BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Desa Senakin 1. …

24
19 BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Desa Senakin 1. Kondisi Geografi Dan Luas Wilayah Desa Senakin Desa Senakin adalah salah satu dari 14 desa, 69 dusun, dan 13 ketemanggungan (wilayah adat) di kecamatan Sengah Temila yang berada di wilayah kabupaten Landak dengan Tripologi wilayah atas tanah dataran bergelombang, hutan, perkebunan, tanah gambut, rawa, persawahan, danau dan tanah kering. Desa Senakin kecamatan Sengah Temila kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah ± 16, 192,98 Ha, jarak desa dengan kecamatan adalah ± 16 km. Jarak desa Senakin dengan ibu kota kabupaten Ngabang adalah ±57 Km. Ada pun batas-batas wilayah lokasi penelitian: Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Menyuke Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Sebangki Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Ngabang Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Mandor 2. Keadaan Iklim dan Curah Hujan Iklim dan curah hujan di Daerah Sengah Temila seperti umumnya daerah tropis di Indonesia. Panas rata-rata mencapai pada siang hari antara 27 0 C sampai dengan 29 0 C 1 seperti temperatur rata- rata daerah khatulistiwa. Sedangkan curah hujan selama satu tahun ini keadaannya baik.

Transcript of BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Desa Senakin 1. …

19

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa Senakin

1. Kondisi Geografi Dan Luas Wilayah Desa Senakin

Desa Senakin adalah salah satu dari 14 desa, 69 dusun, dan 13

ketemanggungan (wilayah adat) di kecamatan Sengah Temila yang

berada di wilayah kabupaten Landak dengan Tripologi wilayah atas

tanah dataran bergelombang, hutan, perkebunan, tanah gambut, rawa,

persawahan, danau dan tanah kering. Desa Senakin kecamatan Sengah

Temila kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat dengan luas

wilayah ± 16, 192,98 Ha, jarak desa dengan kecamatan adalah ± 16

km. Jarak desa Senakin dengan ibu kota kabupaten Ngabang adalah

±57 Km. Ada pun batas-batas wilayah lokasi penelitian:

Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Menyuke

Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Sebangki

Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Ngabang

Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Mandor

2. Keadaan Iklim dan Curah Hujan

Iklim dan curah hujan di Daerah Sengah Temila seperti

umumnya daerah tropis di Indonesia. Panas rata-rata mencapai pada

siang hari antara 270C sampai dengan 29

0C1 seperti temperatur rata-

rata daerah khatulistiwa. Sedangkan curah hujan selama satu tahun ini

keadaannya baik.

20

Wilayah kecamatan Sengah Temila merupakan lahan yang

subur karena teletak di dataran tinggi. Tanahnya merupakan jenis tanah

yang cocok untuk dijadikan lahan pertanian, hal itu dapat menjadikan

pertanian maupun perkebunan cukup berkembang untuk semua jenis

tanaman maupun bahan pangan.

3. Data penduduk Desa Senakin menurut Agama

Tabel 1.1

Struktur Pemeluk Agama

Agama Jumlah Total

Kristen Katolik 4.748

Kristen Protestan 1.470

Islam 403

Budha 216

Hindu 7

Sumber : Registrasi penduduk tahun 2011 desa Senakin kecamatan

Sengah Temila

Dalam kehidupan sehari-hari desa Senakin diwarnai dengan

berbagai kegiatan keagamaan. Masyarakat suku dayak khususnya di

desa Senakin terdapat beberapa agama sebagai kepercayaan masyarakat

diantaranya ialah, kristen katolik, kristen protestan, islam, budha, dan

hindu. Kebanyakan masyarakat desa Senakin menganut agama Kristen

Katolik karena sebelum masuknya agama lain, masyarakat desa

21

Senakin sudah mengenal agama Kristen Katolik. Selebihnya

masyarakat memeluk agama Islam, Kristen Protestan, Budha dan

Hindu. Hal ini ditunjang dengan adanya sarana peribadatan yang

memadai yaitu mesjid 2 buah, gereja katolik 8 buah, gereja prostestan 7

buah dan vihara 2 buah.

Sejak tahun 1835 agama Kristen Protestan masuk ke

Kalimantan. Agama ini disebarkan oleh seorang misionaris

berkebangsaan Jerman bernama Barnstein ke masyarakat Dayak.

4. Jumlah penduduk desa Senakin Kecamatan Sengah Temila

menurut jenis kelamin

Tabel 1.2

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan Total Jumlah

Penduduk

Jumlah: 3.503 3.341 6.844

Sumber : registrasi penduduk tahun 2011 desa Senakin

Jumlah penduduk desa Senakin berdasarkan hasil pendataan

terakhir pada bulan Agustus 2012 berjumlah 6.844 jiwa yang terdiri dari

jumlah kepala keluarga 1.638 (KK).Dengan jumlah kepala keluarga

miskin/rumah tangga yang mendapatkan bantuan di desa Senakin adalah

1.336 KK.

Berdasarkan tabel di atas mengenai jumlah kepala keluarga

menurut data penduduk sejahtera antara lain, penduduk pra sejahtera

22

terdapat 668 KK, penduduk sejahtera I adalah 480 KK, sejahtera II adalah

315 KK, penduduk sejahtera III adalah 175 KK.

5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur

Tabel 1.3

Jumlah Penduduk Desa Senakin Menurut Umur

Kelompok Umur

Jumlah Penduduk

Jumlah

L P

0-5 310 309 619

6-12 1.493 1.488 1.060

13-16 815 811 1.626

17-40 1.492 1.491 2.982

40+ 279 278 557

Jumlah 6.844

Sumber: registrasi penduduk tahun 2011 desa Senakin kecamatan

Sengah Temila

Dari tabel tersebut di atas mengenai jumlah penduduk menurut

kelompok umur dapat dilihat bahwa nampak jumlah penduduk desa

Senakin 3.305, merupakan penduduk usia produktif, sedangkan

sisanya 3.539, merupakan penduduk non produktif.

6. Penduduk berdasarkan pendidikan

Pendidikan penduduk Desa Senakin tergolong meningkat

dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya hal ini terlihat di desa

23

tersebut terdapat: 9 orang lulusan S2, 342 orang lulusan S1, 1.026

orang lulusan D2/D3, 2.053 orang lulusan SMA/Sederajat, 2.053 orang

lulusan SMP,dan 1.361 orang lulusan SD. Di samping menempuh

pendidikan umum, terdapat penduduk yang memiliki pendidikan

khusus seperti pondok pesantren, kursus keterampilan dan lain-lain.

7. Mata pencaharian penduduk

Tabel 1.4

Mata pencaharian penduduk tampak dalam tabel berikut ini:

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Tani 4.810

2 PNS 126

3 TNI/Polri 12

4 Pengusaha 72

5 Swasta 1.200

6 Pensiunan PNS 320

Jumlah 6.540

Sumber: registrasi penduduk tahun 2011 desa senakin

Mata pencaharian utama masyarakat desa Senakin adalah

petani sawah dan karet (80%), sedangkan sebagian kecil lainnya

adalah pegawai negeri sipil (PNS), wiraswasta, dan pedagang.

Diluar kegiatan bertani, masyarakat desa Senakin juga bertenak.

Masyarakat desa Senakin untuk mengisi waktu-waktu luang

juga dilatih keterampilan mengerjakan kerajinan tangan yaitu

24

membuat anyaman-anyaman berupa bakul, tikar dan lain

sebagainya. Material yang digunakan adalah daun pandan dan

rotan jenis kerajinan tangan tersebut di atas umumnya dibuat oleh

wanita. Sedangkan jenis kerajinan yang dibuat oleh laki-laki adalah

kerajinan besi berupa mandau, tangkin, sumpit, dan lain-lain.

Kerajinan kayu dan batu pada umumnya untuk membuat patung-

patung. Hasil kerajinan itu digunakan sebagai bahan-bahan dalam

acara adat dan ritual dan dapat juga dijual-belikan untuk

menambah penghasilan keluarga.

Secara khusus sektor perternakan telah menjadi bagian erat

dari kebudayaan masyarakat Dayak. Pola perternakan masyarakat

desa Senakin disesuaikan dengan hamparan padang savana.

Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan jumlah ternak besar

dipelihara penduduk desa Senakin dapat dilihat dalam tabel di

bawah ini.

Tabel. 1.5

Pertenakan dan Populasi Ternak Besar

Jenis Ternak Populasi Ternak

Sapi 150

Kambing 157

Babi 674

Ayam 5000

Sumber: kecamatan Sengah Temila dalam angka, 2011

25

Berdasarkan tabel.1.5 nampak bahwa jenis ternak ayam

yang populasinya sangat tinggi karena ayam merupakan ternak

yang bisa dijadikan penunjang dalam kebutuhan perokonomian

masyarakat. Ayam bagi masyarakat dapat dijadikan usaha

pertenakan ayam yang nantinya dapat dijual di pasar-pasar,

sehingga populasi ayam sangat tinggi dan masyarakat banyak yang

bertenak ayam.

B. Masyarakat Dayak Kanayatn

Salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia adalah masyarakat

etnik Dayak. Masyarakat Dayak Kanayatn yang merupakan salah satu dari

405 sub suku Dayak yang bermukim di Kalimantan Barat, tepatnya di

daerah kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, serta Kabupaten

Bengkayang, sebagian kecil di kabupaten Ketapang serta kabupaten

Sanggau. Suku bangsa, suku Dayak memiliki kebudayaan dan adat istiadat

tersendiri tidak sama dengan suku bangsa lainnya. Adat istiadat yang

hidup di dalam masyarakat Dayak merupakan unsur terpenting, karena

akar dan identitas bagi manusia Dayak.

Suku bangsa Dayak sebagai masyarakat hukum adat yang

mempunyai hubungan yang erat dengan lingkungan hidupnya. Mereka

sering dipengaruhi oleh alam pikiran relegio magis. Relegio magis/sakral

artinya percaya pada kekuatan gaib (magis) sebagai sesuatu kekuatan yang

menguasai alam semesta dan seisinya dalam keadaan kesinambungan.

Karena itu, setiap masyarakat hukum adat pada dasarnya merasa wajib

26

untuk senantiasa turut menjaga dan mempertahankan keadaan

kesinambungan alam yang terwujud berkat adanya kekuatan gaib. Kepala

suku di masyarakat Dayak Kanayatn sangatlah dihormati dan ramah

karena pada saat itu kekuasan tertinggi adalah kepala suku.

Dalam kehidupan Dayak Kanayatn, sudah sejak lama meyakini

bahwa kosmos diciptakan Jubata. Jubata adalah Maha Pencipta, dan

Pemelihara segala sesuatu yang ada di alam nyata maupun di alam

maya.Masyarakat Adat Dayak Kanayatn sangat yakin bahwa segala

sesuatu yang ada di alam ini berasal dari Jubata. karena itu dikalangan

masyarakat adat Dayak Kanayatn Jubata sangat dihormatai, dimuliakan

dan diagungkan. Jubata diyakini sebagai yang sangat baik, sangat murah

hati, sangat adil, tetapi tidak segan untuk menghukum perbuatan-perbuatan

yang jahat. Jubata-lah yang menciptakan dunia dan segala isinya.

Bagi masyarakat suku Dayak Kanayatn untuk dapat mengerti dan

paham sosok jubata secara jelas bukanlah sederhana, perlu waktu yang

cukup banyak karena tidak dapat dipisahkan dan sangat erat sekali

kaitannya dengan adat, mithe-mithe tentang kejadian alam semesta.

C. Sejarah Tangkin

Masyarakat suku Dayak di pulau Kalimantan mengenal berbagai

macam senjata yang biasa digunakan untuk berburu dan berperang pada

zaman dahulu. Beberapa jenis senjata tradisional tersebut diantaranya

sumpitan, tombak, perisai, mandau dan dohong. Masing-masing suku

memiliki senjata khas tersendiri, seperti suku Dayak Kanayatn yaitu

27

Tangkitn. Tangkin adalah benda pusaka dan dianggap sebagai benda

keramat, tangkitn secara turun temurun diwariskan oleh nenek moyang.

Tangkitn merupakan salah satu senjata utama dari sekitar banyak

jenis senjata tradisional khas Suku Dayak Kanayatn. Tangkitn adalah

senjata yang dipakai oleh kaum lelaki digunakan untuk mengayau. Pada

zaman dulu tradisi mengayu menjadi suatu kepercayaan bagi masyarakat

Dayak untuk mempertahankan dirinya dari serangan musuh, sehingga

Tangkitn yang sering digunakan untuk mengayau adalah sangat keramat.

Karena Tangkitn merupakan salah satu senjata yang dikeramatkan oleh

masyarakat Dayak, maka dalam proses pembuatannya pun tidak bisa

sembarangan, melainkan harus ditempa siang dan malam hari secara

bergantian selama satu minggu sampai biji besi itu melebur. Sebagai

senjata keramat, tangkitn biasanya selalu disimpan di tempat khusus.

Tangkitn tidak digunakan secara sembarangan mengingat

fungsionalitasnya dalam setiap upacara adat merupakan salah satu

prasyarat. Ia tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti alat

untuk memotong kayu, menebas semak dan lain-lain.

Tangkitn adalah sejenis parang yang dibuat dari besi. Bagian

hulunya melengkung dan pada ujung bertampuk kuningan. Tangkitn yang

bentuk hulunya menyerupai salib oleh masyarakat Dayak disebut tangkitn

perempuan, sedangkan tangkitn yang tidak terdapat tonjolan polos disebut

tangkitn laki-laki. Alas pegangan hulu tangkitn laki-laki biasanya dilapis

dengan lilitan kain merah karena letak kekuatan magis Tangkitn terletak

28

pada lilitan kain merah tersebut, konon cerita pada lilitan kain merah

tersebut empu memasukkan kekuatan magis selain itu kain merah juga

melambangkan keberanian. Sarung tangkitn dibuat dari kayu tipis dan

pipih yang dililit dengan gelang rotan dan diperkuat dengan plat kuningan.

Kadang-kadang ada tangkitn yang sarungnya diukir dengan motif yang

disesuaikan dengan selera pemiliknya. Tangkitn selain dipergunakan

sebagai senjata untuk mempertahankan diri juga dipakai oleh penari laki-

laki dalam acara tarian adat. Alat ini hanya dapat dijumpai pada

masyarakat Dayak di Pontianak, Kalimantan Barat.

Tangkitn merupakan simbol dari sebuah kekuasaan. Kekuasaan

tersebut terkait erat dengan mitologi Dayak bahwa semakin banyak kepala

musuh yang dipenggal, maka akan semakin tinggi status sosial seseorang

yang disebut sebagai mamut menteng (orang yang memiliki kekuatan).

Seseorang yang mamut menteng dapat secara aklamasi menjadi seorang

pemimpin. Hal ini bukan tanpa dasar mengingat kegigihannya dalam

membela komunitas sukunya agar selamat dari berbagai serangan yang

memusnahkan. Kegiatan kayau-mangayau (saling bunuh dengan penggal

kepala) adalah sebuah pertarungan mempertahankan entitas dan eksistensi.

Kesemuanya tidak dilakukan tanpa dasar, melainkan karena persoalan

politik kekuasaan dan pertahanan eksistensi dan jatidiri yang terancam.

Berkaitan dengan fungsi utama sebagai senjata perang di masa lalu,

tangkitn warisan leluhur diyakini suku Dayak sebagai penjelmaan diri

sang empunya. Artinya, ia dapat menjelma secara fisik di tengah-tengah

29

peperangan atau sebaliknya, tidak kasat mata (nonvisual) sehingga dikenal

dengan “tangkitn terbang”. Ia bisa dikontrol oleh yang empunya untuk

melakukan serangan balasan, jadi hanya bersifat reaktif atas sesuatu yang

terjadi. Ia tidak bersifat aktif dan agresif. Bagi masyarakat suku Dayak,

tangkitn menyisakan sejuta misteri yang tak terpecahkan hingga kini.

Konon di masa lalu sebuah tangkitn seolah memiliki aura, seolah sesuatu

yang dapat dipelihara, disuruh atau tunduk atas kekuasaan pemiliknya. Ia

seolah dapat menjadi „kawan‟ yang sangat patuh dan sangat jarang

mencelakai „tuannya‟.

D. Makna Tangkin Bagi Masyarakat

Tangkitn bagi masyarakat Dayak memiliki makna yang sangat

magis dan memiliki nilai situs budaya sekaligus sebagai benda pustaka.

Tankitn bagi masyarakat suku Dayak Kanayatn merupakan senjata yang

disakralkan, Tangkitn memiliki makna yang sangat magis karena pada

zaman dulu Tangkitn digunakan sebagai senjata pertahanan diri pada saat

perang/mengayau (memotong kepala musuh atau lawan). Kekuatan

Tangkitn terdapat pada kain merah yang dililitkan pada gagang, selain itu

juga terdapat logam kuningan. Tangkitn juga sebagai simbol status sosial

seseorang yang sangat berpengaruh karena tidak sembarang orang yang

bisa memiliki senjata Tangkitn, khusus orang yang memiliki ilmu tinggi

(magis) dan orang dari keturunan bangsawan. Tangkitn juga sesuatu hal

yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena Tangkitn merupakan

unsur yang dapat menyelamatkan manusia menjelang kematian.

30

Diceritakan bahwa ketika pada zaman kayo (memotong kepala lawan)

tradisi ini secara turun temurun dilakukan oleh masyarakat Dayak untuk

memperlihatkan suatu ilmu/magis/kekuatan yang dimiliki orang tersebut.

Tangkitn Dayak juga dipercaya sebagai sebuah kegiatan sakral

yang selalu dihubungkan dengan berbagai aspek kebudayaan, seperti

mempertahankan diri juga dipakai oleh penari dalam acara tarian adat.

Tangkitn memang dikenal luas di kalangan masyarakat dayak, seperti

dayak Iban, Ngaju, Kayan dan sebagainya. Tetapi dalam pembahasan

mengenai Tangkitn kali ini dibatasi hanya pada Tangkitn Suku Dayak

Kanayatn.

Makna Tangkitn pada masyarakat Dayak dimasa lampau

merupakan simbol fisik yang secara langsung memperlihatkan strata atau

tingkat (status sosial) seseorang dalam masyarakat. Tingkat status sosial

dalam masyarakat suku Dayak Kanayatn digolongkan masyarakat tingkat

atas dan menengah. Golongan yang termaksud tingkat atas adalah orang-

orang yang memiliki ekonomi tinggi seperti para bangsawan (kepala adat),

dimana pada zaman dulu orang-orang bangsawan sangat dihormati.

Sedangkan orang-orang tingkat menengah adalah orang-orang yang

memiliki ekonomi rendah seperti para petani dan buruh.

Bentuk senjata ini mirip dengan parang. Karena pentingnya

peranan Tangkitn oleh masyarakat Dayak, maka Tangkitn dilambangkan

sebagai pioner atau perintis dalam perjuangan sehari-hari untuk

menumpas, memotong, membersihkan, meratakan, serta mencegah dari

31

rintangan dan halangan yang dihadapi, baik bahaya yang datang dari

dalam maupun dari luar. Sejarah mencatat bahwa Tangkitn yang asli

dibuat dari besi yang dilebur secara khusus oleh orang yang ahli, dengan

hulunya yang melengkung, dimana pada kedua ujungnya terdapat

kuningan.

Pada dasarnya, jenis-jenis Tangkitn pada semua masyarakat Dayak

memiliki bentuk yang sama.Tangkitn adalah sejenis parang yang dibuat

dari besi. Bagian hulunya melengkung dan pada ujung bertampuk

kuningan. Tetapi ada sedikit perbedaannya jika dilihat dari hulunya

(gagang), yaitu Tangkitn yang hulunya diberi sedikit tonjolan menyerupai

salib oleh masyarakat setempat disebut Tangkaitn perempuan sedangkan

Tangkitn yang tidak terdapat tonjolan (yang polos) disebut Tangkitn laki-

laki. (Abdul Kahar, dkk, 1997:8)

Gambar : Tangkitn laki-laki Gambar: Tangkitn Perempuan

Alas pegangan hulu (gagang) pada Tangkitn biasanya dilapis

dengan lilitan kain merah, itu bertanda melambangkan keberanian. karena

sakral Tangkitn ini tidak tajam dan tidak diasah.

Tangkitn merupakan senjata sakti pusaka suku Dayak ini

dipercayai memiliki tingkat-tingkat keampuhan atau kesaktian. Kesaktian

32

Tangkitn ini tidak hanya diperoleh dari proses pembuatannya yang melalui

ritual-ritual tertentu, tetapi juga diperoleh dari pengayauan (pemenggalan

kepala lawan). Semakin banyak orang yang berhasil di-kayau, Tangkitn itu

semakin sakti. Sebagian rambut kepala yang berhasil dikayau biasanya

digunakan untuk menghias gagang mandaunya Tangkitn. Mereka percaya

bahwa roh orang yang mati karena dikayau akan mendiami Tangkitn,

sehingga Tangkitn tersebut menjadi sakti.

Diperkirakan pada abad 18 SM, makna Tangkitn di masyarakat

suku Dayak Kanayatn masih sangat sakral dan dalam penggunaannya pun

bukan sembarangan orang. Tangkin bagi mereka bukan hanya sebatas

hiasan rumah apa lagi supaya dianggap hebat, karena Tangkitn memiliki

kekuatan supranatural yang paling tinggi, yang paling berkuasa dan itulah

Tuhan yang Maha Esa. Saat ini masih banyak Dayak yang percaya akan

benda-benda bertuah, dukun dan arwah (nenek moyang/leluhur) sehingga

tak heran sebagian masyarakat Dayak masih percaya pada hal-hal yang

bersifat mistisisme dan bagi mereka suatu hal yang sangat penting dalam

kehidupan mereka sehari-hari. Masyarakat dayak Kanayatn yang pada

waktu itu masih sering melakukan yang dinamakan Kayau (memotong

kepala lawan/musuh) hal ini sering terjadi antara suku.

E. Pergeseran Makna Tangkitn

Menurut Charles Hose dan William Macdougall (2006:211) dan

mempublikasikan masyarakat dayak pada tahun 1912 dalam buku mereka

yang berjudul The Pagan Tribes Of Borneo dalam buku ini

33

menggambarkan bagaimana kehidupan masyarakat Dayak zaman dulu

yang hidup dalam keterasingan. Hose dan Macdougall, bahwa menjelang

tahun 1990-an banyak antropolog (etnolog) yang mengadakan penelitian

dipulau Kalimantan. Beberapa dari mereka tertarik dengan berbagai ritual

tradisional, kesenian, dan ilmu pengetahuan yang salah satu didalamnya

terdapat praktik pembuatan Tangkitn.

Berbicara mengenai Tangkitn maka akan membahas pula

mengenai salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia. Tidak semua suku

Dayak Kanayatn memiliki senjata Tangkitn karena yang memiliki

Tangkitn adalah seseorang yang memiliki ilmu tinggi. Tangkitn

merupakan senjata tradisional masyarakat suku Dayak di Kalimantan

Barat yang fungsinya sebagai senjata pertahanan diri dan berperang.

Tangkitn digunakan oleh masyarakat Dayak untuk berperang atau

mengayau (memotong kepala lawan). Keberadaan Tangkitn pada saat ini

mulai punah karena masyarakat Dayak Kanayatn menganggap bahwa

Tangkitn hanyalah mitos. Tangkitn saat ini digunakan sebagai senjata

pajangan atau hiasan rumah dan sebagai media untuk menyambut tamu

pada acara-acara adat (Yohanes 60 tahun)

Menurut masyarakat suku Dayak Kanayatn dalam kehidupannya

sangat erat sekali dengan alam karena ia percaya alam juga dapat

membantu dalam segala hal seperti Tuhan yang diakui oleh manusia

dimana sumber keselamatan bagi semua umat manusia. Namun pada

perkembangannya dewasa ini, pembuatan Tangkitn lebih cenderung dan

34

terfokus sebagai benda cindera mata. Sudah jarang empu yang membuat

tangkitn pesanan seseorang yang membutuhkan untuk senjata andalan.

Selain itu tangkitn buatan sekarang lebih banyak untuk memenuhi

kebutuhan pasar. Sehingga bahan yang dipakai pun hanya asal-asalan saja

dan sudah tidak terdiri dari bahan baku Tangkitn. Adapun cara membuat

Tangkitn tidaklah sembarangan butuh keahlian khusus. Tangkitn harus

ditempa siang dan malam secara bergantian selama satu minggu sampai

bijih besi itu melebur. Bahan Tangitn pada zaman dulu biji besi dari

pegunungan Muler. Tangkitn inilah yang oleh masyarakat Dayak diyakini

memiliki nilai tinggi (magis) dan dijadikan sebagai senjata perang.

Sedangkan Tangkitn yang besinya dari bahan besi biasa digunakan untuk

berladang dan memotong kayu.

Dimasa kini ditengah arus globalisasi budaya yang serba modern

Tangkitn sebagai benda budaya yang hampir memudar sudah banyak

ditinggalkan dengan berbagai alasan:

1. Masyarakat suku Dayak Kanayatn yang sangat erat dengan lingkungan

dipengaruhi oleh alam pikiran religio magis/sakral percaya pada

kekuatan gaib sebagai suatu kekuatan yang menguasai alam semesta.

Mereka menganggap pengetahuan atau tanda-tanda atau simbol-simbol

tertentu dalam kehidupan adalah hal yang wajar.

Bagi orang Dayak berkomunikasi dengan gaib maupun alam nyata

merupakan suatu hal yang biasa karena mereka memelihara

pengetahuan dan kepercayaan pada tanda-tanda alam dan simbol-

35

simbol yang dapat menimbulkan keajaiban dalam suatu peristiwa yang

terjadi dalam kehidupan mereka. Sehingga pada zaman dulu

masyarakat suku Dayak Kanayatn belum begitu mengerti pentingnya

pendidikan bagi mereka berpikir masih primitif. Pengetahuan mereka

terbatas dimana pengtahuan itu tentang alam fauna yaitu merupakan

pengetahuan dasar bagi suku dayak kanayatn yang hidup dari berburu.

Jaman dahulu, sebelum pendidikan masuk hingga ke pelosok

pemukiman tempat Suku Dayak berada, maka kebanyakan masyarakat

Dayak melakukan usaha berupa menggarap lahan disekitar tempat

tinggal mereka. Suku Dayak menanami lahan kebunnya dengan padi

enam bulanan, jenis padi empat bulanan, dan juga tanaman penghasil

buah misalnya singkong, ubi jalar, dan pisang. Karena kondisi tanah di

Kalimantan yang lapisan humusnya tipis, maka cepat sekali lahan

perkebunan Suku Dayak kehilangan kesuburan. Oleh karena itu, untuk

meningkatkan kesuburan tanah, mereka kerap membakar lahan

merekam lantas membuka lahan baru. Dalam menunggu masa panen

dari lahan dan kebun mereka, biasanya matapencaharian Suku Dayak

pedalaman adalah berburu di hutan atau mencari ikan di sungai.

Berbagai hewan buruan seperti babi hutan, burung, dan hewan lainnya

dapat menjadi makanan sehari-harinya. Saat ini, karena pendidikan

yang sudah banyak masuk ke kalangan mereka, maka pola berburu

mulai berubah menjadi beternak. Biasanya hewan ternak mereka

adalah babi, dan juga ayam. Selain untuk bahan makanan, babi juga

36

merupakan binatang yang sering digunakan dalam berbagai upacara

adat tradisional Suku Dayak.

Seiring perubahan zaman di modern ini masyarakat suku

Dayak Kanyatn sudah mulai mengenal pendidikan sehingga mereka

merasa bahwa makna Tangkitn hanya sebagai mitos. Bahkan sekarang

ini banyak para generasi muda di suku Dayak Kanayatn jenjang

pendidikannya sudah dikatakan baik bahkan ada yang pendidikannya

sampai pada perguruan tinggi.

2. Kehidupan ekonomi masyarakat suku Dayak sangat minin karena pada

zaman dulu orang Dayak menjalani hidupnya dengan cara mendiami

hutan-hutan yang lebat. Agar bisa mendapat makanan mereka suka

berburu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selain berburu, suku

Dayak juga mulai bercocok tanam memanfaatkan alam. Seiring

perubahan zaman di eraglobalisasi masyarakat Dayak mulai

memperluas wawasannya dalam industri perdagangan dimana

masyarakatnya yang memiliki keterampilan dalam membuat ayaman

bagi kaum wanita, dan keterampilan dalam membuat senjata bagi

kaum laki-laki. Karena permintaan ekonomi yang begitu banyak

terhadap pembuat Tangkitn sehingga banyak masyarakat yang

mempergunakan kesempatan itu dengan membuka tempat pemesanan

Tangkitn.

3. Budaya luar tidak dapat dielakkan bahwa sangat mempengaruhi

pergeseran makna tangkitn karena denga seiringnya waktu, suku

37

Dayak Kanayatn mengalami alkulturasi proses sosial yang timbul bila

suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu

dihadapkan dengan suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa,

sehingga kebudayaan itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam

kebudayaan sendiri. Tetapi saat ini pemuda-pemudi dayak mulai sadar

bahwa budaya lokal sangat penting untuk terus dijaga dengan

menerima budaya luar tanpa harus meninggalkan budaya sendiri.

(wawancara dengan April, 1 Januari 2013)

Tetapi arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh

terhadap perkembangan budaya bangsa indonesia. Dengan perkembangan

yang begitu pesat maka tangkitn sebagai benda budaya sedikit hampir

memudar. Sehingga jarang sekali orang yang tahu tentang Tangkitn dan

ironisnya tangkitn sebagai budaya Indonesia ini, di cap sebagai benda

musyrik oleh sebagian masyarakat. Dizaman sekarang jarang sekali

ditemukannya seorang empu yang masih memiliki eksitensi

mempertahankan esensi seni tradisi membuat tangkitn dengan cara

tradisional.

Seiring dengan perubahan zaman masyarakat dayak kanayatn tetap

berusaha mempertahankan tangkitn sebagai identitas budaya dayak dengan

penyaringan budaya yang masuk dan mencoba mengembangkan seni

tradisional.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran makna tangkitn

1. Status sosial

38

Dalam kehidupan masyarakat Dayak Kanayatn diperkirakan

pada abad 18 SM Tangkitn masih bermakna sakral. Status sosial

masyarakat suku Dayak Kanayatn sesuai dengan starata sosial, yaitu

orang kaya, orang miskin, petani, pedagang dan lain sebagainya.

Orang-orang yang status sosialnya tinggi adalah para raja dari

keturunan bangsawan sedangkan masyarakat yang status sosialnya

rendah adalah golangan para petani. Sehingga masyarakat yang

tergolong statusnya tinggi sangatlah dihormati. Dalam penggunannya,

tangkitn tidak dipergunakan oleh sembarang orang karenan

mempunyai makna yang sangat kuat.

Menurut Ardianus (keturunan panglima) yang memiliki

tangkitn adalah seseorang yang berketurunan panglima. Panglima

adalah gelar suku dayak Kanayatn pada zaman dulu biasa disebut juga

sebagai keturunan kerajaan. Sedangkan masyarakat biasa (jelata) pada

waktu itu tidak ada yang memiliki tangkitn walaupun hanya sebagai

seni. Para pakar ilmu sosial telah memberikan perhatian besar terhadap

berbagai kajian yang bertahan dengan status sosial (wawancara dengan

Ardianus, 1 Januari 2013).

Status sosial itu dikategorikan dalam dua bagian status karena

seseorang mewarisi dari keturunannya (ascribed status), dan status

yang digenggam sebab prestasi yang diperoleh (achiieved status).

Kelompok ascribed status bertali temali dengan keturunan, kelahiran

dan warisan yang mereka peroleh dari orang tua atau kakek buyut.

39

Dalam masyarakat sederhana, karakteristik achiieved statusdipandang

sebagai sukses yang tak pernag diperdebatkan. Dalam kehidupan suku

dayak kanayatn hal ini merupakan suatu hal yang wajar karena mereka

menganggap tangkitn merupakan warisan turun temurun dari nenek

moyang yang harus tetap dipertahankan. Walaupun dengan seiringnya

waktu makna tangkitn mulai mengalami pergeseran dan saat ini hanya

dianggap sebagai seni semata.

2. Pendidikan

Menurut Frederick .I.Mc Donald dan M.J. Langeveld,

pendidikan adalah proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah

kebiasaan manusia. Kebiasaan itu adalah tanggapan atau perbuatan

seseorang dan sesuatu yang dilakukan seseorang. Sehingga faktor yang

mempengaruhi pergeseran makna Tangkitn di suku Dayak Kanayatn

salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan dimasa dulu banyak

masyarakat Dayak yang kurang mengerti akan pentingnya pendidikan,

sehingga banyak masyarakat suku dayak yang tidak mendapatkan

pendidikan hampir rata-rata penduduknya belum mendapatkan

pendidikan yang layak. Kebiasaan masyarakat suku Dayak hanyalah

bertani dan berburu sehingga mereka tidak terlalu mengerti pendidikan

pengetahuan mereka sangatlah terbatas, masyarakat dayak masih

mempercayai mitos yang terjadi dalam kehidupan mereka, serta masih

menganut animisme dan dinamisme. Yaitu percaya kepada roh-roh

nenek moyang yang dianggap sebagai penyelamat bagi mereka, selai

40

itu masyarakat Dayak Kanayatn juga percaya pada benda-benda yang

dianggap mereka keramat seperti pohon besar, Tangkitn jaman dulu.

Mereka percaya bahwa makhluk gaib dapat menolong mereka dalam

kehidupan mereka. Di masa era globalisasi dimana pendidikan dimasa

sekarang sudah banyak masyarakat suku Dayak Kanayatn yang sadar

akan pendidikan demi kemajuan secara individual maupun kelompok.

Sehingga sudah banyak generasi muda yang tidak percaya akan mitos-

motos yang ada. Misalnya dengan adanya makna tangkit yang dulu

dianggap sakral, menunjukkan status sosial seseorang. Tetapi sekarang

sebagai karya seni untuk memperindah atau sebagai perhiasan rumah

semata.

Dapat dikatakan bahwa pengaruh pendidikan terhadap adat

pada masa dulu sangatlah kurang, karena usaha pendidikan sngat

terisolir dari kehidupan masyarakat pada umumnya. Setelah didirikan

lebih banyak sekolah, pengaruh pendidikan mulai terasa. Apalagi

sesudah adanya guru dari daerahnya sendiri, maka makin lama makin

kuat faktor yang dipengaruhi oleh pendidikan.

3. Ekonomi

Pergeseran makna tangkitn di suku dayak Kanayatn pun

dipengaruhi oleh segi ekonomi. Dimana pada masa masyarakat dayak

kanayatn belum mengenal pendidikan, perekonomian masyarakat

dayak belum bisa dikatakan baik karena kehidupan mereka selalu

terkait dengan alam. Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang

41

mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi,

distribusi, dan pertukaran. Dimana sekarang budaya tangkitn di suku

dayak dilihat dalam segi material. Dengan seirinya waktu budaya

tangkitn mengalami perubahan para pemuda-pemudi dayak membuat

tangkitn dengan bernuansa moderen sehingga bagi pelaku bisnis

meraup keuntungan yang dengan permintaan pelanggan yang begitu

banyak dengan membuat tangkitn mereka daengan tangkitn tradisional

tetapi harus ada unsur modifikasi dalam bentuk maupun motif. Tanpa

melihat unsur makna yang dianggap sakral oleh nenk moyang mereka

dulu, banyak pemuda pemudi suku dayak yang rela membayar mahal

demi mendapat kan tangkitn yang diinginkan.

4. Budaya Luar

Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata

menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap

memudarnya pelestarian niali-nilai pelestarian budaya perkembangan

transpormasi, telekomunikasi dan teknologi mengakibatkan

berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pergeseran makna tangkitn di

masyarakat suku dayak Kanayatn yang sangat berperan merupakan

budaya luar. Tangkitn merupakan lambang suatu suku tertentu atau

tradisi dari nenek moyang. Tetapi seiring perubahan jaman makna

tangkitn menagalami pergeseran yang dulu bersufat sakral, sekarang

42

hanya sebagai benda pajangan dan bahkan sebagai media untuk

menyambut tamu pada acara-acara adat.

Pergeseran makna ini dipengaruhi beberapa faktor yaitu, pertama

(1) sataus sosial, kira-kira pada abad 18 SM orang yang memiliki tangkint

hanya yang memiliki status sosial yang lebih tinggi seperti para

temenggung. Kedua (2) pendidikan, sudah banyak suku dayak Kanayatn

yang berpendidikan demi kemajuan secara individual maupun kelompok.

Sehingga mereka sudah tidak percaya akan makna tangkitn dan mitos-

mitos yang ada. Ketiga (3) ekonomi, pemuda-pemuda mulai menerima

pesanan. Sehingga orang-orang lebih tertarik dengan tangkitn sebagai

pajangan rumah tanpa harus meninggalkan budaya lokal. Keempat (4)

pengaruh budaya luar (modern), derasnya arus informasi dan

telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang

mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya sehingga

terjadi proses akulturasi proses sosial suatu kebudayaan tertentu

dihadapakan pada kebudayaan asing yang lembat laun diterima tanpa

menghilangkan budaya itu sendiri.