BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS -...

22
24 BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS Dalam sebuah penelitian, siapa yang diteliti dan apa yang diteliti merupakan dasar dari berlangsungnya penelitian tersebut. Begitu juga dalam penelitian ini. Terdapat enam aktor yang berperan dalam penelitian ini, tiga diantaranya merupakan aktor yang berasal dari Kalimantan (Suku Dayak), dan tiga diantaranya berasal dari Papua. Kehidupan para aktor sebagai anak rantau yang harus menyesuaikan diri dalam hal interaksi dengan lingkungan barunya dan juga teman-teman sekitarnya yang berasal dari daerah yang berbeda, akan mengarahkan para aktor pada penyesuaian tutur dan perilaku saat memberikan respon dalam suatu interaksi. Berikut akan dijelaskan terlebih dahulu tentang latarbelakang para aktor, hingga interaksi yang berlangsung dalam hal verbal dan nonverbal yang akan menghantarkan para aktor pada satu adaptasi. 4.1 Latar Belakang Aktor 4.1.1. Aktor I (A1) A1 berasal dari Papua Barat, khususnya di daerah kabupaten Tambrauw yang merupakan daerah pemekaran. Tambrauw merupakan kabupaten yang berada di daerah pegunungan. Jika dilihat dari peta di mana provinsi Papua berbentuk seperti burung, daerah tempat tinggalnya berada pada bagian kepala burung tersebut di antara kota Manokwari dan kota Sorong. Namun, umumnya masyarakat kabupaten Tambrauw lebih sering berkunjung ke kota Manokwari karena akses transportasi yang lebih mudah dan dinilai lebih dekat lokasinya. Kabupaten Tambrauw terdiri dari beberapa distrik yaitu: Distrik Abun, Distrik Amberbaken,Distrik Fef, Distrik Kebar, Distrik Kwoor, Distrik Miyah, Distrik Moraid, Distrik Mubrani, Distrik Sausapor, Distrik Senopi, Distrik Yembun. Dalam satu distrik pun bukan hanya terdapat satu suku, bisa dua bahkan tiga. Pada distrik dimana ia tinggal terdapat 3 suku yaitu suku Karon, Mpur dan Miun. A1 sendiri berasal dari suku Karon. Ayah dari A1 merupakan kepala distrik di mana ia tinggal. Bahasa antara satu suku dengan suku yang lain pun berbeda.

Transcript of BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS -...

24

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

Dalam sebuah penelitian, siapa yang diteliti dan apa yang diteliti

merupakan dasar dari berlangsungnya penelitian tersebut. Begitu juga dalam

penelitian ini. Terdapat enam aktor yang berperan dalam penelitian ini, tiga

diantaranya merupakan aktor yang berasal dari Kalimantan (Suku Dayak), dan

tiga diantaranya berasal dari Papua. Kehidupan para aktor sebagai anak rantau

yang harus menyesuaikan diri dalam hal interaksi dengan lingkungan barunya dan

juga teman-teman sekitarnya yang berasal dari daerah yang berbeda, akan

mengarahkan para aktor pada penyesuaian tutur dan perilaku saat memberikan

respon dalam suatu interaksi. Berikut akan dijelaskan terlebih dahulu tentang

latarbelakang para aktor, hingga interaksi yang berlangsung dalam hal verbal dan

nonverbal yang akan menghantarkan para aktor pada satu adaptasi.

4.1 Latar Belakang Aktor

4.1.1. Aktor I (A1)

A1 berasal dari Papua Barat, khususnya di daerah kabupaten Tambrauw

yang merupakan daerah pemekaran. Tambrauw merupakan kabupaten yang

berada di daerah pegunungan. Jika dilihat dari peta di mana provinsi Papua

berbentuk seperti burung, daerah tempat tinggalnya berada pada bagian kepala

burung tersebut di antara kota Manokwari dan kota Sorong. Namun, umumnya

masyarakat kabupaten Tambrauw lebih sering berkunjung ke kota Manokwari

karena akses transportasi yang lebih mudah dan dinilai lebih dekat lokasinya.

Kabupaten Tambrauw terdiri dari beberapa distrik yaitu: Distrik Abun, Distrik

Amberbaken,Distrik Fef, Distrik Kebar, Distrik Kwoor, Distrik Miyah, Distrik

Moraid, Distrik Mubrani, Distrik Sausapor, Distrik Senopi, Distrik Yembun.

Dalam satu distrik pun bukan hanya terdapat satu suku, bisa dua bahkan tiga.

Pada distrik dimana ia tinggal terdapat 3 suku yaitu suku Karon, Mpur dan

Miun. A1 sendiri berasal dari suku Karon. Ayah dari A1 merupakan kepala distrik

di mana ia tinggal. Bahasa antara satu suku dengan suku yang lain pun berbeda.

25

Menurutnya bahasa suku Mpur dan Miun sedikit sama hanya berbeda pada

dialeknya, namun berbeda lagi dengan suku Karon. Karena perbedaan bahasa

antara satu suku dengan suku yang lain umumnya mereka menggunakan bahasa

Indonesia untuk berkomunikasi. Dalam keluarganya sendiri memang sudah

terbiasa menggunakan bahasa Indonesia sejak kecil. Namun, jika ada masyarakat

yang menjalin perkawinan silang antar suku, keturunan mereka akan diajarkan

bahasa dari kedua suku orang tuanya. Bukan hanya bahasa yang berbeda, adat-

istiadat sampai kepercayaan dari tiap-tiap suku pun berbeda.

4.1.2 AKTOR II (A2)

A2 lahir dan besar di kota Jayapura namun orangtuanya berasal dari suku

Serui tapi berbeda kampung. Ibunya lahir dan besar di Jayapura, ayahnya lahir

dan besar di Serui namun berkuliah dan bekerja di Jayapura. Lahir dan besar di

Jayapura membuat A2 tidak terlalu banyak mengetahui tentang daerah asal kedua

orangtuanya ini. Namun bukan berarti tidak tahu sama sekali dengan kebudayaan

Serui. Beberapa sapaan dan kebiasaan umum yang dilakukan suku Serui tetap

diajarkan oleh orangtuanya. Bahasa suku Serui dan Jayapura berbeda. Di Jayapura

pun pada bagian desa bahasa yang digunakan juga berbeda, namun pada kota

Jayapuranya sendiri umumnya mereka menggunakan bahasa Indonesia dengan

logat Papua. Dalam aktifitasnya di dalam keluarga, biasanya A2 menggunakan

bahasa Indonesia dan kadang dibiasakan oleh orang tuanya menggunakan bahasa

Serui untuk belajar.

Jayapura yang merupakan ibu kota provinsi Papua tidak hanya dihuni oleh

penduduk lokal, kini sudah banyak masyarakat rantau dari Jawa dan Madura yang

ada di sana. Sehingga memang di Jayapura sendiri sudah terbiasa menggunakan

bahasa Indonesia.

Sama halnya dengan A1, A2 pun terbiasa menggunakan bahasa Indonesia

dan itu terbawa sampai kepada saat ia kuliah dan bertemu dengan orang-orang

dari berbagai daerah. Hingga ia duduk di bangku kuliah dan mulai beradaptasi

dengan lingkungan barunya yang penuh dengan variasi budaya. Budaya-budaya

yang ada disekitarnya diakui cukup mempengaruhi gaya bahasa dari A2. Namun,

26

A2 merasa untuk tetap mempertahankan gaya bahasa aslinya karena dinilai

kurang cocok dengan bahasa sekitar ia tinggal sekarang.

A2 juga lebih sering terlihat bersama-sama dengan teman-teman yang dari

daerah asal yang sama. Hal ini karena A2 merasa lebih nyaman dalam hal

komunikasi jika bersama dengan teman-teman satu daerah asal.

4.1.3 AKTOR III (A3)

A3 lahir dan besar dari keluarga suku Biak. Dilihat dari silsilah keturunan

A3, nenek moyang mereka dari suku Biak Timur yang merantau ke Jayapura

sehingga orang tua A3 khususnya ayahnya yang besar dan lahir di Jayapura,

sedangkan ibunya lahir dan besar di Biak. Lalu orang tuanya memutuskan untuk

kembali ke Biak. Ketika A3 berpindah dari Jayapura ke Biak barulah ia

mempelajari kebudayaan yang ada di Biak. Dalam kesehariannya di dalam

keluarga, A3 menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan kadang bahasa

Biak. Menurutnya kini bahasa Biak sendiri bukan merupakan suatu keharusan

yang harus digunakan dalam keseharian khususnya dalam hal berkomunikasi.

Apalagi dengan perkembangan jaman dan teknologi yang menurutnya cukup

mempengaruhi aktifitasnya sehari-hari.

Menurutnya bahasa daerah asli Biak hanya digunakan oleh orang tua

(sesepuh) saja khususnya bagi mereka yang tinggal di pedesaan. Jika mereka yang

dari pedesaan datang ke perkotaan mereka akan berkomunikasi dengan

menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Biak. Namun, tidak

semua bahasa Biak dikuasai oleh mereka yang tinggal di perkotaan. Hal tersebut

dikarenakan setiap desa di Biak memiliki dialek yang berbeda-beda.

4.1.4 AKTOR IV (A4)

A4 lahir dan besar di keluarga Dayak. Dari kecil A4 sudah hidup mandiri

karena tinggal terpisah dengan orangtuanya, A4 tinggal di Pontianak dan

orangtuanya tinggal di daerah pedalaman karena tuntutan pekerjaan. Orangtuanya

berasal dari daerah dan suku yang berbeda, ayahnya berasal dari daerah hilir suku

Dayak Kanayan, sedangkan ibunya dari daerah hulu suku Dayak Desa.

27

Interaksi sehari-hari A4 menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini

dikarenakan perbedaan bahasa antara kedua orangtuanya. Menurut A4, jika ia

berbicara menggunakan bahasa suku dayak Kanayan atau bahasa dari suku

ayahnya, ibunya yang berasal dari suku Dayak Desa tidak akan mengerti apa yang

mereka bicarakan, begitu juga sebaliknya. Bahasa daerah hanya digunakan jika

mereka berbicara dengan orang-orang tua atau sesepuh yang berasal dari suku

Dayak mereka. Dari kecil memang A4 sudah dibiasakan menggunakan bahasa

Indonesia untuk memudahkan berkomunikasi dengan sesama dan mengerti saat-

saat kapan menggunakan bahasa daerahnya.

Dalam dunia pendidikan dari SD-SMA, A4 bersekolah pada sekolah

swasta yang mayoritasnya bukan anak-anak pribumi. Sehingga A4 terbiasa

menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Mandarin, dan bahasa Inggris. Pada

lingkungan tempat tinggalnya pun rata-rata orang Madura dan orang Melayu.

Terlihat dalam kesehariannya kini di bangku kuliah, A4 selalu

menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dengan teman-temannya.

Menurutnya hal ini dilakukannya untuk memudahkan dalam berinteraksi dengan

teman-temannya yang berbeda daerah.

4.1.5 AKTOR V (A5)

A5 berasal dari suku Dayak Ngaju yang berasal dari daerah susur sungai

Kahayan. Orang tua A5 berasal dari satu suku yang sama namun berbeda daerah

tempat tinggalnya. Ibunya dari daerah susur sungai Kahayan dan ayahnya dari

susur sungai Barito.

A5 tinggal di kota Palangkaraya yang merupakan ibukota provinsi

Kalimantan Tengah. Di kota Palangkaraya bukan hanya terdapat suku Dayak,

namun juga ada beberapa suku yang sudah mulai masuk dan cukup masuk dalam

kategori mayoritas di Palangkaraya misalnya suku Madura, suku Banjar, suku

Jawa, dan suku Sunda. Hal itu pun juga mempengaruhi bahasa yang digunakan di

Palangkaraya. Dalam keseharian masyarakat disana menggunakan bahasa

Indonesia, bahasa Dayak dan bahasa Banjar.

28

Dalam keseharian A5 menggunakan bahasa Dayak. Hal ini dilakukan

sebagai bentuk pelestarian bahasa Dayak di dalam keluarga agar bahasa Dayak

tidak mudah dilupakan. A5 menjelaskan bahwa lebih merasa nyaman ketika

menggunakan bahasa Dayak.

4.1.6 AKTOR VI (A6)

A6 lahir dari keluarga Dayak Ngaju. Suku Dayak Ngaju merupakan suku

hasil dari pernikahan campur antara suku Dayak yang ada di bagian daratan dan

bagian susur sungai. Kedua orang tua dari A6 memang asli suku Dayak Ngaju,

namun memiliki keturunan yang dibedakan berdasarkan marga. Ibunya berasal

dari keturunan marga Gina Sangkar yang berasal dari susur sungai Kahayan,

sedangkan ayahnya berasal dari marga Kumbang yang berasal dari susur sungai

Barito.

A6 dan keluarganya berdomisili di kota Palangkaraya. Di kota

Palangkaraya bukan hanya terdapat orang-orang suku Dayak, tetapi juga suku

Banjar, suku Jawa, suku Batak, suku Madura, suku Bali, dan suku Sunda. Dalam

kesehariannya masyarakat di Palangkaraya menggunkana bahasa Indonesia,

bahasa Dayak dan Bahasa Banjar. Dengan banyaknya suku yang mulai masuk di

Kalimantan Tengah, membuat A6 dan keluarganya membiasakan menggunakan

bahasa daerah suku Dayak agar tidak dengan mudah dilupakan. Begitu juga

dengan adat-istiadat suku Dayak, dalam keluarganya pun masih tetap menjalankan

tradisinya sebagai seorang suku Dayak.

4.2 INTERAKSI AKTOR

Dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa

ingin berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini merupakan dorongan

alami yang terjadi dalam diri setiap manusia untuk mengetahui lingkungan

sekitarnya dan peristiwa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu tersebut

membawa manusia untuk dapat berkomunikasi (Nasrudin.2015.135).

Keadaan manusia sebagai makhluk sosial juga membawa manusia dapat

mengatur atau mengontrol dirinya dalam membangun relasi dengan sesamanya.

29

Dalam arti bahwa ketika manusia membangun relasi atau hubungan dengan

manusia lainnya, masing-masing mengatur bagaimana ia harus bertindak dan

berperilaku sesuai dengan lingkungan sosialnya. Hal itu dilakukan sebagai upaya

agar dapat diterima dalam lingkungan tersebut. Apalagi jika lingkungan tersebut

merupakan lingkungan baru bagi kita yang memiliki tatanan sosial, norma,

budaya, dan bahasa yang berbeda. Oleh sebab itu perilaku kita dapat dibedakan

berdasarkan dengan siapa kita berkomunikasi. Begitu juga para aktor dalam

penelitian ini.

Awalnya dalam penelitian ini ingin melihat bagaimana interaksi yang

terjadi antara para aktor sebagai anak rantau dengan teman-teman yang berasal

dari Jawa, namun seiring dengan berlangsungnya penelitian ini dapat ditemukan

bahwa interaksi yang dilakukan oleh pada aktor bukan hanya tentang aktor dan

teman-teman yang berasal dari Jawa, tetapi dengan teman-teman yang berasal dari

daerah lain, bahkan teman-teman yang berasal dari daerah yang sama. Oleh

karena itu, interaksi para aktor dapat dikategorikan dalam beberapa bagian, yaitu

1) interaksi aktor dengan teman-teman yang berbeda budaya, termasuk

didalamnya teman-teman yang berasal dari daerah Jawa, dan 2) interaksi aktor

dengan teman-teman yang berasal dari satu daerah. Namun dalam pengamatan

yang dilakukan, hanya A4 yang ditemukan hanya berinteraksi dengan teman-

teman yang berbeda budaya. Berikut akan diuraikan berdasarkan masing-masing

aktor dengan interaksinya.

4.2.1 Interaksi A1

Interaksi A1 dengan teman-teman yang berbeda daerah dengannya terlihat

sangat baik. Dalam interaksi yang terjadi, ditemukan bahwa A1 akrab dengan

teman-teman yang berbeda budaya dengannya. Ia sering bersama dengan teman-

temannya yang berasal dari Solo, Salatiga, Toraja, Bandung, Pati, dan Ambon.

Interaksi A1 dengan teman-teman dekatnya merupakan bagian dari penyesuaian

diri A1 dengan lingkungan barunya. Dekat dan akrab dengan teman-teman yang

berbeda budaya dengannya diakui membutuhkan kerja ekstra apalagi ketika

mereka sedang duduk mengobrol, A1 harus bisa menyesuaikan dan mengartikan

30

apa yang dimaksudkan oleh teman-temannya. Di dalam kelas pun A1 terlihat

cukup baik dalam membangun relasi dengan teman-temannya, selain ke enam

temannya di atas. Dalam berinteraksi dengan teman-teman yang berbeda daerah

asal, A1 menggunakan bahasa Indonesia. Namun, sewaktu-waktu A1 juga pernah

tanpa sengaja mengunakan dialek Papua, seperti penyebutan-penyebutan dalam

panggilan kepada orang lain.

Interaksi berikutnya adalah interaksi antara A1 dengan teman-teman yang

sama-sama berasal dari Papua. Dalam hubungan antara A1 dengan teman-teman

yang satu daerah diakuinya tidak semua yang dikenalnya. Beberapa di antara

mereka hanya teman-teman yang pernah satu sekolah dengannya saja. Dengan

teman-teman yang satu program studi pun A1 hanya sekedar tahu jika mereka

sama-sama dari Papua tapi tidak terlalu mengenal karena perbedaan daerah tempat

tinggal. A1 juga tidak tergabung dalam perhimpunan mahasiswa Papua.

Menurutnya ia tidak terlalu tertarik dengan hal-hal tersebut karena aktifitas

kampusnya cukup padat. A1 beberapa kali terlihat menghubungi teman-teman

Papuanya untuk meminta bantuan, dan dalam percakapan yang singkat dapat

menunjukan bahwa hubungan A1 dengan teman-temannya cukup baik, dilihat dari

respon teman-teman yang dimintai tolong.

4.2.2 Interaksi A2

Dalam interaksi A2 dan teman-teman yang berbeda daerah, tidak terlalu

sering terlihat interaksi terjadi. Jika interaksi berlangsung, lebih bayak mengarah

pada persoalan mata kuliah atau tugas kuliah. Selebihnya A2 tidak terlalu sering

terlihat bersama dengan teman-teman yang berbeda daerah. Duduk di dalam kelas

pun A2 terlihat duduk berdekatan dengan teman-teman yang satu daerah. Jika A2

duduk tidak bersamaan dengan teman-teman yang satu daerah, interaksinya akan

tetap dengan teman-teman yang satu daerah. Misalnya ketika A2 duduk di depan

teman-temannya, ia akan berusaha untuk tetap berinteraksi dengan teman-

temannya dengan cara menoleh ke belakang ataupun memberikan gerakan-

gerakan yang mengajak untuk berinteraksi. Bahasa yang digunakan A2 ketika

31

melakukan interaksi dengan teman-teman yang berbeda daerah adalah bahasa

Indonesia. Hal ini dilakukan agar lebih mudah dipahami satu dengan yang lain.

Interaksi A2 dengan teman-teman yang berasal dari daerah yang sama

terlihat sangat dominan, dimulai dari kedatangan A2 ke kampus, saat duduk

menunggu kelas, duduk di kelas, selesai kelas, hingga aktifitas di luar kampus.

Dalam keseharian A2 memang lebih banyak bersama-sama dengan teman-

temannya yang berasal dari satu daerah. Hal ini karena A2 merasa lebih nyaman

jika berkomunikasi dengan mereka karena tidak harus menggunakan bahasa

Indonesia yang baku. A2 juga terlihat lebih dapat mengekspresikan dirinya ketika

bersama dengan teman-temannya yang satu daerah. Dari tawa, gurauan, ekspresi

dan perilaku nonverbal lainnya menunjukan jika A2 memang lebih bebas menjadi

diri sendiri. Jika di dalam kelas terdapat pembagian kerja kelompok, A2 akan

memilih teman-temannya yang satu daerah.

4.2.3 Interaksi A3

Interaksi yang berlangsung antara A3 dan teman-teman di lingkungan

kampus yang berbeda budaya tidak terlalu sering terjadi jika di luar aktivitas

kelas. Ketika interaksi terjadi, A3 akan menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini

dilakukannya agar terjadi satu pemahaman di antara keduanya. A3 pun jarang

terlihat bersama dengan teman-teman yang berbeda budaya. Di dalam kelas A3

tergolong orang yang cukup tenang, dan tidak terlalu banyak bicara namun aktif

dalam kuliah. Jika ada interaksi dengan teman-teman yang berbeda budaya atau

berbeda daerah, teman-teman tersebut kebanyakan berasal dari daerah timur

Indonesia seperti Ambon dan Sumba. Menurut A3, berteman dengan teman-teman

yang berasal dari daerah timur akan lebih mudah dalam hal penggunaan bahasa

saat interaksi dan lebih mudah dipahami.

Berbeda lagi dengan interaksi yang dilakukan antara A3 dengan teman-

teman yang satu daerah. A3 memang dalam kesehariannya lebih sering

menghabiskan waktunya dengan teman-teman yang berasal dari daerah yang

sama. Di dalam kelas, A3 selalu duduk berdekatan dengan teman-temannya.

32

Bahkan sampai kepada pemilihan kelompok A3 akan memilih teman-temannya

yang satu daerah. Ketika A3 bersama dengan teman-temannya yang satu daerah,

A3 akan menggunakan dialek daerahnya dan cenderung lebih lepas ketika

berbicara. A3 juga terlihat lebih bisa mengekspresikan dirinya ketika bersama

dengan teman-temannya.

4.2.4 Interaksi A4

A4 dalam interaksinya hanya ditemukan interaksi dengan teman-teman

yang berasal dari daerah berbeda. Hal ini dikarenakan latarbelakang A4 semasa

SD hingga SMA ia bersekolah pada sekolah swasta yang rata-rata siswanya bukan

penduduk lokal. Oleh sebab itu, A4 tidak terlalu mengenal teman-temannya satu

daerahnya. Hanya teman-teman yang pernah satu sekolah dengannya yang

dikenal, itupun hanya beberapa anak di UKSW. A4 juga mengakui bahwa dirinya

memang tidak terlalu mengekspos daerah asalnya kepada teman-temannya.

Interaksi yang terjalin antara A4 dan teman-temannya yang berasal dari

daerah yang berbeda tergolong cukup tertutup, dalam arti hanya orang-orang

tertentu yang menurutnya cocok yang bisa diterima olehnya. Menurut A4,

memang ia tidak terlalu bisa dekat dengan sembarangan orang. Dalam hal

kepercayaan, A4 memiliki pengalaman yang tidak mengenakkan hingga dirinya

menjadi orang yang tertutup. Namun bukan berarti A4 tidak memiliki teman

dekat. Teman dekat dari A4 berasal dari Manado, Papua, dan Kupang. A4 juga

menjalin hubungan spesial dengan seseorang yang berasal dari Bali. Dalam

interaksinya mereka tetap menggunakan bahasa Indonesia. Diakuinya bahwa

teman-temannya cukup mengenal dan mengetahui karakteristik dari pada A4,

sehingga ketika mereka berinteraksi masing-masing dari mereka tidak pernah

menggunakan bahasa daerah masing-masing.

4.2.5 Interaksi A5

Interaksi yang terjalin antara A5 dan teman-teman yang satu daerah

terlihat sangat baik. A5 temasuk dalam mahasiswa yang aktif dalam kegiatan yang

melibatkan etnisnya dan ia juga tergabung dalam perhimpunan mahasiswa

33

Kalimantan. A5 mengakui bahwa ia lebih nyaman ketika berinteraksi dengan

teman-teman yang satu etnis dengannya, karena dari segi bahasa yang digunakan

dan perilaku mereka sama-sama saling memahami. Ketika A5 berada bersama-

sama dengan teman-temannya yang satu daerah, A5 terlihat semangat dan

antusias. Tentunya dalam interaksi yang terjalin, A5 akan menggunakan dialek

daerahnya.

Kemudian ada interaksi yang terjalin antata A5 dan teman-teman yang

berbeda daerah. Interaksi ini dilihat dari bagaimana interaksi yang terjalin antara

A5 dan teman-teman satu program studi. Rata-rata teman-teman dalam program

studinya berasal dari daerah Jawa. A5 tergolong orang yang menunjukan sikap

terbuka dalam hal interaksi. A5 terlihat tidak membeda-bedakan dengan siapa ia

harus berinteraksi. Namun, A5 merasa kesulitan dalam menyesuaikan bahasa

yang digunakan ketika berkomunikasi dengan teman-temannya. Bahkan untuk

menggunakan bahasa Indonesia pun A5 masih merasa kesulitan ketika menyusun

kata-kata dan masih sering tiba-tiba menggunakan bahasa daerahnya.

4.2.6 Interaksi A6

Interaksi A6 dan teman-teman yang berbeda budaya terlihat cukup baik.

Dilihat dari bagaimana A6 bisa membuka obrolan dengan teman-temannya, ikut

bercanda, dan tidak pasif. A6 menggunakan bahasa Indonesia ketika

berkomunikasi dengan teman-temannya. Hal ini dilakukannya atas dasar

kesadaran diri sebagai anak rantau yang ada ditengah-tengah teman-teman yang

berasal dari Jawa. Bukan hanya itu, julukan Indoesia Mini juga mempengaruhi

keputusannya, karena menurutnya bahasa Indonesia bisa menjembatani interaksi

yang baik. Ketika bersama-sama dengan teman-temannya yang beda daerah, A6

terlihat cerewet dan bisa mengekpresikan dirinya. Ketika ada temannya yang baru

datang, ia akan menyapa temannya tersebut. Walaupun memang tidak semua

teman yang datang akan disapa.

Interaksi yang berikutnya adalah dengan teman-teman dari daerah yang

sama. A6 tergolong orang yang aktif dalam kegiatan etnis. Ia juga terlibat dalam

34

perhimpunan mahasiswa Kalimantan. Tentunya jika bersama-sama dengan teman-

teman satu etnis, ia akan menggunakan bahasa daerahnya. Ketika bersama dengan

teman-teman yang satu etnis, A6 manjadi orang yang lebih berekspresi dari pada

dengan teman-teman yang berbeda daerah. Hubungan antara A6 dengan teman-

temannya terlihat cukup dekat, karena A6 beberapa kali juga pernah dimintai

tolong untuk mengurus penampilan tari dari teman-teman etnisnya.

Interaksi pada para aktor dapat digambarkan dengan singkat pada tabel

berikut :

Sumber : Diolah dari data primer, Nikijuluw 2017.

Tabel 4.1. Ringkasan Interaksi Para Aktor

Keterangan :

1. Tanda (+) menunjukan adanya hubungan interaksi yang baik antara

para aktor dengan teman-temannya yang berbeda daerah asal atapun

yang sama daerah asalnya.

2. Tanda (-) menunjukan hubungan interaksi yang kurang baik antara

para aktor dengan teman-temannya yang berbeda daerah asal atapun

yang sama daerah asalnya.

Dalam interaski yang terjalin oleh para aktor baik dengan teman-teman

yang berbeda daerah ataupun yang satu daerah menunjukan bahwa tidak semua

AKTOR BEDA DAERAH

ASAL

SAMA DAERAH

ASAL

A1 + -

A2 - +

A3 - +

A4 - -

A5 + +

A6 + +

35

interaksi dengan teman-teman yang satu daerah akan terjalin dengan baik, dan

interaksi dengan teman-teman yang berbeda daerah akan tidak baik. Masing-

masing aktor menentukan pilihannya untuk membuka dirinya terhadap lingkungan

sekitarnya.

4.3 Komunikasi Verbal dan Nonverbal

4.3.1 Komunikasi Verbal

Komunikasi Verbal merupakan suatu sarana utama untuk mengungkapkan

pikiran, perasaan, dan harapan kepada orang lain (Suranto.2010:127). Komunikasi

verbal dikemas dalam dua cara yaitu vokal atau lisan dan non-vokal atau tulisan.

Namun dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada verbal dalam cara vokal

atau lisan (bahasa). Dalam komunikasi verbal, kita membangun makna melalui

dialog yang kita bawa di dalam kepala kita sendiri. Komunikasi verbal juga

dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya :

a. Denotative and Conotative meaning (pemaknaan)

b. Vocabulary (perbendaharaan kata)

c. Pacing (kecepatan)

d. Intonation (nada suara)

e. Clarity and brief (kejelasan dan keringkasan)

f. Timing and relevance (ketepatan dan relevansi)

(Kurniawati.2014:27).

Penelitian ini lebih memfokuskan pada faktor verbal vocabulary

(perbendaharaan kata) dan Intonation (nada suara). Perbendaharaan kata atau

vocabulary merupakan sekumpulan kata-kata yang akan menghantarkan para

pelaku komunikasi pada satu pengertian. Dengan kata-katalah kita

mengungkapkan apa yang kita rasa dan apa yang kita pikirkan. Semakin banyak

kata-kata yang kita tahu, semakin besar pula peluang kita untuk bisa

mengkomunikasikan sesuatu dengan jelas kepada orang lain. Kata-kata tersebut

kita terima dari hasil interaksi kita dengan orang lain. Apalagi jika kita

36

berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda daerah yang tentunya memiliki

bahasa yang berbeda.

Selanjutnya intonation (nada suara). Ketika kualitas vokal memiliki

banyak komponen, perbedaan budaya kelihatan jelas dari volume suara. Dalam

hal ini parabahasa menolong seseorang untuk dapat menarik kesimpulan tentang

orang lain dari segi asal budaya, keadaan emosi, status sosial ekonomi, tinggi

badan, berat badan, usia, inteligensi, ras, latar belakang regional, dan tingkat

pendidikan (Samovar, Larry dan McDaniel, 2010 : 320).

Dalam interaksi yang terjadi pada para aktor, dari kedua faktor ini, faktor

vocabulary merupakan faktor yang masih sulit untuk disesuaikan oleh para aktor.

Perbendaharaan kata ini tidaklah gampang untuk digunakan. Namun untuk faktor

ini, akan dialami oleh para aktor dengan sendirinya berdasarkan siapa saja yang

berinteraksi dengan para aktor. Sedangkan untuk faktor intonation, para aktor

terdengar tetap menggunakan nada suara khas dari masing-masing daerahnya.

A1 yang awalnya sangat kental menggunakan dialek Papua dan bahasa

Indonesia, kini dalam percakapannya ia sudah menggunakan beberapa kata

pengganti dalam bahasa sehari-hari lingkungan setempat secara umum seperti,

‘nggak’, ‘tok’, ‘telat, ‘ngomong’ dan lain sebagainya. A2 dan A3, memang dalam

interaksinya juga menggunakan beberapa kata pengganti seperti kata ‘nggak’,

namun kedua aktor tersebut lebih sering menggunakan bahasa Indonesia baku.

Mereka menilai jika menggunakan kata pengganti seperti dalam penyebutan diri

‘aku’, atau kata ‘kamu’, itu bukan seperti mereka yang sesungguhnya, dan bagi

mereka itu hal yang aneh untuk diucapkan. Sedangkan A5 dan A6 dalam

interaksinya juga mengadopsi beberapa kata umum yang sering digunakan

masyarakat atau pun teman-teman setempat seperti ‘aku’, ‘kamu’, ‘sek’, ‘nggak’,

‘ta’ dan lain sebagainya. Ketika di tanya tentang bagaimana caranya berinteraksi

dengan teman-teman yang berbeda budaya dari segi bahasa dan perilaku yang

digunakan, para aktor memiliki jawab yang berbeda-beda. A1 menjawab bahwa

ketika ia bersama dengan teman-teman satu gengya ia akan tetap menggunakan

dialek Papua bercampur bahasa Indonesia. Hal ini dilakukan karena ia merasa

nyaman ketika tetap menggunakan dialek Papua seperti ‘sa’, ‘ko’, ‘tra’, ‘dorang’

37

dan lain sebaginya. Aktor I mengatakan bahwa dari sisi teman-temannya pun tetap

menerima dia dengan gaya bahasa yang ia gunakan.

A2 Dalam interaksi dengan teman-teman yang berbeda budaya, juga

menggunakan dialek Papua dengan bahasa Indonesia. Namun berbeda dengan A1,

untuk penyebutan diri seperti ‘saya’ A1 tetap menggunakan ‘saya’ sedangkan A1

menggunakan ‘sa’. A3, A4 dan A6 memiliki tanggapan yang sama dalam

interaksinya. mereka lebih sering menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini

dilakukannya karena mereka berpikir bahwa jika berbicara dengan dialek daerah

mereka, teman-teman lainnya tidak akan mengerti apa yang ia maksudkan.

Sedangkan untuk A5 dalam interaksinya ia menggunakan dialek Kalimantan dan

Bahasa Indonesia. Ia menilai lebih nyaman dan masih sering bingung jika

menggunakan hanya bahasa Indonesia.

A4 dalam interaksinya memang sering menggunakan bahasa Indonesia,

untuk sampai kepada pengaruh bahasa teman-teman sekitar yang berbeda budaya

menurutnya tidak terlalu berpengaruh, bahkan untuk lingkungan dimana ia

sekarang. Hal ini di karenakan ketidakadanya ketertarikan dari A4 untuk

mempelajari hal tersebut, bahkan ia menolak untuk bisa mengetahui hal tersebut.

Namun A4 pernah memiliki pengalaman jika ia pernah dulu berteman dengan

teman-teman yang berasal dari Kupang, dan gaya bahasa atau dialeknya pun

berubah secara otomatis mengikuti teman-temannya yang berasal dari Kupang,

kira-kira berjalan satu semester. Selebihnya kembali seperti semula dengan

menggunakan bahasa Indonesia. Ketika berinteraksi dengan teman-temannya

yang berbeda budaya, diakui bahwa teman-temanNYA cukup mengetahui seperti

apa A4 dalam hal karakter, kesukaan, ketidaksukaan, bahkan sampai gaya bahasa,

sehingga dari pihak teman-temannya pun mereka juga menghargainya dengan

berinteraksi menggunakan bahasa Indonesia.

38

Berikut beberapa kata yang mempengaruhi gaya bahasa para aktor dalam

interaksinya :

AKTOR DAERAH KATA

Jawa nggak, tok, telat, ngomongA1

Ambon beta, seng

Jawa nggak, wes

Ambon beta, seng

A2

Kupang be

A3 Jawa nggak

Jawa ta, wes, nggak, aku, kamuA4

Kupang be, lu

A5 Jawa aku, kamu, nggak, ora, manut, wes

A6 Jawa ora, nggak, aku, kamu, wesSumber : Diolah dari data primer, Nikijuluw 2017.

Tabel 4.2. Kata-Kata Serapan Para Aktor

Dalam komunikasi, manusia saling pengaruh-mempengaruhi timbal balik

sehingga terbentuklah pangalaman ataupun pengetahuan tentang pengalaman

masing-masing yang sama (Suranto.2010:77). Dari tabel diatas, dapat dilihat

bahwa interaksi para aktor dengan teman-teman yang berbeda budaya dengan

mereka cukup mempengaruhi gaya bahasa yang digunakan para aktor. Sadar atau

tidak sadar, hal tersebut akan teradopsi dengan sendirinya.

4.3.2 Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah pesan-pesan komunikasi yang berbentuk

gerak-gerik, sikap, ekpresi wajah, pakaian yang bersifat simbolik, suara dan

lambang atau simbol lain yang mengandung arti (Suranto.2010:146). Perilaku

nonverbal juga disampikan kerana dorongan dan motivasi oleh hal-hal atau

keinginan-keinganan tertentu. Misalnya ketika seseorang tersenyum,

mengangguk, menangis, menunjukan jam, melambaikan tangan, dan lain

39

sebagainya. Biasanya hal tersbebut dilakukan sebagai isyarat perasaan atau emosi

seseorang terhadap orang lain.

Berikut beberapa bentuk komunikasi nonverbal yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu :

1. Gerakan Tubuh : ada 3 klasifikasi yang dibuat oleh Paul Ekman dan

Wallace V. Friesen (1969) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Emblim (Emblems) = perilaku nonverbal yang secara langsung dapat

menerjemahkan kata atau ungkapan. Misalnya menunjukan ibu jari

(jempol) sebagai isyarat ‘OK’, mendekatkan jari telunjuk untuk

menunjukan larangan ‘jangan ribut atau harap tenang’.

b. Ilustrator = perilaku nonverbal yang digunakan sebagai pendukung

verbal dengan mengilustrasikan pesan verbal tersebut. Misalnya anda

akan menggerakan tangan dan memperagakannya ketika anda sedang

menjelaskan tentang sebuah ukuran ‘besar atau kecil’.

2. Regulator = tipe ini bisa disebut sebagai pengendali atau pengatur,

pemantau, pemelihara dalam pembicaraan orang lain. atau gampangnya,

kita biasanya akan memberikan respon seperti memberikan suara ‘m-m-

m’, mengangangguk, mengerutkan kening atau bibir kita, menyesuaikan

fokus mata sebgai isyarat bahwa anda mendengarkan dengan baik, anda

mulai bosan, penasaran dll.

3. Jarak = jarak intim 15-45cm, jarak pribadi = fasa dekat 45-75 cm, fasa

jauh 75-120 cm, Jarak Sosial 120-210cm, jarak publik 360-450cm.

4. Sentuhan : ada 3 makna sentuhan yang digunakan dalam penelitian ini,

yaitu :

a. Bercanda = terkadang keinginan untuk bercanda itu dikomunikasikan

dengan cara yang penuh kasih sayang ataupun secara agresif. Bila

seseorang mengkomunikasikan afeksi dan agresi dengan cara

bercanda, emosi akan kendur dan ini mengisyratkan kepada orang lain

untuk tidak memandangnya terlalu serius/sentuhan canda

memeriahkan interaksi.

40

b. Mengarahkan atau mengendalikan = sentuhan ini biasanya dilakukan

untuk menarik perhatian lawan bicara. Seseorang biasanya menyentuh

untuk mengkomunikasika ‘ pindahlah’, ‘cepat’, ‘tetaplah disini’, atau

‘kerjakan’.

c. Ritual = terpusat pada salam dan perisahan. Misalnya menjabat tangan

sambil mengatakan ‘hallo’ atau ‘sampai jumpa’. Sentuhan ritual juga

meliputi pelukan, ciuman, atau meletakan lengan anda di bahu orang

lain ketika memberi salam atau mengucapkan salam perpisahan.

41

GERAKAN TUBUH SENTUHANAKTOREMBLIM REGULASI dan

ILUSTRASI

JARAKBERCANDA dan

MENGENDALIKANRITUAL

A1 1. Menaikan alisnya sebagai ganti kata ‘iya’

1.Menatap kearah teman yang berbicara ketika sedang mengobrol

2.Menggunakan ‘emm’, ‘hmm’, ‘ish’, sambil mengangkat keningnya atau mengerutkan keningnya saat merespon pada lawan bicara.

1. Jarak percakapan aktor dan teman-teman sekitarnya 55-70cm

1. A1 sangat suka tertawa ketika mengobrol dnegan teman-temannya atau dengan siapapun

1. A1 akan mengucapkan ‘daa’ sambil melambaikan tangan ketika berpisah dengan teman-temannya.

2. Mengucapkan terima kasih ketika ditolong temannya.

A2 1. Menaikan alisnya sebagai isyarat ‘iya’

1. Memperhatikan dan menatap ke arah lawan bicara ketika sedang mengobrol

2. Menggunakan ‘hmm’, ‘mm’, mengangguk dan menggelengkan kepala ketika meresponi lawan bicara.

1. Jarak antara aktor dan teman-teman sekitarnya 45-55cm

2. Dikelas A2 sering duduk berdekatan dengan teman-teman dari daerah asal sama.

1. Mencolek temannya ketika temnanaya ribut sendiri atau marah-marah.

2. Tersenyum dan tertawa lepas ketika bersama dengan teman-temannya

3. Menarik tangan temannya untuk pergi, ketika temannya berlama-lama.

1. Memanggil nama temannya jika bertemu sebelum masuk kelas

2. Mengatakan ‘daa’ sebagai salam perpisahan dengan teman-temannya.

A3 1. Menaikan keningnya saat mengatakan ‘iya’

2. Mengisyaratkan diam dengan mendekatkan jari telunjuk pada

1. Merespon ‘hmm’, ‘mmm’, mengangguk dan menggelengkan kepala saat merespon pada teman-temannya.

2.Mengerutkan keningnya ketika temannya

1. Jarak antara A3 dengan teman-temannya sekitar 45-55cm.

2. Dikelas A3 duduk satu seret dengan teman-teman yang

1. Menyenggol temannya jika ada teman yang melakukan kesalahan

2. Merangkul temannya saat berjalan

3. Menepuk bagian koson disebelah tempat

1. Menucapkan ‘daaa’ sebagai salam perpisahan.

2. Memanggil temannya ketika bertemu dijalan sebelum kelas

42

mulut berbicara sambil memperhatikan temannya.

berasal dari daerah asal yang sama.

duduknya jika ada temannya yang baru datang, sebagai isyarat menyuruh duduk disampingnya.

4. Akan tertawa lepas jika bersama dengan teman-temanya

A4 1. Menaikan keningnya saat mengatakan ‘iya’

1. Merespon ‘hmm’, ‘mmm’, mengangguk dan menggelengkan kepala saat temannya.

2. Melihat ke arah teman yang berbicara.

1. Jarak antara A4 dan teman-temannya 60-70cm.

1. Jika berbicara A4 biasanya sambil tersenyum

1. Ketika bertemu dengan teman satu daerah yang ia kenal, ia akan melmbaikan tangan atau tersnyum pada temannya.

A5 1. Menaikan keningnya saat mengatakan ‘iya’

1. Meresponi lawan bicara dengan ‘hmm’, ‘mmm’, mengangguk dan menggelang.

1. Jarak antara A5 dan teman-temannya 45-55cm.

1. Merangkul temannya jika berjalan

2. Tertawa lepas ketika bersama dengan teman-temannya

3. Memukul pelan pada temannya ketika sedang bercerita dan itu merupakan cerita lucu.

1. Mengucapkan ‘daaa’ saat berpisah dengan teman-temannya sambil melambaikan tangan

A6 1. Menaikan keningnya saat mengatakan ‘iya’

1. Meresponi temannya dengan ‘hmm’, ‘mmm’, mengangguk dan menggelang.

1. Jarak antara A6 dan teman-temannya sekitar 45-55cm

1. Saat mengobrol, A6 sering tertawa2. bisa tertawa lepas ketika bersama teman-temannya

1. Mengucapkan ‘daa’ ketika berpisah, dan memaggil teman-temannya dengan nama mereka ketika bertemu.

Sumber: Diolah dari Data Primer, Nikijuluw 2017

Tabel 4.3 Perilaku Nonverbal Para Aktor Dengan Teman-Teman Dari Satu Daerah Asal

43

GERAKAN TUBUH SENTUHANAKTOREMBLIM REGULASI dan

ILUSTRASI

JARAKBERCANDA dan

MENGENDALIKANRITUAL

A1 1. Menaikan alisnya sebagai ganti kata ‘iya’

2. Menaikan kedua jempol sebagai isyarat ‘OK’

1. Menatap kearah teman yang berbicara ketika sedang mengobrol

2. Menggunakan ‘emm’, ‘hmm’, ‘aa’, sambil mengangkat keningnya saat merespon pada lawan bicara.

1. Jarak percakapan aktor dan teman-teman sekitarnya 45-55cm

2. Didalam kelas duduk sejejer dengan teman-teman yang beda budaya.

1. A1 sangat suka tertawa ketika mengobrol dengan teman-temannya atau dengan siapapun

1. A1 akan mengucapkan ‘daa’ sambil melambaikan tangan ketika berpisah dengan teman-temannya.

A2 1. Menaikan keningnya sebagai isyarat ‘iya’

1. Memperhatikan dan menatap ke arah lawan bicara ketika sedang mengobrol

2. Menggunakan ‘hmm’, ‘mm’, mengangguk dan menggeleng ketika meresponi lawan bicara.

3. Tangannya akan bergerak seperti orang melambaikan tangan saat mengisyaratkan ‘tidak’

1. Jarak antara aktor dan teman-teman sekitarnya 55-70cm

2. Dikelas jika A2 duduk dengan teman yang berbeda daerah asal, A2 akan tetap banyak berinteraksi dengan teman-teman dari daerah yang sama.

1. ketika A2 ingin menanggapi atau memulai interaksi dengan teman-teman yang berbeda budaya, A2 akan mencolek temannya terlebih dahulu

A3 1. Menaikan keningnya saat mengatakan ‘iya’

2. Mendekatkan jari telunjuk pada mulutnya sebagai isyarat diam saat

1. Merespon ‘hmm’, ‘mmm’, mengangguk dan menggeleng pada lawan bicara

2. Menggerakan tangan saat menjelaskan sesuatu, seperti

1. Jarak antara A3 dan teman-teman yang berbeda daerah asal 55-70cm

1. Akan tersenyum dengan orang yang ia sudah pernah temui sebelumnya.

44

teman-temannya ribut.

ukuran, dan tempat.

A4 1. Menaikan keningnya saat mengatakan ‘iya’

1.Merespon ‘hmm’, ‘mmm’, mengangguk dan menggeleng pada lawan

2.bicara.Melihat ke arah lawan bicara

1 . Jarak antara A4 dengan teman-temannya 45-55cm.

1. Jika berbicara A4 biasanya sambil tersenyum.

2. Bisa tertawa lepas dan bercerita lama dengan teman-temannya.

1. Mengucapkan ‘daa’ ketika berpisah dengan teman-temannya.

A5 1. Menaikan keningnya saat mengatakan ‘iya’

1. Menutup muka dengan kedua tangannya ketika menceritakan sesuatu yang ragu untuk diceritakan

2. Meresponi lawan bicara dengan ‘hmm’, ‘mmm’, mengangguk dan menggelangkan kepalanya.

1. Jarak antara A5 dan teman-temannya 55-70cm.

1. Ketika berbicara, A5 biasanya sambil tersenyum.

1. Mengucapkan ‘daaa’ saat berpisah dengan teman-temannya sambil melambaikan tangan

A6 1. Menaikan keningnya saat mengatakan ‘iya’

1. Meresponi lawan bicara dengan ‘hmm’, ‘mmm’, mengangguk dan menggelangkan kepalanya.

1. Jarak antara A6 dan teman-temannya sekitar 55-70cm

1. Saat mengobrol, A6 sering tertawa.

2. Jika teman-temannya tiba-tiba datang dan duduk di pangkuannya, A6 akan mendorong temannya tersebut, sambil tertawa.

1. Ketika bertemu teman-temannya, A6 akan menyapa teman-temannya.

Sumber: Diolah dari Data Primer, Nikijuluw 2017.

Tabel 4.4 Perilaku Nonverbal Para Aktor Dengan Teman-Teman Berbeda Daerah Asal

45

Kedua tabel diatas menunjukan perbedaan perilaku nonverbal yang dtunjukan

para aktor ketika berinteraksi dengan teman-teman yang bebeda daerah asal dan dari

daerah asal yang sama. Terlihat bahwa variasi perilaku nonverbal banyak ditemukan

ketika para aktor berinteraksi dengan teman-temannya yang berasal dari daerah asal

yang sama. Memang hal ini tidak berlaku kepada keseluruhan teman-teman yang

berasal dari daerah asal sama. Hanya kepada teman-teman yang sering bersama

dengan para aktor saja.

Dari aspek gerak tubuh, umumnya para aktor dalam interaksinya dengan

teman-teman yang satu daerah atau berbeda daerah memiliki gerak tubuh yang sama,

baik pada emblim ataupun pada regulasi dan ilustrasi. Pada aspek jarak, ditemukan

dua perbedaan yang terjadi pada A1 dan A4 dengan aktor lainnya, diamana kedua

aktor tersebut memiliki jarak kedekatan 45-55cm dengan teman-teman yang berbeda

budaya dengannya dibanding dengan teman-teman yang satu daerah. Pada aspek

sentuhan, juga ditemukan memiliki variasinya sendiri tergantung dengan siapa para

aktor berinteraksi.