatif yang pada akhirnya berefek pada perumbuhan janin.18
Reece EA dan Robbins JC juga menjelaskan bahwa kekurangan gizi pada saat
hamil akan berpengaruh terhadap pertumbuhan fetoplasental. Telah dibuktikan bahwa
berat badan lahir bayi dipengaruhi oleh pertumbuhan plasenta, sehingga apabila terjadi
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan plasenta maka secara langsung akan
menghambat pertumbuhan janin. Apabila terjadi kekurangan gizi pada saat hamil maka
akan mengakibatkan volume plasenta berkurang, area vili korialis menjadi sempit,
berkurangnya permukaan kapiler janin dan densitas volume tropoblast. Hal-hal tersebut
mengakibatkan asupan nutrisi ke janin berkurang dan secara langsung berpengaruh
terhadap pertumbuhan janin.18
Kekuatan pada penelitian ini ialah jumlah sampel kontrol terhadap sampel kasus
memenuhi proporsi perbandingan minimal untuk jumlah sampel pada penelitian dengan
desain case control sehingga hasilnya dapat lebih akurat.
Selain kekuatan yang dikemukakan sebelumnya, penelitian ini juga memiliki
beberapa keterbatasan. Berdasarkan data yang ada, hanya dapat diperoleh informasi kadar
hemoglobin ibu hamil pada trimester III kehamilannya. Pusat Kontrol dan Pencegahan
Penyakit merekomendasikan batas untuk anemia pada ibu hamil ialah kadar hemoglobin
kurang dari 11.0 gr/dl pada trimester I dan III kehamilan dan kurang dari 10.5 gr/dl pada
trimester II kehamilan. Hal ini tidak mempengaruhi secara signifikan hasil dari penelitian
karena cut-off point untuk anemia pada ibu hamil yang digunakan tetap sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan yakni kurang dari 11 gr/dl pada trimester III kehamilan.
b. Hubungan antara umur pada ibu hamil dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR).
44 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Pada penelitian ini didapatkan kasus BBLR yang terjadi pada umur ibu berisiko
sebanyak 11 subjek (31,4%) dan sebanyak 24 subjek (68,6%) pada umur tidak berisiko.
Melalui hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik chi square didapatkan p
value 2,0 (p>0.05), dapat diartikan bahwa H0 diterima atau dapat dikatakan bahwa tidak
terdapat hubungan antara umur pada ibu hamil dengan kejadian BBLR. Hal ini tidak
sesuai dengan penelitian penelitian kohor prospektif yang dilakukan Hirve dan Ganatra di
India menyatakan bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR dengan
OR = 1,27 (95% CI 1,07-1,5). Ibu dengan umur kurang dari 20 lebih berisiko melahirkan
anak dengan BBLR 1,27 kali dibandingkan dengan ibu yang memiliki usia > 20 tahun
dan < 35 tahun.31 Menurut Mutiara ibu hamil berusia > 35 tahun berisiko melahirkan
BBLR 1,8 kali lebih besar daripada ibu hamil berusia 20 – 34 tahun. Pengaruh tersebut
terlihat mengikuti fenomena huruf U terbalik yang berarti bahwa pada umur muda (<20
tahun) dan tua (> 35 tahun) berat bayi yang dilahirkan cenderung lebih berisiko daripada
umur 21 – 35 tahun. 24
Hal tersebut juga tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Manuaba yang
menyatakan terdapat hubungan antara umur berisiko tinggi dengan kejadian BBLR. Usia
kurang dari 19 tahun atau lebih 35 tahun adalah umur dengan risiko tinggi untuk hamil.
Keadaan ini dikarenakan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat
merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan itu
makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress), psikologis, sosial, ekonomi
sehingga memudahkan terjadi keguguran, persalinan prematur, berat badan lahir rendah
kelinan bawaan, mudah terinfeksi, anemia kehamilan, keracunan kehamilan dan kematian
ibu yang tinggi.21 Depkes RI juga mengemukakan bahwa usia reproduksi optimal bagi
seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun, dibawah ataupun diatas usia tersebut akan
meningkatkan risiko kehamilan dan persalinannya. Umur ibu <20 tahun menunjukkan
rahim dan panggul ibu belum berkembang secara sempurna karena wanita pada usia ini
masih dalam masa pertumbuhan dan usia diatas 35 cenderung mengakibatkan timbulnya
masalah-masalah kesehatan.5 Alasan adanya perbedaan ini disebabkan karena walaupun
umur reproduksi sehat sebaiknya pada usia 20-35 tahun namun status gizi yang baik serta
pemeriksaan kehamilan yang teratur juga dapat mempengaruhi hasil kemungkinan lain
adanya perbedaan ini juga oleh karena populasi yang diambil selektif, bersifat untuk
45 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
daerah tertentu atau tidak universal serta pengambilan sampel yang tidak memberikan
kesempatan yang sama bagi setiap populasi. Dari hasil odds ratio sendiri (OR=2,0,
95%CI 0,8-5,1), nilai interval kepercayaan yang mencakup nilai 1 juga belum dapat
menyimpulkan bahwa faktor yang dikaji benar-benar merupakan faktor resiko atau faktor
protektif.
c. Hubungan antara paritas pada ibu hamil dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR).
Berdasarkan paritas, sebagian besar berat badan lahir rendah terjadi pada subjek
yang berisiko. Hasil analisis hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR diperoleh
bahwa sebanyak 22 (62,9%) subjek yang berisiko (paritas 0 dan >3) yang melahirkan
bayi dengan BBLR, sedangkan untuk subjek tidak berisiko (paritas 1-3) sebanyak 13
(37,1%) subjek. Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,403 (OR= 1,4; 95%CI 0,8-5,1)
maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara paritas pada ibu hamil dengan
kejadian BBLR. Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Canosa
mengatakan bahwa kehamilan pertama dan keempat atau lebih dari empat merupakan
kelompok risiko tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR, juga oleh Hirve dan
Ganatra menyatakan bahwa ibu yang melahirkan untuk pertama kali berisiko melahirkan
bayi premature 1,32 kali dibandingkan dengan ibu yang melahirkan anak ke 2 dan ke 3
dengan OR = 1,32 (95% CI 1,1-1,59).31 Hasil penelitian Zaenab dan Juharno juga
menunjukkan bahwa paritas berpengaruh terhadap kejadian BBLR dan merupakan faktor
risiko penyebab kejadian BBLR pada bayi. Hasil pengujian statistik dengan chi-square
diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,44 sehingga dapat dikatakan bahwa paritas
merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu dengan paritas > 3 anak
berisiko 2 kali melahirkan bayi dengan BBLR.6,10 Alasan adanya perbedaan ini
disebabkan karena dalam hal ini faktor ekonomi juga dapat berpengaruh didalam
memperoleh suplai gizi yang cukup selama masa hamil serta pemeriksaan kehamilan
yang teratur kemungkinan lain adanya perbedaan ini juga oleh karena populasi yang
diambil selektif, bersifat untuk daerah tertentu atau tidak universal serta pengambilan
sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama bagi setiap populasi. Dari hasil
odds ratio sendiri, nilai interval kepercayaan yang mencakup nilai 1 juga belum dapat
46 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
menyimpulkan bahwa faktor yang dikaji benar-benar merupakan faktor resiko atau faktor
protektif.
d. Hubungan antara frekuensi ANC pada ibu hamil dengan kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR).
Hasil analisis hubungan antara frekuensi asuhan antenatal dengan kejadian BBLR
diperoleh bahwa sebanyak 9 (25,7%) subjek yang melakukan asuhan antenatal kurang
dari empat kali yang melahirkan bayi BBLR, sedangkan umtuk subjek yang melakukan
asuhan antenatal lebih atau sama dengan empat terdapat 26 subjek (74,3%). Hasil uji
statistik diperoleh p value 2,346 (>0,05) dengan odds ratio (OR= 2,3; 95%CI 0,8-6,5)
maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara frekuensi asuhan antenatal dengan
kejadian BBLR. Hasil odds ratio yang juga memiliki nilai interval kepercayaan
mencakup 1 belum dapat menimpulkan bahwa faktor yang dikaji benar-benar merupakan
faktor resiko atau faktor protektif.
Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan
yang menunjukkan bahwa bila ibu tidak teratur melaksanakan ANC, maka 42,1% bayinya
lahir BBLR. Sedangkan bila ibu rutin melaksanakan ANC maka, bayi lahir normal
ditemukan sebesar 80,7%. Setelah dilaksanakan uji odds ratio didapatkan OR.= 3,04
(95% CI 1,31-7,06). Berarti ibu dengan ANC tidak teratur berisiko melahirkan BBLR
sebesar 3 kali lebih besar dibanding bila ibu rutin melaksanakan ANC.6 Khatun S. dan
Rahman M. juga menyebutkan bahwa antenatal care memiliki pengaruh yang sangat
kuat terhadap kejadian BBLR pada bayi dengan nilai OR = 29,4 (95% CI 12,61-68,48).6
Ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC kurang dari 4 kali kemungkinan akan
melahirkan bayi dengan BBLR 29,4 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang melakukan
kunjungan ANC 4 kali atau lebih pada masa kehamilan. Alasan adanya perbedaan ini
kemungkinan juga disebabkan oleh karena pengambilan sampel yang tidak acak sehingga
tidak memberikan kesempatan yang sama bagi setiap populasi.
e. Hubungan antara kehamilan ganda pada ibu hamil dengan kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR).
47 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Kasus BBLR dengan kehamilan ganda ditemukan sebanyak 3 subjek (8,6%)
sedangkan 32 subjek (91,4%) tidak mengalami hamil ganda. Melalui hasil analisa data
dengan menggunakan uji statistik chi square didapatkan p value <0,013 (p<0.05), dapat
diartikan bahwa H0 ditolak atau dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara hamil
ganda pada ibu hamil dengan kejadian BBLR. Nilai OR sebesar 3,1 hal ini berarti ibu
hamil dengan hamil ganda memiliki kemungkinan 3,1 kali lebih besar untuk melahirkan
bayi dengan berat lahir rendah dibandingkan ibu hamil yang tidak mengalami hamil
ganda.
Hal ini sesuai dengan penelitian Simanjuntak NA yaitu adanya peningkatan risiko
kelahiran 1,2-1,5 BBLR pada wanita hamil ganda. Hal tersebut juga sesuai dengan
Manuaba, menyatakan bahwa hamil ganda atau kehamilan dimana jumlah janin yang
dikandung lebih dari satu akan menimbulkan anemia pada ibu hamil apabila asupan gizi
ibu hamil tidak cukup untuk ibu dan janin yang dikandungnya dalam hal ini akan menjadi
salah satu faktor yang akan mempengaruhi terjadinya BBLR.6 Menurut Departemen
Kesehatan regangan pada uterus yang berlebihan kehamilan ganda salah satu faktor yang
menyebabkan kelahiran BBLR.12 Pada kehamilan ganda distensi uterus berlebihan,
sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi partus prematus. 6,12,21.
BAB VI
48 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Didapatkan hubungan yang bermakna antara anemia dan hamil ganda dengan kejadian
BBLR di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar pada Trimester I Tahun 2012.
Penderita dengan anemia memiliki risiko 6,2 kali lebih besar untuk melahirkan anak
dengan BBLR dibanding dengan ibu yang tidak anemia. Sedangkan pada ibu dengan
hamil ganda memiliki risiko 3,1 kali lebih besar untuk melahirkan anak dengan BBLR
dibanding ibu yang tidak mengalami kehamilan ganda.
2. Secara stastistik tidak ada hubungan yang bermakna antara umur, paritas, serta frekuensi
asuhan antenatal (ANC) dengan kejadian BBLR di RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah
Makassar Pada Trimester I Tahun 2012 pada penelitian ini.
6.2. Saran
1. Pihak yang berwenang diharapkan dapat mengambil kebijakan mengenai usaha-usaha
promotif dan preventif terhadap terjadinya BBLR.
2. Tenaga kesehatan diharapkan lebih meningkatkan pengawasan pada ibu hamil sehingga
setiap ibu hamil mempunyai akses untuk mendapatkan pengawasan yang optimal dalam
mewujudkan ibu dan bayi yang sehat.
3. Ibu hamil diharapkan dapat melakukan pemeriksaan kehamilan yang lengkap secara
teratur walaupun tidak ada keluhan dalam upaya pencegahan terjadinya faktor resiko
BBLR.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
anemia dalam kehamilan atau persalinan dan faktor-faktor lainnya yang berpengaruh
terhadap berat badan lahir rendah.
5. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan sampel lebih spesifik dengan memberikan
kesempatan yang sama terhadap populasi dan dengan tempat penelitian yang lebih luas
atau bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
49 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
1. Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. Laporan Pencapaian Millenium
Develompment Goals. Jakarta: 2007. Hal. 49.
2. Purwanto ER. Masalah BBLR di Indonesia.[online] 2012 Mei 22 [cited 2012 December
6]. Available from; www.ekarahayupujilestari.co.cc/.../masalah- bblr-di-indonesia .html
3. Israr YA. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). [online] 2008 April 25 [cited 2012
December 6] Available from; http://belibis-a17.com/2008/04/25/bayi-berat-lahir-rendah-
bblr/
4. Sudarianto. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Kasus Bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah di Sulsel. [online] 2010 july 3 [cited 2013 January 5] Available from;
http://dinkes-sulsel.go.id/new/index.php?option=com_content&task=view&id=271
5. Departemen Kesehatan RI, 2003a. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir
(Neonatal) dan Sistem Pelayanan Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia. Jakarta; 2003.
Hal.12-9.
6. Simanjuntak NA. Hubungan Anemia Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) di Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Rantauprapat (BPRSU)
Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2008. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara; 2009. Hal.6-17.
7. Amiruddin R dan Wahyuddin. Studi Kasus Kontrol Anemia Ibu Hamil pada Jurnal
Medika UNHAS. [online] 2007 Mei 24 [cited 2012 December 6] Available from;
http://ridwanamiruddin.wordpress.com/.../ studi - kasus - kontrol - anemia -ibu-hamil-jurnal-
medika-unhas/
8. Trihardiani, Ismi. Faktor Risiko Kejadian Berat Badan Lahi Rendah di Wilayah Kerja
Puskesmas Singkawang Timur dan Utara Kota Singkawang. Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro, 2011. Hal.4-5.
9. Krisno, Yendris. Aplikasi Uji Koefisien Assosiasi PHI Pada Faktor yang Berhubungan
Dengan Kejadian Kematian Neonatal. NTT: Fakultas Kesehatan Masyarakat Undana,
2008. Hal. 4-6.
10. Rusepno, Husein,dkk. Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam: Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak. Edisi 3. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2007. Hal. 1051-7.
50 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
11. Sulistyanto R. Hubungan Antara Anemia Ibu Hamil dengan Angka Terjadinya Berat Bayi
Lahir Rendah di RSUD Sragen. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2008. Hal.2-4.
12. Departemen Kesehatan RI, 2003b. Program Penanggulangan Anemia Gizi pada Wanita
Usia Subur (WUS). Jakarta: Direktorat Gizi dan Binkesmas; 2003. Hal.21-8.
13. Rochjati P. Screening Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya: Universitas Airlangga; 2003.
Hal.24-5.
14. Hartanto H. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 2004.
Hal.51-4.
15. Gilbert ES. Manual of High Risk Pregnancy & Delivery 4th edition. United States of
America: Mosby Elsevier; 2003. Hal.606-07.
16. Ridgeway JJ, Clarren SK. Prenatal Factors Affecting the Newborn in Pediatrics. United
States of America: Mosby Elsevier, 2005. Hal.1238-55.
17. Made, Bakta. Hematologi Dasar. Dalam : Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta; ECG.
2006. Hal. 11-23.
18. Reece EA dan Robbins JC. Clinical Obstetrics: The Fetus and Mother 3rd edition. United
States of America: Blackwell Publishing, 2007. Hal. 205-20.
19. Saifuddin. Buku Acuan: Asuhan Persalinan Normal. Jakarta; 2002. Hal.23-5.34-9.
20. Sohimah. Anemia dan Penanggulangannya. Jakarta: Gramedia; 2006. Hal.12. 42-8.
21. Manuaba dan Bagus I. Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1998. Hal.78.84-7
22. Wirahadikusumah dan Emma S. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta: Trubus
Agriwidya; 1999. Hal. 14
23. The American College of Obstetricians and Gynecologists, Women’s Health Care
Physicians. Anemia in pregnancy. ACOG Practice Bulletin No. 95. American College of
Obstetricians and Gynecologists. Obstet Gynecol; 2008. Vol.112: Hal.201–7.
24. Rahayu, Sri. Hubungan Pendidikan dan Paritas Terhadap Kejadian BBLR di RSUD Datu
Sanggul Rantau, 2010. Hal. 25-7.
25. Taharuddin. Paritas dan Jarak Kehamilan. [online] 2012 March 24. [cited2012 December
6] Available from; http://taharuddin.com/tentang-paritas-dan-jarak-kehamilan.html
51 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
26. Prawirohardjo, Sarwono. Asuhan Antenatal. Dalam : Ilmu Kebidanan. Jakarta; PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. Hal. 278-9, 284.
27. Abrahamian FM. Anemia,Chronic. [updated] 2007 Dec [cited 2012 December 6].
Available from; http://emedicine.medscape.com/article/780176-overview
28. Sudigdo dan Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi 2. Jakarta: CV
Sagung Seto; 2002. Hal.110-20.
29. Basuki, Bustaman. Aplikasi Metode Kasus-Kontrol. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. Hal. 74-7
30. Dahlan, Sopiyuddin. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika; 2011. Hal. 18-9.
31. Hirve, Ganatra. The Effect of Maternal Age and Parity on Birth Weight Among
Bengalees of Kolkata India. India: 1994. 139-43.
52 Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)