BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Obyek ...digilib.iain-jember.ac.id/14/7/05-C3_BAB...
Transcript of BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Obyek ...digilib.iain-jember.ac.id/14/7/05-C3_BAB...
-
67
BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
A. Gambaran Obyek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Organisasi Senat Mahasiawa di indonesia
Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang bekerjasama
untuk mencapai suatu tujuan bersama. Begitupula dengan organisasi
mahasiwa, mereka membentuk organisasi untuk mencapi tujuan bersama
dan memiliki visi misi yang sama. organisasi mahasiswa dapat
dikategorikan dalam dua jenis, yaitu: organisasi intra kampus dan
organisasi ekstra kampus. Organisasi internal kampus adalah organisasi
mahasiswa yang melekat pada pribadi kampus atau universitas, dan
memiliki kedudukan resmi di lingkungan perguruan tinggi. Organisasi ini
mendapat pendanaan kegiatan kemahasiswaan secara mandiri, dari
pengelola perguruan tinggi atau dari kementrian/lembaga, pemerintah dan
non pemerintah untuk memajukan program kerja serta kemajuan lainnya.
Beberapa bentuk orgnisasi intra diantaranya seperti badan eksekutif
mahasiswa (BEM). Senat mahasiswa dan himpunan mahasiswa jurusan
(HMJ). Kewenangan pengaturan sepenuhnya ada ditangan pemimpin
perguruan tinggi yang dituangkan dalam Statuta (UU No. 12 tahun 2012).
Organisasi internal kampus pada suatu perguruan tinggi dapat bergabung
dalam skala daerah, nasional bahkan internasional. Gabungan tersebut bisa
dikatakan sebagai organisai antar-kampus. Sedangkan organisasi ekstra
kampus adalah organisasi yang berada diluar birokrasi kampus, organisasi
ini sangat berperan bagi mahasiswa dan wilayah geraknya cenderung
67
-
68
menasional. Ada beberapa kelebihan organisasi ekstra diantaranya,
kekuatan jaringannya sangat luas, wilayah cakupannya sangat luas
(nasional) dan masih banyak lagi yang lainnya. Beberapa contoh
organisasi ekstra kampus ialah PMII, HMI, dan IMM.
Senat Mahasiswa yang termasuk organisasi intra tersebut adalah
organisasi mahasiswa yang dibentuk pada saat pemberlakuan kebijakan
NKK/BKK, tepatnya pada tahun 1987.
Senat Mahasiswa hanya ada ditingkat fakultas, sedangkan ditingkat
universitas ditiadakan. Dan ditingkat jurusan keilmuwan dibentuk keluarga
mahasiswa jurusan atau himpunan mahasiswa jurusan, yang berkoordinasi
dengan Senat Mahasiswa dalam melakukan kegiatan intern. Pada
umumnya Senat Mahasiswa dimaksudkan sebagai lembaga eksekutif,
sedangkan fungsi legislatifnya dijalankan pihak lain yaitu badan
perwakilan mahasiswa (BPM).
Pada tahun 1990, pemerintah memperbolehkan dibentuknya Senat
Mahasiswa ditingkat perguruan tinggi namun model student government
ala dewan mahasiswa tidak diperbolehkan. Senat Mahasiswa yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah kumpulan ketua organisasi mahasiswa
intra kampus yang ada diantaranya: ketua umum Senat Mahasiswa
fakultas, ketua umum BPM, dan ketua umum unit kegiatan mahasiswa.
Model seperti ini dibeberapa perguruan tinggi kemudian ditolak, dan
dipelopori oleh UGM, Senat Mahasiswa memakai model student
government.
-
69
Senat Mahasiswa kemudian menjelma menjadi lembaga legislatif,
termasuk di tingkat fakultas. Lembaga eksekutifnya adalah badan
pelaksana Senat Mahasiswa. Lambat laun badan pelaksana diganti dengan
istilah yang lebih praktis badan eksekutif mahasiswa (BEM). Awalnya
BEM dipilih, dibentuk dan bertanggung jawab kepada sidang umum Senat
Mahasiswa namun sekarang pengurus kedua lembaga sama-sama dipilih
langsung dalam suatu pemilihan umum. Jika kita amati kembali terdapat
kerancuan dalam istilah BPM (badan perwakilan mahasiswa) dengan
Senat Mahasiswa karena sama-sama berarti wakil. Hanya saja menurut
aturan mainnya, BPM dianggap berfungsi sebagai badan legislatif
sedangkan senat mahasiswa menjalani fungsi eksekutif. Akhirnya karena
ketidak jelasan fungsi BPM pada era Senat Mahasiswa di perguruan tinggi
maka BPM digantikan senat mahasiswa. BPM sendiri dihapuskan. Senat
Mahasiswa yang tadinya badan eksekutif berubah menjadi badan legislatif.
Sedangkan badan eksekutifnya dibentuk badan pelaksana Senat
Mahasiswa, yang lantas diubah lagi menjadi badan eksekutif mahasiswa
atau BEM. Akhirnya istilah ini bertahan hingga saat ini.
2. Gambaran Umum Organisasi Senat Mahasiswa IAIN Jember
Untuk mengetahui prosese komunikasi serta relasi dan
ketimpangan gender yang terjadi di organisasi SEMA Iain Jember, maka
perlu kiranya bagi peneliti untuk menggambarkan sekilas tentang
organisasi SEMA secara umum. Gambaran umum tersebut diharapkan
dapat membantu para pembaca untuk lebih memahami obyek penelitian
kali ini. Oleh karena itu dalam bab ini peneliti akan meberikan gambaran
-
70
umum tentang organisasi Senat Mahasiswa. Organisasi mahasiswa adalah
organisasi yang beranggotakan mahasiswa untuk mewadahi bakat, minat
dan potensi mahasiswa yang dilaksanakan di dalam kegiatan eksra
kurikuler. Adanya organisasi merupakan wadah yang sangat membantu
mahasiswa dalam berproses didunia perkuliyahan. Mengingat segala
persoalan sosial tidak bisa dikupas secara tuntas dibangku perkuliyahan
maka penting bagi sekalian mahasiswa untuk berproses diluar jam kuliyah.
Organisasi merupakan salah satu hal terpenting dalam dunia kampus
mengingat proses yang terjadi didalamnya sangat berpengaruh pada
mahasiswa itu sendiri dan juga perguruan tinggi. Adanya organisasi sangat
membantu segala kekurangan mahasiswa dibidang sosial dan akademik
untuk menggali pengetahuan yang lebih didalamnya. Organisasai
merupakan wahana komunikasi antarcivitas akademika serta wahana
pengembangan potensi sebagai insan akademis, calon ilmuwan dan
intelektual yang berguna bagi masyarakat. Adanya organisasi didunia
kampus juga merupakan sarana pemeliharaan dan pengembangan ilmu
yang dilandasi oleh norma akademis, etika, moral, dan wawasan
kebangsaan. Pada dasarnya, Organisasi Mahasiswa adalah sebuah wadah
berkumpulnya mahasiswa demi mencapai tujuan bersama, namun harus
tetap sesuai dengan koridor AD/ART yang disetujui oleh semua anggota
dan pengurus organisasi tersebut. Organisasi mahasiswa tidak boleh keluar
dari rambu-rambu utama tugas dan fungsi perguruan tinggi yaitu tri darma
-
71
perguruan tinggi, tanpa kehilangan daya kritis dan tetap berjuang atas
nama mahasiswa, bukan pribadi atau golongan.
Organisasi kemahasiswaan di suatu kampus diselenggarakan
berdasarkan prinsip sebagai wahana proses pendidikan kepada mahasiswa
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, terutama
undang-undang nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi. Adanya
organisasi bertujuan untuk mendorong mahasiswa menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau kesenian yang
bernuansa islami. Kemudian organisasi juga bertujuan untuk
mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi
dan/atau bakat dan minat serta mengupayakan penggunaannya untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan memperkaya kebudayaan
nasional yang bernuansa islami dan berwawasan kebangsaan.
Banyaknya organisasi yang muncul dan berkembang disekitar
kampus baik intra maupun ekstra membuat sebagian orang kebingungan
untuk memetakanya. Kali ini peneliti akan menyebutkan beberapa jenis
organisasi yang ada sebagaimana yang disebutkan dalam pedoman
organisasi (PO). Bahwasanya Organisasi kemahasiswaan di tingkat PTAI
dapat dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu:
a. Senat Mahasiswa ( SEMA ),
b. Dewan Mahasiswa ( DEMA ),
c. Unit Kegiatan Mahasiswa ( UKM/UKK ).
-
72
Adapun objek penelitian dalam skripsi ini dimana peneliti memilih
organisasi intra kampus dibagian paling atas yaitu Senat Mahasiswa
(SEMA) IAIN Jember, karena SEMA merupakan lembaga legislatif, dan
dapat dikonotasikan dengan DPM/MPM/BPM diperguruan tinggi umum.
SEMA juga merupakan lembaga legislatif dalam struktur organisasi
kemahasiswaan yang memegang fungsi kontrol terhadap pelaksanaan
Garis Besar Haluan Program ( GBHP ) lembaga kemahasiswaan perguruan
tinggi agama islam. SEMA sekaligus sebagai lembaga normatif dan
perwakilan tertinggi di lingkungan mahasiswa perguruan tinggi agama
islam umumnya dan pada Iain Jember khususnya. Ia memiliki fungsi
menampung dan menyalurkan aspirasi, dan memiliki peran legislasi
sebagai subsistem kelembagaan non-struktural ditingkat perguruan tinggi.
Sistem kerjanya adalah “ kolektif-kolegial ”. Kolektif berarti bahwa dalam
mengambil ketetapan dan keputusan yang mengatas namakan SEMA
harus dilakukan melalui sebuah persidangan yang melibatkan anggota-
anggotanya, tidak ada perbedaan hak dan kewajiban, kecuali pada
tanggung jawab fungsional administratif yang telah disepakati. Jadi SEMA
menjadi sangat penting untuk diteliti mengenai beberapa dan seperti apa
ketimpangan gender yang terjadi didalamnya, sebab SEMA merupakan
organisasi intra kampus tertinggi dalam perguruan tinggi yang mana Ia
mewakili setiap mahasiswa untuk menyampaikan segala aspirasi
mahasiswa.
-
73
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwasanya setiap lembaga
tidak akan mungkin lepas dari beberapa tugas dan wewenang tak
terkecuali organisasi SEMA itu sendiri, ia memiliki tugas beberapa di
antaranya sebagaimana berikut:
a. Mengawasi pengurus DEMA dalam melaksanakan kebijakan organisasi
kemahasiswaan PTAI.
b. Menyerap dan mengakomodir aspirasi mahasiswa dan menyalurkannya
pada pihak-pihak yang terkait.
c. Memperjuangkan hak-hak akademik dan kemahasiswaan.
d. Merumuskan norma-norma dan aturan-aturan dalam pelaksanaan kegiatan
kemahasiswaan yang tidak bertentangan dengan aturan yang lebih tinggi.
e. Merumuskan AD/ART organisasi mahasiwa PTAI dengan tetap
berdasarkan pada peraturan dan perundangan yang berlaku.
f. Menetapkan garis-garis besar program kerja SEMA.
Dan demikian beberapa Wewenang SEMA yaitu:
a. Melakukan koordinasi dengan Senat Mahasiswa Fakultas (SEMA-F ) di
tingkat universitas / institut.
b. Menyelenggarakan musyawaroh sebagai wujud kedaulatan tertinggi
organisasi mahasiswa.
c. Meminta progres report DEMA atas pelaksanaan program kerjanya.
Organisasi SEMA pun harus bertanggung jawab sebagai badan
formatur dan perwakilan tertinggi lembaga mahasiswa, ia wajib
menyampaikan pertanggung jawaban kepada mahasiwa dalam sidang
-
74
paripurna. Sedangkan mekanisme sidang paripurna diatur lebih lanjut oleh
mahasiswa dan disetujui melalui keputusan rektor / ketua. Sebagai
subsistem kelembagaan non-struktural tingkat perguruan tinggi, maka
SEMA bertanggung jawab kepada rektor/wakil rektor bidang
kemahasiswaan atau ketua/wakil ketua bidang kemahasiswaan.
Dari semua uraian diatas peneliti tegaskan lagi bahwa SEMA IAIN
Jember menjadi sangat penting dan menarik untuk diteliti mengingat
posisi senat dalam proses pencapaian tujuan pendidikan adalah salah satu
entitas proses pendidikan yang merupakan representasi mahasiswa dalam
proses kegiatan pendidikan yaitu sebagai perwakilan mahasiswa dalam
menyampaikan aspirasi mahasiswa dan juga sebagai entitas yang
diharapkan dapat melakukan persuasi kepada mahasiswa untuk dapat
mengikuti kegiatan dengan baik.
Seandainya dikalangan organisasi mahasiswa tetinggi saja
melakukan ketimpangan gender maka bagaimana jadinya kelanjutan
masyarakat indonesia yang menempatkan mahasiswa sebagai agen of
change, agen of analisis dan agen of control.
B. Penyajian Data
1. Proses Komunikasi Pengurus SEMA IAIN Jember Periode 2015/2016
Dari hasil wawancara peneliti terhadap ketua SEMA pada awal
peneliti mewawancarainya tepatnya pada tanggal 15 Februari 2016 terkait
proses komunikasi yang dilakukan ketua SEMA, ia menceritakan
bahwasanya ia sering membangun jaringan kepada pengurus-pengurus
SEMA di perguruan tinggi yang lain untuk membangun komunikasi yang
luas. Terbukti pada awal masa bakti kepengurusan SEMA IAIN Jember
-
75
periode 2015/2016 ia berhasil membangun komunikasi dengan perguruan
tinggi UIN SUKA Jogja. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Faisol juga
selaku pengurus komisi kontroling dan advokasi bahwa diawal proses
masa bakti mereka (pengurus SEMA IAIN Jember 2015/2016)
mengadakan kegiatan formal berupa study banding ke UIN SUKA Jogja
sebagai acuan bagaimana SEMA IAIN kedepannya. Acara tersebut
terlaksana beberapa hari dan pengurus SEMA pun menghadiri acara
tersebut dengan antusias, namun beberapa pengurus perempuan dari
SEMA IAIN Jember tidak bisa menghadiri kegiatan tersebut disebabkan
keterbatasa izin dari orang tua mereka. “saya tidak bisa menghadiri
kegiatan tersebut karna orang tua melarang saya untuk datang, katanya sih
terlalu jauh. Ya begitulah seorang perempuan tidak bisa mendapatkan
kesempatan yang sama seperti layaknya seorang laki-laki”. Demikian kata
Siti Humairoh salah satu pengurus SEMA di bagian budgetting ketika
diwawancarai pada tanggal 20 Februari 2016. Kegiatan tersebut dikordinir
langsung oleh ketua SEMA sebagai bentuk perhatian dari seorang ketua
sebagai pemimpin. Selain itu, masih banyak juga kegiatan-kegiatan formal
maupun informal yang dilakukan oleh pengurus SEMA baik diluar
kampus maupun dikampus IAIN itu sendiri.
Selanjutnya peneliti melanjutkan penelitian dengan mencari data
berupa struktur kepengurusan SEMA IAIN Jember periode 2015/2016,
karena dalam komponen komunikasi organisasi terdapat struktur yang
jelas, dan struktur organisasi tersebut merupakan hasil dari proses
komunikasi yang terjadi dalam setiap organisasi apapun dan dimanapun.
Peneliti menemui saudara Hasyim Yanto selaku pengurus sekertaris ketua
untuk meminta struktur kepengurusan SEMA periode 2015/2016.
“Dari struktur organisasi ini salah satu fungsi didalamnya untuk
mengetahui pembagian-pembagian tugas dan wewenang masing-masing
pengurus sehingga pembagian informasi dari ketua terhadap bawahan
menjadi tidak rancu dan komunikasi yang terjadi didalamnya dapat
berjalan dengan lancar” ujar Hasyim Yanto seraya menyerahkan SK (surat
keputusan) dan lampirannya.
-
76
Sesuai dengan SURAT KEPUTUSAN Rektor Institut Agama
Islam Negeri Jember Nomor. In.25/PP.009/286/2015. Ditetapkan bahwa
sehubungan dengan perubahan status Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Jember menjadi Institut Agama Islam Negeri Jember, maka dipandang
perlu menerbitkan kembali surat keputusan tentang struktur kepengurusan
Senat Mahasiswa institut ( SEMAI ) Institut Agama Islam Negeri Jember
masa bhakti tahun 2015/2016. Oleh karena itu telah ditetapkan struktur
kepengurusan Senat Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Jember
periode 2015/2016 dengan Penanggung Jawab: Prof. Dr. H. Babun
Suharto, Pembina: Drs.H.Sukarno, M.Si.
Adapun struktur kepengurusannya sebagaimana berikut:
Ketua Umum : Achmad Zahrul Firdaus.
Sekretaris Umum : Yanto Hasyim. ( HMJ Syari’ah )
Bendahara Umum : Achmad Muqarrabin ( HMPS PGMI )
Komisi Legislasi : M.Jamil ( CO ). ( HMPS MU )
M.Sofiatul Iman. ( HMPS KPI )
ABD.Rohim. ( HMPS IH )
Shohibul Ulum. ( HMPS AS )
Komisi Budgeting : Alfiatus Sulistiani ( CO ). ( HMJ Tarbiyah )
Ika Musrifah. ( HMPS ES )
Luluk Munawwaroh. ( HMPS MPI )
Siti Humairoh. ( HMPS PMI )
Komisi Kontroling dan Advokasi : Wildan Nur Islam ( CO ). ( HMPS PBA )
M.Faisol Amin. ( HMPS PAI )
Fajar Abdillah. ( HMJ Dakwah )
Rinda Q.A. ( HMPS PS )
-
77
Dari nama-nama yang telah tercantum dalam struktur
kepengurusan SEMA masa bakti 2015/2016 tersebut menurut Hasyim
Yanto ditentukan sesuai surat rekom dari masing-masing HMPS dan HMJ,
demikian pula yang disampaikan oleh ketua SEMA, ia mengatakan bahwa
cara memilih kepengurusan itu dengan cara melayangkan surat ke setiap
HMPS dan HMJ agar mereka merekomendasikan masing-masing satu
orang dari anggotanya untuk dijadikan pengurus SEMA. Sedangkan yang
menentukan divisi-divisinya ialah badan formatur bersama ketua terpilih
dan ketua demisioner.
Setelah beberapa kali ketua terpilih mengadakan agenda rapat
bersama badan formatur dan ketua demisioner guna membahas dan
memantapkan calon-calon pengurus SEMA untuk disesuaikan dengan
divisinya, maka pada tanggal 21 desember 2015 kepengurusan SEMA
periode 2015/2016 telah resmi dilantik di ruang VIP IAIN Jember dan
dibai’at dengan harapan progres SEMA IAIN Jember kedepan mampu
lebih maju, dan benar-benar bisa menyerap segala aspirasi mahasiswa
tentunya.
Melihat struktur yang ada, kita cukup mengerti bahwa peran yang
terpenting didalamnya ialah ketua SEMA itu sendiri, sebab ketua
sangatlah berpengaruh terhadap berjalannya proses sebuah organisasi
tersebut selama masa bakti hingga tiba masa pelepasan jabatannya. Sukses
tidaknya suatu organisasi itu juga sebagian besar dan banyak ditentukan
oleh bagaimana seorang ketua/pemimpin mengolah, mengorganisir
organisasi tersebut dan mengayomi para anggota pengurusnya. Karena
bagaimanapun juga pemimpin berada diposisi paling atas secara struktural,
maka garis kordinasinya pun cukup jelas bahwa setiap kali ada sesuatu,
proses komunikasi yang harus dilakukan ialah dari bawahan ke level
atas/top manajemen (ketua/pemimpin). Jadi figur seorang ketua sangat
menjadi acuan para anggotanya dalam mengikuti segala kegiatan-kegiatan
yang ada. Semisal seorang ketua selalu memberi contoh yang baik
terhadap para pengurusnya atau bawahannya sebagai bentuk komunikasi
-
78
nonverbal dari ketua tersebut. Hal itu akan menjadi panutan para anggota
pengurusnya untuk meneladani dan memiliki semangat untuk berproses di
organisasi. Menurut Zahrul selaku ketua SEMA IAIN Jember Seorang
ketua juga harus selalu menciptakan image-image yang baik terhadap
bawahannya, ia mengaku sebagai ketua ia selalu antusias dalam setiap kali
menghadiri kegiatan-kegiatan formal maupun informal. Ia juga tidak
jarang mengaplikasikan komunikasi verbal yang baik terhadap para
pengurusnya dengan memberikan arahan-arahan yang baik di akhir
pertemuan setiap kali pengurus SEMA mengadakan kegiatan formal dan
informal. Mengingat betapa pentingnya figur seorang pemimpin maka
peneliti akan menyertakan VISI dan MISI ketua SEMA IAIN Jember
periode 2015/2016 sebagaimana berikut:
VISI
“menjadikan SEMA sebagai organisasi intra kampus yang religius,
profesional, aspiratif dan progresif”
MISI
a. menjunjung tinggi nilai-nilai islam
b. meningkatkan solidaritas antar KBM
c. optimalisasi DEMA sebagai frontline bagi seluruh kebutuhan
mahasiswa
d. mengembangkan SDM yang berkualitas dan kompetitif
e. menjalin dan membangun relasi dengan lembaga lain
f. bertindak responsif terhadap kebijakan lembaga IAIN Jember
g. berperan aktif dalam pengabdian masyarakat
Dilihat dari visi dan misi ketua SEMA maka sangat jelas bahwa
ketua SEMA benar-benar ingin menjadi perwakilan mahasiswa dalam
-
79
menyampaikan segala aspirasi dan keluh kesah mahasiswa terhadap
pimpinan, ketua SEMA juga ingin membangun relasi yang baik tehadap
sesama dan lembaga lain tanpa pandang bulu, juga menciptakan
keharmonisan ditengah-tengah semuanya dengan menghadirkan
komunikasi yang baik dan benar. Adapun rancangan program yang
ditawarkan ketua SEMA di awal masa baktinya ialah:
a. membudayakan tradisi islam
b. merevisi undang-undang
c. mengadakan pertemuan KBM triwulan
d. mengadvokasi pengadaan sekertariat bersama
e. mengadakan seminar atau workshop dalam meningkatkan SDM
f. mengadvokasi kebijakan-kebijakan untuk kesejahteraan mahasiswa
g. mengadakan event tingkat regional maupun nasional
h. gerakan pengabdian terhadap masyarakat
Rancangan program tersebut diharapkan dapat terealisasi dengan
baik dan benar. Tentunya dengan bantuan dan kerjasama dari keseluruhan
pengurus SEMA itu sendiri. Sebagaimana yang ditanyakan oleh peneliti
kepada saudara Jamil selaku pengurus bagian legislasi ketika
mewawancarainya pada tanggal 23 februari 2016, bagaimana proses
komunikasi yang terjadi pada kepengurusan SEMA periode 2015/2016
untuk mewujudkan keinginan-keinginan bersama, ia mengatakan bahwa
pengurus SEMA selalu bekerjasama dan menjalin komunikasi yang baik
antar pengurus dengan ketuanya dan antar pengurus yang satu dengan
-
80
yang lainnya. Semisal pada kegiatan pembentukan pengurus KPUM
(komisi pemilihan umum mahasiswa) dalam rangka pemilihan Presiden
Mahasiswa seluruh pengurus SEMA tidak pernah putus kontak dan intens
didalam kantor. Menurut saudara Jamil ketua SEMA selalu memantau
para anggota pengurusnya, dan para pengurusnya pun saling kordinasi
antara yang satu dengan yang lainnya.
Pada tanggal 20 Februari peneliti juga mewawancarai pengurus
bagian kontroling dan advokasi yang bernama Fajar Abdillah, bagaimana
proses komunikasi yang dibangun oleh ketua SEMA IAIN Jember?, ia
menjawab bahwa proses komunikasi yang dibangun oleh ketuanya itu
sangat baik terhadap bawahannya, begitu pula bawahannya terhadap
ketuanya dan sesama pengurusnya.
2. Relasi Gender Dalam Organisasi SEMA IAIN Jember Periode
2015/2016
Dalam setiap organisasi terdapat komunikasi interpersonal, yaitu
proses sosial berkait konteks, rumit, yang di dalamnya orang-orang yang
telah membangun hubungan komunikatif bertukar pesan dalam upaya
untuk menghasilkan makna-makna yang dianut bersama dan mencapai
tujuan sosial (Charles dkk, 2014: 213). Hal tersebut juga terealisasi dalam
setiap kegiatan formal dan informal, SEMA pun sejauh ini menurut
saudari Rinda selaku pengurus bagian kontroling dan advokasi sering
mengadakan kegiatan formal dan informal. Beberapa kegiatan formal yang
ada disema antara lain adalah merevisi undang-undang, kemudian rapat
rutinan perbulan dua kali, rapat tersebut diagendakan untuk mengevaluasi
-
81
setiap kinerja yang telah dilalui oleh keseluruhan pengurus SEMA Iain
Jember. Selain rapat rutinan pengurus SEMA juga sering mengadakan
rapat dadakan dikala hal itu benar-benar dibutuhkan semisal pada awal
bulan februari pengurus SEMA sering mengadakan rapat untuk
pembentukan KPUM (komisi pemilihan umum mahasiswa) dalam
pergantian Presiden Mahasiswa dan gubernur.
Terlepas dengan kegiatan formal yang ada di SEMA, pengurus
SEMA sering menjalin komunikasi melalui kegiatan-kegiatan informal.
Seperti halnya ngopi bareng dan ngobrol ringan dibeberapa tempat wisata,
dengan alasan untuk lebih meningkatkan hubungan emosional antar
sesama pengurus. Menurut ketua SEMA segala informasi baik dari
eksternal maupun internal sudah pasti akan menyeluruh dan kemungkinan
besar setiap pengurus tidak akan mungkin ketinggalan informasi dengan
canggihnya media saat ini. Karena dengan canggihnya media saat ini
SEMA pun memiliki inisiatif membentuk group melalui BBM (blacberry
massenger) agar setiap informasi yang datangnya bersifat mendadak bisa
menyeluruh pada setiap pengurus. Namun pada realitasnya saudari Ika
Musrifah mengatakan kepada peneliti saat diwawancarai, sangat sering
sekali pengurus perempuan ketinggalan informasi disebabkan mereka
jarang menghadiri perkumpulan-perkumpulan dengan alasan-alasan
tertentu. Karena informasi yang tertuang dalam group BBM tidak bisa
seluas dan selebar informasi yang disampaikan secara langsung dalam
-
82
sebuah perkumpulan. Bisa dikatakan komunikasi secara langsung lebih
efektif dibandingkan komunikasi tidak langusng (melalui media).
Ditinjau dari segi kegiatan formal SEMA IAIN Jember sejauh ini
sering mendapat undangan keluar kota dari berbagai lembaga dan
perguruan tinggi lainnya, adapun cara pendelegasiannya menurut Fajar
Abdillah salah satu pengurus komisi kontroling dan advokasi yaitu
pengurus SEMA memilih melalui jalur musyawaroh bersama. Dari hasil
musyawaroh tersebut akan muncul beberapa nama sesuai keputusan dan
kesiapan dari peserta yang akan didelegasikan dengan catatan mereka siap
berangkat dalam keadaan apapun. “Akan tetapi faktanya selama ini yang
selalu didelegasikan keluar kota adalah pengurus laki-laki sebab pengurus
perempuan seringkali tidak aktif dan tidak memiliki kemauan untuk
berangkat” ujar Sofiatul Iman (pengurus komisi legislasi).
Selanjutnya peneliti mewawancarai saudari Luluk Munawwaroh
yang merupakan salah satu pengurus komisi budgetting mengenai
partisipasi masing-masing pengurus dalam kegiatan-kegiatan SEMA IAIN
Jember. Ia mengatakan setiap kali ada perkumpulan di SEMA pengurus
perempuan jarang hadir karena mereka merasa tidak lebih penting
dibandigkan pengurus laki-laki. Fenomena lain yang terjadi setiap kali ada
agenda rapat dimana seharusnya semua pendapat sangat amat dibutuhkan
namun faktanya pendapat pengurus perempuan cenderung jarang diterima.
Ada banyak dinamika dalam proses rapat tersebut dimana pendapat
seorang pengurus perempuan memang ditampung dan tidak ditolak secara
-
83
langsung, namun pada ujungnya pendapat pengurus perempuan tersebut
tidak menjadi keputusan akhir. Sebagaimana pada saat beberapa kali
peneliti terjun secara langsung dengan cara ikut serta dalam agenda rapat
pengurus SEMA untuk mengamati suatu hal yang terdapat didalamnya,
ditengah-tengah agenda rapat peneliti menyaksikan betul bagaimana
pengurus laki-laki selalu menguasai forum tersebut. Pengurus perempuan
lebih banyak memilih diam dan mengamati dialog yang terjadi, hanya ada
satu pengurus yang bernama Rinda satu-satunya pengurus perempuan
bagian kontroling dan advokasi yang selalu mengeluarkan pendapatnya
dalam forum tersebut. Ia satu-satunya pengurus perempuan yang selalu
berani menyampaikan segala ide dan sarannya, sehingga peneliti melihat
forum rapat pada kali itu menjadi lebih menarik dengan kehadiran
mentalitas dan intelektualitas seorang perempuan.
Pada tanggal 23 Februari peneliti menemui Achmad Muqarrabin
(bendahara umum SEMA) untuk mewawancarainya terkait kepemimpinan
perempuan di SEMA, mengingat selama ini belum pernah muncul figur
seorang perempuan sebagai pemimpin di SEMA semenjak berdirinya
organisasi SEMA IAIN Jember belum pernah sekalipun ada sosok
perempuan maju untuk menjadi pemimpin. Peneliti menanyakan hal
tersebut kepada Achmad Muqarrabin mengapa hal itu bisa terjadi?, ia
menjawab Alasannya figur seorang perempuan hadir sebagai pemimpin
sangat minim sekali, dan SEMA adalah organisasi yang bertugas untuk
mengatur undang-undang sedangkan perempuan dirasa tidak mampu
-
84
dalam mengatur kebijakan. Perempuan juga dianggap cenderung tidak
tegas dalam memimpin. Alasan lain juga datang dari para aktivis
perempuan itu sendiri, mereka tidak berminat untuk melangkah maju
dalam urusan mengatur undang-undang.
Menurut Alfiatun Sulistiani selaku pengurus komisi kontroling dan
advokasi beberapa perempuan yang memiliki keinginan besar untuk
mencalonkan diri sebagai ketua SEMA seringkali tidak mendapat
perhatian lebih dan tidak memiliki dukungan untuk melangkah maju
sebagai bentuk emansipasi wanita. Karena Dalam pandangan tradisional,
perempuan diidentikkan dengan sosok yang lemah, halus dan emosional.
Sementara laki-laki digambarkan sebagai sosok yang gagah, berani dan
rasional. Pandangan ini telah memposisikan perempuan sebagai makhluk
yang seolah-olah harus dilindungi dan senantiasa bergantung pada kaum
laki-laki. Kemudian peneliti juga mendatangi Wildan selaku kordinator
komisi kontroling dan advokasi untuk mencari data dengan
mewawancarainya terkait ketidak aktifan beberapa pengurus perempuan
dalam kegiatan-kegiatan yang ada di SEMA IAIN Jember, mengapa
pengurus perempuan jarang hadir pada kegiatan-kegiatan yang ada?, ia
menjawab “setau saya kebebasan mereka terbatas, ada yang suka diatur
pasangannya”, pasangannya melarang untuk sering aktif di SEMA. Ada
yang tidak hadir karena waktunya terbatas, seperti peraturan kos-kosan
yang maksimal berada diluar kosan hanya sampai pada jam 21:00.
-
85
Menurut Achmad Zahru Firdaus ketika beberapa kali
membicarakan soal kepemimpinan perempuan di SEMA, ia mengatakan
Jangankan menjadi sosok pemimpin dibagian Senat Mahasiswa sedangkan
dalam prosesnya saja beberapa pengurus perempuan dari SEMA IAIN
Jember seringkali ketinggalan informasi dalam kegiatan formal, karena
mereka terikat waktu yang sangat menggangu kinerja mereka dimana
setiap jam menunjukkan 21:00 setiap kos-kosan perempuan memiliki
aturan semua anak kos harus berada dalam kosan mereka. Berbeda dengan
seorang laki-laki dimana kos-kosan laki-laki rata-rata memang tidak
berbatas waktu sehingga proes mereka dalam berorganisasi bisa maksimal
dan memuaskan.
Selanjutnya, pada tanggal 20 Maret 2016 dalam mengupayakan
kemajuan SEMA kedepan, pengurus mengadakan sidang paripurna 1
Senat Mahasiswa Iain Jember dalam rangka RAKER (rapat kerja) periode
2015/2016. RAKER tersebut dilaksanakan di aula Wande Echo Ajung
Jember. Sidang hari itu dipimpin oleh Masyhur Imam yang sebelumnya
dimulai dengan arahan-arahan sesuai tatib (tata tertib) persidangan agar
persidangan dapat berjalan dengan lancar. Dalam rapat tersebut pengurus
SEMA mengatakan akan benar-benar mengupayakan untuk lebih dekat
dengan mahasiswa sebagai lembaga legislatif di kampus. Pada kesempatan
itu juga pengurus SEMA membahas tentang aturan-aturan internal SEMA
demi terwujudnya kualitas kinerja pengurus kedepan. Sehingga kinerja
kepengurusan SEMA periode 2015/2016 bisa lebih serius dan lebih baik
-
86
dari tahun kemaren. Ketua SEMA mengatakan pada forum dengan
antusias bahwasanya dia akan lebih meningkatkan kinerjanya dan akan
merealisasikan program-program kedepannya terutama hal-hal yang
berkaitan dengan mahasiswa dan civitas akademika.
Dalam penelitian ini penulis turut serta menghadiri acara RAKER
tersebut, dimana penulis menyaksikan secara langsungg bahwa kegiatan
tersebut dapat berjalan dengan lancar, namun sayang seribu sayang acara
RAKER tersebut hanya dihadiri tiga pengurus perempuan. Sedangkan
yang meramaikan acara tersebut adalah semua pengurus laki-laki dan
beberapa undangan yang telah hadir saat itu seperti ketua Himpunan
Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Himpunan Mahasiswa Program Study
(HMPS) beserta jajarannya.
foto kegiatan RAKER ( rapat kerja) pengurus SEMA IAIN Jember periode
2015/2016.
-
87
dokumentasi pengurus SEMA IAIN Jember dalam agenda RAKER dengan 3
pengurus perempuan dan selebihnya pengurus laki-laki.
Beberapa kali juga peneliti mewawancarai beberapa pengurus
perempuan tentang bagaimana keinginan mereka untuk menjadi yang utama
dalam berproses di SEMA IAIN Jember, mereka hanya pasrah dan tidak
berharap lebih. Seperti hasil wawancara peneliti terhadap pengurus perempuan
yang bernama Ika Musrifah pada tanggal 21 Maret di kantor SEMA IAIN
Jember. Peneliti menanyakan, setiap kali SEMA mengadakan kegiatan-
kegiatan seperti seminar atau semacamnya, dimanakah posisi pengurus
perempuan dalam kepanitiaan?, ia menjawab bahwa kepengurusan perempuan
selalu berada di bagian konsumsi atau bendahara sedangkan pengurus laki-laki
selalu berada di bagian terpenting seperti ketua panitia, sekretaris, dan
protokoler. Lalu peneliti bertanya kembali, bagaimana kamu menanggapi
fenomena-fenomena dimana pengurus-pengurus perempuan hanya selalu
berada di bagian konsumsi yang selalu berurusan dengan persoalan dapur
sedangkan laki-laki berada di posisi terpenting yang hanya bertugas mengatur
dan memerintah?, Ika Musrifah menjawabnya dengan santai, mau bagaimana
-
88
lagi kalau sudah kenyataannya begitu, seorang perempuan selalu berurusan
dengan dapur sedangkan laki-laki hanya memerintah, ya pasrah saja lah.
Dalam beberapa kesempatan peneliti juga menanyakan kepada ketua
SEMA bagaimana usahanya dalam mensetarakan posisi pengurus laki-laki dan
pengurus perempuan, ia menjawab bahwa ia selalu mengupayakan untuk
mensama ratakan antara pengurus laki-laki dan perempuan dalam segala hal.
Tanpa ada unsur tendensi sedikitpun. Karena menurut ketua SEMA ia sebagai
seorang pemimpin seharusnya mengayomi siapapun tanpa pandang bulu.
Peneliti juga menanyakan apakah menurut ketua SEMA sendiri ada
ketimpangan gender dalam organisasi SEMA IAIN Jember?, ia menjawab
sama sekali tidak ada, karena sebagai organisasi intra yang menempati posisi
tertinggi dikampus yang bertugas menyerap segala aspirasi mahasiswa tidak
mungkin melakukan ketimpangan gender. Ia mengatakan sekalipun ada hal-
hal yang mengarah kepada ketimpangan gender, hal itu pasti lah diluar
kesengajaan kami.
C. Analisis dan Bahasan Temuan
Dalam kajian teori telah disebutkan beberapa hal terkait proses
komunikasi yang terjadi dalam setiap organisasi, dalam organisasi apapun
terdapat komunikasi verbal maupun non verbal antar sesama anggota bahkan
antar anggota dan pemimpin/ketua. Teori tersebut diungkapkan oleh Dedy
Mulyana dalam buku ilmu komunikasi suatu pengantar dan peneliti
menemukan hal tersebut telah terealisasi dalam kepengurusan SEMA IAIN
Jember periode 2015/2016. Komunikasi verbal maupun nonverbal juga
-
89
merupakan realitas sosial yang terjadi sebagai bukti wujud dari sebuah proses
didalam organisasi itu sendiri. Pengurus SEMA sebagai aktor dalam
organisasi SEMA jika ditinjau dari segi proses komunikasi melalui teorinya
Stephen Robbin dalam buku prinsip-prinsip perilaku organisasi telah melalui
beberapa proses komunikasi secara horizontal maupun vertikal dan juga
komunikasi internal maupun eksternal. Seperti yang diungkapkan peneliti
dalam penyajian data bahwa mereka telah berhasil membangun jaringan
dengan perguruan tinggi yang lain sebagai bentuk komunikasi eksternal,
sedangkan komunikasi organisasi internal mereka terlihat dalam kehidupan
sehari-hari, mereka selalu menjalin komunikasi antar sesama untuk
menumbuhkan kedekatan emosional antar pengurus dengan pengurus lainnya
ataupun antara pengurus dengan ketua mereka dan sebaliknya dari ketua
terhadap bawahan, dalam hal ini peneliti menganalisis menggunakan teori
komunikasi organisasi diferensiasi horizontal dan diferensiasi vertikal milik
Robbins, dimana mereka telah melakukan proses komunikasi antar ketua dan
bawahan dengan baik, begitu pula antar pengurus dengan pengurus yang lain.
Peneliti juga menganalisa kepemimpinan dalam proses komunikasi organisasi
SEMA IAIN Jember melalui teori milik Hari Lubis dan Martani Husein
dimana hal yang paling penting dalam setiap organisasi ialah seorang ketua
sebagai top manager untuk mewujudkan visi dan misi organisasi.
Dalam proses komunikasi organisasi di SEMA IAIN Jember pun
sesuai dengan teori tersebut yang menempatkan seorang ketua sebagai orang
terpenting dalam struktur organisasi formal.
-
90
Sedangkan dari sekian data yang peneliti sajikan dipenyajian data
terkait relasi gender, dapat kita lihat bersama bahwa kemauan laki-laki lebih
tinggi daripada kemauan perempuan, tingkat aktivitas laki-laki lebih berperan
dibandingkan perempuan. Jika dikaitkan dengan teori gender milik Mansour
Fakih hal itu merupakan konstruk sosial yang mulai mendarah daging pada
setiap orang bahkan pada tiap-tiap perempuan itu sendiri dimana seorang laki-
laki lebih berperan dibandingkan perempuan. Perempuan menjadi cenderung
lemah, cenderung melankolis sedangkan laki-laki semakin terkesan amat
maskulin. Tak ada keinginan perempuan untuk berontak serta menantang
konstruk tersebut karena mereka merasa keadaan tidak berpihak pada mereka.
Dalam fenomena tersebut jika peneliti analisis menggunakan teori gender
milik Tong dalam bukunya yang berjudul feminis though maka dapat
ditemukan bahwa dalam organisasi SEMA IAIN Jember terdapat ketimpangan
gender. Menurut Tong suatu proses yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan
perempuan manakala tidak seimbang maka hal tersebut dikatakan ketidak
adilan sosial atau ketimpangan gender.
Sebagaimana peneliti mengamati bahwa pada forum RAKER (rapat
kerja) pengurus SEMA IAIN Jember periode 2015/2016 pada tanggal 20
Maret 2016 tersebut pengurus laki-lakilah yang menguasai forum saat itu.
Bahkan dari tamu undangan pun yang dihadiri banyak kalangan laki-laki dan
perempuan, tetap saja yang selalu bersuara dari kalangan laki-laki saja. Dari
kalangan perempuan hanya lebih memilih diam dan mengikutu alur yang ada.
Jika kita lihat menggunakan kacamata gender sesuatu yang membedakan
-
91
perbuatan laki-laki dan perempuan itu merupakan konstruk sosial yang
dibentuk oleh masyarakat dan bukan bersifat kodrati, sesuatu yang bersifat
kodrati itu hanya perbedaan laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis
yang merupakan pemberian tuhan dan tidak bisa dirubah dengan apapun.
Adapun konstruk sosial yang dibentuk oleh pengurus SEMA IAIN Jember
periode 2015/2016 dapat peneliti temukan yaitu pengurus laki-laki dianggap
lebih penting dibandingkan pengurus perempuan. Hal itu bisa dikatakan
ketimpangan gender menurut Mansour Fakih jikala penilaian masyarakat
terhadap laki-laki dan perempuan tidak seimbang.
Kemudian, jika kita amati kembali dari struktur yang ada pada
kepengurusan SEMA IAIN Jember periode 2015/2016 bisa kita lihat menurut
hitungan persentase matematika bahwasanya bagian kepengurusa dari laki-laki
terbilang kurang lebih 70% dan perempuan 30%. Dalam struktur formal itu
pula posisi laki-laki selalu mendominasi dibagian terpenting, sedangkan
perempuan berada dibagian budgetting yaitu bagian yang mengatur anggaran
dana yang akan dibagikan kepada UKM dan UKK karena perempuan
dianggap telaten dalam mengatur keuangan dan urusan rumah tangga, lagi-lagi
hal tersebut jika dikaitkan dengan teori gender milik Romanie Sihite mengarah
pada persoalan domestik yaitu persoalan yang dianggap hanya melekat pada
seorang perempuan berupa urusan dapur dan rumah tangga. Dari beberapa
penyajian data dan analisis dapat peneliti temukan jarang sekali perempuan
untuk bisa tampil menjadi pemimpin, karena mereka tersisihkan oleh dominasi
laki-laki dengan male chauvinistic-nya. Dalam konteks pendidikan, Goldring
-
92
dan Chen (1994) mengatakan bahwa para perempuan di Inggris Raya dan di
manapun kebanyakan perempuan hanya berperan dalam profesi mengajar,
namun relatif sedikit dan jarang ada yang memiliki posisi-posisi penting
pemegang otoritas dalam sejumlah sekolah. Pandangan tersebut yang
kemudian mendarah daging pada setiap manusia dan terkonstruk pada setiap
orang sehingga cara berekspresi seorang perempuan menjadi terikat dan tidak
bebas. Akhirnya perempuan menjadi tidak bisa meiliki kesempatan yang sama
dengan laki-laki dalam segala hal. Oleh sebab itu hingga saat ini perguruan
tinggi IAIN Jember belum pernah memiliki sosok pemimpin perempuan di
bagian Senat Mahasiswa.
Dari hasil penelitian ini peneliti juga menemukan hal lain dimana
seorang perempuan mayoritas pasrah dan menerima begitu saja tentang
konstruk sosial yang selalu merendahkan wanita, bahkan secara tidak
langsung mereka sendiri melanggengkan ketimpangan gender ketika mereka
mau direndahkan tanpa melakukan pemberontakan sedikitpun. Fenomena
tersebut jika peneliti analisis menggunakan teori gender milik Tong maka
seorang perempuan dianggap melanggengkan ketimpangan gender manakala
seorang perempuan tidak bisa berontak terhadap apa yang menimpanya.
Banyak fenomena yang menunjukkan bahwa perempuan selalu diatur bukan
mengatur, dan sebaliknya seorang laki-laki cenderung menguasai terhadap
perempuan. Padahal jika kita mau telaah kembali seorang perempuan mampu
berbuat sesuatu yang lebih dibanding laki-laki. Perempuan mampu tampil
lebih sempurna daripada laki-laki seperti terpilihnya bupati Jember ibu Dr. H.
-
93
Faida, M, MR periode 2015/2020. Hal itu jika dianalisis menggunakan teori
feminisme fenomena tersebut menunjukkan bahwa perempuan bisa setara
dengan laki-laki bahkan lebih dari laki-laki karena allah memang menciptakan
laki-laki dan perempuan dengan potensi dan kesempatan yang sama, hanya
saja masyarakat yang sering meragukan perempuan. Jadi jika pengurus SEMA
sebuah organisasi tertinggi dibagian dunia akademik saja melakukan
ketimpangan gender, lalu bagaimana dengan negara ini? padahal kita semua
tau bahwa keorganisasian kampus adalah miniatur dari negara ini. Proses
didunia kampus akan sedikit banyak menggambarkan kehidupan dalam
bermasyarakat selanjutnya. Sangat miris sekali ketika peneliti temukan dalam
organisasi SEMA IAIN Jember terdapat ketimpangan gender berupa
diskriminasi terhadapa perempuan. Menurut Mansour Fakih dalam teori
gender mengatakan bahwa ketimpangan gender itu bisa menimpa laki-laki dan
perempuan, namun sesuatu yang peneliti temukan disini yaitu ketimpangan
gender terhadap perempuan.