BAB IV PROFIL DESA WINUMURU DAN PNPM MANDIRI...
Transcript of BAB IV PROFIL DESA WINUMURU DAN PNPM MANDIRI...
BAB IV
PROFIL DESA WINUMURU DAN PNPM MANDIRI
4.1.Sekilas Tentang Sejarah Desa Winumuru
Sejarah terbentuknya desa Winumuru berawal dari tahun 2000 ketika wilayah ini tidak
mendapatkan perhatian lagi dari desa Karipi sebagai desa induknya. Oleh karena itu, sejak tahun
2001 sampai 2003 desa Winumuru secara informal memisahkan diri dari desa induknya. Dalam
kurun waktu tiga tahun ini maka oleh tokoh masyarakat desa Winumuru dibentuklah sebuah
panitia kecil untuk membahas rencana pemekaran yang hasilnya pada pertengahan tahun 2003
desa Winumuru resmi berdiri sendiri (otonom).
Menurut kepala desa Winumuru bapak Meta Yiwa, desa winumuru berdiri sejak tahun 2000.
desaWinumuru pada awalnya bukan merupakan sebuah desa atau kampung yang ditempati oleh
leluhur sebagian orang Sumba. Tempat atau lokasi ini merupakan hutan yang banyak ditumbuhi
pohon pinang yang pohon dan daunnya berwarna sama, hijau. Kebiasaan makan sirih pinang
orang Sumba “Budaya” sebagian leluhur untuk datang ke tempat ini dan membuka lahan dan
berkebun. Dengan dibukanya lahan untuk berkebun di daerah tersebut, beberapa leluhur
kemudian memutuskan untuk tinggal di kebun dalam beberapa waktu tertentu. Kebiasaan
menetap di kebun dalam beberapa waktu, memunculkan keinginan dari para leluhur untuk
memperluas wilayah, membangun rumah, dan mengajak serta beberapa anggota keluarga untuk
tinggal bersama di kebun.
Keputusan untuk tinggal bersama keluarga di kebun dalam waktu-waktu tertentu
memunculkan sebuah komunitas “kampung” Winumuru. Sebagai sebuah “kampung baru”,
Winumuru. Winumuru adalah bahasa Sumba yang jika diterjemahkan secara bebas ke dalam
bahasa Indonesia berarti “pinang hijau”. Dengan demikian, Winumuru memiliki dua makna,
yakni: pertama, sebagai identitas dari suatu komunitas atau orang-orang yang dulunya berkebun
dan tinggal sampai sekarang, yang disebut orang Winumuru, dan kedua, bermakna sebuah
tempat yang ditumbuhi pohon pinang berwarna hijau, yang konon tidak pernah mati atau terus
hidup. juga diambil dari nama sebuah pohon pinang yang dalam bahasa Indonesia berarti
“pinang hijau”. MY, 29 Agustus 2013
Kepala desa Winumuru ketika diwawancarai soal sejarah desa ini tanggal 29 Agustus 2013
pada intinya menjelaskan bahwa: ”Nama Winumuru sendiri berasal dari sebuah pohon Pinang
yang tidak pernah mati tapi selalu hijau sehingga di beri nama Winumuru yang memiliki arti
”Pinang Hijau.” Winumuru awalnya masih menjadi bagian dari desa Paberiwai (Kananggar),
yang terdiri dari 2 dusun yaitu, dusun Kananggar dan dusun Laitaku. Dusun Kananggar terdiri
dari beberapa Rukun Warga (RW), yakni: Kananggar Kota, Karipi, Winumuru, Laihobu. Dusun
Laitaku juga terdiri dari beberapa RW, diantaranya: Laitaku, Matawai, Mangalir. Nah pada tahun
2000 terdapat satu dusun dan satu RW yang dirubah statusnya menjadi desa, yaitu: dusun
Laitaku menjadi desa Laituka, dan RW Karipi menjadi Desa Karipi. Setelah terjadi
”pemekaran”, Winumuru kemudian masuk dalam wilayah admistrasi desa Karipi. Namun, akibat
kurangnya perhatian dari pemerintah desa dalam hal pembangunan sehingga warga Dusun
Winumuru membentuk panitia dan meminta perubahan status dusun menjadi desa. Keinginan
warga untuk meningkatkan status dusun menjadi desa sudah ada sejak tahun 2001, namun
realisasi perubahan status menjadi desa itu baru terjadi pada pertengahan tahun 2003, yang
masuk dalam wilayah admistrasi Kecamatan Paberiwai.”
Hasil wawancara dengan Melkianus Pekambani (Pamong Desa) pada tanggal 8 September
2013 tentang sejarah desa Winumuru, juga mengungkapkan hal yang hampir sama dengan yang
diungkapkan oleh kepala desa Winumuru. Melkianus Pekambani mengatakan bahwa: “Sejarah
Winumuru yang saya tahu awal berdirinya karena dulu nenek moyang yang pertama kali datang,
yang datangnya dari Kananggaru (Paberiwai) di Winumuru hanya untuk bikin kebun, atau istilah
Sumbanya pahadang uma woka, karena Winumuru tanahnya lebih subur daripada Kananggar,
dan akhirnya nenek moyang dulu bangun rumah untuk tinggal sampai sekarang turun temurun
cucu-cece mereka masih tinggal di sini tapi ada juga yang sudah tidak disini karena kawin-
mawin. Dinamakan Winumuru, menurut cerita para tokoh-tokoh dulu, dulu itu sebelum mereka
datang tinggal dan menetap di sini mereka liat banyak sekali pohon pinang yang tumbuh liar
(tidak sengaja ditanam) disini, dan pohon pinang ini tidak kenal musim, berbuah terus,dan juga
tumbuh subur itulah alasan kenapa desa ini di kasih nama Winumuru. Jadi, Winumuru itu bisa
berarti terus tumbuh atau terus hidup, tidak hanya bermakna pinang hijau yang tumbuh tapi
orang-orangnya juga harus tumbuh dan berkembang dan semua bidang. Itu yang perlu diingat.”
Itulah makna terdalam dari nama desa Winumuru ini. Terus bertumbuh tidak hanya dimaknai
secara sempit, namun mencakup tumbuh dan berkembang dalam dunia ekonomi, politik, sosial,
budaya, dan pendidikan. Itulah harapan terdalam dari leluhur Paberiwai (Kananggar) bagi
generasi penerus mereka yang mendiami wilayah atau daerah ini.
Paraingu adalah kehidupan masyarakat pedesaan di
setempat, yaitu suatu perkampungan besar
dalamnya. Setiap kabihu membangun rumah
disebut kuataku. Pengertian paraingu dapat disamakan dengan desa, sedangkan kuataku
disamakan dengan kampung. Maka deng
paraingu yang artinya Desa.
4.2.Letak dan Batas Desa Winumuru
Penelitian ini dilaksanakan di desa Winumuru
Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur
September 2013. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa desa
Winumuru merupakan salah satu desa yang mendapatkan dana bantuan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri), khususnya Simpa
(SPP).
Lebih jelasnya, letak dan batas desa Winumuru dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Sumber : Demografi desa Winumuru 2013
an. Itulah harapan terdalam dari leluhur Paberiwai (Kananggar) bagi
generasi penerus mereka yang mendiami wilayah atau daerah ini.
kehidupan masyarakat pedesaan di Winumuru berdasarkan kesatuan hidup
setempat, yaitu suatu perkampungan besar yang dihuni oleh beberapa kabihu yang berhimpun di
dalamnya. Setiap kabihu membangun rumah-rumah mereka pada suatu bagian paraingu yang
disebut kuataku. Pengertian paraingu dapat disamakan dengan desa, sedangkan kuataku
Maka dengan demikian desa Winumuru bisa dikatakan sebagai
Winumuru
Penelitian ini dilaksanakan di desa Winumuru, Kecamatan Paberiwai, Kabupaten Sumba
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus
September 2013. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa desa
Winumuru merupakan salah satu desa yang mendapatkan dana bantuan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri), khususnya Simpan Pinjam Perempuan
, letak dan batas desa Winumuru dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
: Demografi desa Winumuru 2013
an. Itulah harapan terdalam dari leluhur Paberiwai (Kananggar) bagi
berdasarkan kesatuan hidup
yang dihuni oleh beberapa kabihu yang berhimpun di
rumah mereka pada suatu bagian paraingu yang
disebut kuataku. Pengertian paraingu dapat disamakan dengan desa, sedangkan kuataku
an demikian desa Winumuru bisa dikatakan sebagai
Kabupaten Sumba
bulan Agustus sampai
September 2013. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa desa
Winumuru merupakan salah satu desa yang mendapatkan dana bantuan Program Nasional
n Pinjam Perempuan
, letak dan batas desa Winumuru dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Desa Winumuru berada di bagian barat dari pusat ibukota Kecamatan Paberiwai
dengan ketinggian antara 400 - 600 mil dari permukaan laut dan kondisi alam yang sebagian
besar didominasi oleh lembah dan perbukitan dengan curah hujan rata-rata pertahun antara 4 - 5
bulan hujan. Secara Geografis desa Winumuru berbatasan dengan :
a. Sebelah Barat dengan Desa Wangga Meti
b. Sebelah Timur dengan Desa Kananggar, Desa Karera Jangga
c. Sebelah Selatan dengan Desa Jangga Mangu
d. Sebelah Utara dengan Desa Karipi
Secara administratif desa Winumuru terbagi atas dua wilayah dusun yaitu dusun
Winumuru dan dusun Laidundang. Desa Winumuru dapat dijangkau dengan menggunakan alat
transportasi umum seperti bus, truk, motor dan beberap jenis kendaraan lainnya. Jarak tempuh
dari desa Winumuru ke ibu kota kecamatan (Paberiwai) kurang lebih sekitar 12 km, dengan
waktu tempu antara 30 – 45 menit dengan menggunakan, sedangkan jarak ke ibu kota kabupaten
(Sumba Timur) sekitar 147 km, dengan waktu tempu antara 4 – 5 jam (RPJMDes Winumuru,
2012). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa letak atau posisi desa Winumuru memang
sangat terpencil karena lokasinya yang jauh dari pusat ibukota kecamatan maupun ibukota
kabupaten.
4.3.Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan
Luas Wiayah Desa Winumuru adalah 15.010 km2, terdiri dari dua dusun yaitu dusun
Winumuru dan dusun Laidundang. Berdasarkan pola penggunaan atau pemanfaatan lahan. Untuk
lebih jelas dengan penggunaan sebagai berikut :
Tabel 4.1
Luas wilayah dan penggunaannya
No Penggunaan Luas ( Ha )
1 Luas Pemukiman 60,5
2 Luas Perkebunan 30,25
3 Luas Kuburan 5,50
4 Luas Pekarangan 30,25
5 Luas Perkantoran 0,50
6 Luas Prasarana Pendidikan 1
7 Luas Prasarana Umum Lainnya 5
8 Luas Lahan Penggembalaan 200
9 Luas sawah 20
10 Luas Hutan 75
11 Luas Pertanian 825
12 Luas Empang 10
13 Luas sawah Tadahan 10
14 Luas Tegalan 105
15 Luas Tanah erosi berat 10
16 Lain-lain 122
Sumber: RPJMDes Winumuru, 2012
Berdasarkan tabel 4.1. di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk desa Winumuru
adalah petani dan peternak. Hal ini dibuktikan dengan tingginya penggunaan lahan sebagai lahan
pertanian yakni 825 ha, dan perkebunan sebesar 30,25 ha, sedangkan luas lahan untuk
pengembalaan ternak adalah 200 ha. Sebagai mesyarakat pertanian, tentu desa Winumuru
memiliki potensi pertanian yang cukup baik. Lebih jelasnya potensi pertanian desa dapat dilihat
di bawah ini.
4.3.1. Potensi Tanaman Pangan
Jenis tanaman pangan di desa Winumuru berdasarkan data RPJMDesa tahun 2012 dirinci
menjadi dua bagian besar, yakni jenis tanaman pangan yang diusahakan masyarakat, dan jenis
tanaman pangan yang dibudidayakan. Jenis tanaman pangan yang diusahakan masyarakat desa
Winumuru adalah berupa: Jagung, Padi Ladang, Padi Sawah, Ubi Kayu, Kacang Hijau, Kacang
Tanah, Ubi Jalar, dan Ubi Hutan atau Ubi Lokal. Sedangkan jenis tanamana pangan yang
dibudidayakan oleh mesyarakat, berupa buah-buahan yang terdiri dari: Jeruk, Mangga, Pepaya,
Pisang, Kelapa, Nangka, Sukun, Jambu Mete, Nenas, Advokat, Srikaya, Jambu Biji, Murbay,
Kedondong, Belimbing, Ceremai, Jambu Lang, Jambu Air, dan Semangka
Potesi desa Winumuru adalah pertanian, perkebunan dan peternakan. Terdapat 187 keluarga
yang memiliki tanah pertanian tanaman pangan, sedangkan 3 keluarga tidak memiliki tanah
pertanian, dengan rincian kepemilikan lahan dan tanaman pangan adalah, 137 keluarga memiliki
tanah masing-masing kurang dari 0,5 ha; dan 50 keluarga memiliki tanah pertanian masing
masing lebih dari 1,0 ha (RPJMDesa, 2012). Karena dari jumlah penduduk desa winumuru
sangat sedikit dibandingkan dengan luas lahan desa winumuru yang sangat luas.
Hasil dari tanaman pangan tersebut sebagian besar digunakan untuk konsumsi, sedangkan
hanya dalam jumlah sedikit yang dijual langsung ke konsumen atau ke pasar tradisional di
desa Kananggar. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di desa Winumuru sebagian besar
belum berorientasi pada pasar dan hanya bersifat subsisten.
4.3.2. Pertanian Tanaman Perkebunan
Jenis tanaman perkebunan yang diusahakan oleh masyarakat sesuai data yang tercatat dalam
RPJMDesa Winumuru tahun 2012 adalah berupa: Kelapa 743 pohon, Pisang 800 Rumpun,
Jambu Mete 625 pohon, Kapuk 816 pohon, Sukun ± 50 pohon, Mangga 125 pohon, Pinang 8176
pohon, Kemiri 184 Pohon, Sirih 16 437 pohon, dan Kopi 187 pohon.
Selain itu, jumlah rumah tangga (keluarga) yang memiliki lahan perkebunan adalah sebanyak
300 rumah tangga, rinciannya adalah 100 rumah tangga memiliki luas perkebunan masing-
masing kurang dari 0,50 ha, dan sebanyak 200 rumah tangga yang lahan perkebunan masing-
masing di atas atau lebih dari 0,50 ha. Tanaman hasil perkebunan diperuntukan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dengan cara menjual ke tengkulak atau langsung menjual ke pasar.
Selain pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan, dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Desa Winumuru tahun 2012 juga membuat pemilahan tentang
“pertanian tanaman kehutanan”. Dalam pertanian tanaman kehutanan, kepemilikan tanaman
kehutanan sebagian besar atau sekitar 25% dikuasai oleh pemilik tanah ulayat, yang dalam
masyarakat biasanya disebut “hutan adat”. Artinya, luas 25% dari keseluruhan tanaman
kehutanan tersebut menjadi milik bersama, baik masyarakat maupun pemegang hak ulayat.
Sedangkan 75% dari luas hutan tersebut diperuntukan bagi kawasan hutan lindung.
Adapun jenis tanaman kehutanan yang banyak terdapat di hutan desa Winumuru dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2.
Jenis Tanaman Kehutanan di Desa Winumuru
No Jenis Tanaman Jmh No Jenis Tanaman Jmh
1 Bambu ± 163 16 Kayu Kuning ± 3000
2 Jati ± 759 17 Gaharu ± 250
3 Mahoni ± 517 18 Beringin ± 275
4 Asam ± 85 19 Ketapang Hutan ± 1.000
5 Gamalina ± 40
.814
20 Waru ± 10.000
6 Injuwatu ±
15.300
21 Kapuk Hutan ± 2.452
7 Cendana ± 15.000 22 Melinjau ± 375
8 Kesambi ±
10.450
23 Rotan ± 5.000
9 Cemara ± 1.500 24 Enau ± 300
10 Lobung ± 475 25 Sengon ± 100
11 Jati Hutan ± 31.000 26 Halai ± 1.225
12 Kaduru ± 10.778 27 Mayela ± 100
13 Langaha ± 10.225 28 Mbaku hau ± 78.000
14 Kayu Mera ± 1.825 29 Kiru ± 650
15 Johar ± 834
Sumber: RPJMDes Minumur, 2012, Diolah
4.3.3. Potensi Peternakan Dan Perikanan
Masyarakat Desa Winumuru, pada umumnya memiliki populasi ternak karena didukung
dengan ketersediaan padang pengembalaan seluar 200 ha, tanaman pakan ternak yang ada
seperti, Pisang, Lamtoro, Gamal, waru, Rumput gajah, King grees, Rumput citra dan lain-lain.
Jenis ternak yang banyak terdapat di desa Winumuru adalah: ternak Sapi, Kerbau, Kuda,
Babi, Kambing, Domba, Anjing, Kucing, Ayam Kampung, Bebek, Angsa, dan Burung Merpati.
Semua jenis ternak tersebut di pelihara secara bebas oleh masyarakat guna pemenuhan
kebutuhan keluarga. hasil dari peternakan biasanya berkisar 20 % dijual langsung ke konsumen
untuk memenuhi biaya peternakan sekaligus membantu kebutuhan ekonomi keluarga, sedangkan
10 % diperuntukan sebagai “hewan kurban” dalam upacara adat. Selebihnya sebanyak 70 %
“disimpan” sebagai ongkos biaya belis (Mahar) dan upacara kematian (RPJMDes, 2012).
Selain peternakan yang diupayakan masyarakat desa, terdapat juga potensi budidaya ikan air
tawar. Namun, potensi budidaya ikan belum dikembangkan secara optimal, sekalipun desa
Winumuru memiliki sumber air yang cukup baik sebagai wadah potensial budidaya ikan air
tawar.
Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian berlangsung, pola budidaya ikan air tawar
masih dilakukan oleh perorangan yang baru sebatas untuk konsumsi keluarga. Realitas akan
potensi sumberdaya air yang dimiliki oleh desa Winumuru, menurut peneliti cukup baik apabila
budidaya ikan air tawar dikembangkan di desa tersebut.
4.4.Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Desa Winumuru
4.4.1. Demografi
Berdasarkan data yang tercatat dalam monografi desa Winumuru tahun 2013, tercatat jumlah
penduduk desa Winumuru berdasarkan hasil pendataan (sensus) penduduk terakhir per tanggal
01 s.d 30 Juni 2012 berjumlah 1.288 jiwa. Dengan jumlah perbandingan (ratio sex) adalah 670
orang laki laki dan 618 orang perempuan, sedangkan jumlah kepala keluarga adalah sebanyak
273 kepala keluarga (KK). Dengan demikian, maka rata-rata anggota keluarga adalah 4,71 jiwa
dalam setiap keluarga atau rumah tangga.
Apabila jumlah penduduk diperbandingkan dengan luas wilayah desa Winumuru yakni
15.010 km2 atau 1.501 ha, dengan jumlah penduduk sebanyak 1.288 orang, maka kepadatan
penduduk desa Winumuru adalah sebesar 0,86, artinya dalam setiap hektar tanah di desa
Winumuru ditempati oleh 0,86 orang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepadatan
penduduk desa Winumuru sangat jarang.
4.4.2. Pendidikan
Berdasarkan data yang dihimpun di kantor desa Winumuru, ditemukan tingkat pendidikan
masyarakat desa Winumuru masih sangat kurang seperti terurai dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.3.
Tingkat Pendidikan Masyarakat Bedasarkan Usia
Tingkat Pendidikan L P
- Usia 7 – 18 tahun yang tidak perna sekolah 78 70
- Usia 18–56 thn ke atas yang tidak pernah sekolah 325 284
- Usia 18-56 thn pernah SD tapi tidak tamat 245 236
- Tamat SD/sederajat 9 11
- Tamat SMP/sederajat 11 14
- Tamat SLTA/sederajat 2 2
- Tamat D-2/sederajat - 1
- Tamat D-3 /sederajat - -
Sumber: Monografi Desa Winumuru, 2013
Banyaknya masyarakat yang tidak menyelesaikan pendidikan bahkan tidak bersekolah
memiliki korelasi positif dengan ketersediaan jumlah sarana dan prasarana pendidikan yang ada
di desa Winumuru. Berdasarkan hasil obeservasi dan juga data yang tercatat dalam monografi
desa, ditemukan hanya ada 1 (satu) gedung sekolah dasar (SD) yang ada di desa ini. Berstatus
terakreditasi. Jumlah tenaga pengajar (guru) yang bertugas di sekolah tersebut adalah 8 orang
guru dengan jumlah siswa yang tercatat tahun 2013 adalah 250 orang siswa.
4.4.3. Mata Pencaharian Penduduk
Berdasarkan potensi desa yang telah di jelaskan, diketahui bahwa rata-rata mata pencaharian
penduduk desa Winumuru adalah petani dan peternak. Hal ini didukung oleh posisi desa ini yang
terletak di pedalaman.
Data yang tercatat dalam monografi desa menunjukan beberapa variasi mata pencaharian
penduduk, namun yang pasti sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4
Jenis Mata Pencaharian Penduduk
No Jenis Pekerjaan L P
1 Petani 559 600
2 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 4 1
3 Peternak 91 -
4 Pengusaha Kios (Warung) 6 10
5 Guru Swasta 6 5
6 Dukun Kampung Terlatih - -
7 Pensiunan PNS 1 -
8 Pengusaha Jasa Transportasi - -
9 Bidan - 1
10 Perawat - -
11 Guru PNS 3 1
Sumber: Monografi Desa, 2013
4.4.4. Agama dan Lembaga Adat
Hasil penelitian membuktikan bahwa pada umumnya masyarakat desa Winumuru memeluk
dua agama, yakni mayoritas beragama Kristen Protestan, sebagian beragama Kristen Katolik,
dan agama asli (suku) yakni Marapu. Fasilitas peribadatang yang ada di desa yakni 2 buah
gedung gereja untuk pemeluk Kristen Protestan dan Kristen Katolik.
Kehidupan masyarakat cukup aman dan tentram, sekalipun terdapat perbedaan keyakinan
agama antara yang menganut agama Abrahamik (Kristen) dan agama suku (Marapu).
Kerukunan hidup masyarakat “dipandu” oleh kekuatan adat dan agama yang saling
“bergandengan” dalam menjaga tatanan masyarakat Winumuru. Kehidupan yang damai
ditunjang panorama alam yang indah menjadikan daya tarik tersendiri bagi desa Winumuru.
Lembaga adat, selain ada pada setiap suku, juga dibentuk lembaga adat yang merupakan
representasi dari setiap suku di Winumuru. Fungsinya adalah menjaga tatanan sosial-budaya
masyarakat yang hidup dalam “dua alam” kepercayaan Kristen dan Marapu.
Wilayah Winumuru didiami oleh 7 suku besar, yakni: Suku Anawaru, Suku Kadumbul, Suku
Nippa, Suku Mbara Dita, Suku Matalu, Suku Malari, Suku Ana Mburung dan lain-lain. Dalam
setiap suku memiliki kepala suku yang dituahkan sebagai pemegang kekuasaan adat, namun
dalam acara atau upacara-upacara adat (terutama upacara perkawinan dan kematian) mereka
selalu berkumpul sebagai sebuah persekutuan adat Winumuru.
4.5.Kondisi Pemerintahan Desa
4.5.1. Lembaga Pemerintahan
Sesuai dengan hasil pemilihan Kades yang dilaksanakan pada tanggal 06 September 2008
merujuk pada UU No.5 thn 1979 tentang Pemerintahan Desa UU No.32 tahun 2004 , dan
Surat Keputusan (SK) Bupati Sumba Timur No. 280/Pemdes.141/1.337/XII/2009 maka susunan
Pemerintahan Desa Winumuru, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4. 5.
Susunan Pemerintahan Desa Winumuru
Nama JabatanPendidikan
Terakhir
Meta Yiwa Kepala Desa SMP
Daniel Mila Meha Sekdes SPG
Katanga Kornelis Kepala Urusan Pem. SD
Samuel Purumbawa Kepala Urusan Pemb. SMP
Melkianus Pekambani Kepala Urusan Umum SMEA
Mesahk Habita Wohangara Kepala Dusun SD
Samuel Wohangara Kepala Dusun SMP
Ones Tamu Ama Kasatgas Hansip SD
Obed Kabubu Tarap Pesuruh Desa SD
Sumber: RPJMDes, 2012
4.5.2. Lembaga Ekonomi
Masyarakat Desa Winumuru hanya 0,5% yang masuk dalam keanggotaan Kelompok Simpan
Pinjam/USBP. Untuk menambah Modal Usaha, masyarakat Desa melakukan pengkreditan
Uang melalui Kelompok Simpan Pinjam ( SPP-PNPM ) dan Lembaga keuangan Mikro (UPK
Paberiwai) Rincian Lembaga Ekonomi yang berada di Desa Winumuru sebagai berikut :
Tabel 4.6
Lembaga Ekonomi di Desa Winumuru
Nama Lembaga Jumlah/UnitJumlah
Pengurus
Jumlah
Anggota
Paluanda Lama Hammu SPP 3 10
Tahamemu Hamu
Duang
SPP 3 10
Rinjung Pahamu Gapoktan 6 35
Sumber : RPJMDes 2013