BAB IV Obgyn mioma uteri

6
BAB IV PEMBAHASAN Pada laporan kasus kali ini, dihadapkan seorang wanita umur 54 tahun datang dengan rujukan atas dasar keluhan nyeri pada saat haid dengan kecurigaan mioma uteri. Penegakan diagnosis pada pasien kali ini dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya massa suprapubik yang teraba pada palpasi, terfiksisr dan tidak nyeri. Pada pemeriksaan VT juga didapatkan adanya massa yang teraba pada adnexa dextar, tidak nyeri. Konfirmasi dengan pemeriksaan USG didapatkan gambaran adanya mioma uteri. Berdasarkan teori, penegakan diagnostik dari mioma uteri dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang. Terpalpasinya massa pada pemeriksaan palpasi abdomen dan VT yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan USG / pencitraan infusan salin dan MRI dapat menegakan diganostik dengan pasti. Mioma submukosal kadang tidak memberikan manifestasi massa 26

description

obgyn unlam

Transcript of BAB IV Obgyn mioma uteri

BAB IVPEMBAHASAN

Pada laporan kasus kali ini, dihadapkan seorang wanita umur 54 tahun datang dengan rujukan atas dasar keluhan nyeri pada saat haid dengan kecurigaan mioma uteri. Penegakan diagnosis pada pasien kali ini dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya massa suprapubik yang teraba pada palpasi, terfiksisr dan tidak nyeri. Pada pemeriksaan VT juga didapatkan adanya massa yang teraba pada adnexa dextar, tidak nyeri. Konfirmasi dengan pemeriksaan USG didapatkan gambaran adanya mioma uteri. Berdasarkan teori, penegakan diagnostik dari mioma uteri dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang. Terpalpasinya massa pada pemeriksaan palpasi abdomen dan VT yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan USG / pencitraan infusan salin dan MRI dapat menegakan diganostik dengan pasti. Mioma submukosal kadang tidak memberikan manifestasi massa yang terpalpasi tetapi dapat dilihat dengan menggunakan pencitraan USG, sedangkan pada mioma subserosa ( klasifikasi Other & hybrid berdasarkan kategori FIGO) dapat terpalpasi pada pemeriksaan VT dan palpasi abdomen tergantung dari massa mioma.Gejala yang dapat ditemukan pada mioma uteri meliputi AUB, nyeri pada saat haid, dan gangguan traktus urinarius. Pada pasien kali ini, gejala yang dirasakan pasien ialah nyeri pada saat menstruasi disertai dengan volume perdarahan yang cukup banyak. Adapun gejala gangguan traktus urinasius pada pasien tidak ditemukan. Perdarahan yng cukup banyak terjadi dapat disebabkan oleh adanya bendungan vena oleh massa atau adanya gangguan regulasi dari VEGF.Terdapat berbagai faktor risiko yang menyebabkan mioma uteri pada pasien. Berdasakan umur, wanita akan lebih sering mengeluh dan terdiagnosis sebagai mioma uteri pada saat umur diatas 40 tahun. Pada pasien kali ini, diagnosis mioma uteri pada pasien ditegakkan ketika pasien berumur 54 tahun. Pada pasien juga ditemukan penggunaan kontrasepsi oral. Berdasarkan penelitian, masih belum jelas efek kontrasepsi oral dalam menyebabkan mioma uteri, karena terdapat beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa mioma uteri dapat terjadi sebagai akibat penggunaan kontrasepsi oral, tetapi pada penelitian lain penggunaan kontrasepsi oral terbukti tidak berpengaruh terhadap kejadian mioma uteri. Pasien kali ini hanya memiliki riwayat melahirkan sebanyak 1 kali pada umur 23 tahun. Berdasar penelitian, semakin tinggi angka paritas dan periode umur yang tepat untuk melahirkan (25-29 tahun), maka resiko mioma uteri akan semakin kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya mekanisme apoptosis pada jaringan miometrium dan vaskular pada saat periode involusi uterus yang mana akan mengganggu perkembangan mioma. Pada pasien kali ini, pasien melahirkan pada umur 23 tahun yang mana pada saat tersebut, melahirkan dianggap belum memiliki efek protektif terhadap mioma uteri, karena pada umur tersebut dianggap belum terdapat formasi mioma uteri. Melahirkan pada umur dibawah 25 tahun berkorelasi positif dengan kejadian mioma uteri, dengan kemungkinan hingga 1,5x. Pada pasien juga didapatkan hipertensi Grade 1 yang baru diketahui sejak 5 tahun lalu. Hipertensi berdasarkan penelitian berkorelasi dengan kejadian mioma uteri, hal ini diduga dengan adanya stress pada otot polos miometrium yang berpotensi menyebabkan mioma uteri.Pada pasien kali ini, dilakukan terapi operatif dengan pilihan miomektomi, tetapi pada pelaksanaannya dilakukan hysterektomi. Sesuai teori, pilihan dilakukannya tindakan operasi dilakukan atas dasar bila terdapat kegagalan terapi medikamentosa, terdapat gejala klinis yang menggangu dan menyebabkan penurunan kualitas hidup. Pilihan tindakan operasi sendiri ada dua, yaitu miomektomi dan histerektomi. Miomektomi diindikasikan bila pasien belum memiliki keturunan atau ukuran mioma < masa gestasi 12 minggu. Pada pasien kali ini, gejala nyeri pada saat haid dan perdarahan pada saat menstruasi yang berlebihan sedikit banyak mempengaruhi kualitas hidup pasien, sehingga pasien ditentukan untuk menjalankan terapi operatif. Pilihan histerektomi pada pasien didasarkan atas pasien yang tidak ingin memilki anak lagi, dan ukuran tumor yang setara dengan kehamilan dengan umur gestasi 22-24 minggu. Berdasarkan hasil operasi, didapatkan bahwa mioma pada pasien berjumlah lebih dari satu dan tersusun atas mioma intramural dan serosa. Berdasarkan kondisi klinis tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan kategori FIGO yaitu subkategori mioma others. BAB VPENUTUPTelah dilaporkan sebuah laporan kasus pada wanita umur 54 tahun dengan keluhan nyeri pada saat haid dan perdarahan yang lebih banyak dari biasaanya. Pada pemeriksaan palpasi abdomen didapatkan massa teraba pada suprapubik, berbatas tegas, dan immobile. Pada pemeriksaan VT didapatkan pula massa pada adnexa dextra. Pada pemeriksaan USG didapat adanya mioma uteri. Pasien direncanakan untuk miomektomi, tetapai atas pertimbangan ukuran massa tumor yang besar dan berssifat multple maka pada pasien dilakukan prosedur histerektomi.29