BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

39
BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN A. Geografis Boyolali Kabupaten Boyolali termasuk Daerah tingkat II, Boyolali meliputi luas 105.510,0965 hektare, terdiri dari lima pembantu Bupati, 19 Kecamatan, dan 267 desa. Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali secara geografis terletak antara 110 0 22’ bujur timur dan 70 0 71’ lintang timur. Batas-batas wilayah kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali adalah sebelah utara Kabupaten Semarang, sebelah Selatan Kabupaten Klaten dan DIY, sebelah Barat Kabupaten Magelang dan Semarang, Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Sukoharjo dan Kotamadya Surakarta. (Profil Propinsi Republik Indonesia JATENG:1992:hal 154). Letak Geografis Kabupaten Boyolali membentang dari barat-timur sepanjang 48 km, dan utara-selatan 54 km. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah dan dataran bergelombang dengan perbukitan yang tidak begitu terjal. Menurut ketinggian, wilayah Kabupaten Boyolali dikelompokkan sebagai berikut: a. Boyolali di Bagian barat merupakan Dataran Tinggi yang merupakan daerah Pegunungan. Pegunungan tersebut antara lain Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, dengan puncaknya Gunung Merapi (2.911 m) dan Gunung Merbabu (3.141 m), keduanya adalah gunung berapi aktif. Daerah dengan ketinggian sekitar 700-3.000 m dpl ini meliputi lima Kecamatan , yaitu Ampel , Cepogo , Musuk , dan Selo , dan ditandai oleh

Transcript of BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

Page 1: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

BAB IV

ISI DAN PEMBAHASAN

A. Geografis Boyolali

Kabupaten Boyolali termasuk Daerah tingkat II, Boyolali meliputi

luas 105.510,0965 hektare, terdiri dari lima pembantu Bupati, 19

Kecamatan, dan 267 desa. Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali secara

geografis terletak antara 110022’ bujur timur dan 70071’ lintang timur.

Batas-batas wilayah kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali adalah sebelah

utara Kabupaten Semarang, sebelah Selatan Kabupaten Klaten dan DIY,

sebelah Barat Kabupaten Magelang dan Semarang, Kabupaten Sragen dan

Karanganyar, Sukoharjo dan Kotamadya Surakarta. (Profil Propinsi

Republik Indonesia JATENG:1992:hal 154).

Letak Geografis Kabupaten Boyolali membentang dari barat-timur

sepanjang 48 km, dan utara-selatan 54 km. Sebagian besar wilayahnya

adalah dataran rendah dan dataran bergelombang dengan perbukitan yang

tidak begitu terjal. Menurut ketinggian, wilayah Kabupaten Boyolali

dikelompokkan sebagai berikut:

a. Boyolali di Bagian barat merupakan Dataran Tinggi yang merupakan

daerah Pegunungan. Pegunungan tersebut antara lain Gunung Merapi

dan Gunung Merbabu, dengan puncaknya Gunung Merapi (2.911 m)

dan Gunung Merbabu (3.141 m), keduanya adalah gunung berapi aktif.

Daerah dengan ketinggian sekitar 700-3.000 m dpl ini meliputi lima

Kecamatan, yaitu Ampel, Cepogo, Musuk, dan Selo, dan ditandai oleh

Page 2: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

iklim yang sejuk dan sesuai untuk pertanian. Pertanian yang cocok di

daerah ini adalah jenis tanaman seperti kol, wortel, bawang merah,

tembakau, teh, dan cengkeh. Wilayah ini juga sebagai pusat produksi

susu di Boyolali. Dengan tanah vulkanik yang baik dan dekat pusat

administrasi kabupaten, wilayah ini memiliki kepadatan penduduk

yang sangat tinggi. Pada wilayah kedua gunung berapi, budidaya

pertanian oleh masyarakat hingga batas sekitar 1600-1800 m di atas

permukaan laut dan berakhir di perbatasan hutan nasional yang

dilindungi.

b. Bagian timur Boyolali merupakan dataran rendah. Wilayah terletak

diantara pusat kota Boyolali ke timur hingga menuju arah Kota

Surakarta (Solo), dan sebagian besar merupakan daerah yang datar dan

didominasi oleh sawah. Banyak persawahan di daerah Boyolali bagian

Timur dan banyak ditemukan sumber-sumber air alami sehingga dapat

digunakan untuk mengairi persawahan. Boyolali bagian timur terletak

di ketinggian 100-400 m dpl, selain meliputi daerah pusat kota di

Kecamatan Boyolali dan Mojosongo, juga meliputi empat Kecamatan

lainnya, yaitu Teras, Banyudono, Teras, dan Sawit. Daerah bagian

timur Boyolali berada di jalur utama Semarang-Solo, dengan pusat-

pusat industri berada di jalur utama. Di bagian timur terdapat Bandara

Internasional Adi Sumarmo yang merupakan sarana transportasi udara

untuk kawasan Solo dan sekitarya, serta asrama haji Donohudan yang

digunakan oleh jamaah haji dari Jawa Tengah bagian utara. Tempat

Page 3: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

tersebut digunakan sebagai akomodasi ketika hendak berangkat ziarah

ke Makkah untuk ibadah haji melalui Bandara Internasional Adi

Sumarmo karena antara asrama haji dengan Bandara jaraknya sangat

dekat.

c. Bagian Utara adalah Wilayah terluas di Boyolali. Wilayah bagian utara

kabupaten meliputi Kecamatan Sambi, Nogosari, Simo, Klego,

Andong, Karanggede, Kemusu, Wonosegoro, dan Juwangi. Wilayah

tersebut memiliki kepadatan penduduk yang lebih rendah

dibandingkan daerah lainnya, dan memiliki hambatan dari kondisi

geografis, geologis, dan infrastruktur. Kondisi klim relatif kering,

walaupun dilalui oleh beberapa sungai utama Boyolali, sebagaian besar

daerah ini kurang sesuai untuk budidaya tanaman padi persawahan

basah. Boyolali di bagian utara kurang ada dukungan jalan utama

sehingga berdampak pada keberadaan industry yang hampir tidak ada.

Sumber daya alam yang dikelola dan dimanfaatkan adalah budidaya

kayu jati. Hutan jati di daerah utara Boyolali dapat membantu

perekonomian penduduk menjadi lebih terangkat. Pada daerah utara

juga terletak Waduk Bade di Kecamatan Klego, serta ada Waduk

Kedungombo yang daerah genangannya meliputi sebagian Kecamatan

Kemusu dan Juwangi (sedangkan bendungannya termasuk wilayah

Sragen) yang digunakan untuk mengairi lahan persawahan seluas

3.536 Ha di wilayah utara Jawa Tengah dan dimanfaatkan untuk

pengembangan ekonomi dari sektor pariwisata dan perikanan air tawar.

Page 4: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

Bagian utara yang berbatasan dengan Kabupaten Grobogan merupakan

daerah perbukitan, bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng.

B. Keadaan Masyarakat Boyolali

Boyolali merupakan wilayah karesidenan Surakarta. Tahun 1973-1975

Boyolali memiliki 5 daerah kawedanan, 19 Kecamatan dan 267 desa

(pembagian administrasi provinsi Jateng 1975). Pada tahun tersebut penduduk

Boyolali terdiri dari 169.404 laki-laki, 186.008 perempuan, 381.152 anak-

anak, jadi jumlah total penduduk Boyolali adalah 736.564 jiwa (biro Pusat

Statistik Jakarta). Angka tersebut membuat Kabupaten Boyolali termasuk 10

terbanyak jumlah penduduk di Jawa tengah. Sebagian besar penduduk

Boyolali adalah asli keturunan Jawa, karena menurut jumlah sensus penduduk

pada tahun 1975 jumlah warga negara asing Cina dan keturunan Cina yang

mendiami Boyolali hanya sejumlah 285 jiwa asli warganegara Cina dan 216

jiwa warga Negara Indonesia keturunan Cina. Sifat gotong royong, tata karma,

dan menghargai orang yang lebih tua seperti di dalam tatanan kesopanan

orang Jawa masih dilakukan masyarakat Boyolali. Perbedaan etnis tidak

membuat luntur nilai-nilai yang sudah ada di Boyolali.

Tahun 1973 – 1975 Boyolali memiliki 156 Lembaga sekolah untuk taman

kanak-kanak, dengan jumlah murid 5170 jiwa, dan tenaga pengajar sebanyak

188 guru. Masing-masing sekolah mempunyai 33 murid. Setiap 33 murid itu

hanya memiliki 1 Guru. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan di

Boyolali tergolong rendah dibandungkan wilayah kabupaten lainnya yang

berada di Jawa Tengah, karena pada tahun itu memiliki perbandingan jika

Page 5: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

jumlah 33 siswa seharusnya paling tidak ada 2 guru persekolah. Boyolali

juga memiliki sejumlah 420 Lembaga sekolah untuk Sekolah Dasar, dengan

banyaknya murid 64.624 jiwa dengan tenaga pengajar sejumlah 2.265 jiwa

untuk guru SD, dapat disimpulkan setiap 154 siswa dibimbing sebanyak 5

guru.

Letak geografis Boyolali yang merupakan dataran tinggi dan dataran

rendah, serta memiliki area persawahan sehingga mayoritas mata pencaharian

penduduk Boyolali adalah beternak. Masyarakat Boyolali lebih dikenal

sebagai peternak sapi, hal ini bisa dibuktikan dari data tentang banyaknya

unggas dan ternak di Jawa tengah yang mencapai angka tertinggi pada tahun

1975, yaitu :

Jenis Ternak Jumlah Keterangan

Kuda

Sapi

Kerbau

Kambing

Domba

Babi

Ayam

Itik

4529 ekor

93006 ekor

15092 ekor

134630 ekor

36451 ekor

1705 ekor

389600 ekor

14300 ekor

Jenis peliharaan Kuda, sapi,

kambing merupakan jumlah

ternak terbanyak nomer 1 di

Jawa Tengah.

(sumber : Dinas Peternakan Jawa Tengah tahun 1975)

Potensi di bidang peternakan di Boyolali sudah tidak diragukan lagi.

Sehingga Boyolali juga terkenal dengan penghasil susu sapi terbanyak di Jawa

tengah, berdasarkan kondisi tersebut Kabupaten Boyolali dikenal dengan

sebutan kota sapi dan kota susu.

Page 6: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

Kabupaten Boyolali tidak tertinggal pula dalam masalah komunikasi,

walaupun jumlahnya juga terbatas. Pada tahun 1975 Boyolali sudah memiliki

7.729 pesawat radio dan 47 pesawat TV. Jumlah ini masih sedikit

dibandingkan daerah-daerah lain di Jawa tengah. Maka dari itu tingkat

pengetahuan dan pendidikan di Boyolali perkembangannya tidak sepesat

wilayah-wilayah yang memiliki pesawat tv lebih banyak. Jarak dan sarana

transportasi yang berada di Boyolali merupakan faktor penghambat informasi

cepat sampai ke daerah-daerah pedesaan, karena Boyolali sebagian besar

wilayahnya adalah berada di pedesaan.

C. Pemerintahan Boyolali

Boyolali merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat

administrasi Boyolali terletak sekitar 25 km sebelah barat Surakarta. Kabupaten

Boyolali terdiri atas 19 Kecamatan, yang dibagi menjadi 260 desa dan 7

keLurahan.

Perangkat pemerintahan di dalam Kabupaten/kota antara lain:

a. Bupati/walikota, adalah kepala daerah. Bupati adalah pimpinan

pemerintahan kabupaten, sedangkan walikota adalah pimpinan

pemerintahan kota. Dalam menjalankan tugasnya bupati dan walikota

dibantu oleh wakil bupati dan wakil walikota. Letkol Soehardjo adalah

kepala Bupati Boyolali pada tahun 4-11-1972 s/d 09-06-1979

b. DPRD, adalah mitra kerja dari bupati/walikota. Dalam menjalankan

tugasnya, DPRD disebut sebagai lembaga legislatif. DPRD kabupaten/kota

mempunyai tugas mengawasi jalannya pemerintahan di kabupaten/ kota.

Page 7: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

Selain DPRD juga bertugas untuk membuat peraturan daerah dan

menetapkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(RAPBD).

c. Kepolisian resort (Polres), merupakan lembaga kepolisian yang berada di

tingkat kabupaten/kota. Polres dipimpin oleh seorang kepala kepolisian

resort yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di

kabupaten/kota.

d. Komando distrik militer (Kodim), adalah lembaga militer yang berada di

tingkat kabupaten/kota. Dipimpin oleh komandan distrik militer (Dandim).

Kodim bertugas menjaga keutuhan wilayah kabupaten/ kota dari ancaman

dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar wilayah kabupaten/kota.

e. Pengadilan negeri, merupakan lembaga peradilan yang berada di tingkat

kabupaten/kota. Pengadilan negeri adalah tempat untuk mengadili perkara

dan tempat orang mencari keadilan. Pengadilan negeri merupakan

pengadilan tingkat pertama. Pengadilan negeri dipimpin oleh seorang

hakim.

f. Kejaksaan negeri, merupakan lembaga kejaksaan yang berada di tingkat

kabupaten/kota. Kejaksaan negeri dipimpin oleh seorang jaksa. Jaksa

bertugas menuntut perkara

Page 8: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

Bagan struktur organisasi pemerintahan kabupaten sebagai berikut :

Tugas dan Wewenang :

a. Bupati

Pada dasarnya, bupati memiliki tugas dan wewenang memimpin

penyelenggaraan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama

DPRD kabupaten. Bupati dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh

rakyat di kabupaten setempat. Bupati merupakan jabatan politis (karena

diusulkan oleh partai politik).

b. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan lembaga perwakilan rakyat

daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

daerah.

Page 9: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

c. Sekretariat Daerah

Sekretariat daerah dipimpin oleh sekretaris daerah. Tugas sekretaris daerah

adalah membantu kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan

mengoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah.

d. Sekretariat DPRD,

Tugas sekretariat DPRD antara lain:

1. Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan DPRD.

2. Menyelenggarakan administrasi keuangan DPRD.

3. Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD.

4. Menyediakan dan mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan

DPRD dalam pelaksanaan fungsinya sesuai kemampuan daerah.

e. Polisi Pamong Praja

Tugas polisi pamong praja adalah memelihara ketenteraman dan ketertiban

umum serta merupakan penegak peraturan daerah.

f. Kecamatan

Kecamatan merupakan bagian dari wilayah kabupaten. Kecamatan dipimpin

oleh seorang Camat. Wilayah Kecamatan terdiri atas beberapa

desa/keLurahan.

g. KeLurahan

Wilayah keLurahan terdapat di daerah kota. KeLurahan adalah wilayah kerja

Lurah. KeLurahan merupakan perangkat kabupaten/kota di bawah

Kecamatan.

Page 10: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

h.Dinas Daerah

Dinas daerah adalah unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh

kepala dinas. Kepala dinas diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah.

Contoh dinas daerah antara lain dinas pendidikan, dinas pekerjaan umum,

dinas kesehatan, dinas pendapatan daerah, dan sebagainya.

i. Lembaga Teknis Daerah

Lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah

dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan daerah yang sifatnya spesifik

yang berbentuk badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah.

D. Pemilu Tahun 1977

Pemilihan umum bagi negara demokrasi seperti negara Indonesia sangat

penting artinya karena menyalurkan kehendak asasi politik bangsa, yaitu

sebagai pendukung/pengubah personil–personil dalam lembaga negara,

mendapatkan dukungan mayoritas rakyat dalam menentukan pemegang

kekuasaan negara terutama pemegang kekuasaan eksekutif serta rakyat secara

periodik dapat mengoreksi atau mengawasi lembaga eksekutif khususnya

dan lembaga Negara lain pada umumnya. Indonesia sudah melakukan Pemilu

sejak masa Orde Lama pada masa pemerintahan Soekarno.

Pemilihan umum 1955 merupakan pemilihan umum yang pertama kali

diadakan di Indonesia yaitu pada masa kabinet Burhanudin Harahap. Pemilu

1955 berasaskan pada langsung, umum, bebas, rahasia dan kebersamaan.

Dengan asas kebersamaan ini setiap individu diakui kesamaan hak dan

Page 11: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

kedudukannya sesuai dengan prinsip persamaan di depan hukum. Pemilihan

umum 1955 semua wakil rakyat dipilih melalui pemilihan umum dan tidak

ada yang diangkat (Asshidique 1994:168). Pada masa Orde Baru terjadi

penyelenggaraan pemilihan umum dalam 6 (enam) kali Pemilu yaitu tahun

1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Organisasi penyelenggara

pemilihan umum pada masa Orde Baru adalah Lembaga Pemilihan Umum

(LPU) yang dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri. Dari sejumlah pelaksanaan

Pemilu tersebut terdapat persamaan dan perbedaan.

Pemilu Tahun 1977 adalah pemilu kedua setelah pemilu pertama pada

tahun 1971 pada masa Orde Baru pemerintahan Soeharto. Pada pemilu tahun

1977 ini pesertanya jauh lebih sedikit yaitu , dua parpol dan satu Golkar. Hal

ini terjadi setelah pemerintah bersama-sama menyedernakan jumlah partai

menurut UU no 3 tahun 1975 tentang partai Politik dan Golkar. Kedua partai

itu adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai demokrasi

Indonesia (PDI) dan satu Golongan Karya (Golkar).

Partai Politik adalah terdiri dari dua perkataan, yaitu partai dan politik.

Partai berarti bagian, yaitu suatu kelompok (group) didalam Negara yang

mempunyai tujuan-tujuan tertentu atau kumpulan manusia (a body of person)

yang dipersatukan pendapat da gerakannya untuk dibedakan dari

perkumpulan-perkumpulan lain, sedangkan politik berasal dari kata polis

yang semua berarti city-state di Yunani dan kemudian karena

perkembangannya berarti Negara (Sri Soemantri 1969:20). Pemilu tahun

1977 terjadi penyederhanaan partai politik, karena ketika sistem banyak

Page 12: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

partai diterapkan itu akan menjadi masalah bagi Indonesia. Penyederhanaan

Parpol bertujuan untuk menghindari terjadinya perpecahan dalam

masyarakat, dan hal itu juga member pengaruh yang tidak baik pada system

pemerintahan parlementer, karena menimbulkan tidak adanya stabilitas

dibidang politik. Penyederhanaan dua partai adalah sistem dimana dalam

Negara dan Badan Perwakilan Rakyat (parlemen) hanya ada dua partai

politik yang menjadi pengaruh yang menentukan dalam kehidupan polittik.

Diantara dua partai politik tersebut ada satu partai politik yang menguasai

terbanyak mutlak dalam Badan Perwakilan Rakyat (Sri Soemantri:1969:37).

Dalam teori demokrasi liberal Pemilihan Umum adalah prinsip

kedaulatan rakyat dan praktek pemerintahan oleh sejumlah kecil pejabat.

Warga Negara memilih para pemimpinnya dan melalui mereka diputuskan

isu-isu harian yang subtansif. Kepastian bahwa hasil pemilihan umum

mencerminkan kehendak rakyat diberikan oleh seperangkat jaminan (R.

William Liddle.1992:33).

Pemerintah Orde Baru yang merupakan satu-satunya pemerintah dalam

perjalanan panjang bangsa Indonesia, duduk di kursi pemerintahan melalui

proses pemilihan umum secara bertahap melalui berbagai strategi lembaga

serta doktrin politik dan ekonomi. Hal ini dapat meneguhkan kekuasaaannya

diatas landasan yang sangat kokoh, stabil dan efektif.

Uraian Muhadi Sugiono yang dimuat dalam buku Riza Noer Arfani,

menjabarkan tentang perangkat kelembagaan Orde Baru. Ada dua tipe

perangkat kelembagaan yang dibahas dalam bagian ini yaitu lembaga–

Page 13: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

lembaga yang ada di dalam pemerintah dan lembaga–lembaga antara yang

memungkinkan masyarakat berinteraksi dengan lembaga–lembaga

pemerintahan. Lembaga–lembaga pemerintah itu mencakup lembaga–

lembaga kepresidenan yang menjadi pusat kegiatan politik di Era Orde Baru

lembaga legislatif yang sering tidak diperhitungkan, lembaga birokrasi yang

menjadi mesin politik dan ekonomi yang efektif bagi rezim Orde Baru dan

lembaga militer (ABRI) yang memiliki fungsi ganda yang khas sebagai

kekuatan pertahanan keamanan dan kekuasaan sosial politik. Lembaga–

lembaga tersebut mencakup partai politik, kelompok kepentingan dan

kelompok penekanan. Secara keseluruhan bagian ini hendak menekankan

bahwa perlembagaan itu memiliki kadar dan intensitas yang masih lemah.

Dalam buku Sikap Politik Tiga Kontestan yang ditulis oleh Burhan

Magenda, bahwa Pemilu merupakan wujud nyata dari demokrasi selalu

memberikan perhatian masyarakat. Banyak tokoh yang memberikan

pendapatnya tentang Pemilu tesebut sehingga muncul pertanyaan tentang

berapa jauh sistem LUBER yang dicanangkan pemerintah dipatuhi oleh

ketiga Organisasi Peserta Pemilu (OPP). Partai Persatuan Pembangunan,

Golongan Karya dan Partai Demokrasi Indonesia berusaha unuk

memenangkan pemilihan umum pada masa Orde Baru dengan menetapkan

langkah-langkah strategis melalui program partainya agar dapat mengungguli

lawannya. Adapun hakikat dan tujuan dari pemilihan umum adalah :

Page 14: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

1. Menyusun lembaga pemusyawaratan atau perwakilan rakyat untuk

mewujudkan susunan tata kehidupan yang dijiwai semangat pancasila dan

UUD 1945.

2. Memilih wakil-wakil rakyat oleh rakyat yang membawa isi hati nurani

rakyat dalam melanjutkan perjuangan mempertahankan dan

mengembangkan kemerdekaan guna memenuhi dan mengemban amanat

penderitaan rakyat (ampera).

3. Pemilihan umum tidak hanya sekedar memilih wakil–wakil rakyat untuk

duduk dalam lembaga permusyawaratan atau perwakilan rakyat tetapi

memilih sosok pemimpin yang bisa mengayomi masyarakatnya dan

melindungi masyarakatnya, dan menanamkan asas demokrasi di

masyarakat.

4. Pemilihan umum adalah suatu alat yang penggunaannya tidak boleh

merusak sendi–sendi demokrasi tetapi menjamin suksesnya perjuangan

Orde Baru yaitu tetap tegaknya pancasila dan dipertahankannya UUD

1945.

5. Tidak untuk menyusun negara baru dengan falsafah baru.

6. Menjamin kesinambungan pembangunan nasional.

Pada pasal 21 ayat (3) pernyataan HAM PBB dinyatakan pemilihan umum

dilaksanakan secara berkala, jujur, berkesinambungan, sedangkan pemungutan

suara berlangsung secara bebas dan rahasia. Pelaksanaan pemilihan umum

tersebut adalah berkala atau teratur, jujur, berkesinambungan (sederajat),

bebas dan rahasia yang bersifat universal. Pada pemilihan umum tahun 1955

Page 15: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

yang dilaksanakan berdasarkan UU No. 7 tahun 1953 selain berasaskan pada

langsung, umum, bebas dan rahasia, pada pemilu tersebut juga berasaskan

pada jujur dan berkesamaan. Adapun asas pemilihan umum yang pernah

ataupun yang masih digunakan di Indonesia antara lain :

1. Langsung adalah setiap pemilih memberikan suaranya secara langsung tanpa

perantara atau diwakilkan orang lain.

2. Umum yaitu setiap Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah memenuhi

syarat dapat ikut serta menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum.

3. Bebas adalah pemilih dalam menggunakan hak pilihnya dijamin

keamanannya untuk memilih sesuai dengan hati nuraninya tanpa adanya

paksaan dan tekanan dari pihak manapun.

4. Rahasia adalah pilihannya dijamin oleh peraturan dan tidak akan diketahui

oleh pihak manapun dan dengan cara apapun ketika menentukan

pilihannya/secret ballot.

5. Kebersamaan adalah pemungutan suara dilakukan serentak atau bersama

diseluruh wilayah Indonesia.

6. Jujur adalah panitia penyelenggaraan pemilihan umum haruslah memberikan

informasi sesuai dengan fakta dan peraturan yang berlaku. Adil yaitu panitia

penyelenggara pemilihan umum haruslah memberikan perlakuan yang sama

dan bebas dari kecurangan pihak manapun.

7. Demokratis yaitu menempatkan rakyat sebagai pengambil keputusan yang

dilakukan dengan musyawarah dan voting.

Page 16: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

Pada tanggal 2 Mei 1977 diselenggarakan pemilihan umum yang ketiga

dalam Sejarah Nasional Indonesia dan kedua kalinya diadakan berdasarkan UUD

1945 pada masa Orde Baru. Pemilihan umum 1977 hanya diikuti oleh 3 peserta,

dimana dua diantaranya adalah hasil fusi dari beberapa partai yaitu :

1. Partai Persatuan Pembangunan Partai Persatuan Pembangunan ini

merupakan fusi dari partai-partai Islam seperti NU, PERTI, Parmusi dan

PSSI.

2. Golongan Karya

3. Partai Demokrasi Indonesia Partai Demokrasi Indonesia merupaka fusi

dari PNI, Partai Katolik, Partai Kristen dan IPKI (Sukarna 1990:34)

Asas pemilihan umum tahun 1997 masih sama seperti Pemilu sebelumnya

yaitu Langsung, Umum Bebas dan Rahasia (LUBER). Untuk pemilihan

anggota DPR dan DPRD dipakai sistem perwakilan berimbang dengan stelsel

daftar. Dengan demikian maka besarnya kekuatan perwakilan organisasi

dalam DPR dan DPRD adalah sejauh mungkin berimbang dengan besarnya

dukungan dalam masyarakat pemilih. Sistem daftar begitu pula sistem Pemilu

menggambarkan adanya pengakuan terhadap stelsel organisasi yang ikut serta

dalam kehidupan ketatanegaraan. Tiap-tiap daerah Tingkat II mendapat

sekurang-kurangnya seorang wakil yang ditetapkan berdasarkan sistem

perwakilan berimbang yang akan diatur dalam peraturan pemerintah.

a. Aturan- aturan Pemilu

Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomer 21 tahun 1976

tentang pemungutan suara untuk Pemilihan Umum anggota-anggota dewan

Page 17: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tingkat I, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Tingkat II Presiden Republik Indonesia, menimbang

bahwa perlu ditetapkan hari dan tanggal pemungutan suara sebagaimana

dimaksudkan dalam pasal 61 Peraturan Pemerintahan Nomor 1 Tahun 1976.

Dan mengingat Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, ketetapan

Majelis Permusyarawatan Rakyat Nomor VIII/MPR?1973 tentang Pemilihan

Umum, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum

Anggota-anggota Badan Permusyawaratan/ perwakilan Rakyat (Lembaran

Negara Tahun 1969 Nomor 58, tambahan Lembaran Negara Nomor 2914)

sebagaimana diubah dengan Undang-undang nomor 4 tahun 1976 (Lembaran

Negara Tahun 1975 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3063),

peraturan pemerintah Nomor 1 tahun 1976 tentang pelaksanaan Undang-

undang nomor 15 tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-anggota

Badan Permusyawaratan/ perwakilan Rakyat Sebagaimana diubah dengan

Undang-Undang nomor 4 tahun 1975 (lembaran Negara tahun 1976 Nomor 1,

tambahan lembaran Negara nomor 3065). Memutuskan keputusan Presiden

tentang pemungutan suara untuk pemilihan umum anggota-anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Tingkat II yang menetapkan : Pertama pemungutan suara

untuk pemilihan umum anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Tingkat II diselenggarakan serentak dalam satu hari diseluruh wilayah

Indonesia pada hari Senin tanggal 2 Mei 1977, dan kedua keputusan Presiden

Page 18: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Keputusan ini dibuat pada 10 April

1976 dan ditanda tangani oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto.

Boyolali termasuk Daerah tingkat II melaksanakan sesuai ketetapan

pemilu diadakan sama seperti ketetapan Presiden yaitu pada hari senin pahing,

tanggal 2 Mei 1977 di setiap daerah. Sebelum diadakannya pemilihan umum

Boyolali sendiri ada persiapan-persiapan menghadapi pemilihan Umum tahun

1977, antara lain dengan pembentukan Badan Penyelenggara / aparat

Pemilihan Umum 1977 yaitu antara lain :

a) Panitia Pemilihan Daerah Tingkat II (P.P.D.II.) Boyolali dibentuk oleh

Gubernur Kepala Daerah/ ketua Panitia Pemilihan Daerah Tingkat I Jawa

Tengah dengan surat keputusan tanggal 1976 nomor: 01/PPD-1/1976, dan

Bupati Kepala Daerah karena jabatannya diangkat sebagai ketua P.P.D.-1.

b) Pengangkatan Wakil ketua dang anggota-anggota P.P.D.-1. Dengan Surat

Keputusan Gubernur Kepala Daerah/ ketua P.P.D.-1. Jawa tengah tanggal

3 Maret 1976 nomer : P.P.D.-1/07/III/1976.

c) Pengangktan sekretaris P.P.D.-1I Boyolali diatur dengan surat keputusan

Gubernur Kepala Daerah/ ketua P.P.D-I. Jawa Tengah tanggal 3 Maret

1976 nomer : PPD-I/08/III/1976.

Selain itu juga ada peraturan tentang Panitia Pemungutan Suara dalam

Kabupaten Boyolali yang dibentuk oleh Bupati Kepala Daerah/ ketua PPD

tingkat II Boyolali dengan surat keputusannya tanggal 18 Maret 1976 Nomor

14/PPD-II/III/1976, dan Camat karena jabatannya diangkat sebagai ketua PPS

yang bersangkutan. Setiap di Kecamatan terdapat 14 orang yang menjadi PPS

Page 19: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

jadi terdapat 266 orang di Boyolali karena Boyolali sendiri terdapat 19

Kecamatan. Dalam prosedural semua terdapat berbagai masalah yang

mempengaruhi pembentukan yaitu adanya pengertian yang baik dan

partisipasi dari semua unsur kekuatan sosial politik, dan yang menghambatnya

adalah banyaknya anggota-anggota parpol yang diajukan oleh masing-masing

Pimpinan Parpol menyatakan keberatan untuk menduduki keanggotan dalam

PPS karena “alasan pribadi”.

b. Partai-Partai Peserta Pemilu

Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah 1977 diselenggarakan secara serentak pada tanggal 2 Mei 1977

untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta anggota

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Tingkat I Propinsi maupun DPRD

Tingkat II Kabupaten/Kotamadya) se-Indonesia periode 1977-1982. Pemilihan

Umum ini diikuti 2 partai politik dan 1 Golongan Karya, yaitu:

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

2. Golongan Karya (Golkar)

3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

Sebagai pemenang mayoritas hasil pemilihan umum ini adalah Golongan

Karya.

c. Strategi Pemenang Pemilu.

Sistem politik di pedesaan adalah sistem politik yang belum berjalan

dengan baik, karena aspirasi dari rakyat belum mempunyai saluran, partai

yang semula diharapkan dapat dapat menyalurkan aspirasi tidak ada

Page 20: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

kegiatannya pada waktu itu, sehingga diperlukan adanya strategi dalam

berpolitik. Pada masa Orde Baru di pedesaan maupun di pusat kota kabupaten

Boyolali Nampak sangat jelas posisi Orde Baru sangatlah kuat, sehingga

muncul sebuah krisis tekanan batin. Beberapa parpol mengadakan strategi

pemilu, Strategi pemilu adalah bagaimana cara untuk mendapatkan suara

terbanyak dari masyarakat. Di dalam Pemilu Tahun 1977 Orde Baru Pemilu di

Boyolali sangat dekat dengan kemenangan Partai GOLKAR. Strategi utama

pemerintah Orde Baru untuk memenangkan Pemilu yaitu dengan

mengeluarkan Kepres No. 82/1971 secara tegas memasukan PNS ( Pegawai

Negeri Sipil ) sebagai salah satu komponen Golkar. Mobilisasi ini sangat

efektif untuk mengangkat suara Golkar sehingga dengan mewajibkan PNS

mendukung Golkar adalah wujud dari mobilisasi dan bukan partisipasi, karena

pilihannya itu tidak dilandasi oleh kebebasan, melainkan lebih karena paksaan.

Kebijakan ini sering disebut dengan monoloyalitas. Tidak hanya itu upaya

pemerintah untuk memperkecil peran-peran partai politik masih terus

berlanjut. Pada bulan Agustus pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No

3 tahun 1975 tentang organisasi politik yang hanya memiliki kepengurusan

sampai di tingkat kota dan kabupaten, sedangkan di tingkat keLurahan dan

desa hanya memiliki komisaris yang berfungsi sebagai pelaksana. Kebijakan

ini sering disebut dengan floating mass (massa mengambang) (Sjamsuddin

dalam Zulkiply Hamid, 1988: 601). Menjelang masa kampanye 1977, kepala

Kopkamtib Sudomo mengeluarkan daftar “empat jangan” bagi partai politik,

yakni tidak diijinkan untuk (1) menggunakan tekanan untuk mengancam, (2)

Page 21: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

mengganggu persatuan nasional, (3) menyinggung martabat pemerintah,

anggota masyarakat lain, dan kepala negara lain, (4) mengevaluasi dan

mengkritik kebijakan pemerintah.

Selama masa persiapan Pemilu 1977, ketegangan antara pemerintah dan

Islam (PPP) meningkat tajam, yang juga dialami oleh PDI. Praktis ketika

diadakan Pemilu pada tanggal 2 Mei 1977, Golkar keluar sebagai kontestan

pemenang Pemilu dengan meraih 39.750.096 suara atau 62,11%, mengulangi

kemenangannya pada Pemilu tahun 1971. Namun perolehan kursinya menurun

menjadi 232 kursi atau kehilangan 4 kursi dibanding Pemilu 1971 (Rauf,

dalam Alfian dan Nazaruddin S, 1988: 58)

Orde Baru adalah merupakan entitas yang berwajah ganda: baik dan

buruk. Tetapi mungkin bagi sedikit orang, Orde Baru adalah satu dimensi:

baik sekali atau buruk sekali. Kelompok yang memandang Orde Baru baik

adalah mereka yang diuntungkan secara materi dapat dari kalangan kerabat,

kroni dan kelompok-kelompok yang berada di lingkar inti kekuasaan baik di

pusat maupun di daerah, meskipun hati nurani mereka mengingkari.

Sementara mereka yang memandang Orde Baru buruk atau jahat adalah

mereka yang melihat, merasakan, mengalami, dan dirugikan secara material,

rohani, dan mental-spritual. Kelompok ini adalah mereka yang melihat secara

nyata, karena kemampuannya menganalisis dan arena wawasannya,

penyelewengan besar-besaran para elite Orde Baru terhadap amanat rakyat

baik dibidang ekonomi, sosial-budaya, kehidupan keagamaan maupun

ideologi (Baskara T. Wardaya:2007:6).

Page 22: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

Strategi-strategi parpol sangat otoriter dan loyal . hampir semua PNS dan

pegawai pemerintah diharuskan untuk memilih partai Golkar. Pada waktu

pemerintahan Soeharto dianggap sebagai pemimpin yang ditaktor dan ketika

ada kampanye atau semacamnya semua aparat harus menghadirinya tidak

boleh tidak sehingga membuat pegawai negeri yang tidak datang ikut serta

dalam kampanye akan hilang begitu saja. Jika ada yang menyimpang secara

terang terangan pasti tidak akan tau nasib yang akan menimpanya pada waktu

itu (wawancara).

Berlainan dengan parpol PNI dan PPP yang mendapatkan jadwal

kampanye lebih sedikit dan sarana prasarana kampanye lebih minim sehinnga

itu membuat kesenjangan yang sangat Nampak sekali di Boyolali, namun

kesenjangan itupun juga tidak mendapatkan protes yang berat karena menjaga

keamanannya, keterbatasan jam dan jadwal kampanye partai PPP dan PNI

(yang sekarang PDI) membuat kemenangan mereka sangat minim.

Di zaman Pemilu 1977 di Boyolali tidak ada TIM SUKSES yang seperti

sekarang ini, tanpa adanya TIM SUKSES parpol yang dikuasai pemimpin

pada waktu itu pasti jelas akan menang, jadi semua harus menurut berdasarkan

apa yang telah diperintahkan. Keadaan yang sudah dikondisikan itu tidak

dapat ditolak ataupun dipungkiri namun di setiap daerah tetap ada berbagai

persiapan-persiapan sebelum pencoblosan yaitu salah satunya dengan

kampanye. Kampanye adalah mempersiapkan diri untuk memperoleh suara

sebanyak-banyaknya dalam Pemilihan Umum. Boyolali memiliki acara-acara

kampanye yang sangat unik dari berbagai daerah, berikut ini terdapat daftar

Page 23: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

kegiatan kampanye Pemilihan Umum tahun 1977 di Boyolali oleh parta

GOLKAR, dengan memasang alat peraga dan dengan mengadakan pertemuan

pada waktu itu terdapat 1.316 tanda gambar ukuran <1m2 , 198.940 gambar

dengan ukuran >1 m 2 , poster sejumlah 6.574, spanduk 345 buah, terdapat pula

pertunjukan kampanye dilapangan sejumlah 4 kali, didalam gedung 193 kali,

dan mengadakan jadwal pawai sebanyak 32 kali. Daftar kegiatan kampanye

Pemilihan Umum tahun 1977 di Boyolali oleh partai Demokrasi Indonesia

yaitu poster hanya sebanyak 17 buah, gambar kecil >1m2 hanya berjumlah

154.442, rapat umum hanya sebanyak 130 kali , pertemuan dilapangan hanya

2 kali dan mendapatkan kesempatan pawai hanya 11 kali. Lain lagi dengan

Partai Persatuan Pembangunan yang memiliki daftar kegiatan kampanye

pemilihan umum tahun 1977 di Boyolali yaitu poster kecil sebanyak 165.435

lembar, spanduk 281 buah, mengadakan pertemuan rapat-rapat umum

sebanyak 131 didalam gedung, di lapangan 16 kali, kemudian mengadakan

pertunjukan dilapangan hanya 2 kali, dan pawai sebanyak 24 kali, dari data

yang diperoleh saja sudah Nampak terlihat pasrtai mana yang sangat dominan.

Kegiatan-kegiatan terstruktur di Boyolali adalah mengadakan kampanye-

kampanye akbar dibalai desa, di lapangan, di kantor-kantor pemerintahan,

dijalan-jalan utama maupun jalan-jalan desa, di pasar-pasar, pegajian-

pengajian yang diselipkan kampanye politik. Masa yang datang sangatlah

ramai jika itu partai yang mendominasi pada waktu itu.

Kampanye pada pemilu tahun 1977 dengan sekarangpun sangat berbeda

sekali pada tahun 1977 kampanye-kampanye di Boyolali dilakukan seperti

Page 24: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

karnaval-karnval, pawai anak-anak sekolah dengan mengibarkan bendera

partai Golkar, pada peringatan 17 Agustus juga diadakan pawai di Boyolali

dengan tidak lupa mengibarkan bendera kuning bergambarkan pohon

Beringin, semua ikut serta agar tidak terjadi sesuatu semua anggota keluarga

harus ikut serta dalam kampanye itu. Dengan menggunakan baju partai Golkar

semua berdendang menyorakkan kebesaran partai Golkar. Kampanye biasanya

dilaksanakan sebelumnya dikomando oleh perangkat-perangkat desa di

Boyolali, tugas perangkat desa ini mengumpulkan seluruh warga untuk

mengikuti instruksi mereka yang sudah diberi mandat oleh atasan. Di Boyalali

hampir semua Pegawai pemerintahan memilih Golkar. Di Boyolali jika ada

kepala Departemen Agama mengadakan kampanye beliau tidak berani

mengadakan kampanye besar-besaran karena beliau anggota PPP.

Pemilu tahun 1977 di Boyolali kebebasan sangat terkekang sekali, partai

Golkar di Boyolali adalah pemenang mutlak, menang yang tidak bisa

diganggu gugat, tetapi warga Boyolali menganggap itu semua bisa

merukunkan semua warga jadi tidak semua Kontra dengan keadaan yang telah

di kondisikan. Politik uang pada pemilu 1977 di Boyolali pun tidak ada,

karena sudah mutlak pasti pemenangnya tim Golkar dan tidak ada namanya

serangan fajar. Cara pengumpulan warga di Boyolali pun sangatlah unik yaitu

dengan mengerahkan semua perangkat desa di setiap daerah dan dikumpulkan

untuk menghadiri rapat, setelah selang beberapa jam rapat selesai para

perengkat desa itu mendatangi warga-warganya untuk mempersiapkan diri

bahwa besuk ada kampanye ataupun pencoblosan dan lebih uniknya lagi

Page 25: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

semua harus wajib ikut serta dalam kampanye maupun karnaval. Entah

dihatinya memilih partai yang diperintahkannya itu (GOLKAR) atau bahkan

memilih partai lain tanpa sepengetahuan para pamong desa, karena sangat

rahasia, ketika melihat gelagat yang melenceng pasti pamong desa akan

melaporkan kepada yang lebih atasannya lagi, maka dari itu tidak ada yang

berani melawan mereka yang sesungguhnya tugas mereka bukanlah untuk

memaksa dalam pemilihan Umum.

d. Peran Perangkat Desa

Konsep peran menurut Soekamto adalah Peran merupakan aspek yang

dinamis dalam kedudukan (status) terhadap sesuatu. Apabila seseorang

melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia

menjalankan suatu peran. Dalam penelitian ini peran perangkat desa dalam

pemilu 1977 terkait dengan peran tersebut maka perangkat desa idealnya

mendapat hak sesuai dengan perannya.

Pemerintah Desa (PemDes) dan Badan permusyawaratan Desa merupakan

unsur penyelenggara pemerintahan desa. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala

Desa dan Perangkat Desa yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan dan

kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Dalam menyelenggarakan urusan

pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, Kepala Desa dan Perangkat

Desa mempunyai tugas, wewenang, kewajiban dan hak. Penelitian dilakukan

di Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Boyolali dipilih

sebagai area penelitian lebih karena di wilayah ini sebagian besar wilayahnya

masih berbentuk Desa dan pemerintahannya dijalankan oleh Perangkat Desa.

Page 26: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

Wilayah administratif Kabupaten Boyolali mempunyai 262 Desa dan 5

KeLurahan, atau sekitar 98% dari wilayah Kabupaten Boyolali berbentuk

Desa dan sistem pemerintahannya dijalankan oleh Perangkat Desa.

Dalam rangka memberikan jaminan dan kepastian hukum terhadap hak-

hak sebagai penyelenggara pemerintahan desa, maka perlu diatur ketentuan

mengenai kedudukan keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kinerja dalam rangka melaksanakan tugas,

wewenang dan kewajiban sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

Golkar dapat memegang pemimpin dan aparat desa, sehingga Golkar dapat

mentargetkan jumlah suara yang harus didapat oleh masing-masing pimpinan

dan aparat desa (Rusli Karim1983:200). Pemimpin desa menjadi terjepit

keadaannya ketika tidak bisa menjamin kemenanngannya. Semakin jauh dari

pusat kota maka semakin leluasa pula Golkar menanamkan pengaruhnya.

Anggota Panitia Pemungutan Suara pada pemilihan Umum tahun 1977

menjelaskan tentang apa itu perangkat desa dan menyebutkan tugas-tugas

perangkat desa yang sebenarnya. Perangkat desa meliputi :

a. Lurah yaitu yang bertanggung jawab atas kepemimpinan di desa

wilayahnya sebagai pemimpin di pedesaan, orang-orang dipedesaan

menyebutkannya bapak Kades, jika diperkotaan Kecamatan boyolali

menyebutnya pak Lurah, di Boyoalali sendiri dibagi atas wilayah

Kecamatan di pedesaan dan Kecamatan yang sturkturnya sudah perkotaan.

Kepala Desa merupakan sebutan bagi pimpinan formal desa yang

diberlakukan secara seragam dan sentralistik yang diatur secara rinci

Page 27: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

dalam Undang-undang No.5 Tahun 1979 Pasal 4 sampai dengan Pasal 13,

yang mengatur pemilihan, pengangkatan, pemberhentian, hak, wewenang

dan kewajiban Kepala Desa sebagai pimpinan yang loyal pada atasan

(Camat) dan juga pada masyarakat yang telah memberi amanat dan

mandat lewat pemilihan Kepala Desa.

b. Kamituo , yaitu wakil Kepala Desa atau penasehat Kepala Desa. Desa itu

perlu adanya pengganti pak Lurah jika tidak bisa mengikuti kegiatan dari

pusat atau semacamnya.

c. Carik, yaitu juru tulis di desa jika itu di pedesaan, jika di keLurahan carik

adalah sekretaris desa, sebenarnya hampir sama, namun perbedaannya jika

dipedesaan dipilih berdasarkan suara masyarakat sedangkan sekretaris

desa di Kecamatan kota berdasarkan pilihan dari pemerintah pusat di

boyolali.

d. Modin, yaitu ulama desa yang menangani atau membantu warganya untuk

mengurus misalakan pernikahan, lamaran, mengurus jenazah, yasinan di

desa, membantu dibidang keagamaan atau bahkan dalam adat istiadat di

desa tersebut. Jika di pemerintahan keLurahan di kota Modin disebut

KAUR KESRA (KepalaUrusan Kesejahteraan Rakyat) yang mempunyai

tugas yang menyangkut Bidang Ekonomi, Keagamaan dan Administrasi

warga. Namun Modin bekerja lebih dekat masyarakat, beliau berada

ditengah-tengah masyarakat yang membutuhkannya.

Page 28: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

e. Bekel, yaitu di setiap desa dibagi menjadi beberapa dusun di Boyolali,

setiap dusun itu memiliki pemimpin yaitu disebut bekel, membantu

mengurusi admistrasi di setiap dusunnya.

f. Bayan, yaitu pesuruh di desa, yang menyuruh untuk gotong royong di

desa, menjenguk warga yang sakit. Jika di keLurahan kota Boyolali

disebut juga dengan sekretaris Kepala Desa.

g. Ulu-ulu di Boyolali hanya ada di system pemerintahan desa di Boyolali

karena ulu-ulu ini bertugas mengurusi perairan di desa sperti di cepogo,

desa selo, dan pedesaan Boyolal lainnya.

Setiap perangkat-perangkat desa itu dibayar dengan bengkok.

Pembagian upah para aparat desa dari tanah bengkok desa ini, adalah

menggunakan sistem pembagian upah per bahu yang artinya satu bahu adalah

sama dengan 750 M² dengan aturan sebagai berikut. Pembagian upah tersebut

besarnya ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Boyolali, Daerah

tingkat II Jawa Tengah:

1. Lurah Desa mendapatkan 22 bahu

2. Carik Desa mendapatkan 12 bahu

3. Para Staff (4orang)mendapatkan 4 bahu/ orang

4. Modin (2 orang) mendapatkan 2,5 bahu/orang

5. Pamong Desa (6 orang) mendapatkan 3 bahu/orang

6. Kamituo mendapatkan 6 bahu

Total keseluruhan ada 16 (enam belas) orang aparat desa, dimana masing-

masing aparat desa ini langsung memberikan pengawasan kepada para petani

Page 29: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

tersebut guna kelancaran panen tanah bengkok desa mereka dan juga agar

mendapatkan keuntungan yang dapat digunakan untuk membayaran upah

mereka selama 4 (empat) bulan pertama, begitu seterusnya.

Kepala Desa yang terpilih secara demokratis belum tentu memperoleh

legitimasi eksistensi dan menopang kelancaran kebijakan maupun tugas-tugas

yang diemban, menghadiri acara-acara privat warga, bagi relasi antara

masyarakat dengan pemegang kekuasaan (perangkat Desa). Pelayanan

administratif (surat-menyurat) kepada warga pengayom warga masyarakat.

Para pamong Desa beserta elite Desa lainnya dituakan, secara personal dalam

wilayah yang lebih privat ketimbang publik. Batas-batas kebiasaan dan

kerelaan pamong untuk beranjangsana harus mengetahui semua hajat hidup

orang banyak, sekalipun hanya selembar daun terus-menerus ketika menjadi

pemimpin di Desanya.

Legitimasi mempunyai asal- meski setiap Kepala Desa mempunyai ukuran

dan gaya yang berbeda-beda dalam warganya, dan lain-lain. Satu sisi, para

perangkat Desa menjadi bagian dari birokrasi negara yang mempunyai sisi

lain, karena dekatnya arena, secara normatif masyarakat akar-rumput

ditokohkan dan dipercaya oleh warga masyarakat untuk mengelola kehidupan

urusan privat dan publik di Desa sering kabur. Sebagai contoh, warga

masyarakat Jika pemerintah Desa menjadi sentrum kekuasaan politik, maka

Kepala Desa yang jatuh dari pohon. Kepala Desa umumnya membangun

legitimasi dengan Kepala Desa selalu tampil dominan dalam urusan publik

dan politik, tetapi hal itu sebenarnya publik maupun privat warga Desa.

Page 30: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

Dalam praktiknya antara warga dan pamong Desa menilai kinerja pamong

Desa tidak menggunakan kriteria modern transparansi dan (Lurah Desa)

merupakan personifikasi dan representasi pemerintah Desa. Legitimasi

berarti pengakuan rakyat terhadap kekuasaan dan disampaikan, nilai-nilai

yang diakui, serta tindakan yang diperbuat.

Ketika terjadi pemilu tugas-tugas perangkat desa itu beralih fungsi yang

semestinya. Sistem tersebut berbeda dengan pemerintahan di desa di

Kecamatan kota Boyolali. Pemilu sedang terjadi para perangkat desa itu

dikumpulkan dalam suatu rapat untuk memberitahu warganya tentang

persiapan-persiapan Pemilu. Ketika ada perangkat desa yang tidak hadir

dalam rapat pemilu dibalai desa maka perangkat desa itu akan mendapatkan

sangsi yang sangat tegas dari pimpinan. Kedatangan mereka pun di absen

dengan cara mereka tanda tangan dibuku yang sudah diberi nama dan

keterangan. Perangkat desa mendata warganya dan setiap warga di desa

boyolali mendapatkan jatah untuk tanda tangan, barang siapa tidak tanda

tangan akan dianggap pengkhianat, dan pengkhianat wajib ditindak lanjuti

(wawancara).

Perangkat-perangkat desa memprovokatori kampanye dengan menggiring

semua warganya dalam ikut serta kegiatan kampanye, sampai-sampai tengah

malam memasang poster-poster partai politik. Partai yang paling dominan

dan menguasai kegiatan kampanye yaitu partai bergambarkan pohon

beringin. Tidak ada satupun perangkat desa yang berani melawan perintah

dari Kepala Desa. Perangkat-perangkat desa itu tidak dibayar ketika

Page 31: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

menjalankan mandat. Namun dengan keterpaksaan mereka menjalankan

perintah-perintah yang jika tidak dikerjakan akan menanggung resiko yang

sangat besar. Secara sosiologis, desa sebagai suatu komunitas yang

perilakunya ditandai oleh suasana keguyuban dan kerukunan.

Dimasa lalu desa memiliki konotosi sebagai komunitas yang hidup

tenteram dan tertib. Kepala Desa berperan sebagai patron komunitas

setempat, sang patron dituntut untuk berperan sebagai kaki tangan penguasa

yang lebih tinggi. Manakala patron2 di desa telah terbiasa diperankan dan

juga memerankan (Purwosantoso:2002:80). Melalui tangan-tangan birokrasi

pemerintahan Negara mengumpulkan sumber daya, merumuskan berbagai

rencana dan strategi dan mengimplentasikan agenda yang telah

dicanangkannya. Untuk memastikan agenda pembangunan terwujud harus

dipastikan bahwa rancangan dalam skala nasional tersebut bisa dikendalikan

oleh pemerintah pusat melalui rantai kewenangan birokrasi yang tertata dari

pucuk tertinggi (presiden) sampai pemerintah desa. Kekuasaan politik yang

otoriter membuat semakin takut kaum bawahan. Para perangkat desa sangat

loyal terhadap atasannya. Keharusan pemerintah desa di masa pemilu 1977

sebagai pendukung dan mobilisator dukungan bagi Golkar, mau tidak mau

menjadikan pemerintah desa bermusuhan dengan pihak yang tidak

seharusnya dimusuhi pendukung partai Non-Golkar. Perangkat desa harus

memikul beban mental dan psikis dari jajaran elit supra-desa, namun ternyata

hanya Kepala Desa yang mendapat “imbalan” bagi loyalitas yang diberikan.

Page 32: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

Pada masa pemerintahan Soeharto, desa mengelola masa untuk partai

politik dilarang untuk memiliki basis organisasional di tingkat desa. Setiap

malam mereka dikumpulkan untuk membahas esuk paginya pencoblosan,

perangkat desa menjadi sepeti boneka yang dijalankan oleh pemerintah pusat

yang semua harus tunduk terhadap perintah-perintah yang tidak sesuai

dengan tugas masing-masing, itu sangat melanggar hak asasi manusia. Ada

juga yang beranggapan partai Golkar adalah “pelindung”, karena jika mereka

menurut sesuai mandate maka bantuan-bantuan akan mudah diperoleh.

Orang-orang desa adalah orang yang mengambang (floating mass) (Geoff

Forrester:2002:303). Berbagai cara pemerintah agar diwilayahnya tidak ada

masa pertain lain selain Golkar dengan menghancurkan segala atribut partai

lain Non-Gokar. Ternyata kepala-Kepala Desa diberi target untuk

mengumpulkan suara Golkar. Pemerintah akan memberikan penghargaan

kepada Kepala-Kepala Desa yang sanggup memenuhi target suara.

Sebaliknya akan memberikan sangsi sosial bagi yang tidak bisa memenuhi

target Perangkat desa digerakkan untuk menggunakan berbagai cara untuk

memenuhi target. Di sepanjang sudut desa banyak sekali atribut partai dengan

nuasansa kuning. Upaya pemerintah agar nuansa kuning tetap memenangkan

Pemilihan Umum serta mempertahankan mayoritas suara mutlak, demi

kaeamanan dan ketertiban yang telah dikondisikan semua memaksa

masyarakat untuk tetap memilih Golkar, ketika salah satu masyarakat sedang

mengalami musibah ketika terjadi pencoblosan dan tidak bisa berhalangan

hadir karena orang tuanya meninggal di luar kota Boyolali, maka perangkat

Page 33: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

desa itu sama sekali tidak mengijinkan utnuk pulang kerumah asalnya, harus

tetap berada ditempat sebelum proses pencoblosan selesai, padahal beliau

sedang berada di posisi kehilangan orang tua dan harus mengurusi

meninggalnya orang tuanya, dengan keterpaksaan dan kebencian beliau harus

tetap berada di tempat pemilihan itu, perangkat desa yang sebelumnya sangat

ramah dan dekat dengan warga bisa menjadi seorang aparat desa yang sangat

kasar dan rela melakukan apa saja demi keamannannya.

Kekuatan politik pada masa Orde Baru juga terbagi menjadi tiga PPP,

Golongan Karya dan PDI. Walaupun Golongan Karya selalu menang , tapi

PPP dan PDI juga cukup kuat, bahkan ada beberapa pegawai negeri yang

dicurigai menggerakan PPP Golongan Karya didukukng oleh pegawai negeri,

pamong desa dan sebagian petani atau wiraswasta yang dianggap mampu

untuk ukuran desa, PPP didukung oleh sebagian besar warga Muhamadiyah

dan PDI dikukung oleh keluarga atau anak anak tokoh PNI dan sebagian

besar keluarga yang secara ekonomi kurang mampu untuk ukuran desa itu,

begitu penuh rahasia mengenai kekuatan-kekuatan politik.

e. Pencalonan dan pelaksanaan Pmilihan Umum

Organisasi Partai politik dan Golongan Karya yang dapat mengajukan

Calon Anggota DPRD/DPR ditetapkan dalam keputusan menteri dalam

Negeri / Lembaga pemilihan Umum Nomer : 90/LPU/1976, ialah::

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

2. Golongan Karya (Golkar)

3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

Page 34: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

Jumlah calon yang diajukan oleh masing-masing Organisasi maksimal

sebanyak dua kali jumlah anggota DPR/DPRD yang diplih (pasal 19 ayat 4

Undang-Undang Nomer 15 tahun 1969 jo Undang-Undang noemr 4 tahun

1975). Selanjutnya penelitian terhadap persyaratan masing-masing calon

dilaksanakan oelh panitia panitia yang dibentuk pada tiap-tiap panitia

pemilihan. Setelah penelitian selesai, daftar nama-nama calon sementara

tersebut diumumkan untuk mendapatkan tanggapan seperlunya dari

masyarakat (pasal 52 Peraturan Pemerintahan Nomer 1 tahun 1976).

Pengajuan calon untuk keanggotaan DPRD tingkat II Boyolali dalam

Pemilihan Umum tahun 1977 diterima oleh P.P.D.Tk.II Boyolali dari Partai

Politik dan Golongan Karya sebagai peserta Pemilihan Umum pada tanggal

27 September 1976. Jumlah calon yang diajukan oleh masing-masing

Organisasi, adalah :

NO ORGANISASI JUMLAH CALON

1

2

3

Golongan Karya

Partai Persatuan Indonesia

Partai Demokrasi Indonesia

64 orang

32 orang

40 orang

Susunan panitia PPD, keanggotaannya sebagai berikut :

NO JABATAN NAMA ASAL

1. Ketua Buanggo HP PPD-II Boyolali

2. Wakil Ketua Kapten Nawijo Kodim 0724/Boyolali

3. Sekretaris Drs. Margono PPD II Boyolali

Page 35: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

4. Anggota - Drsa.Sadijo

- Sri Widodo

- Moch Suleiman

SH

PemDa Boyolali.

Kejaksaan Boyolali.

Pengadilan Negeri

Boyolali.

A. Persepsi masyarakat terhadap pelaksanann Pemilu Tahun 1977 di

Boyolali

Suatu pemerintahan atau organisasi Negara dibentuk adalah dengan

maksud untuk kepentingan masyarakat, sehingga karenanya segala tindak-

tanduk dari pemerintahan Negara haruslah diarahkan untuk memenuhi

kepentingan masyarakat tersebut ( R.Wiyono,1982:6). Masyarakat Boyolali

pada Pemilu tahun 1977 membutuhkan sosok pemimpin atau kader yang

mampu melindunginya dari kecaman-kecaman oknum yang tidak berhati

nurani. Karena berdasarkan teori tersebut kepentingan masyarakatlah yang

harus diutamakan dan bukan kepentingan dari Pemerintah Negara untuk

mendapatkan suara terbanyak dalam Pemilu 1977. Kepentingan Pemerintah

lebih diutamakan dan tidak dapat menjalankan tugas pemerintah yang

semestinya dalam kegiatan Pemilu sehingga tidak ada tanggung jawab secara

langsung maupun tidak langsung oleh Organisasi kekuatan social Politik.

Syarat mutlak agar suatu Negara dapat disebut Negara demokrasi adalah

terdapatnya dan berfungsi beberapa kekuatan social politik (R.Wiyono,

1982:7). Teori ini tidak cocok dengan keadaan Boyolali ketika terjadi Pemilu

1977, karena di Boyolali hanya Parpol yang mendominasi saja yang

Page 36: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

mempunyai kekuatan politik terbesar. Parpol yang tidak memiliki masa

banyak hanya menjadi Parpol pendamping (wawancara). Kondisi yang dibuat

tenang ini sebenarnya hanya Nampak diluarnya saja. Hati masyarakat

Boyolali menjerit karena pemaksaan dan kekerasan terjadi dimana-mana.

Pelaksanaan pemilu pada tahun 1977 adalah pemilu yang tidak

berdasarkan keikhlasan hati masyarakat untuk memilih. Pemilu yang

dianggap hanya sebagai melindungi diri dari rezim Orde Baru, namun disuatu

kondisi dapat dilihat tidak ada partai politik yang berani memberikan suap

menyuap, serangan fajar dan semacamnya, semua tampak bersatu dan rukun,

walaupun mereka sadar bahwa kondisi itu memang dibuat seperti itu agar

tidak terlihat gelagat yang mencurigakan. Seluruh Pegawai Negeri Sipil mau

tidak mau harus memilih partai yang mendominasi pada saat itu. Namun

ketika saya bertanya pada beliau apakah nyaman dengan keadaan pada waktu

itu dibandingkan dengan keadaan sekarang ini beliau berterus terang semua

ada segi positif dan negatifnya.

Positifnya, pada pemilu 1977 semua hadir dalam pemilu dari persiapan,

kampanye, pencoblosan dan penghitungan suara, semua warga rukun dan

tenang, tidak ada yng berani gontok-gontokan dan melawan. Beliau

menganggap perangkat desa adalah tokoh yang memang patut ditiru dalam

apa yang dia perintahkan, karena itu memang amanat.

Negatifnya, tidak adanya hak kebebasan untuk memilih dan pemaksaan

yang kejam dari perangkat-perangkat desa membuat trauma yang mendalam

bagi masyarakat yang menjalani pada pemilu tahun 1977, sehingga membuat

Page 37: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

batin mereka tetap tersiksa sampai sekarang, bahkan ada yang tidak berani

menceritakan keadaan yang sesungguhnya.

Fungsi-fungsi yang akan dilakukan Golongan Karya :

a. Sebagai pengamal serta pengaman Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945.

b. Menyelenggarakan pendidikan politik.

c. Komunikasi politik dengan masyrakat dan pemerintah secara timbal

balik.

d. Pemaduan kepentingan dan pengajuan kepentingan masyarakat sesuai

dengan cita-cita pembaharuan dan pembangunan bangsa (Rusli

Karim,1983: 165).

Berdasarkan fungsi tersebut seharusnya Golongan Karya mampu

merangkul masyarakat Boyolali untuk tetap menjalankan Pemilu secara

Demokrasi, bukan malah memanfaatkan situasi. Banyak Parpol merangkul

masyarakat sesuai dengan tujuan Parpol tersebut. Golongan Karya

merangkul ABRI dan Pegawai Negeri Sipil dalam menjadi kader-

kadernya. Merangkul disini menurut masyarakat Boyolali mengajak secara

paksa, sedangkan masyarakat sendiri juga mempunyai pilihan tersendiri

untuk Parpol yang dikehendakinya.

Pegawai Negeri Sipil yang suka dengan Partai Golkar menganggap

tidak menjadikan itu suatu masalah jika memang harus memilih Golkar,

karena pada waktu pemilu 1977 gaji pegawai masih sangatlah sulit

sehingga itu salah satu hal yang membuat tetap memilih partai dominasi.

Page 38: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

Tidak semua sependapat dengan hal tersebut,hal ini terbukti ketika sa;ah

satu pensiunan guru di SMP negeri di Boyolali, sampai sekarang ini

masih merasakan bagaimana keadaan pemilu 1977 di Boyolali. Beliau

ingat sekali ketika Partai itu berkampanye ke kantor tempat beliau

bekerja, para tokoh pemerintahan (beliau tidak mau menyebutkan

namanya) mereka memaksa para guru itu bertanda tangan untuk memilih

partai yang mendominasi. Satu persatu berbaris di ruangan kantor untuk

menandatangani kertas yang sudah disiapkan. Ketidakhadiran ketika

kampanye akan mendapatkan sangsi yang tegas sehingga membuat beliau

mengikut sertakan semua anggota keluarganya untuk memilihnya dan

mengkampanyekannya. Namun beliau sangat senang bisa berlindung

dibawah kaki partai yang mendominasi sehingga membuatnya aman dan

tentram.

Pemilu1977 itu adalah masa lalu yang kelam yang hanya untuk

dijadikan pelajaran buat masa depan agar tidak terulang kembali.

Pelanggaran dan keputusan-keputusan tidak sesuai dengan aturan-aturan

yang telah dibuat oleh Presiden. Perangkat desa yang dengan sengaja

menolak untuk tidak mengikuti perintah dan akhirnya perangkat desa itu

hilang entah dimana, beliau tidak mau menyebutkan siapa korban-korban

pemaksaan pada pemilu 1977.

Ciri yang menonjol didalam periode perkembangan Partai Politik yang

terakhir ini ialah adanya penciutan jumlah partai politik, yakni tinggal tiga

saja: Partai Perstuan Pembangunan; Partai Demokrasi Indonesia;

Page 39: BAB IV ISI DAN PEMBAHASAN 22’ bujur timur dan 70 71 ...

Golongan Karya (Ahmad Syafii, 1983: 172). Adanya 3 partai membuat

masyarakat tidak kebingungan akan pilihan mereka, masyarakat bisa

dengan mudah disatukan, dan tidak menghabiskan dana Negara seperti

sekarang ini yang Negara harus membiayai bermacam-macam partai untuk

dana kampanye. Kekuatan –kekuatan dengan sistem partai yang hanya

terdiri dari tiga saja bisa menjadikan wadah masyarakat Boyolali untuk

mereka masuk kedalam Partai mana, namun hal itu kembali lagi bahwa itu

semua hanya syarat tertulis yang tidak sesuai dengan kenyataan. Seseorang

yang beragama muslim ingin memilih Partai Perstuan Pembangunan tidak

bisa lantaran dia berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil.