Bab v Andal Kelapa Sawit Kaur-yit23juni

34
BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP 3.1. Sistem Transportasi dan Jaringan Jalan Secara garis besar sistem jaringan jalan di Kabupaten Kaur terbagi menjadi jalan Negara, Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Desa. Jalan Negara yaitu jalan Lintas Barat Sumatera yang menghubungkan kota-kota di bagian Barat Pulau Sumatera. Jalan Propinsi yang menghubungkan Kecamatan Kaur Tengah – (Air Tembok) Batas Sumatera Selatan. Jalan Propinsi (Tanjung Kemuning - Simpang Tiga - Padang Guci Hilir) - Simpang Tiga - Bungin Tambun – Sukananti - Gunung Megang -Mentiring. Jalan Kabupaten yang tersebar di seluruh kecamatan. Secara umum prasarana transportasi darat di Kabupaten Kaur sudah cukup baik dan layak dilalui oleh kendaraan roda empat. Jaringan jalan yang dibangun di Kabaupaten Kaur sampai tahaun 2004 menjadi 410.61 km terdiri atas 240.3 km Jalan Kabupaten, 99.3 km Jalan propinsi, 70.61 km Jalan Negara. Sarana transportasi darat di Kabupaten Kaur terdiri atas mobil penumpang, mobil barang, bus (L 300), dan sepeda motor. Setiap tahunnya jumlah kendaraan tersebut mengalami pertambahan jumlah. Berdasarkan data Dinas Perhubungan Kabupaten Kaur pada tahun 2006 terdapat 22 bus besar, 5 bus sedang, 72 bus kecil, 113 mobil penumpang. Pembangunan jalan di Kabupaten Kaur setiap tahun diupayakan peningkatannya baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Guna memperlancar arus angkutan orang, barang, dan jasa yang secara

description

hjjgfjjghjghjhg

Transcript of Bab v Andal Kelapa Sawit Kaur-yit23juni

Bab V KALAPA SAWIT

BAB III

RONA LINGKUNGAN HIDUP

3.1. Sistem Transportasi dan Jaringan Jalan

Secara garis besar sistem jaringan jalan di Kabupaten Kaur terbagi menjadi jalan Negara, Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Desa. Jalan Negara yaitu jalan Lintas Barat Sumatera yang menghubungkan kota-kota di bagian Barat Pulau Sumatera. Jalan Propinsi yang menghubungkan Kecamatan Kaur Tengah (Air Tembok) Batas Sumatera Selatan. Jalan Propinsi (Tanjung Kemuning - Simpang Tiga - Padang Guci Hilir) - Simpang Tiga - Bungin Tambun Sukananti - Gunung Megang -Mentiring. Jalan Kabupaten yang tersebar di seluruh kecamatan.

Secara umum prasarana transportasi darat di Kabupaten Kaur sudah cukup baik dan layak dilalui oleh kendaraan roda empat. Jaringan jalan yang dibangun di Kabaupaten Kaur sampai tahaun 2004 menjadi 410.61 km terdiri atas 240.3 km Jalan Kabupaten, 99.3 km Jalan propinsi, 70.61 km Jalan Negara.Sarana transportasi darat di Kabupaten Kaur terdiri atas mobil penumpang, mobil barang, bus (L 300), dan sepeda motor. Setiap tahunnya jumlah kendaraan tersebut mengalami pertambahan jumlah. Berdasarkan data Dinas Perhubungan Kabupaten Kaur pada tahun 2006 terdapat 22 bus besar, 5 bus sedang, 72 bus kecil, 113 mobil penumpang.

Pembangunan jalan di Kabupaten Kaur setiap tahun diupayakan peningkatannya baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Guna memperlancar arus angkutan orang, barang, dan jasa yang secara langsung akan memberikan manfaat besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.Sistem transportasi wilayah Kabupaten Kaur dilayani oleh terminal, antara lain:

1. Terminal antar kota yang diusulkan di Kota Bintuhan.

2. Terminal lintasan (transitmean point) di Tanjung Iman, Mentiring, Simpang Tiga Kaur Utara, dan di Tanjung Kemuning.Di Kabupaten Kaur terdapat tiga jenis jalan yaitu jaringan jalan arteri, kolektor dan local. Jalan Arteri Primer (JAP) yang ada merupakan jalan Lintas Barat Sumatera. Jalan kolektor Primer (JKP) yaitu jalan yang menghubungkan jalan Lintas Barat Sumatera denmgan jalan Lintas Tengah Sumatera melalui Tanjung Iman Muara Sahung Air Tembok - (Muara Dua). Jalan Lokal Primer (JLP) merupakan jalan yang menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan yang ada di wilayah Utara Kabuypaten Kaur. Jalan Lokal merupakan jalan yang menghubungkan satuan unit permukiman dengan permukiman lain yang tersebar di Kabupaten Kaur

Secara administrasi jalan yang ada di Kabupaten kaur dikelola oleh Negara, propinsi, dan kabupaten. Jalan yang dikelola oleh Negara melalui APBN adalah jalan arteri primer dan jalan kolektor primer. Jalan yang dikelola oleh propinsi melalui APBD propinsi merupakan jalan kolektor sekunder dan jalan local primer. Jalan yang dikelola oleh Kabupaten melalui APBD Kabupaten merupakan jalan local.

Berdasarkan system perkerasan , terdapat 2 model perkerasan yaitu jalan aspal (aspal hotmix dan aspal pengunci /penetrasi) dan jalan yang ada di Kabupaten Kaur non aspal (kerikil base dan jalan tanah)

Tabel XX Jalan Negara dan Provinsi yang ada di Kabupaten KaurNama RuasStatus PerananPanjang Ruas (Km)Lebar Perkerasan (m)

Lintas Barat Sumatera (Ruas Tj. Kemuning Batas Lampung)Negara/AR70.614.5/6

Tanjung Kemuning - Datar LebarProvinsi /K233.54.5

Datar Lebar MentiringProvinsi/K324.54.5

Tanjung Iman Muara SahungProvinsi /K224.34.5

Muara Sahung Batas Sumsel (Air Tembok)Provinsi /K217.06.0

SP III Padang Guci Air Kering Padang LebanProvinsi/K321.04.5/3.5

Sumber: RTRW Kabupaten Kaur, Bappeda 2007Pengembangan sistem transportasi di Kabupaten Kaur terkait dengan pengembangan satuan wilayah pengembangan (SWP), dan mengaitkan aksesibilitas, baik untuk internal maupun untuk eksternal. Kegiatankegiatan di dalam pengembangan jaringan jalan di dasarkan pada fungsi jalan yang dijabarkan sebagai berikut::1. Jalan Arteri Primer.

Tingkat pengelolaan jalan arteri primer berupa pemeliharaan jalan dan peningkatan jalan, baik itu pelebaran jalan maupun pelapisan ulang atau (overlay). Panjang jalan arteri primer 70.61 km yang menghubungkan Tanjung Kemuning Tanjung Iman Bintuhan Merpas - Perbatasan Lampung. Pemeliharaan jalan ini bertujuan untuk memperlancar arus lalulintas di jalan regional Bengkulu/Manna-Bintuhan Lampung, sehingga LHR yang ada 46/jam bisa dipertahankan bahkan dinaikkan. Pada ruas-ruas tertentu dibutuhkan perbaikan geometrik jalan untuk memenuhi MST klasisfikasi jalan nasional dengan kelas II (MST 10 ton).

Jalan arteri ini melewati pusat pertumbuhan kota Bintuhan, sehingga diperkirakan dapat mengganggu kelancaran lalulintas seiring dengan semakin tumbuhnya pusat kota Bintuhan. Dengan demikian perlu membuat alternatif lain yaitu mengoperasikan jalan lingkar utara Kota Bintuhan.

2. Kolektor Primer

Jalan kolektor primer yang menghubungkan kabupaten kaur dengan kabupaten Oku Selatan Propinsi Sumatera Selatan. Panjang jalan tesebut 41.3 km dengan titik pangkal berada di Tanjung Iman melalui Kecamatan Luas dan Kecamatan Muara Sahung sampai perbatasan Sumatera selatan. Pada saat ini jalan tersebut cukup memadai untuk dilalui kendaraan roda empat, namun belum maksimalnya operasional jalan ini karena pembangunannya di daerah perbatasan dengan Kabupaten OKU Selatan belum selesai. Ke depan diharapkan ruas jalan feeder rood ini (jaringan jalan pengumpan yang menghubungkan Lintas Barat, Lintas Tengah dan atau Lintas Timur dengan prioritas tinggi) dapat dijadikan ruas penghubung PKW Manna ke PKW Baturaja sehingga dapat terealisasi ruas jalan Nasional Manna -Tanjung Iman - Muara Sahung - Baturaja.

3. Lokal Primer Jalan lokal primer yang ada di kabupaten Kaur adalah jalan yang menghubungkan Kecamatan Tanjung Kemuning - Kelam Tengah - Simpang Tiga - Datar Lebar -Mentiring. Panjang jalan tersebut mencapai 58 km. Ruas jalan lokal primer dari Tanjung Kemuning - Simpang Tiga - Bungin Tambun kondisinya baik, Simpang Tiga Padang Guci - Gunung Kaya Padang Guci Hilir, kondisinya rusak sedang. Bungin Tambun Sukananti - Gunung Megang - Jembatan Sungai Kinal - kondisinya rusak berat dan pada ruas jalan yang sejajar dengan Sungai Kinal sebagian mengkhawatirkan karena tergerus oleh aliran Sungai Kinal. Perencanaan pengembangan jaringan jalan pada ruas ini diusulkan selain memperbaiki jaringan jalan yang telah ada, perlu dikembangkan jalan lokalitas usahatani yang dihubungkan pada ruas jalan lokal primer ini.

4. Lokal

Secara garis besar wilayah Kabupaten Kaur telah dibangun jaringan jalan lokal sehingga pada tahun 2008-2027 jalan lokal tersebut memerlukan pemeliharaan baik itu yang sifatnya rutin (pembersihan dan penggalian selokan, pengisian daerah terkikis, pencegahan pengikisan, dan perbaikan struktur drainase, pengisian bahu dan talud, pemotongan rumput, pemeliharaan rambu jalan), pekerjaan berulang (pengisian lubang-lubang pada jalan tanpa kekerasan, perbaikan kerusakan pinggir, dan pelapisan setempat jalan dengan perkerasan), pekerjaan periodik (penambahan kerikil pada jalan tanpa perkerasan, pelaburan pada jalan dengan perkerasan , pekerjaan khusus (overlay dan pembangunan).

Jalan local merupakan jalan yang menghubungkan BAB V

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Prakiraan dampak adalah pengkajian kedalaman perubahan kualitas lingkungan yang diungkapkan sebagai dasar dampak (Raharjo, 2007). Prakiraan dampak merupakan salah satu kegiatan dalam studi AMDAL yang bertujuan memprakirakan besarnya perubahan kualitas lingkungan (dampak) yang ditimbulkan akibat adanya kegiatan pembangunan (BAPEDAL, 1996). Besarnya perubahan kualitas lingkungan tersebut merupakan selisih (perbedaan) antara kualitas lingkungan jika ada kegiatan pembangunan dengan kualitas lingkungan tanpa kegiatan pembangunan (BAPEDAL, 1996).

Dampak lingkungan dapat bersifat postif maupun negatif. Dampak positif terjadi ketika kualitas lingkungan dengan adanya kegiatan pembangunan menjadi lebih baik daripada kualitas lingkungan tanpa kegiatan pembangunan. Dampak negatif terjadi apabila kualitas lingkungan dengan adanya kegiatan pembangunan lebih buruk daripada kualitas lingkungan tanpa kegiatan pembangunan. Selain itu prakiraan dampak yang mungkin menimpa segenap komponen lingkungan tersebut hendaknya meliputi rentang waktu pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pascaoperasi dari suatu kegiatan (BAPEDAL, 1996). Dengan demikian, prakiraan dampak hendaknya mencakup prakiraan besaran (magnitude) setiap dampak terhadap komponen lingkungan yang mungkin timbul akibat suatu kegiatan dari mulai tahap pra konstruksi, sampai tahap pascaoperasi. Selain itu, mekanisme aliran dampak dari sumber penyebabnya (rencana kegiatan) sampai dengan komponen lingkungan terakhir yang menerima dampak juga perlu disajikan (BAPEDAL, 1996).

Untuk memprakirakan besaran dampak dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut (BAPEDAL, 1996):

(1) Model matematik.

(2) Metode analogi.

(3) Penggunaan Standar Baku Mutu Lingkungan (BML).

(4) Penilaian oleh para ahli.

(5) Pendekatan eksperimental.5.1. Komponen Fisik-Kimia

(9) Aksesibilitas Wilayah

Dampak aksesibilitas wilayah diprakirakan terjadi pada tahap kontruksi dan operasi pembangunan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa. Parameter aksesibilitas wilayah yang berubah adalah prasarana dan sarana aksesibilitas wilayah yang diprakirakan meningkat pada tahap kontruksi dan operasi pembangunan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa. Sumber dampak peningkatan prasarana aksesibilitas wilayah berasal dari dampak langsung kegiatan pembangunan jalan kebun dan jalan masuk pabrik. Sarana aksesibilitas wilayah yang diprakirakan meningkat bersumber dari penambahan sarana kendaraan untuk mobilisasi karyawan kebun dan pabrik serta anggota keluarga karyawan. Peningkatan pendapatan masyarakat juga berdampak tidak langsung terhadap penambahan sarana aksesibilitas wilayah yang dimiliki masyarakat, yaitu dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotoryang dipunyai masyarakat.a. Besar dampak

Dampak positif aksesibilitas wilayah berasal dari dampak langsung kegiatan pembangunan jalan yang dilakukan PT. Sepang Makmur Perkasa. Sebelum ada pembangunan perkebunan kelapa sawit prasarana aksesibilitas wilayah sangat terbatas. Panjang jalan koral sekitar 30 km di Estate I dan 90 km di Estate II, sedangkan panjang jalan tanah sekitar 50 km di Estate I dan 125 km di Estate II. Pembangunan beberapa tipe jalan di estate I sepanjang 296 km dan estate II sepanjang 345 km oleh PT. Sepang Makmur Perkasa diprakirakan dapat meningkatkan aksesibilitas wilayah masyarakat di lingkungan pekebunan dan pabrik. Panjang jalan koral tanpa ada proyek diprakirakan sebesar 144 km pada tahun 2040 dan dengan adanya proyek panjang jalan koral diprakirakan 381 km atau bertambah sebesar 237 km atau terjadi peningkatan sebesar 164.58%. Panjang jalan tanah tanpa ada proyek diprakirakan sebesar 223 km pada tahun 2040 dan dengan adanya proyek panjang jalan tanah diprakirakan sebesar 555 km atau terjadi peningkatan sebesar 332 km atau sebesar 148.88%. Disamping peningkatan aksesibilitas wilayah akibat penambahan prasarana jalan, kegiatan PT. Sepang Makmur Perkasa berupa mobilisasi karyawan sebanyak 2.150 orang membutuhkan penambahan sarana kendaraan truck/bus di lingkungan kebun dan pabrik. Disamping itu, peningkatan pendapatan masyarakat di lingkungan kebun dan pabrik sebelum ada proyek Rp 500.000,- dengan tingkat pertumbuhan motor 3,0 % per tahun dan mobil 1.0 % per tahun, maka peningkatan pendapatan masyarakat sebesar 260 % sesudah tahap operasi kebun dan pabrik diprakirakan berdampak terhadap peningkatan sarana aksesibilitas wilayah (motor sebesar 5% dan mobil 2%). Pertumbuhan sarana tersebut diprakirakan akan menimbulkan dampak lanjut terhadap kemudahan sarana aksesibilitas wilayah di wilayah lokasi kegiatan.Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dampak pembangunan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa terhadap aksesibilitas wilayah di lokasi sekitar tapak proyek tergolong besar dengan sifat positif penting (+P).

Gambar V-XX Prakiraan perubahan prasarana aksesibilitas wilayah (panjang jalan tanah di Estate I) di lingkungan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa

Gambar V-XX Prakiraan perubahan prasarana aksesibilitas wilayah (panjang jalan koral di Estate I) di lingkungan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa

Gambar V-XX Prakiraan perubahan prasarana aksesibilitas wilayah (panjang jalan tanah di Estate II) di lingkungan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa

Gambar V-XX Prakiraan perubahan prasarana aksesibilitas wilayah (panjang jalan koral di Estate II) di lingkungan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa

Gambar V-XX Prakiraan perubahan prasarana aksesibilitas wilayah (unit jumlah motor di Estate I) di lingkungan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa

Gambar V-XX Prakiraan perubahan prasarana aksesibilitas wilayah (unit jumlah mobil di Estate I) di lingkungan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa

Gambar V-XX Prakiraan perubahan prasarana aksesibilitas wilayah (unit jumlah motor di Estate II) di lingkungan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa

Gambar V-XX Prakiraan perubahan prasarana aksesibilitas wilayah (unit jumlah mobil di Estate II) di lingkungan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasab. Sifat dampak

Jumlah manusia yang terkena dampak pada awal proyek 14.307 orang (tahun 2010) dan pada tahun operasi (tahun 2040) diprakirakan 115.168 orang.

Luas persebaran dampak meliputi 4 kecamatan dan 17 desa dan dapat tersebar ke wilayah Kabupaten Kaur lainnya.

Lama dampak berlangsung mulai tahap kontruksi sampai tahap operasi perkebunan dan pabrik kelapa sawit yang diprakirakan 30 tahun.

Intensitas dampak aksesibilitas wialayah meningkat untuk prasarana sebesar 555.6% - 641.2% dan untuk sarana 5.2% -13.0% jika dibandingkan kondisi tanpa ada proyek dengan ada proyek pada tahun 2040.

Komponen lingkungan lain terkena dampak adalah komponen sosial dan pendapatan masyarakat.

Sifat kumulatif dampak adalah bersinergi dengan kegiatan pembagunan prasarana dan sarana aksesibilitas wilayah yang dibangun pemerintah dan masyarakat.

Berbalik atau tidak berbalik dampak; dampak aksesibilitas wilayah berupa penambahan prasarana dan sarana memiliki sifat sulit terbalikan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dampak aksesibilitas wilayah tergolong dampak positif penting.

(2) Kerusakan JalanKerusakan jalan dapat terjadi pada tahap kontruksi, operasi, dan pascaoperasi, yakni akibat adanya aktivitas kegiatan pengangkutan alat dan bahan material, pengangkutan bibit kelapa sawit ke areal tanam, pengangkutan TBS kelapa sawit yang baru di panen dari kebun di bawa ke pabrik pengolahan kelapa sawit, dan pengangkutan CPO. Letak pabrik kelapa sawit yang berjauhan (rencana lokasi pabrik di Kecamatan Tetap atau Maje), menyebabkan pengangkutan TBS yang berlokasi di Kecamatan Muara Sahung melewati jalan-jalan kelas II di daerah Muara Sahung sebelum sampai di lokasi pabrik kelapa sawit. Jumlah truck yang melewati jalan-jalan di Muara Sahung diprakirakan cukup banyak (28 rit truck) per harinya pada tahapan operasi. Dampak prakiraan kerusakan jalan terutama akan dialami di jalan-jalan kelas II di Muara Sahung, terutama yang akan dilewati truck-truck pengangkut TBS kelapa sawit menuju ke lokasi pabrik kelapa sawit yang berlokasi di Desa ...... Kecamatan Maje. Mengingat dampak yang berlangsung cukup lama (30 tahun) dan jumlah kendaraan yang melewati jalan-jalan di Kecamatan Muara Sahung cukup banyak per harinya dan berlangsung selama pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa beroperasi, maka dampak kerusakan jalan ini dapat dikategorikan sebagai dampak negatif penting.

Diperkirakan luas perkebunan yang bisa dibudidayakan Muara sahung ada 3.000 ha, produksi TBS per ha/tahun rata-rata 28 ton/ha/tahun, sehingga produksi/tahun berjumlah: 3.000 x 28 ton/ha: 84.000 ton/tahun. Kapasitas angkut per truk 10 ton, sehingga per harinya jumlah pengangkutan TBS sekitar (84.000/300 hari)/10 ton: 28 truk per hari. Diperkirakan dalam 1 hari ada sekitar 28 rit truk yang melewati jalan-jalan di Muara Sahung yang berpotensi akan menimbulkan dampak kerusakan jalan. Jika hari kerja dibuat 300 hari/tahun dan kapasiatas angkut 10 ton/truk, maka jumlah rit/hari: (84.000/300)/10: 28 rit di muara sahung Bibit sawit yang akan ditanam dipasok dari anak perusahaan PT. Desaria Plantation Group, berlokasi di Gunung Megang dan Tanjung Kemuning. Dengan demikian kegiatan yang dominan dalam pengadaan bibit adalah proses pengangkutan bibit dari lokasi pembibitan ke areal pertanaman. Dengan total areal 5.000 ha, maka dengan asumsi dibutuhkan 140 bibit/ha atau 700.000 bibit secara keseluruhan, maka diperlukan sekitar 1.750 rit angkutan truk. Jika ada 10.000 ha maka dibutuhkan 3.500 rit angkutan truk. Penanaman memerlukan waktu selama 5 tahun, sehingga dalam 1 tahun pengangkutan bibit sawit berjumlah sekitar 700 rit. Diasumsikan dalam 1 tahun ada 300 hari kerja, maka jumlah pengangkutan bibit sebanyak 2-3 rit truk/hari.a. Besar dampak

Dampak kerusakan jalan berasal dari dampak langsung kegiatan pengangkutan TBS kelapa sawit yang dilakukan PT. Sepang Makmur Perkasa, terutama jalan-jalan kelas II yang berada di lokasi Kecamatan Muara Sahung. Sebelum ada pembangunan perkebunan kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa, kondisi jalan yang akan dilalui truck/bus terutama di Kecamatan Muara Sahung kondisinya sudah kurang baik. Kondisi ini akan semakin parah jika nantinya dilewati truck-truck pengangkut TBS kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa dengan jumlah rit pengangkutan 28 rit per hari. Disamping peningkatan kepadatan jumlah kendaraan yang disebabkan oleh adanya truck pengangkut TBS kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa, penambahan kepadatan kendaraan yang melewati jalan ini juga diakibatkan oleh mobilisasi karyawan di lingkungan kebun dan pabrik sebanyak 2.150 orang membutuhkan penambahan sarana kendaraan truck/bus di lingkungan kebun dan pabrik. Disamping itu, peningkatan pendapatan masyarakat di lingkungan kebun dan pabrik sebelum ada proyek Rp 500.000,- dengan tingkat pertumbuhan motor 5 % per tahun dan mobil 2.0 % per tahun maka peningkatan pendapatan masyarakat sebesar 260 % sesudah tahap operasi kebun dan pabrik diprakirakan berdampak terhadap peningkatan sarana aksesibilitas wilayah (motor sebesar 10% dan mobil 5%). Pertumbuhan sarana tersebut diprakirakan menimbulkan dampak lanjut terhadap kemudahan sarana aksesibilitas wilayah.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dampak pembangunan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa terhadap kerusakan jalan di lokasi sekitar tapak proyek (terutama di Kecamatan Muara Sahung), tergolong besar dengan sifat negatif penting (- P).

Gambar V-XX Prakiraan persentase kerusakan jalan di Estate I di lingkungan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa

Gambar V-XX Prakiraan persentase kerusakan jalan di Estate II di lingkungan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasab. Sifat dampak

Jumlah manusia yang terkena dampak pada awal proyek 14.307 orang (tahun 2010) dan pada tahun operasi (tahun 2040) diprakirakan 115.168 orang.

Luas persebaran dampak meliputi 1 kecamatan dan .... desa dan dapat tersebar ke wilayah Kabupaten Kaur lainnya.

Lama dampak berlangsung mulai tahap kontruksi sampai tahap pascaoperasi perkebunan dan pabrik kelapa sawit yang diprakirakan 30 tahun.

Intensitas dampak kerusakan jalan meningkat jika dibandingkan kondisi tanpa ada proyek dengan ada proyek pada tahun 2040.

Komponen lingkungan lain terkena dampak adalah komponen sosial dan pendapatan masyarakat.

Sifat kumulatif dampak adalah bersinergi dengan kegiatan pembagunan prasarana dan sarana aksesibilitas wilayah yang dibangun pemerintah dan masyarakat.

Berbalik atau tidak berbalik dampak; dampak kerusakan jalan berupa terganggunya aksesibitas masyarakat memiliki sifat sulit terbalikan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dampak kerusakan jalan tergolong dampak negatif penting.

BAB VI

EVALUASI DAMPAK PENTING6.1. Telaahan terhadap Dampak Penting6.1.1. Aspek Geo-Fisik-Kimia

6.1.1.

6.1.1.. Aksesibilitas Wilayah

Dampak positif aksesibilitas wilayah diprakirakan terjadi pada tahap kontruksi dan operasi pembangunan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa. Dampak positif aksesibilitas wilayah sangat besar hal ini disebabkan aksesibilitas wilayah yang lebih baik dibutuhkan masyarakat dalam aktivitas ekonomi, sosial dan budaya. Sebelum ada proyek aksesibilitas wilayah di wilayah studi tergolong sedang. Sumber dampak peningkatan prasarana aksesibilitas wilayah berasal dari dampak langsung kegiatan pembangunan jalan oleh PT. Sepang Makmur Perkasa. Panjang jalan koral tanpa ada proyek adalah 144 km pada tahun 2040 dan dengan adanya proyek, panjang jalan koral diprakirakan menjadi 381 km atau bertambah 237 km atau terjadi peningkatan sebesar km atau 164.58%. Panjang jalan tanah tanpa ada proyek adalah 223 km pada tahun 2040 dan dengan adanya proyek panjang jalan tanah diprakirakan 555 km atau terjadi peningkatan sebesar 332 km atau sebesar 148.88%.

Dampak aksesibilitas wilayah kegiatan pembangunan perkebunan dan pabrik kelapa sawit tergolong dampak positif penting6.1.10. Kerusakan JalanDampak kerusakan jalan dapat terjadi pada tahap kontruksi, operasi, dan pascaoperasi, sebagai akibat adanya aktivitas kegiatan pengangkutan alat dan bahan material serta pengangkutan TBS kelapa sawit yang baru di panen di perkebunan di bawa ke pabrik pengolahan kelapa sawit, dan pengangkutan CPO. Letak pabrik kelapa sawit yang berjauhan (lokasi pabrik kelapa sawit di Desa ........Kecamatan Maje), menyebabkan pengangkutan TBS yang berlokasi di Kecamatan Muara Sahung akan melewati jalan-jalan kelas II di daerah Muara Sahung sebelum sampai di lokasi pabrik kelapa sawit. Jumlah truck yang melewati jalan-jalan di Muara Sahung diprakirakan cukup banyak (...... truck) per harinya. Dampak kerusakan jalan terutama akan dialami di jalan-jalan kelas II di Muara Sahung, yang akan dilewati truck-truck pengangkut TBS sawit menuju ke lokasi pabrik kelapa sawit di Desa ...... Kecamatan Maje. Kondisi jalan yang kurang baik dan sempit akan semakin meningkatkan kerusakan jalan. Armada angkutan dibutuhkan untuk mengangkut hasil kebun dan pabrik kelapa sawit . Hasil panen TBS kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa diangkut ke tempat penimbunan (emplasment) dengan menggunakan dump truck dan traktor. Di tempat penimbunan, TBS dikumpulkan kemudian diangkut ke pabrik pengolahan kelapa sawit menggunakan truck berkapasitas 10 ton TBS/trip. Pada tahun awal tanaman kelapa sawit menghasilkan, TBS diangkut dan dipasarkan ke pabrik milik perusahaan lain yang bekerjasama dengan PT. Sepang Makmur Perkasa. Jika kebun kelapa sawit sudah menghasilkan TBS yang cukup untuk mengolah kelapa sawit selama 4-8 jam dengan kapasitas 30 ton TBS/jam, maka PT. Sepang Makmur Perkasa akan membangun pabrik kelapa sawit yang direncanakan berlokasi di Kecamatan Maje. Prakiraan TBS yang diangkut dari kebun ke pabrik kelapa sawit sebanyak 933 ton TBS/hari atau 93 rit/hari jika pengolahan TBS berlangsung 20 jam/hari selama 300 hari per tahun. Pengolahan TBS ini diprakirakan menghasilkan CPO/hari sebanyak 82.800 ton/tahun(278 ton CPO /hari), Inti sawit 18.000 ton/tahun (60 ton/hari) dan jenjang kosong 82.800 ton/tahun (276 ton/hari). Pengangkutan bahan baku TBS dan jenjang kosong menggunakan truck kecil (dump truck) kapasitas 10 ton sedangkan angkutan CPO dan inti sawit akan menggunakan truck besar kapasotas 15 ton. Prakiraan jumlah armada truck yang dibutuhkan perkebunan dan pabrik kelapa sawit lebih kurang 186 unit per hari.

Kegiatan pengangkutan hasil kebun dan pabrik kelapa sawit ini di perkirakan berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan berupa penurunan kualitas udara dan meningkatnya tingkat kebisingan. Dampak positif kegiatan pengangkutan hasil kebun dan pabrik ini dapat membuka kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Tabel II-XX. Alat angkut yang digunakan angkutan hasil kebun dan pabrik

NoJenis BarangTruck Kecil (kapasitas 10 ton/unit)Truck Besar (kapasitas 15 ton/unit)

TBS120 rit/hari

Jenjang Kosong28 rit/hari

CPO28 rit/hari

Inti Sawit5 rit/hari

Cangkang Sawit5 rit/hari

Total148 rit/hari38 rit/hari

Mengingat dampak yang berlangsung cukup lama, yaitu selama 30 tahun dan jumlah kendaraan yang melewati jalan-jalan di Kecamatan Muara Sahung cukup banyak per harinya dan berlangsung selama pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa beroperasi, maka dampak kerusakan jalan dapat dikategorikan sebagai dampak negatif penting.

6.2. Pemilihan Alternatif yang Terbaik

Alternatif yang dikaji dalam kegiatan pembangunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa adalah besar dampak terhadap komponen lingkungan apabila pabrik kelapa sawit di bangun di Desa ....... (alternatif 1) atau desa .......... (alternatif 2).

Hasil evaluasi didapatkan , besaran penurunan kualitas lingkungan pabrik alternatif 1 lebih kecil dibandingkan pabrik alternatif 2. Besar dampak penurunan kualitas Air Kole (Pabrik Alternatif 1) lebih kecil dibandingkan Air Ilik (Pabrik alternatif 2).6.3. Telaah sebagai Dasar Pengelolaan

6.3.1. Aspek Geo-Fisik-Kimia

6.3....... Aksesibilitas Wilayah

Dampak positif aksesibilitas wilayah berasal dari dampak langsung dari kegiatan pembangunan jalan yang dilakukan PT. Sepang Makmur Perkasa. Disamping peningkatan aksesibilitas wilayah akibat penambahan prasarana jalan, kegiatan PT. Sepang Makmur Perkasa berupa mobilisasi karyawan sebanyak 4.300 orang membutuhkan penambahan sarana kendaraan truck/bus di lingkungan kebun dan pabrik. Upaya untuk meningkatkan dampak positif ini dilakukan sebagai berikut: Fasilitas jalan yang dibangun PT. Sepang Makmur Perkasa harus dapat digunakan bersama masyarakat.

Memberikan ruang penggunaan fasilitas yang dibangun PT. Sepang Makmur Perkasa dapat digunakan bersama masyarakat dengan batasan-batasan tertentu.6.3..... Kerusakan Jalan

Dampak negatif kerusakan jalan berasal dari dampak langsung kegiatan truck pengangkut TBS kelapa sawit dan mobilisasi alat-alat serta material selama pembangunan sarana dan prasarana penunjang pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa. Disamping peningkatan aksesibilitas wilayah akibat penambahan prasarana jalan, kegiatan PT. Sepang Makmur Perkasa berupa mobilisasi karyawan sebanyak 2.150 orang membutuhkan penambahan sarana kendaraan truck/bus di lingkungan kebun dan pabrik. Upaya untuk mengurangi dampak negatif ini dilakukan sebagai berikut: Truck pengangkut TBS kelapa sawit yang melewati jalan-jalan di lokasi perkebunan dan pabrik harus disesuaikan dengan kelas jalan setempat.

Fasilitas jalan yang dibangun pemerintah, harus juga melibatkan PT. Sepang Makmur Perkasa dalam pemeliharaannya.

Waktu pengangkutan TBS kelapa sawit dianjurkan pada malam hari agar menghindari kemacetan lalu lintas di jalan raya.

6.4. Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)Aksesibilitas Wilayah(1) Dampak Penting dan Sumber Dampak Besar Dampak Besar dan Penting

a. Parameter Lingkungan yang Mengalami Perubahan Mendasar

Parameter lingkungan yang mengalami perubahanmendasar adalah prasarana (jalan) dan sarana aksesisibilitas wilayah di lingkungan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa.b. Sumber DampakSumber dampak berasal: Penambahan prasarana jalan (jalan kebun dan jalan masuk pabrik) pada kegiatan PT. Sepang Makmur Perkasa.

Penyediaan sarana angkutan untuk kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa.

(2) Tolok Ukur DampakTolok ukur dampak adalah kemudahan masyarakat lokal mengakses wilayah sosial ekonomi dan budaya (desa, kebun) sesudah ada perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa.

(3) Tujuan Rencana Pengelolaan LingkunganTujuan pengelolaan adalah meningkatkan aksesibilitas masyarakat menuju wilayah sosial ekonomi dan budaya (desa, kebun) sesudah ada perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa.

(4) Rencana Pengelolaan Lingkungan Fasilitas jalan yang dibangun PT. Sepang Makmur Perkasa harus dapat digunakan bersama masyarakat. Memberikan ruang penggunaan fasilitas yang dibangun PT. Sepang Makmur Perkasa dapat digunakan bersama masyarakat dengan batasan-batasan tertentu.

(5) Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Lokasi pengelolaan prasarana dan sarana aksesibilitas wilayah yang dibangun dan dimiliki perkebunan dan pabrik PT. Sepang Makmur Perkasa.

(6) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan dimulai pada tahap prakontruksi, kontruksi, dan operasi perkebunan dan pabrik PT. Sepang Makmur Perkasa.(7) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

a) Pelaksana: PT. Sepang Makmur Perkasa.

b) Pengawas: 1. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu

2. Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu

3. Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Tatakota Kabupaten Kaur.4. Dinas Kehutanan, Perkebunan, Pertambangan, dan ESDM Kabupaten Kaur.

c) Pelaporan : 1. Gubernur Provinsi Bengkulu

2. Bupati Kabupaten Kaur

3. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu

4. Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu

5. Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Tatakota Kabupaten Kaur

6. Dinas Kehutanan, Perkebunan, Pertambangan, dan ESDM Kabupaten KaurRENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)Aksesibilitas Wilayah(1) Dampak Besar Dampak dan Penting yang Dipantaua. Jenis komponen atau parameter yang dipantau

Parameter yang dipantau adalah prasarana (jalan) dan sarana aksesibilitas wilayah milik perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa yang dapat digunakan bersama masyarakat lokal.

b. Indikator dari komponen dampak besar dan Penting yang dipantauTolok ukur dampak adalah kemudahan masyarakat lokal mengakses wilayah sosial ekonomi dan budaya (desa, kebun) sesudah ada perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa.(2) Sumber dampak berasal Penambahan prasarana jalan (jalan kebun dan jalan masuk pabrik) pada kegiatan PT. Sepang Makmur Perkasa.

Penyediaan sarana angkutan untuk kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa.

(3) Parameter Lingkungan yang DipantauParameter yang dipantau adalah prasarana jalan (jalan kebun dan jalan masuk pabrik) dan sarana aksesibilitas wilayah milik PT. Sepang Makmur Perkasa yang dapat digunakan bersama masyarakat lokal.

(4)Tujuan Rencana Pemantauan LingkunganPemantauan lingkungan bertujuan mengetahui aksesibilitas wilayah masyarakat sesudah sesudah ada perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa.

(5) Metode Pemantauan Lingkungan

a. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan berupa wawancara dengan masyarakat lokal tentang kemudahanmasyarakat lokal mengakses wilayah sosial-ekonomi dan budaya (desa, kebun) sesudah ada perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa. Disamping itu juga dicatat prasarana (jalan) dan sarana aksesisibilitas wilayah milik PT. Sepang Makmur Perkasa yang dapat digunakan bersama masyarakat lokal.. Data hasil wawancara ditabulasi dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.b. Lokasi Pemantauan LingkunganLokasi pemantauan masyarakat di lingkungan perkebunan dan pabrik sawit PT. Sepang Makmur Perkasa.

c. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantuan Lingkungan Hidup

Pemantauan aksesibilitas wilayah dimulai pada tahap prakontruksi, kontruksi, dan dilanjutkan tahap operasi dengan frekuensi setiap 1 tahun sekali.

(6) Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

a. Pelaksana: PT. Sepang Makmur Perkasa.

b.Pengawas: 1. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu

2. Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu

3. Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Tatakota Kabupaten Kaur.

4. Dinas Kehutanan, Perkebunan, Pertambangan, dan ESDM Kabupaten Kaur.

c) Pelaporan : 1. Gubernur Provinsi Bengkulu

2. Bupati Kabupaten Kaur

3. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu

4. Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu

5. Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Tatakota Kabupaten Kaur

6. Dinas Kehutanan, Perkebunan, Pertambangan, dan ESDM Kabupaten KaurRENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)

(8) Dampak Penting dan Sumber Dampak Besar dan Penting

d. Parameter Lingkungan yang Mengalami Perubahan Mendasar

Parameter lingkungan yang mengalami perubahan mendasar adalah prasarana jalan di lingkungan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa.

e. Sumber Dampak

Sumber dampak berasal:

Penambahan jumlah angkutan (mobil karyawan, bus, dan truk) untuk kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa yang melewati jalan-jalan di Kecamatan Muara Sahung, Maje, Kaur Selatan, dan Tetap. (9) Tolok Ukur Dampak

Tolok ukur dampak adalah panjang kerusakan jalan di wilayah kegiatan dan sekitarnya sesudah ada perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa.

(10) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan

Tujuan pengelolaan adalah meningkatkan kondisi jalan lebih baik sesudah ada perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa.

(11) Rencana Pengelolaan Lingkungan

Fasilitas jalan yang dibangun PT. Sepang Makmur Perkasa harus dapat digunakan bersama masyarakat.

Kendaraan yang digunakan harus sesuai dengan kelas jalan yang ada di lokasi kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa

Ikut membantu memelihara fasilitas jalan yang dibangun pemerintah daerah maupun perusahaan.

(12) Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Lokasi pengelolaan adalah jalan-jalan yang dibangun Pemerintah Daerah dan dimiliki perkebunan dan pabrik PT. Sepang Makmur Perkasa.

(13) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan dimulai pada tahap prakontruksi, kontruksi, dan operasi perkebunan dan pabrik PT. Sepang Makmur Perkasa.

(14) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

c) Pelaksana: PT. Sepang Makmur Perkasa.

d) Pengawas: 1. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu

2. DLLAJR Kabupaten Kaur

3. Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu

4. Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Tatakota Kabupaten Kaur.

5. Dinas Kehutanan, Perkebunan, Pertambangan, dan ESDM Kabupaten Kaur.

c) Pelaporan : 1. Gubernur Provinsi Bengkulu

2. Bupati Kabupaten Kaur

3. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu

4. Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu

5. Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Tatakota Kabupaten Kaur

6. Dinas Kehutanan, Perkebunan, Pertambangan, dan ESDM Kabupaten Kaur

7. DLLAJR Kabupaten KaurRENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)

Kerusakan Jalan(1) Dampak Besar Dampak dan Penting yang Dipantau

a. Jenis komponen atau parameter yang dipantau

Parameter yang dipantau adalah kerusakan jalan milik Pemerintah Daerah yang dilalui oleh kendaraan-kendaraan PT. Sepang Makmur Perkasa.b. Indikator dari komponen dampak besar dan Penting yang dipantau

Tolok ukur dampak adalah panjang jalan yang rusak yang dilalui kendaran-kendaran angkutan perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa.(2) Sumber dampak berasal Penambahan sarana kendaraan dan kegiatan pengangkutan karyawan, bibit kalapa sawit, TBS, CPO, dan KPO yang dihasilkan PT. Sepang Makmur Perkasa.

(3) Parameter Lingkungan yang Dipantau

Parameter yang dipantau adalah prasarana jalan yang dilalui kendaraan-kendaraan milik PT. Sepang Makmur Perkasa.(4)Tujuan Rencana Pemantauan Lingkungan

Pemantauan lingkungan bertujuan mengetahui panjang kerusakan jalan sesudah ada perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa.

(5) Metode Pemantauan Lingkungan

b. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan berupa wawancara dengan masyarakat lokal dan pejabat instansi terkait tentang panjang kerusakan jalan, sesudah ada perkebunan dan pabrik kelapa sawit PT. Sepang Makmur Perkasa. Data hasil wawancara ditabulasi dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.

b. Lokasi Pemantauan LingkunganLokasi pemantauan adalah jalan-jalan yang dilalui kendaraan-kendaraan PT. Sepang Makmur Perkasa.

f. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantuan Lingkungan Hidup

Pemantauan aksesibilitas wilayah dimulai pada tahap kontruksi dan dilanjutkan tahap operasi dengan frekuensi setiap 3 bulan sekali.

(6) Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

a. Pelaksana: PT. Sepang Makmur Perkasa.

b. Pengawas:1. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu

2. Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu

3. Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Tatakota Kabupaten Kaur.

4. Dinas Kehutanan, Perkebunan, Pertambangan, dan ESDM Kabupaten Kaur.

5. DLLAJR Kabupaten Kaur

c) Pelaporan : 1. Gubernur Provinsi Bengkulu

2. Bupati Kabupaten Kaur

3. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu

4. Dinas Perkebunan Provinsi Bengkulu

5. Kantor Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Tatakota Kabupaten Kaur

6. Dinas Kehutanan, Perkebunan, Pertambangan, dan ESDM Kabupaten Kaur

7. DLLAJR Kabupaten Kaur