BAB IV PEMBAHASAN MASALAH - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/Bab 4_09-130.pdf ·...
Transcript of BAB IV PEMBAHASAN MASALAH - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/Bab 4_09-130.pdf ·...
115
BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH
4.1 Inovasi dan Teknologi PT Indosat
4.1.1 Peran PT Indosat Sebagai Inovator Produk dan Jasa
• Indosat menjadi operator pertama yang meluncurkan simcard
berkapasitas 64 KB dengan microbrowser di Indonesia.
• Indosat adalah yang pertama meluncurkan GPRS, MMS, Video
Streaming, dan Java Games di Indonesia.
• Indosat adalah operator pertama yang meluncurkan sistem transfer
pulsa di Indonesia.
• Indosat Mentari menjadi kartu prabayar pertama di Indonesia yang
memberikan fasilitas bebas roaming nasional.
• Indosat adalah operator seluler pertama di Indonesia yang
mengaplikasikan sistem CRM dalam proses kerjanya.
• Indosat adalah operator pertama yang memperkenalkan layanan
wireless broadband 3,5G/HSDPA dengan layanan data berkecepatan
tinggi mencapai hingga 3,6 Mbps di Indonesia.
• Layanan push email Blacberry pertama di indonesia digelar oleh
Indosat lewat kartu pascabayar Matrix. Blackberry dari Matrix Always
116
On, Always Connected. Matrix BlackBerry adalah layanan tanpa batas
lainnya dari Indosat. Dimotori oleh teknologi transfer data GPRS/3G,
Matrix BlackBerry adalah pilihan tepat bagi mobile e-mail access.
Indosat bangga menjadi operator Indonesia pertama penyedia layanan
ini.
4.1.2 Peran PT Indosat dalam Inovasi lainnya
• Pada tahun 1994, saham Indosat listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ),
Bursa Efek Surabaya (BES), dan New York Stock Exchange,
menjadikannya sebagai perusahaan Indonesia pertama yang listed di
dalam negeri dan luar negeri.
4.2 CRM pada PT Indosat
Bermula dari awal tahun 2004, PT Indosat memiliki rencana untuk
mengimplementasikan sebuah sistem CRM terintegrasi pada sistem
perusahaannya secara keseluruhan. Saat tersebut dirasa amat tepat, karena
tantangan di masa mendatang menjadi lebih berat akibat bermunculannya
saingan baru yang sedikit banyak akan memaksa PT Indosat untuk membagi
market share mereka. Rencana ini merupakan rencana besar, karena seperti yang
telah dibahas pada bab sebelumnya, PT Indosat sendiri merupakan gabungan dari
beberapa perusahaan, yang masing-masing telah memiliki struktur, sistem, dan
proses bisnis yang berbeda.
117
Rencana pengaplikasian CRM secara full (mengcover seluruh aktivitas
sampai tingkat corporate) ini dirasa amat berat. Ada kecenderungan rencana ini
nantinya akan gagal apabila langsung diterapkan. Oleh karena itu, PT Indosat
berusaha untuk memperhalus proses perubahan yang akan terjadi dengan lebih
dulu mengaplikasikan CRM dalam ruang lingkup yang lebih kecil. Selain untuk
‘mengetes air’, CRM sederhana ini diharapkan dapat membejarkan divisi-divisi
yang terkait dengan hubungan perusahaan-pelanggan dengan sistem baru yang
unified. Diputuskan untuk mengaplikasikan CRM sederhana yang dapat
mengcover hanya kegiatan Customer Service.
Dalam roadmap IT PT Indosat, memang ada rencana untuk
mengaplikasikan CRM. Divisi Customer Service (yang menjadi frontline
mengahadapi pelanggan) juga menyadari pentingnya pembaruan ini. Namun,
suara-suara negatif yang mendengungkan resistensi terhadap rencana ini juga
cukup kuat. Dengan tekad bulat, pada kader perubahan pada PT Indosat tetap
menjalankan rencana ini dan meluluskannya menjadi sebuah proyek. Secara
umum, inilah latar belakang dibutuhkannya CRM pada PT Indosat (pada
umumnya, pada Divisi Customer Service pada khususnya):
• Aplikasi front-end terlalu banyak. Belum ada sebuah aplikasi yang dapat
mendukung seluruh kegiatan seorang frontliner (Customer Service). Tiap
proses masih harus menggunakan aplikasi yang berbeda. Misalnya
aplikasi untuk input data user terpisah dengan aplikasi untuk meng-
inquiry keluhan user pada divisi yang berwenang.
118
• Aplikasi sistem yang beragam. Hal ini disebabkan karena masing-masing
line produk masing menggunakan sistemnya sendiri-sendiri, misalnya
Matrix (postpaid) dan IM3 beserta Mentari (prepaid) (yang notabene
sama-sama layanan GSM) memiliki sistem masing-masing yang terpisah.
• Tidak ada aplikasi yang memungkinkan untuk melihat profil seorang
pelanggan. Data pelanggan hanya dapat dilihat selayaknya melihat tabel
database yang penuh dengan baris dan kolom.
• Terdapat tracking terhadap titik interaksi pelanggan (apakah dari call
center, gallery, e-mail, faksimili, atau SMS), namun masih secara
sederhana.
• Tidak ada sistem trouble ticketing secara online dari ujung ke ujung.
Keluhan dari pelanggan yang diterima Customer Service tidak dicatat dan
dikomunikasikan dengan bagian yang berhubungan. Misalnya ada
seorang pelanggan yang mengeluhkan masalah network pada seorang
Customer Service dan telah bercerita panjang lebar mengenai
masalahnya, harus mengulang ceritanya lagi kepada divisi Network pada
tahap problem handling. Tentunya hal ini tidak menyenangkan bagi
pelanggan.
• Eskalasi dan proses aliran kerja hanya dikontrol melalui telepon dan/atau
e-mail. Tidak ada fungsi kontrol khusus yang dapat memantau proses
aliran kerja tersebut.
• Tidak ada alat tracking untuk memonitor informasi yang masuk.
119
Divisi Customer Service (yang nantinya akan bertindak sebagai user dari
CRM), bersama dengan Divisi IT PT Indosat mulai mendata semua kebutuhan
dan persyaratan sistem CRM yang mereka inginkan. Mereka mereka berhasil
memformulasikan seluruh keinginan mereka, akhirnya PT Indosat mulai
melakukan pitching untuk mencari developer yang tepat untuk mengembangkan
CRM yang mereka inginkan.
Tujuan yang ingin dicapai dari penerapan CRM yang akan dikembangkan
ini antara lain adalah:
• Untuk menyediakan aplikasi front-end yang komprehensip dan teunifikasi
yang dapat meng-cover semua jajaran produk dan layanan dan memiliki
kemampuan terintegrasi untuk melihat detail seorang customer.
• Untuk memiliki proses dan informasi yang terintegrasi antar touch points (call
center, gallery, e-mail, SMS, dan Faksimili).
• Untuk menyediakan aplikasi yang dapat mengatur alur kerja yang lebih
mudah, terutama untuk manajemen inquiry tracking.
• Untuk mengoptimalkan waktu respons bagi sebuah inquiry untuk diselesaikan
agar Quality of Service (QoS) dapat ditingkatkan.
• Untuk memastikan seluruh inquiry (informasi, keluhan, masukan, dan lain-
lain) dari pelanggan telah ditindak lanjuti.
• Untuk mengefisienkan kerja dari staf Customer Service dan back-end
(supporting).
120
• Untuk menyediakan informasi komprehensif sebagai laporan yang berguna
bagi manajemen untuk melakukan analisis dan memformulasikannya sebagai
dasar langkah strategis lanjutan.
4.2.1 Analisis penerapan CRM pada entitas bisnis
Keberhasilan penerapan perangkat CRM (Customer Relationship
Management) sangat ditentukan oleh faktor budaya. CRM dalam lingkup
perusahaan maupun pemerintahan pada prinsipnya merupakan piranti
yang digunakan untuk mendorong dan memperkuat proses penjualan dan
pelayanan pelanggan. Namun, jika faktor budaya tidak selaras maka
penerapan CRM tidak bisa optimal. Pentingnya memperhatikan lima
dimensi dalam teori kebudayaan dari Geert Hofstede untuk
menyelaraskan penggunaan CRM dengan budaya.
Hofstede seorang ilmuwan Belanda melakukan riset yang paling
berpengaruh dalam menganalisa perbedaan-perbedaan budaya dan
mensintesakan persamaan-persamaan budaya. Dalam riset itu Hofstede,
mempelajari ratusan ribu orang yang bekerja diberbagai negara yang
berbeda. Karya Hofstede telah mengidentifikasikan lima dimensi budaya
dasar yang membedakan seseorang. Lima dimensi budaya nasional yang
terdiri dari orientasi sosial, kekuasaan, ketidakpastian, sasaran dan
orientasi waktu, sangat mempengaruhi perilaku bisnis. Implikasi teori
121
Hofstede tercermin dalam AFLAC, sebuah perusahaan asuransi yang
berkantor pusat di Columbus, Goorgia.
Dengan menyelaraskan budaya dan CRM, AFLAC menjadi
perusahaan multinasional Amerika yang unik, karena pasar terbesarnya
justru berada di Jepang. Asetnya di Jepang sekitar 3,6 triliun Yen, atau
sekitar $30 miliar. Dengan perangkat CRM segenap karyawan AFLAS
berjuang keras memberikan layanan berkualitas tinggi kepada pelanggan
dan calon pelanggan. Hal itu terlihat dengan layanan klaim rata-rata
diselesaikan hanya 2 hari kerja. Perusahaan itu juga telah menyesuaikan
prosedur operasionalnya dengan kebutuhan pasar dan adaptasi budaya
lokal.
Dalam situasi genting sekalipun, proses bisnis harus bisa di
running dengan baik, begitupun pelayanan prima terhadap konsumen
harus bisa dijalankan. Modul-modul dalam CRM sangat berguna untuk
proses bisnis dan memelihara loyalitas pelanggan serta bisa menarik
pelanggan baru secara progresif. Dalam kasus terjadinya kelumpuhan di
Bandara Soekarno-Hatta beberapa waktu yang lalu misalnya, maka
modul CRM bisa menjadi dewa penolong bagi para penumpang yang
jadwal perjalanannya dilanda ketidakpastian.
Tidaklah mengherankan jika perusahaan penerbangan terkemuka
seperti Singapore Airline menerapkan CRM yang salah satu modulnya
bernama Frequent Flyer. Dalam CRM itu data membership dapat
122
dikelola menjadi informasi yang berguna untuk meningkatkan kepuasan
bagi pelanggannya. Dengan mengumpulkan segala bentuk interaksi
pelanggan baik itu lewat telepon, e-mail, masukan situs atau hasil
pembicaraan langsung dengan staffnya. Strategi bisnis menyeluruh dari
CRM Singapore Airline ini memungkinkan perusahaan secara efektif bisa
mengelola hubungan baik dengan para pelanggan. Modul Frequent Flyer
yang dijalankan oleh Singapore Airline juga online dengan berbagai
maskapai penerbangan lainya seperti SilkAir, Virgin Atlantic, Star
Alliance Airlines.
Pada dasarnya CRM merupakan tool yang membantu perusahaan
untuk lebih memahami pelanggannya dengan sistem pengelolaan
hubungan dua arah. Riset mengatakan bahwa pangsa pasar CRM akan
berkembang hingga lebih dari 20 miliar Dollar Amerika pertahun. Faktor
itulah yang membuat perusahaan besar atau enterprise menitikberatkan
bisnis mereka fokus ke pelanggan (customer focus). Apalagi, hasil
penelitian menyatakan bahwa biaya untuk mendapatkan pelanggan baru
bisa 10 kali biaya untuk menjaga pelanggan yang sudah ada.
Sementara itu pelanggan juga memiliki kecenderungan untuk tidak
sekedar transaksional, tetapi juga menginginkan hubungan dua arah
secara mudah. Kecenderungan lain yang melahirkan CRM adalah
majunya teknologi manajemen data yang memungkinkan disimpannya
jutaan data dalam satu sistem tunggal. Dulu, informasi tentang pelanggan
123
akan disimpan dalam puluhan sistem yang berbeda dan belum ada
teknologi yang mampu mengelola informasi kompleks tentang
pelanggan.
Data yang ada bisa dari yellow page telepon, e-mail, faksimili,
catatan tangan staf sales dan marketing, kartu nama, dan lain-lain.
Beberapa penyedia software CRM seperti Siebel Systems (telah
diakuisisi Oracle), Clarify (Nortel Networks), PeopleSoft, dan Oracle
telah menjadi market leader.
Sesuai dengan kondisi aktual bisnis proses di Indonesia,
dibutuhkan modul-modul CRM yang harganya murah dengan
menggunakan teknologi yang open platform dan open standards. Karena
sifatnya yang open standards maka aplikasi CRM tidak akan vendor
lock-in. Sejumlah pengembang aplikasi di tanah air memprioritaskan
pengembangan subsistem CRM yaitu Account Management System atau
Sales Force Autiomation atau e-BizSales. Merupakan aplikasi buatan
dalam negeri yang mampu mengadopsi secara tepat teori Signature
Selling Method yang mampu mengelola dan menyajikan segala sesuatu
yang terkait dengan informasi pelanggan dan penjualan secara on-line,
dan mentrasformasikan informasi kualitatif penjualan secara elegan
kedalam data kuantitatif, sehingga lebih mudah dipahami oleh pimpinan
penjualan. Sangat berguna untuk meningkatkan sales dan keuntungan
124
perusahaan serta customer value dengan mengutamakan pelanggan
utama.
Dengan memanfaatkan e-BizSales maka diharapkan setiap account
manager dapat meningkatkan penjualannya, memperbesar account
loyalty, menambah account profitability, mendapatkan suistainable
competitive advantage serta dapat mempermudah identifikasi bisnis
proses dan kebutuhan pelanggan. Modul-modul dalam e-BizSales dapat
digunakan untuk mengelola data pelanggan pada kantor cabang atau
pusat yang lokasinya terpisah. Dengan berbasiskan teknologi web
distributed dimana seluruh data dan aplikasi dapat disingkronkan dan
dikonsolidasikan di data center. Dengan demikian integritas keseluruhan
data bisa terjamin validitas dan aktualitasnya.
Secara garis besar e-BizSales terdiri dari beberapa modul, antara
lain modul Pra-Penjualan, modul Penjualan, modul Post-Penjualan,
modul Laporan, modul Dashboard, modul Customer Information System.
Modul-modul itu secara efektif bisa membantu pencatatan dan pendataan
profil pelanggan, kompetitor, potensi pelanggan. Pembuatan anggaran
pendapatan dan anggaran biaya, pencatatan rencana dan realisasi
kunjungan ke pelanggan. Juga mampu melakukan pendataan progress
penjualan, pencatatan perolehan kontrak, kunjungan ke pelanggan.
Pengelolaan data keluhan pelanggan dan tindak lanjutnya (complaint
125
handling). Juga mampu digunakan untuk pembuatan laporan mengenai
Firmwide Relationship Matrix dan Costumer Life Time Value.
Para pengembang CRM ditanah air hendaknya juga memiliki
beberapa keunggulan. Antara lain satu account (perusahaan pelanggan)
dapat ditangani oleh lebih dari satu Account Manager (AM). Dapat
menangani multi currency. Dirancang berbasis arsitektur hibrid (Web
Distributed) sehingga dapat dilakukan konsolidasi data (sinkronisasi)
antara kantor cabang dan kantor pusat dengan memanfaatkan akses
internet di Indonesia yang rata-rata memiliki karakter bandwith dan
latensi yang rendah. Mudah diintegrasikan dengan sistem lain misalnya
Oracle Finance dan Order Processing System.
Akomodasi masalah Cross Teritory, yaitu penggunaan resources
antar unit kerja, baik dalam pelaksanaan maupun laporannya. Progres
penjualan dapat dikuantifikasi untuk tujuan management review. Untuk
pengembangan lebih lanjut, e-BizSales didesain agar dapat
diintergrasikan dengan sistem messaging (SMS). Yang lebih penting lagi
berbagai keunggulan di atas harus dikembangkan oleh software engineer
dalam negeri dengan menggunakan Software Engineering International
Standard, serta menggabungkan best practices implementasi CRM di
beberapa multinational company.
126
4.3 Situasi pada proses implementasi CRM pada PT Indosat
4.3.1 Kompetisi
Dalam menjalankan bisnisnya, PT Indosat memiliki beberapa
kompetitor atau pesaing yang bermain pada bidang yang sama, dan
tentunya memperebutkan pasar yang sama. Persaingan akan mendorong
pelaku usaha untuk terus berkembang, tentunya dengan syarat persaingan
tersebut merupakan persaingan yang sehat. Pesaing-pesaing PT Indosat
antara lain adalah:
1. PT Telekomunikasi Selular
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (IDX: TLKM LSE: TKID
NYSE: TLK) adalah perusahaan informasi dan komunikasi serta
penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap di
Indonesia. TELKOM mengklaim sebagai perusahaan telekomunikasi
terbesar di Indonesia, dengan jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak
15 juta dan pelanggan telepon seluler sebanyak 38,9 juta (yang berarti
53% market share) pada Maret 2007 dan tumbuh menjadi 42 juta pada
Oktober 2007.
TELKOM merupakan salah satu BUMN yang sahamnya saat ini
dimiliki oleh Pemerintah Indonesia (51,19%) dan oleh publik sebesar
48,81%. Sebagian besar kepemilikan saham publik (45,58%) dimiliki
oleh investor asing, dan sisanya (3,23%) oleh investor dalam negeri.
TELKOM juga menjadi pemegang saham mayoritas di 9 anak
127
perusahaan, termasuk PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel).
Presiden direktur PT Telkom saat ini adalah Rinaldi Firmansyah yang
menggantikan Arwin Rasyid pada 28 Februari 2007.
Layanan seluler TELKOM diluncurkan pertama kali pada
November 2007. Semenjak saat itulah TELKOM menjadi saingan
abadi Indosat dalam merebut pasar, karena ukuran perusahaan dan lini
produk mereka relatif sama.
Dengan programnya yang dinamakan Infusion 2008, TELKOM
berusaha untuk lebih mendekatkan diri kepada pelanggannya, merubah
fokus bisnisnya menjadi customer centric. Program ini digulirkan pada
awal tahun 2006. Berlandaskan Infusion 2008, TELKOM mencoba
mentransformasi sistem bisnis perusahaan mereka menjadi berbasis
teknologi informasi (TI) untuk menuju World Class Service Company.
Beberapa tolok ukur yang bisa dijadikan indikator telah ditetapkan,
seperti jaminan kehandalan kepastian layanan (service assurance),
single payment untuk tagihan (billing), dan innovative personalized
services yang merupakan aplikasi dari CRM (Customer Relationship
Management). Bagi TELKOM, CRM menuntut inovasi layanan solusi
yang responsif dan customized dengan kebutuhan pelanggan.
Program INFUSION 2008 ini secara bertahap akan dimulai
pada segmen pelanggan korporasi TELKOM (high-end market
segment) dan kemudian tahap berikutnya akan dilaksanakan pada
128
segmen pelanggan retail TELKOM (personal line segment). Program
ini juga secara menyeluruh akan dilaksanakan diseluruh Divisi
Regional TELKOM dan Divisi Pendukung lainnya, termasuk pada
anak-anak perusahaan didalam TELKOMGroup. Rencananya dalam
implementasi program INFUSION 2008 ini akan melibatkan hampir
8.000 sumber daya manusia di TELKOMGroup.
Untuk melaksanakan program INFUSION 2008 ini, TELKOM
menganggarkan belanja modalnya sebesar Rp 92,5 milyar untuk tahun
2006 dan Rp 418 milyar di tahun 2007. Sedangkan business partner
yang dilibatkan TELKOM dalam menggelar INFUSION 2008 ini
antara lain adalah: SAP untuk implementasi CRM (national multi
product – customer support system), CLARITY untuk implementasi
National Operation Support System, dan CONVERGYS untuk
convergent billing.
Gambar 4.1 Arsitektur INFUSION 2008
129
Dengan program INFUSION 2008, TELKOM mengharapkan
adanya perbaikan dalam sistem bisnis mereka dari keadaan:
1. Sistem bisnis yang terfragmentasi
2. Kontrol internal yang rumit
3. Service Response yang bersifat reaktif
4. Kemampuan manuver yang terbatas
menjadi:
1. Satu kesatuan sistem bisnis yang utuh
2. Kontrol internal yang efektif
3. Service response yang proaktif
4. Kemampuan adaptasi dan manuver yang tinggi
Hal ini TELKOM lakukan dengan cara menyederhanakan,
memandirikan, dan menseragamkan sistem dalam seluruh unit
bisnisnya. Contoh nyatanya adalah penyatuan tagihan seorang
pelanggan yang menggunakan lebih dari satu produk atau pelayanan
TELKOM. Sebelumya, tiap produk TELKOM memiliki tagihannya
masing-masing. Inovasi lainnya adalah kemampuan pembayaran dan
update status pembayaran secara realtime. Sebelum diaplikasikannya
INFUSION 2008, update status pembayaran tidak berlangsung secara
realtime akibat terpisahnya database masing-masing unit bisnis
TELKOM dengan database pusat.
130
Standardisasi sistem dan budaya (culture) bisnis TELKOM
juga mendorong tercapainya tujuan tersebut. Hal ini juga terbantu
dengan adanya sistem CRM yang dapat di-custom secara penuh
sehingga dengan mudah dapat disesuaikan dengan proses bisnis yang
dimiliki TELKOM.
2. PT Excelcomindo Pratama Tbk
PT Excelcomindo Pratama Tbk (atau biasa dikenal dengan
sebutan XL) adalah perusahaan penyedia produk dan jasa
telekomunikasi terbesar ketiga di Indonesia dengan jumlah pengguna
10,2 juta atau sekitar 14% dari market share pada Juni 2007. Sebagian
besar sahamnya dikuasai oleh TM International Bhd melalui Indocel
Holding Sdn Bhd (83.8%), sedangkan sisanya dipegang oleh Emirates
Telecommunications Corporation (Etisalat) International Indonesia
Ltd. sekitar 16%, dan oleh public sebesar 0.2%. XL memiliki sebuah
extensive fiber optic backbone network.
Memulai operasi komersialnya pada Oktober 1996, bisnis yang
dijalankan XL terdiri dari Consumer Solutions yang berupa triple band
(900/1800/1900) cellular network dan service provider. Selain itu, XL
juga bergerak dalam Business Solutions sebagai corporate service
provider. Pada 21 September 2006, XL meluncurkan XL 3G yang
merupakan layanan telekomunikasi seluler pertama yang tercepat dan
terluas di Indonesia berbasiskan teknologi 3G.
131
Pada Januari 2007, XL dan Amdocs menandatangani kontrak
lima tahun untuk misi modernisasi real-time business support system
miliknya. Dalam kontraknya, Amdocs juga bertindak sebagai systems
integrator dalam pengembangan paket produknya yaitu Amdocs
Billing 7, Amdocs CRM 7, dan Amdocs Partner Manager 7, dan
menjalankan layanan perawatan pasks-implementasi selama periode
lima tahun tersebut. Paket produk Amdocs 7 sendiri diluncurkan
secara resmi pada 23 Januari 2007.
Paket produk dari Amdocs akan digunakan untuk menjalankan
integrasi menyeluruh antara pelanggan dengan XL, beserta daur
pelayanan. Amdocs juga memastikan customer service XL akan
konsisten menjalankan fungsinya berkat adanya modul CRM.
November 2008, XL kembali menunjuk Amdocs untuk
mengimplementasikan Amdocs Billing software dalam waktu delapan
minggu sebagai upgrade dari paket produk Amdocs yang digunakan
XL. Tujuannya adalah untuk mensejajarkan XL dengan para
pasaingnya.
Amdocs sendiri adalah perusahaan penyedia software yang
bertujuan untuk mengakselerasi proses implementasi dari manajemen
customer terintegrasi. Amdocs berhasil menumbuhkan laju
keuntungan mereka lebih dari US $2 milyar dalam tahun fiskal 2005
dan mempekerjakan 13.000 pegawai pada 51 negara di seluruh dunia.
132
Pesaing PT Indosat lainnya antara lain adalah PT Mobile-8
Telecom (Fren) dengan pengguna layanan sebanyak 2,2 juta atau 3%
market share pada Juni 2007 yang meluncurkan layanannya pertama kali
pada Desember 2003, PT Bakrie Telecom (Esia) dengan pengguna
layanan sebanyak 1,5 juta pada Oktober 2007 (2% dari market share)
yang meluncurkan layanan pertamanya pada September 2003.
Masih terdapat beberapa pesaing PT Indosat yang bermunculan
baru-baru ini dalam lahan telekomunikasi, khususnya telekomunikasi
seluler. Perusahaan tersebut antara lain adalah PT Hutchison Indonesia
(diluncurkan pada Maret 2007) dengan produknya yang bernama ‘3’, PT
Smart Telecom (diluncurka pada September 2007), PT Natrindo Telepon
Seluler (sebelumnya bernama Lippo Telecom), PT Sampoerna Telekom
Indonesia, dan PT Sinar Mas Indonesia.
4.3.2 Pasar Telekomunikasi
Sebuah kajian mengenai monopoli di industri telekmunikasi dibuat
oleh Sri Adiningsih, Ketua Pusat Studi Asia Pasifik Universitas Gadjah
Mada, baru-baru ini. Ia berpendapat dugaan kartel tidak ada di industri
telekomunikasi, yang terjadi adalah oligopoli ketat. Ia berpendapat bahwa
perang harga di antara operator dapat terjadi, namun tampaknya pasar
tidak jeli melihat adanya persekongkolan pada industri ini.
133
Menurutnya Sri, di manapun industri telekomunikasi menganut
struktur pasar oligopoli. Hanya saja, oligopoli yang terjadi tidak diikuti
persekongkolan horizontal dalam bentuk kartel.
Persaingan ketat antar-operator selular dalam menarik konsumen
belakangan ini memang kian marak saja. Aneka promosi menggiurkan
sering ditawarkan sehingga banyak konsumen terlena dan sekadar
menggunakan nomor ponsel untuk memetik keuntungan saja.
Tidak heran jika pelanggan dengan mudah berganti-ganti nomor.
Angka perputaran pelanggan telepon seluler di Indonesia diperkirakan
mencapai 8,6 persen dalam sebulan.
Sri yang juga anggota tim studi “Restructuring the
Telecommunications Industry: An Assessment on Industry Structure after
Duopoly in Indonesia” tahun 2007 yang dilakukan oleh Nathan
Associates Inc. Arlington, Virginia, USA, bekerja sama dengan PT Abdi
Tama Mitra (Atmitra) menyatakan hingga saat ini di Indonesia telah hadir
10 operator. Operator tersebut, yaitu Telkom, Telkomsel, Indosat,
Excelcomindo (XL), Hutchison (3), Sinar Mas Telecom, Sampoerna
Telecommunication, Bakrie Telecom (Esia), Mobile-8 (Fren), dan
Natrindo Telepon Selular (sebelumnya Lippo Telecom).
Dari jumlah ini, pelanggan fixed phone sekitar 9 juta dan
pelanggan selular 64 juta pada tahun 2006. Kalau dibagi berdasarkan
134
platform yang digunakan, pemakai GSM selular sebanyak 88%, CDMA
selular 3%, dan CDMA fixed wireless access (FWA) 9%.
Namun dari sepuluh operator itu hanya 3 operator yang memiliki
pangsa pasar lebih dari 5%, yaitu Telkomsel, Indosat, dan Excelcomindo.
Hal ini menyebabkan tingkat persaingan antar operator di Indonesia
mengalami peningkatan. Dan para pelanggan telepon seluler juga
menikmati manfaat dari persaingan tersebut.
Melalui studi itu dikatakan bahwa semakin banyaknya operator
baru yang masuk pasar telekomunikasi telah meningkatkan kompetisi,
menurunkan tarif, sehingga berdampak pada penurunan tingkat
Pendapatan Rata-rata per Pengguna (Average Revenue per User-ARPU)
di banyak operator. Kecuali pada PT Telkom dan PT Bakrie Telekom.
Flexi pun yang baru diluncurkan tahun 2003 ikut-ikutan turun
ARPU nya sejak PT Bakrie Telecom masuk, dan gencarnya promosi
perang harga operator jaringan bergerak.
Demikian juga ARPU telepon seluler seperti PT Telkomsel, PT
Indosat dan PT Excelcomindo Pratama juga turun. Dimana ARPU
campuran dari 3 operator seluler sudah di bawah Rp 100.000.
Kinerja industri telekomunikasi selain dilihat dari sisi kepentingan
masyarakat seperti perubahan harga, perubahan layanan, dan cakupan
jaringan juga perlu dilihat dari sisi keuangannya atau tingkat
135
profitabilitas. Dari data Return on Asset (ROA) operator di pasar dapat
dilihat bahwa banyak operator turun ROA nya pada tahun 2005.
PT Excelcomindo yang turunnya terbesar, dari 10,2% di tahun
2004 menjadi 6,1% untuk tahun 2005. Sementara itu PT Telkomsel
cukup dinamis, ROA nya meski turun pada tahun 2004, pada tahun 2005
meningkat lagi. Demikian ROA PT Telkom juga meningkat pada tahun
2005 meski lebih rendah dari tahun 2002.
Perkembangan ini menunjukkan dinamisnya pergerakan biaya dan
pendapatan jangka pendek, dibandingkan dengan potensi keuntungan
jangka panjang.
Perkembangan ROE tidak banyak berbeda dengan kondisi ROA.
Di mana ROE PT Excelcomindo turun sangat tajam dari 63,4% pada
tahun 2004 menjadi 15,7% di tahun 2005, meskipun masih lebih tinggi
dari PT Indosat dan PT Bakrie Telecom.
4.3.3 Performa PT. Indosat
Indosat memiliki pengalaman di bidangnya sejak lama. Ditambah
lagi dengan bergabungnya beberapa perusahaan yang telah dibahas pada
bab sebelumnya, menjadikannya perusahaan yang memiliki sumber daya
yang kuat. Indosat sebagai perusahaan telekomunikasi Indonesia pertama
yang memperdagangkan sahamnya kepada public sejak 1994, telah
banyak melakukan pengembangan. Tentunya hal ini dapat menarik
136
pemilik modal untuk berinfestasi karena pertumbuhannya yang
menggiurkan. Pada Gambar 4.2, terlihat bahwa sejak 2004, saham milik
Indosat semakin diminati. Puncaknya pada akhir 2007, ketika saham PT.
Indosat berhasil menyentuh nilai 10.000 per lembar sahamnya.
Gambar 4.2
Harga Penutupan dan Volume Perdagangan Saham PT Indosat
Perkembangan performa PT Indosat juga dapat dilihat dari terus
bertumbuhnya usaha yang dijalankan. Hal ini dapat dibuktikan dengan
pesatnya pertumbuhan aset milik PT Indosat. Pada Gambar 4.3, terlihat
sejak tahun 2004 hingga pertengahan tahun 2008, aset yang dimiliki PT
Indosat tumbuh sebesar 66,68%. Sejalan dengan hal tersebut, kewajiban
PT Indosat juga meningkat. Hal ini bukanlah hal yang buruk, karena
137
kewajiban (hutang) pada perusahaan sebesar ini merupakan hutang yang
difungsikan untuk mendatangkan keuntungan.
Gambar 4.3 Pertumbuhan Aset dan Kewajiban PT Indosat TBK
Pesatnya pertumbuhan PT Indosat menarik minat investor, baik
yang sifatnya korporasi, ataupun yang perorangan. Minat pasar modal
pada entitas ini sangat kuat. Selain harganya yang terus meningkat,
Indosat juga dikenal sebagai entitas yang rajin membagikan dividend.
Total modal PT Indosat meningkat sejak tahun 2004 hingga pertengahan
2008 sebesar 30,16%.
138
Gambar 4.4 Pertumbuhan Modal PT Indosat TBK
Gambar 4.5 Pendapatan PT Indosat TBK
Income PT Indosat mengalami gejala stagnansi pada tahun 2004-
2005 dan turun pada 2006. Hal ini disebabkan sengitnya pertempuran
139
harga produk telekomunikasi seluler akibat persaingan antar entitas bisnis
pada sector industry ini. Hebatnya, pada tahun 2007, PT Indosat berhasil
bangkit dari keterpurukan dengan membukukan total income sebesar Rp
2.042 milyar. Hal ini tidak terlepas dari terobosan-terobosan yang
dilakukan marketing PT Indosat, serta inovasi-inovasi yang menjadi
value added dalam tiap produknya. Hal ini terproyeksi pada Gambar 4.5.
Gambar 4.6 Keuntungan PT Indosat TBK
Gambar 4.6 menunjukkan bahwa walaupun income PT Indosat
sempat jatuh pada 2006, namun mereka tetap membukukan keuntungan.
Hal ini tidak terlepas dari efisiensi yang dilakukan PT Indosat dalam
menjalankan proses bisnisnya.
140
4.4 Pilihan yang Diambil oleh PT Indosat
Proses pitching yang dilakukan PT Indosat menarik beberapa vendor
penyedia sistem CRM besar bertaraf internasional seperti Amdocs, Siebel, SAP,
dan beberapa vendor lokal seperti Sisindokom.
Dari proses pitching, beauty contest, penilaian kelayakan, dan proses
lainnya yang terkait yang diadakan PT Indosat untuk mendapatkan developer
yang tepat untuk mengembangkan sebuah CRM yang dapat memenuhi keinginan
PT Indosat, pada akhirnya PT Indosat (dengan persetujuan jajaran direksi)
memilih produk CRM bernama CRM-Lite yang dikembangkan oleh developer
lokal yang bernama Sisindokom.
Alasan PT Indosat memilih Sisindokom untuk menjadi pengmbang CRM
mereka adalah karena produk yang Sisindokom tawarkan adalah yang paling
tepat dan paling banyak memenuhi keinginan PT Indosat. Alasan utamanya
adalah karena produk CRM-Lite buatan Sisindokom ini sangat fleksibel,
sehingga dapat di-customize menyesuaikan dengan proses bisnis yang ada pada
PT Indosat. Mengingat tujuan awal penerapan CRM sederhana ini adalah untuk
menjadikannya jembatan dalam membiasakan PT Indosat dengan sistem CRM
penuh yang rencananya akan digunakan, CRM-Lite benar-benar dibuat sesuai
keinginan PT Indosat.
141
Gambar 4.7 CRM Lite Functional Architecture
CRM-Lite ini mulai dikembangkan bersama antara Sisindokom dengan IT
PT Indosat pada awal 2005, dengan target waktu dalam tiga bulan harus sudah
go live. Pertengahan 2005, diadakan UAT (User Acceptance Test) yang
memberikan hasil yang mengejutkan, karena nilai yang dicapai sangat rendah.
Berarti, tingkat pemahaman user (calon user lebih tepatnya) masih sangat minim
dalam mengoperasikan sistem ini.
Setelah beberapa penyesuaian dilakukan untuk mengakomodir seluruh
keinginan pengguna, akhirnya pada September 2005, sistem ini berhasil go live.
142
Pada tahap awal, CRM-Lite ini hanya diimplementasikan dalam jam-jam
sepi. CRM-Lite yang telah diupload dalam sistem Customer Service PT Indosat
hanya dijlankan pada pukul 05.00 WIB hingga pukul 07.00 WIB dan hanya pada
Customer Service salah satu lini produk PT Indosat, mengingat sistem ini baru
diimplementasikan dan masih penuh keterbatasan. Setelah lebih kurang satu
minggu sistem ini berjalan, dilakukan sebuah analisis untuk mengetahui sejauh
mana implementasi ini berhasil. Hasil yang didapatkan mengecewakan. Untuk
itu, CRM-Lite yang telah diluncurkan kembali ditarik untuk dilakukan
penyesuaian.
Kesempatan kedua didapatkan CRM-Lite untuk kembali go live pada
beberapa hari berikutnya. Kesempatan ini ternyata berhasil mendapatkan respons
positif dari pengguna. CRM-Lite yang telah disesuaikan ini lebih bersahabat
dengan pengguna, sakaligus lebih efisien menggunakan sumber daya yang ada.
Setelah itu, secara bertahap CRM-Lite juga diimplementasikan pada bagian
Customer Service seluruh line produk yang ada pada PT Indosat (GSM, CDMA,
Fixed Telecomm, SLI, dan lainnya).
Kemampuan yang dimiliki CRM-Lite antara lain adalah:
• Pop-up screen
• Inquiry handling, sehingga seluruh informasi dapat dijangkau dari aplikasi
yang berhubungan
• Request handling
143
• Escalation, dari dalam ke luar, kepada bagian lain (termasuk bagian IT dan
bagian Operasi)
• Approval handling, dari agen ke supervisor, manajer, dan lain-lain
• Ticket tracking, sehingga setiap agen dapat mengetahui status tiket actual
• Contact history, setiap interaksi yang dilakukan seorang pelanggan dengan
touch point tercatat secara mandiri
• SLA Measurement, karena berdasarkan parameter yang terukur
• Operational and management reporting, seluruhnya ada 11 tipe reporting
yang dapat digunakan untuk kepentingan bagian operasional dan manajemen
• Single Screen, menampilkan menu yang sensitif terhadap lini produk
(Matrix, Mentari, IM3, masing-masing memiliki menu yang berbeda, namun
tetap dalam satu sistem)
Dan yang paling utama yang menjadikan PT Indosat memilih CRM Lite
adalah tipe produknya yang customizable yang sangat cocok untuk memenuhi
kebutuhan PT Indosat yang spesifik.
4.5 Hasil penerapan CRM pada PT Indosat
4.5.1 Isu yang terjadi sepanjang perjalanan CRM-Lite
Dalam masa berjalannya CRM-Lite pada sistem Customer Service
(CS) PT Indosat, banyak hal yang terjadi, baik suatu hal yang positif yang
mengarah kepada kemajuan, maupun kepada hal yang negatif.
144
4.5.1.1 Isu Database
CRM-Lite sendiri dibangun dengan menggunakan database
sendiri yang terpisah dengan database pelanggan. Hal ini
dilakukan atas alasan kompatibilitas dan performa.
Database pelanggan yang telah ada pun sebenarnya masih
terpisah antara masing-masing produk yang dimiliki oleh PT
Indosat. Jadi apabila seorang pelanggan memiliki lebih dari satu
produk PT Indosat, CS tidak dapat mengetahuinya secara
langsung.
Selain itu, database yang ada juga berada di server yang
jaraknya cukup jauh. Sehingga apabila akses langsung dilakukan
pada database tersebut, maka performa akan sangat menurun.
Belum lagi lebar jalur data (bandwidth) yang digunakan tidak
akan mampu mencukupi kebutuhan pengiriman atau pengambilan
data bila semuanya dilakukan secara on-line bersama-sama oleh
seluruh CS yang ada di seluruh Indonesia.
Untuk itu, CRM-Lite memiliki sebuah database sendiri
yang disimpan secara lokal pada computer masing-masing CS dan
akan dikonsolidasikan dengan database pusat pada saat yang
ditentukan. Sistem yang berupa local extract tersebut dinamakan
Contigency. Contigency sendiri memiliki tampilan yang dibuat
145
sama dengan Lite-CRM dan data lokalnya akan terupload secara
otomatis ketika sistem direstart.
Awalnya, pengirima paket (batch) data dari database lokal
ke database pusat dilakukan secara manual. Akibatnya, terjadi
penumpukan data pada server lokal dan database pusat menjadi
tidak aktual. Untuk menyiasati hal tersebut, Sisindokom bersama
IT PT Indosat memberikan kemampuan tambahan berupa
kemampuan upload (untuk mengkonsolidasikan) batch data
secara otomatis. Waktu yang ditentukan untuk proses upload ini
adalah pukul 00.00 WIB setiap harinya. Waktu tersebut dipilih
mengingat aktivitas yang dilakukan pada tingkat pada waktu
tersebut CS biasanya minimal.
Seiring berjalannya waktu, batch data yang dikirimkan
ternyata semakin besar akibat meningkatnya inquiry pelanggan
secara umum. Hal ini mendorong PT Indosat untuk kembali
melakukan penyesuaian. Jalan keluar yang diambil adalah dengan
melakukan proses konsolidasi data dua kali setiap harinya, yaitu
pada pukul 00.00 WIB dan 12.00 WIB. Perubahan ini mampu
mengatasi masalah yang terjadi dalam database.
146
4.5.1.2 Isu Resistensi Terhadap Perubahan
Selain database, perjalanan CRM Lite ini juga menemui
kendala pada sisi sumber daya manusia. Banyak dari sumber daya
yang ada (personil CS) yang tidak menerima dengan baik
penerapan ini. Mereka yang telah terbiasa dengan sistem yang
telah ada bertahun-tahun cenderung untuk tidak menerima
perubahan. Mereka merasa akan menemui banyak masalah
apabila harus menggunakan CRM Lite. Untuk mengeliminir
reaksi tersebut, PT Indosat sebenarnya sejak awal telah
melakukan berbagai pendekatan, seperti menyertakan user sejak
awal dibangunnya sistem CRM Lite itu sendiri. Melakukan
banyak proses requirement analysis, dan melakukan banyak
sosialisasi. Namun, sampai pada tahap implementasi, masih
terdapat banyak ketidaktahuan pengguna mengenai sistem CRM
Lite itu sendiri. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa
CRM Lite yang sempat go live kembali ditarik untuk dibenahi.
Sosialisasi yang terpenting yang dilakuakan adalah proses
training yang dilakukan PT Indosat yang dilakukan secara internal
di dalam perusahaan di Jakarta yang melibatkan seluruh
perwakilan CS Indosat di seluruh Indonesia. Pelatihan ini
menggunakan metode T4T (Training for Trainers) yang melatih
perwakilan tiap-tiap touching points yang ada untuk menjadikan
147
mereka seorang trainer yang nantinya akan menyebarluaskan
informasi dan pengetahuan yang diperolehnya kepada rekan-
rekannya yang lain. Training ini dirasa lebih efektif dan berhasil
menjadikan CRM Lite lebih tersosialisasikan di kalangan
penggunanya.
4.5.1.3 Isu Perubahan Proses Bisnis
Dengan diterapkannya CRM Lite, PT Indosat sendiri harus
melakukan beberapa penyesuaian dalam proses bisnisnya. Hal ini
diperlukan karena sistem CRM merupakan sistem yang
terintegrasi dengan seluruh proses bisnis yang ada. Sehingga,
perubahan yang mengarah kepada efisiensi proses bisnis harus
dilakukan. Contoh nyatanya adalah proses follow up inquiry yang
biasanya secara manual dipilah menurut lini produk secara, harus
diubah menjadi mandiri dengan menambahkan kemampuan
mengenali produk apa yang digunakan oleh pelanggan secara
otomatis. Hal ini menjadikan proses bisnis PT Indosat menjadi
berubah ke arah yang lebih baik karena menyederhanakan pintu
masuk keluhan pelanggan dari banyak pintu menjadi satu pintu
saja. Selain meningkatkan efisiensi, kepuasan pelanggan pun naik
karena call center Indosat tidak lagi terpisah menurut layanan
yang digunakan.
148
4.5.1.4 Isu-isu lainnya
Selain isu-isu di atas, beberapa isu juga muncul dalam
perjalanan digunakannya CRM Lite, seperti isu kapasitas server,
khususnya server report. Kapasitas server report CRM Lite yang
digunakan menjadi habis ketika digunakan beberapa bulan saja.
Untuk itu, kapasitas server sempat ditambah kapasitasnya
menyesuaikan dengan kebutuhan penyimpanan data pelanggan.
Pada akhirnya, dilakukan pembatasan pada fungsi view report
yang ada untuk mengurangi beban akses terhadap server report
tersebut, sehingga hanya admin report yang dapat me-request
suatu view terhadap isi database report.
Isu lainnya adalah penambahan fungsi. Fungsi yang telah
ada saat CRM Lite diluncurkan dirasa kurang. Untuk itu,
dilakukan beberapa penambahan fungsi CRM Lite yang mampu
meningkatkan efektifitas. Contoh yang paling jelas adalah fungsi
untuk mengenali prefix nomor telepon pelanggan secara otomatis,
sehingga seorang CS tidak perlu mengenalinya secara manual dan
memilih tipe layanan yang digunakan pelanggan tersebut.
4.5.2 Prestasi yang dicapai dari penerapan CRM pada PT Indosat
Banyak sekali prestasi dan hal positif yang didapat dari penerapan
CRM pada PT Indosat. Diantaranya merupakan perubahan yang terjadi
149
secara tidak langsung seperti sales yang meningkat, kemampuan
marketing untuk lebih cepat bergerak karena ketersediaan data dari CRM,
kemampuan bagian produksi untuk lebih bergerak secara efisien dan
masih banyak hal lainnya yang tidak dapat diukur secara langsung.
Beberapa prestasi yang langsung terasa adalah peningkatan Quality
of Service (QoS) yang dibuktikan dari data internal yang dimiliki PT
Indosat. Penerapan CRM ternyata mampu memaksimalkan FRR (First
Resolution Rate) yang berarti kualitas layanan semakin baik. Selain itu
waktu rata-rata penanganan masalah yang diadukan pelanggan juga
menurun, sehingga CS PT Indosat menjadi lebih responsif menyelesaikan
masalah dan memenuhi keinginan pelanggannya.
4.5.2.1 Indosat Raih Gelar Excellent Call Center
Contact Center Indosat berhasil meraih peringkat teratas
pada penghargaan Call Center Award 2008 untuk kategori
industri telekomunikasi dengan predikat Excellent. Penghargaan
diberikan oleh majalah Marketing dan Carre-Center for Customer
Satisfaction & Loyalty (Carre-CCSL), lembaga konsultan
kepuasan dan loyalitas pelanggan.
“Keberhasilan Indosat meraih peringkat teratas dalam Call
Center Award 2008 untuk kategori industri telekomunikasi ini
merupakan hasil dari perwujudan komitmen kami untuk selalu
150
memberikan layanan terbaik kepada pelanggan melalui
peningkatan mutu petugas pelayanan, kecepatan penyelesaian
masalah dan keluhan serta memberikan informasi yang
dibutuhkan dalam kondisi apapun khususnya melalui Contact
Center Indosat,” demikian disampaikan Fadzri Sentosa, Direktur
Indosat, melalui siaran pers.
Predikat Excellent yang diperoleh Contact Center Indosat
berdasarkan hasil riset Call Center Service Excellence Index
(CCSEI) 2008 yang menggunakan indeks pengukuran kinerja call
center berdasarkan 3 aspek yaitu Akses (Access), Sistem &
Prosedur (System & Procedure), dan SDM (People). Kontak
layanan Akses terdiri dari 3 atribut indikator kinerja utama (key
performance indicator/KPI) yang diukur yaitu kemudahan akses
(accessibility) , ketersediaan (availability) dan kecepatan untuk
bisa terhubung (connection speed). Aspek Sistem dan prosedur
terdiri dari 3 atribut KPI yang diukur yaitu system (system),
keramahan (enjoying) dan konsistensi standar layanan (service
standard consistency). Sementara aspek SDM mengukur 2 atribut
KPI yaitu 2 macam keahlian, soft skill, dan hard skill.
Khusus untuk CCSEI tahun 2008, aspek SDM mendapat
bobot yang lebih besar. Riset dilakukan selama 6 bulan
berdasarkan pengalaman yang sebenarnya (actual experience)
151
dengan menggunakan mystery caller sesuai standard Carre-
CCSL. Untuk kategori industri telekomunikasi, Indosat
memperoleh total indeks CCSEI 84.625% sekaligus menempati
peringkat teratas.
Bagi Indosat sendiri, manfaat call center sangat beragam,
tidak hanya memberikan penyelesaian terhadap masalah yang
disampaikan pelanggan, namun juga menjadi bagian dari strategi
besar perusahaan untuk melakukan retensi pelanggan (customer
retention), pelayanan dan penjualan (sales) melalui informasi
produk dan program promosi yang diberikan kepada pelanggan
saat menghubungi Contact Center Indosat.
“Untuk ketepatan dan kecepatan pelayanan, saat ini kami
sudah menerapkan teknologi baru yang dinamakan I-Care, yaitu
Customer Relationship Management (CRM) yang
mengintegrasikan seluruh contact center setiap merek (brand)
dengan divisi-divisi yang berhubungan dengan pelayanan,”
tambah Fadzri Sentosa.
Sampai saat ini Contact Center Indosat memiliki petugas
atau agen sebanyak 1.314 orang yang terbagi dalam 6 shift per
hari dan aktif selama 24 jam penuh, 7 hari seminggu. Pelayanan
melalui Contact Center Indosat yang secara terus menerus ini
sudah dilakukan dari awal untuk melayani pelanggan Indosat
152
secara nasional yang mencapai jumlah 24,5 juta di akhir tahun
2007.
“Target kami di tahun 2008 ini adalah melakukan kegiatan
perbaikan layanan untuk mewujudkan Service Excellent bagi
pelanggan. Oleh sebab itu, pembinaan dan pelatihan SDM,
perbaikan bisnis proses dan pengembangan teknologi akan kami
prioritaskan, ” ujar Fadzri.
4.6 Langkah Kedepan
Sampai saat studi kasus ini dibuat, PT Indosat masih menggunakan CRM
Lite. CS PT Indosat sebagai user merasa sangat termudahkan dengan adanya
CRM Lite. Mereka menilai CRM Lite sangat memuaskan.
Namun, pengembangan tidak berhenti di titik itu. Inovasi dan usaha
peningkatan mutu pelayanan PT Indosat terus dilakukan karena itu merupakan
suatu komitmen besar yang harus diperjuangkan. Untuk itu, pada November
2008, PT Indosat telah berhasil menerapkan sebuah sistem CRM baru yang lebih
besar dan bertaraf korporasi dari Siebel. Proses implementasi Siebel dilakukan
secara bertahap dalam 2008 sampai dengan 2009 sehingga nantinya sistem ini
akan menggantikan CRM Lite sekaligus meng-cover dan mengintegrasikan
seluruh proses bisnis PT Indosat dalam suatu sistem yang memungkinkan suatu
saat nanti dapat dikembangkan menjadi Business Inteligence (BI).