Evaluasi Dampak (ANDAL)

30
VI. EVALUASI DAMPAK PENTING A. TELAAHAN TERHADAP DAMPAK PENTING Evaluasi dampak penting dilakukan secara holistik adalah telaahan secara totalitas terhadap berbagai dampak yang bersifat penting yang ditelaah sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan saling pengaruh-mempengaruhi sehingga diketahui sejauh mana perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif dengan menggunakan Metode Matriks tiga Tahap Fisher and Davies (1973), menurut Fisher and Davies metode ini dapat dipergunakan untuk melakasanakan prediksi, interpretasi dan evaluasi dampak. Matriks Fisher and Davies merupakan metode yang menggunakan langkah-langkah yang terdiri dari: i) menyusun matriks evaluasi dasar terhadap komponen lingkungan, ii) menyusun matriks untuk melakukan identifikasi dan prediksi dampak, dan iii) menyusun matriks evaluasi dampak dan keputusan. 1. Evaluasi Dasar terhadap Komponen Lingkungan Dalam melaksanakan identifikasi dampak dan memprediksi dampak perlu disusun suatu matriks evaluasi dasar terhadap kondisi lingkungan. Pada hakekatnya matriks evaluasi dasar ini dimaksudkan untuk dapat memperolah data tentang rona lingkungan dan berbagai sifat dari sesuatu parameter komponen lingkungan. Matriks evaluasi dasar disusun dengan cara: a. Disusun daftar parameter komponen lingkungan yang diduga terkena dampak pembangunan. parameter komponen lingkungan ini disusun berdasar kelompok geofisik, biotis dan sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat; b. Setiap parameter ditentukan kondisinya pada saat studi yaitu Rona Lingkungan Awal. Kondisi setiap paramater dibedakan menjadi 3 yaitu: bagus, sedang dan jelek. Ketiga hal ini perlu ditentukan untuk mempermudah dalam memberikan skala keadaan sekarang. Skala kualitas lingkungan dapat menggunakan pedoman baku mutu kualitas lingkungan atau dengan menggunakan tabel standar kualitas lingkungan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu; c. Keadaan komponen kualitas lingkungan sekarang ditentukan dengan memberikan nilai skala 1 – 5. Angka 1 berarti kondisi paramater lingkungan sangat jelek, angka 2, 3, 4 dan 5 masing-masing berarti jelek, sedang, bagus dan sangat bagus; d. Skala kepentingan terhadap proyek diberikan dalam bentuk angka-angka 1 terhadap parameter yang tidak penting terhadap proyek, angka 2 yang ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-1

description

Evaluasi dampak dalam AMDAL (Bab VI)

Transcript of Evaluasi Dampak (ANDAL)

Page 1: Evaluasi Dampak (ANDAL)

VI. EVALUASI DAMPAK PENTING

A. TELAAHAN TERHADAP DAMPAK PENTING

Evaluasi dampak penting dilakukan secara holistik adalah telaahan secara totalitas terhadap berbagai

dampak yang bersifat penting yang ditelaah sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan saling

pengaruh-mempengaruhi sehingga diketahui sejauh mana perimbangan dampak penting yang bersifat

positif dengan yang bersifat negatif dengan menggunakan Metode Matriks tiga Tahap Fisher and

Davies (1973), menurut Fisher and Davies metode ini dapat dipergunakan untuk melakasanakan

prediksi, interpretasi dan evaluasi dampak. Matriks Fisher and Davies merupakan metode yang

menggunakan langkah-langkah yang terdiri dari: i) menyusun matriks evaluasi dasar terhadap

komponen lingkungan, ii) menyusun matriks untuk melakukan identifikasi dan prediksi dampak, dan iii)

menyusun matriks evaluasi dampak dan keputusan.

1. Evaluasi Dasar terhadap Komponen Lingkungan

Dalam melaksanakan identifikasi dampak dan memprediksi dampak perlu disusun suatu matriks

evaluasi dasar terhadap kondisi lingkungan. Pada hakekatnya matriks evaluasi dasar ini dimaksudkan

untuk dapat memperolah data tentang rona lingkungan dan berbagai sifat dari sesuatu parameter

komponen lingkungan. Matriks evaluasi dasar disusun dengan cara:

a. Disusun daftar parameter komponen lingkungan yang diduga terkena dampak pembangunan.

parameter komponen lingkungan ini disusun berdasar kelompok geofisik, biotis dan sosial

ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat;

b. Setiap parameter ditentukan kondisinya pada saat studi yaitu Rona Lingkungan Awal. Kondisi

setiap paramater dibedakan menjadi 3 yaitu: bagus, sedang dan jelek. Ketiga hal ini perlu

ditentukan untuk mempermudah dalam memberikan skala keadaan sekarang. Skala kualitas

lingkungan dapat menggunakan pedoman baku mutu kualitas lingkungan atau dengan

menggunakan tabel standar kualitas lingkungan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu;

c. Keadaan komponen kualitas lingkungan sekarang ditentukan dengan memberikan nilai skala 1

– 5. Angka 1 berarti kondisi paramater lingkungan sangat jelek, angka 2, 3, 4 dan 5 masing-

masing berarti jelek, sedang, bagus dan sangat bagus;

d. Skala kepentingan terhadap proyek diberikan dalam bentuk angka-angka 1 terhadap parameter

yang tidak penting terhadap proyek, angka 2 yang tidak penting, angka 3 sedang, angka 4

sesuatu paremeter itu penting dan angka 5 sesuatu parameter itu sangat penting;

e. Demikian juga dengan kepekaan terhadap pengelolaan bagi setiap parameter juga harus

ditentukan. Nilai kepekaan terhadap sesuatu parameter lingkungan terhadap pengelolaan juga

ditentukan dengan memberi angka-angka 1 bagi parameter yang sangat tidak peka, angka 2

tidak peka, angka 3 berarti sedang, angka 4 peka dan angka 5 sangat peka terhadap upaya

pengelolaan. Dasar untuk penentuan kepekaan terhadap pengelolaan sebagai berikut.

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-1

Page 2: Evaluasi Dampak (ANDAL)

1) Fisik Kimia

a) Iklim Mikro

Kegiatan permbersihan lahan dan pembongkaran bangunan akan menyebabkan hilangnya vegetasi

pada lahan seluas 43,6 ha. Fungsi vegetasi sebagai peneduh dan penyerap polutan, maka dengan

adanya perubahan lahan tersebut akan berdampak terhadap perubahan iklim mikro (peningkatan

suhu dan peneurunan kelembaban). Kondisi lahan tanpa vegetasi diprakirakan akan berlangsung

selama kegiatan konstruksi berlangsung. Peningkatan suhu dan penurunan kelembaban akan

berpengaruh terhadap kenyaman thermal masyarakat sekitar. Selain itu, peningkatan iklim mikro juga

akan berdampak terhadap fungsi fisiologis tanaman lain di sekitar lokasi.

Perubahan iklim mikro pada tahap operasi dari kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan dan

pemeliharaan jalan dan jembatan. Pengoperasian jalan yaitu meningkatnya jumlah kendaraan

bermotor mengakibatkan terjadi pencemaran udara. Konsentrasi penduduk pada wilayah tertentu

ditambah dengan adanya industri dan perdagangan serta transportasi kota yang padat menyebabkan

tejadinya thermal polution yang kemudian membentuk pulau panas atau heat island. Pulau-pulau

panas terjadi karena adanya emisi panas yang direfleksikan dari permukaan bumi ke atmosfir.

Pertumbuhan sektor industri dan bisnis di sepanjang jalan Bojonggede-Kemang diprakirakan akan

meningkat, hal ini akan berdampak juga terhadap perubahan tata guna lahan yaitu perubahan tutupan

lahan dari pertanian menjadi bangunan tempat usaha (industri, pertokoan, dll) atau perumahan.

Menurut Grey dan Deneke (1986), sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi mengalami proses

refleksi, transmisi dan absorbsi. Pulau panas pada umumnya terdapat pada bagian wilayah kota tidak

bervegetasi, kemudian proses tersebut saling bersinergi dalam meningkatkan suhu udara. Dari

kegiatan pemeliharaan jalan dan jembatan yang salah satu kegiatannya adalah pemeliharaan

tanaman pada RTH seluas 30 % yang telah ditanam pada tahap konstruksi. Diprakirakan dalam waktu

5 tahun pertumbuhan tanaman pada RTH sudah optimal. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap

membaiknya kondisi iklum mikro (penurunan suhu dan peningkatan kelembaban). Tauhid (2008)

mengemukakan bahwa luas 10 % penutupan vegetasi pohon hutan kota mampu menurunkan suhu

0,9 oC. Sedangkan peningkatan kelembaban dengan adanya penghijauan yaitu sekitar 4 % (Asiani,

2009). Perubahan iklim mikro akan mempengaruhi kenyamanan masyarakat sekitar lokasi studi,

namun dengan pengelolaan yang baik dampak perubahan iklim mikro dapat terbalikkan. Dengan

demikian kepekaan terhadap pengelolaan tahap konstruksi dan operasi adalah peka (4).

b) Kualitas Udara dan Debu

Seperti telah diuraikan pada Bab V, bahan berupa material konstruksi akan diangkut dari lokasi quarry

yang berada di daerah Rumpin (15 Km dari proyek), Cigudeg (25 dari proyek), dan Jonggol (30 dari

proyek), melalui jalur jalan arteri: Parung, kemudian melalui jalan lokal hingga ke lokasi studi di Desa

Bojongbaru. Penimbunan alat berat dan material konstruksi akan dilakukan di tiga lokasi, di sekitar

Desa Bojongbaru, Desa Tajurhalang, dan Desa Jampang. Untuk mencapai dua lokasi penimbunan

lainnya dipergunakan jalan lokal eksisting. Peningkatan intensitas kendaraan yang melalui jalur angkut

tersebut akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi debu, gas CO, NOx dan SO2 di udara ambien

di sepanjang jalan yang dilalui kendaraan. Besarnya peningkatan kandungan polutan udara tersebut

masih berada di bawah nilai ambang batas yang ditetapkan menurut PP No. 41 tahun 1999.

Walaupun demikian wilayah sebaran dampak cenderung luas hingga radius 30 km dari lokasi proyek

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-2

Page 3: Evaluasi Dampak (ANDAL)

yaitu sepanjang jalur pengangkutan. Kegiatan mobilisasi alat berat dan bahan ini berlangsung secara

intermitten selama tahap konstruksi yaitu sekitar 9 bulan, dan dapat terbalikan seiring dengan·

berakhirnya tahap konstruksi. Dengan demikian jelas bahwa paparan polutan udara terhadap

penduduk yang tinggal di sekitar jalur angkut tidak terus menerus.

Kegiatan pematangan lahan yang melakukan pembukaan lahan seluas 43,6 ha, diprakirakan

menimbulkan peningkatan konsentrasi debu di udara ambien pada saat kegiatan berlangsung hingga

mencapai 1268 ug/m3, sementara dari aktivitas buldozer, backhoe dan crawler diprakirakan

memberikan kontribusi emisi gas buang sebesar 1,88 ug/m3 untuk debu, 3,21 ug/m3 untuk 502, 9,96

ug/m3 untuk NOx dan 8,85 ug/m3 untuk CO. Peningkatan tersebut jika dikumulatifkan dengan

konsentrasi ambien rata-rata masih berada di bawah ambang batas yang dipersyaratkan, kecuali

untuk debu. Namun demikian pada saat pematangan lahan juga terjadi pengangkutan bahan bekas

galian dan bahan timbunan sehingga peningkatan kandungan gas-gas pencemar di udara akan

semakln tinggi. Wilayah persebaran dampak akan meluas hingga radius 30 km serta masyarakat yang

akan terkena dampak akan lebih banyak. Kandungan debu hingga 1268 ug/m3 akan mengganggu

jarak pandang baik bagi pekerja ataupun masyarakat yang tinggal berdekatan dengan lokasi kegiatan,

sehingga resiko terjadinya kecelakaan kerja semakin tinggi. Paparan debu juga berimplikasi pada

meningkatnya resiko kejangkitan penyakit saluran pernafasan seperti ISPA dan penumonia.

Dengan beroperasinya Jalan Bojonggede - Kemang, maka jalan tersebut akan bertindak sebagai

sumber emisi garis (line source) bagi peningkatan gas-gas polutan di udara ambien. Kadar gas-gas di

udara ambien pada saat beroperasinya jalan diprakirakan meningkat namun peningkatannya masih di

bawah ambang batas berdasarkan PP No. 41 tahun 1999. Peningkatan yang mencolok, adalah

parameter CO (karbon monoksida) dan NOx (nitrogen oksida). Kedua gas ini merupakan polutan

utama dari sektor transportasi. Peningkatan volume kendaraan di sepanjang jalan Bojonggede-

Kemang diprakirakan akan melebihi 2% per tahun, karena di kawasan ini akan terjadi percepatan

pertumbuhan pembangunan di berbagai sektor seperti industri dan bisnis. Dengan demikian akan

terjadi peningkatan konsentrasi polutan secara gradual dan berlangsung selama beroperasinya jalan

Bojonggede- Kemang. Pada suatu saat dalam masa pengoperasian jalan, konsentrasi polutan

tersebut akan melewati ambang batas, meskipun CO dan Nox dapat bereaksi secara kimiawi dengan

zat lain menjadi senyawa yang lebih stabil, yaitu CO akan teroksidasi menjadi CO2 dan NOx akan

tereduksi menjadi gas ammonia. Kondisi ini terjadi karena kecepatan pembentukan emisi lebih besar

dibanding kecepatan penyisihannya. Penurunan kualitas udara tersebut bersifat akumulatif dengan

sedikit reversible. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan terhadap pengelolaan

dampak dari peningkatan kualitas udara dan debu tahap konstruksi dan operasi adalah sangat peka

(5).

c) Kebisingan

Kebisingan sebesar 65-74 dBA pada jarak 20 meter dari sumber juga berlangsung secara intermitten

di siang hari sehingga pengaruhnya terhadap gangguan pendengaran relatif kecil. Menurut Whyte, et

al., 1980 lingkungan dengan tingkat kebisingan lebih besar dari 104 dBA atau kondisi kerja yang

mengakibatkan seseorang harus menghadapi tingkat kebisingan leb!h besar dari 85 dBA selama lebih

dari 8 jam per hari tergolong sebagai high level of noise related risk. Dengan demikian kebisingan

yang timbul dari kegiatan mobilisasi alat berat dan bahan tergolong beresiko rendah terhadap

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-3

Page 4: Evaluasi Dampak (ANDAL)

gangguan pendengaran. Namun dampak akan meningkat secara gradual jika mobilisasi alat tersebut

kegiatannya bersamaan dengan kegiatan pematangan lahan.

Kebisingan dari pengoperasian buldozer berkisar antara 75-95 dBA pada jarak 15 meter dari sumber.

Persebaran dampak diprakirakan akan terjadi di sepanjang jalur rencana jalan, di atas lahan seluas

43,6 ha, dan akan berlangsung selama kegiatan pematangan lahan. Kebisingan tersebut jika

berlangsung secara terus-menerus selama 8 jam per hari atau lebih, maka akan berdampak pada

gangguan pendengaran. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pematangan lahan

harus dikelola dengan baik agar dampak yang ditimbulkan dapat diminimalkan

Pad saat pengoperasian jalan Bojjonggede Kemang, kebisingan di lokasi jalan dan sekitarnya akan

lebih tinggi dibanding dengan kondisi sebelum adanya jalan. Kebisingan yang timbul dari aktifitas

transportasi bervariasi bergantung pada jenis kendaraan yang melewatinya yaitu berkisar antara 60

hingga diatas 90 dBA. Kebisingan yang timbul tergolong sebagai kebisingan sesaat dengan intensitas

cenderung menurun dengan semakin jauhnya jarak dengan sumber (sumber bergerak). Dengan

demikian paparan terhadap penduduk yang tinggal di sekitar lokasi jalan relatif tidak tinggi. Namun

demikian pertumbuhan sektor industri dan bisnis di sepanjang jalan Bojonggede-Kemang, akan

menjadi salah satu sumber bising kontinyu dari mulai pedagang kakilima, bengkel, pabrik dan

pertokoan. Sama halnya dengan kualitas udara, tingkat kebisingan di lokasi kegiatan akan meningkat

secara gradual selama operasional jalan. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan

terhadap pengelolaan dampak dari peningkatan kebisingan tahap konstruksi dan operasi adalah

sangat peka (5).

d) Kualitas Air Permukaan

Seperti yang telah diuraikan pada bab V, pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan,

pekerjaan badan jalan dan pelapisan pengkerasan jalan, serta pematangan lahan akan berdampak

pada peningkatan air larian yang selanjutnya akan berdampak pada kualitas air permukaan dan

sedimentasi berupa peningkatan kekeruhan, TSS, dan TDS perairan. Dengan penambahan erosi dari

sebelum proyek sampai setelah proyek sebesar 910,307 ton/tahun atau sebesar 400% dari kondisi

awal maka diprakirakan penambahan TSS di Sungai Kalibaru sebesar ±160 mg/l, Sungai

Pasanggrahan sebesar ±325 mg/l, dan Sungai Kaliangke sebesar ±265mg/l. Semakin tinggi TSS

maka akan diikuti dengan peningkatan nilai kekeruhan, dengan adanya peningkatan kekeruhan pada

tahap konstruksi maka diprakirakan kekeruhan pada Sungai Kalibaru sebesar ±50 NTU, Sungai

Pasanggrahan ±135 NTU, dan Sungai Kaliangke ±104 NTU. Menurut Moore (1991) mengatakan

bahwa peningkatan kekeruhan sebesar 5 NTU pada perairan sungai dapat mengurangi produktivitas

primer sebesar 13 %. Menurut Alabaster dan Lloyd (1982), TSS sebesar 81-400 mg/l sangat tidak

baik bagi kehidupan organisme perairan. Sungai-sungai wilayah studi digunakan masyarakat sekitar

untuk mengairi kolam/empang mereka oleh karena itu dengan peningkatan TSS sebesar 160-325 mg/l

akan berdampak pada organisme yang dibudidaya oleh masyarakat.

Kegiatan konstruksi dan operasi jalan dan jembatan juga akan mengakibatkan turunnya kualitas

perairan seperti nitrit, pH, dan logam-logam berat. Konsentrasi nitrit pada sungai-sungai wilayah studi

sudah cukup tinggi bahkan nilai nitrit melebihi baku mutu perairan. Kondisi ini disebabkan oleh

tingginya masukan nitrogen organik dari aktivitas MCK warga. Pada tahap operasi diprakirakan

frekuensi kendaraan akan bertambah sehingga akan meningkatkan gas NOx yang selanjutnya akan

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-4

Page 5: Evaluasi Dampak (ANDAL)

masuk ke perairan dan akan berubah menjadi nitrogen anorganik termasuk senyawa nitrit. Senyawa

nitrit bersifat toksik baik untuk organisme perairan maupun pada manusia karena akan menyebabkan

terganggunya proses pengikatan oksigen oleh hemoglobin darah. Gas NOx dan SOx yang dihasilkan

dalam tahap operasi juga akan menyebabkan turunya pH perairan karena gas SOx dan NOx akan

bereaksi dengan uap air dan menghasilkan asam kuat yaitu H2SO4 dan HNO3. Oleh karena itu dengan

adanya kegiatan operasi maka akan menyebabkan asidifikasi perairan. Dengan demikian maka

secara umum skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak dari penurunan kualitas air permukaan

tahap konstruksi dan operasi adalah peka (4).

e) Air Larian (Runoff)

Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan badan

jalan dan pelapisan perkerasan jalan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak

terhadap peningkatan air larian (runoff). Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan

yaitu pembersihan lahan dari vegetasi penutup dan bangunan yang berada pada tapak proyek,

sehingga menjadi lahan terbuka. Selanjutnya dilakukan pematangan lahan dan konstruksi fisik jalan.

Selama kegiatan-kegiatan tersebut maka akan terjadi runoff, berdasarkan hasil perhitungan yaitu

sebesar 3.506,19 m3/hari atau terjadi peningkatan dari kondisi aktual sebesar 2,103.72 m3/hari.

Peningkatan runoff akan berdampak lanjutan terhadap erosi tanah dan infiltrasi air ke dalam tanah.

Terbawanya material tanah oleh aliran runoff akan menyebabkan terjadinya sedimentasi pada sungai

terutama pada saat terjadinya hujan, dimana terjadi tumbukan air hujan pada tanah secara langsung

yang akan mengikis tanah, selain itu dari kegiatan pematangan tanah akan menyebabkan terjadinya

penghancuran konsistensi tanah menjadi butiran-butiran (agregat) kasar yang mudah terbawa

bersama runoff pada saat hujan turun. Hal tersebut bepotensi menyebabkan terjadinya sedimentasi

pada sungai akibat pengendapan material tanah ke dasar sungai. Sedimentasi akan menyebabkan

kapasitas sungai sebagai badan air penerima akan berkurang sehingga berpotensi terjadinya

luapan/banjir. Selain itu, masuknya material tanah ke dalam badan air penerima akan mengganggu

kualitas air permukaan.

Pada tahap operasi, kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan akan meningkatkan jumlah air larian.

Runoff akan meningkatkan dimana 95% air akan menjadi air larian dan berdasarkan hasil perhitungan

besarnya runoff yang terjadi adalah 4.441,18 m3/hari dan diprakirankan setelah 5 tahun beroperasinya

jalan, air larian (runoff) menjadi 3.084,22 m3/hari dengan membaiknya kondisi tanaman pada RTH.

Selain itu, juga berdampak terhadap terganggunya kualitas air permukaan dari partikel debu yang

terbawa air larian. Sifak dampak runoff tidak berbalik, namun tidak mersifat menumpuk. Dengan

demikian maka secara umum skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak dari air larian (runoff)

tahap konstruksi dan operasi adalah sangat peka (5).

f) Sedimentasi Sungai

Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan badan

jalan dan pelapisan perkerasan jalan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak

terhadap sedimentasi sungai. Karena air Iimpasan dari lahan rencana jalan mengandung endapan

lumpur dari tanah yang tererosi. Masuknya Iimpasan tersebut ke sungai mengakibatkan terjadinya

peningkatan kekeruhan. Karena berat jenis paltikel yang terkandung dalam lumpur lebih· besar dari

berat jenis air, maka partikel tersebut akan mengendap ke dasar sungai dan menyebabkan

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-5

Page 6: Evaluasi Dampak (ANDAL)

sedimentasi. Peningkatan sedimen di dasar sungai akan menyebabkan pendangkalan sungai,

sehingga pada saat musim hujan terjadi intensitas hujan yang cukup tinggi, maka air sungai dapat

meluap dan mengakibatkan banjir. Fenomena ini akan mengakibatkan kerugian diderita oleh

penduduk yang bermukim di hilir sungai. Dengan demikian maka skala kepekaan terhadap

pengelolaan dampak terhadap sedimentasi sungai tahap konstruksi adalah peka (4).

g) Muka Air Tanah

Pada kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan

badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan akan berlangsung di lahan seluas 43,6 ha dan

diprakirakan menimbulkan dampak berupa penurunan muka air tanah. Lokasi kegiatan berbatasan

dengan guna lahan yang bervariasi seperti permukiman, tegalan, ladang, sawah, rawa dan

perkebunan. Areal tersebut yang diprakirakan menjadi penampung atau reseptor bagi air limpasan

yang tidak terinfiltrasi di areal yang dimatangkan. Jarak terjauh reseptor tersebut diprakirakan berkisar

antara 50 - 100 m dari trase jalan. Dengan demikian akuifer bebas akan terisi kembali dari Iimpasan

yang terserap di sekitar lokasi kegiatan. Seluruh masyarakat yang berada di sepanjang rencana jalur

jalan yang menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih tidak akan terganggu karena fenomena

ini. Dampak tidak bersifat akumulatif dan dapat berbalik.

Seperti halnya pada tahap konstruksi, setelah jalan beroperasi, infiltrasi tetap tidak terjadi di lahan

yang digunakan untuk jalan, dan limpasan air hujan di permukaan jalan akan dialirkan ke saluran

drainase untuk selanjutnya dilepas ke badan air penerima. Muka air tanah di lahan jalan akan turun

seperti pada tahap konstruksi, tetapi di area reseptor limpasan, muka airnya akan meningkat. Karena

pengoperasian jalan berlangsung selama 10 tahun, maka muka air tanah di lahan jalan akan menurun

secara gradual, dimana penurunan muka air tanah tersebut bersifat akumulatif dan sukar untuk

berbalik, apalagi pada saat musim kemarau. Masyarakat yang bermukim di sekitar jalan akan

mengalami kesukaran untuk mendapatkan suplai air bersih dari air tanah karena muka air tanah

menurun lebih dalam. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan terhadap pengelolaan

dampak dari penurunan muka air tanah tahap konstruksi dan operasi adalah peka (4).

h) Ruang dan Lahan

Pada tahap operasi, kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan diprakirakan dapat menimbulkan

dampak terhadap tata guna lahan, yaitu sekitar Ditinjau dari segi Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW), peruntukan lokasi studi sebagai wilayah pemukiman padat, hal ini berpotensi tumbuhnya

usaha-usaha baru di sekitar lokasi jalan baik untuk jenis usaha perdagangan, perumahan maupun

industri sehingga akan merubah pola penggunaan lahan aktual. Dengan meningkatnya aktivitas

perekonomian maka akan berpotensi terhadap meningkatnya jumlah penduduk, total jumlah

penduduk Kecamatan Bojonggede, Kecamatan Tajurhalang dan Kecamatan Kemang tahun 2009

adalah 391.118 jiwa, dengan asumsi bahwa 1 % (8.438 jiwa) pertambahan penduduk tahun 2009

akan menambah luas lahan terbangun sebesar 3 %, maka dalam rentang waktu 10 tahun luas lahan

terbangun adalah 32.5 % (80,5 %). Dampak perubahan tersebut tidak dapat berbalik dan berpengaruh

terhadap penurunan muka air tanah karena berkurangnya daerah resapan air. Bila dikaitkan dengan

kawasan Bojonggede - Kemang sebagai bagian dari kawasan konservasi air berdasarkan Kepres No.

114/1999, maka dampak dari kegiatan pengoperasian jalan terhadap tata guna lahan akan berimbas

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-6

Page 7: Evaluasi Dampak (ANDAL)

terhadap kurangnya ketersediaan air terutama air tanah. Dengan demikian maka skala kepekaan

terhadap pengelolaan dampak terhadap perubahan ruang dan lahan tahap operasi adalah peka (4).

2) Biologi

Biota A ir (Benthos)

Seperti yang telah diuraikan pada bab V, kegiatan pembersihan dan pembongkaran bangunan,

kegiatan pematangan lahan, Pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan, serta pekerjaan

jembatan akan berdampak pada meningkatnya air larian sehingga kekeruhan dan sedimentasi

perairan sungai meningkat, dengan meningkatnya kekeruhan perairan maka produktifitas primer akan

berkurang dampak lanjutannya adalah terganggunya biota air yang sebagian besar hidupnya

bergantung pada produktifitas primer perairan. Meningkatnya kekeruhan perairan juga akan

mengakibatkan terganggunya pernafasan dan daya lihat organisme air. Menurut Moore (1991),

perairan yang memilki tingkat kekeruhan yang tinggi akan berakibat fatal terhadap organisme ikan

yaitu dapat mengganggu pernapasan yang disebabkan tersumbatnya insang oleh partikel tersuspensi.

Kondisi komunitas benthos yang ada di sungai-sungai daerah studi menunjukkan bahwa sungai-

sungai tersebut telah tercemar bahan organik, hal ini dibuktikan dengan didominasinya komunitas

benthos oleh Lumbriculus sp dan Melanoides sp serta nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wiener

<1. Dengan demikian maka skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak berupa gangguan

terhadap biota air (benthos) tahap konstruksi adalah sedang (3).

3) Sosial Ekonomi, Budaya dan Kesehatan

a) Kependudukan

pada tahap operasi, kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan akan berdampak terhadap

kependudukan. Beroperasinya jalan Bojonggede – Kemang, maka jalan tersebut akan berfungsi

sebagai penghubung simpul-simpul atau pusat-pusat di wilayah tengah (sumbu wilayah/koridor

perkembangan yang ada sekarang dengan sumbu-sumbu wilayah di bagian Timur dan Barat. Di

samping itu dapat merangsang atau mendorong perkembangan kawasan-kawasan produksi yang

dihubungkan atau dilalui oleh jaringan jalan tersebut. Sedangkan dari segi ekonomi, pengoperasian

jalan Bojonggede- Kemang akan meningkatkan mobilitas barang khususnya untuk sektor pertanian

dan industri. Mobilitas migrasi juga akan meningkat dimana migrasi manusia yang datang akan jauh

lebih tinggi dibanding migrasi keluar. Kondisi demikian akan berpengaruh terhadap peningkatan

jumlah penduduk pada wilayah studi. Selain itu dampak lanjutan dari peningkatan penduduk yaitu

perubahan penggunaan ruang pada wilayah studi baik untuk pembangunan pemukiman maupun

bangunan tempat usaha. Dampak kegiatan pengoperasian jalan terhadap peningkatan penduduk

bersifat menumpuk dan tidak terbalikkan. Dengan demikian maka skala kepekaan terhadap

pengelolaan dampak terhadap kependudukan tahap operasi adalah sangat peka (5).

b) Pendapatan Masyarakat dan Pertumbuhan Ekonomi

Pada tahap pra konstruksi, pengadaan lahan dan pembebasan lahan untuk pembangunan Jalan

Bojonggede - Kemang akan menyebabkan hilangnya pendapatan penduduk di wilayah dampak primer

yang mempunyai mata pencaharian sebagai petani karena hilangnya sumber mata pencahariannya

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-7

Page 8: Evaluasi Dampak (ANDAL)

berupa sawah dan kebun tanaman pangan. Meskipun proses pengadaan lahan telah melalui

musyawarah penentuan ganti rugi, tetapi untuk memperoleh lahan dengan kondisi hasil panen seperti

semula memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk beralih profesi diperlukan keterampilan khusus

yang tidak dimiliki oleh semua petani. Sehingga uang ganti rugi tersebut bisa meningkatkan

pendapatan bagi yang mampu mengelolanya dan sebaliknya akan menurunkan pendapatan karena

ketidakmampuan mengelolanya. Mengingat tingkat pendidikan rata-rata pemilik lahan hanya tamatan

SD, maka diprakirakan kemungkinan yang kedua yang dominan terjadi.

Pada tahap konstruksi, adanya penerimaan tenaga kerja kegiatan konstruksi dari komponen kegiatan

rekrutmen tenaga kerja. Penerimaan tenaga kerja dengan memprioritaskan tenaga kerja lokal akan

berdampak terhadap peniingkatan pendapatan masyarakat. Selain itu juga akan menimbulkan

persepsi positif dari masyarakat. Dampak bersifat sementara yaitu selama kegiatan konstruksi

berlangsung.

Pada tahap operasi, Bila ditinjau dari segi konsep tata ruang, dengan beroperasinya Jalan

Bojonggede – Kemang, maka jalan tersebut akan berfungsi sebagai penghubung simpul-simpul atau

pusat-pusat di wilayah tengah (sumbu wilayah/koridor perkembangan yang ada sekarang dengan

sumbu-sumbu wilayah di bagian Timur dan Barat. Di samping itu dapat merangsang atau mendorong

perkembangan kawasan-kawasan produksi yang dihubungkan atau dilalui oleh jaringan jalan tersebut.

Sedangkan dari segi ekonomi, pengoperasian jalan Bojonggede- Kemang akan meningkatkan

mobilitas barang khususnya untuk sektor pertanian dan industri. Mobilitas migrasi juga akan

meningkat dimana migrasi manusia yang datang akan jauh lebih tinggi dibanding migrasi keluar.

Kondisi demikian menunjukkan besarnya daya tarik wilayah studi dan sekitarnya baik untuk mencari

pekerjaan ataupun sebagai tempat hunian. Dampak tersebut akan berlangsung selama masa layanan

jalan yaitu sekitar 10 tahun. Hal lain yang ikut terpengaruh adalah timbulnya persepsi positif dari

masyarakat terhadap pengoperasian jalan, serta peningkatan taraf hidup termasuk pelayanan di

bidang kesehatan masyarakat. Dampak akan terakumulasi sesuai dengan perkembangan kawasan di

dan sekitar lokasi pengoperasian jalan. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan

terhadap pengelolaan dampak dari perubahan pendapatan masyarakat tahap pra konstruksi,

konstruksi dan operasi adalah sangat peka (5).

c) Kesempatan Berusaha

Pada tahap operasi, adanya kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan diprakirakan akan

menimbulkan dampak berupa meningkatnya kesempatan berusaha masyarakat setempat dan

masyarakat pendatang. Karena dengan bertambahnya akses wilayah akan mendorong tercipta pusat-

pusat perekonomian dan jasa sehingga akan memberikan kesempatan berusaha pada masyarakat

setempat khususnya. Mobilitas migrasi juga akan meningkat dimana migrasi manusia yang datang

akan jauh lebih tinggi dibanding migrasi keluar, hal ini juga akan berdampak terhadap perubahan

lahan terbangun akan semakin luas. Kondisi demikian menunjukkan besarnya daya tarik wilayah studi

dan sekitarnya baik untuk mencari pekerjaan ataupun sebagai tempat hunian. Dampak tersebut akan

berlangsung selama masa layanan jalan yaitu sekitar 10 tahun. Hal lain yang ikut terpengaruh adalah

timbulnya persepsi positif dari masyarakat terhadap pengoperasian jalan, serta peningkatan taraf

hidup termasuk pelayanan di bidang kesehatan masyarakat. Dampak akan terakumulasi sesuai

dengan perkembangan kawasan di dan sekitar lokasi pengoperasian jalan. Dengan demikian maka

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-8

Page 9: Evaluasi Dampak (ANDAL)

skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak terhadap kesempatan berusaha tahap operasi adalah

peka (4).

d) Kesempatan Kerja

Pada tahap konstruksi, kegiatan pekerjaan konstruksi badan jalan akan memberikan kesempatan

kerja kepada masyarakat sekitar tapak proyek dengan adanya proses rekrutmen tenaga kerja, dimana

diprakirakan sebesar 60% tanaga kerja akan berasal dari penduduk sekitar yang memenuhi

kualifikasi, sehingga akan menimbulkan dampak positif berupa penurunan angka pengangguran

masyarakat di desa setempat. Dampak berlangsung sementara yaitu selama kegiatan konstruksi

berjalan, namun demikian penerimaan tenaga kerja lokal akan memunculkan persepsi positif dari

masyarakat. Dengan demikian maka skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak terhadap

kesempatan kerja tahap konstruksi adalah sangat peka (5).

e) Sikap dan Persepsi Masyarakat

Pada tahap pra konstruksi, kegiatan pengadaan lahan dan pembebasan lahan, masyarakat yang hak

miliknya baik berupa lahan, bangunan maupun tegakan, yang terkena proyek akan mengalami

kerugian hingga pendapatannya per bulan pulih kembali seperti sedia kala, meskipun ada ganti rugi

dari pemerintah. Selama belum dilakukan musyawarah untuk menetapkan berapa harga pasti untuk

lahan, bangunan mapun tegakan, di masyarakat timbul desas desus yang mengundang kekhawatiran

bahwa hak miliknya tidak diberi ganti yang layak. Kondisi ini memicu timbulnya sikap dan persepsi

negatif yang cepat sekali berkembang dan rnenyebar di wilayah studi.

Pada tahap konstruksi, kegiatan pematangan lahan memiliki potensi menurunkan kualitas udara dan

meningkatkan kebisingan. Hasil wawancara dengan responden menyatakan bahwa Iingkungan di

mana mereka tinggal memiliki suasana tenang dan nyaman. Suasana hiruk pikuk alat berat dan polusi

udara pada saat konstruksi akan mengubah ketenangan tersebut, sehingga masyarakat menjadi

antipati terhadap kegiatan. Di lain pihak sumber air yang selama ini mereka manfaatkan menjadi tidak

layak untuk dipergunakan sebagaimana mestinya, sehingga masyarakat menjadi kekurangan air

bersih. Kondisi demikian menjadi salah satu pemicu timbulnya persepsi negatif di masyarakat. Selain

sikap negatif, sikap positif bisa juga muncul karena akan memudahkan mereka untuk bepergian,

tingginya peluang untuk berusaha dan adanya peluang untuk bekerja pada proyek. Berdasarkan hasil

wawancara dengan penduduk di dan sekitar rencana lokasi menyatakan secara umum setuju

terhadap rencana pembangunan Jalan Bojonggede – Kemang dan ingin bekerja di proyek dan/atau

agar proyek memprioritaskan penduduk setempat sebagai tenaga kerja konstruksi. Perekrutan sekitar

60% orang penduduk lokal pada tahap konstruksi akan berdampak positif.

Pada tahap operasl, dengan beroperasinya Jalan Bojonggede - Kemang maka akses Bogor-Depok

dari arah Cibinong yang selama ini harus ditempuh lewat Jalan Bojonggede akan lebih cepat dan

leluasa. Di samping itu, kerugian atas waktu dan bahan bakar semakin bisa ditekan, kemacetan di

berbagai titik di sebelah Utara maupun Selatan wilayah studi akan berkurang, dan kepadatan

kendaraan di beberapa ruas jalan seperti Jalan Bojonggede - Depok akan berpindah sebagian ke

Jalan Bojongede - Kemang. Hasil kegiatan public hearing menunjukkan besarnya apreasisasi

masyarakat yang dinyatakan dalam bentuk dukungan baik secara lisan maupun tulisan. Hasil

wawancara dengan responden menunjukkan bahwa secara umum lebih dari 50% masyarakat setuju

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-9

Page 10: Evaluasi Dampak (ANDAL)

dengan rencana pembangunan jalan tersebut. Dengan kemudahan aksesibilitas dan adanya

dukungan masyarakat maka pengoperasian jalan Bojonggede-Kemang dapat menimbulkan persepsi

masyarakat yang positif. Dampak positif tersebut akan berlangsung lama dan sinergis dengan laju

pertumbuhan ekonomi di kawasan sepanjang Jalan Bojonggede-Kemang, sehingga bukan hanya

penduduk lokal yang merasakan manfaatnya, namun juga pendatang yang bekerja atau berusaha di

kawasan tersebut. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan terhadap pengelolaan

dampak terhadap sikap dan persepsi masyarakat tahap pra konstruksi, konstruksi dan operasi adalah

sangat peka (5).

f) Kesehatan Mayarakat

Pada tahap konstruksi, kegiatan pematangan lahan dapat menyebabkan tercemarnya sungai sebagai

sumber air bersih sebagian penduduk, sehingga suplai air bersih berkurang. Masyarakat yang

memanfaatkan air sungai tercemar oleh endapan lumpur maupun zat-zat lain yang berasal dari

kegiatan konstruksi, dapat terjangkit penyakit saluran pencernaan seperti diare. Penyakit diare

tersebut dapat mewabah sehingga masyarakat yang .terkena bukan hanya yang mengkonsumsi air

sungai. Dampak lainnya yang diprakirakan timbul adalah kecelakaan akibat kerja yang dapat

menimpa pekerja pematangan lahan. Disamping itu paparan terus menerus terhadap kebisingan yang

tinggi dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Dampak akan berlangsung selama kegiatan

pematangan lahan. Dampak tidak dapat berbalik dan bersifat kumulatif.

Pada tahap operasi, pengoperasian jalan dan jembatan menyebabkan lancarnya arus lalulintas,

peningkatan kapasitas kendaraan yang melewati wilayah studi. Pengaruh yang ditimbulkannya adalah

peningkatan pencemar dari resirkulasi debu dari jalan dan emisi kendaraan berupa CO, Nox, S02,

TSP dan Timbal (Pb). Peningkatan kadar pencemar tersebut di udara ambien menyebabkan·

timbulnya berbagai penyakit khususnya penyakit yang menyerang saluran pernafasan, sehingga

terjadi peningkatan jumlah angka sakit. Dampak bersifat kumulatif dan tidak berbalik. Dampak akan

berlangsung selama umur layanan jalan, yaitu 10 tahun namun dengan intensitas yang kecil. Dengan

demikian maka skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak terhadap kesehatan masyarakat tahap

konstruksi dan operasi adalah peka (4).

g) Konflik Penerimaan Ganti Rugi

Pada tahap pra konstruksi dari kegiatan pengadaan lahan dan pembebasan lahan diprakirakan akan

berdampak terhadap terjadinya konflik terkait dengan permasalahan ganti rugi. Tahap tersebut

merupakan tahap paling kritis karena menyangkut nasib dan hak warga yang lahannya terkena proyek

pembangunan. Pembebasan lahan akan mengenai pemukiman penduduk, rumah ibadah, makam,

kebun, sawah, tempat usaha, maupun sarana ekonomi lainnya. Pemberian ganti rugi yang tidak

memadai, penggunaan calo/broker dan penggunaan represi membuat hak warga negara tidak cukup

terlindungi. Lemahnya daya tawar warga membuat ganti rugi benar-benar merugikan masyarakat.

Kondisi demikian terbuka bagi kemungkinan konflik vertikal, yaitu pemerintah dengan warga yang

terkena dampak. Proses pembebasan tanah menyangkut hak-hak warga yang akan kehilangan

tempat tinggal sehingga sangat terbuka bagi terjadinya konflik vertikal maupun horizontal. Dengan

demikian maka skala kepekaan terhadap pengelolaan dampak terhadap terjadinya konflik penerimaan

ganti rugi tahap pra konstruksi adalah sangat peka (5).

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-10

Page 11: Evaluasi Dampak (ANDAL)

h) Kerusakan Jalan Umum

pada tahap konstruksi, adanya kegiatan pengangkutan tanah dan material bangunan selama

pembangunan jalan Bojonggede – Kemang, diprakirakan akan menimbulkan dampak berupa

rusaknya jalan umum akibat proses pengangkutan dan intensitas lalu lintas yang tinggi. Dari kegiatan

pengangkutan tanah dan material bangunan diprakirakan akan terjadi peningkatan lalu lintas

kendaraan yaitu sebesar 3 smp/jam (pengngkutan material konstruksi) dan 82 smp/jam

(pengangkutan tanah urugan). Peningkatan jumlah kendaraan yang lalu lalang pada saat kontruksi

berpotensi menimbulkan kemacetan lalu lintas yang terjadi selama jam kerja konstruksi. Dampak

berlangsung selama masa konstruksi dan dapat berbalik. Dengan demikian maka skala kepekaan

terhadap pengelolaan dampak terhadap kerusakan jalan umum tahap konstruksi adalah peka (4).

i) Bangkitan Lalu Lintas/Kecelakaan Lalu Lintas

Pada tahap konstruksi kegiatan mobilisasi alat berat, pengangkutan tanah dan material bangunan,

pematangan lahan, pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan dan pekerjaan flyover akan

menyebabkan terjadinya bangkitan lalu lintas. Dari kegiatan mobilisasi alat berat, pengangkutan tanah

dan material bangunan akan menyebabkan meningkatkan kepadatan lalu lintas dengan beroperasi

kendaraan proyek sebesar 85 smp/jam. Dari kegiatan pematangan lahan dan pekerjaan badan jalan

dan pelapisan perkerasan jalan akan menyebabkan kemacetan lalu lintas akibat dari penutupan

beberapa ruas jalan pada saat kegiatan tersebut berlangsung, sedangkan dari kegiatan pekerjaan

flyover berpotensi terjadinya kemacetan akibat lalu lalang kendaraan proyek terutama pada pertigaan

Depok-Bogor-Tegar Beriman. Namun bangkitan lalu lintas yang terjadi selama kegiatan konstruksi

jalan belangsung tidak bersifat komulatif dan berbalik.

Pada tahap operasi diprakirakan bahwa pengoperasian jalan dan jembatan dan pemeliharaan jalan

dan jembatan akan mempengaruhi pola dan bangkitan lalu lintas di wilayah studio Pengoperasian

Jalan Bojonggede - Kemang mengakibatkan lancarnya lalulintas baik di wilayah studi maupun dari

dan keluar wilayah studi Pada tiga ruas jalan yang diamati, terlihat bahwa dengan adanya Jalan

Bojonggede - Kemang, derajat kejenuhan jalan akan berkurang meskipun terjadi pertambahan

penduduk dan jumlah kendaraan. Kepadatan lalulintas yang selama ini bertumpu pada sebagian ruas-

ruas jalan di sekitar wilayah studi akan terdistribusi ke Jalan Bojonggede – Kemang.

Pengaruhnya terhadap lalu lintas regional adalah bahwa titik-titik kemacetan di jalan sekitarnya akan

berkurang, hal ini akan memberi keuntungan bagi masyarakat pengguna Jalan Bojonggede - Kemang

karena kemudahan akses mencapai tujuan. Disamping itu, wilayah permukiman yang terdapat di

sepanjang Jalan Bojonggede - Kemang akan semakin berkembang ke arah kawasan perdagangan

dan jasa. Hal ini tidak menutup kemungkinan bagi wilayah lain untuk terpacu menjadi kawasan industri

yang cepat berkembang, dimana pertumbuhan ekonomi secara regional akan meningkat. Kondisi ini

akan berlangsung selama umur layanan jalan. Dengan lancarnya arus lalu lintas diprakirakan kasus

kecelakaan lalu lintas juga akan meningkat. Fenomena perubahan bangkitan lalu lintas bersifat

kumulatif dan tidak berbalik. Dengan demikian maka secara umum skala kepekaan terhadap

pengelolaan dampak terhadap bangkitan lalu lintas/kecelakaan lalu lintas tahap konstruksi dan

operasi adalah sangat peka (5).

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-11

Page 12: Evaluasi Dampak (ANDAL)

Tabel VI-1. Matriks Evaluasi Dasar Terhadap Komponen Lingkungan Hidup Pembangunan Jalan

Bojonggede - Kemang

Komponen Lingkungan Terkena Dampak

Skala Kepentingan

(Penting/Tidak Penting)

Skala Kualitas Lingkungan Rona Awal

(1 /d 5)

Skala Kepekaan Terhadap

Pengelolaan (1 s/d 5)

FISIK-KIMIA1. Iklim mikro Penting 3 (sedang) 4 (peka)2. Kualitas udara dan debu Penting 4 (baik) 5 (sangat peka)3. Kebisingan Penting 3 (sedang) 5 (sangat peka)4. Kualitas air permukaan Penting 5 (sangat baik) 4 (peka)5 Air Larian (run off) Penting 4 (baik) 5 (sangat peka)6. Sedimentasi sungai Penting 4 (baik) 4 (peka)7. Muka air tanah Penting 4 (baik) 4 (peka)8. Ruang, lahan dan tanah Penting 4 (baik) 4 (peka)BIOLOGI1. Biota air Penting 3 (sedang) 3 (sedang)SOSEKBUD DAN KESMAS1. Kependudukan Penting 3 (sedang) 5 (sangat peka)2. Pendapatan masyarakat dan pertumbuhan

ekonomiPenting 3 (sedang) 5 (sangat peka)

3. Kesempatan berusaha Penting 2 (buruk) 4 (peka)4. Kesempatan kerja Penting 2 (buruk) 5 (sangat peka)5. Sikap dan persepsi masyarakat Penting 3 (sedang) 5 (sangat peka)6. Kesehatan mayarakat Penting 3 (sedang) 4 (peka)7. Konflik penerimaan ganti rugi Penting 4 (baik) 5 (sangat peka)8. Kerusakan jalan umum Penting 3 (sedang) 4 (peka)9. Bangkitan lalu lintas/kecelakaan lalu lintas Penting 4 (baik) 4 (peka)

2. Identifikasi dan Prediksi Dampak

Dalam melakukan identifikasi dan prediksi dampak perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun daftar parameter yang akan dikaji dampaknya. Pada umumnya daftar parameter

lingkungan yang akan dikaji dampaknya sama dengan parameter lingkungan pada Rona

Lingkungan Awal pada matrik evaluasi dasar;

b. Menyusun aktivitas-aktivitas yang diduga akan menimbulkan dampak. Aktivitas-aktivitas ini

dirinci dan dikelompokkan pada priode Prakonstruksi, Konstruksi dan Operasi;

c. Membuat prediksi dampak terhadap setiap parameter untuk komponen geofisik, biotis dan

sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat oleh adanya aktivitas proyek yang

menimbulkan dampak. Dampak yang diduga akan muncul diberi simbol: (0) bila tidak ada

dampak; (-) bila diduga timbul dampak negatif; (+) bila diduga timbul dampak positif. Disamping

itu perlu diberikan skala level 1 – 5. Skala 1 bila dampaknya sangat kecil, dua, tiga, empat dan

lima, masing-masing adalah kecil, sedang, besar dan sangat besar. Sementara itu setiap

dampak diberikan kriteria apakah dampak bersifat sementara atau permanen. Dengan demikian

untuk setiap parameter lingkungan yang terkena dampak akan dilakukan interpretasi kriteria

dampaknya besar atau kecil dan dampak tersebut bersifat sementara atau permanen.

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-12

Page 13: Evaluasi Dampak (ANDAL)

Tabel VI-2. Matrik Dampak Kegiatan Pembangunan Jalan Bojonggede - Kemang

Komponen Lingkungan

KegiatanPraKonstruk

si Konstruksi Operasi

Surv

ey la

pang

an

Peng

adaa

n la

han

& pe

mbe

basa

n la

han

Rekr

utm

en te

naga

ker

ja

Mob

ilisas

i ala

t ber

at

Peng

angk

utan

tana

h &

mat

eria

l ban

guna

n

Pem

bers

ihan

& p

embo

ngka

ran

bang

unan

Pem

atan

gan

laha

n

Peke

rjaan

bad

an ja

lan

& pe

lapi

san

perk

eras

an ja

lan

Peke

rjaan

jem

bata

n

Peke

rjaan

flyo

ver

Pem

asan

gan

ram

bu &

mar

ka ja

lan

Peng

hija

uan

Peng

oper

asia

n ja

lan

& je

mba

tan

Pem

elih

araa

n ja

lan

& je

mba

tan

FISIK - KIMIA 1. Iklim mikro -1P -1P -1P2. Kualitas udara dan debu -2S -2S -2S -2S -2S -2S -2S -2P -2S3. Kebisingan -2S -2S -2S -2S -2S -2S -2S -2P -2S4. Kualitas air permukaan -3S -3S -3S -3P5 Air Larian (run off) -2P -2P -2P -2P6. Sedimentasi sungai -2P -2P -2P7. Muka air tanah -1P -1P -1P -2P8. Ruang, lahan dan tanah -2PBIOLOGI1. Biota air -1S -1S -1S  SOSEKBUDKESMAS1. Kependudukan     -1P2. Pendapatan masyarakat & pertumbuhan ekonomi

-1P+

2S+2P

3. Kesempatan berusaha +2P

4. Sikap dan Persepsi masyarakat +1S +1S +2S +2S+

2S+2S

+2S

+2S

+2P+

2P+2P

5. Kesehatan mayarakat -1P -1P -1P -1P -1P6. Konflik penerimaan ganti rugi -2S7. Kerusakan jalan umum -2P8. Bangkitan lalu lintas/kecelakaan

lalu lintas

-2S -2S -2S -2S -2S -1P

9. Kesempatan kerja+

2S

Keterangan : + : Dampak positif

- : Dampak negatif

P : Dampaknya bersifat permanen

S : Dampaknya bersifat sementara

3. Evaluasi Dampak

Dalam membuat evaluasi dampak kegiatan pembangunan Jalan Bojonggede – Kemang perlu

dilaksanakan evaluasi dampak terhadap setiap parameter komponen lingkungan. Evaluasi dampak

terhadap setiap parameter komponen lingkungan yang dimaksudkan untuk dapat membuat mitigasi

pada setiap parameter yang diduga akan terkena dampak. Untuk membuat evaluasi dapat

dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun skala kualitas lingkungan pada saat ini. Skala kualitas lingkungan pada saat ini

diperoleh dari skala keadaaan lingkungan sebelum proyek berjalan yaitu skala parameter

lingkungan keadaan sekarang;

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-13

Page 14: Evaluasi Dampak (ANDAL)

b. Kemudian langkah kedua yaitu memprediksi keadaan kualitas setiap paramater lingkungan

apabila tidak ada proyek;

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-14

Page 15: Evaluasi Dampak (ANDAL)

Tabel VI-3. Matriks Keputusan Setiap Komponen Lingkungan Pembangunan Jalan Bojonggede– Kemang

Aktivitas Tanpa Proyek Dengan Proyek Evaluasi

Kead

aan

Seka

rang

Kond

is ya

ng a

kan

data

ng

PraKonstruksi Konstruksi Operasi

Kond

is ya

ng a

kan

data

ng

Komponen Lingkungan

Surv

ey la

pang

an

Peng

adaa

n la

han

& pe

mbe

basa

n la

han

Rekr

utm

en te

naga

ker

ja

Mob

ilisas

i ala

t ber

at

Peng

angk

utan

tana

h &

mat

eria

l ba

ngun

an

Pem

bers

ihan

& p

embo

ngka

ran

bang

unan

Pem

atan

gan

laha

n

Peke

rjaan

bad

an ja

lan

&

pela

pisa

n pe

rker

asan

jala

n

Peke

rjaan

jem

bata

n

Peke

rjaan

flyo

ver

Pem

asan

gan

ram

bu &

mar

ka ja

lan

Peng

hija

uan

Peng

oper

asia

n ja

lan

& je

mba

tan

Pem

elih

araa

n ja

lan

& je

mba

tan

Selisih (18) -

(2)

Dampak (18) - (3)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20FISIK - KIMIA 1. Iklim mikro 3 3 2 2 3 2,33 -0,67 -0,672. Kualitas udara dan debu 4 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2,33 -1,67 -0,673. Kebisingan 3 3 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1,56 -1,44 -1,444. Kualitas air permukaan 5 3 3 2 3 2 2,50 -2,50 -0,505 Air Larian (run off) 4 3 3 3 2 2 2,50 -1,50 -0,506. Sedimentasi sungai 4 3 2 2 3 2,33 -1,67 -0,677. Muka air tanah 4 3 3 3 3 2 2,75 -1,25 -0,258. Ruang, lahan dan tanah 4 3 2 2,00 -2,00 -1,00

Jumlah31,0

0 24,00 18,3

1 Rata-rata 3,88 3,00 2,29 Dampak -1,59 -0,71BIOLOGI 1. Biota air 3 3 2 2 2 2,00 -1,00 -1,00Jumlah 3,00 3,00 2,00 Rata-rata 3,00 3,00 2,00 Dampak -1,00 -1,00SOSEKBUDKESMAS 1. Kependudukan 3 3 2 2,00 -1,00 -1,002. Pendapatan Masyarakat & pertumbuhan ekonomi 3 3 2 5 5 4,00 1,00 1,003. Kesempatan berusaha 2 3 4 4,00 2,00 1,004. Sikap dan Persepsi masyarakat 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4,55 1,55 1,555. Kesehatan mayarakat 3 2 2 2 3 3 2 2,40 -0,60 0,406. Konflik penerimaan ganti rugi 4 3 2 2,00 -2,00 -1,007. Kerusakan jalan umum 4 4 2 2,00 -2,00 -2,008. Bangkitan lalu lintas/kecelakaan lalu lintas 4 3 3 2 2 2 3 3 2,57 -1,43 -0,439. Kesempatan kerja 2 3 4 4,00 2,00 1,00

Jumlah28,0

0 27,00 27,5

2 Rata-rata 3,11 3,00 3,06 Dampak -0,05 0,06

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-15

Page 16: Evaluasi Dampak (ANDAL)

c. Langkah ketiga yaitu memprediksi seluruh paramater lingkungan dalam hal ini kondisi skala

kualitas lingkungan (paramater) bila ada aktivitas proyek. Untuk ini dikelompokkan menjadi

aktivitas-aktivitas yang bersifat konstruksi dan aktivitas tanpa konstruksi;

d. Langkah keempat melaksanakan evaluasi terhadap seluruh aktivitas dan seluruh parameter,

kemudian pada setiap parameter diperhitungkan dampaknya.

Berdasarkan hasil evaluasi dampak (Tabel VI-3) tampak bahwa rencana kegiatan pembangunan jalan

Bojonggede - Kemang akan menimbulkan dampak negatif terhadap komponen lingkungan fisik - kimia

sebesar -0,71; terhadap komponen lingkungan biologi sebesar -1,00; sedangkan terhadap komponen

sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat menimbulkan dampak positif dengan besaran

dampak sebesar +0,06. Dengan demikian totalitas dampaknya adalah -0,55 (Negatif kecil),

selengkapnya disajikan pada Tabel VI-4 berikut.

Tabel VI-4. Matriks Keputusan Seluruh Komponen Lingkungan Pembangunan Jalan Bojonggede– Kemang

KomponenTanpa Proyek Dengan

proyek Selisih kondisi y.a.d Dampak

Kondisi sekarang Kondisi y.a.d

Selisih Kondisi y.a.d Dengan proyek - Tanpa

ProyekFisik Kimia 3,88 3,00 -0,88 2,29 -0,71 -0,71Biologi 3,00 3,00 0,00 2,00 -1,00 -1,00Sosekbudkesmas 3,11 3,00 -0,11 3,06 0,06 0,06Total seluruh komponen 9,99 9,00 7,35 Rata-rata 3,33 3,00 2,45 -0,55

Selisih -0,33 -0,55 Keterangan : 0 = Tidak ada dampak/Sangat kecil

(+/-) 1 = Dampak Kecil(+/-) 2 = Dampak Sedang(+/-) 3 = Dampak Besar(+/-) 4 = Dampak Sangat Besar

B. PEMILIHAN ALTERNATIF TERBAIK

Dalam penentuan lokasi pembangunan jalan Bojonggede - Kemang tidak ada alternatif lokasi lain,

berdasarkan Detailed Engineering Design (DED) Pembangunan Jalan Bojonggede - Kemang Tahun

2003 dibuat berdasarkan rencana trace jalan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Dinas Bina

Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor. Sehingga hanya terdapat satu alternatif trace jalan yang

dikaji dalam Studi AMDAL Pembangunan Jalan Bojonggede – Kemang ini.

C. TELAAHAN SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN

Pengelolaan lingkungan perlu dilakukan sebagai strategi untuk mencegah dan menanggulangi

dampak negatif penting yang mungkin terjadi serta berbagai upaya untuk mengembangkan dampak

positif penting yang juga mungkin terjadi. Dalam hal ini, prioritas pengelolaan lingkungan diberikan

pada unsur lingkungan yang sensitif dikaitkan dengan dampak penting yang terjadi. Adapun unsur

lingkungan yang kurang/tidak sensitif pada umumnya secara otomatis akan turut terkelola akibat

adanya upaya pengelolaan yang dilakukan pada unsur lingkungan yang sensitif tersebut. Berbagai

upaya/strategi pengelolaan lingkungan tersebut perlu dirancang secara cermat dan seksama serta

dituangkan dalam satu dokumen tersendiri, yaitu dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL),

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-16

Page 17: Evaluasi Dampak (ANDAL)

yang selanjutnya perlu juga dilengkapi dengan rancangan upaya pemantauan lingkungan yang

dituangkan dalam dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

Hal tersebut diatas dilatarbelakangi oleh definisi atau pengertian dari faktor lingkungan yang sensitif

yaitu bagian dari komponen lingkungan yang mudah mengalami perubahan secara mendasar akibat

adanya aktivitas proyek, serta dapat menimbulkan dampak lanjutan (turunan) terhadap faktor

komponen lingkungan lainnya. Dengan terkelolanya faktor-faktor lingkungan yang sensitif maka

dampak (penting) lanjutan yang timbul pada faktor lingkungan lainnya akan dapat turut terkelola.

Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka faktor lingkungan yang tergolong faktor lingkungan yang

sensitif karena mudah berubah akibat adanya kegiatan pembangunan Jalan Bojonggede -

Kemang yang harus dikelola dan dipantau dan selanjutnya dimasukkan ke dalam Rencana

Pengelolaan dan Pemantauan adalah:

1. TAHAP PRA KONSTRUKSI

a. Komponen Sosial Ekonomi, Budaya dan Kesehatan

1) Sikap dan Persepsi Masyarakat

Kegiatan survey lapangan dan pengadaan lahan dan pembebasan lahan pada tahap pra konstruksi

diprakirakan menimbulkan dampak Positif Kecil Penting terhadap perubahan sikap dan persepsi

masyarakat kearah yang lebih baik. Pengelolaan lingkungan dilakukan untuk menjaga sikap dan

persepsi masyakat agar tetap terjaga terkait adanya rencana pembangunan jalan Bojonggede –

Kemang.

2) Konflik Penerimaan Ganti Rugi

Kegiatan pengadaan lahan dan pembebasan lahan pada tahap pra konstruksi diprakirakan

menimbulkan dampak Negatif Besar Penting. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan untuk

mengurangi konflik yang terjadi akibat penerimaan ganti rugi tidak sesuai dengan harapan atau

adanya calo serta tumpang tindih batas-batas lahan yang dimiliki masyarakat

3) Pendapatan Masyarakat dan Pertumbuhan Ekonomi

Kegiatan pengadaan lahan dan pembebasan lahan pada tahap pra konstruksi diprakirakan

menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap penurunan pendapatan masyarakat.

Pengelolaan lingkungan dilakukan terhadap proses ganti rugi mengikuti hasil pablic hearing terkait

dengan nilai (harga) dan tata cara pembebasan lahan.

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-17

Page 18: Evaluasi Dampak (ANDAL)

2. TAHAP KONSTRUKSI

a. Komponen Fisik Kimia

1) Iklim Mikro

Kegiatan Pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan pada tahap konstruksi diprakirakan

menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap iklim mikro. Pengelolaan lingkungan dilakukan

dengan penghijauan pada rumija sekitar 30 % sebagai ruang terbuka hijau (RTH).

2) Kualitas Udara

Kegiatan mobilisasi alat berat, pengangkutan tanah dan material bangunan, pembersihan lahan dan

pembongkaran bangunan, pematangan lahan, pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan,

pekerjaan jembatan dan pekerjaan flyover pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak

Negatif Besar Penting terhadap kualitas udara (peningkatan gas buang dan debu). Pengelolaan

lingkungan dilakukan terhadap kendaraan angkutan, cara-cara operasional transportasi angkutan dan

pemilihan waktu yang tepat untuk masing-masing kegiatan serta menjaga vegetasi di sekitar tapak

proyek yang bisa berfungsi sebagai penghalang debu, sehingga bisa meminimalisir dampak yang

akan terjadi.

3) Kebisingan

Kegiatan mobilisasi alat berat, pengangkutan tanah dan material bangunan, pembersihan lahan dan

pembongkaran bangunan, pematangan lahan, pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan,

pekerjaan jembatan dan pekerjaan flyover pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak

Negatif Besar Penting terhadap peningkatan kebisingan. Pengelolaan lingkungan dilakukan pada

kendaraan dan pada saat pengoperasian alat-alat berat melalu penggunaan kendaraaan yang laik

pakai dan menjaga vegetasi sekitar tapak proyek sehingga bisa berfungsi untuk meredam kebisingan.

4) Kualitas Air Permukaan

Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan badan

jalan dan pelapisan pengkerasan jalan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak

Negatif Besar Penting terhadap kualitas air permukaan. Pengelolaan lingkungan dilakukan akan

mengacu pada peningkatan kekeruhan, TSS dan TDS pada kualitas air permukaan akibat kegiatan

pada tapak proyek dan pemilihan waktu kegiatan tersebut selama bulan-bulan dengan intensitar hujan

yang rendah dan pemasangan sediment trap.

5) Air Larian (Runoff)

Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan badan

jalan dan pelapisan perkerasan jalan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak

Negatif Besar Penting terhadap peningkatan air larian (runoff). Pengelolaan lingkungan dapat

dilakukan pada areal yang akan menimbulkan efek bendung dan akan berakibat pada arah limpasan

air seperti pengaliran ke sawah, situ, kebun/tegalan yang bisa berfungsi sebagai reseptor.

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-18

Page 19: Evaluasi Dampak (ANDAL)

6) Sedimentasi Sungai

Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan badan

jalan dan pelapisan perkerasan jalan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak

Negatif Besar Penting terhadap Sedimentasi Sungai. Pengelolaan lingkungan dapat dilkukan dengan

memilih waktu kegiatan tersebut selama bulan-bulan dengan intensitar hujan yang rendah dan

pembukaan lahan dilakukan secara bertahap serta pemasangan sediment trap yang berfungsi

sebagai penangkap material tanah yang terbawa oleh air larian..

7) Muka Air Tanah

Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan badan

jalan dan pelapisan perkerasan jalan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak

Negatif Kecil Penting terhadap penurunan muka air tanah. Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan

dengan cara pembukaan lahan dilakukan secara bertahap serta air limpasan airnya di arahkan ke

daerah reseptor seperti sawah, ladang, kebun/tegalan dan rawa yang ± berjarak 50 sampai 100 meter

dari as jalan.

b. Komponen Biologi

Biota Air (Benthos)

Kegiatan pembersihan lahan dan pembongkaran bangunan, pematangan lahan dan pekerjaan

jembatan pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap

biota air (benthos). Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan terhadap komunitas benthos yang sifat

hidupnya menetap dan meminimalisir masuknya sedimen ke dalam perairan.

c. Komponen Sosial Ekonomi, Budaya dan Kesehatan

1) Kesempatan Kerja

Kegiatan rekrutmen tenaga kerja pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Positif

Besar Penting terhadap kesempatan kerja. Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan

memprioritaskan masyarakat lokal yang memenuhi kualifikasi untuk bekerja sebagai tenaga konstruksi

jalan.

2) Pendapatan Masyarakat dan Pertumbuhan Ekonomi

Kegiatan rekrutmen tenaga kerja pada tahap konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Positif

Besar Penting terhadap pendapatan masyarakat. Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan

memprioritaskan masyarakat lokal yang memenuhi kualifikasi untuk bekerja sebagai tenaga konstruksi

jalan.

3) Sikap dan Persepsi Masyarakat

Kegiatan pengangkutan tanah dan material bangunan, pembersihan lahan dan pembongkaran

bangunan, pematangan lahan, pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan, pekerjaan

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-19

Page 20: Evaluasi Dampak (ANDAL)

jembatan, pekerjaan flyover, pemasangan rambu dan marka jalan (leger) dan penghijauan pada tahap

konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Positif Besar Penting terhadap sikap dan persepsi

masyarakat sikap dan ppersepsi masyarakat merupakan dampak turunan dari komponen-kkompenen

kegiatan yang berdampak terhadap komponen lingkungan baik positif maupun negatif, sehingga

pengelolaannya dilakukan dengan mengelola komponen lingkungan terutama yang menimbulkan

dampak negatif seperti pencemaran udara, kebisingan, getara, dst seminimal mungkin,kemudian

pemprioritasan penerimaan tenaga kerja lokal.

4) Kesehatan Masyarakat

Kegiatan pengangkutan tanah dan material bangunan, pembersihan lahan dan pembongkaran

bangunan, pematangan lahan, dan pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan pada tahap

konstruksi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap kesehatan

masyarakat. Pengelolaan lingkungan akan dilaksanakan pada kendaraan pengangkut material dan

operasional transportasi kendaraan dari dan ke proyek dari sumber material dan resirkulasi debu pada

tapak proyek dan penggunaan kendaraan yang laik pakai. Hai ini dilakukan untuk mengurangi

pencemaran udara.

5) Kerusakan Jalan Umum

Kegiatan pengangkutan tanah dan material bangunan pada tahap konstruksi diprakirakan

menimbulkan dampak Negatif Besar Penting terhadap kerusakan jalan umum. Pengelolaan

lingkungan terutama dilakukan pada jalan-jalan desa yang mempunyai kemampuan daya dukung

badan jalan lebih kecil dari tonase truk yang lewat (10 m3 atau 8 ton/truk).

6) Bangkitan Lalu Lintas/Kecelakaan Lalu Lintas

Kegiatan mobilisasi alat berat, pengangkutan tanah dan material bangunan, pematangan lahan,

pekerjaan badan jalan dan pelapisan perkerasan jalan dan pekerjaan flyover pada tahap konstruksi

diprakirakan menimbulkan dampak Negatid Besar Penting terhadap bangkitan lalu lintas.

Pengelolaan lingkungan dilaksanakan mengacu pada kapasitas kendaraan sesuai ketentuan untuk

pengangkutan tanah yaitu 10 m3/truk (8 ton/truk). Kebutuhan kendaraan per hari untuk mengangkut

bahan galian dan timbunan serta material konstruksi jalan dan jembatan diprakirakan 10

kendaraan/jam (30 smp/jam).

3. TAHAP OPERASI

1. Komponen Fisik Kimia

1) Iklim Mikro

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan dan pemeliharaan jalan dan jembatan pada tahap

operasi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap iklim mikro. Pengelolaan

dilaksanakan dengan memelihara tanaman pelindung yang telah ditamam pada rumija yang berfungsi

sebagai RTH yaitu seluas ± 30 %.

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-20

Page 21: Evaluasi Dampak (ANDAL)

2) Kualitas Udara

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan dan pemeliharaan jalan dan jembatan pada tahap

operasi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Besar Penting terhadap kualitas udara.

Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan memelihara dan menambah tanaman pelindung yang

berfungsi untuk mengurangi beban polutan.

3) Kebisingan

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan dan pemeliharaan jalan dan jembatan pada tahap

operasi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Besar Penting terhadap Pengelolaan lingkungan

dilakukan dengan memelihara dan menambah tanaman pelindung yang berfungsi untuk mengurangi

kebisingan.

4) Kualitas Air Permukaan

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak

Negatif Besar Penting terhadap kualitas air permukaan. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan

dengan penanaman tanaman tanaman yang berfungsi sebagai penyerap polutan terutama partikel

debu sehingga pulutan yang akan terkontaminasi ke badan air penerima bisa di minimalisir.

5) Air Larian (Runoff)

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak

Negatif Besar Penting terhadap air larian. Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan membuan

saluran drainase pada kiri kanan jalan dan pemeliharaan tanaman pada ruang terbuka hijau (RTH).

6) Muka Air Tanah

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak

Negatif Besar Penting terhadap muka air tanah. Pengelolaan dilakukan dengan pembuatan sumur

resapan dan mengalokasikan lahan ± 30 % sebagai RTH.

7) Ruang, Lahan dan Tanah

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak

Negatif Besar Penting terhadap perubahan tata ruang, tanah dan lahan. Pengelolaan dilakukan

dengan mengawasi/memperketat pemanfaatan ruang disekitar wilayah studi.

b. Komponen Sosial Ekonomi, Budaya dan Kesehatan

1) Kependudukan

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak

Negatif Kecil Penting terhadap peningkatan jumlah penduduk. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan

dengan melakukan koordinasi dengan aparatur kecamatan maupun desa serta dinas kependudukan

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-21

Page 22: Evaluasi Dampak (ANDAL)

dan trasmigrasi dinas terkait lainnya tentang pembatasan lahan tertutup (pemukiman, kantor, sarana

usaha, dll) maksimal 70 % atau 80 % dari total luas wilayah.

2) Pendapatan Masyarakat dan Pertumbuhan Ekonomi

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak

Positif Kecil Penting terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.

Pengelolaan lingkungan dilaksanakan pada masyarakat yang melakukan kegiatan usaha di sekitar

jalur rencana jalan.

3) Kesempatan Berusaha

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak

Positif Besar Penting terhadap kesempatan berusaha. Pengelolaan lingkungan dilaksanakan pada

masyarakat yang melakukan kegiatan usaha di sekitar jalur rencana jalan terutama yang berbatasan

langsung dengan sempadan jalan.

4) Sikap dan Persepsi Masyarakat

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak

Positif Besar Penting terhadap perubahan sikap dan persepsi masyarakat. Pengelolaan lingkungan

dilaksanakan dengan pemasangan marka jalan, penanaman tanaman pelindung dan penmbuatan

drainase serta kegiatan-kegiatan lain yang bernilai positif.

5) Kesehatan Masyarakat

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan pada tahap operasi diprakirakan menimbulkan dampak

Negatif Kecil Penting terhadap gangguan kesehatan masyarakat. Pengelolan lingkungan

dilaksanakan penanaman dan perawatan tanaman pelindung pada median dan trotoar kiri kanan jalan

yang berfungsi untuk mengurangi konsentrasi gas pencemar udara dan menurukan suhu dan

meningkatkan kelembaban.

6) Bangkitan Lalu Lintas/Kecelakaan Lalu Lintas

Kegiatan pengoperasian jalan dan jembatan dan pemeliharaan jalan dan jembatan pada tahap

operasi diprakirakan menimbulkan dampak Negatif Kecil Penting terhadap bangkitan lalu

lintas/kecelakaan lalu lintas. Pengelolaan lingkungan dilakukan dilakukan terhadap

ketersediaan/kelengkapan fasilitas jalan seperti rambu-rambu lalu lintas dan perawatan jalan.

D. REKOMENDASI PENILAIAN KELAYAKAN LINGKUNGAN

Kriteria kelayakan lingkungan hidup yang digunakan dalam menilai kelayakan lingkungan hidup

rencana kegiatan Pembangunan Jalan Bojonggede – Kemang, dijabarkan dari nilai dampak maksimal

(+/- 4) dan minimal (0) yang terdapat dalam matrik keputusan sebagai berikut :

-4 = Dampak negatif sangat besar-3 = Dampak negatif besar

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-22

Page 23: Evaluasi Dampak (ANDAL)

-2 = Dampak negatif sedang-1 = Dampak negatif kecil0 = Dampak sangat kecil/tidak ada dampak+1 = Dampak positif kecil+2 = Dampak positif sedang+3 = Dampak positif besar+4 = Dampak positif sangat besar

Kriteria kelayakan lingkungan hidup berdasarkan rentang dampak yang timbul seperti tertera di atas

adalah sebagai berikut :

-4 ≤ Totalitas Dampak < -2 = Tidak Layak

-2 ≤ Totalitas Dampak ≤ +2 = Layak dengan melakukan pengelolaan lingkungan hidup

+2 < Totalitas Dampak ≤ +4 = Sangat Layak

Totalitas dampak rencana kegiatan Pembangunan Jalan Bojonggede – Kemang adalah -0,55, maka

berdasarkan kriteria kelayakan lingkungan hidup seperti tersebut di atas, rencana kegiatan

Pembangunan Jalan Bojonggede – Kemang dinilai layak, dengan melakukan pengelolaan

lingkungan hidup dan menerapkan teknologi pengelolaan lingkungan hidup seperti yang telah

dijelaskan pada Telaahan Sebagai Dasar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan seperti yang tertera

dalam Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan

Lingkungan Hidup (RPL).

Dengan demikian, rencana kegiatan Pembangunan Jalan Bojonggede – Kemang direkomendasikan

untuk dapat dilaksanakan.

ANDAL KEGIATAN PEMBANGUNAN JALAN BOJONGGEDE - KEMANG VI-23