BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan...

20
11 BAB IV INDUSTRI PRIORITAS Pengembangan industri furniture kayu tidak lepas dari kerjasama antara dua instansi pemerintah terkait yaitu Departemen Kehutanan dan Departemen Perindustrian (Gambar 4.1). Departemen Kehutanan menangani sektor hulu yaitu pembinaan para pelaku usaha yang bergerak dalam hal penyediaan bahan baku kayu bulat. Ketersediaan kayu bulat diadakan melalui jalur domestik dan impor. Jalur penyediaan kayu bulat domestik bersumber dari kawasan hutan (dikelola Perhutani) dan di luar kawasan hutan (limbah perkebunan dan tanaman rakyat). Departemen Kehutanan selanjutnya terlibat dalam pembinaan Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) yang terdiri dari industri penggergajian kayu (sawn timber), industri limbah kayu bulat, dan industri kayu lapis (veneer) dengan plywood ordinary dan laminated veneer lumber (LVL) sebagai turunannya. Selanjutnya, departemen Perindustrian memiliki ruang lingkup tugas dalam menangani sektor hilir industri pengolahan kayu dimana departemen perindustrian dan perdagangan melakukan pembinaan industri lanjutan pengolahan kayu. Muara industri lanjutan pengolahan kayu adalah produk furniture yang terbagi dua kelompok yaitu solid wood furniture dan non solid wood furniture. Solid wood furniture merupakan produk turunan dari laminated & finger joint dan produk kayu olahan lainnya. Non solid wood furniture merupakan hasil turunan dari produk particle board, wood composite board, MDF/OSB, wood wool cement board, plywood khusus, dan decorative plywood.

Transcript of BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan...

Page 1: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

11

BAB IV INDUSTRI PRIORITAS

Pengembangan industri furniture kayu tidak lepas dari kerjasama

antara dua instansi pemerintah terkait yaitu Departemen

Kehutanan dan Departemen Perindustrian (Gambar 4.1).

Departemen Kehutanan menangani sektor hulu yaitu pembinaan

para pelaku usaha yang bergerak dalam hal penyediaan bahan

baku kayu bulat. Ketersediaan kayu bulat diadakan melalui jalur

domestik dan impor. Jalur penyediaan kayu bulat domestik

bersumber dari kawasan hutan (dikelola Perhutani) dan di luar

kawasan hutan (limbah perkebunan dan tanaman rakyat).

Departemen Kehutanan selanjutnya terlibat dalam pembinaan

Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) yang terdiri dari

industri penggergajian kayu (sawn timber), industri limbah kayu

bulat, dan industri kayu lapis (veneer) dengan plywood ordinary

dan laminated veneer lumber (LVL) sebagai turunannya.

Selanjutnya, departemen Perindustrian memiliki ruang lingkup

tugas dalam menangani sektor hilir industri pengolahan kayu

dimana departemen perindustrian dan perdagangan melakukan

pembinaan industri lanjutan pengolahan kayu. Muara industri

lanjutan pengolahan kayu adalah produk furniture yang terbagi

dua kelompok yaitu solid wood furniture dan non solid wood

furniture. Solid wood furniture merupakan produk turunan dari

laminated & finger joint dan produk kayu olahan lainnya. Non solid

wood furniture merupakan hasil turunan dari produk particle board,

wood composite board, MDF/OSB, wood wool cement board, plywood

khusus, dan decorative plywood.

Page 2: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

12

Sumber: www.kemenperi.go.id, dimodifikasi

Gambar 4.1. Pohon Industri Pengolahan Kayu

Secara lebih terperinci, jenis produk furniture indoor dan

furniture outdoor dibagi kedalam sub kategori perlengkapan

ruang tamu, perlengkapan ruang tidur, perlengkapan ruang dapur,

perlengkapan ruang anak, perlengkapan kantor, perlengkapan

ruang taman, perlengkapan ruang teras. Namun, Berdasarkan

KLBI (BPS, 2015), furniture dari kayu dibagi menjadi dua yaitu

furniture untuk rumah tangga dan kantor. Pengklasifikasian

furniture kayu dengan menggabungkan pengklasifikasian

menurut kemenperin dan KLBI disajikan dalam Tabel 4.1 sebagai

berikut:

VENEER

LIMBAH

LVL LAMINATED

VENEER

LUMBER)

DECORATIVE

PLYWOOD

PLYWOOD KHUSUS

WOOD WOOL

CEMENT BOARD

PARTICLE BOARD

PLYWOOD ORDINARY

CHIP/FLAKE

LIMBAH &

SERBUK

SERBUK

FURNITURE

(NON SOLID

WOOD)

FURNITURE (SOLID WOOD)

KAYU

BULAT

SAWN

TIMBER

DOWELS/

MOULDING WOOD WORKING

LAINNYA

LAMINATED & FINGER JOINT

OUTDOOR FURNITURE

WOOD

COMPOSITE

INDOOR FURNITURE

HOUSEHOL

Page 3: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

13

Tabel 4.1 Jenis Produk Furniture Menurut Kemenperin dan KLBI

KEMENPERIN1

KLBI2 KATEGORI SUB KATEGORI JENIS PRODUK

Furniture Indoor Perlengkapan Ruang

Tamu - Kursi Tamu

- Lemari Hias

- Audio/Vidio Rak

- Dan lain-lain

Furniture Rumah

Tangga

Perlengkapan Ruang

Tidur - Lemari Pakaian

- Tempat Tidur

- Nakhas

- Meja Rias

- Dan lain-lain

Furniture Rumah

Tangga

Perlengkapan

Ruang Dapur - Kichen set

- Meja Makan

- Kursi Makan

- Dan lain-lain

Furniture Rumah

Tangga

Perlengkapan

Ruang Anak - Meja Belajar

- Meja Komputer

- Meja Belajar Kecil

- Kursi Belajar

- Baby Locker

- Dan lain-lain

Furniture Rumah

Tangga

Perlengkapan

Kantor - Meja Tulis

- Book Cabinet

- Computer Desk

- Dan lain-lain

Furniture Kantor

Furniture

Outdoor

Perlengkapan

Ruang Taman - Meja Taman

- Kursi Taman

- Tempat

Tidur Taman

- Dan lain-lain

Furniture Rumah

Tangga

Perlengkapan

Ruang Teras - Meja Teras

- Kursi Teras

- Dan lain-lain

Furniture Rumah

Tangga

Keterangan:

1.www.kemenperin.go.id.

2. BPS (2015)

Page 4: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

14

Kriteria yang digunakan dalam penentuan fokus industri furniture

adalah sebagai berikut:

• potensi pasar (captive market)

• rendahnya switching cost dalam produksi furniture,

• ketersediaan bahan baku kayu

• dukungan pemerintah untuk menggunakan produk furniture

lokal

Berdasar Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa jenis furniture

kayu indoor didominasi oleh furniture rumah tangga. Namun

demikian, potensi untuk furniture perlengkapan kantor masih

sangat menjanjikan. Hal ini ditandai dengan banyaknya jumlah

“perusahaan” di Jawa Tengah yang tentu saja membutuhkan

furniture kayu. “Perusahaan” ini dapat diartikan sebagai kantor

pemerintah, swasta dan lembaga pendidikan. Tabel 4.2 dibawah

ini menunjukkan jumlah sekolah, perusahaan, dan kantor

pemerintah di Jawa Tengah dalam kurun waktu 2010-2014.

Tabel 4.2 Jumlah Sekolah, Perusahaan dan Kantor Pemerintah di

Jawa Tengah Tahun 2010-2014

Thn

Lembaga

Pendidikan Total

Swasta Kantor

Pemerintah* Total

Pertum

buhan SD SMP SMA/K

2010 12.974 3.058 1.982 18.014 3.887 1.225 23.126

2011 13.482 3.090 2.051 18.623 3.850 1.225 23.698 2.5%

2012 14.377 3.187 2.159 19.723 3.736 1.225 24.684 4.0%

2013 14.550 3.455 2.193 20.198 3.666 1.225 25.089 1.6%

2014 14.467 3.381 2.261 20.109 n.a 1.225 n.a

*Diasumsikan nomenklatur kab./Kota sesuai dengan nomenklatur

provinsi tahun 2015

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, 2015

Dari sisi pasar, pengembangan furniture perlengkapan kantor

mempunyai potensi yang makin besar bila cakupannya diperluas

ke seluruh provinsi di Indonesia. Tentu saja mengingat adanya

pesaing dari penyedia furniture kayu di luar Jawa Tengah maka

Page 5: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

15

potensi pasar yang lebih realistis adalah sebesar prosentase

tertentu dari total pasar yang tersedia. Dengan pertumbuhan dari

jumlah perusahaan yang dari tahun ketahun meningkat antara

1.6%-4%, maka dipandang bahwa furniture perlengkapan kantor

memiliki potensi untuk dilakukan pengembangan selanjutnya.

Pengembangan industri furniture perlengkapan kantor

merupakan pengembangan industri yang sifatnya non klasik

mengingat selama ini sebagian besar pengusaha furniture di Jawa

Tengah menekuni produksi furniture rumah tangga. Ditinjau dari

aspek teknik produksi, peralihan fokus dari furniture rumah

tangga menjadi furniture perlengkapan kantor tidak menimbulkan

masalah besar disebabkan kemiripan dalam hal proses

produksinya. Hal ini ditunjang pula dengan trend disain

perlengkapan kantor yang minimalis sehingga memungkinkan

dilakukannya pengalihan dari furniture rumah tangga menjadi

furniture perlengkapan kantor. Rendahnya switching cost (biaya

beralih) dalam hal ketrampilan tenaga kerja, disain dan

penggunaan bahan baku menjadi salah satu faktor yang

memperkuat pemilihan fokus pengembangan furniture kantor.

Kebutuhan kayu baik solid (jati) maupun kayu olahan seperti

plywood/kayu lapis dalam proses produksi furniture kantor

dalam lingkup wilayah Jawa Tengah dapat dipenuhi karena dalam

wilayah Jawa Tengah, produksi jati secara relatif lebih dominan

dibandingkan akasia, rimba campuran dan meranti. Hal ini

mendukung produksi furniture kayu di Jawa Tengah mengingat

sebagian besar furniture kayu dihasilkan di Pulau Jawa sebesar

277 ribu m3 (82,80 %), sedangkan plywood dapat dipenuhi dari

daerah lain.

Dukungan kebijakan pemerintah untuk menggarap pasar

potensial (captive market) dalam hal penggunaan furniture kantor

produk lokal akan meningkatkan produksi produk furniture

kantor di Jawa Tengah.

Page 6: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

16

Dengan mempertimbangkan potensi pasar, switching cost,

ketersediaan bahan baku kayu, dan dukungan pemerintah maka

furniture perlengkapan kantor memiliki sejumlah keunggulan.

Tabel 4.3 mendeskripsikan kelebihan dari furniture perlengkapan

kantor.

Tabel 4.3 Keunggulan Furniture Kayu

Keterangan Prioritas

Panel A: Pasar Aktual dan Potensial

Potensi Pasar Pasar furniture

perlengkapan kantor

dalam negeri masih belum

digarap secara optimal

Furniture

perlengkapan

Kantor

Panel B: Switching Cost

Switching Cost

(biaya beralih)

Furniture perlengkapan

kantor diproduksi oleh

banyak IKM dengan

tenaga kerja yang telah

terampil memproduksi

furniture rumah tangga

dan ditunjang oleh disain

furniture yang minimalis,

sehingga biaya beralih

rendah

Furniture

Perlengkapan Kantor

Panel C: Ketersediaan Kayu

Ketersediaan Kayu Furniture perlengkapan

kantor lebih banyak

menggunakan kayu

olahan (plywood) yang

harganya lebih murah

dibandingkan kayu jati

Furniture

perlengkapan kantor

Panel D: Dukungan Pemerintah

Dukungan

Pemerintah

Dukungan pemerintah

dalam hal penggunaan

furniture kantor

produk lokal

Furniture

perlengkapan

kantor

Dengan melihat pada berbagai aspek tersebut, maka furniture

perlengkapan kantor memiliki sejumlah kelebihan. Dengan

demikian, furniture perlengkapan kantor memiliki potensi untuk

Page 7: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

17

dikembangkan lebih lanjut dan direkomendasikan sebagai sebagai

fokus prioritas pengembangan industri furniture kayu.

PP No.14 tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan

Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035 menetapkan tahapan

pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu:

pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu

dan rotan (2015-2019); high-tech furniture kayu dan rotan

bersertifikat hijau, kerajinan dengan bahan baku limbah industri

pengolahan kayu (2020-2024); high value kerajinan dan furniture

(2025-2035). Pengembangan furniture perlengkapan kantor

sebagai bagian dari industri furniture kayu telah sesuai dengan

pengembangan tahapan pertama berdasarkan RIPIN 2015-2035.

Lebih jauh, furniture perlengkapan kantor cenderung akan

menggunakan bahan baku limbah industri pengolahan kayu yang

sejalan dengan tahap kedua pengembangan industri furniture

kayu berdasarkan RIPIN 2015-2035.

4.1 Penentuan Lokus Industri Furniture Kayu

Evaluasi lokus industri furniture kayu dilakukan dalam rangka

menentukan kabupaten/kota prioritas yang akan memperoleh

dukungan pemerintah propinsi Jawa Tengah bagi pengembangan

industri furniture kayu.

Proses penentuan lokus industri furniture di Jawa Tengah

dilakukan melalui beberapa tahapan evaluasi yang dituangkan ke

dalam matriks evaluasi lokus furniture. Proses evaluasi lokus

furniture mengggunakan kombinasi non compensatory method dan

compensatory method. Tahap pertama evaluasi lokus furniture

menggunakan Non compensatory method yaitu teknik

mengevaluasi seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah

berdasarkan satu kriteria yang ditetapkan. Kriteria yang dimaksud

adalah apakah industri furniture menjadi sektor unggulan

kabupaten/kota. Jika kabupaten/kota tidak memiliki atau tidak

Page 8: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

18

memenuhi kriteria tersebut maka kabupaten/kota yang

bersangkutan tidak dimasukkan dalam tahap evaluasi berikutnya.

Tahap kedua evaluasi lokus furniture dilakukan dengan

menggunakan compensatory method. Metode ini dilakukan

dengan menilai kabupaten/kota yang lolos pada tahap pertama

dengan sejumlah kriteria yang relevan secara keseluruhan. Faktor-

faktor evaluasi lokus furniture yang ditetapkan adalah sebagai

berikut:

1. Kabupaten/kota memiliki ranking tinggi sektor unggulan

untuk industri furniture.

2. Kabupaten/kota memiliki klaster industri furniture.

3. Kabupaten/kota memiliki daya saing daerah yang tinggi.

4. Kabupaten/kota memiliki kawasan hutan yang luas sebagai

lahan penyediaan bahan baku kayu.

5. Kabupaten/kota memiliki kedekatan akses ke pelabuhan laut.

6. Kabupaten/kota menjadi lokasi pengembangan industri

furniture berdasarkan Permen Perindustrian RI No.146/M-

IND/PER/12/2012.

Mengingat tingkat pemenuhan keenam faktor evaluasi tersebut

berbeda-beda untuk masing-masing kabupaten/kota, maka

evaluasi lokus furniture menerapkan Borda method untuk

menentukan skor perolehan kabupaten/kota untuk tiap kriteria

yang dievaluasi. Semakin baik kabupaten/kota dalam memenuhi

salah satu kriteria maka semakin tinggi skor yang diperoleh.

Perincian penentuan skor dengan menggunakan Borda method

disajikan dalam Tabel 4.4 sebagai berikut:

Page 9: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

19

Tabel 4.4 Penentuan Skor Evaluasi Menggunakan Borda Method

No Faktor Evaluasi Kategori Skor

1 Ranking Sektor Unggulan

Furniture

1 = ranking 9-10

2 = ranking 7-8

3 = ranking 5-6

4 = ranking 3-4

5 = ranking 1-2

2 Klaster Indutri Furniture 1 = Tidak memiliki klaster

3 = Memiliki klaster status

berkembang 5 = Memiliki klaster

status maju

3 Daya Saing Daerah 1 = Indeks DSD sampai dengan 4

2 = Indeks DSD > 4 sampai 4,5

3 = Indeks DSD > 4,5 sampai 5

4 = Indeks DSD > 5 sampai 5,5

5 = Indeks DSD > 5,5

4 Luas Kawasan Hutan 1 = Luas di bawah 20.000

ha 2 = Luas > 20.000 –

30.000 ha

3 = Luas > 30.000 – 40.000 ha

4 = Luas > 40.000 – 50.000 ha

5 = Luas > 50.000 ha

5 Akses Pelabuhan Laut 1 = Jarak fisik di atas 200 km

2 = Jarak fisik >= 150 – 200 km

3 = Jarak fisik >= 100 – 150 km

4 = Jarak fisik >= 50 – 100

km 5 = Jarak fisik < 50 km

6 Lokasi Pengembangan

(Permen Perindustrian RI

No.146/M-

IND/PER/12/2012)

1 = Tidak Termasuk Lokasi Pengembangan 5

= Termasuk Lokasi Pengembangan

Selanjutnya, skor agregat untuk tiap kabupaten/kota dihitung

dengan menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh dari masing-

masing faktor evaluasi dibagi dengan jumlah faktor evaluasi yang

digunakan. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

Skor rata-rata faktor evaluasi = Ʃ skor faktor evaluasi

Ʃ faktor evaluasi

Page 10: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

20

Sektor Unggulan Kabupaten/Kota

Industri furniture yang menjadi sektor unggulan kabupaten/kota

dinilai memiliki kesiapan berkembang pada berbagai aspek

seperti bahan baku, kemampuan usaha, dan pasar. Semakin tinggi

ranking sektor unggulan semakin besar potensi percepatan

pertumbuhan dari industri furniture di kabupaten/kota. Pada

tahap pertama evaluasi lokus industri furniture dilakukan dengan

cara memilih industri furniture yang memiliki ranking sepuluh

besar sektor unggulan di masing-masing kabupaten/kota. Dari

keseluruhan 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, terdapat 28

kabupaten/kota yang menempatkan industri furniture sebagai

sepuluh besar sektor unggulan (Tabel 4.5).

Penetapan industri unggulan pada tingkat kabupaten/kota di Jawa

Tengah mencerminkan upaya untuk menilai apakah profil industri

memiliki kesiapan sumber daya dan dukungan yang memadai

untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi

kabupaten/kota bersangkutan. Berdasarkan hasil penelitian

tentang tentang usulan industri unggulan provinsi Jawa Tengah

tahun 2015 terdapat enam Kabupaten yang menempatkan

industri furniture kayu sebagai peringkat pertama industri

unggulan yang diusulkan yaitu oleh kabupaten Jepara, kabupaten

Surakarta, kabupaten Sragen, kabupaten Tegal, kabupaten

Rembang, dan kabupaten Sukoharjo (Tabel 4.5).

Tabel 4.5 Urutan Ranking Industri Furniture Kayu dalam Industri

Unggulan

No Kabupaten/Kota Ranking Total Skor

1 Kab. Jepara 1 8.77

2 Kota Surakarta 1 8.18

3 Kab. Sragen 1 7.90

4 Kab. Tegal 1 7.70

5 Kab. Rembang 1 7.47

6 Kab. Sukoharjo 1 6.31

7 Kab. Boyolali 2 7.33

8 Kab. Klaten 2 6.84

9 Kota Salatiga 2 6.70

Page 11: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

21

No Kabupaten/Kota Ranking Total Skor

10 Kab. Karanganyar 3 6.44

11 Kota Tegal 3 6.15

12 Kab. Blora 3 5.30

13 Kab. Semarang 4 7.11

14 Kab. Pemalang 4 5.83

15 Kab. Demak 4 5.10

16 Kab. Kudus 5 6.73

17 Kota Semarang 5 6.73

18 Kab. Banyumas 5 6.66

19 Kab. Pati 5 6.19

20 Kab. Purbalingga 6 5.42

21 Kab. Purworejo 6 4.50

22 Kab. Kebumen 7 6.55

23 Kab. Batang 7 6.15

24 Kab. Temanggung 7 4.42

25 Kab. Wonosobo 7 3.55

26 Kota Pekalongan 7 0.77

27 Kab. Magelang 9 5.93

28 Kab. Pekalongan 9 3.75

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah, 2015

Penetapan industri unggulan didasarkan pada aspek backward

linkages yaitu bahan baku dan kemampuan usaha serta forward

linkages yaitu aspek pasar. Kabupaten Jepara, Kota Surakarta,

Kabupaten Sragen, Kabupaten Tegal,

Kabupaten Rembang, Kabupaten Sukoharjo merupakan

Kabupaten/ Kota yang menempatkan industri furniture sebagai

peringkat pertama industri unggulan yang diusulkan oleh masing-

masing kabupaten kota.

Pemeringkatan sebagai produk unggulan didasarkan pada kondisi

aspek sumber atau backward linkages mulai dari bahan baku

hingga kemampuan usaha serta aspek pasar atau forward linkages.

Terdapat 9 indikator penilaian produk unggulan yaitu pada (1)

bahan baku; (2) bahan penolong; (3) tenaga kerja; (4)

ketersediaan sarana produksi; (5) ketersediaan teknologi

produksi; (6) nilai tambah; (7) Pasar; (8) memiliki banyak

terkaitan dengan berbagai jenis usaha yang lain (backward dan

forward linkages); (9) dukungan institusi/ lembaga.

Page 12: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

22

Kepemilikan Klaster Industri Furniture

Tahap kedua evaluasi lokus industri furniture dilakukan dengan

mengidentifikasi keberadaan klaster industri furniture.

Keberadaan klaster industri furniture merupakan perwujudan

komitmen kabupaten/kota untuk mengembangkan kelembagaan

industri furniture sebagai sektor unggulan. Terdapat dua strata

klaster industri yang diidentifikasi yaitu strata maju dan

berkembang. Berdasarkan data Stratifikasi Klaster FPESD 2016,

Jawa Tengah memiliki sembilan klaster industri furniture. Namun

dari seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah yang memiliki klaster

industri furniture, kabupaten Grobogan tidak menempatkan

industri furniture sebagai industri unggulan. Di samping itu,

kabupaten Purworejo memiliki klaster industri furniture bambu.

Berdasarkan situasi tersebut, kabupaten Grobogan dikeluarkan

dalam matriks evaluasi lokus industri furniture kayu dan

kabupaten Purworejo dianggap tidak memiliki klaster industri

furniture kayu. Selanjutnya, dari 28 kabupaten/kota yang

mengusulkan industri furniture sebagai 10 besar industri

unggulan, hanya tujuh kabupaten yang memiliki klaster industri

furniture kayu (Tabel 4.6). Dua klaster furniture memiliki status

maju yaitu klaster furniture di kabupaten Jepara dan Klaten. Lima

klaster furniture yang lain berada dalam status berkembang yang

tersebar di lima kabupaten yaitu kabupaten Blora, kabupaten

Boyolali, kota Surakarta, kabupaten Sragen, dan kabupaten

Sukoharjo. Klaster industri menjadi salah satu kriteria yang

penting dalam menentukan lokus pengembangan industri

furniture kayu di Jawa Tengah. Kriteria ini diperlukan untuk

mempermudah dalam penentuan prioritas pengembangan

industri furniture di Jawa Tengah mengingat keterbatasan sumber

daya yang dibutuhkan jika semua industri furniture kayu di

seluruh kabupaten dikembangkan secara serentak.

Page 13: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

23

Tabel 4.6. Stratifikasi Klaster Industri Furniture di Jawa Tengah

No Nama Klaster Kabupaten/Kota Bakorwil Skor Strata

1 Furniture Dan

Handycraft

Blora 1 5,75 Berkembang

2 Klaster Furniture Jepara 1 7,57 Maju

3 Klaster Meubel Boyolali 2 4,60 Berkembang

4 Furniture Surakarta 2 4,79 Berkembang

5 Klaster Furniture Sragen 2 5,63 Berkembang

6 Klaster Furniture

Bulakan

Sukoharjo 2 5,74 Berkembang

7 Kluster Furniture Klaten 2 7,66 Maju

Sumber: Stratifikasi klaster 2016 (FPESD) Daya Saing Daerah

Daya saing kabupaten/kota diukur berdasarkan indikator

dinamika usaha; infrastruktur; kapasitas pemerintah; kinerja

investasi; persepsi pengusaha terhadap iklim bisnis; serta kinerja

ekonomi. Indeks keseluruhan yang mencakup enam indikator

tersebut dihitung untuk menentukan posisi daya saing

kabupaten/kota secara umum. Semakin tinggi indeks daya saing

daerah semakin baik dukungannya terhadap pengembangan

industri yang ada di kabupaten/kota.

Daya saing daerah menjadi faktor penting dalam akselerasi

pengembangan industri furniture kayu di kabupaten/kota yang

menjadi lokus pengembangan. Sepuluh kabupaten/kota yang

memiliki daya saing daerah tertinggi dan yang menetapkan

industri furniture sebagai sepuluh besar sektor unggulan disajikan

pada Tabel 4.7. Kabupaten Pekalongan memiliki skor indeks daya

saing daerah tertinggi diikuti Kabupaten Banyumas, kabupaten

Sragen, Kota Semarang, dan Kabupaten Wonosobo.

Tabel 4.7. Indeks Daya Saing Daerah Kabupaten/ Kota di Jawa

Tengah

No Kabupaten/Kota Skor IDSD

1 Kabupaten Pekalongan 5,86

2 Kabupaten Banyumas 5,08

3 Kabupaten Sragen 5,05

4 Kota Semarang 4,93

Page 14: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

24

No Kabupaten/Kota Skor IDSD

5 Kabupaten Wonosobo 4,93

6 Kabupaten Purbalingga 4,90

7 Kota Surakarta 4,81

8 Kabupaten Kebumen 4,80

9 Kabupaten Boyolali 4,66

10 Kota Salatiga 4,65

Sumber: SDSD Jawa Tengah 2013

Ketersediaan Bahan Baku Kayu

Bahan baku kayu adalah salah satu faktor yang kritis bagi industri

furniture kayu. Industri furniture di Jawa Tengah membutuhkan

bahan kayu sebanyak 3,5 juta meter kubik tiap tahun dan baru

dapat dipenuhi sebanyak 400.000 meter kubik melalui sumber

Perhutani dan hutan rakyat (www.semarangpos.com). Oleh

karena itu, keberadaan kawasan hutan menjadi potensi yang dapat

dimanfaatkan untuk pengembangan suplai bahan baku untuk

industri furniture kayu. Kawasan hutan meliputi kawasan hutan

negara dan kawasan hutan rakyat.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibutuhkan ketersediaan

lahan hutan untuk menanam pohon-pohon yang dapat

menghasilkan kayu yang dibutuhkan untuk proses pembuatan

furniture kayu. Tabel 4.8 menunjukkan luas kawasan hutan di

kabupaten/kota yang menempatkan industri furniture sebagai

sektor unggulan dan telah memiliki klaster industri furniture kayu.

Total luas kawasan hutan terbesar (hutan negara dan hutan

rakyat) berada di kabupaten Blora, diikuti oleh kabupaten Pati,

kabupaten Banyumas, dan kabupaten Pemalang. Hal ini

menunjukkan potensi yang besar untuk pengembangan suplai

bahan baku kayu.

Page 15: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

25

Tabel 4.8 Luas Penggunaan Lahan dan Luas Kawasan Hutan di

Lokasi Klaster Furniture Kayu (ha)

No Kabupaten/Kota Luas

Lahan

(ha)

LUAS KAWASAN HUTAN (ha) Total

Kawasan

Hutan Hutan

Negara

% Hutan

Rakyat

%

1 Kabupaten Blora 179.440 90.605 50,49 18.302 10,20 108.907

2 Kabupaten Pati 149.120 22.626 15,17 34.683 23,26 57.308

3 Kabupaten

Banyumas

132.759 28.684 21,61 25.266 19,03 53.950

4 Kabupaten

Pemalang

101.190 32.780 32,39 18.473 18,26 51.252

5 Kabupaten

Purworejo

103.482 8.833 8,54 40.415 39,06 49.248

6 Kabupaten

Pekalongan

83.613 28.486 34,07 18.385 21,99 46.871

7 Kabupaten

Purbalingga

77.765 15.080 19,39 30.536 39,27 45.615

8 Kabupaten

Wonosobo

98.468 18.449 18,74 20.614 20,93 39.063

9 Kabupaten

Rembang

101.410 24.091 23,76 14.226 14,03 38.315

10 Kabupaten Boyolali 101.507 17.591 17,33 20.108 19,81 37.699

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, 2015

Hasil evaluasi lokus industri furniture di Jawa Tengah diringkas

dalam matriks yang disajikan pada Tabel 4.9. Titik berangkat yang

digunakan untuk mengevaluasi lokus industri furniture adalah

mengidentifikasi kabupaten/kota yang menetapkan industri

furniture sebagai sepuluh besar industri unggulan.

Tabel 4.9. Matriks Evaluasi Lokus Industri Furniture Jawa Tengah

No Kab/

Kota

Peringkat

Industri

Unggulan1

Memiliki

Klaster

Furniture2

Daya

Saing

Daerah3

Total

Kawasan

Hutan

(ha)4

Jarak ke

Pelabuhan

Tanjung

Mas (km)5

Lokasi

Pengem

bangan6

1 Kab. Jepara 1 Maju 4.15 34,827 74 Ya

2 Kota

Surakarta

1 Berkembang 4.81 50 120 Ya

3 Kab.

Sragen

1 Berkembang 5.05 27,311 122 Ya

4 Kab. Tegal 1 Tidak Ada 4.48 32,009 170 Tidak

Page 16: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

26

5 Kab.

Rembang

1 Tidak Ada 4.59 38,315 155 Tidak

6 Kab.

Sukoharjo

1 Berkembang 4.50 8,358 133 Ya

7 Kab.

Boyolali

2 Berkembang 4.66 37,699 93 Tidak

8 Kab. Klaten 2 Maju 3.83 14,033 129 Ya

9 Kota

Salatiga

2 Tidak Ada 4.65 928 60 Tidak

10 Kab. Ka-

ranganyar

3 Tidak Ada 4.34 24,503 139 Tidak

11 Kota Tegal 3 Tidak Ada 4.38 16 169 Tidak

12 Kab. Blora 3 Berkembang 3.73 108,907 127 Ya

13 Kab.

Semarang

4 Tidak Ada 4.53 27,884 55 Tidak

14 Kab.

Pemalang

4 Tidak Ada 3.81 51,252 145 Tidak

15 Kab.

Demak

4 Tidak Ada 4.12 8,793 30 Tidak

16 Kab. Kudus 5 Tidak Ada 4.54 9,103 82 Tidak

17 Kota

Semarang

5 Tidak Ada 4.93 10,806 5 Ya

18 Kab.

Banyumas

5 Tidak Ada 5.08 53,950 270 Tidak

19 Kab. Pati 5 Tidak Ada 4.52 57,308 81 Tidak

20 Kab. Pur-

balingga

6 Tidak Ada 4.90 45,615 201 Tidak

21 Kab.

Purworejo

6 Tidak Ada 4.06 49,248 129 Ya

22 Kab.

Kebumen

7 Tidak Ada 4.80 37,209 174 Tidak

23 Kab.

Batang

7 Tidak Ada 4.20 32,709 77 Tidak

24 Kab. Te-

manggung

7 Tidak Ada 4.37 33,390 84 Tidak

25 Kab. Wo-

nosobo

7 Tidak Ada 4.93 39,063 123 Tidak

26 Kota Pe-

kalongan

7 Tidak Ada 4.21 92 103 Tidak

27 Kab.

Magelang

9 Tidak Ada 4.32 35,382 77 Tidak

28 Kab. Pe-

kalongan

9 Tidak Ada 5.86 46,871 122 Tidak

Keterangan:

3.Produk Unggulan Daerah Berdasarkan Usulan Kabupaten/Kota Tahun 2015 (berdasarkan indikator

dinamika usaha; infrastruktur; kapasitas pemerintah, kinerja investasi, persepsi pengusaha terhadap iklim

bisnis, kinerja ekonomi).

4. Stratifikasi klaster 2016 (FPESD)

5. SDSD Jawa Tengah 2013

6. Jawa Tengah Dalam Angka, 2015

7. Google map

8. Peraturan Menteri Perindustrian RI No.146/M-IND/PER/12/2012

Page 17: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

27

Dari tiga puluh lima kabupaten/kota di Jawa Tengah terdapat dua

puluh delapan kabupaten/kota yang menempatkan industri

furniture sebagai sepuluh besar industri unggulan.

Tabel 4.10. Skor Faktor Evaluasi Lokus Industri Furniture

Jawa Tengah No Kabupaten/

Kota

Peringkat

Industri

Unggulan

Memiliki

Klaster

Furniture

Daya

Saing

Daerah

Total

Kawasan

Hutan (ha)

Jarak ke

Pelabuhan

Tanjung Mas

(km)

Lokasi

Pengem-

bangan

1 Kab. Jepara 5 5 2 3 4 5

2 Kota

Surakarta

5 3 3 1 3 5

3 Kab. Sragen 5 3 4 2 3 5

4 Kab. Tegal 5 1 2 3 2 1

5 Kab.

Rembang

5 1 3 3 2 1

6 Kab.

Sukoharjo

5 3 3 1 3 5

7 Kab. Boyolali 5 3 3 3 4 1

8 Kab. Klaten 5 5 1 1 3 5

9 Kota Salatiga 5 1 3 1 4 1

10 Kab.

Karanganyar

4 1 2 2 3 1

11 Kota Tegal 4 1 2 1 2 1

12 Kab. Blora 4 3 1 5 3 5

13 Kab.

Semarang

4 1 3 2 4 1

14 Kab.

Pemalang

4 1 1 5 3 1

15 Kab. Demak 4 1 2 1 5 1

16 Kab. Kudus 3 1 3 1 4 1

17 Kota

Semarang

3 1 3 1 5 5

18 Kab.

Banyumas

3 1 4 5 1 1

19 Kab. Pati 3 1 3 5 4 1

20 Kab.

Purbalingga

3 1 3 4 1 1

21 Kab.

Purworejo

3 1 2 4 3 5

22 Kab.

Kebumen

2 1 3 3 2 1

23 Kab. Batang 2 1 2 3 4 1

24 Kab.

Temanggung

2 1 2 3 4 1

25 Kab.

Wonosobo

2 1 3 3 3 1

26 Kota

Pekalongan

2 1 2 1 3 1

Page 18: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

28

No Kabupaten/

Kota

Peringkat

Industri

Unggulan

Memiliki

Klaster

Furniture

Daya

Saing

Daerah

Total

Kawasan

Hutan (ha)

Jarak ke

Pelabuhan

Tanjung Mas

(km)

Lokasi

Pengem-

bangan

27 Kab.

Magelang

1 1 2 3 4 1

28 Kab.

Pekalongan

1 1 5 4 3 1

Evaluasi lebih lanjut dilakukan dengan menggunakan

compensatory method dimana enam faktor evaluasi lokus industri

furniture diberikan skor antara 1 hingga 5 sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan di dalam Tabel 4.11. Enam faktor

evaluasi yang digunakan adalah ranking industri furniture dalam

daftar sektor unggulan; keberadaan klaster industri furniture;

daya saing daerah; keberadaan kawasan hutan; akses pelabuhan

laut; dan prioritas lokasi pengembangan. Tingkat kepentingan

masing-masing faktor evaluasi ditentukan dengan kriteria yang

disajikan dalam Tabel 4.11 sebagai berikut:

Tabel 4.11. Tingkat Kepentingan Faktor Evaluasi Lokus Industri

Furniture No Faktor

Evaluasi

Bobot

(%)

1 Ranking industri furniture dalam daftar sektor unggulan 20

2 Keberadaan klaster industri furniture 10

3 Daya saing daerah 20

4 Keberadaan kawasan hutan 5

5 Akses pelabuhan laut 20

6 Prioritas lokasi pengembangan 25

Prioritas lokasi pengembangan memiliki bobot paling tinggi

karena Peraturan Menteri Perindustrian RI No.146/M-

IND/PER/12/2012 telah menetapkan daftar lokasi

pengembangan industri furniture kayu yang menjadi prioritas.

Ranking industri furniture dalam sektor unggulan; daya saing

daerah; dan akses pelabuhan laut memiliki besar bobot yang sama

masing-masing 20% dan keberadaan klaster industri furniture

Page 19: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

29

diberikan bobot 10%. Bobot paling kecil diberikan pada

keberadaan kawasan hutan sebesar 5%. Hal ini dengan

pertimbangan karena kawasan hutan menunjukkan potensi

penyediaan bahan baku tetapi masih membutuhkan waktu untuk

realisasinya.

Hasil pemberian skor disajikan dalam Tabel 4.12 yang menjadi

dasar untuk perhitungan skor rata-rata seluruh faktor evaluasi.

Hasil perhitungan rerata skor evalusi lokus industri furniture di

Jawa Tengah dipaparkan dalam Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Rerata Skor Evaluasi Lokus Industri Furniture di Jawa

Tengah No Kabupaten/ Kota Rerata Skor

1 Kab. Jepara 4.10

2 Kab. Sragen 4.05

3 Kab. Sukoharjo 3.80

4 Kota Surakarta 3.80

5 Kab. Klaten 3.60

6 Kota Semarang 3.60

7 Kab. Blora 3.40

8 Kab. Purworejo 3.15

9 Kab. Boyolali 3.10

10 Kota Salatiga 2.80

Berdasarkan hasil pada Tabel 4.12, Kabupaten Jepara, Kabupaten

Sragen, dan Kabupaten Sukoharjo diusulkan untuk menjadi

prioritas lokus industri furniture kayu yang akan dikembangkan di

Jawa Tengah. Kabupaten Jepara memiliki rerata skor tertingi

diikuti oleh kabupaten Sragen. Kabupaten Jepara memiliki

kelebihan terutama karena menempatkan industri furniture

sebagai sektor unggulan nomor satu; memiliki klaster indusutri

furniture status maju; dan berada dalam daftar lokasi

pengembangan industri furniture berdasarkan Peraturan Menteri

Perindustrian RI No.146/M-IND/PER/12/2012. Hal yang mirip

dimiliki oleh Kabupaten Sragen yang unggul terutama karena

menempatkan industri furniture sebagai sektor unggulan nomor

satu; memiliki klaster industri furniture status berkembang; dan

Page 20: BAB IV INDUSTRI PRIORITAS...pengembangan industri furniture dalam tiga tahap yatu: pengembangan kerajinan, ukir-ukiran dari kayu, furniture kayu dan rotan (2015-2019); high-tech furniture

30

masuk dalam daftar lokasi pengembangan industri furniture

berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian RI No.146/M-

IND/PER/12/2012. Di samping itu, Kabupaten Sukoharjo

diusulkan menjadi prioritas lokus industri furniture kayu dengan

pertimbangan bahwa industri furniture dipilih menjadi nomor

satu sektor unggulan kabupaten; memiliki klaster indusutri

furniture status berkembang; dan masuk dalam daftar lokasi

pengembangan industri furniture berdasarkan Peraturan Menteri

Perindustrian RI No.146/M-IND/PER/12/2012.