BAB V

4
BAB V PEMBAHASAN Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang merupakan s satu dari senyawa ester, yakni metil ester. Pada percobaan ini biodiesel dengan bahan baku yang digunakan adalah minyak jelantah. melakukan proses pembuatan biodiesel, terlebih dahulu minyak jelanta diuj free fatty acids (FFA. Pengujian kadar free fatty acids ini sangatlah pe dikarenakan, melalui jumlah kadar free fatty acids atau asam lemak beba terkandung pada bahan baku minyak jelanta tersebut barulah dapat ditentuk jenis proses apakah yang akan digunakan dalam pembuatan biodiesel apakah proses esterifikasi ataupun transesterifikasi. jika kadar asam lem yang terkandung pada bahan baku minyak jelanta tersebut kurang dari lima maka dapat dilakukan proses transesterifikasi secara langsung dan sebalik kadar asam lemak bebasnya lebih dari lima persen, maka harus dilakukan de proses transesterifikasi terlebih dahulu. !alam praktiknya pengujian kadar asam lemak bebas pada bahan minyak jelanta tidak dilakukan, hal ini dikarenakan berdasarkan r penelitian"penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyebutkan bahwa k asam lemak bebas yang terkandung pada minyak jelanta berkisar lebih dari Berdasarkan hal itulah maka proses yang dilakukan dalam percobaan ini did dengan proses esterifikasi diikuti transesterifikasi. pada tahapan proses yang dilakukan digunakan katalis asam, hal ini bertujuan agar en dalam proses dapat dikurangi sehingga proses dapat lebih cepat berlangsun penambahan katalis asam ini juga berpengaruh dalam peningkatan te proses. Pemilihan katalis asam juga dikarenakan kandungan dari bahan baku banyak mengandung asam lemak bebas, jika katalis yang digunakan adalah ka basa maka hal ini akan mengakibatkan asam lemak bebas yang terk didalam bahan baku yakni minyak jelanta tersebut akan bereaksi dengan kat basa tersebut sehingga akann menghasilkan senyawa sabun, jika hal maka akan mempersulir proses pemisahan dari produk biodiesel yang diperol 27

Transcript of BAB V

BAB V

PEMBAHASANBiodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang merupakan salah satu dari senyawa ester, yakni metil ester. Pada percobaan ini akan dibuat biodiesel dengan bahan baku yang digunakan adalah minyak jelantah. Sebelum melakukan proses pembuatan biodiesel, terlebih dahulu minyak jelanta diuji kadar free fatty acids (FFA). Pengujian kadar free fatty acids ini sangatlah penting hal ini dikarenakan, melalui jumlah kadar free fatty acids atau asam lemak bebas yang terkandung pada bahan baku minyak jelanta tersebut barulah dapat ditentukan jenis proses apakah yang akan digunakan dalam pembuatan biodiesel tersebut apakah proses esterifikasi ataupun transesterifikasi. jika kadar asam lemak bebas yang terkandung pada bahan baku minyak jelanta tersebut kurang dari lima persen maka dapat dilakukan proses transesterifikasi secara langsung dan sebaliknya jika kadar asam lemak bebasnya lebih dari lima persen, maka harus dilakukan dengan proses transesterifikasi terlebih dahulu.Dalam praktiknya pengujian kadar asam lemak bebas pada bahan baku minyak jelanta tidak dilakukan, hal ini dikarenakan berdasarkan rujukan dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyebutkan bahwa kadar asam lemak bebas yang terkandung pada minyak jelanta berkisar lebih dari 35 %. Berdasarkan hal itulah maka proses yang dilakukan dalam percobaan ini didahului dengan proses esterifikasi diikuti transesterifikasi. pada tahapan proses esterifikasi yang dilakukan digunakan katalis asam, hal ini bertujuan agar energi aktifasi dalam proses dapat dikurangi sehingga proses dapat lebih cepat berlangsung, serta penambahan katalis asam ini juga berpengaruh dalam peningkatan temperatur proses. Pemilihan katalis asam juga dikarenakan kandungan dari bahan baku yang banyak mengandung asam lemak bebas, jika katalis yang digunakan adalah katalis basa maka hal ini akan mengakibatkan asam lemak bebas yang terkandung didalam bahan baku yakni minyak jelanta tersebut akan bereaksi dengan katalis basa tersebut sehingga akann menghasilkan senyawa sabun, jika hal ini terjadi maka akan mempersulir proses pemisahan dari produk biodiesel yang diperoleh

Proses pemanasan pada esterifikasi dilakukan pada temperatur 40 0C hal ini berguna dalam reaksi pemutusan ikatan rantai panjang pada minyak jelanta tersebut menjadi rantai-rantai trigliserida yang lebih pendek. Trigliserida inilah yang kemudian akan bereaksi dengan metanol membentuk metil ester. Pada dasarnya tahapan esterifikasi ini bertujuan untuk mengurangi kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak jelanta, sehingga ketika direkasikan dengan katalis basa dapat meminimalisir senyawa sabun yang terbentuk.Pada proses transesterifikasi produk yang didapat dari esterifikasi sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu, tujuan pemanasan ini agar reaksi dapat berlangsung lebih cepat. Katalis yang digunakan dalam proses ini yakni katalis basa NaOH. Dalam produk hasil esterifikasi yang diperoleh merupakan senyawa trigliserida. Senyawa inilah yang akan dikonversikan menjadi metil ester dengan mereaksikannya dengan metanol. penggunaan senyawa metanol dalam reaksi pembentukan biodiesel ini dikarenakan pada senyawa metanol tersebut terdapat gugus hidroksil atau OH- yang nantinya ketika direaksikan dengan senyawa trigliserida akan membentuk senyawa gliserol. Sehingga pada hasil akhir dalam proses akan didapatkan dua senyawa utama yakni biodiesel dan gliserol. Pemisahan yang digunakan untuk memisahkan biodiesel dan gliserol yakni dengan menggunakan corong pemisah, namun hal ini dirasa kurang efektif, maka dari itu digunakan air sebagai pencuci senyawa biodiesel tersebut. Pemilihan air ini dikarenakan senyawa gliserol tersebut larut dalam air, sehingga ketika pencucian dilakukan maka gliserol tersebut akan terbawa bersama-sama dengan air, sehingga senyawa biodiesel yang diperolehh jumlahnya lebih murni dibandingkan sebelum dilakukan pencucian. Namun untuk memperoleh biodiesel yang lebih murni lagi, maka sisa-sisa air yang masih tertinggal saat pencucian haruslah dihilangkan. Penghilangan kaadar air tersebut maka dilakukan dengan pemanasan 100 0C. Tujuan dari pemanasan ini agar kandungan air yang masih terkandung pada biodiesel dapat menguap sehingga biodiesel yang dihasilkan memiliki tingkat kemurnian yang lebih tinggi. Temperatur proses yang digunakan tidak boleh terlalu tinggi, hal ini dikarenakan jika temperatur proses yang dilakukan sangat tinggi hal ini akan mengakibatkan terjadinya degradasi senyawa biodiesel yang terbentuk sehingga hasilnya menjadi tidak efektif, bahkan memiliki struktur yang tidak sama lagi

27