BAB IV KATARAK KONGENITAL

5
BAB IV PEMBAHASAN Seorang pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Ulin, anak laki-laki, usia 5 tahun. Pasien datang dengan keluhan tidak mampu melihat benda kecil sejak usia tahun dan didiagnosis dengan katarak kongenital bilateral. Gejala yang paling sering dan mudah dikenali pada pasien katarak kongenital adalah leukokoria. Gejala ini kadang-kadang tidak terlihat jelas pada bayi yang baru lahir, karena pupil miosis. Pada kasus ini leukokoria tidak disadari oleh orangtua pasien. Leukokoria diketahui setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Leukokoria ditemukan pada kedua mata pasien. Pasien dibawa orangtuanya berobat dengan keluhan utama adanya gangguan penglihatan, terutama terhadap benda-benda kecil. Secara teori hal ini cocok, yaitu 17

description

PEMBAHASANBABA IVKATARAK KONGENITAL

Transcript of BAB IV KATARAK KONGENITAL

BAB IVPEMBAHASAN

Seorang pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Ulin, anak laki-laki, usia 5 tahun. Pasien datang dengan keluhan tidak mampu melihat benda kecil sejak usia tahun dan didiagnosis dengan katarak kongenital bilateral. Gejala yang paling sering dan mudah dikenali pada pasien katarak kongenital adalah leukokoria. Gejala ini kadang-kadang tidak terlihat jelas pada bayi yang baru lahir, karena pupil miosis. Pada kasus ini leukokoria tidak disadari oleh orangtua pasien. Leukokoria diketahui setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Leukokoria ditemukan pada kedua mata pasien. Pasien dibawa orangtuanya berobat dengan keluhan utama adanya gangguan penglihatan, terutama terhadap benda-benda kecil. Secara teori hal ini cocok, yaitu bila katarak binokuler, penglihatan kedua mata buruk sehingga orangtua biasanya membawa anak dengan keluhan anak kurang melihat, tidak dapat fokus atau kurang bereaksi terhadap sekitarnya. Gejala lain yang dapat di jumpai antar lain fotofobia, strabismus, nistagmus. Pada pasien ketiga hal ini sulit dievaluasi. Pertama pasien tidak kooperatif sehingga sulit melakukan pemeriksaan. Kedua dari anamnesis orangtua pasien kebanyakan tidak megetahui ketika ditanya.Pada katarak kongenital riwayat katarak pada keluarga perlu ditelusuri karena kira-kira sepertiga katarak kongenital merupakan herediter. Pada pasien telah ditanyakan tentag riwayat ini. Orangtua pasien mengaku adanya riwayat katarak pada keluarga, yaitu pada kakek pasien. Riwayat kelahiran yang berkaitan dengan prematuritas, infeksi maternal, pemakaian obat-obatan dan radiasi selama kehamilan perlu ditanyakan. Pada kasus, pasien lahir normal pervaginam dan cukup bulan. Selama kehamilan, ibu pasien tidak mengalami penyakit yang serius yang sampai harus dirawat inap di RS. Ibu pasien juga tidak pernah melakukan X-ray atau CT-Scan selama kehamilan.Katarak kongenital sering hadir bersamaan dengan kelainan okuler atau sistemik lain. Hal ini didapatkan pada pasien-pasien dengan kelainan kromosom dan gangguan metabolik. Kelainan okuler yang dapat ditemukan antara lain mikroptalmus, megalokornea, aniridia, koloboma, pigmentasi retina, atrofi retina, dan lain-lain. Sedangkan kelainan non okuler yang di dapat antara lain : retardasi mental, gagal ginjal, anomali gigi, penyakit jantung kongenital, wajah mongoloid dan sebagainya.Pada kasus tidak ditemukan kelainan ocular yag lain, seperti mikroptalmus, megalokornea, aniridia, dan koloboma. Sementara itu untuk kelainan seperti atrofi dan pigmentasi retina tidak diketahui, karena tidak dilakukan pemeriksaan funduskopi terhadap pasien. Dari tampilan klinis pasien juga tidak ditemukan kelainan nonokular.Secara teori berdasarkan morfologinya katarak kongenital dapat dikelompokkan menjadi Polar, Sutural, Koronary, Nuklear, Kapsular, Lamellar (zonular), dan Komplit atau total. Pada pasien morfologi dari katarak tidak dapat diketahui. Untuk mengetahuinya diperlukan suatu pemeriksaan yang disebut denga slit lamp.Penanganan pada katarak sangat bergantung pada jenis katarak, bilateral atau unilateral, adanya kelainan mata lain, dan saat terjadinya katarak. Kekeruhan lensa kongenital sering ditemui dan sering secara visual tidak bermakna. Kekeruhan parsial atau kekeruhan diluar sumbu penglihatan atau kekeruhan yang tidak cukup padat untuk mengganggu transmisi cahaya tidak memerlukan terapi selain pengamatan untuk menilai perkembangan.Tindakan bedah diperlukan apabila telah terjadi gangguan penglihatan, ditemukan kelainan mata yang lain seperti strabismus, ambliopia, dan nistagmus, serta refleks fundus yang tidak tampak. Tindakan bedah yang dikenal adalah iridektomi optis, disisio lensa, dan ekstraksi katarak. Iridektomi optis dan disisio lensa biasanya diindikasikan pada anank-anak di bawah 1 tahun. Sementara itu, pada anak di atas 1 tahun disarankan untuk dilakukan ekstraksi katarak, karena lensa sudah mulai mengeras. Ekstraksi katarak ini dibarengi dengan pemasangan IOL (Intra ocular lense). Saat ini teknik yang sedang populer adalah fakoemulsifikasi, karena risiko operasi yang lebih rendah.

17