BAB v

17
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran tempat penelitian B. Hasil Penelitian Gambaran karakteristik akseptor KB di klinik KB Vany yang di peroleh dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dan jenis kontrasepsi yang digunakan di klinik KB Vany (N=79) No . Karakteristik Frekuensi (F) Persen (%) 1. Umur : < 20 tahun 20 – 35 tahun > 35 tahun - 59 20 - 74,69 25,31 2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 8 71 10,12 89,88 3. Pendidikan : Belum sekolah – SD SMP-SMA 70 9 88,60 11,40 33

description

KTI

Transcript of BAB v

BAB VHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran tempat penelitian

B. Hasil PenelitianGambaran karakteristik akseptor KB di klinik KB Vany yang di peroleh dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dan jenis kontrasepsi yang digunakan di klinik KB Vany (N=79)

No.KarakteristikFrekuensi (F)Persen (%)

1.Umur :< 20 tahun20 35 tahun> 35 tahun-5920-74,6925,31

2.Jenis Kelamin :Laki-lakiPerempuan87110,1289,88

3.Pendidikan :Belum sekolah SDSMP-SMA70988,6011,40

4.Pendapatan :< Rp. 1.505.850,-> Rp. 1.505.850,-255431,6468,36

5.Jenis kontrasepsi :SuntikPILKondomIUDImplantVasektomi42103108653,1612,663,8012,6610,127,60

Berdasarkan tabel 5.1 diatas mayoritas responden berada pada rentang umur 20-35 tahun adalah sebanyak 59 responden (74,69%). Berdasarkan jenis kelamin yang menggunakan kontrasepsi yang mayoritas nya adalah perempuan sebanyak 71 responden (89,88 %), dan mayoritas berdasarkan pendidikan adalah berada pada rentang belum sekolah-SD yaitu sebanyak 70 responden (88,60 %). Berdasarkan mayoritas pendapatan berada pada rentang pendapatan > Rp. 1.505.850,- sebanyak 54 responden (69,36%) sedangkan mayoritas responden berdasarkan jenis kontrasepsi yang digunakan adalah kontrasepsi suntik sebanyak 42 responden (53,16%).Tabel 5.2Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan akseptor KB di Klinik KB Vany (N=79)

No.PengetahuanFrekuensi (F)Persen (%)

1.Baik (16-20 benar)Cukup (11-15 benar)Kurang (1-10 benar)709-88,6011,40-

Berdasarkan tabel 5.2 diatas diketahui bahwa mayoritas responden berdasarkan pengetahuan akseptor KB adalah berpengetahuan baik tentang penggunaan alat kontrasepsi sebanyak 70 responden (88,60%).

C. PembahasanKarakteristik akseptor KB berdasarkan PengetahuanBerdasarkan tabel 5.2 diatas tentang tingkat pengetahuan akseptor KB di Klinik KB Vany di dapatkan 70 responden (88,60%) yang berkategorikan baik, sedangkan kategori cukup berjumlah 9 responden (11,40%). Menurut asumsi penulis tingkat pengetahuan akseptor tentang KB yang kurang dikarenakan ibu tidak dapat mengerti atau menyerap informasi yang ada baik itu informasi yang diterima dari bidan atau petugas kesehatan maupun dari media masa dan elektronik, terutama ibu tidak mengerti mengenai kontraindikasi yang ditimbulkan oleh alat kontrasepsi.Menurut Bobak (2004), tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh faktor umur, pengalaman, pendidikan, dan kepercayaan, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).Meliono (2007), mengatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU (Rancangan Undang Undang) teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.Sesuai dengan pendapat dari Notoadmodjo (2005), Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt abehaviour), karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (long lasting) daripada perilaku tanpa di dasari oleh pengetahuan.

Karakteristik akseptor KB berdasarkan umurBerdasarkan hasil penelitian yang didapatkan tentang umur akseptor KB di Klinik KB Vany adalah umur 20-35 tahun sebanyak 59 (74,69%), hal ini perlu diperhatikan mengingat pemilihan kontrasepsi yang baik pada usia >35 tahun sebaiknya ialah kontrasepsi yang aman dan efektif karena kelompok ini akan mengalami peningkatan morbiditas dan mortalitas jika hamil. Menurut Bobak (2004) umur dapat mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Hal ini selaras dengan pendapat Notoadmodjo (2007), umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukan hubungan dengan umur.Karakteristik Akseptor KB berdasarkan PendidikanBerdasarkan hasil penelitian yang di dapatkan dari responden bahwa rata-rata pendidikan adalah belum sekolah sampai dengan sekolah dasar akseptor KB di Klinik KB Vany sebanyak 70 (88,60%). Meskipun tingkat pendidikan ibu rata-rata berada pada kategori sekolah dasar, seharusnya mereka lebih memahami informasi yang diterima sehingga mereka tahu. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003), yang mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan menyebabkan seseorang akan semakin cepat mengerti dan paham terhadap informasi yang disampaikan dan tanggap terhadap lingkungan. Menurut Bobak (2004) Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.Selain pentingnya mengetahui tingkat pendidikan istri (akseptor) juga perlu diperhatikan bahwa suami memiliki peran dalam keikutsertaan serta dukungan kepada istri dalam menentukan jenis kontrasepsi yang akan digunakan. Maka dari itu juga penting mengetahui tingkat pendidikan dari suami akseptor karena tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk pentingnya keikut sertaan dalam ber-KB. Hal ini disebabkan seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah menerima ide dan tata cara kehidupan baru. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seharusnya orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memilih jenis kontrasepsi MKJP. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adhayani dan Kusumaningrum bahwa sebagian besar akseptor memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu setara SMA/SLTA dan memperlihatkan juga bahwa suami dan akseptor dari metode kontrasepsi IUD (salah satu jenis MKJP) mayoritas memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu perguruan tinggi.

Karakteristik akseptor KB berdasarkan PekerjaanHasil penelitian pada tabel diatas yang menunjukan bahwa mayoritas akseptor KB berdasarkan pekerjaan adalah semua ibu bekerja sebanyak 79 responden (100%). Pekerjaan secara langsung maupun tidak langsung juga berpengaruh terhadap pemilihan maupun keputusan menggunakan kontrasepsi dalam keluarga. Pekerjaan suami maupun istri dalam suatu keluarga akan berdampak pada sosial ekonomi dalam keluarga, sehingga keluarga dengan ekonomi yang baik akan lebih memperhatikan kebutuhan kesehatan pada keluarganya, salah satunya yaitu dengan keikutsertaan ber-KB. Selain itu wanita yang bekerja akan cenderung memilih menggunakan kontrasepsi karena wanita pekerja ingin mengatur kehamilannya agar dapat bekerja lebih baik, tidak hamil dan mempunyai anak dalam waktu tertentu sesuai dengan yang direncanakan.Begitu juga pendapat Ahmadi (2003), yang menyatakan bahwa kesempatan kerja diperoleh merupakan modal hidup untuk memperoleh kelayakan hidup dalam keluarga.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh Imbarwati, yaitu 68% akseptor merupakan ibu rumah tangga atau tidak bekerja.

Karakteristik responden berdasarkan pendapatanDari hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan pendapatan akseptor KB d klinik KB Vany adalah akseptor yang berpendapatan > Rp. 1.505.850,- sebanyak 54 responden (68,36%). Penelitian ini didukung dengan observasi selama melakukan penelitian dimana Pendapatan adalah keseimbangan ekonomi mempengaruhi seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam hal ini responden mengatakan walaupun pendapatan sedang pun namun masih bisa memanfaatkan untuk menggunakan pemakaian alat kontrasepsi demi kesehan diri sendiri dan kesehatan keluarga. Artinya Lapisan, pendapatan berbeda-beda tingkatannya atau kedudukan setiap golongan ekonomi.Hal ini selaras dengan pendapat Notoatmodjo (2003), yang menyatakan bahwa sosial ekonomi adalah lapisan-lapissan sosial atau kedudukan ukuran yang berbeda tingkatanya. Maka diakui pula adanya anggapan umum bahwa ukuran kemampuan bagi tiap-tiap golongan atau lapisan dalam masyarakat berbeda.Dapat disimpulkan bahwa pendapatan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat terutama pada pasangan usia subur dalam penentuan pemilihan alat kontrasepsi yang tepat dan aman utnuk digunakan. Pendapatan yang semakin baik akan berkonstribusi terhadap pemeliharaan kesehatan dimana responden dengan mudah mendapat informasi dan pelayanan KB yang ada disekitar mereka. Dan semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin mudah keluarga tersebut mendapatkan informasi yang mereka inginkan sehingga dengan banyaknya informasi yang di dapat membawa wawasan responden.

Karakteristik responden berdasarkan jenis kontrasepsi yang digunakanBerdasarkan hasil penelitian mayoritas responden yang menggunakan jenis kontrasepsi adalah jenis kontrasepsi suntik sebanyak 42 respoden (53,16%). Data ini didukung dari observasi penelitian yang mana rata-rata responden suda tahu cara pemakaian alat kontrasepsi yang digunakan, dimana hal ini memerlukan partisipasi keluarga serta dukungan atau tindakan keluaga.Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilan atau pencegahan konsepsi. Untuk mencapai tujuan tersebut, berbagai cara dilakukan, antara lain penggunaan pil KB/kontrasepsi oral, suntikan KB/intravena, penggunaan alat dalam saluran reproduksi (kondom, alat kontrasepsi dalam rahim/IUD dan lain-lain), susuk/implant, kontrasepsi mantap/operasi (tubektomi/vasektomi), atau dengan obat topikal intravaginal yang bersifat spermisida (Anonymous, 2009).Tujuan umum pelayanan kontrasepsi adalah pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS (Hartanto, 2004). NKKBS menganjurkan setiap pasang keluarga hanya mempunyai dua anak saja. Pasangan usia subur yang telah memiliki satu anak cara KB yang efektif adalah KB hormonal maupun AKDR, sedangkan pasangan usia subur dengan dua anak atau lebih dan usia telah mencapai 30 tahun atau lebih dianjurkan untuk mengakhiri masa kesuburannya dengan menggunakan kontap (Siswosudarmo dkk, 2007). Sebesar 24,6% responden tidak mengikuti anjuran NKKBS terbukti dengan jumlah anak yang dimiliki lebih dari dua orang. Sedangkan cara KB yang paling banyak digunakan oleh responden yang mempunyai anak tidak lebih dari dua maupun lebih dari dua orang adalah alat kontrasepsi hormonal jenis suntik. Kontrasepsi suntik dapat digunakan oleh nulipara dan yang memiliki anak, sedangkan jenis suntikan progestin memiliki keuntungan tidak memengaruhi produksi ASI (BKKBN, 2007).Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan atau progesteron yang diberikan kepada peserta KB untuk mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2007). Komponen estrogen dapat memberikan efek pertambahan berat badan akibat restensi cairan, sedangkan komponen progestin memberikan efek pada nafsu makan dan berat badan yang bertambah besar (Hartanto, 2004).D. Keterbatasan penelitianAlat ukur yang digunakan adalah kuesiner tertutup sehingga kurang dapat menggali pengetahuan responden karena memungkinkan responden untuk asal mengisi jawaban.

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanBerdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :1. Tingkat pengetahuan akseptor KB di klinik KB Vany berada pada rentang baik adalah sebanyak 70 responden (88,60%)2. Tingkat umur akseptor KB di Klinik KB Vany berada pada rentang umur 20-35 tahun sebanyak 54 responden (74,69%)3. Berdasarkan jenis kelamin yang menggunakan jenis kontrasepsi akseptor KB di Klinik KB Vany adalah perempuan sebanyak 71 responden (89,88%)4. Berdasarkan pendidikan akseptor KB di Klinik KB Vany berada pada rentang berpendidikan belum sekolah-SD sebanyak 70 responden (88,60%)5. Berdasarkan pekerjaan yang dimiliki akseptor KB di Klinik KB Vany rata-rata sudah bekerja sebanyak 79 responden (100 %)6. Berdasarkan pendapatan akseptor KB di Klinik KB Vany berada pada rentang pendapatan > Rp. 1.505.850,- sebanyak 54 responden (68,36%)7. Berdasarkan jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor KB di Klinik KB Vany adalah jenis kontrasepsi suntik sebanyak 42 responden (53,16%).

B. Saran 1. Klinik KB VanyDiharapkan Klinik KB Vany dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan dapat memberikan penyuluhan dari awal sehingga dapat meningkatkan pengetahuan akseptor KB dapat menjadi lebih baik dalam memilih jenis kontrasepsi yang digunakan.2. Akseptor KBDiharapkan akseptor KB atau masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dengan mengikuti penyuluhan dari tenaga kesehatan, mencari informasi melalui media masa, media elektronik dan dapat wawasan tentang KB 3. Institusi PendidikanDiharapkan penelitian ini dapat menambah atau melengkapi sumber bacaan khususnya tentang alat kontrasepsi, agar pengetahuan mahasiswa/i menjadi lebih banyak4. Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya mengadakan penelitian dengan metode yang berbeda, mengembangkan variabel penelitian dan menggunakan kuesioner terbuka sehingga didapatkan hasil yang lebih baik.

33