BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A...

194
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi penyajian data penelitian dan triangulasi data dari sumber lain mengenai dukungan sosial keluarga yang diberikan kepada penderita skizofrenia pasca perawatan. A. PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Persiapan penelitian Pada tahap persiapan penelitian ini, peneliti mengacu pada konsep pra penelitian menurut Bogdan (dalam Moleong, 2006) yaitu meliputi: a) Penyusunan rancangan penelitian. Tahap ini meliputi, penyusunan bab 1 hingga bab 3 yang mencakup latar belakang, landasan teori, metode penelitian, kemudian mempersiapkan alat pengumpul data berupa penuntun wawancara (interview guide). b) Pemilihan lokasi Pada tahap pemilihan lokasi, awalnya peneliti beberapa kali melakukan survey ke beberapa rumah sakit jiwa di daerah Solo dan Semarang, serta beberapa panti rehabilitasi di daerah Boyolali dan Salatiga. Dari hasil survey tersebut, peneliti memperoleh nama calon partisipan dari panti rehabilitasi yang ada di kabupaten Boyolali. Keterbatasan peneliti dalam memenuhi persyaratan

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi penyajian data penelitian dan triangulasi

data dari sumber lain mengenai dukungan sosial keluarga yang

diberikan kepada penderita skizofrenia pasca perawatan.

A. PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

1. Persiapan penelitian

Pada tahap persiapan penelitian ini, peneliti mengacu pada

konsep pra penelitian menurut Bogdan (dalam Moleong,

2006) yaitu meliputi:

a) Penyusunan rancangan penelitian.

Tahap ini meliputi, penyusunan bab 1 hingga bab

3 yang mencakup latar belakang, landasan teori,

metode penelitian, kemudian mempersiapkan alat

pengumpul data berupa penuntun wawancara

(interview guide).

b) Pemilihan lokasi

Pada tahap pemilihan lokasi, awalnya peneliti

beberapa kali melakukan survey ke beberapa rumah

sakit jiwa di daerah Solo dan Semarang, serta

beberapa panti rehabilitasi di daerah Boyolali dan

Salatiga. Dari hasil survey tersebut, peneliti

memperoleh nama calon partisipan dari panti

rehabilitasi yang ada di kabupaten Boyolali.

Keterbatasan peneliti dalam memenuhi persyaratan

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

berkas serta tidak ada pemberitahuan selanjutnya dari

pihak rumah sakit jiwa, maka peneliti tidak

mendapatkan calon partisipan dari pihak rumah sakit.

Selain itu, dari panti rehabilitasi yang berada di kota

Salatiga, peneliti memperoleh nama calon partisipan,

namun setelah dihubungi, partisipan tidak bersedia

untuk diwawancarai. Dengan demikian peneliti

mencari nama calon partisipan berikut dari beberapa

kerabat partisipan sendiri dan pada akhirnya peneliti

menemui calon partisipan berikut di daerah Bandung.

Dengan demikian, pemilihan lokasi telah

ditetapkan oleh peneliti dengan pertimbangan-

pertimbangan seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, sehingga pengambilan data yang

dimaksud dilaksanakan di Kabupaten Boyolali dan

Kota Bandung sesuai dengan tempat tinggal

partisipan penelitian. Dengan demikian, peneliti

segera menyusun alokasi waktu serta menghubungi

informan dalam penelitian ini.

c) Memilih dan memanfaatkan informan

Dalam hal ini pemilihan informan bertujuan

untuk membantu peneliti mendapatkan partisipan

yang sesuai dengan karakteristik yang akan diteliti,

yaitu partisipan yang memiliki anggota keluarga

penderita skizofrenia yang menjalani masa pasca

perawatan, tinggal bersama anggota penderita

skizofrenia, serta merawat anggota penderita

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

skizofrenia pasca perawatan dengan melakukan

kontrol rutin dan pemberian obat secara rutin.

Informan pertama adalah psikiater yang

memiliki salah satu yayasan rehabilitasi mental di

daerah Boyolali. Informan berikut adalah kerabat dari

peneliti sendiri yang berdomisili di Bandung. Kedua

informan membantu memberikan informasi mengenai

beberapa partisipan yang memenuhi kriteria

penelitian. Informan kemudian menjelaskan latar

belakang partisipan serta kondisi calon partisipan

kepada peneliti. Dari 4 nama yang diajukan informan

pertama, peneliti memutuskan untuk memilih 2 nama

partisipan dikarenakan hanya 2 keluarga tersebut yang

bersedia untuk diwawancarai. Sementara dari

informan kedua peneliti diperkenalkan dengan satu

keluarga yang merupakan tetangga informan sendiri.

Oleh karena topik penelitian yang diangkat

peneliti dirasa sangat sensitif, sehingga kedua

informan merasa perlu untuk melakukan pendekatan

dengan partisipan terlebih dahulu sebelum

dipertemukan dengan peneliti. Setelah kedua informan

melakukan pendekatan dan merasa partisipan cukup

nyaman, kemudian mereka memberikan informasi

alamat partisipan dan peneliti sendiri yang mendatangi

partisipan di tempat tinggalnya masing-masing.

d) Mengurus perijinan

Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

cara informal, artinya tidak memerlukan surat ijin dari

fakultas, dikarenakan partisipan merasa tidak

membutuhkan surat tersebut.

e) Tahap penjajakan dan penilaian lapangan

Tahap ini dilakukan melalui perbincangan dengan

partisipan pertama, yaitu ayah dari penderita

skizofrenia, untuk partisipan kedua adalah anak dari

penderita skizofrenia, sementara itu partisipan ke tiga

adalah saudara kandung dari penderita. Perbincangan

dengan ketiga partisipan dilakukan di rumahnya

masing-masing.

f) Persiapan perlengkapan

Penelitian dilakukan dengan menyediakan alat-alat

yang dibutuhkan dalam proses pengambilan data

mencakup alat perekam, alat tulis, dan notes.

g) Mengetahui persoalan etika

Memberitahukan maksud dan tujuan penelitian secara

terbuka kepada calon partisipan, hal ini telah

dilakukan peneliti di awal pertemuan dengan ketiga

partisipan.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data melalui wawancara dilakukan

sebanyak empat kali terhadap partisipan pertama, tiga kali

terhadap partisipan kedua dan dua kali terhadap partisipan

ketiga termasuk triangulasi data. Pelaksanaan wawancara

terhadap seluruh partisipan dimulai pada bulan September

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

2012 - Maret 2013. Partisipan pertama dan kedua adalah

keluarga yang dipilih dan disarankan oleh psikiater yang

selama ini merawat anggota keluarganya yang sakit.

Sementara partisipan yang ketiga direkomendasikan oleh

salah satu kerabat peneliti yang berdomisili di Bandung.

Oleh karena peneliti belum pernah menemui

ketiga partisipan sebelumnya, maka penjalinan rapport

dilakukan dengan cara beberapa kali pertemuan terlebih

dahulu. Untuk memastikan apakah ketiga partisipan

memiliki karakteristik yang sesuai dengan penelitian,

maka peneliti melakukan perbincangan dengan psikiater

yang selama ini merawat anggota keluarga mereka yang

menderita skizofrenia dan juga kerabat peneliti yang

merupakan tetangga partisipan. Dari psikiater dan kerabat

peneliti inilah, peneliti mendapatkan alamat rumah, nomor

handphone serta gambaran singkat tentang ketiga

partisipan.

Untuk partisipan pertama dan kedua tersebut,

peneliti langsung menemuinya di rumah mereka yang

terletak tidak jauh dari panti rehabilitasi mental yang

menjadi tempat pertemuan peneliti dengan informan

(psikiater). Sementara partisipan ketiga juga langsung

ditemui penleiti di kediamannya di kota Bandung. Ketiga

partisipan menerima dan bersedia untuk menjadi

partisipan dalam penelitian ini.

Pada wawancara awal (W0) peneliti sengaja tidak

melakukan perekaman. Hal ini dimaksudkan untuk

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

membina rapport dan menghindari rasa tidak nyaman

pada diri partisipan. Meski sifatnya informal, namun

ketiga partisipan sempat bercerita tentang kehidupan

anggota keluarga mereka masing-masing yang menderita

skizofrenia juga sekilas tentang hal-hal yang telah

dilakukan sebagai usaha dari keluarga untuk memberikan

penanganan yang tepat terhadap penderita. Kemudian

hasil pertemuan dan wawancara awal ini dituliskan

peneliti pada bagian observasi. Dengan demikian, laporan

verbatim wawancara awal (W0) tidak dimasukkan dalam

transkrip, namun tercantum dalam laporan observasi.

Setelah peneliti melakukan wawancara,

dilanjutkan dengan mengolah data dan mengubah dalam

bentuk transkrip (print out). Setelah melewati tahap

tersebut, peneliti kemudian membuat janji dengan

partisipan untuk menyerahkan transkrip serta meminta

persetujuan dengan menandatangani surat pernyataan.

B. ANALISIS

Analisis data kualitatif menurut Moleong (2010) pada

umumnya meliputi: reduksi data, kategorisasi, pemeriksaan

keabsahan data, penafsiran data, dan kesimpulan. Setelah

semua data diperoleh, baik wawancara maupun hasil

observasi, maka peneliti kemudian melakukan analisis data

sesuai dengan tahapan yang telah dirancangkan sebelumnya.

Proses analisis data dimulai dengan pengetikan

transkrip wawancara yang peneliti lakukan secara manual

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

dengan mendengarkan hasil rekaman sembari mengetik kata

perkata. Selanjutnya peneliti menambahkan nomor (1, 2, 3,

dst …) pada bagian kanan transkripsi disetiap barisnya agar

memudahkan dalam proses analisis data. Peneliti juga

mengetik hasil observasi lapangan yang peneliti kumpulkan

pada saat pengambilan data berlangsung.

Setelah proses pengetikan selasai, peneliti kemudian

membaca transkrip wawancara, dan hasil observasi berulang-

ulang hingga peneliti mampu menemukan alur dan juga

menentukan tema-tema serta makna dibalik setiap kalimat

yang diungkapkan partisipan penelitian baik secara verbal

maupun non verbal. Tema dan makna tersebut peneliti

tambahkan pada bagian kiri transkrip.

Agar memudahkan dalam membaca dan menyajikan

data, maka peneliti juga memberikan kode sesuai dengan

nama dari setiap partisipan, yaitu untuk partisipan pertama

DJ, partisipan kedua A dan partisipan ketiga YU. Hal yang

sama juga berlaku bagi nama kerabat yang menjadi

triangulasi, peneliti menuliskan dengan inisial nama

keduanya.

Selanjutnya peneliti mengelompokkan data ke dalam

aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian kemudian

mencoba untuk membandingkan antara partisipan pertama,

kedua dan ketiga. Adapun hasil kategorisasi berdasarkan

masing-masing aspek dapat dilihat pada tabel yang terlampir.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

C. DESKRIPSI PARTISIPAN

1. Partisipan 1

a. Gambaran umum partisipan 1

Nama : DJ

TTL : Boyolali, 8 Agustus 1938

Umur : 75 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan Terakhir : Pendidikan Guru SLP

Status : Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Pensiunan Guru

Partisipan adalah seorang bapak dari tiga orang

anak yang saat ini berstatus sebagai pensiunan guru.

Partisipan tinggal bersama istri, mertua dan dua orang

anaknya di Kabupaten Boyolali. Sedangkan anaknya

yang pertama, pada saat ini berdomisili di Semarang.

Sehari-hari partisipan mencari kesibukan dengan pergi

menggarap ladangnya.

Partisipan bernama DJ. Ia memiliki seorang anak

penderita skizofrenia yang bernama BB. Pada saat ini

BB berusia 40 tahun. BB merupakan lulusan SMA

Negeri Boyolali dengan jurusan A2 dan kemudian

melanjutkan studi D3 pada salah satu Perguruan Tinggi

Swasta di Semarang, program studi teknik kimia. Masa

studi BB hanya bertahan sekitar 3 semester atau kurang

lebih satu setengah tahun. Menurut orang tua BB, hal

yang menyebabkan BB tidak melanjutkan studi di

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Perguruan Tinggi hingga selesai adalah karena BB

yang sering menunjukkan gejala bingung karena tidak

kuat mengikuti pelajaran yang diberikan oleh pihak

Universitas.

Kebiasaan BB yang mulai bingung dan juga suka

marah-marah di rumah membuat DJ menyarankan BB

untuk menjalani perawatan di RSJ Solo, namun hal ini

tidak langsung ditanggapi secara baik oleh BB, oleh

sebab itu DJ dan istrinya harus beberapa kali

membujuk anaknya tersebut untuk pergi berobat. Pada

akhirnya BB setuju dan diantar oleh DJ dan istrinya ke

RSJ Solo. Pada saat itu BB hanya dirawat jalan selama

beberapa bulan. Setelah itu BB disarankan oleh pihak

keluarga untuk beristirahat, namun hal ini tidak di

dengar oleh BB.

Setelah BB merasa pulih dari sakitnya, BB

memutuskan untuk mengikuti tes masuk Perguruan

Tinggi dan hasilnya BB diterima di program studi

FKIP Sejarah pada salah satu Perguruan Tinggi Swasta

di Semarang. Selama menjalani studi di FKIP Sejarah,

BB juga aktif mengikuti kegiatan keagamaan. Menurut

orang tua BB kegiatan tersebut merupakan kegiatan

yang beraliran keras dari salah satu agama. Oleh sebab

itu, BB kembali tidak kuat dalam mengikuti ajaran

agama tersebut sehingga BB kembali menunjukkan

gejala bingung. Akhirnya BB harus dikeluarkan dari

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Universitas lagi yang baru dijalaninya selama kurang

lebih 6 bulan.

Karena gejala bingung dan marah yang sering

ditunjukkan oleh BB, maka keluarga memutuskan

untuk membawa BB menjalani perawatan di RSJ Solo.

Di sana, BB menjalani masa perawatan selama kurang

lebih 2 bulan. BB telah 2 kali menjalani rawat inap di

RSJ Solo selama kurang lebih 2 sampai 3 bulan untuk

setiap kali perawatan. Pada saat ini partisipan dan

istrinya memiliki tanggung jawab penuh untuk

merawat BB dalam masa pasca perawatan RSJ dan

juga membawa BB untuk melakukan kontrol rutin ke

Psikiater terdekat.

2. Laporan observasi selama wawancara

Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 11

Septermber 2012, pukul 16.38 – 18.15 di rumah

partisipan. Pada saat peneliti datang, istri partisipan

yang membukakan pintu rumah dan mempersilahkan

peneliti masuk. Setelah peneliti dipersilahkan duduk,

kemudian partisipan dipanggil oleh istrinya untuk

menemui peneliti. Setelah partisipan datang, peneliti

mulai meminta ijin untuk merekam dan menjelaskan

kembali tujuan untuk datang ke rumahnya pada sore

itu.

Wawancara berlangsung di ruang tamu, dengan

posisi duduk peneliti yang berhadapan dengan DJ.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Pada saat mulai wawancara peneliti mulai menanyakan

beberapa informasi umum mengenai identitas anak

yang sakit terlebih dahulu. DJ menjawab setiap

pertanyaan yang diberikan dengan tenang dan dengan

suara yang cukup tegas. Semua informasi mengenai

anak DJ yang selama ini menderita skizofrrenia di

ceritakan secara runtut, mulai dari waktu anaknya

mulai sakit.

Beberapa pertanyaan terkait awal mula sakit,

dijawab partisipan dengan sesekali tertawa. Ia

menceritakan bagaimana anaknya menunjukkan

ketidakmampuan dalam menjalani masa perkuliahan di

teknik kimia UNDIP-Semarang, sehingga hal ini

mengakibatkan kebingungan dan perasaan tertekan

yang membuat anaknya menjadi seperti ini.

Beberapa waktu lamanya ketika sedang

mewawancarai DJ, istri DJ datang sambil membawa

minuman untuk DJ dan peneliti sambil

mempersilahkan kami untuk meminumnya. Setelah itu,

peneliti meminta ijin untuk kembali melanjutkan

wawancara dengan DJ. Pada saat itu istrinya tidak

langsung kembali ke dapur, melainkan duduk di dekat

pintu yang menghubungkan ruang tamu (tempat kami

melakukan wawancara) dan warung, sambil

menunggui warung tersebut.

Beberapa informasi yang ditanyakan oleh peneliti

terkait pengobatan dan waktu dirawat anak DJ, dijawab

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

DJ dengan bantuan istrinya karena DJ kesulitan dalam

mengingat kembali kronologis beberapa kejadian pada

saat dibawa ke rumah sakit, menjalani pengobatan di

rumah sakit, kembali ke rumah, dan sebagainya.

Selanjutnya, pada selang beberapa menit setelah

berjalannya wawancara, anak DJ yang sakit (BB)

datang dan ikut duduk di dekat kami berdua. BB

menyapa peneliti dan kemudian mengajak peneliti

bercerita, tetapi DJ kemudian menegaskan kepada BB

bahwa peneliti membutuhkan waktu untuk berbicara

dengan DJ. Selanjutnya BB tetap duduk di dekat

peneliti dan DJ dan berbicara seorang diri.

Pada saat pertanyaan yang diajukan peneliti

mengenai bagaimana BB pada awal sakit dan gejala

yang ditunjukkan, DJ menjawab dengan nada yang

mulai pelan, seolah-olah apa yang dikatakan jangan

sampai didengar oleh anaknya yang pada saat itu

duduk di situ. Selain itu, pada saat DJ sedang

menjelaskan beberapa penyebab yang diketahuinya

sebagai salah satu pemicu sakitnya BB, istri DJ

langsung ikut berbicara. Menurut istri DJ, DJ sering

memanjakan BB pada masa kecilnya. BB tidak

diperbolehkan untuk bekerja keras, karena itu pada saat

menerima tantangan dalam perkuliahan, BB menjadi

sosok yang tidak kuat, dan mengakibatkan dia menjadi

kebingungan serta terdapat gangguan pada syarafnya.

Pada saat istrinya menjawab demikian, DJ hanya

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

menatap ke arah luar rumah sambil terdiam dan tidak

banyak berbicara.

Setelah itu, peneliti memohon ijin kembali kepada

istri DJ untuk melanjutkan wawancara dengan DJ.

Pada saat itu istri DJ masih duduk di dekat pintu dan

beberapa menit kemudian kembali ke warung untuk

melayani pembeli yang datang.

Wawancara kedua dilaksanakan tanggal 26

September 2012, pukul 14.30 – 15.55, bertempat di

ruang yang sama seperti wawancara pertama. Pada saat

itu, DJ baru saja kembali dari ladang. Seperti

wawancara sebelumnya, peneliti dan DJ diberikan

minuman oleh istri DJ. Kami melanjutkan wawancara

sambil menikmati minuman yang telah disediakan.

Wawancara kedua berlangsung lebih lama. Peneliti

menanyakan beberapa hal untuk memastikan jawaban

dari hasil wawancara pertama. Pada wawancara kali

ini, DJ lebih terbuka menceritakan apa yang dialami

dirinya dan keluarganya ketika harus merawat BB.

Seperti halnya wawancara sebelumnya, DJ menjawab

pertanyaan dengan sangat tenang, dan dengan nada

suara yang tegas. Beberapa pertanyaan terkait apa yang

biasa dilakukan BB sehari-hari dijawabnya sambil

tertawa.

Ketika peneliti menanyakan mengenai

perasaannya terkait dengan memiliki anak yang

menderita sakit ini, volume suaranya langsung

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

mengecil. Sambil tertunduk dan sedikit tertawa kecil,

DJ mengatakan bahwa ia sedih dan hanya bisa tetap

memohon kepada Tuhan. Sedangkan, untuk pertanyaan

selanjutnya mengenai apa yang biasa BB lakukan

dalam kesehariannya, tiba-tiba dijawab ia dengan

volume suara yang kembali meninggi. Beberapa kali

DJ mengeluh mengenai BB yang tidak ingin

melakukan banyak hal, padahal ia telah menyarankan

bahkan mengajak BB untuk bersama-sama melakukan

kegiatan-kegiatan yang menurut DJ mudah untuk

dilakukan.

Pada wawancara ketiga, yaitu tanggal 29

September 2012, pukul 13.10 – 14.00 WIB, partisipan

terlihat kurang bersemangat dalam menjawab beberapa

pertanyaan yang diberikan. Tidak seperti wawancara ke

dua, partisipan hari itu terlihat lebih diam. Pada saat

wawancara, peneliti sempat bertanya mengenai

tindakan atau perilaku DJ ketika ia sedih karena

melihat tingkahlaku BB. DJ pada saat itu hanya

menatap keluar sambil menjawab pertanyaan yang

diajukan peneliti, beberapa kali DJ melihat ke arah

peneliti dan terlihat dengan jelas mata DJ yang

berkaca-kaca ketika mengatakan bahwa ia hanya bisa

berpasrah kepada Tuhan sambil tetap berharap akan

ada perubahan dalam diri BB.

Selanjutnya pada saat menjawab pertanyaan

peneliti terkait hal yang sudah ia lakukan untuk

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

membantu BB, partisipan hanya mengeluh karena

merasa jemu dengan sikap BB yang tidak juga berubah.

Hal ini dikatakannya sambil menggelengkan kepala

dan sesekali menarik napas panjang. Setelah cukup

banyak bertanya, peneliti memutuskan untuk

mengakhiri wawancara pada sore itu, karena

menimbang kondisi DJ yang tidak begitu aktif dalam

menjawab pertanyaan seperti wawancara-wawancara

sebelumnya. Peneliti menduga hal ini dikarenakan DJ

masih merasa lelah karena baru saja kembali bekerja

dari ladang.

3. Analisis verbatim

Analisis verbatim P1W1

Makna Verbatim

Marah sebagai emosi

yang menonjol pada saat

kambuh.

Ya, pertama dulu sering

marah. (P1W1 28)

Kambuhnya yah marah-

marah. (P1W1 42)

Cara untuk bisa membawa

penderita berobat adalah

dengan membohongi dan

merayu penderita

Tapi kalo saya antar ke sana

ditipu kok. Kalo apa adanya

gak mau. Jadi harus dibujuk

rayu baru mau (P1W1 42-

44)

Ibu berperan dalam

memberikan dukungan ke

Oh biasa ibu. Kalo ke rumah

sakit tidak dibujuk ibu, tidak

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

penderita untuk pergi ke

rumah sakit.

mau. Kalo ke solo itu,

ibunya yang merayu. Tapi

kalo udah agak sehat ke sana

biasa dengan saya. (P1W1

48-49)

Ciri yang ditunjukkan

oleh penderita ketika

keadaannya membaik

adalah mau diajak ke RSJ

dengan menggunakan

sepeda motor.

Tapi kalo udah agak sehat ke

sana biasa dengan saya. Kalo

pas keadaannya baik, naik

sepeda motor itu berani

kemana-mana itu. Pas

keadaannya agak normal

(P1W1 50-52)

Ciri lain yang penderita

ketika kondisinya

membaik adalah nafsu

makan yang besar dan

emosi gembira yang

ditunjukkan, sedangkan

dalam kondisi kambuh,

penderita terlihat sedih.

Pokoknya kalo jajannya

banyak, kalo makannya

banyak itu agak normal. Yah

makannya banyak, ada

orang odong-odong datang

itu jajan gembira. Tapi kalo

gak kelihatannya sedih.

(P1W1 54-58)

Aktivitas yang dilakukan

oleh penderita ketika

penderita dalam kondisi

yang tidak kambuh.

Ya anu, nyapu, kulaan

dagangan, kulaan bensin

mau kok. Kulaan itu senang

tapi setelah kulaan, yah

jajan, beli es, ya

kesenangannya itu memang

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

(P1W1 61-63)

Partisipan dan istrinya

membiayai perawatan

anaknya.

Yah saya yang biayai

perawatannya sama ibu.

Disini sudah ringan kok, anu

periksanya 50ribu. Obatnya

yah ringan, 150 rata-rata

(P1W1 65-69)

Keaktifan dalam bekerja

pada penderita dalam

kondisi yang sedang tidak

kambuh berdampak pada

sedikitnya jumlah obat

yang harus dikonsumsi.

Yah, jatah satu bulan bisa

untuk dua bulan. Soalnya

kalo dia mau kerja siang,

malam tidak perlu makan

obat. Nanti udah tidur

sendiri kok. Otomatis itu.

Tapi kalo siangnya itu kerja

tidak banyak, obatnya yang

banyak gitu. Intinya, kalo

kerjanya banyak, obatnya

dikit, biayanya ringan.

Hanya makannya juga

banyak. (P1W1 73-78)

Partisipan berperan dalam

memenuhi kebutuhan

sehari-hari penderita.

Iya, saya yang layani, yang

ngontrol kebutuhannya.

Uangnya ambil sendiri di

warung (sambil tertawa)

(P1W1 80-82)

Penderita diberikan Ya, sudah ditentukan,

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

pengarahan dan dilibatkan

dalam melakukan

kegiatan berdagang

namun hal tersebut tetap

dikontrol oleh P.

termasuk caranya kulaan.

Pembeliannya sekian,

jualnya sekian. Disitu sudah

saya tulis, saya beritahu juga

untuk mengecek jujur

tidaknya. (P1W1 86-88)

Partisipan berperan dalam

mengontrol konsumsi obat

penderita, karena

penderita tidak mampu

mandiri dalam mengatur

jadwal untuk minum obat.

Iya, kalo untuk minum obat,

saya kontrol terus obatnya.

(P1W1 94).

Yah kalo tidak dikontrol,

seenaknya sendiri. Kecuali

makan, lauk pauknya tidak

usah dikontrol. (sambil

tertawa). (P1W1 99-100)

Ibu mempunyai

keterbatasan waktu dalam

mengurus penderita.

Kalau ibu tidak, gak sempat,

harus masak, cuci, apalagi

mertua saya disini, ngurusi

orang tua. (P1W1 96-97)

P berendapat bahwa

beban kuliah yang berat

menjadi salah satu

penyebab munculnya

penyakit.

Cita-citanya dulu teknik

kimia, tapi tidak kuat.

Setelah itu disuruh istirahat

dulu 2 tahun tidak mau.

Ikutan teman, tapi tidak

ngukur kemampuannya

sendiri. (P1W1 105-107)

P mengarahkan penderita Keinginannya terlalu tinggi,

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

memilih jurusan yang

sesuai kemampuan

penderita, namun

penderita mengabaikan

arahan tersebut.

tapi diarahkan angel. Kimia

tidak kuat kemudian

diarahkan oleh kiai dari

adiknya ibu supaya istirahat

2 tahun, tidak mau kok

(P1W1 107-109)

P bermaksud melibatkan

penderita untuk

beraktivitas, namun

penderita tidak memiliki

minat untuk melakukan

kegiatan tersebut.

Tidak mau ikut kegiatan

apapun dia (P1W1 111).

Yah, kalo saya ke ladang

saya ajak tapi dia tidak mau

(P1W1 116)

P merasa jenuh dalam

menyarankan penderita

untuk melakukan

aktivitas.

Oh nyaranin ikut kegiatan ini

itu, sampai jemu. (P1W1

114)

P tidak memaksa

penderita untuk

melakukan kegiatan untuk

menghindari konflik yang

dapat terjadi.

Oh kalo dipaksa malah anu

repot. Mau yah ikut, tidak

mau yah ga ikut (P1W1 122-

123)

Kekhawatiran P terhadap

penderita ketika penderita

berpergian, membuat P

memberikan arahan

Oh diberitahu, jalan

belakang, kalo lewat jalan

besar gak mau kok. Gak

berani. Soalnya waktu di

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

mengenai jalan yang

dapat dilewati.

Semarang simnya diambil

polisi. (P1W1 134-136)

Pengalaman penderita

yang pernah melanggar

peraturan lalulintas karena

jalan pemikirannya yang

kurang rasional.

Pikirannya udah goyang, ada

lampu merah nekat kok.

Kalo sekarang udah mulai

normal (P1W1 136-137)

Dalam kondisi yang

membaik (tidak kambuh),

penderita mampu

melakukan aktivitas

berdagang.

Yah iya, kulaan dagangan itu

bisa. Tapi kalo udah agak

normal (P1W1 139)

Keluarga memberikan

pengarahan dan

mendorong penderita

untuk beraktifitas atau

melakukan suatu

pekerjaan di rumah pada

saat penderita dalam

kondisi baik.

Yah nyatat, kalo ada yang

beli terus utang, ditulis

semua. Kalo dia lagi

pikirannya normal, saya

suruh ke toko, kulaan

dagangan, tapi kalo gak yah

gak. Biasanya saya juga

sarankan nyapu, terutama

ibunya. Kalo gak gitu yah

gak mau. Gak mau bangun

kalo gak dibangunin (P1W1

145-149)

P merupakan sosok yang

ditakuti oleh penderita.

Yah, saya bilang, dia agak

takut kalo dengan saya

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

(P1W1 151)

P menasehati penderita

dengan menunjukkan

kemarahan, namun hal ini

dibatasi agar tidak terjadi

konflik yang besar antara

keduanya.

Oh pernah marah banget

saya waktu dulu. Yah saya

batasi marahnya makanya,

supaya nanti tidak ada

dendam. Ya toh, soalnya

pikirannya udah terganggu.

(P1W1 153-156 )

Penghargaan yang

diberikan oleh keluarga

jika penderita melakukan

hal yang baik.

Misalnya kalo kerjaannya

baik yah diberi hadiah,

kayak permen dan

sebagainya. (P1W1 168-169)

Pemberian nasehat dengan

tidak menunjukkan sikap

marah karena

menghindari konflik yang

akan menyusahkan P dan

keluarga.

Kalo dimarahin malah repot

nanti. Lah kadang-kadang

saya ajak kemana gitu juga

ikut. Kadang gak juga

(P1W1 169-170)

Keluarga mendorong

penderita untuk meniru

hal yang baik dari anggota

keluarga lain.

Yah itu kasih contoh

keluarga sendiri, dibilangin

biar lihat kakaknya yang

berhasil, adiknya juga sudah

bekerja. (P1W1 173-174)

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Analisis verbatim P1W2

Makna Verbatim

Keluarga mengarahkan

penderita untuk berhenti

sekolah sementara waktu,

namun penderita

mengabaikan arahan

tersebut.

Dia sakit, terus disuruh

istirahat dulu, nda mau.

Terus keluar, sekolah lagi

katanya saudaranya di

semarang, disuruh

istirahat 2 tahun dulu,

tidak boleh sekolah dulu

biar pikirannya tenang.

Dia tidak mau, kemudian

beberapa bulan ikut itu,

aduh namanya apa. Masuk

perguruan tinggi namanya

apa itu loh (P1W2 7-11)

Nasehat untuk beristirahat

setelah pasca perawatan

dari keluarga diabaikan

oleh penderita yang ingin

mengaktualisasikan

dirinya dalam dunia

pendidikan.

Iya sakit, disuruh istirahat

tidak mau, terus beberapa

bulan melu testing lagi ke

perguruan tinggi negeri

(P1W2 16-17)

Pemikiran yang sering

berubah-ubah atau tidak

konsisten serta

kebingungan menjadi

Ya anu, sering bingung itu

loh. Pokoknya

pemikirannya berubah-

ubah. (P1W2 25-27)

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

gejala yang ditunjukkan

penderita

Keadaan dan kegiatan

penderita pada saat di

salah satu RSJ di Solo

2 kali yah, di opname. Di

solo itu yah dicampur itu

sama orang seng anak

yang tidak sekolah, yang

sekolah sd, smp, sma,

perguruan tinggi

dicampur. disana itu tidak

dilatih, dibiarke tidur,

repot toh (P1W2 36-40)

Perawatan di rumah sakit

dipilih keluarga sebagai

cara untuk memulihkan

penderita yang sering

menunjukkan gejala

bingung di rumah.

Rawat jalan dulu di

rumah. Udah di rumah

jadi bingung, akhirnya

diopname sampai kira-

kira 2 bulan (P1W2 47-

48)

Ada penanganan yang

lebih baik yang diberikan

oleh salah satu psikiater.

Kalo dengan bu A iya,

perbedaannya banyak.

Kalo bu A itu misalnya

cara menangani dan

memberi perhatian ke

orang sakit itu (P1W2 52-

54)

Penderita mencoba

mengaktualisasikan

Bar loro, durung di

opname trus ada buka

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

dirinya dengan berusaha

melanjutkan studi serta

mengikuti pengajaran-

pengajaran agama, namun

penderita tidak mampu

untuk melanjutkan

pilihannya tersebut.

pendaftaran, dia tes,

masuk. Setelah itu sekolah

fkip, kemudian ikutan

pengajian juga yang aliran

keras. Terus ga kuat

ajarannya, ga kuat

sekolahnya, yah jadi

bingung toh. Sarafnya itu

udah renggang (P1W2 59-

63)

P membandingkan

kebiasaan anak-anaknya

di rumah, dan salah satu

kebiasaan penderita

sendiri sebelum sakit yaitu

menghindari kegiatan-

kegiatan di luar rumah.

Lah anak yang nomor 1

itu kuat yang terakhir ya

kuat kok, hanya yang

nomor 2 ini yang ga kuat.

Soalnya mereka itu ikutan

kegiatan apa-apa. Ikut

karate, hanya BB yang ga

mau ikut apa-apa, ga mau

kerja apa-apa, jadinya

kayak gitu. (P1W2 64-68)

Penerapan pola asuh yang

berbeda oleh P terhadap

adik penderita (anak P

yang ketiga) setelah

melihat kondisi penderita

yang menderita gangguan

Berhubung anak saya

yang nomor dua kayak

begitu, jadi anak saya

yang nomor 3 itu saya

suruh ukur

kemampuannya kalo

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

jiwa. sekolah, jangan ikutan

konconya. Terus aku ajak

kulaan, ke pasar. Saya

latih biar ga malu kayak

kakaknya ini. Sejak dulu

kan ga ada kerjaan

(P1W2 68-72)

Biaya pengobatan yang

mahal menjadi salah satu

masalah yang dialami

keluarga dalam merawat

penderita di rumah.

Iya balik Solo, tapi

obatnya mahal. Di sana

itu 1 minggu habisnya 2

juta loh. Iya, mahal itu di

Solo. Tiap bulan yah

rawat jalan yah mahal

banget itu. Obatnya itu

dulu pertama habisnya 30

ribu, jaman dulukan itu

mahal. Sekitar tahun 91

itu. Berat kok ongkosnya

itu (P1W2 85-93)

P mencari informasi

mengenai psikiater yang

dapat menangani

perawatan anaknya.

Dulu anu, disitu ada yang

sering berobat ke sana.

Jadi mereka memberi tahu

toh. Ya, ketemu bu A

(psikiater) (P1W2 99-102)

Ada perubahan perilaku

penderita ke arah yang

Oh ga diopname, hanya

obat jalan saja. Iya,

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

lebih baik soalnya sekarang udah

mau disuruh. Dulukan ga

mau (P1W2 106-107)

Pemberian saran oleh

psikiater kepada keluarga

terkait konsumsi obat

penderita.

Iya sebulan. Tapi bu A

pernah berkata kalo waktu

siang banyak bekerja, obat

tidurnya tidak usah di anu

tidak usah diminum. Jadi

kalo siangnya sudah kerja

sudah rajin bekerja tidak

perlu dikasih obat. (P1W2

110-113)

Partisipan/keluarga

melibatkan penderita

untuk melakukan

pekerjaan rumah sehari-

hari.

Ya belum, setelah saya

bilang baru lakukan.

Buang sampah, kalo saya

suruh saja. Ya jaga

warung. Kalo dia jaga

dibayar pake uang 50an,

masih bingung balikin.

Dia itu ga mau terima

uang yang sobek, yang

jelek, yah ada baiknya

juga sih (P1W2 128-130)

Pemberian obat,

melibatkan penderita

untuk beraktifitas dan

Ya anu, disuruh bekerja

itu menurut

kemampuannya sendiri.

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

memberikan pengarahan

sebagai salah satu cara

yang digunakan dalam

menangani penderita.

Seperti buang sampah itu.

(P1W2 134-135)

Pemberian obat menjadi

pilihan yang diambil P

bagi penderita daripada

menasehati, karena

menghindari konflik yang

akan menyusahkan P dan

keluarga.

Tapi saya juga beri obat

setelah itu tidur dia. Kalo

diomongin yah angel itu.

Jadi saya kasih obat saja

diberitahu susah, kalo

dibilangin malah repot.

(P1W2 135-137)

Psikiater memberi

pengaruh baik dalam

pemulihan penderita.

Mau, sudah diberitahu

sama bu A kok. Jadi

pengaruhnya bu A itu baik

terhadap orang sakit itu.

(P1W2 142-143)

Berbicara sendiri,

kecenderungan untuk

mudah marah, dan

pemikiran yang terganggu

merupakan perilaku yang

ditunjukkan oleh

penderita.

Ga, paling hanya

ngomong-ngomong

sendiri aja. Kalo marah

sudah jarang itu. Kalo

sudah gitu dikasih obat

saja supaya ga marah.

Kalo diberitahu yah ga

masuk kok ke pikirannya.

Diberitahu pikirannya

sudah tidak menerima.

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

(P1W2 150-153)

Ada perasaan sedih dan

bingung yang dialami oleh

keluarga penderita.

Oh iya, sedih. ini sudah

jatah. Jatah dari Tuhan

(sambil tertawa) sudah

jatah dari Tuhan ini. yah

kadang mumet saya.

(P1W2 161-162)

Pemberian nasehat dan

obat oleh P kepada

penderita ketika penderita

mulai kambuh.

Yah diberitahu toh dengan

kata-kata lunak, terus

diobatin tadi udah. Ya

kasih tau ini obatnya dari

bu A, harus diminum

(P1W2 165-168)

P melibatkan anggota lain

untuk mendukung

pemulihan penderita

dengan memberikan

pekerjaan sesuai dengan

kemampuannya.

Biasanya saya libatkan

adeknya atau kakaknya,

gitu aja. Dulu dikasih

kerja sedapatnya. (P1W2

178-179)

P mengalihkan kemarahan

penderita ke aktivitas

yang dapat dilakukannya,

namun perhatian dan

minat dalam mengerjakan

aktivitas tersebut cepat

beralih.

Oh dulu iya, marah tapi

saya beritahu yang lunak-

lunak. Misalnya kalo ada

kesempatan saya alihkan

untuk mengerjakan hal

lain. Seperti mengetik

sesuatu, pakai mesin

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

ketik. Tapi baru beberapa

hari udah ogah kok. Udah

gak mau ngetik lagi pakai

mesin ketik itu (P1W2

185-190)

Aktivitas penderita saat

membaik di rumah tetap

dikontrol P, sehingga

penderita tetap konsisten

terhadap pekerjaan yang

telah dipercayakan

kepadanya.

Yah anu, di rumah itu,

kulaan dagangan pakai

sepeda motor. Yah kulaan

dagangan yang lain, yah

pekerjaan rumah, yah

nyapu, tapi kalo gag

diperintah yah gag mau.

Kalo gag dikasih tahu yah

tidur lagi. Iya, lah

tugasnya menutup pintu

warung kalo udah malam,

yah kalo tidak diperintah

yah di kamar terus. Lebih

banyak di kamar dia

(P1W2 197-205)

Salah satu kehilangan

minat penderita untuk

bekerja, menurut P adalah

karena kurangnya

keterlibatan penderita

dalam kegiatan-kegiatan

Lah ini karna di Solo ga

diberi ladang kerja jadi

tidur makan, tidur mandi.

Keterusan sampai rumah

(P1W2 205-206)

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

pada saat penderita

menjalani perawatan di

RSJ.

Ketakutan P akan

terjadinya suatu masalah

atau konflik ketika

penderita keluar rumah

terlalu lama.

Saya yah takut, pikirnya

dia diapakan orang,

ternyata mampir

tempatnya teman (sambil

tertawa). Lah pakai motor

tidak bawa surat itu loh

kalo ketangkap yah repot

saya (P1W2 210-213)

Adanya upaya untuk tetap

sabar yang dimiliki oleh

keluarga dalam

mendukung pemulihan

penderita.

Yah diberi tahu lagi, habis

gimana lagi, hanya bisa

beritahu dia. Kalo ga

sabar yah susah sendiri

(sambil tertawa) gitu.

Apalagi dia sakit jiwa toh.

(P1W2 219-221)

Penderita mengalami

penurunan daya ingat.

Oh sering, lebih banyak

lupanya, jadi harus

diingatin. Dari 10 kali yah

yang tidak lupa satu kali

(sambil tertawa).

Ingatannya udah agak

turun itu. (P1W2 226-228)

P merasa tugas dan Iya toh, tugas orang tua

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

tanggung jawabnya

sebagai orang tua berat.

seperti itu yah berat

(P1W2 230)

P mencoba memfasilitasi

penderita yang memiliki

keinginan untuk kembali

bersekolah, dengan tetap

mengarahkan pemilihan

jurusan yang lebih mudah

daripada teknik.

Yah saya tahu dia pengen

sekolah lagi tapi sudah

terlanjur putus syarafnya

yah repot. Saya tuh suruh

yang rendah dulu jangan

yang tinggi-tinggi kayak

teknik itu kan repot

(P1W2 233-235)

Usaha partisipan/keluarga

untuk terus memberikan

saran dan pengarahan

kepada penderita.

Saya menyarankan hampir

tiap hari tapi tidak masuk

sini kok (sambil

menunjuk ke kepala).

Kadang saya beri saran 10

kali, hanya 1 kali yang

masuk disini (menunjuk

ke kepala) (P1W2 249-

251)

Perasaan sedih dialami

oleh keluarga penderita,

karena harus menerima

keadaan atau nasibnya.

Yah sedih, mau gimana

lagi. Sudah jatahnya yah.

(P1W2 254)

Kondisi penderita terlihat

membaik dalam hal

menangkap informasi

Yah komunikasi tetap

sering itu, tapi sukar

menangkap. Ini udah agak

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

yang diberikan oleh P baik. Sekarang udah agak

mudeng. Udah agak

mudah dibilangin. Dulu

angel kok (P1W2 273-

275)

Ada dorongan dari

keluarga bagi penderita

untuk melakukan

pekerjaan demi pemulihan

penderita.

Yah saran untuk banyak

kerja, sehingga

penyakitnya berkurang.

Terus obatnya berkurang.

Iya, sering saya lakukan,

saya suruh BB kerja toh.

Tapi kalo ke ladang, gak

mau. Yang disenangi aja

dilakukannya. (P1W2

281-285)

P dan penderita jarang

melakukan komunikasi,

jika tidak begitu penting

hal yang ingin

dibicarakan.

Aduh, jarang itu ngobrol,

tidak pernah. Seperlunya

aja (P1W2 297)

Kesulitan P dalam

memberikan saran kepada

penderita karena kesulitan

penderita dalam menerima

saran-saran tersebut.

Yah sesekali aja. Kalo

saya ngomong 10 kali

yang diterima 1 tok

(P1W2 302)

Penderita mengalami Iya toh, diberi tahu besok

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

penurunan daya ingat udah lupa misalnya

menutup pintu, kalo tidak

diberitahu yah sampai

malam tidak ditutup.

Iya toh, dia itu tidak

berubah, pikirannya tidak

menerima kalo dibilangin

(P1W2 307-310)

Penderita hanya

melakukan hal yang

diminati.

Iya, sering saya lakukan,

saya suruh BB kerja toh.

Tapi kalo ke ladang, gak

mau. Yang disenangi aja

dilakukannya. (P1W2

312-314)

Partisipan menyadari

perbedaan antara anaknya

yang menderita sakit dan

anaknya yang lain.

Kalo anak saya pikiran

lancar jadi tidak perlu

diberitahu, kalo yang ini

kan diberitahu tapi gak

mau denger, malah baca

koran terus kerjaannya,

kalo yang nomor 1 yah

rajin, kalo yang kecil juga

ranking 1 terus kok. Ini

yang nomor 2 lebih

istimewa, jadi agak diatur

(P1W2 314-318)

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Upaya P dalam

memberikan reward

kepada penderita agar

penderita termotivasi

dalam mencari pekerjaan

yang sesuai

kemampuannya.

Ya saya tetap beritahu,

tapi dengan kalimat yang

lunak-lunak. Misalnya

besok kalo udah punya

anu kalo kerjaannya sudah

baik ajak piknik misalnya,

ke tempat siapa saya ajak

(P1W2 323-326)

Penurunan daya ingat

membuat penderita sulit

bertanggung jawab

terhadap suatu hal.

Yah iya, tapi menerima

saja. Biasa baru dikasih

tau seketika udah lupa.

Semisal dirumah piring

udah bersih, terus dipakai,

kalo tidak dibilang yah

tidak dicuci kok (P1W2

343-345)

P merasa jenuh dan

kesulitan dalam

memberikan nasehat dan

petunjuk karena

keterbatasan kemampuan

kognitif penderita dalam

menerima informasi dan

memberikan respons yang

tepat.

Yah, udah dibilang

sampai jemu sendiri.

Diberitahu sekarang nanti

udah lupa kok. Yah

repotlah. Disini kan

(sambil tunjuk kepala)

ingatannya udah tidak

sampai. Katanya bu A

kalo disini sudah tidak

sampai, tidak baik kok.

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Ditanya A sering jawab B.

Kemana, misalnya ke

utara jawabnya ke selatan.

Misalnya begitu.

Kerjaannya apa? Belum

bekerja tapi katanya udah

bekerja. kalo ditanya udah

urut yah baik, tapi

kadang-kadang tidak urut.

(P1W2 348-355)

Penderita hanya

melakukan pekerjaan yang

dikehendakinya.

Ya iya, kalo tidak sesuai

keinginannya tidak mau.

Umpama disuruh kasih

makan burung itu, nda

mau. Bukan kehendaknya

sendiri (P1W2 348-355)

Adanya perubahan

perlakuan terhadap

penderita oleh salah satu

anggota keluarga (anak

ketiga P) setelah

memahami kondisi

penderita

Oh ya dulu, sekarang

udah tidak pernah.

Sebelum Yusuf bekerja

itu yah sering marah. Yah

itu kan belum tau kalau

masalah itu begini-begini.

Setelah Yusuf sudah saya

beritahu, terus dia juga

udah mulai bekerja,

setelah itu mulai berubah

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

pikirannya. Tidak

menghiraukan. Malah

sekarang kalo punya oleh-

oleh malah diletakkan

dimeja, BB minta yah dia

iya aja (P1W2 368-375)

Analisis verbatim P1W3

Makna Verbatim

Peran psikiater yang baik

membuat frekuensi emosi

marah penderita

berkurang

Yah waktu belum ke bu A

yah iya marah-marah,

sekarang udah gak (P1W3

10-11)

Upaya yang dilakukan P

adalah membawa

penderita ke RSJ ketika

menunjukkan gejala

bingung, namun hal

tersebut melibatkan peran

ibu dalam merayu

penderita untuk mau pergi

berobat.

Iya, saya bawa ke Solo

itu, karena bingung terus.

Tapi dia gak mau, jadi

diberi nasehat oleh ibunya

baru mau dia. Yah terus

pake motor ke sana.

Kadang pakai bis (P1W3

19-21)

P menyadari perlakuan

terhadap anaknya dengan

memukul kurang tepat,

sehingga adanya

Yah saya kerasi sungguh.

Sekarang tidak. Yah

pernah mukul, tapi saya

hati-hati jangan sampai

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

perubahan perlakuan pada

saat ini.

kepala. (P1W3 33-34)

Perasaan dan kesulitan

yang dialami keluarga

dalam merawat penderita.

Yah, saya rasa repot.

Pikiran saya. Diberitahu

sekali malah seketika yah

taat. Misalnya nunggu

warung sebentar, setelah

itu keluar pergi jajan.

(P1W3 45-47)

P berusaha menerima

keadaan yang dialaminya

dan keluarganya

Yah anu, jatahnya sudah

begitu. Perubahannya

hanya sedikit. Yang

penting dia gak ke mana-

mana itu loh. Kalau ke

mana-mana ya repot. Dulu

pernah ke Semarang

sendiri ke rumah kakak

saya. Yah kakak saya

telpon beritahu (P1W3 54-

57)

Membawa penderita ke

psikiater dan berdoa

adalah upaya yang

dilakukan keluarga dalam

merawat penderita.

Yah paling-paling saya

bawa ke dokter A itu.

Setelah itu yah tetap

permohonan sama Tuhan

itu tetap ada. Selain bawa

ke bu A. Yah doa ke Yang

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

di Atas. Tapi

perbandingan ke yang

dulu, dulu sering pergi

jauh-jauh, sekarang tidak.

(P1W3 60-63)

Permohonan P kepada

Tuhan untuk

menyembuhkan anaknya.

Yah, saya minta

permohonan kepada

Tuhan supaya ada

perbaikan atau kalau bisa

sembuh. Hanya kalau ada

perubahan sedikit-sedikit

udah senang aku (P1W3

72-74)

Sikap pasrah P dan pilihan

untuk berusaha tetap

senang dalam merawat

penderita.

Yah udah ada perubahan

sedikit. Yah senang tidak

senang saya buat senang

soalnya anak kan tidak

hanya satu (P1W3 76-77)

Ketidakmampuan

penderita untuk

berinisiatif melakukan

pekerjaan di rumah

merupakan kesulitan yang

dihadapi keluarga.

Yah disuruh kadang mau

kadang tidak. Misalnya

pagi disuruh buang

sampah itu tidak mau.

Maunya siang, tapi kalo

siang ya kadang dibuang,

kadang tidur. Mencuci

piring yah kalau

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

diperintah yah satu kali

dua kali, terus lain kali

sudah tidak mau lagi. Jadi

semua harus saya atau ibu

perintah dulu (P1W3 80-

84)

Keluarga merasa kasihan

berkaitan dengan kondisi

dan keterbatasan

penderita.

Yah saya kasihan dia

kemampuannya terbatas.

Yah diberitahu satu dua

setelah itu lupa kok

(sambil tertawa). Yah,

saya kasihan, anak

soalnya kok (sambil

tertawa) (P1W3 86-88)

Keluarga berusaha

melibatkan penderita

dalam kegiatan

kerohanian.

Yah sering saya ajak ke

mesjid, kadang-kadang

mau, kadang-kadang

tidak. Kalau mau yah

datang, udah siap-siap

sebelum ke mesjid, tapi

kalo pas tidak mau yah

tidur. (P1W3 92-94)

Penderita pernah mencoba

bekerja di bagian

pemasaran barang setelah

pasca perawatan pertama

Yah sekitar 3 atau 4

bulan. Dia kerja jadi

bagian promosi mesin

cuci. Yah soalnya tidak

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

kali, namun terpaksa

keluar karena keterbatasan

yang dimilikinya menjadi

penghambat dalam

pekerjaannya.

bisa memasarkan barang,

kan itu harus pintar

omong. Lah pikirannya

gak nyampe kok (P1W3

102-107)

Upaya P dalam

melibatkan penderita

untuk melakukan

beberapa kegiatan dengan

pemberian reward tidak

mampu menumbuhkan

minat penderita.

Ya malah saya ajak tidak

mau kok. Umpama mau

yah saya beri uang 5000

atau berapa, tapi tetap

tidak mau. Iya, umpama

mau. Tapi tidak mau.

Saya ajak tidur ke tempat

mba e sana juga ga mau

kok (P1W3 113-117)

Biaya pengobatan

penderita ditanggung oleh

keluarga. Saat ini, ada

perasaan lega karena

adanya keringanan biaya

pengobatan.

Yah dari saya, uang

pensiun saya. Sekarang

udah mendingan, ringan

juga biayanya (P1W3

121-122)

Partisipan mendukung

pemulihan penderita

dengan berkonsultasi ke

psikiater dan

menyampaikan informasi

tersebut ke penderita.

Yah, kalau saya ke bu

dokter, kalo bu dokter

memberikan saran apa,

kadang-kadang saya tulis

itu. Saya beritahu, tapi

beberapa hari dia lupa lagi

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

kok, kalo tidak diingatkan.

(P1W3 125-127)

Saran yang diberikan

psikiater kepada P dan

penderita dalam hal

perawatan penderita di

rumah.

Yah bu dokter

mengatakan kalau siang

itu rajin bekerja atau

membantu tidurnya

malam tidak usah minum

obat tidur. Obatnya

otomatis kan berkurang,

terus berkurang biayanya

(P1W3 129-131)

Partisipan melibatkan

penderita dalam kegiatan

kerohanian supaya ada

perubahan yang lebih

baik.

Yah suruh ikut ke mesjid,

jumatan. Kadang-kadang

mau, kadang-kadang

tidak. Tapi kalo saya ajak

ke mesjid itu ada

perubahan, tapi kadang

tidak mau kok. (P1W3

144-146)

P memilih untuk tidak

memaksa penderita

melakukan kegiatan yang

tidak disenanginya karena

menghindari konflik.

Tidak, dipaksa malah

kemana-mana repot.

Kalau saya ajak,

pulangnya malah nyari

jajan, yah repot. Setiap

ada warung berhenti yah

repot (P1W3 148-150)

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Setelah melakukan analisis wawancara partisipan, langkah

selanjutnya adalah melakukan proses kategorisasi tema, yang

mana melalui proses ini menghasilkan beberapa kategori data

partisipan pertama, yaitu :

Kategori Data P1

1 Latar belakang partisipan, keluarga dan penderita

2 Ciri-ciri atau gejala yang ditunjukkan oleh penderita

skizofrenia pada saat sakit atau kambuh

3 Ciri-ciri yang ditunjukkan oleh penderita skizofrenia pada

ketika sudah lebih membaik

4 Persepsi P mengenai latar belakang penyebab anaknya

menderita skizofrenia

5 Permasalahan yang dihadapi oleh keluarga ketika

merawat penderita

6 Perasaan keluarga dalam menghadapi dan merawat

penderita skizofrenia di rumah

7 Peran psikiater dalam merawat dan menangani penderita

skizofrenia

8 Usaha orang tua dalam mengatasi berbagai permasalahan

yang dihadapi ketika merawat penderita di rumah.

9 Upaya dari keluarga sebagai bentuk dukungan sosial yang

diberikan pada saat merawat penderita skizofrenia

10 Motivasi pemberian dukungan sosial oleh keluarga

kepada penderita

11 Perkembangan penderita pasca perawatan

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Berdasarkan kategori-kategori yang telah ada,

maka langkah berikutnya adalah merekonstruksi kategori-

kategori tersebut ke dalam sebuah narasi.

4. Analisis partisipan 1

Bapak DJ adalah ayah dari BB yang telah menderita

skizofrenia semenjak tahun 1991. Artinya, kurang lebih

20 tahun lamanya BB telah menderita penyakit tersebut.

BB merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Sebelum

menderita skizofrenia, penderita tergolong orang yang

tidak begitu termotivasi dalam mengikuti kegiatan di luar

rumah. Dari pernyataan partisipan, diketahui bahwa pada

tahap perkembangan penderita di usia sekitar 19 tahun, ia

memilih untuk mengisolasi diri dan tidak membangun

relasi dengan lingkungan sekitarnya. Kegagalan dalam

tahap perkembangan ini menjadi salah satu penyebab

munculnya gejala penyakit, menurut pandangan partisipan

sendiri.

Partisipan bersama istrinya merupakan dua sosok

pribadi yang sangat penting bagi penderita dalam

menjalani masa-masa perawatan baik di RSJ maupun di

rumah. Hal ini terlihat jelas dari kesediaan partisipan dan

istri yang selalu menemani penderita baik pada masa

rawat inap di RSJ hingga rawat jalan yang sampai saat ini

masih rutin dilakukannya.

Adapun beberapa ciri yang ditunjukkan penderita

pada awal didiagnosa menderita skizofrenia dapat dilihat

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

dari segi kognitif, afeksi dan konatif. Dari segi kognitif

terlihat jelas adanya penurunan daya ingat. Hal ini

ditunjukkan dari mudahnya penderita untuk melupakan

informasi dan saran yang diberikan kepadanya. Pola

pemikiran yang sering tidak terorganisasi juga terlihat dari

ketidakmampuan penderita dalam memberikan respons

yang tepat terhadap pertanyaan atau pembicaraan dengan

orang lain. Selain itu, penderita memiliki kecenderungan

untuk berbicara sendiri.

Ciri lain dalam segi afektif ditunjukkan dengan

reaksi emosi marah oleh penderita yang sangat menonjol.

Tidak jarang penderita melampiaskan amarahnya terhadap

orang-orang dekatnya. Selain itu, adanya kecenderungan

untuk tidak dapat merasakan pentingnya berbagai macam

kegiatan yang ditawarkan oleh keluarga bagi diri

penderita.

Sementara itu, dari segi konatif, penderita kurang

menunjukkan perilaku yang inisiatif untuk melakukan

suatu kegiatan. Dalam hal ini, penderita hanya akan

melakukan suatu kegiatan jika disuruh. Sehingga,

penderita terlihat jarang memiliki minat terhadap berbagai

macam kegiatan.

Dari semua ciri yang ditunjukkan oleh penderita,

ada beberapa ciri yang akan menonjol ketika penderita

mulai kambuh. Beberapa di antaranya adalah ekspresi

emosi marah yang ditunjukkan penderita, juga perasaan

sedih dan terlihat lebih sering mengalami kebingungan

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

pada saat berinteraksi dengan orang lain. Sementara itu,

dalam kondisi sehat, penderita terlihat lebih sering

mengekspresikan perasaan senang, mampu melakukan

pekerjaan yang disarankan oleh partisipan dan memiliki

nafsu makan yang bertambah.

Partisipan yang adalah ayah penderita menduga

bahwa gejala yang ditunjukkan oleh penderita juga

merupakan akibat dari ketidakmampuan penderita sendiri

dalam menjalani masa pendidikannya, pada salah satu

perguruan tinggi yang dirasa terlalu berat dan menekan.

Hal ini juga menjadi latar belakang awal munculnya

penyakit yang diderita oleh penderita. Oleh karena kondisi

penderita yang demikian, partisipan bersama dengan istri

memutuskan agar penderita menjalani perawatan yang

lebih intensif, baik yang dilakukan oleh pihak medis

ataupun pendampingan oleh keluarga sendiri.

Selama merawat penderita dengan berbagai usaha

yang coba diupayakan, keluarga juga tidak terlepas dari

beberapa masalah dan hambatan. Hambatan-hambatan

tersebut antara lain adalah dalam hal biaya pengobatan

yang dirasa mahal. Menurut partisipan biaya pemeriksaan

untuk sekali datang adalah kurang lebih Rp. 300.000,-,

belum termasuk obat-obatan. Hal ini membuat partisipan

bersama istri berupaya mencari tempat perawatan yang

lebih murah. Pada akhirnya, Panti rehabilitasi di daerah

Boyolali menjadi alternatif pilihan tempat perawatan anak

mereka. Di Panti tersebut, biaya perawatan tergolong

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

murah. Untuk sekali pemeriksaan, pasien dikenakan biaya

sebesar Rp. 50.000,- dan untuk obat-obatan biasanya

partisipan harus membayar kurang lebih Rp. 150.000,-.

Selain masalah biaya perawatan, masalah lain yang

dijumpai oleh partisipan dan istri adalah merasa kerepotan

dalam menghadapi anaknya yang terbatas dalam

mengingat dan memaknai setiap informasi yang

diterimanya. Adanya kesulitan berkomunikasi dengan

penderita, karena pemikiran yang kacau serta

ketidakmampuan merespons pembicaraan dengan baik,

juga merupakan salah satu permasalahan yang menjadi

pergumulan dalam keluarga partisipan. Hambatan lainnya

adalah kesulitan partisipan bersama istri dalam

menasehati penderita untuk melakukan suatu kegiatan,

dengan maksud melatih penderita menjadi pribadi yang

mandiri.

Dengan menyadari adanya gejala-gejala yang

menjadi hambatan keluarga dalam merawat penderita,

maka partisipan dan keluarga mencoba berbagai cara

sebagai suatu dukungan untuk membantu penderita

sembuh dari sakit yang dideritanya tersebut. Salah satu

upaya yang paling utama dilakukan adalah dengan cara

membawa partisipan untuk berobat di salah satu Rumah

Sakit Jiwa di daerah Solo. Tetapi karena pertimbangan

biaya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

partisipan memutuskan untuk mengalihkan pengobatan

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

penderita ke salah satu panti rehabilitasi yang berada di

dekat rumahnya.

Selain itu beberapa dukungan isntrumental yang

secara nyata coba diberikan oleh partisipan dan keluarga

adalah dengan cara melayani kebutuhan penderita,

mengontrol konsumsi obat penderita, memberikan

reward, dukungan secara finansial bagi keinginan

penderita, dan mengajari penderita untuk terlibat dalam

suatu pekerjaan serta melibatkan penderita dalam suatu

aktivitas atau kegiatan di sekitar lingkungan rumah.

Pekerjaan yang dimaksud adalah mengajari penderita

untuk berbelanja barang dagangan yang akan dijual

kembali di warung milik keluarganya. Sementara itu,

kegiatan yang coba ditawarkan adalah kegiatan rutin

lingkungan masyarakat seperti mengikuti ronda malam

dan kegiatan kerohanian di mesjid. Namun demikian,

penderita memiliki kecenderungan untuk menolak

tawaran-tawaran yang diberikan oleh keluarga tersebut.

Penderita lebih memilih untuk menghabiskan waktu di

dalam kamar, hanya untuk sekedar tidur atau melakukan

aktivitas yang dikehendakinya.

Selain dukungan nyata dalam berupa materi

tersebut, adapun dukungan yang diberikan kepada

penderita berupa informasi, nasehat serta saran yang

diharapkan membantu penderita untuk menjadi lebih baik.

Beberapa di antaranya adalah usaha keluarga untuk

menasehati dengan cara merayu penderita agar penderita

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

memiliki keingingan untuk berobat ke Rumah Sakit Jiwa,

pemberian nasehat dan saran kepada penderita untuk lebih

banyak melakukan aktivitas daripada menghabiskan

waktu dengan tidur dan mengurung diri dalam kamar.

Nasehat dan saran lain diberikan pada saat penderita ingin

kembali melanjutkan pendidikan setelah pasca perawatan

Rumah Sakit Jiwa pertama kali, adalah terkait pemilihan

jurusan yang memiliki tuntutan pencapaian nilai akademik

yang tidak terlalu berat, sehingga dapat diikuti oleh

penderita.

Dukungan secara emosional dan penghargaan yang

diberikan kepada penderita juga diberikan oleh keluarga,

namun dalam intensitas dan frekuensi yang lebih rendah.

Dukungan emosional dalam hal ini adalah kepedulian

keluarga kepada penderita dengan cara memarahi bahkan

pernah memukul penderita agar penderita mengonsumsi

obat secara teratur serta mau melakukan aktivitas. Namun

cara demikian tidak membuat penderita menjadi lebih

mandiri dan memiliki keinginan untuk beraktivitas,

melainkan sebaliknya, tidak ada perubahan berarti seperti

yang diharapkan oleh partisipan dan keluarga. Akhirnya,

melalui konsultasi dengan psikiater, partisipan mengubah

caranya tersebut dengan lebih bersikap empati kepada

penderita dan memberikan umpan balik dengan cara yang

lebih baik tanpa memukul atau memarahi penderita.

Dukungan dalam bentuk penghargaan diberikan

kepada penderita dengan mendorong penderita untuk

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya

dengan menjanjikan akan memberikan reward berupa

permen atau uang. Selain itu, keluarga juga memberikan

kesempatan kepada penderita untuk mengaktualisasikan

dirinya setelah pasca perawatan RSJ. Hal ini ditunjukkan

dengan mengijinkan penderita untuk melanjutkan

pendidikannya di perguruan tinggi. Namun sekali lagi,

penderita gagal dalam menyelesaikan pendidikannya

karena dalam masa pendidikan yang dijalaninya tersebut,

penderita mengalami kekambuhan dan harus kembali

dirawat di RSJ.

Dengan melihat beberapa jenis dukungan yang

diberikan tersebut, terlihat jelas bahwa pemberian

dukungan dari keluarga setelah pasca perawatan pertama

kali, difokuskan kepada masa depan penderita. Dalam hal

ini, keluarga mencoba untuk tetap mendukung penderita

yang ingin melanjutkan studinya di universitas. Namun,

hal tersebut gagal dijalani oleh penderita setelah beberapa

bulan berkuliah. Penderita kembali mengalami

kekambuhan dan harus keluar dari universitas untuk

menjalani perawatan intensif di RSJ.

Oleh karena itu, setelah pasca perawatan yang

kedua, keluarga memutuskan untuk tidak memaksakan

penderita menyelesaikan studinya. Pemberian dukungan

kali ini lebih difokuskan kepada pemberian tanggung

jawab dalam melibatkan penderita melakukan suatu

pekerjaan, yakni dalam hal ini bertanggung jawab

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

terhadap warung yang dimiliki oleh orang tuanya. Namun,

sekali lagi, penderita tidak menunjukkan perilaku yang

konsisten dalam bertanggung jawab untuk mengelola

warung tersebut. Hal ini dilihat dari kebiasaan penderita

yang bertindak mengikuti keinginannya sendiri. Ada

kalanya penderita rajin mengelola warungnya, tetapi ada

masa di mana penderita tidak peduli dengan warung yang

dipercayakan kepadanya.

Selain dukungan secara langsung yang diberikan

partisipan dan keluarga kepada penderita, adapun

dukungan yang secara tidak langsung ditujukan kepada

penderita, namun tetap tersedia dan diupayakan untuk

mendukung kesembuhan penderita. Dukungan tersebut

berupa penyediaan waktu untuk mencari alternatif-

alternatif pengobatan bagi penderita dan berkonsultasi

dengan psikiater terkait hal-hal yang harus dilakukan oleh

keluarga selama merawat penderita pasca perawatan.

Selain itu, partisipan juga berperan dalam menasehati

anggota keluarga yang lain untuk terlibat dalam

mendukung penderita selama menjalani masa pasca

perawatan. Nasehat dari partisipan tersebut diterima baik

oleh salah satu anggota keluarga yang mencoba

memberikan tanggung jawab pekerjaan kepada penderita.

Walaupun penderita terlihat tidak konsisten dalam

menjalankan tanggung jawab tersebut bahkan pada

akhirnya penderita berhenti, tidak membuat anggota

keluarga tersebut memarahi penderita. Perubahan reaksi

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

keluarga ini dipengaruhi oleh pemahaman mereka

mengenai kondisi penderita.

Adapun dukungan dari pihak lain di luar keluarga

yang turut mengupayakan kesembuhan penderita, dalam

hal ini psikiater. Menurut partisipan, psikiater memiliki

peran yang sangat membantu dalam mengarahkan

keluarga pada saat merawat penderita. Misalnya mengenai

aturan pemberian obat, sikap dan perilaku yang tidak

memarahi penderita ketika penderita melakukan

kesalahan, melainkan mengarahkan dengan memberikan

saran yang baik kepada penderita serta melibatkan

penderita melakukan pekerjaan di rumah. Dalam hal ini,

partisipan mengaku bahwa pengaruh nasehat serta saran

yang diberikan oleh psikiater yang menangani masalah

anaknya tersebut, telah mengubah perilaku anaknya ke

arah yang lebih baik.

Dalam semua keterbatasan penderita dan

kekambuhan penderita selama menderita skizofrenia ini,

partisipan mengaku tetap memberikan dukungan dengan

cara menasehati serta pemberian obat yang teratur seperti

telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan hasil

wawancara dengan partisipan tersebut terlihat jelas bahwa

motivasi dibalik pemberian dukungan tersebut adalah

menjaga ketentraman di dalam keluarga mereka sendiri.

Menurut partisipan, pemberian obat adalah alternatif

pilihan yang sering diambil. Hal ini dimaksudkan untuk

menghindari konflik yang terjadi karena nasehat yang

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

sering diberikan oleh partisipan tidak diterima oleh

penderita.

Setiap upaya dan permasalahan yang terjadi dalam

keluarga partisipan, mengajarkan partisipan dan anggota

keluarganya yang lain untuk bersabar dan terus pasrah

kepada Tuhan dalam doa yang tidak pernah berhenti.

Namun dalam kondisi ini, partisipan mengaku tidak

jarang ia merasa jenuh dan marah ketika menghadapi

anaknya yang terbatas dalam beberapa hal tersebut.

Pada saat ini, penderita mulai menunjukkan

perkembangan yang lebih baik dari segi kognitif, afektif

dan konatif setelah menjalani masa perawatan. Hal ini

ditunjukkan dengan berkurangnya reaksi emosi marah,

serta meningkatnya kemampuan untuk dapat melakukan

beberapa pekerjaan rumah yang ringan, seperti

membersihkan rumah dan membantu menjaga warung

yang dimiliki keluarganya.

2. Partisipan 2

a. Gambaran umum partisipan 2

Nama : A

TTL : 31 Mei 1977

Usia : 36 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan Terakhir : SMA

Status : Menikah

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

A adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara. Pada saat ini, A

tinggal bersama istri dan anaknya yang pertama. Sedangkan

anak kedua A tinggal bersama mertua A di Kota

Purwokerto. Ayah A adalah seorang pensiunan guru, yang

kesehariannya menyibukkan diri di ladang. Sementara Ibu

A, yang benama S adalah seorang penderita skizofrenia

yang pada saat ini sedang menjalani masa pasca perawatan

di rumah dan tidak memiliki pekerjaan. Sementara itu,

partisipan sehari-hari bekerja sebagai agen di salah satu

surat kabar yang ada di daerah Boyolali. Istri A juga

membantu A dalam menekuni pekerjaannya tersebut.

Partisipan menyelesaikan pendidikan SMAnya di

Boyolali. Kemudian ia merantau ke Jakarta, dan bekerja di

beberapa perusahaan swasta sekitar tahun 1996 hingga

2008. Setelah itu, partisipan melanjutkan perantauannya ke

Purwokerto dan menetap di sana selama kurang lebih 2

tahun.

Saat ini A memutuskan tinggal di daerah Boyolali

dengan alasan karena kedua orang tuanya hanya hidup

berdua saja dan usia mereka yang telah lanjut. Selain itu, A

juga mempertimbangkan kondisi ibunya yang sering

kambuh dan harus beberapa kali dimasukkan ke RSJ atau

Panti rehabilitasi Mental. Keputusan partisipan ini

didukung oleh istrinya, sehingga mereka juga memilih

tempat tinggal yang bersebelahan dengan rumah orang

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

tuanya. Hal ini untuk memudahkan A dalam mengontrol

konsumsi obat untuk ibunya dan juga menjaga ibunya

ketika ibunya mulai menunjukkan gejala yang aneh.

Hingga saat ini A masih membawa ibunya untuk

melakukan kontrol rutin dan mengkonsumsi obat yang

diberikan oleh psikiater terdekat.

b. Laporan observasi selama wawancara

Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 17

Desember 2012, pukul 10.18-11.48 WIB. Pada saat itu

peneliti dan partisipan telah mengadakan kesepakatan

mengenai jadwal wawancara melalui telepon. Saat peneliti

tiba di rumah partisipan, partisipan sedang duduk di teras

depan rumah, sambil membereskan beberapa surat kabar

yang menumpuk di bawah salah satu meja yang berada di

teras rumah tersebut.

Pada saat kedatangan peneliti ke rumahnya, partisipan

menyambut peneliti dengan ramah dan mempersilahkan

peneliti duduk di teras tersebut. Karena kondisi rumah dan

beberapa pertimbangan akhirnya partisipan meminta

kesediaan peneliti untuk melakukan wawancara di teras

depan rumah tersebut. Hal ini disetujui oleh peneliti dan

akhirnya wawancara tersebut dilakukan.

Wawancara yang berlangsung lebih dari satu jam ini,

berjalan dengan baik, dan partisipan menjawab pertanyaan

demi pertanyaan dengan jelas. Belum lama wawancara

berlangsung, ayah partisipan tiba-tiba keluar dari rumahnya

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

dan kemudian melihat peneliti bersama partisipan sedang

berbicara di depan rumah. Ayah partisipan mendatangi

peneliti dan partisipan serta menanyakan beberapa

pertanyaan kepada peneliti, termasuk tujuan kedatangan

peneliti. Setelah itu, ayah partisipan duduk dan sesekali ikut

menjawab pertanyaan yang ditujukan peneliti kepada

partisipan.

Beberapa saat setelah wawancara dilakukan, istri

partisipan membawa minuman untuk kami bertiga dan

mempersilahkan kami untuk meminumnya. Setelah itu

partisipan tiba-tiba mengirimkan pesan ke telepon genggam

peneliti yang berisi permintaan kepada peneliti untuk

bersabar karena ada beberapa hal yang ingin disampaikan

partisipan kepada peneliti apabila ayahnya telah pergi. Hal

ini dimaksudkannya agar tidak menyinggung perasaan

ayahnya. Akhirnya hal tersebut disetujui oleh peneliti.

Beberapa saat kemudian ayah partisipan memohon diri

kepada peneliti untuk pergi beribadah di mesjid, dan

kemudian meninggalkan peneliti bersama partisipan.

Setelah ayahnya pergi ada beberapa hal yang disampaikan

partisipan kepada peneliti terkait hubungan ayahnya dengan

ibunya yang menderita skizofrenia. Menurut partisipan,

salah satu penyebab ibunya kambuh adalah karena tekanan

yang diberikan oleh ayahnya sendiri. Inilah sebabnya

partisipan tidak ingin membicarakan hal ini di depan

ayahnya.

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Setelah beberapa pertanyaan di berikan kepada

partisipan, peneliti akhirnya memutuskan untuk mengakhiri

karena cuaca hujan dan suara partisipan mulai tidak

terdengar, mengingat tempat pada saat dilangsungkan

wawancara adalah teras depan rumah yang langsung

terhubung dengan halaman rumah yang terbuka. Setelah

mengakhiri wawancara tersebut partisipan dan juga peneliti

melanjutkan pembicaraan seputar aktivitas partisipan

sehari-hari. Hal ini tidak direkam oleh peneliti karena

keadaan yang tidak memungkinkan serta tidak ada

informasi yang terkait dengan topik penelitian ini.

Wawancara kedua dilakukan pada hari Sabtu, 16

Febuari 2013 di kediaman partisipan, yang berada di daerah

Kabupaten Boyolali. Pada saat peneliti datang ke rumah

partisipan, partisipan tidak berada di rumah. Akhirnya

peneliti menunggu sekitar 10 menit di teras depan rumah

partisipan. Setelah kira-kira 10 menit menunggu, partisipan

bersama anaknya datang dengan menggunakan sepeda

motor. Partisipan meminta maaf kepada peneliti karena

membuat peneliti menunggunya yang sedang menjemput

anaknya dari sekolah. Setelah itu peneliti dipersilahkan

duduk di teras depan rumahnya. Wawancara kedua ini

berlangsung selama kurang lebih 40 menit dengan posisi

duduk berhadapan.

Selama wawancara, partisipan kembali menjawab

setiap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dengan baik

dan seolah-olah tidak ingin menyembunyikan setiap hal

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

yang ditanyakan. Hal ini dapat dilihat dari keterbukaan

partisipan dalam menceritakan masalah yang terjadi di

dalam keluarganya, termasuk di antaranya masalah ayah

dan ibunya. Ia juga menegaskan agar ayahnya jangan

sampai mengetahui cerita ini karena takut menyinggung

perasaan ayahnya.

Selain itu, partisipan juga menunjukkan sikap tenang

dalam mengungkapkan perasaannya ketika harus

bertanggung jawab lebih daripada saudara-saudaranya yang

lain dalam merawat ibunya yang sakit. Setelah memberikan

beberapa pertanyaan dan peneliti merasa cukup dengan

cerita partisipan, akhirnya peneliti memohon diri untuk

pulang.

c. Analisis verbatim

Analisis verbatim P2W1

Makna Verbatim

Lama ibu sakit serta

jumlah masuk dan keluar

RSJ adalah 10 kali sejak

awal sakit hingga saat ini.

Aku tuh SD kelas 2. Sampai

sekarang saya udah usia 36

tahun. Dari kecil itu udah

keluar masuk rumah sakit

jiwa sampai sekarang udah

sekitar 10 kali (P2W1 3-6)

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

P mempertimbangkan

tempat perawatan lain

yang lebih baik bagi

penderita.

Kita itu pertimbangannya

gini, Solo itu apa yah kalo

lansia itu pasien harus ada

yang nunggu, ada keluarga

yang menjaga. Padahal

kayaknya sih kalo kita

pertimbanginkan misalkan

ditungguin terus selalu ingat

rumah terus gitu loh. (P2W1

15-18)

P menemukan tempat

perawatan yang baik,

yang terletak di dekat

rumahnya.

Karena kalau disinikan

pengobatannya benar-benar

apa, pokoknya pikirannya

biar benar-benar istirahat

gitu. Makanya kita bawa

sini, lagian disini juga dekat

kan? Jadi kita putusin di sini

aja (P2W1 25-29)

Faktor keturunan diduga

oleh keluarga P sebagai

penyebab penting dari

munculnya penyakit.

Awal bisa kejadian kayak

gitu keturunan. Saudara-

saudaranya juga ada yang

begitu. Dari berapa saudara

itu hampir semua itu pernah

jalani pengobatan. (P2W1

31-33)

P memiliki pemahaman Bapak tuh masih mikirnya

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

yang berbeda dengan

ayahnya terkait faktor

keturunan sebagai

penyebab sakit ibu.

keturunan, nah kalo menurut

saya keluarga dari ibu itu

mentalnya lemah gitu.

(P2W1 36-37)

Beban pikiran mengenai

kesibukan suami yang

berdampak pada

kurangnya waktu bersama

untuk mengasuh ke empat

anak mereka.

Misalnya pikiran sedikit,

malah dipikir serius gitu loh.

Begitu, jadi pikirannya yah

itu terus. Mungkin gini

kepikiran terlalu sibuknya.

Dulu kitakan anak berempat

ini jaraknya ga jauh. Aku

sama adekku kan hanya 1,5

tahun. Terus kakakku sama

yang nomor 2 itu begitu

juga. (P2W1 39-44)

Persepsi P mengenai

faktor penyebab ibu sakit,

yaitu karena ada beban

pikiran mengenai

kesibukan dari ayah atau

suami penderita.

Ibu mungkin kerepotan.

Bapak kan juga dulu ngajar,

PNS kan, jadi sibuk, jadi

wuah pikirannya kacau

mungkin. Kalau ada yang

dipikir berat terus yaudah

sakit lagi (P2W1 45-47)

Kebingungan P terkait hal

yang menjadi beban

pikiran penderita selain

kerepotan mengurus anak

Iya, kemungkinan begitu.

Cuma setelah inipun masih

kayak gitu. Kan anak udah

pada nikah-nikah udah pada

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

seorang diri. mandiri, tapi sekarang itu

ternyata ada kepikiran

apalagi gitu loh yang buat

ibu langsung drop (P2W1

49-53)

Oleh karena keadaan

ekonomi bukan sebagai

beban, P merasa bingung

apa yang sebenarnya

dipikirkan oleh ibu.

Yah kita sih ga itu, apa yah

pikirannya ibu tuh

pengennya apa, pengen apa.

Kalau secara ekonomi sih

ga. Kan bingung juga

mikirin apa? Kalau ada

sesuatu itu kayaknya dipikir

terus tapi ga terus terang gitu

loh. Ga di omongin (P2W1

56-59)

P berusaha untuk

memenuhi apa yang

menjadi keinginan ibu.

Kemarin sempat dia kangen

sama cucu-cucunya. Yah pas

liburan, akhirnya aku telpon

ke kakakku yang di

Purwokerto minta liburan ke

sini, cucu-cucunya. (P2W1

61-64)

P menyadari bahwa

dukungan yang diberikan

kepada penderita tidak

banyak membantu

Yah senang sih senang,

cuma yah kondisinya yah

memang begitu. Ga begitu

membantu banget. Yah

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

penderita. membantu sedikit, paling

kondisinya gitu lagi.

Makanya aku bingung ini

mikirin apa gitu loh? (P2W1

67-70)

Gejala yang muncul

adalah berbicara sendiri,

tanpa ada lawan bicara,

mendengar bisikan, serta

reaksi emosi marah.

Kalau udah nunjukin gejala

gitu yah biasanya ngobrol

sendiri gitu loh. Yah

katanya ada bisikan-bisikan,

seolah-olah ada lawan bicara

gitu. Teruskan inikan udah

mulai gejalanya itu gampang

marah-marah (P2W1 72-77)

P bertindak tegas

terhadap ibu, terkait

kedisiplinan dan

kepatuhan mengkonsumsi

obat.

Iya juga sih, yah biasanya

kayak ginikan jadwalnya

minum obat itu memang

harus dikerasin juga,

maksudnya pokoknya kalo

ga minum obat, nanti

mondok lagi loh bu, kadang

ya saya yang tegasin juga.

(P2W1 80-83)

Kesadaran penderita

untuk mengonsumsi obat

secara mandiri dan teratur.

Piye yah, waktu kemarin-

kemarin tuh, sebelum tahun

2011 itu seolah nyadari

waktunya minum obat,

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

bilang ke bapak obatnya

udah mau habis. Kapan

kontrol kesana? Itukan

nyadarin gitu. Cuma kemarin

sempat kontrol sama dokter

A itu cuma sekali (P2W1 85-

88)

Adanya diskusi yang

dilakukan dengan dokter

terkait perkembangan dan

kepatuhan ibu dalam

mengkonsumsi obat.

Cuma kemarin itukan aku

juga ngatur sama dokter A.

Dok kayaknya ibu nih bosan

minum obatnya, sekarang

sekali makan 5 butir pil kan,

terus sehari 3 kali. Inikan

bosan (P2W1 89-91)

Penderita tidak ingin

melakukan kontrol,

karena memiliki konflik

atau salah paham dengan

pihak rumah sakit.

Disanakan ada kesalahan

gitu dikiranya kayak

dimarahin atau apa gitu, abis

itu ga mau kontrol ke sana.

Yah mungkin disalah-salahin

sama pihak sana. Setelah itu

yah ga mau kontrol lagi

(P2W1 97-100)

P merasa kedekatan jarak

tempat tinggal dengan

penderita akan membuat

penderita merasa senang.

Tahun 2008, kan saya

mikirnya seorang ibu kalau

dekat dengan anak, dekat

dengan cucunya bisa lebih

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

senang (P2W1 106-107)

Adanya usaha suami

untuk menenangkan

pikiran dari istri,

walaupun usaha tersebut

kurang menunjukkan hasil

yang diharapkan.

Bapak tuh kalau abis kontrol

bawa ke mall atau swalayan

biar pikirnya ibu bisa agak

baik. Kalo ke mall-mall gitu

yah tetap ga bisa ngobatin

ya. (P2W1 107-109)

Biaya perawatan di panti

tidak dianggap sebagai

beban.

Kalau di panti ringan jadi ga

masalah, rawat inap sebulan

cuma 1,5 juta (P2W1 114-

115)

Dalam keadaan „normal‟

(tidak sedang kambuh),

penderita mampu

melakukan pekerjaan

rumah tangga.

Ibu tuh biasa sih kalau

misalkan waktu apa yah

normal gitu loh, waktu sehat

gitu loh, yah masak, nyuci,

yah biasa. (P2W1 117-118)

Usaha P untuk

memasukkan penderita ke

panti, apabila sudah

dianggap parah.

Kalau misalkan lagi parah

baru dimasukan ke sana, ke

panti. (P2W1 118-119)

Perilaku yang ditunjukkan

penderita dalam beberapa

hal seperti; tidak

mementingkan kebersihan

diri sendiri, mempunyai

kebiasaan keluar rumah

Yah tengah malam sering

keluar, dulu itu waktu saya

masih ingat, saya kecil itu,

wah mandi ga pernah, kalau

mandi itu harus dipaksa

sama bapak. Terus sama

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

pada tengah malam, dan

menunjukkan ekspresi

marah kepada orang yang

tidak disenangi olehnya.

orang yang misalnya kan di

pikirannya ibu itu dia itu ga

senang gitu, wah kayaknya

langsung diomelin atau

diapain gitu. (P2W1 122-

126)

Kekambuhan penderita

mengganggu kenyamanan

tetangga

Kalau misalnya ibu udah

mengganggu tetangga dan

orang lain gitu . (P2W1 129-

130)

Usaha P dalam

menyenangkan hati

ibunya.

Yah kayak aku sih, kemarin

itu ibu minta ketemu

cucunya, saya telpon ke

kakakku, anaknya kalau

liburan bawa kesini. Intinya

supaya nyenangin hatinya

gitu (P2W1 133-135)

Dukungan keluarga dalam

membawa penderita untuk

berobat.

Yah aku menemani ibu bawa

ke tempat berobat (P2W1

138)

Inisiatif P untuk

mengajak ibunya

berkomunikasi, untuk

mengalihkan perhatian ibu

dari mendengar bisikan-

bisikan dan terfokus pada

Yah kalau aku sih misalkan

ibu lagi diam aku nanya bu

kenapa bu? Biar ga ada itu,

ngindarin ini aja, kayak

misalkan ada bisikan atau

apa gitukan biar terfokus

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

komunikasi dengan diri P. dengan kita ngobrol. (P2W1

143-145)

Ketidakpatuhan penderita

dalam mengonsumsi obat.

Yah itu, ibu tuh susah

minum obat, keras banget.

(P2W1 151)

P menjadi orang yang

signifikan dalam hidup

penderita karena hanya

dengan P, penderita

menunjukkan kepatuhan

dalam mengonsumsi obat.

Kemarin itu sampai awal-

awal itukan yang harus

nyiapin obat itukan aku.

Sama yang lain itu ga mau.

Sama bapak, sama kakakku

yang itu malah marah-

marah. Itu kalau sama aku

kan aku jelasin, ibu ini obat

minum dulu. Yah kita sih

bukan berani sama ibu, cuma

kayak ada penekanan gitu

loh maksudnya (P2W1 156-

160)

Kepatuhan penderita

untuk mengonsumsi obat

tidak tetap.

Yah harus disiapin, yah dulu

sih sebelum waktu apa yah,

sebelum tahun 2010 itu, ibu

bisa nyiapin sendiri, yah kita

cuma ingatin. (P2W1 163-

165)

Penderita tidak ingin

mengonsumsi obat yang

Yah kemarin itu kan obat

yang penenang yang orange

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

tidak ia senangi. itu kan dia kalo udah minum

malah tidur. Akhirnya dia ga

mau. Wah diumpetin obat

yang itu, soalnya ga mau

yang itu. (P2W1 166-168)

Semula P merasa minder

karena kondisi ibunya,

tetapi kini P

mengupayakan kondisi

ibu

Takut sih ga kalo ibu marah-

marah atau apa cuma waktu

kelas 2 SD kalau ibu kayak

gitu yah saya minder juga

kan. Cuma kalau sekarang

udah ga. Udah terbiasa dan

menyadari sih sekarang kan

saya mikirnya tindakan kita

bisa bantu apa, kok sampai

tua kayak gitu terus. (P2W1

170-174)

Adanya pengertian baik

dari pihak keluarga

maupun pihak tetangga,

apabila kondisi mental ibu

menyebabkan ibu

menunjukkan perilaku

yang berbeda dari

biasanya.

Yah kadang kalau ada

masalah yah dimengerti.

Kalau kondisi mentalnya

kayak gitukan dia sering

bagi-bagi uang gitu. Bapak

kan sering ngasih tiap bulan

500 ribu ke ibu. Tau-tau

nanti dikasih kan ke

tetangga-tetangga, tapi kan

tetangga pada ngerti

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

kondisinya kayak gitu, nanti

hubungi aku katanya ibu

ngasih uang, ngasih beras

kadang juga ngasih jagung.

Tapi dibalikin, tapi ibu

jangan sampai tahu lah, nah

tetangga-tetangga juga pada

ngerti gitu. Jadi diterima

cuma nanti dibalikin waktu

ga ketahuan ibu (P2W1 176-

184)

Suami penderita menjadi

sasaran penderita untuk

mengekspresikan

kemarahannya.

Yah udah biasa, kalau ibu

kambuh itu malah yang di

marah-marahin itu bapak.

(P2W1 187-189)

P mampu menjadi

penengah antara kedua

orang tuanya jika terjadi

perselisihan.

Tapi ya selama aku disini

bapak lebih tenang. Karena

biasa bapak laporin ke saya

kalau ibu marah (P2W1 189-

190)

Dukungan yang diberikan

ketika penderita kambuh

adalah dengan menasehati

penderita.

Misalkan marah-marahnya

depan umum gitu yah, dulu

waktu pas panen gitu kan

wah marah-marah, yah saya

bawa ibu masuk, kalo ga

saya ngomong bu ga boleh

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

kayak gitu (P2W1 193-195)

P berperan penting dalam

pengobatan ibu, karena

hanya jika bersama P, ibu

mempunyai kemauan

untuk berobat.

Kemarin itu misalnya di

bawa berobat yah ga ada aku

yah susah banget. Kalau

sama aku kan aku bilang bu,

ibukan ga pernah kontrol,

minum obat juga ga pernah

makanya ayo sama aku

kontrol ke sana. Ya ibu ikut,

mau dia. Kalau sama bapak

pasti ga mau, marah-marah.

(P2W1 195-200)

Di antara anak-anak

penderita, hanya P yang

mampu membujuk

penderita untuk

mengkonsumsi obat

secara teratur.

Ga tau juga, kalau sama anak

yang lain juga agak jauh,

saya ga tau apakah sama

anak lain nurut atau ga.

Soalkan kemarin kayak

kakakku yang di Sragen itu

kayak mau nyiapin obat gitu

aja malah marah-marah gitu

loh. Terus saya ambil alih,

ini ibu, pokoknya harus

minum obat. Kalau ga

minum obat nanti saya bawa

nginap lagi disana. Ya mau.

Saya ga marah cuma kasih

Page 69: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

penekanan sama ibu. (P2W1

204-210)

Ada trauma tersendiri

bagi salah satu anak

penderita, karena

pengalaman masa kecil

ketika melihat perlakuan

pihak rumah sakit

terhadap ibu.

Mungkin kakakku yang di

Purwokerto kalo misalkan

proses dari sini diajak ke

rumah sakit itu ga berani.

Mungkin trauma dari kecil

kayak wuah ibu dipaksa-

paksa sampai harus ditarik-

tarik diseret-seret gitu kan ga

tega kakak saya. (P2W1

213-216)

Dukungan yang diberikan

adalah dengan cara

menemani penderita

berobat.

Aku juga terlibat kayak gini,

dari kecil ngantar sih aku

pernah juga ikut, cuma

hanya ikut aja. Sekarang ini

baru 3 kali aku bawa ibu

sendiri kontrol, maunya yang

nemanin aku (P2W1 217-

220)

P berperan dalam

memberikan nesehat

kepada anggota keluarga

yang lain terkait

penerimaan mereka

terhadap kondisi ibu yang

Waktu di Solo kemarin kan

semua saudara ngantar ke

sana, pada ga kuat gitu loh,

pada sedih. Aku juga harus

nenangin saudara-saudaraku.

Aku bilang sama mereka

Page 70: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

harus dirawat di rumah

sakit.

udah kan intinya kita ga

sanggup nangani ibu, kalau

disinikan ada ahlinya, niat

kita baik biar bisa nenangin

ibu dulu (P2W1 220-224)

P melakukan konsultasi

dengan pihak panti dan

meminta pertimbangan

anggota keluarga yang

lain, jika ingin menitipkan

ibu ke panti rehabilitasi.

Yah kalau mau dititipin ke

sana panti atau apa saya

nelpon kakak saya. Itu

gimana ibu udah kayak gini,

aku udah konsultasi sama

dokter dan solusinya ya

nginap dulu. Yaudah sana

kata kakakku. Mereka udah

mempercayakan aku. (P2W1

226-229)

Peran anggota keluarga

lain dalam memenuhi

biaya pengobatan ibu.

Cuma disana tuh paling

kayak kakak-kakakku yang

lain itu misalkan butuh biaya

ngomong aja berapa (P2W1

229-231)

Ayah P berusaha

membiayai seluruh

pengobatan ibu dan

memiliki kecenderungan

untuk tidak menerima

bantuan biaya dari anak-

Cuma bapak ini kan selalu

bilang udah, bisa sanggup.

Cukup uangnya gitu. Iya,

saya merasa bapak mikir ibu

tuh masih tanggungannya

bapak, jadi harus dia yang

Page 71: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

anaknya. biayai, padahal anak-anak yo

siap kalau mau bantu.

(P2W1 231-236)

Kebingungan P karena

ibunya lebih sering

mengekspresikan

perasaan marah kepada

ayahnya

Selain itu juga saya bingung

kenapa yang paling dibenci

itu yah bapak? Kalau sama

bapak yah marah-marah

terus. (P2W1 236-238)

Salah satu beban pikiran

ibu adalah kurangnya

waktu bapak di rumah.

Lah ibu itu kalau misal kan

bapak pergi-pergi gitu agak

apa ya, mungkin ada beban

pikiran. (P2W1 242-244)

P menasehati ayahnya

untuk memprioritaskan

keluarga.

Awalnya aku bilang bapak

nih gimana, dikurangi udah

tua mbo yang seperlunya aja

organisasinya. Ga lupa sama

keluarga, keluarga itu kan

bukan cuma ekonomi toh

dipenuhi, juga perhatian-

perhatian gitu kan (P2W1

244-247)

P menyadari dan

menghargai kesibukan

ayah untuk menenangkan

diri dengan mencari

kesibukan di luar rumah.

Cuma sekarang kan aku juga

menghargai, mungkin bapak

nenangin diri dengan cara

gitu. Sekarang ini aku ya

lama-lama nyadarin bapak

Page 72: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

itu sekarang tenangnya

memang kayak gitu. Dengan

kegiatan, misal kah ngumpul

sama teman untuk ga jenuh

di rumah (P2W1 248-252)

Perubahan perilaku P

dalam mendukung

kegiatan ayah selama hal

tersebut berdampak positif

bagi kehidupan ayahnya.

Yah aku sempat keras sama

bapak, maksudnya keras itu

yah aku cuma ngasih

masukan, hidup itu kan ga

cuma kayak gini, gitu, tapi

yah lama-lama aku mikir

mungkin kepuasan bapak

emang disini. Takutnya aku

disini malah bapak dapat

tekanan. Yah sekarang, kira-

kira kalau bapak bisa jalani

enjoy, yah saya dukung

(P2W1 254-259)

P merasa bingung

menangani pemikiran

negatif ibu terhadap ayah

yang jarang berada di

rumah.

Sekarang tinggal buat ibu

ngerti aja, supaya pikiran ibu

ya yang dikerjakan bapak itu

ga negatif. Itu gimana

supaya anggap kegiatan

bapak tuh juga sebenarnya

positif gitu loh? Saya kan

juga bingung. (P2W1 259-

Page 73: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

262)

Salah satu beban pikiran

penderita adalah kurang

tersedianya waktu suami

berada di rumah.

Soalnya sampai saat ini

pikiran ibu kayak gitu.

Bapak keluar terus kegiatan

ini itu. Mungkin ini juga

salah satu pikiran ibu (P2W1

262-264)

Dua faktor penyebab ibu

sakit, menurut P adalah

faktor keturunan dan

beban pikiran.

Tapi bapak mikirnya ibu tuh

sakit karena keturunan.

Mungkin keturunan emang

faktor juga, terus yah

kemungkinan bapak ini

pergi-pergi nambah pikiran

ibu juga. (P2W1 264-266)

Usaha ayah untuk

menghindarkan ibu dari

kebiasaan melamunnya

jika berada sendiri di

rumah adalah dengan

membangun toko bagi

ibu.

Yah bapak buka toko

klontong kontrak biar ibu itu

ada kegiatan selama 3

tahunan di depan sana. Buat

kesibukan ibulah, ga di

rumah melamun terus.

(P2W1 268-270)

P merasa kebingungan

melihat perasaan benci

yang ditunjukkan ibu

kepada ayahnya, juga

kerenggangan hubungan

Ya ini saya juga bingung

kenapa yang paling dibenci

sama ibu itu yah bapak yah.

Bapak itu kan sama anak-

anak yang lain itu ga dekat.

Page 74: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

ayah dengan saudara-

saudara P yang lain.

Soalnya kayak saudara yang

di Purwokerto itu tuh

ngomong sama bapak itu

ngomongnya seperlunya aja,

kalo ga ada yang mau

diomongin yah ga ngomong.

(P2W1 275-279)

Kesibukan ayah P

membuatnya jarang

berada di rumah dan hal

ini merupakan pengalihan

perasaan ayahnya yang

tidak nyaman berada di

rumah.

Soalnya bapak itu kan

senengannya piknik kemana-

kemana gitu loh, pergi,

kegiatan-kegiatan organisasi,

sibuknya minta ampun. Jadi

acara itu banyak, malam itu

sering pergi ke tempat

temannya gitu. Yah cuma

ngobrol seadanya. Kalau

ditanyai alasannya hiburan

daripada di rumah (P2W1

280-284)

Ada perubahan perilaku P

dalam menghadapi

kebiasaan ayahnya yang

sibuk dan jarang berada di

rumah.

Yah awalnya saya keras gitu,

tapi lama-lama yah bapak aja

keras ga mau mikir supaya

gimana. Yah aku sih

maklum pemikiran orang tua

itu kan mungkin kayak gitu.

Makanya kalo cerita itu kan

Page 75: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

kemana-mana. Yah itu sih.

Aku sih udah nyadari, ya

udah lah bapak juga udah

tua. Cuma saya nasehatin

aja, supaya ga kecapean, bisa

ngurangi kegiatan (P2W1

284-290)

P berperan dalam menjaga

ibu terhadap tindakan

ayah yang bisa

memperburuk kondisi ibu.

Aku dulu sempat keras sama

bapak “pak, ibu itu tidur

karena pengaruh obat.

Diapa-apain juga tetap ga

bisa, aku sempat sampai

marah, tapi lama-lama

nyadari aku kok sama orang

tua kayak gini. Maksudnya

pokoknya missal kan sampai

secara teknis ibu sampai

ditekan bapak baru saya

nentang. (P2W1 294-299)

P membantu ayah

memahami bagaimana

sebaiknya bertindak

terhadap ibu.

Pokoknya jangan menekan

ibu harus ada kegiatan ini,

kegiatan itu. Takutnya ibu

itu kambuh, soalnya bukan

kemauan ibu sendiri, dari

bapak gitu loh. (P2W1 304-

306)

Page 76: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Gengsi dari ayah untuk

menerima bantuan dari

anak-anaknya dalam hal

perawatan ibu.

Itu kayak gengsi itu loh,

dibantu anak-anak juga ga

mau. Yah kita anak-anak

juga udah lah biarin gitu

(P2W1 307-309)

Pemenuhan kebutuhan

(material) menjadi

prioritas ayah.

Bapak itu ukurannya

ekonomi gitu loh. Jadi yang

dipikir pemenuhan secara

ekonomi, kalau pendekatan

secara batin itu yah susah

(P2W1 309-311)

P sering menerima

keluhan ibu mengenai

perlakuan ayah terhadap

dirinya.

Ibu sering cerita ke

saudaranya. Bapak itu

nekan, harus gini, harus gini.

Ibu sih juga pernah cerita ke

saya. Kalau misalnya jam 8

pagi bapak baru bangun trus

ibu masih tidur itu

dibangunin dimarah-marah,

kok malah tidur, dan itu kan

jadinya malah buat ibu

pikiran. (P2W1 314-318)

Analisis verbatim P2W2

Makna Verbatim

Page 77: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Pertimbangan P dalam

memindahkan pengobatan

ke panti daripada di RSJ

Solo.

Iya pertama di Solo, terus ke

panti, soalnya pertimbangan

kalau disanakan yang lanjut

usia harus ditungguin.

(P2W2 21-22)

Emosi yang mudah

ditunjukkan adalah marah-

marah.

Emosi naik, marah-marah

itu paling gampang (P2W2

24)

Sikap ibu yang sensitif,

misalnya menjadikan hal-

hal yang tidak diterimanya

sebagai beban pikiran

Biasanya ibu lakuin kalau

nggak cocok sama kita

karena omongin apa ke ibu,

trus ibu langsung kepikiran

trus (P2W2 26-27)

Perilaku berbicara sendiri

dengan benda mati.

Kadang sampai ngobrol

sama tembok, seolah-olah

ada bisikan gitu (P2W2 29-

30)

Ekspresi marah yang

ditunjukkan kepada orang

lain.

Kadang nggak kadang kles

sedikit kepikiran, kepikiran

nggak senang sama orang

itu karena ini-ini langsung

ketemu diomongin,

dimarah-marahin (P2W2

34-36)

Tetangga menunjukkan

sikap pengertian terhadap

Kalau sekarang sih mereka

diam aja. Dulu itu kalau

Page 78: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

perilaku ibu yang

membagi-bagikan uang ke

tetangga.

nunjukin gejala kayak gitu

yah, misalnya kan bapak

ngasih uang tiap bulan ke

ibu, nah itu nanti dibagi-

bagikan ke tetangga, 50

begitu, kadang begitu ke

tetangga. Terus tetangga

sms aku, mas tolong ke

rumah. Mereka balikin tapi

ibu ga boleh tahu. (P2W2

42-46)

Tetangga menunjukkan

pengertian terhadap

kondisi ibu.

Kadang itu bungkusin beras,

kirim ke tetangga. Tapi

nanti dibalikin sama

mereka. Yah kan mereka

udah pada ngerti kan.

(P2W2 48-50)

Usaha P mengajak

keponakannya untuk

mengunjungi ibu, dengan

harapan ada perasaan

senang yang ibu rasakan

ketika berada dekat dengan

cucu-cucunya.

Maksudku itu kemarin kan

tak suruh datang, paling ga

ada merasakan apa gitu.

Dekat sama cucu itu supaya

ada perasaan senang gitu.

(P2W2 54-56)

Ketika parah, ibu kurang

mampu mengekspresikan

Kan kemarin pas liburan

aku suruh ke sini, tapi ibu

Page 79: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

perasaan senang kepada

keluarga yang telah datang

mengunjunginya.

biasa-biasa aja. Mungkin

karena sudah terlalu parah

begitu. Cuma kemarin pas

udah sembuh itu, mereka ke

sini lagi. Ibu senang banget

(P2W2 57-59)

P berusaha mengobati rasa

kangen ibu terhadap cucu-

cucu ibu, sekaligus

mengajak mereka untuk

memberikan perhatian

kepada ibu.

Yah aku sih berharap, cucu-

cucunya itu juga ada

perhatian sama ibu, terus

kadang ibu juga kalau sama

cucu-cucu gitu kadang

kangen banget, jadi saya

ngobatin kangennya itu.

(P2W2 61-63)

P berperan signifikan

dalam mengontrol

konsumsi obat dari

penderita, sedangkan

saudara-saudaranya

memberikan perhatian

lewat bantuan biaya

perawatan.

Yang paling berani ingatin

obat kan cuma aku. Soalnya

kan yang disini aku. Terus

kakak-kakakku kan pada

bilang yah, pokoknya kalau

mereka disini jangan nyuruh

ibu minum obat. Terus

pokoknya kakak-kakakku

percaya sama aku, kalau ada

masalah dana, ngomong aja.

(P2W2 69-74)

P berkorban dalam Soalnya takut kan nanti

Page 80: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

memberikan waktu dan

tenaga untuk terus

mengontrol konsumsi obat

penderita.

kalau kakak-kakakku pada

kesini kan terus nyuruh ibu

harus minum obat, malah

nanti tertekan. Ya udah

yang harus berkorban untuk

tetap kontrol obat ibu yah

aku (P2W2 74-77)

P melihat perubahan

penderita yang baik dalam

hal komunikasi.

Terus ibu juga udah bagus

ngobrolnya. (P2W2 77)

Perbedaan pengertian

tentang cara

menyembuhkan ibu

membuat cara P berbeda

dari ayahnya dalam

merawat ibu.

Cuma kemarin sih aku ga

cocok sama bapak. Bapak

itu kan kalau ibu itu udah

bisa kerja gini-gini gitu,

anggapan bapak itu oh ibu

udah sembuh gitu loh.

Misalnya kemarin sempat 3

hari ke tempat kakakku di

Sragen. Ke sana itu ga

minum obat. Padahal udah

tak pesan ke bapak obatnya

kalau pagi ini, kalau siang

ini, kalau malam ini.

kemarin sempat seminggu

ga minum obat kan. (P2W2

82-88)

Page 81: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Gejala yang ditunjukkan

ketika penderita tidak

patuh dalam

mengkonsumsi obat adalah

beraktivitas tanpa henti

hingga larut malam.

Baru semalam itu aku lihat

kayaknya ibu udah nunjukin

gejala nih. Semalam itu

udah malam banget terus

masih ngupasin kacang itu

loh. Udah jam 12an itu. Itu

aku masih di depan

komputer, terus tak

perhatikan, abis itu saya

suruh ibu istirahat dulu bu.

Oh yah itu kayaknya udah

seminggu ga minum obat,

jadi udah tak ambilin, terus

aku kasih minum (P2W2

88-95)

P merasa bingung

menghadapi

ketidakmampuan ibu

untuk mematuhi aturan

pengobatan.

Iya, makanya aku ini agak

bingung soalnya ibu belum

bisa merasakan gini loh :

aku kalau aku ga minum

obat itu bisa kambuh gitu

loh. Jadi ga bisa ngerasain

aku tuh sakit, dan masih

dalam pengobatan (P2W2

97-100)

P memberanikan diri

untuk memberikan

Kan ada karyawan yang

kerja di sawah sana terus

Page 82: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

beberapa nasehat kepada

ayah, agar dapat mengerti

keadaan ibu yang sedang

sakit dan menjaga agar ibu

tidak kambuh lagi.

bapak suruh ibu siap-siapin

makan kirim ke sawah.

Terus saya bilang bapak, ibu

lagi tidur, lagi minum obat.

Udah pokoknya missal kan

bisa beli diwarung, beli aja

pa. Kalau aku sama bapak

yah udah agak berani kalau

hal ini. Soalnya aku takut

ibu balik lagi kayak

kemarin. (P2W2 101-107)

Gejala yang ditunjukkan

ketika tidak

mengkonsumsi obat adalah

berbicara sendiri serta

beraktivitas hingga larut

malam.

Aktivitasinya. Kalau ga

minum obat itu kayaknya ga

ada cape gitu loh. Pokoknya

kerja terus. Terus kalau

misalnya ga ada obat,

ngomong sendiri, ada

teman bicaranya (P2W2

110-112)

Ayah tidak berani dalam

menyarankan penderita

untuk mengkonsumsi obat.

Iya udah nanya. Jadi pas di

Sragen itu kan bapak itu ga

berani menyuruh ibu.

(P2W2 114-115)

Adanya perasaan malu

penderita karena sakit

yang dideritanya membuat

Terus ibu sendiri kalau di

Sragen itu kalau ada obat

masih ada rasa malu gitu

Page 83: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

penderita tidak mau

mengkonsumsi obat yang

ada.

minum obat, karena pikir

udah sembuh gitu loh.

Kalau bapak ingatin lagi,

kadang ibu marah. (P2W2

115-117)

Sikap tegas dalam

memerintahkan penderita

untuk mengkonsumsi obat.

Makanya kemarin aku sama

ibu agak tegas, soalnya

obatnya harus diminum.

(P2W2 118-119)

Perasaan senang bapak

ketika melihat ada

perubahan yang baik

dalam perilaku ibu di

rumah.

Yah saking senang itu, ibu

udah agak baikkan. Ibu

udah mau ngerjain ini itu,

kayak kegiatan normal gitu

lah (P2W2 128-129)

Nasehat P kepada ayahnya

untuk ikut menjaga dan

mengontrol konsumsi obat

penderita.

Aku cuma bilang yah itu

baik pak, tapi yang

pentingkan kita jaga

obatnya. Kalau ga bisa jaga

obatnya bisa kambuh lagi.

(P2W2 129-131)

Salah satu perilaku

ketidakpatuhan dalam

mengonsumsi obat yang

ditunjukkan penderita.

Misalnya harus minum obat,

yah tak tunggui. Soalnya

dulu pernah bilang udah

diminum, tapi masukin ke

kantong, terus dibuang.

(P2W2 138-140)

Page 84: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

P memikirkan alternatif

jenis obat lain yang dapat

dikonsumsi oleh penderita.

Maksudnya kalau obat tetes

itu bisa ngurangi reaksinya

itu loh, misalnya rutinitas

itu. Maksud saya kalau telat

obat sehari ga masalah gitu.

Tapi aku belum ketemu

dokter A lagi sih. Tapi

bapak sih udah dukung

(P2W2 147-149)

Pengobatan dengan cara

menggunakan obat tetes,

menjadi salah satu

alternatif yang ingin

digunakan oleh P.

Pokoknya kalau sebisa

mungkin bisa diusahakan

untuk ngurangi obat, dan

dengan tetes itu ibu lebih

baik, saya bisa konsen ke

kerjaan, dan untuk masalah

biaya gampang. (P2W2 151-

153)

Dokter terus mengontrol

perkembangan pasien.

Yah pertama sih biasanya,

aku sama ibu, ibu disuruh

duduk di luar, terus dokter

nanyain perkembangan ibu

bagaimana (P2W2 158-159)

Peran dokter dalam

menyuruh pasien untuk

melakukan kontrol rutin

dan juga pemberian

Yah gitu sih, ibu disuruh

tiap bulan kontrol, cek

tensinya. Maksudnya sama

lihat perkembangan ibu.

Page 85: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

nasehat terkait apa yang

harus diakukan keluarga

pada saat merawat

penderita di rumah.

Terus itu sih, kalau pas

siang diajak kegiatan apa,

jadi jangan sampai ibu

sendiri terus pikirannya ke

mana-mana, melamun gitu.

(P2W2 166-169)

Inisiatif P untuk menolong

ibu agar tidak mendengar

bisikan-bisikan ketika

sedang tidur sendirian di

dalam kamar.

Makanya kadang paling

kalau misalnya aku lagi

kerja, terus ibu umpamanya

tiduran gitu, aku stelin

radio. Yah missal kan ibu

kalau melamun gitu kan, dia

bisa dengar ada suara radio,

jadi dia dengar suara radio

itu, ga dengar bisikan atau

apa. Itu sih inisiatifku saja.

(P2W2 169-173)

Perpindahan lokasi tempat

tinggal dilakukan P untuk

kepentingan atau kebaikan

ibu.

Yah pernah sempat main ke

rumahku yang dulu. Terus

saya lihat ada gejala-gejala

ga baik sama ibu, akhirnya

aku putuskan buka cabang

di Boyolali ajalah. Di sana

aku tinggalin, yah

pertimbangannya, disini ga

ada orang. Cuma bapak ibu

Page 86: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

doang. (P2W2 187-190)

Dukungan yang diberikan

ketika kambuh adalah

dengan membawa

penderita ke RSJ.

Yah saya perhatikan itu, ibu

udah parah. Jadi saya bawa

ke Solo (P2W2 193)

Tingkat keparahan ibu

dapat diprediksi oleh P

dari perilaku marah dan

memukul ayah, marah

terhadap tetangga, serta

adanya aktivitas yang

terus-menerus sampai

tengah malam.

Parahnya itu yah, sama

bapak yah udah marah-

marah, kalau mukul ya

mukul beneran. Waktu itu

juga mengganggu orang

lain, marah-marah sama

orang. Terus kalau malam

beraktivitas sampai tengah

malam jam 3, kayak

ngerjain apa aja gitu, terus

ke jalan. (P2W2 195-199)

Inisiatif P mencari

informasi tentang tempat

perawatan untuk penderita

yang letaknya dekat

dengan rumah.

Akhirnya terus aku nanya-

nanya, setelah itu tahu ada

panti dekat rumah, jadi saya

konsultasi ke situ kan.

Disini juga biaya di luar

obat itu satu juta lima ratus,

kalau di Solo itu gratis,

karena pakai askes. Cuma

pertimbangannya kalau

disana harus di tunggui

Page 87: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

sama keluarga, jadi kita

repot bolak-baliknya, jadi

mending di sini aja. (P2W2

202-207)

Dukungan yang diberikan

anggota keluarga lain

adalah dalam bentuk

bantuan biaya perawatan.

Kakak supportnya lebih

kayak dana. Hanya kalau

kontrol juga ga sampai 200

jadi ga begitu mahal. (P2W2

210-211)

Adanya keyakinan P

dalam mendapatkan pahala

karena keikhlasannya

dalam merawat orang

tuanya.

Oh ga beban. Kalau aku sih

dalam keyakinan kita,

kepercayaan itu apapun

yang kita perbuat untuk

orang tua, pasti ada baiknya,

pasti ada balasan dari Allah

kalau kita ikhlas. (P2W2

218-220)

Cara yang diusahakan P

agar ibunya mau

mengonsumsi obat.

Yah tak bohongin gitu aja,

ada petugas yang mau

jemput, supaya ibu itu juga

mau minum obat. Soalnya

kalau begitu saya juga

bingung. Ya udah lah

gimana caranya saya supaya

ibu mau, termasuk bohongi

juga ga papa lah. (P2W2

Page 88: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

228-232)

P menyesali bahwa dia

kadangkala bertindak

keras terhadap ibunya.

Yah sempat juga. Lelah itu,

yah lelah pikiran itu. Ini kok

ibu sampai harus aku bentak

gitu untuk minum obat,

terus nekan ibu juga.

Kayaknya aku ni jahat

banget. Kadang beban

karena harus bentak ibu,

tapi tujuanku baik gitu loh.

Jadinya secara pikiran itu

lelah juga.. (P2W2 235-238)

P tidak merasa terbebani

karena masalah waktu dan

tenaga yang harus

dikorbankan.

Kalau untuk tenaga dan

waktu sih ga begitu. Masih

ga masalah lah, masih bisa

di atasi (P2W2 239-240)

Kesabaran P dalam

merawat penderita.

Yah, kalau gitu yah aku

yang sabar. (P2W2 246)

Peran P dalam menasehati

anggota kelurga yang lain

untuk dapat mengerti

kondisi ibu.

Oh ga, kalau ke istri hanya

masalah dalam keluarga

kami. Tapi ga pernah

mengeluh tentang ibu.

Cuma kalau ibu udah

nunjukin gejala apa gitu

saya suruh istri saya sabar

aja, terus jaga perasaan ibu.

Page 89: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Yah kadang istri saya bilang

gini-gini, ga ada

kecocokkan gitu, yah saya

bilang sabar aja. Ngalah

juga kan bagus sama orang

tua. (P2W2 248-253)

Peran P dalam mengajak

anggota keluarga yang lain

untuk datang menjenguk

ibu, sehingga ibu juga

dapat merasa tenang

karena dekat dengan

anggota keluarganya.

Yah paling, aku nyaranin ke

kakak atau adikku, setiap

bulan itu paling ga jenguk

ibu kesini. Kalau ibu merasa

dekat sama anak cucu kan,

dia bisa lebih tenang.

(P2W2 256-258)

Perasaan senang yang

ditunjukkan oleh ibu,

karena dikunjungi oleh

anggota keluarga yang

lain.

Kalau ada kakakku

rombongan gitu sama

keluarganya ibu itu nyiapin

masakan spesial gitu untuk

anak-anaknya. Dia itu

senang, pengen nyambut

dengan baik. Jadi paling ga

sebulan atau 2 bulan tetap

ada yang datang. mereka

bergantian lah datang kesini.

(P2W2 264-268)

P menjadi mediator dalam

menyampaikan apa yang

Terus kadang ibu sering

ngomong kalau bapak

Page 90: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

dirasakan ibu terhadap

ayahnya.

banyak organisasinya, jadi

aku minta bapak untuk

ngurangi kegiatannya,

karena ibu juga merasa

bapak itu banyak kegiatan.

(P2W2 279-282)

Uang selalu menjadi

ukuran ayah dalam hal

memberikan perhatian

kepada keluarganya.

Terus kata bapak yang

penting duit kan ga pernah

telat dikasih. Ukurannya

selalu ekonomi. Udah aku

kalau udah sampai situ aku

udah diam aja (P2W2 285-

287)

P berharap agar ibu lebih

mandiri dan patuh

mengonsumsi obat.

Kalau harapanku terutama

untuk ibu, ibu itu bisa

menyadari oh aku sakit dan

harus minum obat. Aku

bingung mau cara gimana,

supaya ibu tuh sadar. Aku

lagi nyari cara-cara untuk

itu. Kalau dia udah

menyadari kan, bisa rutin,

tahu sendiri minum obatnya.

(P2W2 294-297)

P memiliki keinginan

untuk menyediakan

Kemudian kalau udah

sembuh, pengen main ke

Page 91: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

reward jika penderita

menginginkannya.

rumah kakakku atau cucu

yang lain, nanti bisa lah aku

telpon mereka jemput pakai

mobil kan gitu bisa. Intinya

kalau misal sembuh itu bisa

saling ngerti. (P2W2 299-

302)

Harapan P terhadap kedua

orang tuanya agar dapat

saling mengerti sehingga

tidak saling membangun

jarak dalam hubungan

keduanya.

Bisa ngertiin bapak, bapak

juga bisa ngertiin ibu. Saya

susah banget nemuin orang

dua ini bareng. Biasanya

sendiri-sendiri gitu. (P2W2

302-304)

Harapan P bagi ayahnya

untuk dapat memilih

kegiatan atau kesibukan

yang tepat serta dapat

menjaga keharmonisan

keluarga.

Pengennya aku bapak itu

udah tua, untuk menghadapi

hari esok itu perlu ada

kegiatan rohani seng

bermafaat. Yah ne

menurutku cari organisasi

yang penting aja. Intinya

menyadari itu aja, terus di

rumah itu ga ada cekcok

gitu. (P2W2 304-308)

P menunjukkan perasaan

senang ketika mendapati

keakraban antara kedua

Kadang aku juga ngerasa

senang banget, kalau

misalkan ibu nyiapin makan

Page 92: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

orang tuanya. siang, terus mereka makan

berdua bareng. Lihatnya itu

senang banget. (P2W2 309-

311)

P mempertimbangkan apa

yang bisa dia lakukan di

tengah pekerjaan untuk

tetap bisa memperhatikaan

kedua orang tuanya.

Banyak di rumah, jadi aku

milih bisnis batako, supaya

aku lebih bisa ngontrol ibu

di rumah saja. Kalau

misalnya bapak dan ibu

marah-marah yah bisa saya

lihat juga. (P2W2 311-315)

Setelah melakukan analisis wawancara partisipan,

langkah selanjutnya adalah melakukan proses kategorisasi

tema, yang mana melalui proses ini menghasilkan beberapa

kategori data partisipan kedua, yaitu :

Kategori Data P2

1 Latar belakang keluarga P dan penderita.

2 Gejala yang ditunjukkan oleh penderita skizofrenia

3 Ciri-ciri penderita pada saat menunjukkan

kekambuhan dalam menjalani masa pasca

perawatan.

4 Persepsi P mengenai penyebab ibunya menderita

skizofrenia

5 Permasalahan yang dihadapi oleh keluarga ketika

Page 93: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

merawat penderita

6 P memegang peran yang sangat penting dalam

keluarga terutama dalam merawat penderita.

7 Usaha keluarga dalam mengatasi berbagai

permasalahan yang dihadapi ketika merawat

penderita di rumah.

8 Sikap yang ditunjukkan lingkungan sekitar dalam

menghadapi gejala-gejala atau kekambuhan yang

ditunjukkan oleh penderita

9 Peran psikiater dalam merawat dan menangani

penderita skizofrenia

10 Perasaan keluarga dalam menghadapi dan merawat

penderita skizofrenia di rumah

11 Upaya dari keluarga sebagai bentuk dukungan

sosial yang diberikan pada saat merawat penderita

skizofrenia

12 Harapan P bagi kondisi ibu yang menderita

skizofrenia

13 Perkembangan kondisi penderita pada saat ini.

Berdasarkan kategori-kategori yang telah ada, maka

langkah berikutnya adalah merekonstruksi kategori-kategori

tersebut ke dalam sebuah narasi.

d. Analisis partisipan 2

Partisipan, saudara A merupakan anak bungsu dari ibu S

yang menderita skizofrenia. Keseharian partisipan disibukkan

Page 94: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

dengan pekerjaannya sebagai seorang wiraswasta di Kabupaten

Boyolali. Saat ini partisipan sudah menikah dan memiliki 2

orang anak. A dan istri serta salah seorang anaknya tinggal

bersebelahan dengan rumah ayah dan ibunya di Boyolali.

Sementara anak A yang kedua tinggal bersama dengan ibu

mertua A di Purwokerto. Pada saat ini A membantu ayahnya

dalam merawat dan memenuhi semua kebutuhan ibunya yang

sedang menjalani masa pasca perawatan di rumah.

Beberapa gejala yang ditunjukkan oleh S pada saat

didiagnosa menderita skizofrenia adalah perilaku berbicara

sendiri tanpa ada lawan bicara atau berbicara dengan benda

mati, reaksi emosi marah yang berlebihan terutama kepada

suaminya, juga kebiasaan mendengar bisikan-bisikan yang pada

akhirnya berpengaruh pada perilaku yang ditunjukkan seperti,

mengikuti perintah bisikan tersebut untuk keluar rumah atau

melakukan aktivitas terus-menerus pada malam hari. Selain itu,

S juga kehilangan minat untuk mementingkan kebersihan diri

sendiri, di mana hal tersebut ditunjukkan melalui kebiasaannya

yang tidak ingin mandi.

Kebiasaan penderita tersebut menimbulkan asumsi oleh

partisipan yang berpendapat bahwa penyebab sakit ibunya

adalah karena faktor keturunan dan banyaknya beban pikiran

yang dipendam oleh ibunya. Terkait faktor keturunan partisipan

mengaku bahwa beberapa orang anggota keluarga dari

ibunya juga pernah menjalani perawatan seperti yang dialami

oleh ibunya sekarang. Sedangkan beban pikiran yang

dimaksudkan oleh partisipan, yaitu pemikiran negatif ibu

Page 95: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

mengenai kebiasaan ayahnya yang sering tidak berada di rumah

karena kesibukan mengikuti organisasi-organisasi dalam

masyarakat. Semantara itu, menurut pengakuan salah satu

kerabat mereka, partisipan mengetahui bahwa ibunya pernah

mengeluhkan sikap ayahnya yang keras terhadap ibu dan terlalu

menekan ibu untuk melakukan banyak aktivitas. Sulitnya

menunjukkan sikap saling pengertian antara penderita dan

suaminya, berdampak pada seringnya terjadi kesalahpahaman

yang menimbulkan konflik di dalam keluarga mereka. Dengan

demikian intensitas dan frekuensi perawatan yang diberikan

suami kepada penderita juga berkurang.

Kondisi ini juga menimbulkan kebingungan bahkan

kesulitan bagi partisipan dalam menghadapi masalah kedua

orangtuanya tersebut, khususnya karena kondisi ibu yang

sedang sakit. Permasalahan terkait kurangnya waktu suami di

rumah, serta karakternya yang keras. Menurut partisipan,

partisipan berkontribusi terhadap permasalahan yang terjadi di

dalam keluarga sehingga terkadang menghambat proses

penyembuhan penderita. Oleh karena itu, tidak jarang dalam

kondisi seperti ini membuat partisipan melakukan tindakan yang

sedikit keras dengan maksud yang baik, walaupun hal ini telah

disesali oleh partisipan saat ini. Perlakuan keras yang

dimaksudkan disini adalah sikap partisipan yang tegas dalam

pemberian nasehat kepada ayahnya maupun ibunya.

Di sisi lain, pada saat merawat penderita dalam masa pasca

perawatan, tidak jarang keluarga menemui beberapa masalah

dan kesulitan. Beberapa masalah yang dihadapi keluarga terkait

Page 96: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

kondisi penderita tersebut adalah perilaku penderita yang sering

melampiaskan amarah kepada suaminya, bahkan pernah sampai

memukul suaminya tersebut. Selain itu, beberapa kali penderita

tidak ingin melakukan kontrol rutin, yang salah satu

penyebabnya adalah karena adanya salah paham atau konflik

antara penderita dan pihak rumah sakit. Ketidakpatuhan

penderita dalam mengkonsumsi obat juga dirasa sebagai salah

satu hambatan bagi partisipan dalam merawat penderita. Hal

tersebut sering membuat partisipan mengambil sikap tegas dan

sedikit keras dalam menasehati penderita untuk mengkonsumsi

obat dengan teratur.

Partisipan juga memegang peran penting dalam

keluarganya, terutama dalam merawat ibunya yang menderita

skizofrenia. Hal ini dapat dilihat dari kepatuhan penderita

mengkonsumsi obat dan melakukan kontrol hanya jika

dinasehati dan didampingi oleh partisipan. Sementara anggota

keluarga yang lain, tidak berhasil untuk mengubah perilaku

ketidakpatuhannya tersebut. Partisipan juga lebih banyak

berperan dalam mencari solusi terhadap berbagai permasalahan

yang dihadapi ketika merawat ibunya di rumah. Sebagai contoh

partisipan menjadi penengah, dengan memberikan nasehat

kepada ibunya ketika mulai menunjukkan gejala marah kepada

ayahnya. Tidak hanya terhadap ibunya, A memberikan nasehat

juga kepada ayahnya serta semua saudaranya terkait kondisi ibu

mereka yang harus dimengerti, sehingga tidak ada tekanan yang

diberikan kepada ibunya, melainkan mengambil sikap yang

lebih mengerti dan peduli terhadap kondisi ibu. Oleh karena itu,

Page 97: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

partisipan juga sering dipercayakan oleh seluruh anggota

keluarganya dalam hal pengontrolan obat dan perawatan baik di

rumah maupun di RSJ atau panti rehabilitasi mental.

Tidak hanya dalam anggota keluarga mereka yang dapat

mengerti dan peduli dengan kondisi penderita, namun

lingkungan sekitar rumah juga memberikan penerimaan yang

baik terhadap penderita, serta tidak menghindari komunikasi

dengan penderita. Partisipan mengaku ada dukungan yang

diberikan oleh beberapa tetangga di dekat rumah mereka, yang

sudah memahami kondisi ibu. Walaupun terkadang sikap dan

perilaku penderita tidak sesuai dengan norma yang berlaku di

masyarakat, namun hal tersebut dapat ditoleransi oleh

lingkungan sekitar mereka. Pemberian dukungan kepada

penderita dari pihak eksternal, dalam hal ini tetangga juga turut

membantu pemulihan penderita dalam menjalani masa pasca

perawatan karena merasa diterima dan dihargai oleh masyarakat

sekitarnya.

Selain tetangga, salah satu pihak yang juga berperan

penting dalam perawatan dan pengobatan penderita adalah

psikiater yang menanganinya. Beberapa hal yang dilakukan

psikiater tersebut adalah pemberian perhatian baik pada pada

penderita maupun terhadap keluarga. Psikiater meluangkan

waktu untuk menginformasikan kepada keluarga terkait kondisi

penderita. Selain itu, ada beberapa nasehat dan petunjuk yang

diberikan oleh psikiater terhadap penderita dan keluarga, baik

pada saat perawatan di panti atau dalam menjalani masa pasca

perawatan di rumah.

Page 98: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Hingga saat ini partisipan dan seluruh anggota keluarga,

tetap setia dalam mendampingi penderita dalam menjalani masa

pasca perawatan di rumah. Berbagai macam dukungan dari

pihak internal yaitu keluarga itu sendiri juga sering diberikan

kepada penderita, baik pada saat menjalani masa perawatan di

RSJ dan panti rehabilitasi mental ataupun pada saat menjalani

masa pasca perawatan di rumah. Dukungan keluarga secara

langsung kepada penderita tersebut ditunjukkan mereka melalui

beberapa jenis dan cara. Beberapa di antaranya adalah dukungan

instrumental, dukungan informasi, dukungan penghargaan dan

dukungan emosional.

Dukungan instrumental terlihat jelas dari kesediaan

keluarga dalam membiayai dan memberikan tempat perawatan

yang baik bagi penderita, yaitu di RSJ Solo dan setelah itu

keluarga memutuskan untuk memindahkan ke Panti rehabilitasi

dengan pertimbangan jarak yang lebih dekat sehingga lebih

mudah bagi keluarga untuk membawa penderita melakukan

kontrol rutin. Selain pemberian tempat perawatan yang layak

bagi penderita, adapun dukungan yang diberikan keluarga

adalah dengan cara memenuhi kebutuhan serta keinginan

penderita. Sebagai contoh, keinginan penderita untuk bertemu

dengan anggota keluarga yang berada di luar kota segera

dipenuhi oleh keluarganya tersebut. Kesediaan partisipan dalam

mengontrol konsumsi obat penderita secara terus menerus dan

pemberian waktu untuk mendengar keluhan serta cerita dari

penderita juga merupakan dukungan yang diberikan untuk

kesembuhan penderita.

Page 99: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Adapun pengalaman keluarga dalam mencoba memberikan

lapangan pekerjaan, yaitu mendirikan toko untuk dikelola

penderita pada saat menjalani masa pasca perawatan. Toko

tersebut hanya bertahan beberapa waktu, karena penderita

kembali mengalami kekambuhan dan harus dirawat inap di RSJ.

Gagal dalam mempertahankan dukungan ini karena

kekambuhan penderita, maka keluarga mencoba untuk tidak

memaksakan penderita melakukan aktivitas, melainkan

mengikuti atau memenuhi keinginan penderita.

Terkait halusinasi audiotori yang dialami penderita, ada

beberapa cara yang diupayakan oleh partisipan dalam

mengalihkan gejala tersebut. Beberapa di antaranya adalah

dengan menyediakan waktu untuk berkomunikasi dengan

penderita, menghidupkan radio ketika penderita sendirian

berada di dalam kamar, sehingga penderita terfokus kepada

suara radio daripada terfokus pada bisikan-bisikan yang sering

didengarnya.

Dukungan instrumental yang sering diberikan kepada

penderita juga berupa pemberian sejumlah uang secara rutin

untuk setiap bulannya, sehingga penderita juga dapat

menggunakan uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan

pribadinya. Namun, seringkali penderita membagi-bagikan uang

tersebut kepada beberapa tetangganya tanpa tujuan yang jelas.

Adanya pengertian dari tetangga seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya membuat mereka menerima uang tersebut, agar

menghindari perasaan tersinggung penderita jika uang yang

diberikan kepada mereka langsung dikembalikan. Setelah

Page 100: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

penderita pergi, para tetangga yang menerima uang akan

mengembalikan uang tersebut melalui partisipan, tanpa

sepengetahuan dari penderita, sehingga tidak terjadi konflik

antara tentangga dan penderita.

Dukungan lain yang diberikan adalah dukungan informasi.

Dukungan ini lebih difokus kan kepada pemberian nasehat serta

saran ataupun informasi yang dibutuhkan penderita dalam

menjalani masa pasca perawatan di rumah. Beberapa cara

keluarga dalam memberikan dukungan ini, biasanya terkait

dengan konsumsi obat penderita serta kebiasaan penderita yang

dapat merugikan diri penderita sendiri atau orang lain. Sebagai

contoh, partisipan memberikan nasehat kepada penderita ketika

penderita menunjukkan gejala marah kepada suami atau kepada

orang di sekitarnya. Selain itu, nasehat dan saran juga diberikan

secara terus menerus terkait konsumsi obat penderita di rumah,

sehingga diharapkan penderita dapat secara mandiri

menunjukkan kepatuhan dalam mengonsumsi obatnya sendiri.

Selain itu, keluarga juga memberikan dukungan berupa rasa

hormat kepada penderita yang memiliki status sebagai ibu bagi

partisipan dan saudara-saudaranya. Kondisi ibu yang menderita

skizofrenia ini, tetap mendapat penghargaan dan penghormatan

yang baik dari anak-anaknya tersebut. Hal tersebut dapat dilihat

dari kesediaan partisipan dan saudara-saudaranya jika diminta

penderita untuk dapat berkumpul bersama di rumah penderita.

Selain itu, ada beberapa saran dan nasehat dari penderita kepada

anak dan cucunya yag tetap di dengar dan dilakukan.

Page 101: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Dukungan berikut yang diberikan kepada penderita adalah

dukungan secara emosional. Pemberian dukungan ini, terlihat

jelas dari adanya perasaan empati partisipan dan keluarga

terhadap kondisi penderita yang membuat partisipan dan

keluarga terus menunjukkan kepedulian serta perhatian kepada

penderita dalam menjalani masa perawatan maupun pasca

perawatan RSJ atau Panti rehabilitasi Mental. Kepedulian

keluarga terhadap penderita diekspresikan dengan upaya yang

dilakukan untuk menyenangkan hati penderita, misalnya dengan

memenuhi beberapa permintaan penderita seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya. Kepedulian dari suami penderita juga

pernah ditunjukkan dengan beberapa kali mengajak penderita

untuk berpergian demi menyenangkan hatinya dan

mengalihkannya dari penyakitnya yang beberapa kali kambuh.

Selain dukungan secara langsung yang diberikan keluarga

kepada penderita, ada juga beberapa dukungan secara tidak

langsung, namun tetap bertujuan untuk upaya kesembuhan

penderita. Dukungan secara tidak langsung tersebut dapat

dilihat dari keputusan partisipan sendiri yang harus berpindah

tempat tinggal dan bekerja di Boyolali agar lebih dekat dan

mudah dalam merawat ibunya. Selain itu di antara anggota

keluarga juga terjalin komunikasi dalam hal pemberian nasehat,

saran serta solusi yang dapat dilakukan demi upaya untuk

kesembuhan penderita.

Dukungan-dukungan yang diberikan partisipan, ayahnya

serta saudara-saudaranya yang lain dapat membantu pemulihan

ibunya dan dapat berdampak positif. Hal ini dapat dilihat oleh

Page 102: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

partisipan dari kondisi ibu yang saat ini sudah lebih baik dalam

hal komunikasi dengan anggota keluarga yang lain. Dampak

positif lainnya dapat dilihat dari kesediaan mematuhi aturan

mengkonsumsi obat, berkurangnya ekspresi emosi marah dan

memukul suaminya, serta relasi yang lebih baik dengan para

tentagga atau lingkungan sekitarnya. Selain itu, partisipan juga

tetap berharap agar kondisi ibunya dapat terus membaik dari

hari ke hari. Selain kondisi ibu yang membaik, partisipan juga

berharap adanya hubungan yang baik lagi antara ayah dan

ibunya seperti dulu, sebelum ibunya mulai sakit.

3. Partisipan 3

a. Gambaran umum partisipan 3

Nama : YU

TTL : Bandung, 18 Juli 1991

Usia : 22 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan Terakhir : SMA

Status : Belum Menikah

Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : Karyawati

YU adalah anak kedua dari tiga orang bersaudara.

YU tinggal bersama kedua orang tua, serta seorang

kakak dan seorang adik. Kakak YU merupakan

penderita skizofrenia yang sedang menjalani masa

pascaperawatan. Sementara adik YU saat ini sedang

Page 103: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

menempuh pendidikan di salah satu Sekolah Menengah

Kejuruan di Bandung. Dalam kesehariannya, kedua

orang tua YU bekerja di salah satu rumah makan dan

juga toko. YU bekerja pada salah satu perusahaan,

bagian keuangan proyek di Bandung.

YU yang pada saat ini berusia 22 tahun,

menyelesaikan pendidikannya di salah satu Sekolah

Menengah Atas di Bandung, kemudian melanjutkan

pendidikannya ke Perguruan Tinggi yang hanya

ditekuninya selama kurang lebih satu tahun. Hal ini

disebabkan karena YU diterima di salah satu

perusahaan untuk bekerja. YU memutuskan untuk

memilih pekerjaan tersebut dan mengundurkan diri dari

Perguruan Tinggi.

Kakak YU, yang menderita skizofrenia, pada saat

ini berusia 23 tahun. Kakak YU bernama SL. SL

memiliki kesibukan sehari-hari dengan bekerja di salah

satu tempat produksi kue di dekat rumah mereka. SL

telah menderita penyakit ini sejak berusia 14 tahun, dan

pada saat itu sedang menempuh pendidikan di Sekolah

Menengah Pertama. Karena menderita penyakit ini,

akhirnya SL tidak menamatkan pendidikannya di SMP.

Sedangkan YU terus menekuni sekolahnya hingga

lulus SMA.

Perilaku aneh yang ditunjukkan oleh SL, membuat

keluarga YU sempat membawanya berobat beberapa

kali di panti rehabilitasi dan juga oleh psikiater

Page 104: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

terdekat. Hingga saat ini, YU dan keluarga masih

sering membawa SL untuk menjalani perawatan di

psikiater tersebut.

b. Laporan observasi selama wawancara

Pada hari Selasa, 19 Febuari 2013, pukul 19.25

WIB, peneliti pergi menemui partisipan di

kediamannya (daerah perumahan Maleber), Bandung-

Jawa Barat. Partisipan tersebut adalah YU yang berusia

22 tahun. YU tinggal bersama kedua orang tuanya.

Ayah YU yang pada saat itu tidak berada di ruang tamu

bersama anggota keluarga yang lain, sedang

menyibukkan diri di ruang belakang. YU memiliki

seorang adik laki-laki yang saat ini sedang menjalani

pendidikan di salah satu SMK di kota Bandung. YU

juga memiliki seorang kakak perempuan, yang

menderita skizofrenia dan sedang menjalani masa

pasca perawatan. Awalnya ketika peneliti datang,

langsung disambut dengan baik oleh ibu dari partisipan

tersebut serta kedua orang saudaranya. Partisipan dan

ibunya mempersilahkan peneliti untuk duduk di ruang

tamu. Di ruang tamu tersebut, terdapat beberapa kursi

yang membatasi ruang tersebut dengan ruang keluarga.

Setelah peneliti duduk di ruang tamu, ibu dari YU

menanyakan maksud kedatangan peneliti ke rumah

mereka. Peneliti berusaha menjelaskan tujuan peneliti

datang ke rumah mereka sekaligus meminta kesediaan

Page 105: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

keluarga untuk memperbolehkan peneliti melakukan

wawancara demi mengambil data yang dibutuhkan.

Dengan demikian, ibu dari partisipan ini langsung

berinisiatif untuk menceritakan keadaan anaknya yang

menderita skizofrenia tersebut. Sebenarnya yang ingin

dijadikan partisipan oleh peneliti adalah YU sendiri,

namun pada saat itu, ibu dari YU langsung bercerita

mengenai latar belakang anaknya dan bagaimana awal

mula ketika SL mulai menunjukkan gejala yang tidak

normal seperti biasanya. Karena hampir tidak ada jeda

dalam cerita ibu YU, maka penelitipun kesulitan dalam

memberikan beberapa pertanyaan. Setelah ada sedikit

jeda, peneliti meminta kesediaan ibu YU untuk dapat

merekam seluruh hasil pembicaraan pada malam itu.

Namun, dengan tegas ibu YU menolak untuk direkam

pembicaraannya oleh peneliti, tanpa memberikan

alasan kepada peneliti. Karena ini merupakan

pertemuan pertama dengan partisipan dan keluarganya,

maka peneliti memutuskan untuk mendengarkan cerita

ibu tersebut tanpa memotong pembicaraan hingga

selesai ia bercerita.

Beberapa hal yang ditangkap peneliti pada saat ibu

dari partisipan penelitian ini bercerita yaitu tentang

bagaimana usaha keluarga untuk merawat penderita

skizofrenia tersebut. Usaha-usaha tersebut meliputi

pengobatan yang diberikan dengan membawa anaknya

ke panti rehabilitasi serta psikiater terdekat, mengajak

Page 106: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

penderita untuk ikut dalam kegiatan rohani dan

didoakan oleh beberapa pendeta dari gereja, juga

membiarkan penderita untuk dapat melakukan

beberapa hal yang ingin ia lakukan, seperti pergi ke

tempat-tempat wisata yang ia inginkan. Dalam cerita

tersebut juga peneliti menangkap adanya perasaan yang

tidak begitu khawatir dari sang ibu, jika anaknya yang

menderita skizofrenia tersebut berpergian sendiri ke

beberapa tempat dikarenakan kepercayaan ibu terhadap

anaknya bahwa anak tersebut dapat kembali ke rumah

dengan sendirinya.

Perasaan lain yang juga dapat ditangkap oleh

peneliti adalah perasaan sedih dari seorang ibu yang

melihat kondisi anaknya yang menderita penyakit

tersebut. Hal ini terlihat jelas dari cara ibu tersebut

bercerita mengenai pengalaman anaknya ketika

dimasukkan ke panti rehabilitasi. Suara tegas ketika

bercerita mengenai kebiasaan anaknya yang sering

berpergian jauh tiba-tiba berubah menjadi sedikit pelan

dan bergetar ketika mengenang masa-masa di mana

anaknya direhabilitasi. Ia juga mengeluarkan air mata

dan mengungkapkan bahwa ia benar-benar merasa

sedih karena melihat kondisi anaknya tersebut. Selain

itu faktor yang membuat ia juga sedih adalah

kurangnya sikap baik yang ditunjukkan oleh orang-

orang di panti terhadap anaknya.

Page 107: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Perbincangan antara peneliti dan ibu dari YU

berlangsung sekitar 40 menit. Dan selama ibu tersebut

bercerita YU hanya terdiam, sambil sesekali ikut

tertawa jika ada cerita yang lucu. Sementara adiknya

yang laki-laki sibuk bermain laptop dan handphone di

ruang keluarga. Hanya sekali adiknya datang dan

langsung menasehati kakak YU mengenai pasangan

hidup, ketika topik pembicaraan tersebut sedang

diperbincangkan ibu YU, penderita, YU dan peneliti.

Kakak YU, yang menderia skizofrenia juga duduk

bersama di ruang tamu, namun tidak banyak berbicara

dan sesekali pergi ke belakang. Dengan demikian

peneliti memutuskan untuk mengakhiri pertemuan

yang pertama ini karena menimbang waktu yang

semakin larut juga ketidakmungkinan untuk

melanjutkan melakukan wawancara dengan YU pada

malam itu. Peneliti akhirnya berpamitan untuk kembali

ke kediaman peneliti. Sesampainya di kediaman

peneliti, peneliti mengirim pesan melalui handphone

kepada YU untuk mengatur kembali jadwal wawancara

berikutnya.

Pertemuan kedua sekaligus wawancara bersama

dengan partisipan dilaksanakan pada hari Rabu, 20

Februari 2013, di tempat kediaman peneliti selama

berada di kota Bandung. Pada saat itu peneliti dan

partisipan berkomunikasi melalui handphone. Peneliti

meminta kesediaan partisipan untuk diwawancara, dan

Page 108: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

kemudian partisipan setuju untuk melakukan

wawancara di kediaman kerabat peneliti. Pemilihan

tempat wawancara yang berbeda dari sebelumnya ini,

disebabkan karena ibu partisipan yang tidak

mengijinkan pembicaraan antara peneliti dan pihak

keluarga di rekam oleh peneliti. Akhirnya wawancara

berlangsung pukul 20.45-21.45 WIB. Waktu

wawancara ini ditentukan sendiri oleh partisipan,

dikarenakan partisipan baru selesai kerja sekitar pukul

20.00 WIB. Oleh karena itu, peneliti mengikuti jadwal

yang sudah ditentukan oleh partisipan tersebut. Pada

saat wawancara berlangsung, peneliti dan partisipan

duduk di ruang tamu yang berukuran kira-kira 3m x

4m. Kemudian peneliti meminta izin dan kesediaan

partisipan agar seluruh hasil pembicaraan pada malam

itu direkam. Hal ini disetujui oleh partisipan.

Wawancara berlangsung kurang lebih selama 1

jam, dengan posisi duduk berhadapan. Peneliti

membelakangi jendela, sedangkan YU menghadap ke

jendela yang berada di samping pintu masuk rumah

tersebut. YU menjawab pertanyaan dengan nada yang

sedikit keras. Selama menjawab pertanyaan YU

seringkali melakukan beberapa gerakan tubuh, seperti

menggoyang-goyangkan kaki dan sesekali memukul-

mukul lututnya dengan tangannya secara perlahan-

lahan. Tak jarang beberapa kali ketika menjelaskan

perilaku kakaknya yang menderita skizofrenia, YU

Page 109: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

juga mencontohkan gerakannya. Seperti ketika perilaku

melempar gelas ke kamar mandi, tangan YU bergerak

seolah-olah ingin mempraktekkan gerakan

melemparnya.

Selain itu, beberapa kali YU terawa ketika

menceritakan perilaku kakaknya yang seperti anak

kecil dan melihat kebiasaan kakaknya yang dianggap

aneh. Namun nada suara YU sedikit berubah pelan

ketika peneliti bertanya mengenai perasaan YU

menghadapi kondisi tersebut. Dengan nada pelan YU

mengatakan perasaannya yang sedih juga lelah. Di

akhir wawancara tersebut, YU mengatakan bahwa

kejadian ini juga ada hikmahnya untuk keluarga

mereka. Hal ini dikatakannya dengan sesekali menarik

napas yang panjang, seolah-olah ingin menegaskan

bahwa ia sudah tidak mampu dan tidak tahu akan

menangis dan marah kepada siapa mengenai masalah

yang keluarganya hadapi. Tetapi sekalipun berat

masalah yang mereka alami ini, mereka tetap ingin

bersyukur pada Tuhan.

Wawancara berikutnya dilaksanakan pada hari

Selasa, 12 Maret 2013, di kediaman salah satu kerabat

peneliti di kota Bandung. Pada saat itu YU baru saja

kembali berlibur dengan teman-temannya, sehingga

sedikit terlihat kelelahan di wajah YU. Wawancara

dimulai pada pukul 20.24-21.00 WIB. Selama

wawancara YU tidak banyak menunjukkan gerakan

Page 110: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

tubuh atau nonverbal, tetapi duduk dengan tenang dan

menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh

peneliti.

Wawancara kali ini berlangsung singkat karena

menimbang beberapa informasi yang dibutuhkan sudah

dijawab oleh YU. Peneliti juga mempertimbangkan

waktu, karena kondisi YU yang terlihat sedikit lelah

dan juga mempertimbangkan YU yang harus

beristirahat karena akan kembali bekerja pada keesokan

harinya.

c. Analisis verbatim

Analisis verbatim P3W1

Makna Verbatim

Awal munculnya gejala

pada penderita seperti

suka melamun dan

terkadang menjadi banyak

bicara.

Awalnya dia teh ikut

camping gitu. Camping di

Rancaupas, terus udah gitu

teh dia itu sendiri, saya itu

ga ikut. Terus pas besoknya

dia pulang, dia tuh udah

beda gitu. Biasanya

pendiam, jadi ga pendiam,

kalau kita ngobrol dia itu

ikutan nimbrung gitu. Terus

suka ada melamun juga dia

teh. Semenjak pulang dari

Page 111: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

situ the kayak gitu dia, aneh.

Gitu, aneh. (P3W1 4-11)

Pendapat P mengenai

penyebab sakit penderita.

Kayak tempat kursus gitu,

kursus si mama. Yah itu di

situ kayak kemasukan roh di

tempat camping atau di

rumah itu adaan gitu. Udah

gitu yah udah. (P3W1 14-16)

Dukungan dari keluarga

yaitu mendoakan

penderita.

Kita doa-doain gitu.

Ternyata kata pendetanya

emang ada, terus udah

dikeluarin sama saya. (P3W1

16-17)

Gejala yang ditunjukkan

oleh penderita adalah

melamun, menangis,

kesulitan untuk tidur, serta

keinginan untuk terus

berpergian.

Oh yaudah, udah gitu teh dia

duduk diam di rumah terus

suka melamun tiba-tiba,

terus suka nangis tiba-tiba,

terus suka ga bisa tidur

malam-malam, sampai 2

malam, matanya kebuka

terus ga bisa tidur. Ga

tenanglah. Terus saya bilang

udah cici tidur, terus dia nya

teh bangun terus bolak-balik

sana-sini, pengennya keluar

rumah gitu. (P3W1 17-23)

Page 112: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Usia awal munculnya

gejala penyakit.

Sekitar umur 14-an lah,

kelas 2 SMP. (P3W1 25)

Dukungan yang diberikan

dengan membawa

penderita ke panti

rehabilitasi.

Iya awal mulanya kayak

gitu. Udah gitu dimasukin ke

pemulihan gitu. (P3W1 31-

32)

Gereja berinisiatif

membantu keluarga P

dengan menawarkan

„rumah pemulihan‟ untuk

penderita.

Inisiatif gereja yang

masukin. Ya udah di rumah

pemulihan dulu. Misalnya

dia pulang ke rumah juga ga

mau kan, sering pergi-pergi

gitu. Ga betah di rumah. Ya

udah dipemulihan orang tua

setuju, jadi sama orang

gereja dibawa kesitu. (P3W1

34-37)

P merasa tidak sanggup

menghadapi perilaku

penderita yang sering

kabur dari rumah.

Yah sering kabur-kaburan

gitulah dari rumah, akhirnya

kita ga sanggup lagi

ngurusin dia, ya udah

dibawa ke pemulihan aja.

Kabur dari rumah, terus ga

bisa tidur, melamun,

nangis gitu aja (P3W1 42-

45)

P berusaha mencari tahu Ya nanya : cici teh mikirin

Page 113: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

apa yang dipikirkan oleh

penderita

apa sampai ngelamun kayak

gitu? Nggak kok nggak,

nggak papa. (P3W1 47-48)

Penderita mudah marah

dan keluar rumah hingga

larut malam bila

keinginannya tidak

terpenuhi.

Terus kalau dia pengen apa-

apa, yuk antar ke sini, antar

ke situ, saya nya ga mau, dia

nya bisa marah-marah, bisa

ngamuk-ngamuk gitu. Terus

akhirnya pergi sendiri,

pulang malam-malam

begitu. (P3W1 49-52)

Gejala yang ditunjukkan

penderita adalah

pandangan mata yang

kosong, sering melamun

dan berbicara sendiri.

Yang beda, yah ngelamun,

terus matanya teh

mandangin orang teh kayak

kosong gitu. Nah itu, dia teh

kalo melamun itu ngomong

sendiri mulutnya. Terus

mulutnya teh ngucap-

ngucapin apa teh ga tau.

(P3W1 54-59)

Kepedulian P dalam

menanyakan hal yang

dirasakan oleh penderita.

Hmmm, kayak gitu. Terus

dikuping cici teh dengar atau

gimana ada yang ngajak

ngobrol atau gimana?

Katanya, iya emang ada

yang ngajak ngobrol. (P3W1

Page 114: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

61-63)

P memberikan barang-

barang kebutuhan

penderita melalui pendeta,

selama di panti

rehabilitasi.

Pernah dari pihak pendeta di

panti sana ngunjungi

keluarga, ngajak doa sama

baca alkitab. Terus kalau dia

udah datang kita nitipin

makanan, baju buat cici lah

di sana. (P3W1 68-70)

Penderita mengalami

beberapa kekambuhan.

Ga ada, tapi kambuh-

kambuhan, setahun itu teh.

Misalnya setahun agak baik,

jadi lagi, setahun baik, terus

jadi lagi. (P3W1 74-75)

Gejala yang ditunjukkan

pada saat kambuh adalah

menyendiri di kamar dan

melamun.

Pertamanya teh dia beda aja.

Ya misalnya kalau kita lagi

main, lagi kumpul-kumpul

nonton tv, dia sendirian di

kamar, tidur. Ga tidur itu dia

teh, ngelamun. (P3W1 77-

79)

P mencoba tetap bersabar

dan terus mendoakan.

Ya udah cuma gitu, didoain

terus sabar.

Besoknya ya gitu lagi,

didoain-doain terus. (P3W1

89-90)

Tetangga P berpendapat Ada tetangga yang bisa lihat

Page 115: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

bahwa kondisi penderita

disebabkan oleh faktor

spiritual dan bukan medis.

gituan, terus katanya di

rumah kita itu ada. Dia

ngomongnya: si cici teh ga

punya teman, jadi apa yang

ada disitu teh, di rumah kita,

dia ajak ngobrol gitu,

katanya ada anak kecil

cewek yang diajak ngobrol

sama si cici (P3W1 92-95)

Dukungan keluarga yaitu

dengan melibatkan

psikiater dan kerabat

untuk memberikan

pengobatan.

Iya, dua kali dibawa ke

psikiater. Dikasih obat. Ya

itu, pertama teh dibawa ke

dokter. Terus sama si mama

dititipin ke tempat sodara,

udah itu teh ga minum obat

lagi. (P3W1 97-102)

Alternatif ke psikiater

muncul setelah disarankan

oleh teman-teman gereja

P.

Iya, pas kita udah ga tahan

lagi, ya udahlah, kata orang

gereja kita juga, ini mah

bukan kerasukan. Ini karena

banyak pikiran, banyak

melamun kayak gini, jadi

harus dibawa ke

psikiater gitu. (P3W1 105-

107)

Kebiasaan penderita yang Yah ga tahannya ya itu, si

Page 116: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

sering berpergian sampai

larut malam membuat P

dan keluarga sulit

merawat.

cici ga betahan di rumah.

Suruh diam di rumah, kita

kan yang lain pada kerja

sama sekolah, yah dia nya ga

mau diam, keluar sana,

keluar sini, bisa pergi main

ke IP dari pagi sampai

pulangnya malam jam 11

baru pulang. Ga tahannya

teh gitu, dia itu kabur-

kaburan terus, ga tahan di

rumah. (P3W1 110-114)

Kebiasaan penderita yang

sering keluar malam,

membuat orangtua tidak

sanggup merawat.

Yah namanya orang tua pasti

khawatir si cici ke mana ini,

udah malam, cewek,

sendirian, yah akhirnya

dicari. Kayak gitu. Nah cari-

carinya itu yang ga tahan

teh. (P3W1 116-118)

Keberanian penderita

keluar rumah sampai larut

malam membuat keluarga

khawatir.

Yang nyari yah semua, tapi

kalau paling ga tahan ya

papa nya. Kalau saya, yah

misalnya pulang kerja,

sama si adek yang cowok itu

disuruh papa, yuk dicari

datang ke IP atau kemana

Page 117: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

kalian pencar, terus cari.

Kayak gitu. (P3W1 120-123)

Kesulitan keluarga dalam

mendampingi penderita

yang sering kesulitan tidur

di malam hari.

Ya, setiap malam ga bisa

tidur. Yah terus ikutan kan

kita juga ga bisa tidur.

(P3W1 125-126)

Keluarga terus

mendampingi penderita,

apabila penderita

kesulitan untuk tidur di

malam hari.

Yah, ikutan ngejagain dia.

Kalau dia ga bisa tidur kita

ajak baca alkitab, setiap

malam yah dibaca sama dia.

Tapi bacanya udah sampai

berapa pasal ya dia nggak

ngantuk-ngantuk. (P3W1

128-130)

Kondisi penderita yang

membaik setelah

mengonsumsi obat.

Udah mendingan, udah di

bawa ke dokter juga udah

agak mending. Yah karena

dia minum obat itu . (P3W1

136-139)

Keluarga mengontrol

konsumsi obat penderita

agar tidak terjadi

kesalahan dalam

mengkonsumsi obat

tersebut.

Ya dia tau, tapi kita juga

kontrol terus. Kalau cici bisa

ngambil sendiri.

Tapi kitakan takut, dia

minum obatnya benar atau

nggak. (P3W1 142-143)

Kelalaian penderita dalam Yah pernah, misalnya yang

Page 118: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

mengonsumsi obat. ga boleh diminum pagi,

malah diminum. (P3W1 145-

146)

Keterangan dokter yang

tidak jelas membuat

keluarga sulit mengerti

kondisi penderita.

Ga dijelasin, cuma si dokter

teh nanya-nanya. Pas

pertama saya ikut juga yah,

dokter cuma tanya,

kupingnya kedengaran ga?

Kedengaran suara-suara gitu,

kita jawab iya, terus dicatat.

Terus kalau malam bisa tidur

ga? Ah bisa kalau minum

obat, terus dicatat lagi. Yah

gitu, cuma ditanya-tanya gitu

terus si dokternya ga

ngejelasin si cici ini sakit

apa, jadi kita ga tahu. Kita

juga mikir, ya udah depresi

kali yah? Si dokternya ga

ngejelasin. Aneh. (P3W1

148-154)

P dan seluruh anggota

keluarga menyediakan

waktu untuk menemani

pemeriksaan penderita ke

psikiater.

Pertama-pertama mah kita

semua datang, terus udah

kesini-sininya mah, si cici

udah tenang mah yaudah

gitu. Aneh. Ga, pertama

Page 119: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

doang sekeluarga. Eh, yang

kedua kali juga sekeluarga,

abis itu yah papa sama si cici

aja ke dokternya. (P3W1

159-163)

Reaksi emosi marah

ditunjukkan penderita

apabila ada keinginannya

yang tidak terpenuhi.

Pernah sih cici ngajak AH

ayo pergi beli ikan pakai

motor, atau ke IP, kadang

diturutin kadang AH bilang

ga ah ci udah capek. Terus

cici ngamuk-ngamuk.

(P3W1 166-168)

Hal yang dilakukan oleh

penderita ketika marah

adalah merusak perabotan

rumah.

Yah marah-marah sampai

gelas-gelas di rumah teh

udah pada pecah, dilempar-

lemparin ke kamar mandi,

sampai ditendang-tendangin

apalah yang ada.

(P3W1 172-174)

P sering menemani

penderita berpergian,

karena khawatir terhadap

penderita, walaupun

terkadang hal tersebut

melelahkan P.

Kalau saya mah, misalnya

pas pulang kerja waktu itu

terus cicinya ajak YU ayo

temanin cici ke IP, terus saya

bilang, cici YU teh capek

baru pulang. Terus kata cici :

ya udah cici sendiri terus dia

Page 120: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

pergi. Nah kitakan takut,

takut dia gimana-gimana ya

udah saya temenin, kayak

gitu. (P3W1 176-180)

P merasa repot dengan

perilaku saudaranya yang

sering memaksa untuk

menemaninya berpergian.

Udah cici pergi sendiri kalau

ga mau nemenin mah. Ya itu

bikin pusingnya itu tuh. Dia

suka maksa-maksain orang

buat temenin dia pergi.

Pokoknya mah ga betah di

rumah. (P3W1 181-184)

P sering mengikuti

keinginan penderita,

karena menghindari

konflik yang dapat

ditimbulkan jika

keinginan tersebut tidak

terpenuhi.

Yah kadang ikutin, kalau ga

ikutin yah dia bisa marah.

Daripada ngamuk-ngamuk di

rumah ya udah ikutin, nanti

bisa lari-larikan ke jalan, ya

gitu. (P3W1 186-188)

Upaya yang dilakukan

keluarga pada saat

penderita kambuh adalah

dengan cara mencari

psikiater untuk menangani

kekambuhan penderita

tersebut.

Ya itulah, apa yah, yah

sebelum ke dokter psikiater

ini yang dikasih obat itu yah.

Nah sebelumnya kita udah

mau lebaran gitu yah kita

nyari dokter ini, tapi ga ada

ya udah ke dokter lain,

psikiater juga terus taunya

Page 121: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

teh pas mau dibawa ke situ

teh dia teh ngamuk-ngamuk

gitu, sama si papa dan si

adek dibawa pake taxi terus

dapat dokter itu, ga diperiksa

ga diapain sama itu juga,

terus karena si cicinya udah

ngamuk-ngamuk gitu yah ya

udah langsung dikasih resep

disuruh tebus obatnya.

(P3W1 190-197)

Penderita tidak cocok

dengan obat yang

diberikan oleh psikiater.

Terus kita kasih minum dia ,

tau nya teh kayaknya ga

cocok, dia ga bisa tidur ga

bisa apa, tetap gelisah. Tetap

ngamuk-ngamuk gitu.

(P3W1 197-199)

Perubahan perilaku seperti

anak kecil yang

ditunjukkan penderita

ketika kambuh.

Dia kalau lagi kayak gitu

teh, dia kayak anak kecil.

Senangnya teh di kings itu

maen kayak bom-bom car

gitulah. Senangnya ke situ.

(P3W1 201-203)

Pengalaman P yang tetap

menemani dan menjaga

penderita pada saat

Terus dia lagi maen-maen

gitu, dia kan naik. Sayakan

ga ikutan, saya tunggu di

Page 122: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

menghadapi kekambuhan

penderita pada saat berada

di luar rumah.

dekat situ, di dekat mainan

situ. Terus tiba-tiba dia teh

suka jatoh gitu, lemas

badannya teh, udah gitu dia

jalan-jalan lagi terus jatoh

lagi. Terus waktu dia jatoh

gitu orang-orangkan pada

nolongin gitu yah, terus kata

orang-orang, udah ini

dibawa ke rumah aja. Terus

dikasih minum. Udah gitu,

dia bangun lagi, udah gitu

disuruh bawa pulang, terus

sayakan ngomong, udah ci

pulang aja udah capek

cicinya ini jatoh-jatohan

terus kenapa? Ga ah, ga ah

dia nya ga mau pulang,

masih mau main katanya.

Udah gitu dia main lagi,

terus jatoh lagi. Sampai 3

kali kayak gitu.

Terus udah jatoh, diangkat,

digotong sama mas-mas

yang di kings itu sampai ke

atas. (P3W1 204-216)

Page 123: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

P menuruti keinginan

penderita untuk

berpergian bersama,

walaupun P merasa

terbeban dengan kondisi

penderita yang sering

pingsan karena faktor

penyakit tersebut.

Teruskan saya teh sendiri

yah, sampe udah ga tau mau

gimana lagi, jadi saya

telponin si adek cowok, si

AH. AH cepetan ke kings

sama si papa, ini si cici

pingsan-pingsan terus tapi ga

mau pulang. Oh yaudah

terus dibawa sama kita,

akhirnya mah dia mau

pulang udah kayak gitu. Nah

itu, dia udah sakit kayak gitu

teh ga mau diam di rumah,

dia maunya pergi-pergi gitu,

tapi badannya ga kuat.

Beratnya tuh kayak gitu.

Saya sih udah tau, si cici

kalau dijalan bisa begini,

tapi daripada di rumah dia

marah-marah yah saya

turutin aja, kalau di jalan liat

gimana nanti aja. (P3W1

216-225)

Ibu P pernah mencoba

alternatif pengobatan lain

dengan membawa

Pernah si mama, bukan yang

baru-baru ini tapi sakitnya.

Pernahkan pas udah

Page 124: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

penderita ke „orang

pintar‟.

pengobatan gitu teh dikasih

obat terus dibawa ke bogor

terus di bogor itu teh ada

kayak orang pintar gitu,

dibawa kesitu. Terus pas

pulang-pulangnya teh, si

mama bawa sekresek air.

Ma, kata saya teh, ma itu teh

apa? Itu yang buat didoain-

doain gitu buat diminum

gitu. Dia teh ada perubahan

abis minum air itu. (P3W1

228-234)

Peran tante P dalam

membantu perawatan

penderita.

Yah normal kembali gitu.

Sama si I‟i kan dibuang

obatnya di stop gitu terus

baru dibawa kesitu.

Kayaknya sih, saya ga begitu

tahu. . (P3W1 236-238)

Pendapat tante P dan

tetangga P mengenai

penyebab sakit penderita

adalah karena adanya roh

jahat di rumah P yang

mempengaruhi sikap dan

perilaku penderita.

Yah, ngapain minum obat

terus, dia nya ga sakit gitu.

Pikirnya dia ga betah di

rumah karena banyak

hantunya. Terus kalau

dibawa ke rumah orang lain

si cici teh tenang, seperti

Page 125: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

orang biasa, normal kembali.

Pas dibawa ke rumah dia

ngamuk-ngamuk lagi gitu,

aneh. Ga tau bawaan

rumahnya banyak hantunya,

ga tau dia nya gimana gitu.

Trus dibawa ke rumah si S

anaknya tante N itu, kan dia

yang bisa doain, disana bisa

tenang, aneh. Trus setelah

didoain ama si S itu teh, trus

pas saya nyari-nyari si cici

kemana, trus saya kesitu teh

taunya ada cicinya disitu.

Trus pas diliat normal.

Pandangan matanya teh

normal kembali kayak orang

biasa. (P3W1 240-250)

Letak perbedaan kondisi

penderita pada saat

kambuh dan tidak, salah

satunya dapat dilihat dari

pandangan mata

penderita.

Yah, gimana yah. Kalau lagi

sakit yah kosong gitu

pandangannya, kalau udah

didoain itu yah biasa lagi.

(P3W1 252-253)

Kesulitan berkomunikasi

dengan penderita ketika

Kalau lagi sakit gitu ga bisa.

Ditanyain gitu kadang

Page 126: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

kambuh. nyambung kadang ga.

Kadang sadar, kadang ga.

(P3W1 256-257)

Kesulitan yang dialami P

dalam hal berkomunikasi

dengan penderita, karena

ketidakmampuan

penderita memberikan

respons jawaban yang

rasional.

Kalau lagi sakit gitu ga bisa.

Ditanyain gitu kadang

nyambung kadang ga.

Kadang sadar, kadang ga. Ya

kadang kalau ditanya, dia

jawabnya ya sadar jawab

pertanyaannya, kadang dia

ga mau jawab, ngelamun aja

gitu, nangis gitu. Tidur ya

tiduran gitu tapi matanya

ngebuka, tapi kalau saya

samperin dia nanti dia pura-

pura tidur gitu. Kalau kayak

gitu kita udah ga bisa

ngobrol. (P3W1 259-263)

Gejala yang ditunjukkan

ketika penderita tidak

kambuh.

Ya ngobrol, kalau misalnya

sekarang lagi sehat gini

bercanda biasa. Malah dia

yang cerewet, cerita gini,

gini. (P3W1 267-268)

Penderita membahas

tema-tema religius.

Terus suka nangis sendiri,

terus bilang ke saya YU tau

ga Tuhan itu kayak gini,gini.

Page 127: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Baik pisan. Ngomongnya teh

kayak itu rohani gitu. Yah

kalo lagi sakit teh gitu,

keagama nya tuh gitu.

Katanya YU Tuhan teh ada

di sini, Tuhan teh ada

disekitar kita, YU percaya

ga? Terus saya bilang iya

aja. Terus dia teh juga

ngungkit-ngungkit akhir

jaman terus. YU, Tuhan itu

benar ga datang? Kapan

datangnya? Lama yah?

(P3W1 269-276)

Kondisi penderita

sebelum sakit lebih

cenderung mengisolasi

diri, yang terlihat dari

kurangnya relasi yang

terjalin antara penderita

dan teman-teman

sebayanya di sekolah.

Dulunya pendiam, terus

dulukan saya sekelas sama

dia yah dia mah ga banyak

bergaul sama teman-teman.

Terus misalnya kalau pulang

sekolah teman ajak main, dia

ga mau malah ngajak

pulang. Biasanya saya aja

yang main dia pulang. Tapi

kalau misalnya belajar,

rajinan dia daripada saya.

Dia lebih pintar. Misalnya di

Page 128: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

sekolah teh dia lebih pintar.

Kalau besok ada ulangan dia

itu lebih rajin belajar,

bacanya sampai keluar suara.

Saya mah malas, saya cuma

dengerin dia. Ya itu dia

rajin. (P3W1 285-292)

Kondisi penderita setelah

sakit menunjukkan

perubahan sikap yang

lebih membuka diri untuk

berelasi dengan orang

lain.

Sekarang lebih rajin ke

gereja ikut teman-teman

kalau ngajak ke sana sini dia

ikutan. Jadi sakit gini teh dia

lebih banyak kenalan.

Persekutuan-persekutuan

dari gereja itu dia ikut. Yah

bagus juga kan. (P3W1 294-

297)

Aktivitas penderita saat

ini adalah bekerja pada

salah satu tempat

pembuatan kue yang

letekanya tidak jauh dari

rumah mereka.

Sekarang yah kerja. Ya

disini dekat rumah. Dia, dia

sendiri. Jadi pas yang kedua

waktu dia sakit itukan, dia

teh kerja disitu kan, bikin-

bikin bolu kukus gitu (P3W1

299-304)

Gejala pertama yang

dilihat P sebagai tanda

kekambuhan penderita

Udah gitu teh pas dia mulai

sakit, dia mikir gitu si tante

yang dia kerja itu orang

Page 129: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

adalah pembahasan

mengenai tema religius

oleh penderita.

Katolik, cicinya orang

Kristen, terus si cici tanya

kenapa saya bisa kerja disitu,

kan ga boleh orang katolik

dan Kristen bersatu. Yah

gitu, dia ga mau. Terus kita

teh udah aneh, nah si cici

kalau udah gitu, udah mau

jadi lagi. Pertamanya ya

kayak gitu, ribut soal agama.

Terus dia teh ga bisa terima

dengan patung bunda Maria

di rumah tante itu. Terus

waktu dia sakit itu saya pas

lagi bawa foto Tuhan Yesus,

dari teman saya dapatkan.

Nah foto itu ada bunda

Maria gitu, terus waktu dia

lihat dia langsung bilang ga

boleh di pegang, gambarnya

buang aja, sama dia itu di

robek-robek gitu, aneh.

(P3W1 304-317)

Aktivitas penderita sehari-

hari adalah bekerja dari

pagi sampai sore,

Jam 8 sampai jam 4 atau 5

sorelah, tergantung juga sih,

kan kerjanya borongan gitu

Page 130: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

kemudian pada hari

minggu menyibukkan diri

dengan kegiatan ke gereja.

jadi kalau udah selesai baru

boleh pulang. Kalau sedikit

yah jam 3an udah pulang.

Terus kerjaannya teh ga

berenti-berenti teh yang

sibuk-sibuk terus. Yah dia

pulang, mandi, makan,

nonton, tidur udah. Gitu,

terus. Kalau misalnya hari

minggu, dia ke gereja, terus

diakan senang ngajak main

ke IP dulu, terus pulang

tidur. (P3W1 327-334)

Penderita kurang memiliki

minat untuk mengerjakan

pekerjaan-pekerjaan

rumah, dan lebih

menghabiskan waktunya

dengan tidur.

Kalau beres-beres mah

jarang, yah kadang dia juga

ga mau, tiduran aja terus.

Tapi kadang-kadang si suka

nyapu, nyuci piring gitu, tapi

yah jarang. Lebih

kebanyakan tidur (P3W1

336-338)

Biaya pemeriksaan dan

perawatan penderita

ditanggung oleh keluarga

Orang gereja teh udah

ngeliat dia kayak gitu, udah

beda, udah tau dia sakit

Page 131: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

dan gereja. kayak gitu. Terus sama tim

gereja itu coba ngunjungin

ke rumah, terus orang gereja

itu ngomong sama mama

gimana kalau si cici dibawa

ke dokter, tapi nanti untuk

biayanya yah keluarga

sanggup berapa, nanti

sisanya yah gereja. (P3W1

346-351)

Nasehat dari orang tua

kepada penderita terkait

kebiasaan penderita yang

sering keluar rumah pada

malam hari.

Ya ngasihlah, misalnya dia

mau pergi jalan-jalan, terus

udah malam nih jam 9,

misalnya dia bilang pa, ayo

kita main ke IP, terus si

papakan sering kasih

nasehat, udah malam ci ini

teh. Besok aja lagi yah. Tapi

dia mah suka bilang udah ah,

cici pergi sendiri aja. Nah si

papi itu baru ikutin dia pergi

bareng-bareng. Nanti kalo

dia pergi ga pulang gimana,

ya udah kita ikutin. (P3W1

354-359)

P dan keluarga merasa Yah cici teh jangan banyak

Page 132: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

tertekan dengan keadaan

penderita yang sulit

mengungkapkan diri.

pikiran. Ditanyain juga, bisa

kayak gini teh kenapa? Dia

nya bilang nggak kenapa-

kenapa. Mikirin keuangan

keluarga, mikirin ada mau

pacar atau si cici lihat

mungkin si papa sama mama

teh lebih sayang sama YU

sama si AH, atau gimana,

atau cici nya sirik atau

gimana, dia jawabnya teh

nggak-nggak terus. Jadi dia

atau kita lihat dia sampai

stress gitu teh juga ga tau

kenapa. (P3W1 364-370)

Upaya keluarga untuk

menanyakan dan

mendengarkan penderita

terkait hal-hal yang

mungkin menjadi beban

pikiran penderita.

Ya sama kayak gitu, dia

jawabnya nggak, nggak. YU

mah baik. Terus saya tanya,

ke si AH ada marah ga?

Nggak. Si mama kan juga

suka ngomongkan, cici teh

ada marah sama papa ato

mama sama si YU sama si

AH? Ada marah ga, ada

yang bikin ga enak ga?

Nggak, baik semua katanya.

Page 133: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

(P3W1 372-376)

Keluarga menawarkan

hadiah dan memenuhi

permintaan penderita pada

hari ulang tahun

penderita.

Kalau misalnya dia ulang

tahun yah, cici mau dibeliin

apa? Dia cuma mau makan

apa gitu, ya udah dibeli gitu.

(P3W1 378-379)

Ayah memberikan reward

bila penderita melakukan

suatu pekerjaan.

Misalnya kerja, terus kita

nanya ci dapat gajinya

berapa? Misalnya 50, yaudah

cici, ga papa, dikit juga ga

papa. Ya si papa yang suka

puji dia gitu. (P3W1 384-

386)

Hubungan penderita yang

baik dengan tetangga.

Baik, dia lebih tau banyak

tetangga dari saya. Ya pas

udah sakit gitu teh dia lebih

gaul. Sebelum sakit teh dia

diam. Kalau misalnya ada

orang teh datang ke rumah

dia ga suka. Suka

menyendiri. Tapi waktu dia

sakit teh lebih banyak kenal.

. (P3W1 391-394)

Perasaan P ketika melihat

penderita mengalami

kemabuhan yang

Yah, kalau si cici lagi jadi

kayak gitu yah sedih. Sedih

ngeliat tingkah lakunya teh

Page 134: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

menunjukkan perilaku

seperti anak kecil.

kayak anak kecil. Main sama

anak kecil, sampai lari-

larian, terus bawa anak kecil,

ngajak nonton dvd di rumah.

(P3W1 397-400)

Penderita sering

membahas dan melakukan

beberapa hal yang

bertema “spiritual”

Nah pas yang terkahir sakit

ini dia itu ngeributin agama

Budha. Barongsai gitu, dia

sering main ke klenteng gitu.

Pa ayo ke klenteng, ya bawa.

Udah gitu teh besoknya, pa

ayo ke klenteng lagi. Terus

kata papa, kan kemarin udah.

Terus katanya harus, harus

sekarang juga harus soalnya

teh nanti ada apa gitu. Terus

beli dvd yang ada barongsai

gitu. Tiap hari teh distel,

malam-malam kalau ga bisa

tidur di stel keras-keras.

Terus dia ketiduran. Kalau

udah tidur kita matiin, terus

nanti dia bangun marah-

marah, katanya harus tetap

nyala. Pikirannya itu ga tau

kemana. Ributnya teh soal

Page 135: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

agama terus. (P3W1 400-

409)

Kesedihan P ketika

melihat kondisi penderita.

Lihat kayak gitu yah saya

sedih. Sedihnya tuh liat

kenapa sih si cici harus

kayak gini? Udah gitu

kejadiannya berulang-ulang

kayak gitu. Jadi udah sampai

kita tahu kalau dia teh mau

jadi itu gimana itu udah tau.

(P3W1 409-412)

Perasaan lelah P dalam

menghadapi penderita.

Iya, capelah kayak gitu yah.

(P3W1 416)

Doa dan menenangkan

penderita adalah dua hal

yang sering dilakukan

keluarga apabila penderita

mulai kambuh pada

malam hari.

Yah doa. Misalnya dia jadi

kayak gitu yah, misalnya

ngamuk malam-malam, kita

mau manggil siapa? Ya udah

kita doa sendiri. Yah

misalnya jam 2 pagi, gitu

atau jam 3 gitu. Yah yang

biasa kita lakukan yah doa,

nenangin dia. (P3W1 418-

421)

Salah satu anggota

keluarga pernah

melakukan tindakan

Terus kalau dia masih

ngamuk-ngamuk si AH yang

pukulin dia sampai apa yah,

Page 136: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

kekerasan terhadap

penderita ketika kambuh.

sampai digebukin sama dia

teh, sama si AH. Sampai si

AH udah ngejagain dia terus

dia nya ngamuk-ngamuk

gitu, ga sabar yah dia pukul.

Sampai kayak gitu lah.

(P3W1 421-425)

P menjadi penengah

dengan memberikan

nasehat kepada adiknya

jika terjadi tindakan

kekerasan dari adiknya

terhadap penderita.

Ya saya pisahin. Udah

ngamuk si cici, terus dipukul

adik saya AH sampai jatoh,

nangis, ya saya bilang, ya

udahlah sabar, sabar ke si

AH. (P3W1 427-429)

Ada keterlibatan peran

orang tua dalam

menasehati anggota

keluarga yang lain agar

dapat tetap sabar

menghadapi penderita.

Ya orang tua sih liat si AH

kayak gitu ya cuma

ngomong AH, lu yang sabar

si cici juga lagi gitu, diakan

ga sadar kayak gitu teh. Jadi

lu yang sabar, lu yang tahan

emosi. Tapi ya si AH

mungkin udah terlalu sabar,

jadi emosi gitu. (P3W1 434-

437)

P menghadapi keadaan

yang terjadi dalam

keluarganya dengan tetap

Yah gimana yah, sabar aja

yah. Sabar dan doa aja. Yah

kalau ngelewatin itu semua

Page 137: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

sabar, serta percaya dan

berdoa kepada Tuhan.

yah doa. Mau marah-marah

ke siapa yah ga tau, mau

nangis ke siapa yah ga tau,

gitu. Makanya doa aja ke

Tuhan. (P3W1 440-443)

P menyadari ada hikmah

yang diperoleh

keluarganya dari kejadian

yang telah menimpa

mereka.

Sebenarnya dengan kejadian

kayak gini juga yah,

keluarga kita semakin dekat

sama Tuhan. Jadi tiap malam

baca alkitab, berdoa gitu.

Terus tiap pagi juga doa baru

pergi. Yah ada hikmah nya

juga. Tetap yah harus sabar.

(P3W1 443-446)

Analisis verbatim P3W2

Makna Verbatim

Melamun dan tiba-tiba menangis Tapi suka ngelamun, terus

Page 138: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

menjadi kebiasaan penderita. nangis tiba-tiba. Kalau dulu

sih kita tanya kalau udah

ngomong sendiri terus nangis

tiba-tiba, jawabnya teh nggak-

nggak terus. (P3W2 6-8)

Ada keterlibatan tetangga dalam

memberikan pendapat terkait

penyebab perilaku penderita

yang sering berbicara sendiri.

Sebenarnya sih yang bilang

ada anak kecil diajak ngobrol

sama si cici teh orang lain.

Yang bisa lihat kayak gituan.

Katanya si cici teh ada yang

ngajak ngobrol begini-begini.

Soalnya di dunianya yang

nyata teh ga punya teman.

Jadi cici ngajak ngobrol yang

kayak gitu. (P3W2 9-13)

Keluarga mengikuti saran

tetangga terkait hal yang harus

dilakukan untuk membantu

penderita.

Yaudah kita cuma doain aja.

Didoain supaya ga diganggu

lagi. Terus kata orang itu,

supaya cicinya ga gitu lagi teh

diajak ngobrol terus sama

kita. Terus kalau jalan-jalan

diajak jalan.

Ya iya, kita ngajak jalan,

ngajak ngobrol gitu. (P3W2

15-19)

Ada perubahan baik yang Yah lebih baik. Jadi ga marah-

Page 139: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

ditunjukkan penderita. marah gitu. (P3W2 21)

Selama menjalani masa

perawatan P dan keluarga tidak

diperbolehkan mengunjungi

penderita.

Yah, mungkin sih supaya ga

ingat sama orang tuanya dulu,

saya juga kurang paham sih.

Waktu itu ga begitu dijelasin

soalnya. Kayaknya mah kayak

gitu yah. Yah itu selama 3

bulan di panti itu ga boleh

dikunjungi akhirnya. (P3W2

24-27)

P merasa panti telah berbuat

curang selama pesien dirawat di

sana.

Tapi anehnya yah itu, kita kan

nitip baju kaos gitu sama

pakaian ke pantinya, tapi

waktu balik-balik ke rumah si

cici malah bawa yang udah

butut-butut gitu. Aneh. Baju

cici yang baru-baru dikasih

sama kita di ambil itu, licik

juga mereka. Padahal waktu

itu yah kita bayar juga. (P3W2

27-31)

P merasa biaya perawatan

terhadap penderita terrgolong

mahal.

Lumayan mahal juga biaya

perawatan, 2 juta. Itu tahun

2003-an. (P3W2 33)

Peran gereja dalam membantu

memasukkan penderita ke panti

Orang gereja yang jemput dari

panti itu. Soalnya yah kan

Page 140: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

dan mengantar kembali

penderita ke rumah.

yang masukin di panti juga

orang gereja yah. (P3W2 35-

36)

Pendeta, sebagai pimpinan panti,

mendatangi rumah keluarga dan

melaporkan perkembangan

penderita.

Komunikasi dengan keluarga

ya itu si pendeta yang

pimpinan di panti itu teh

datang.

Itu seminggu sekali itu datang

ke rumah. Nginjilin kita udah

gitu teh ngasih tau si cici teh

baik-baik aja di sana.

Sekarang rambutnya udah

dipotong jadi rapi gitu. (P3W2

39-42)

Pendeta menginformasikan

kepada keluarga terkait kondisi

penderita yang sudah membaik.

Yah pendetanya kasih tau

keadaannya lebih baik, terus

udah mau baca alkitab, yah

semakin membaik katanya.

Gitu aja paling. (P3W2 45-47)

Keputusan P dan keluarga

membawa penderita ke psikiater

atas dasar saran dari teman

gereja.

Soalnya ada yang pengalaman

tetangganya orang gereja juga

kayak gitu. Dia juga di bawa

ke psikiater itu, jadi kita

ikutin omongan orang gereja

buat bawa kesana. (P3W2 51-

53)

Page 141: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Ketidaktahuan keluarga

mengenai kondisi penderita

membuat keluarga mengambil

tindakan membawa penderita ke

dukun karena penderita terlihat

seperti orang yang kerasukan.

Yah kita bingung.

Sebelumnya teh kan dia kayak

kerasukan gitu. Terus

tetangga-tetangga ngomong,

coba didoain sama ini sama

itu.

Karena bingung yah akhirnya

kami bawa ke dukun kayak

doa-doa orang islam gitu.

Tau-tau katanya ini emang

adaan. (P3W2 56-59)

Kebingungan keluarga mencari

solusi bagi kondisi pasien

membuat keluarga mengikuti

saran tetangga untuk dibawa ke

pendeta dan dukun.

Iya, ikutin aja saran tetangga,

soalnya udah bingung mau

diapain lagi. Terus waktu itu

juga bawa ke pendeta, terus ke

dukun-dukun gitu juga di

bawa. Semua dicoba, karena

udah bingung kita. (P3W2 61-

64)

Adanya komunikasi antara orang

tua untuk mencari solusi bagi

kondisi penderita yang sering

tidak betah berada di rumah.

Yah dua-duanya, papa sama

mama biasanya bicarain

gimana baiknya. Kalau cici ga

betah di rumah yah si papa

dan mama bilang coba dibawa

ke tempat si I‟I gitu. (P3W2

67-69)

Page 142: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

P mengaku bahwa perawatan

secara medis lebih berdampak

positif terhadap penderita.

Sama aja, dibawa kesana-sini,

normal dikit, terus balik lagi

kayak gitu. Yang sembuh-

sembuh mah yang di dokter

itu. Akhirnya sampai sekarang

di tangani dokter aja. (P3W2

71-73)

Tidak ada pendampingan

selanjutnya dari pihak gereja,

namun pihak gereja tetap

mencari informasi terkait

kondisi penderita dari keluarga.

Paling kalau di gereja kita

pergi yah cuma ditanyain

keadaannya, udah sembuh

atau belum, gitu aja.

Jadi udah dibawa ke dokter

aja, udah ga ada

pendampingan selanjutnya

dari gereja. Yah paling-paling

itu tadi ditanyain bagaimana

minum obatnya, gitu-gitu aja.

(P3W2 77-81)

Tidak ada konseling

berkelanjutan yang diadakan

pendeta dari panti, setelah

penderita keluar dari panti

rehabilitasi tersebut.

Yah udah ga ada hubungan

lagi. Udah keluar yah udah.

Kan pendeta yang di panti

beda dengan yang tempat saya

gereja. Panti punya pendeta

sendiri yang sekaligus jadi

pemimpinnya itu. Jadi setelah

keluar udah ga ada hubungan

Page 143: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

lagi sama pendetanya. Nah

kalau yang di gereja saya teh,

cuma nanya-nanya kayak tadi

itu. (P3W2 84-89)

Ayah lebih berperan besar

terhadap pengontrolan konsumsi

obat penderita dibandingkan

dengan anggota keluarga yang

lain.

Yah papa yang paling sering

ingatin obatnya. Yah kita

semua ingatin sih, tapi kalau

papa itu setiap hari. Cici udah

minum obat belum. Kalau

udah tidur aja, papa bisa

bangunin hanya untuk

nanyain udah minum obat apa

belum. (P3W2 92-95)

P dan ibu mengambil bagian

dalam menyiapkan obat

penderita di rumah.

Kadang yang siapin obat juga

saya, kadang mama. Kalau

cici ga malas yah dia ambil

sendiri. Dia sekarang udah tau

aturan obatnya dengan benar

sih. (P3W2 95-97)

P berpendapat bahwa kondisi

penderita disebabkan oleh

adanya stress yang

mengakibatkan perilaku marah,

terkadang menangis, dan

berbicara sendiri.

Yah dia stress kali yah. Tapi

ga tau juga di itu stres apa

sampai kayak gitu. Suka

melamun, nangis sendiri,

ngamuk-ngamuklah,

ngomong sendiri. (P3W2 99-

101)

Page 144: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Adanya perubahan persepsi

mengenai kondisi penderita

setelah melakukan pemeriksaan

medis.

Yang lain juga mikirnya dia

mah stress itu. Pertama-tama

sih kita nganggapnya di

kerasukan apa gitu. Pas udah

ke dokter mah kita mikir aja

stress. Soalnya pakai obat itu

baik, kalau didoain sama aja

balik lagi kadang. (P3W2

101-104)

Informasi dari dokter tentang

kondisi pasien dinilai minim.

Iya begitulah. Ga dijelasin

sama dokter sakit apa gitu,

tapi bilang kalau cici butuh

bimbingan keluarga juga di

rumah gitu. Terus dikasih

obat, sama disuruh ngajak

ngobrol biar ga melamun gitu.

(P3W2 106-108)

Dokter sebagai sumber

informasi satu-satunya.

Ga ada, tau kondisi cici yah

sedikit dari dokter itu aja.

Selain itu teh ga ada. (P3W2

111-112)

Penderita diajak berkomunikasi

dan melakukan kegiatan

bersama anggota keluarga yang

lain.

Yah papa mama ngajak

ngobrol, kalau kita ada yang

jalan-jalan yah dia diajak.

(P3W2 115-116)

Pendampingan dan perawatan Yah diajak ke gereja, ke

Page 145: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

oleh keluarga terutama berupa

kegiatan gereja dan komunikasi

bersama anggota keluarga yang

lain.

persekutuan. Kalau di rumah

yah diajak ngobrol, nonton tv

bareng, yah kalau dia lagi

sehat yah cerewet dia. Ngajak

kita ngobrol.

Terus kalau dia mau makan,

kita Tanya cici mau dibeliin

apa? Yah kita beliin, misalnya

mau apa gitu yah kita turutin.

Walaupun jauh-jauh yah tetap

kita pergi beliin. Cici mau apa

aja diikutin. (P3W2 119-124)

Adanya keterlibatan seluruh

anggota keluarga untuk mencari

solusi bagi kondisi penderita

apabila penderita kambuh.

Yah semuannya. Kita coba

ngobrol bareng sekeluarga

kalau si cici udah kambuh gini

teh, bagusnya bawa kemana

gitu. (P3W2 127-128)

Adanya sikap saling menghargai

terhadap pendapat sesama

anggota keluarga dalam mencari

solusi bagi kondisi penderita.

Kita ngumpul gitu terus

ngobrol bareng. Misalnya

yang kayak kejadian terakhir

ini kan saya bilang gimana

kalau seandainya di bawa ke

dokter malah si cici

kecanduan obat, terus kata

mama jangan, kita doain aja

dulu. Ya udah kita ikutin

Page 146: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

saran mama. Tapi waktu

kejadian yang dia parah pisan,

yaudah kata saya sama AH

adik saya,

ya udah ma kita bawa aja ke

dokter. Terus papa juga

setuju, jadi kita bawa si cici

ke dokter gitu. (P3W2 131-

137)

Keluarga lebih sering bersama-

sama mendampingi dan mencari

jalan keluar.

Yah kita lebih bareng-bareng

menghadapinya yah. (P3W2

140)

Salah satu cara P menghadapi

keadaan yang terjadi adalah

dengan cara berdoa.

Yah kalau sendiripun yah saya

cuma bisa doa. (P3W2 141)

Salah satu bentuk kepedulian

anggota keluarga yang lain

terhadap penderita adalah

dengan menjaganya di rumah.

Kalau si adek mah bantu

jagain di rumah, kalau

kambuh kan sering pergi

kemana-mana, nah kalau adek

saya sih kadang biarin aja,

soalnya nanti juga pulang

sendiri katanya. (P3W2 141-

144)

Bentuk kepedulian ayah

terhadap penderita yang kambuh

adalah dengan cara mengikuti

Kalau si papa teh cicinya

kabur-kabur malah diikutin

sama papa. Papa itu lebih

Page 147: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

penderita jika penderita kabur

dari rumah.

khawatir daripada kita semua

yah. (P3W2 144-146)

Ibu bersikap pasrah bila pasien

keluar rumah dan berpikir bahwa

pasien akan pulang kembali.

Kalau si mama yah pasrah,

soalnya ga kuat juga ikutin

kemana-mana. Mama itu sama

kayak AH adek saya, katanya

nanti juga balik dengan

sendirinya gitu. (P3W2 146-

148)

Ayah memiliki kekhawatiran

yang lebih besar terhadap

kondisi penderita dibandingkan

dengan anggota keluarga yang

lainnya.

Tapi si papa itu yang ga bisa

biarin, pasti kalau pergi jauh-

jauh gitu diikutin sama si papa

teh. Malah biasa papa nawar

cici mau kemana, yaudah

papa antarin aja, mau ga?

Kalau papa sih gitu sama si

cicinya.

Yah nanti diantar gitu sama si

papa. (P3W2 149-153)

Ada inisiatif dari ayah untuk

mengajak penderita

mengkomunikasikan beban

pikiran yang dirasakan olehnya.

Yah kalau papa lihat cici udah

melamun, ditanyain cici teh

kenapa? Ada masalah apa,

terus ada marah ga sama papa

atau sama mama atau sama

siapa gitu? Terus papa teh

biasanya ya udah kalau ada

Page 148: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

salah papa minta maaf, terus

papa sama si cici teh salaman.

(P3W2 156-160)

Keluarga secara bersama-sama

menghadapi serta mendukung

penderita dalam menjalani masa

perawatan di rumah termasuk

ketika penderita mulai kambuh.

Yah gitu. kita yang lain juga

biasa ngobrol. Yah sama aja.

Kita lebih bareng-bareng

dukunginnya. Kalau dia lagi

kambuh yah kita bareng-

bareng ngadapinnya gitu.

(P3W2 160-162)

Setelah melakukan analisis wawancara bersama

dengan partisipan, langkah selanjutnya adalah melakukan

proses kategorisasi tema. Proses ini menghasilkan beberapa

kategori data partisipan pertama, yaitu:

Kategori Data P3

1 Ciri-ciri atau gejala yang ditunjukkan oleh penderita

skizofrenia.

2 Aktivitas penderita pada saat dalam kondisi tidak

kambuh.

3 Persepsi keluarga dan lingkungan sekitar mengenai latar

belakang penyebab anggota keluarga tersebut menderita

skizofrenia.

4 Kontribusi lingkungan sekitar terhadap keluarga P terkait

penanganan penderita.

Page 149: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Berdasarkan kategori-kategori yang telah ada,

maka langkah berikutnya adalah merekonstruksi kategori-

kategori tersebut ke dalam sebuah narasi.

d. Analisis partisipan 3

Partisipan yang bernama YU adalah adik kandung

dari SL yang menderita skizofrenia dan sedang menjalani

masa pasca perawatan di rumah. Saat ini YU berusia 22

tahun dan kesehariannya disibukkan dengan pekerjaannya

sebagai staf keuangan proyek pada salah satu perusahaan

di Bandung. Saat ini partisipan tinggal bersama kedua

orang tuanya, adiknya yang bernama AH serta SL.

5 Perasaan dan pergumulan keluarga dalam menghadapi

dan merawat penderita skizofrenia di rumah.

6 Peran gereja dalam membantu keluarga mencari solusi

terhadap kondisi penderita.

7 Pendapat keluarga mengenai cara penanganan penderita

di panti rehabilitasi dan penanganan oleh psikiater.

8 Permasalahan yang dihadapi oleh keluarga ketika

merawat penderita.

9 Usaha keluarga dalam mengatasi berbagai permasalahan

yang dihadapi ketika merawat penderita di rumah.

10 Upaya dari keluarga sebagai bentuk dukungan sosial yang

diberikan pada saat merawat penderita skizofrenia.

11 Koping stres P dan keluarga dalam menghadapi/ merawat

penderita.

Page 150: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Penderita didiagnosa menderita skizofrenia oleh

pihak panti dan psikiater berdasarkan pada beberapa

gejala yang ditunjukkan oleh penderita sendiri. Gejala-

gejala tersebut menurut partisipan adalah, SL yang sering

terlihat melamun, tiba-tiba menangis, memiliki kesulitan

untuk tidur, bahkan ia beberapa kali mendapati SL

sedang berbicara sendiri. Gejala dari segi afektif,

ditunjukkan penderita dalam bentuk reaksi emosi marah

kepada anggota keluarganya yang lain. Selain beberapa

gejala di atas, partisipan juga melihat kecenderungan

penderita dalam membahas tema-tema religius kepada

partisipan. Hal ini terkadang menjadi indikator bagi

partisipan untuk mengetahui keadaan penderita apakah

sedang berada pada keadaan normal atau sementara

kambuh. Di sisi lain, penderita juga memilki

kecenderungan untuk melakukan aktivitas tanpa henti

seperti berpergian hingga larut malam.

Gejala-gejala yang ditunjukkan oleh penderita

tersebut menimbulkan berbagai asumsi baik dari pihak

keluarga maupun dari lingkungan sekitar tempat tinggal

mereka berkaitan dengan hal yang dialami oleh penderita.

Adapun persepsi keluarga mengenai kondisi penderita

pada awal munculnya gejala-gejala penyakit tersebut

adalah karena penderita kerasukan roh jahat. Pendapat

tersebut didukung oleh beberapa tetangga yang menurut

YU sering mempunyai pengalaman spiritual mengenai

hal-hal tersebut. Karena asumsi-asumsi yang dibangun

Page 151: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

berdasarkan pengalaman tetangga tersebut akhirnya

berbagai saran dari tetangga mengenai cara penanganan

penderita pun diikuti oleh keluarga. Salah satunya adalah

dengan cara membawa penderita ke dukun atau „orang

pintar‟.

Setelah mencoba berbagai cara yang disarankan

oleh tetangga mereka, ternyata kakaknya tidak banyak

menunjukkan perubahan yang lebih baik. Akhirnya

partisipan memutuskan untuk menceritakan keadaan

mereka ke pihak gereja, tempat mereka beribadah. Atas

informasi yang diberikan oleh teman-teman gereja,

akhirnya partisipan mengetahui bahwa SL memiliki

gangguan pada kejiwaan, sehingga penanganan melalui

psikiater dan tempat rehabilitasi adalah penanganan yang

lebih tepat. Gereja menawarkan bantuan untuk membawa

penderita ke panti rehabilitasi terdekat. Akhirnya

partisipan dan keluarga menyetujui saran gereja. Melalui

perawatan tersebut, maka ada perubahan persepsi keluarga

mengenai kondisi penderita. Menurut mereka kondisi

penderita disebabkan karena banyaknya beban pikiran

yang ditanggung sendiri olehnya. Hal tersebut akhirnya

menjadi pemicu stress bagi penderita sendiri sehingga

mengakibatkan perilaku-perilaku yang terkesan aneh.

Selama menjalani masa perawatan di panti, YU

mengaku ada beberapa kejanggalan yang dirasakan oleh

keluarga mereka. Pertama, keluarga tidak diperbolehkan

mengunjungi penderita di panti rehabilitasi tersebut

Page 152: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

selama masa perawatan dengan alasan agar penderita

tidak mengingat rumah yang dapat membuatnya ingin

kembali pulang. Kedua, setiap barang berupa beberapa

pakaian yang dititipkan oleh keluarga pada pihak panti

untuk diberikan kepada penderita juga tidak tersalurkan.

Sementara itu, komunikasi pihak panti dengan keluarga

adalah dengan cara pimpinan panti mendatangi keluarga,

mengajak membaca alkitab, berdoa, dan sedikit

melaporkan kondisi penderita di panti tersebut. Setelah 3

bulan menjalani masa perawatan di panti rehabilitasi

akhirnya SL diperbolehkan pulang ke rumah. Pada saat ia

diperbolehkan pulang, sekali lagi kepedulian gereja

terhadap partisipan dan keluarganya ditunjukkan mereka

dengan menjemput SL dan membawa SL pulang ke

rumah. Selain itu, dalam keseluruhan perawatan baik di

panti maupun psikiater, dibiayai oleh keluarga dan juga

dibantu oleh gereja.

Setelah pasca perawatan panti rehabilitasi, ternyata

penderita beberapa kali menunjukkan kekambuhan yang

menjadi permasalahan serius dalam keluarga mereka.

Partisipan merasa permasalahan terbesar mereka adalah

kebiasaan SL yang sering pergi dari rumah dan pulang

terlampau larut, sehingga menimbulkan kekhawatiran dari

seluruh anggota keluarga yang lain. Sikap ayah yang

melihat kondisi ini adalah lebih sering pergi menemani

penderita, sedangkan sikap ibu lebih berpasrah dan

menunggu penderita pulang di rumah. Penderita juga

Page 153: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

sering menunjukkan reaksi emosi marah kepada anggota

keluarga yang lain apabila tidak bersedia menemaninya

berpergian. YU dan keluarga merasa terbebani karena

mereka semua memiliki kesibukan masing-masing,

sehingga tidak dapat terus menerus menemani SL. Hal ini

juga terkadang menimbulkan kemarahan oleh adik

partisipan terhadap penderita. Kemarahan serta perasaan

lelah dalam menghadapi penderita pernah membuat adik

partisipan mengambil tindakan kekerasan terhadap SL.

Permasalahan lain yang dihadapi oleh keluarga adalah

penderita yang kesulitan tidur, sehingga harus terus

menerus ditemani oleh keluarga. Beberapa gejala lain

yang juga menonjol ketika penderita mengalami

kekambuhan adalah sering melamun dan membahas tema-

tema spiritual.

Karena kebiasaan penderita yang tidak dapat

ditoleransi lagi, akhirnya partisipan dan keluarga serta

gereja yang mengetahui keadaan keluarga mereka

memutuskan untuk membawa penderita ke psikiater dan

kembali melakukan kontrol rutin. Walaupun tidak ada

kejelasan informasi yang diberikan psikiater kepada

mereka terkait kondisi penderita, namun partisipan

mengaku bahwa penanganan dengan psikiater dan obat-

obatan yang diberikan membawa dampak positif kepada

penderita.

Dalam melewati setiap permasalahan yang ada

ketika merawat penderita pasca perawatan, partisipan

Page 154: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

mengaku ada perasaan sedih, khawatir serta kelelahan

dalam menoleransi kebiasaan serta sikap dan perilaku

penderita. Namun demikian, keluarga tetap mendukung

penderita untuk terus menunjukkan perubahan ke arah

yang lebih baik. Ada berbagai macam jenis dukungan

yang diberikan kepada penderita dengan berbagai macam

cara yang dilakukan. Beberapa di antaranya adalah

dukungan secara langsung dan tidak langsung. Dukungan

secara tidak langsung dapat dilihat dari keluarga yang

berdiskusi bersama dalam mencari solusi terbaik yang

akan mereka ambil untuk kesembuhan penderita. Dalam

diskusi ini, terkadang YU dan orang tua juga sering

memberikan nasehat kepada adik partisipan tersebut,

untuk tetap bersabar menghadapi kakaknya yang

menderita skizofrenia. Selain diskusi bersama, dukungan

secara tidak langsung yang diberikan adalah mendengar

dan mengikuti saran dari pada kerabat dan tetangga terkait

alternatif-alternatif pengobatan bagi penderita, seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya.

Dukungan secara langsung yang diberikan kepada

penderita oleh keluarga juga terdapat dari beberapa jenis

dan cara. Di antaranya adalah dukungan instrumental,

dukungan penghargaan, dukungan informasi, dan

dukungan secara emosional. Dukungan instrumental dapat

dilihat dari semua bentuk dukungan nyata yang diberikan

kepada penderita. Beberapa di antaranya adalah

membiayai dan membawa penderita ke psikiater, panti

Page 155: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

rehabilitasi maupun beberapa alternatif pengobatan

lainnya serta memenuhi kebutuhan penderita pada saat di

tempat perawatan ataupun di rumah. Selain itu partisipan

dan keluarga juga menyediakan waktu dan tenaga dalam

mendampingi penderita pada saat penderita mengalami

kekambuhan ataupun ketika penderita berpergian ke luar

rumah hingga larut malam. Dukungan ini juga

ditunjukkan dengan kesetiaan keluarga dalam mengontrol

konsumsi obat penderita secara rutin serta memberikan

reward ketika penderita berulang tahun.

Dukungan penghargaan yang diberikan kepada

penderita oleh keluarga terlihat jelas memiliki intensitas

yang lebih sedikit daripada dukungan secara material.

Beberapa dukungan penghargaan yang pernah diberikan

oleh keluarga kepada penderita adalah mendorong

penderita untuk tetap berkarya dengan mencari pekerjaan

sesuai dengan keinginan dan kemampuannya. Selain itu,

anggota keluarga pernah memberikan pujian atas hasil

kerja yang diperoleh penderita dari tempat ia bekerja.

Partisipan dan keluarga juga mengakui kualitas

intelegensi yang baik, yang dimiliki oleh penderita

dibandingkan dengan saudara penderita yang lainnya.

Dukungan informasi ditunjukkan oleh keluarga

kepada penderita dengan cara pemberian saran serta

nasehat kepada penderita. Adapun beberapa saran dan

nasehat yang diberikan terkait dengan kebiasaan penderita

yang sering keluar rumah. Keluarga mencoba untuk

Page 156: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

menjelaskan kepada penderita mengenai bahaya keluar

rumah seorang diri di waktu malam hari. Walaupun jarang

didengar oleh penderita, namun setiap anggota keluarga

memillih untuk tetap menasehati dan mengingatkan

penderita secara beganti-gantian. Hal tersebut dilakukan

atas dasar kekhawatiran keluarga terhadap kebiasaan

penderita yang dapat membahayakan dirinya sendiri.

Selain ketiga dukungan di atas, terdapat juga

dukungan secara emosional yang diberikan keluarga

kepada penderita. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan

empati, kepedulian serta perhatian yang diberikan oleh

keluarga kepada penderita. Contoh pemberian dukungan

emosional oleh keluarga adalah upaya berkomunikasi

dengan penderita untuk mengetahui keinginan penderita

dan menyenangkan hati penderita. Selain itu, kepedulian

dan perhatian kepada penderita juga ditunjukkan dengan

menemani penderita ketika penderita mengalami

kekambuhan sehingga tidak dapat tidur di malam hari.

Selama menemani penderita, keluarga mengaku hanya

bisa berdoa sambil terus berusaha menenangkannya agar

ia bisa beristirahat.

Di sisi lain, terdapat juga dukungan dari sumber

berbeda selain keluarga yang diterima oleh penderita.

Dukungan dari luar keluarga ini diperoleh dari pihak

gereja, psikiater, para tetangga serta beberapa kerabat

terdekat mereka. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, pihak gereja mendukung proses

Page 157: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

penyembuhan penderita dengan cara memberikan saran

serta bantuan dana pengobatan. Psikiater lebih berperan

dalam memberikan pengobatan secara langsung kepada

penderita serta tidak jarang memberikan beberapa nasehat,

baik kepada penderita maupun kepada keluarga yang

merawatnya. Dari pihak tetangga dan kerabat sendiri

memberikan dukungan dengan cara memberikan saran

mengenai alternatif tempat dan cara pengobatan yang

tepat bagi penderita.

Dengan tersedianya dukungan baik dari keluarga

maupun dari pihak luar keluarga, menurut YU, hal ini

memberikan dampak yang positif bagi kondisi penderita.

Hal ini dapat dilihat dari kemauan dan semangat penderita

untuk mengembangkan dirinya sendiri. Saat ini penderita

lebih aktif bekerja pada salah satu toko tempat produksi

roti di dekat rumahnya, serta aktif dalam kegiatan gereja.

Keaktifan penderita tersebut mengurangi frekuensi

kekambuhan penderita dibandingkan dengan penderita

yang tidak memiliki aktivitas di rumah. Selain itu juga

terlihat berkurangnya intensitas marah yang ditunjukkan

penderita ketika keinginannya tidak terpenuhi.

Hingga saat ini, keadaan di rumah partisipan lebih

baik karena adanya pengertian dari setiap anggota

keluarga terhadap kondisi penderita. Apabila dalam

keluarga sudah mulai merasa tertekan karena penderita

kambuh, maka yang dilakukan keluarga adalah mengajak

seluruh anggota keluarga untuk berdoa bersama, mencari

Page 158: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

solusi bersama, saling mendukung, dan terus menyadari

dan percaya bahwa selalu ada hikmah yang bisa diambil

dari keadaan mereka. Menurut partisipan, melalui

peristiwa ini, keluarganya semakin mendekatkan diri

kepada Tuhan, karena hanya dengan cara itu mereka bisa

terus bersabar dan bertahan merawat salah satu anggota

keluarga mereka yang sakit tersebut.

D. Memeriksa keabsahan data

1. Triangulasi

a. Partisipan 1

Triangulasi data bagi partisipan pertama (DJ)

dilakukan dengan mewawancarai istri P1, yang

bernama SR. Wawancara dilakukan pada tanggal 20

Maret 2013. Pada saat wawancara, SR mulai

menceritakan kejadian awal mula ketika anak mereka

menunjukkan gejala yang aneh. Beberapa gejala

tersebut adalah berbicara sendiri, ketidakmampuan

merespons pertanyaan yang diberikan serta kehilangan

minat untuk melakukan berbagai macam kegiatan.

Selanjutnya SR juga menceritakan latar belakang

pendidikan anaknya, sebelum menderita sakit. Dari

kisahnya diketahui bahwa anaknya menempuh

pendidikan SD hingga SMA di kabupaten Boyolali dan

melanjutkan ke perguruan tinggi swasta dengan jurusan

teknik kimia.

Beberapa upaya sebagai dukungan yang

Page 159: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

dilakukan SR dan suaminya untuk kesembuhan anak

mereka, di antaranya adalah membawa anak mereka ke

RSJ untuk dirawat di sana. Hal ini dilakukannya karena

penderita telah menunjukkan gejala yang dianggap

berbahaya, seperti marah-marah terhadap anggota

keluarga yang lain. Penderita menjalani perawatan di

RSJ selama 2 kali, kemudian dipindahkan

perawatannya ke Panti rehabilitasi yang letaknya

berdekatan dengan rumah mereka. Salah satu alasan

dipindahkan tempat perawatan anaknya adalah karena

biaya perawatan yang dirasa lebih murah di Panti

rehabilitasi tersebut.

Selama menjalani masa pasca perawatan di

rumah, masalah yang terlihat menonjol menurut SR

adalah kurangnya minat penderita untuk melakukan

pekerjaan rumah yang disarankan baik oleh SR

maupun suaminya. Hal ini membuat SR khawatir, jika

anaknya tidak akan dapat hidup madiri dan terus

bergantung pada orang tuanya, mengingat usia

penderita juga sudah mencapai usia dewasa. Namun

demikian, SR dan suaminya terus memberikan nasehat

dan saran untuk mendukung penderita dalam

mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan

kemampuannya. Dukungan bagi keluarga SR,

khususnya bagi perawatan penderita juga diterima dari

pihak eksternal, dalam hal ini biaya perawatan

penderita yang dibantu oleh salah satu kerabat SR.

Page 160: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Dukungan keluarga selanjutnya yang diberikan oleh SR

dan suaminya dalam merawat penderita adalah

dukungan instrumental berupa pemenuhan biaya

kebutuhan penderita sehari-harinya.

b. Partisipan 2

Triangulasi data bagi partisipan kedua (A)

dilakukan dengan mewawancarai saudara sepupunya

yang bernama ED. Wawancara dilakukan pada tanggal

20 Maret 2013. ED mengaku tidak begitu mengetahui

secara detail apa yang terjadi di dalam keluarga

penderita, namun ED berusaha untuk menjelaskan

beberapa hal yang ditanyakan oleh peneliti secara baik

sesuai dengan apa yang dilihat dan diketahuinya. Pada

saat wawancara dimulai, peneliti mulai memberikan

pertanyaan seputar latar belakang penderita dan

keluarga penderita. ED menjelaskan kejadian awal

ketika tantenya tersebut mulai menunjukkan gejala

yang aneh. Beberapa gejala yang dilihat ED sendiri

adalah kebiasaan penderita yang keluar rumah pada

malam hari, berbicara sendiri, serta menunjukkan

emosi marah yang berlebihan kepada orang lain

(tetangga) maupun terhadap keluarganya sendiri.

Selanjutnya, ketika peneliti bertanya mengenai

dukungan yang diberikan oleh keluarga kepada

penderita, ED mejelaskan bahwa upaya yang coba

dilakukan oleh pihak keluarga dalam menolong

Page 161: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

penderita adalah dengan membawa penderita ke RSJ

untuk mendapatkan perawatan. Setelah beberapa kali

dibawa ke RSJ, ternyata keluarga menemukan tempat

perawatan baru yang letaknya lebih dekat dengan

rumah mereka, yaitu di salah satu panti rehabilitasi

mental yang berada di Boyolali. Dengan berbagai

macam pertimbangan bersama seluruh anggota

keluarga akhirnya penderita dibawa ke panti

rehabilitasi tersebut untuk menjalani masa perawatan.

ED juga mengaku bahwa ketika liburan, di

rumah penderita akan terlihat ramai dengan kunjungan

anak-anak penderita yang berada di luar kota. Menurut

ED, penderita sering dilibatkan oleh keluarga besarnya

dalam kegiatan kumpul bersama keluarga yang rutin

dilakukan sebulan atau dua bulan sekali, baik pada saat

liburan kerja ataupun pada saat hari raya agama, dan

lain sebagainya. Kebiasaan keluarga ini, menurut ED

merupakan hal yang dilakukan secara sengaja untuk

menyenangkan hati penderita selama menjalani masa

pasca perawatan.

c. Partisipan 3

Triangulasi data bagi partisipan ketiga (YU)

dilakukan dengan mewawancarai adiknya, yang

bernama AH. Wawancara dilakukan pada tanggal 12

Maret 2013. Pada saat wawancara AH tidak banyak

bercerita mengenai kondisi salah satu saudaranya yang

Page 162: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

menderita skizofrenia. Ia memulai ceritanya mengenai

latar belakang awal munculnya penyakit dari

saudaranya tersebut. Menurut AH, setelah pulang dari

kegiatan sekolahnya, penderita sudah menunjukkan

gejala yang aneh. Gejala yang dimaksud adalah

penderita yang lebih banyak berbicara, kemudian tiba-

tiba melamun bahkan bisa menangis atau tertawa

sendiri. Beberapa kali penderita juga terlihat

mengasingkan diri ke dalam kamar dan berbicara

sendiri.

Terkait dukungan yang telah dilakukan oleh

keluarga mereka bagi kesembuhan penderita, AH

mengaku bahwa pernah sekali membawa penderita ke

panti rehabilitasi. Kemudian, setelah keluar dari panti

rehabilitasi, AH dan ayahnya beberapa kali menemani

penderita untuk melakukan kontrol rutin ke psikiater

yang disarankan oleh gerejanya. Terkait kepatuhan

mengkonsumsi obat, AH menjelaskan bahwa

keluarganya harus selalu menyediakan dan mengontrol

obat penderita, karena penderita kurang mampu

mengingat jadwal untuk mengkonsumsi obat secara

mandiri.

Beberapa masalah utama yang dihadapi

keluarga mereka ketika merawat penderita, menurut

AH adalah keinginan penderita berpergian hingga larut

malam. Kebiasaan tersebut sering membuat mereka

khawatir dan terkadang AH bersama ayahnya harus

Page 163: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

pergi mencari penderita, jika hingga larut malam belum

pulang ke rumah. Hal ini dirasa menjadi beban bagi

keluarga mereka.

Selama pengalaman merawat penderita, AH

menuturkan bahwa ia pernah melakukan tindakan

kekerasan kepada penderita jika kebiasaan dan keinginan

penderita yang tidak realistis sudah tidak dapat

ditoleransi oleh AH. Tindakan kekerasan yang dilakukan

AH dimaksudkan untuk memberikan pengertian kepada

penderita terkait kebiasaan penderita yang tidak dapat

selalu diterima oleh keluraga mereka. Namun, ia juga

menceritakan bagaimana sikap kedua orang tua serta YU

dalam memberikan nasehat kepadanya untuk dapat

memahami dan menerima kondisi penderita, sehingga

ketika memberikan pengertian kepada penderita, AH

dapat menasehati dengan tidak melakukan tindakan

kekerasan. Selain pemberian nasehat kepada AH, orang

tua dan YU juga sering memberikan dukungan berupa

nasehat dan saran kepada penderita agar penderita dapat

menunjukkan perilaku yang lebih baik.

Dukungan lain yang diberikan oleh keluarga

kepada penderita adalah berupa kesediaan keluarga

untuk meluangkan waktu menemani penderita selama

penderita mengalami kesulitan untuk tidur di malam

hari. Selama menemani penderita, keluarga sering

mengajak penderita untuk membaca Alkitab bersama

ataupun hanya sekedar berkomunikasi menanyakan hal

Page 164: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

yang dirasakan oleh penderita.

Hingga saat ini, dalam menghadapi kondisi

penderita, keluarga hanya bisa terus saling mendukung.

Bahkan, keluarga memiliki waktu untuk berdoa bersama

dan saling menguatkan di antara mereka.

2. Member check

a. Partisipan 1

Peneliti melakukan member check pada tanggal 20

Maret 2013. Peneliti menunjukkan hasil transkip

wawancara kepada DJ dan memberi waktu DJ untuk

membaca transkip dan laporan observasi ketika

pengambilan data dilakukan. Kemudian setelah

menyetujui kesesuaian data dengan realitas yang telah

terjadi DJ bersedia untuk menandatangani surat

pernyataan.

b. Partisipan 2

Peneliti melakukan member check pada tanggal

20 Maret 2013. Peneliti menunjukkan hasil transkip

wawancara kepada A dan memberi waktu A untuk

membaca transkip dan laporan observasi ketika

pengambilan data dilakukan. Kemudian setelah

menyetujui kesesuaian data dengan realitas yang telah

terjadi A bersedia untuk menandatangani surat

pernyataan.

c. Partisipan 3

Peneliti melakukan member check pada tanggal

21 Maret 2013 Peneliti mengirimkan hasil transkip

Page 165: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

wawancara, laporan observasi, dan surat pernyataan

kepada YU untuk membaca transkip ketika

pengambilan data dilakukan. Kemudian setelah

menyetujui kesesuaian data dengan realitas yang telah

terjadi YU bersedia untuk menandatangani surat

pernyataan. Surat pernyataan tersebut dikirimkan

kembali kepada peneliti melalui kerabat peneliti yang

menjadi informan dalam penelitian ini.

E. PEMBAHASAN

Fokus dalam penelitian ini adalah ingin melihat

ketersediaan serta bentuk dukungan sosial yang diberikan oleh

keluarga kepada salah satu anggotanya yang menderita

skizofrenia dalam menjalani masa pasca perawatan. Oleh karena

itu, dalam memahami proses tersebut, sangat penting untuk

memahami apa yang dimaksudkan dengan dukungan sosial, serta

bentuk dari dukungan tersebut.

Dukungan sosial keluarga menurut Hurlock (1996) adalah

suatu dukungan kesenangan, perhatian, penghargaan atau

pertolongan yang berupa informasi atau nasehat verbal,

nonverbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diterima individu

dari keluarga. Di sisi lain, House (dalam Smet, 1994)

membedakan aspek-aspek dalam dukungan sosial, yaitu:

dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental dan dukungan informatif. Namun pada

kenyataannya jenis dukungan yang diterima dan diperlukan oleh

setiap orang berbeda-beda tergantung pada keadaannya masing-

Page 166: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

masing. Dengan demikian, dukungan sosial dari keluarga

terhadap salah satu anggotanya yang menderita skizofrenia

sebagai fokus penelitian inipun beragam. Hal ini tergantung dari

nilai atau tindakan yang dilakukan dan diterapkan oleh masing-

masing partisipan dan keluarganya terhadap anggota keluarga

mereka yang menderita skizofrenia. Berikut akan dijelaskan

masing-masing mengenai ketersediaan dukungan serta jenis

dukungan yang diberikan oleh partisipan terhadap anggota

keluarga penderita skizofrenia pasca perawatan. Namun, sebelum

membahas mengenai dukungan sosial, akan lebih baik untuk

melihat latar belakang dari masing-masing partisipan serta

beberapa pergumulan mereka dalam merawat anggota keluarga

yang menderita skizofrenia tersebut.

1. Latar Belakang Keluarga

Ketiga partisipan dalam penelitian ini sama-sama

memiliki anggota keluarga yang menderita skizofrenia dan saat

ini sedang menjalani masa pasca perawatan RSJ maupun Panti

rehabilitasi. Perbedaan pada ketiga partisipan ini adalah posisi

anggota keluarga penderita skizofrenia tersebut dalam relasi

hubungan mereka. P1 memiliki anak yang menderita skizofrenia,

P2 memiliki ibu yang menderita skizofrenia, sedangkan P3

memiliki seorang kakak perempuan yang menderita skizofrenia.

Adapun beberapa penyebab anggota keluarga mereka menderita

skizofrenia, menurut pandangan masing-masing partisipan

adalah:

Page 167: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

a. Partisipan 1 (DJ)

Menurut P1 dan istrinya, anak mereka menderita

skizofrenia sejak berusia kurang lebih 20 tahun. Pada saat

itu anak mereka sedang menempuh pendidikan di salah

satu universitas swasta jurusan teknik kimia. Menurut P

penyebab anaknya menderita skizofrenia adalah karena

ketidakmampuan anaknya dalam menjalani masa

pendidikannya saat itu yang dirasa terlalu berat dan

menekan. Adapun gejala yang ditunjukkan selama masa-

masa tersebut adalah penurunan daya ingat, pola

pemikiran yang tidak terorganisasi seperti dalam

memberikan respons yang tidak tepat terhadap stimulus

yang diberikan, berbicara sendiri, menunjukkan reaksi

emosi marah yang berlebihan, serta kehilangan minat

dalam melakukan berbagai macam kegiatan yang

disarankan.

P1 dan istri juga mengaku bahwa penderita

merupakan sosok pemuda yang tidak banyak memiliki

relasi dengan teman sebayanya pada masa mudanya. Pada

tahap perkembangan di usia 20 tahun, penderita lebih

sering menghindari relasi dengan teman sebayanya dan

memilih untuk tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan

ekstrakurikuler yang ditawarkan sekolah ataupun kegiatan

di sekitar lingkungan rumahnya. P1 melihat hal ini

sebagai salah satu faktor penyebab penderita

menunjukkan perilaku avolition (menurunnya minat dan

Page 168: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

dorongan) pada saat ini. Sementara itu, Erikson (dalam

Boeree, 2008) menegaskan bahwa pada tahap

perkembangan di usia dewasa awal, yaitu usia 18-30

tahun, seharusnya individu melaksanakan tugas

perkembangan dengan membangun relasi atau kedekatan

dengan orang lain (intimacy) dan menghindari sikap

menyendiri (isolation). Dilihat dari ciri penderita

skizofrenia, diketahui juga bahwa penderita telah

menunjukkan kepribadian skizoid, sebagai gejala awal

pada beberapa penderita skizofrenia, yang ditandai dengan

sikap pendiam, pasif serta introvert.

Mengacu pada gejala yang ditunjukkan oleh

penderita, maka upaya pertama kali yang dilakukan oleh

keluarga adalah membawa penderita untuk berobat ke

RSJ Solo. Setelah pasca perawatan RSJ Solo, penderita

mulai menunjukkan perubahan sikap dan perilaku yang

lebih baik. Kemudian, mengacu pada persepsi awal

mengenai penyebab penyakit yang diderita oleh anaknya,

P dan keluarga akhirnya berusaha untuk memberikan

pilihan universitas dan jurusan lain kepada penderita,

dengan maksud agar penderita tetap menjalani masa

pendidikannya dengan beban yang lebih ringan dari

sebelumnya. Namun usaha ini kembali gagal, karena

dalam menjalani masa perkuliahan penderita kembali

mengalami kekambuhan dengan menunjukkan gejala

yang sama pada awal menderita skizofrenia tersebut.

Sementara itu, dari hasil triangulasi yang

Page 169: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

dilakukan terhadap istri P, diketahui bahwa beberapa

saudara dari P1 juga memiliki riwayat penyakit yang

sama. Oleh karena itu, istri P menduga bahwa adanya

faktor keturunan yang menjadi salah satu penyebab sakit

dari anak mereka.

b. Partisipan 2 (A)

P2 berusia sekitar 7 atau 8 tahun ketika ibunya

didiagnosa menderita skizofrenia. Memiliki seorang ibu

yang menderita skizofrenia, membuat P2 menjalani masa

kecilnya dengan perasaan malu terhadap lingkungannya,

khususnya lingkungan tempat ia menempuh pendidikan.

Namun setelah memasuki usia dewasa, dengan berbagai

macam pengertian yang diberikan oleh ayah dan psikiater

yang menangani ibunya, akhirnya P2 memutuskan untuk

lebih berfokus pada usaha penyembuhan penderita

dibandingkan perasaan malu yang pernah dialaminya.

Pandangan P2 mengenai penyebab ibunya

menderita skizofrenia adalah karena banyaknya beban

pemikiran yang tidak dapat dibagikan sehingga penderita

terbiasa menghadapi beban tersebut seorang diri. Namun

demikian, berdasarkan informasi dari kerabat penderita,

juga cerita penderita kepada P2, P2 akhirnya berasumsi

bahwa beban pikiran yang ditanggung oleh penderita

adalah terkait kesibukan suami di luar rumah, serta

tekanan-tekanan yang diberikan suami kepada penderita.

Selain itu, dengan melihat adanya beberapa

anggota keluarga dari pihak ibu yang mempunyai riwayat

Page 170: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

penyakit dan pernah dirawat di RSJ, maka P2 berasumsi

bahwa adanya faktor keturunan yang menjadi salah satu

penyebab sakit ibunya tersebut. Adapun gejala yang

ditunjukkan oleh penderita adalah perilaku berbicara

sendiri, menunjukkan emosi marah yang berlebihan

terhadap suaminya, mendengar bisikan-bisikan serta

kehilangan minat untuk mementingkan kebersihan

pribadinya sendiri.

c. Partisipan 3 (YU)

Menurut P3, penderita merupakan sosok pribadi

yang jarang membangun relasi sebelum menderita

skizofrenia. Masa kecil penderita hingga usia kurang lebih

14 tahun, penderita memiliki kecenderungan untuk

menarik diri dari ajakan teman sebayanya untuk pergi dan

melakukan aktivitas bersama dan memilih untuk berada di

rumah. Namun pada saat menderita skizofrenia dan

menjalani pengobatan hingga saat ini, penderita kemudian

menunjukkan perubahan dari yang menghindari relasi

menjadi pribadi yang mau membangun relasi dengan

orang lain.

Adapun beberapa gejala lain yang ditunjukkan

oleh penderita adalah perubahan emosi yang secara tiba-

tiba, seperti menangis, tertawa, dan melamun secara tiba-

tiba. Selain itu, gejala lain yang terlihat adalah

kecenderungan penderita dalam membahas tema-tema

religius dan berbicara sendiri. Menurut P, kebiasaan

penderita yang berbicara sendiri seolah-olah ada lawan

Page 171: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

bicara menjadi salah satu gejala yang menonjol. Namun

hal ini tidak diakui oleh penderita ketika ditanya oleh P

mengenai siapa yang menjadi lawan bicaranya.

Pandangan P3 sendiri terhadap penyebab

skizofrenia yang dialami oleh penderita pada awalnya

adalah karena pengaruh roh jahat yang memasuki tubuh

penderita. Berangkat dari asumsi tersebut, maka upaya

yang coba dilakukan adalah membawa penderita ke dukun

atau 'orang pintar' untuk mendapatkan pengobatan serta

didoakan oleh orang yang mampu mengeluarkan roh jahat

tersebut. Namun setelah beberapa waktu lamanya,

penderita tidak menunjukkan perubahan perilaku yang

lebih baik. Akhirnya, melalui saran dan nasehat beberapa

pihak, P3 dan keluarga memutuskan untuk mencoba

pengobatan medis terhadap penderita. Setelah menjalani

perawatan dan pengobatan secara intensif oleh pihak

medis, maka asumsi P3 dan keluarga mengenai kondisi

penderita juga ikut berubah. Menurut mereka, ada beban

yang dipikiran dan pada akhirnya menimbulkan stres

berkepanjangan. Stres tersebut tidak dapat di atasi oleh

kakaknya seorang diri sehingga menjadi penyebab sakit

tersebut. Namun P mengaku bahwa ia dan seluruh

anggota keluarganya tidak mengetahui dengan pasti apa

yang menjadi beban pikiran dari penderita.

Dari keseluruhan latar belakang dari masing-masing

partisipan, maka dapat dilihat beberapa kesamaan dalam hal

penyebab skizofrenia yang diderita oleh anggota keluarganya

Page 172: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

serta gejala yang ditunjukkan oleh masing-masing penderita. Hal

tersebut dapat ditunjukkan secara singkat melalui tabel berikut.

Tabel 4.1. Beberapa persamaan latar belakang partisipan yang

memiliki anggota penderita skizofrenia dalam hal penyebab penyakit

dan gejala yang ditunjukkan penderita.

Penyebab anggota keluarga

menderita skizofrenia

menurut pandangan

partisipan

Gejala yang ditunjukkan oleh anggota

keluarga yang menderita skizofrenia

Genetik Neuro-

biologis

Psikologis-

sosial

Halusi -

nasi

Avolisi Reaksi

emosi

Pem-

bicaraan

yang kacau

P

1

Saudara P1

tidak

diketahui

Ada tekanan

karena beban

perkuliahan

yang berat

Tidak

diketahui

secara pasti

Kehila-

ngan

minat

melaku-

kan

kegiatan

Marah

Terlihat pada

saat penderita

berbicara

sendiri

P

2

Saudara

kandung

penderita

tidak

diketahui

Ada tekanan

yang

diberikan

oleh suami

penderita

Halusinasi

audiotoris

Tidak

memen-

tingkan

kesehatan

pribadi

Marah

Terlihat pada

saat penderita

berbicara

sendiri

P

3

Tidak

diketahui

tidak

diketahui

Ada beban

pikiran

penderita

Halusinasi

audiotoris

Malas

Marah

Terlihat pada

saat penderita

berbicara

sendiri

2. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Merawat Salah

Satu Anggota Penderita Skizofrenia Pasca Perawatan

Pengalaman merawat anggota keluarga yang menderita

gangguan jiwa berat, seperti skizorenia memberikan dampak atau

pengaruh terhadap permasalahan yang dihadapi keluarga seperti

Page 173: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

waktu luang, pekerjaan, serta relasi di antara tiap-tiap anggota

keluarga tersebut (Chafetz & Barnes, 1989). Ketiga partisipan

dalam penelitian ini juga menjumpai beberapa permasalahan saat

merawat anggota keluarga mereka yang menderita skizofrenia.

Namun demikian, berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi

hambatan-hambatan yang dihadapi dalam keluarga mereka

tersebut.

P1 (DJ) bersama keluarga memiliki permasalahan dengan

biaya perawatan penderita yang dirasa terlalu mahal, yakni sekitar

kurang lebih 2 juta untuk jangka waktu satu minggu di RSJ.

Dengan kondisi keuangan keluarganya, maka solusi yang diambil

oleh P1 bersama istrinya adalah memindahkan perawatan

anaknya ke Panti rehabilitasi mental yang letaknya berdekatan

dengan rumah mereka. Di Panti rehabilitasi tersebut, biaya

perawatan yang ditanggungkan kepada pasien dan keluarga tidak

begitu mahal. Selain biaya perawatan, permasalahan yang dirasa

cukup signifikan dalam keluarga adalah, ketidakmampuan dari

penderita untuk merespons setiap masukan dan saran dari P1 dan

istri, sekalipun hal itu ditujukan untuk kebaikan penderita.

Sebagai contoh, penderita menolak untuk melakukan pekerjaan

rumah atau kegiatan di lingkungan rumah yang disarankan oleh

orang tuanya. Hal ini menjadi beban pikiran tersendiri bagi istri

P1 yang juga adalah ibu penderita. Ada kekhawatiran ketika

penderita tidak ingin melakukan pekerjaan yang berakibat ia tidak

dapat hidup mandiri dan terus bergantung pada orang tua, padahal

usia penderita sudah tergolong dewasa. Permasalahan lain yang

dihadapi keluarga ini adalah ketidakmampuan penderita dalam

Page 174: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

mengingat jadwal mengonsumsi obat, sehingga dalam hal ini,

obat yang dikonsumsi penderita harus selalu disiapkan oleh P1.

Pada P2 (A), permasalahan yang terjadi adalah kurangnya

kesadaran dari ibunya untuk mengonsumsi obat secara teratur.

Oleh karena itu, P2 harus selalu menyediakan dan memaksa

ibunya untuk mengonsumsi obat-obatan tersebut. Salah satu hal

yang menjadi hambatan dalam memberikan obat adalah

ketidakpatuhan ibu terhadap anggota keluarga lain yang

menyediakan obat untuk dikonsumsinya, yakni suaminya dan

beberapa saudara P2. Selain itu, permasalahan yang dirasa

menjadi beban utama P2 adalah kurangnya rasa saling pengertian

antara ibunya yang sakit dan ayahnya. Hal ini ditunjukkan dengan

sebagian besar konflik yang terjadi, penderita menunjukkan

ekspresi emosi marah yang berlebihan kepada suaminya. P2

menduga hal ini diakibatkan tekanan yang diberikan oleh

ayahnya terhadap ibunya yang menuntut ibunya untuk bekerja,

padahal kondisi ibu yang sakit ini, tidak memungkinkan untuk

melakukan banyak aktivitas. Sementara itu, biaya perawatan tidak

menjadi hal yang membebani keluarga P2.

Beberapa masalah dan hambatan juga dialami oleh P3

(YU) dan keluarga saat merawat anggota keluarga penderita

skizofrenia pasca perawatan. Permasalahan yang paling menonjol

dirasakan oleh P3 dan keluarga adalah sulitnya menoleransi

kebiasaan penderita yang sering berpergian hingga larut malam

dan sulit tidur. Keterbatasan waktu juga merupakan hambatan

utama, sehingga P3 dan keluarga merasa kesulitan meluangkan

waktu untuk menemani penderita dengan kebiasaan penderita

Page 175: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

tersebut. Dengan demikian hal ini, juga turut menimbulkan

permasalahan baru, yakni reaksi emosi marah berlebihan yang

ditunjukkan oleh penderita kepada P3 dan keluarga, karena

keterbatasan waktu mereka sehingga tidak dapat selalu menemani

penderita. Untuk biaya perawatan tidak dirasa sebagai suatu

beban, karena keluarga P3 dibantu oleh pihak gereja.

Secara lebih singkat pokok permasalahan yang dihadapi

oleh ketiga partisipan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2. Permasalahan yang dihadapi partisipan dan keluarga saat

merawat anggota keluarga penderita skizofrenia pasca perawatan

Permasalahan Yang Dihadapi

P1 a. Biaya perawatan yang mahal.

b. Kesulitan P dalam menumbuhkan kembali minat penderita

terhadap suatu pekerjaan atau kegiatan yang disarankan.

c. Ketidakmampuan penderita untuk mengonsumsi obat secara

mandiri.

P2 a. Ketidakpatuhan mengonsumsi obat pada penderita. Dalam

hal ini P merupakan satu-satunya anggota keluarga yang

menyediakan dan juga mampu membuat penderita untuk

mengonsumsi obat secara teratur.

b. Sikap kasar dan tegas oleh partisipan kepada penderita,

karena tidak patuh dalam mengonsumsi obat juga menjadi

beban tersendiri bagi partisipan. Bagi partisipan hal tersebut

tidak sepantasnya untuk dilakukan oleh seorang anak kepada

ibunya, namun partisipan juga kebingungan dalam mencari

cara lain yang lebih baik untuk menegaskan penderita dalam

hal kedisiplinan mengonsumsi obat.

c. Adanya konflik antara penderita (ibu P) dan ayahnya.

Tekanan yang diberikan oleh ayah kepada ibu, menjadi

salah satu pemicu permasalahan yang sering terjadi dalam

keluarga mereka.

P3 a. Kesulitan P dan keluarga meluangkan waktu untuk

Page 176: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

3. Dukungan Sosial yang Diberikan Partisipan dan Keluarga

Dalam Merawat Anggota Keluarga yang Menderita

Skizofrenia

Setelah mengenal latar belakang keluarga dan pergumulan

yang menjadi permasalahan dalam keluarga selama merawat dan

menemani penderita skizofrenia masa pasca perawatan, maka yang

akan dibahas selanjutnya adalah mengenai dukungan sosial yang

diberikan keluarga kepada penderita. Dukungan sosial sendiri

terdiri dari dukungan secara emosional, dukungan penghargaan,

dukungan instrumental dan dukungan informatif (House, dalam

Smet 1994). Ketiga partisipan dalam penelitian ini juga

memberikan dukungan sosial kepada penderita, baik selama masa

perawatan di RSJ atau panti rehabilitasi, maupun dalam menjalani

masa pasca perawatan. Hal ini didorong atau dipengaruhi oleh

faktor internal ataupun eksternal. Yang dimaksud dengan faktor

internal adalah, pemberian dukungan yang didasarkan pada

keinginan dan kesadaran dari partisipan dan keluarga bagi

penderita. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi adalah

pemberian dukungan yang disarankan oleh pihak medis, dalam hal

ini psikiater, yang membantu penanganan terhadap penderita.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terhadap

menoleransi kebiasaan penderita yang berpergian hingga

larut malam

b. Meluangkan waktu lebih banyak karena harus menjaga

penderita apabila penderita mengalami kesulitan untuk tidur.

c. Adanya perlakuan kasar dari adik penderita jika penderita

menunjukkan ekspresi emosi marah yang berlebihan.

Page 177: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

ketiga partisipan, diketahui juga bahwa dukungan yang diberikan

oleh keluarga dapat dilihat dari beberapa faktor lain yang

mempengaruhinya. Faktor-faktor yang dimaksud adalah jenis

permasalahan yang dihadapi, usia tahap perkembangan penderita,

dan gejala yang ditunjukkan penderita. Berikut akan dijelaskan

berbagai macam dukungan yang diberikan keluarga kepada

penderita skizofrenia pasca perawatan, serta motivasi dan faktor

yang mempengaruhi pemberian dukungan tersebut.

a. Dukungan Emosional

Dukungan emosional mencakup ungkapan empati,

kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan

(House, dalam Smet 1994). Selain itu Weiss (dalam Cutrona,

1994), menambahkan aspek lain dalam dukungan emosional,

yang meliputi kelekatan emosional yang ditunjukkan melalui

ekspresi dari kasih sayang serta memberikan rasa aman kepada

penerima dukungan.

Aspek dukungan sosial secara emosional ini sama-sama

ditunjukkan oleh ketiga partisipan. Namun, letak perbedaan

dalam hal pemberian dukungan ini adalah bentuk dukungan

nyata yang diterapkan oleh masing-masing partisipan dan

keluarganya bagi penderita. Bentuk dukungan emosional dari

masing-masing partisipan dan keluarga dapat dilihat pada tabel

berikut :

Page 178: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Tabel 4.3. Bentuk dukungan emosional yang diberikan partisipan dan

keluarga kepada anggota keluarga penderita skizofrenia pasca perawatan

Bentuk Dukungan Emosional yang Diberikan

P1 Adanya rasa empati partisipan terhadap penderita. Perasaan

empati ini cenderung karena kasihan melihat kondisi penderita

yang memiliki banyak keterbatasan. Partisipan mencoba untuk

mengajak penderita beribadah ke mesjid, untuk membekali

penderita dalam kehidupan religiusitasnya, dengan harapan

Tuhan dapat memampukan penderita mengatasi keterbatasan

yang dimilikinya.

P2 Pemenuhan keinginan penderita untuk bertemu dengan

cucunya. Hal ini dilakukan oleh partisipan untuk membuat

penderita merasa senang dan merasa dekat dengan anggota

keluarganya, khususnya cucu-cucu penderita. Dalam hal ini

partisipan berusaha memfasilitasi pertemuan antara penderita

dan keluarga besarnya sebulan atau dua bulan sekali. Inisiatif

partisipan tersebut, bertujuan untuk menumbuhkan hubungan

kedekatan antara penderita dan keluarga, sehingga penderita

merasa senang karena diperhatikan oleh keluarga besarnya.

Selain itu, partisipan juga menyediakan waktu untuk mendengar

setiap cerita atau keluhan penderita terkait apa yang sedang

dirasakan oleh penderita.

P3 Kebiasaan menghadapi kondisi penderita yang kambuh secara

bersama-sama dalam keluarga partisipan, menunjukkan

kedekatan antara anggota dalam keluarga. Perasaan empati

terhadap kondisi penderita ini yang membuat keluarga

partisipan sering berkumpul bersama untuk saling mendoakan,

membaca Alkitab dan memberikan nasehat satu dengan yang

lainnya, termasuk ketika menemani saat penderita mengalami

kekambuhan dan kesulitan untuk tidur.

b. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat,

pemberian penghargaan positif, dorongan maju, persetujuan

dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan

Page 179: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

positif dengan orang lain (House, dalam Smet 1994). Aspek

dukungan penghargaan juga ditunjukkan oleh ketiga partisipan,

dalam relasinya dengan anggota keluarga yang menderita

skizofrenia pasca perawatan. Berikut beberapa bentuk nyata

yang dilakukan oleh masing-masing partisipan dalam hal

pemberian dukungan penghargaan kepada penderita:

Tabel 4.4. Bentuk dukungan penghargaan yang diberikan partisipan

dan keluarga kepada anggota keluarga penderita skizofrenia pasca

perawatan

Bentuk Dukungan Penghargaan yang Diberikan

P1 Partisipan mengaku bahwa jarang sekali memberikan suatu

pujian kepada penderita ketika penderita menyelesaikan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Namun, beberapa

kali partisipan bersama dengan istri memotivasi penderita untuk

dapat hidup lebih baik dan mandiri. Dukungan penghargaan

yang diberikan kepada penderita oleh keluarga juga berupa

dorongan agar penderita dapat berkembang seperti pemberian

kesempatan kepada penderita untuk mengaktualisasikan dirinya.

Hal ini ditunjukkan dengan kesempatan berkuliah yang

diberikan kepada penderita pasca perawatan RSJ pertama kali.

P2 Partisipan mengungkapkan perasaan hormat kepada penderita,

karena posisi penderita adalah sebagai ibu partisipan. Selain itu,

partisipan mengaku bahwa dalam merawat ibunya, ada hal-hal

yang disarankan oleh ibunya dan diikuti oleh partisipan. Dalam

hal ini gagasan atau ide penderita untuk berpergian menjenguk

anak dan cucunya yang di luar kota sangat dihargai dan

didukung oleh partisipan.

Page 180: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

P3 Adanya pengakuan dan pujian dari partisipan dan keluarga

mengenai kualitas intelegensi yang dimiliki oleh penderita.

Partisipan dan keluarga juga mendorong penderita untuk

memperoleh pekerjaan, dan akhirnya penderita mampu

menemukan pekerjaan yang ia senangi. Dalam hal ini, beberapa

kali pujian diberikan oleh anggota keluarga yang lain, seperti

ayah kepada penderita apabila penderita telah melakukan

pekerjaannya tersebut dengan baik.

c. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung yang

diwujudkan dalam bentuk uang, tenaga, waktu dan pemberian

hadiah atau reward (House, dalam Smet 1994). Hal ini

ditegaskan Weiss (dalam Cutrona, 1994), bahwa yang termasuk

juga dalam dukungan ini adalah kepastian bahwa individu

penerima dukungan dapat mengharapkan bantuan orang lain.

bantuan tersebut adalah bantuan nyata yang diberikan langsung

kepada penerima dukungan.

Bentuk dukungan instrumental ini, juga merupakan salah

satu dukungan yang diberikan oleh ketiga partisipan dan

keluarganya dalam relasi hubungan mereka pada saat merawat

anggota penderita skizofrenia pasca perawatan. Bentuk nyata

dari dukungan yang diberikan oleh ketiga partisipan dan

keluarganya dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 181: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Tabel 4.5. Bentuk dukungan instrumental yang diberikan partisipan

dan keluarga kepada anggota keluarga penderita skizofrenia pasca

perawatan

Bentuk Dukungan Instrumental yang Diberikan

P1 Pemenuhan biaya perawatan dan biaya kehidupan sehari-hari

penderita oleh partisipan dan istrinya. Selain dalam bentuk

materi, partisipan bersama istri juga menyediakan waktu dan

tenaga selama menemani penderita baik pada saat menjalani

masa perawatan di RSJ ataupun masa pasca perawatan di

rumah. Bentuk nyata lain dari pemberian dukungan ini

adalah mengontrol obat penderita dan mengajari penderita

untuk terlibat dalam suatu pekerjaan serta melibatkan

penderita dalam suatu aktivitas atau kegiatan di sekitar

lingkungan rumah. Sementara dalam hal pemberian reward

kepada penderita jarang diberikan oleh partisipan dan

istrinya.

P2 Bentuk dukungan instrumental dari partisipan dan keluarga

adalah, pemenuhan biaya perawatan dan kebutuhan sehari-

hari penderita. Selain itu, suami penderita mendirikan

sebuah toko yang diperuntukan kepada penderita, dengan

maksud memberikan lapangan pekerjaan, sehingga penderita

tidak merasa bosan berada di rumah. Bentuk lain dari

dukungan ini adalah inisiatif-inisiatif yang diambil untuk

mengalihkan gejala halusinasi yang dialami oleh penderita

seperti menyalakan radio pada saat penderita berada sendiri

di dalam kamar. Partisipan juga memfasilitasi keinginan

penderita jika penderita ingin bertemu dengan keluarganya

yang berada di luar kota.

P3 Bentuk dukungan yang diberikan adalah biaya perawatan

dan kebutuhan sehari-hari penderita yang ditanggung oleh

keluarga. Selain itu, pemberian hadiah atau pemenuhan

keinginan penderita pada saat penderita ulang tahun juga

menjadi kebiasaan partisipan dan keluarga selama ini.

Partisipan dan keluarga juga terkadang menemani penderita,

ketika penderita mengajak berpergian ke tempat hiburan

ataupun tempat beribadah. Dalam hal ini, walaupun

partisipan dan keluarga tidak selalu dapat menyediakan

Page 182: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

waktu mereka bagi penderita, namun selalu ada usaha untuk

menemani penderita jika hal ini memungkinkan untuk

dilakukan (misalnya ketika mereka memiliki waktu luang

yang dapat digunakan untuk menemani penderita)

d. Dukungan Informatif

Dukungan informatif mencakup pemberian informasi,

nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran, dan umpan balik yang

diberikan kepada penerima dukungan (House, dalam Smet

1994). Aspek dukungan sosial informasi ini sama-sama

ditunjukkan oleh ketiga partisipan. Berikut bentuk nyata dari

pemberian dukungan informasi dari masing-masing partisipan

kepada anggota keluarganya yang menderita skizofrenia pasca

perawatan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.6. Bentuk dukungan informatif yang diberikan partisipan dan

keluarga kepada anggota keluarga penderita skizofrenia pasca

perawatan

Bentuk Dukungan Informasi yang Diberikan

P1 Bentuk dukungan informasi yang diberikan oleh partisipan dan

keluarga adalah dengan pemberian nasehat kepada penderita.

Nasehat yang diberikan mencakup saran pekerjaan yang

dimungkinkan untuk dilakukan oleh penderita. Selain itu

beberapa informasi juga diberikan demi mendukung kegiatan

atau aktivitas penderita. Dalam hal ini, informasi cara

pembelian barang dagangan dan mengajari cara perhitungan

dagangan, karena di rumah, penderita diberi tanggung jawab

untuk mengatur dan menjaga warung yang dibangun oleh

partisipan dan istrinya. Adapun umpan balik diberikan oleh

partisipan kepada penderita dalam beberapa hal, misalnya

ketika penderita melakukan kesalahan dalam perhitungan

dagangan.

P2 Pemberian dukungan secara informasi kepada penderita tidak

begitu banyak diberikan oleh partisipan dan keluarga.

Page 183: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Pemberian dukungan ini meliputi nasehat dan saran terkait

kepatuhan dalam mengonsumsi obat dan saran-saran terkait

kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh penderita.

P3 Bentuk dukungan informasi yang diberikan partisipan dan

keluarga kepada penderita mencakup pemberian nasehat terkait

jenis pekerjaan yang dapat dilakukan oleh penderita, nasehat

mengenai kebiasaan penderita yang kurang baik ketika sering

berpergian hingga larut malam, juga nasehat mengenai

pasangan hidup yang layak bagi penderita. Tidak hanya dari

pihak keluarga, partisipan juga melibatkan pendeta dan teman

gereja untuk membantu menasehati penderita jika bertemu

dengan penderita.

Selain beberapa dukungan yang disebutkan di atas,

peneliti juga menemukan dukungan lain pada partisipan ke tiga

yaitu dengan cara membawa anggota penderita skizofrenia ke

dukun atau „orang pintar‟. Hal tersebut dilakukan karena mengikuti

saran dari tetangga dengan pengalaman yang hampir sama dengan

kondisi keluarga partisipan tersebut.

Dilihat dari jenis dukungan serta bentuk yang diterapkan,

diketahui bahwa ada beberapa dukungan yang cukup menonjol dan

sering dilakukan dibandingkan dengan dukungan yang lain, oleh

masing-masing partisipan dan keluarganya. Pada ketiga partisipan,

dukungan yang sangat menonjol adalah dukungan secara

instrumental. Terlepas dari mahal dan tidaknya biaya perawatan,

terlihat jelas bahwa mereka memenuhi pembiayaan perawatan

penderita baik selama perawatan inap di RSJ dan Panti rehabilitasi

ataupun dalam masa rawat jalan. Bentuk lain dari dukungan ini

adalah pemberian waktu dan tenaga untuk mengantar penderita

melakukan kontrol rutin oleh ketiga partisipan dan keluarga

mereka masing-masing.

Page 184: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

Sementara itu, dukungan-dukungan yang lain menempati

posisi bervariasi dalam urutan berikutnya setelah dukungan

informasi. Partisipan pertama (DJ) dan partisipan ketiga (YU)

menunjukkan dukungan informasi sebagai dukungan yang sering

diberikan kepada penderita selain dukungan instrumental.

Sementara partisipan kedua (A) jarang memberikan dukungan ini

kepada penderita. Dukungan yang diberikan oleh keluarga kepada

penderita terkesan masih dalam lingkup yang terbatas. Hal ini

dapat dilihat dari banyaknya ketersediaan dukungan yang diduga

bergantung pada posisi dari pemberi dukungan dan penerima

dukungan dalam relasinya dengan keluarga.

Pada partisipan kedua (A) dukungan secara emosional

menjadi hal yang menonjol setelah dukungan instrumental.

Berbagai upaya dilakukan oleh partisipan kedua untuk

mempertemukan penderita dengan anggota keluarga yang berada

di luar kota. Hal ini dimaksudkan untuk menjalin relasi yang baik

dari anggota keluarga yang lain terhadap penderita. Selain itu,

upaya tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa kedekatan

atau kelekatan antara sesama anggota keluarga, sehingga dapat

menyenangkan hati penderita. Di sisi lain, kebiasaan kumpul

bersama keluarga juga diterapkan oleh partisipan ketiga (YU) dan

keluarganya. Setiap malam sebelum beristirahat dan pagi sebelum

melakukan aktivitas, keluarga ini melakukan doa bersama dan

saling menguatkan dalam ibadah tersebut. Sementara itu, bagi

partisipan pertama (DJ) kumpul bersama keluarga hanya

dilakukan pada saat acara keagamaan.

Dukungan penghargaan merupakan dukungan yang jarang

Page 185: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

diberikan kepada penderita oleh ketiga partisipan dan keluarga.

Pada partisipan pertama (DJ) dan kedua (A), anggota keluarganya

yang menderita skizofrenia memiliki kecenderungan kehilangan

minat terhadap segala kegiatan atau pekerjaan yang ditawarkan.

Oleh karena itu, partisipan pertama dan kedua lebih sering

memberikan nasehat dan masukan daripada memberikan suatu

pujian atau penghargaan kepada penderita. Pada partisipan ketiga

(YU), beberapa kali penghargaan dan pujian diberikan kepada

penderita berkaitan dengan pekerjaan yang sedang ditekuninya.

Namun pemberian pujian ini bukan oleh partisipan melainkan oleh

ayahnya.

Selain dukungan secara langsung yang diberikan oleh

partisipan dan keluarga terhadap penderita, adapun dukungan

secara tidak langsung diberikan dengan maksud membantu proses

penyembuhan penderita. Beberapa dukungan secara tidak langsung

dari masing-masing keluarga adalah :

1. Keluarga P1, dukungan tidak langsung diberikan dengan

cara, P1 menyediakan waktu untuk berkonsultasi dengan

psikiater, sehingga psikiater dapat menjadi mediator untuk

menasehati atau memberikan pengarahan kepada penderita.

P1 juga melibatkan anggota keluarga yang lain untuk ikut

membantu penderita dalam proses pasca perawatan dengan

cara mempercayakan kepada penderita suatu tanggung

jawab, misalnya pekerjaan yang mampu dilakukan oleh

penderita.

2. Keluarga P2, memberikan dukungan secara tidak langsung

dengan cara berdiskusi sambil memberikan nasehat kepada

Page 186: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

anggota keluarga lain terkait kondisi penderita serta

perawatan yang tepat kepada penderita. Selain itu P2,

memutuskan untuk berpindah domisili ke tempat yang lebih

dekat dengan penderita agar dapat merawat penderita

secara lebih intensif.

3. Keluarga P3, memberikan dukungan secara tidak langsung

melalui kesediaan keluarga untuk mencari, mendengar dan

mengikuti saran para tetangga atau kerabat terkait alternatif

pengobatan yang dapat dilakukan untuk kesembuhan

penderita. Keluarga juga mengadakan diskusi secara

bersama mengenai cara penanganan dan penyembuhan

terbaik bagi penderita, termasuk cara memberikan

perawatan dan dukungan kepada penderita selama masa

pasca perawatan di rumah.

e. Dukungan Lingkungan Eksternal Kepada Penderita

Skizofrenia.

Selain dukungan dari keluarga, adapun dukungan

yang diberikan oleh lingkungan eksternal bagi penderita

skizofrenia pasca perawatan. Berikut akan dijelaskan

masing-masing dukungan yang diberikan oleh pihak

lingkungan eksternal kepada anggota penderita skizofrenia

dalam menjalani masa pasca perawatan.

1. Partisipan 1 (DJ)

Pada keluarga P1, dukungan eksternal diterima

dari pihak psikiater yang menangani penderita

skizofrenia tersebut. Dukungan yang ditunjukkan oleh

Page 187: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

psikiater adalah berupa pemberian nasehat baik kepada

penderita maupun kepada keluarga yang merawat

penderita pasca perawatan. Selain pemberian nasehat,

beberapa penanganan secara medis, seperti pemberian

obat juga jelas diberikan oleh psikiater kepada penderita.

2. Partisipan 2 (A)

Pada keluarga P2, dukungan eksternal diterima

dari pihak psikiater, kerabat yang berada di luar kota,

serta tetangga. Dari pihak psikiater sendiri, dukungan

yang diberikan berupa pengobatan serta nasehat dan

petunjuk baik yang diberikan kepada penderita maupun

yang diberikan kepada keluarga selaku lingkungan

internal terdekat yang merawat penderita pasca

perawatan di rumah. Pihak terakhir yang ikut

memberikan dukungan adalah tetangga di lingkungan

sekitar rumah penderita. Dukungan oleh tetangga

ditunjukkan dengan pengertian tetangga terhadap kondisi

penderita, sehingga tetangga juga mampu menunjukkan

sikap dan perilaku yang menerima kondisi penderita.

Dengan demikian, penderita tidak merasa terasingkan,

sebaliknya penderita merasa diterima dan menjadi

bagian dari lingkungannya tersebut.

3. Partisipan 3 (YU)

Pada keluarga P3 dukungan eksternal diterima

dari pihak psikiater, tetangga, kerabat yang berada di luar

kota dan gereja. Dari pihak psikiater terlihat jelas

dukungan ini diberikan dengan memberikan perawatan

Page 188: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

dan pengobatan, juga nasehat dan saran yang diberikan

kepada penderita. Selain penderita, keluarga juga

menerima nasehat dan saran dari psikiater terkait hal

yang perlu diperhatikan dalam merawat penderita pasca

perawatan. Dari pihak tetangga, dukungan diberikan

dengan cara pemberian saran mengenai alternatif

pengobatan bagi penderita, serta penerimaan tetangga

terhadap kondisi penderita. Pihak terakhir yang turut

mendukung kesembuhan penderita adalah gereja. Pihak

gereja, membantu mencarikan tempat perawatan, dalam

hal ini panti rehabilitasi bagi penderita. Gereja juga

secara intensif membantu biaya perawatan baik pada saat

dirawat di panti rehabilitasi maupun pada saat menjalani

masa pasca perawatan dan masih melakukan kontrol

rutin ke pihak psikiater.

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian

Dukungan Kepada Penderita Skizofrenia Pasca

Perawatan

Cobb (dalam Smet, 1994) mempertimbangkan dukungan

sosial sebagai petunjuk informasi bagi penerima dukungan

agar mempercayai bahwa ia diperhatikan, dicintai, dihargai,

menuju pada jaringan komunikasi, dan kewajiban bersama.

Untuk itu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

pemberian dukungan sosial tersebut. Dalam penelitian ini,

pemberian dukungan oleh ketiga partisipan atau keluarga

terhadap penderita skizofrenia juga perlu dilihat dari posisi dan

Page 189: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

peran pemberi dan penerima dukungan, serta jenis dukungan

yang diberikan terkait dengan gejala yang ditunjukkan

penderita serta permasalahan yang dihadapi oleh setiap

keluarga. Berikut akan dijelaskan dinamika proses pemberian

dukungan kepada penderita, ditinjau dari posisi partisipan dan

penderita dalam keluarga, gejala yang ditunjukkan penderita

serta permasalahan yang dihadapi oleh partisipan dalam

merawat penderita skizofrenia pasca perawatan. Tentunya

dalam hal ini akan terlihat jelas proses pemberian dan

perubahan dukungan yang disesuaikan dengan beberapa faktor

tersebut.

1. Posisi partisipan serta penderita dalam keluarga masing-

masing memberikan pengaruh atau dampak bagi jenis

dukungan yang diberikan oleh keluarga kepada penderita.

Pada keluarga pertama, partisipan yang berperan sebagai

orang tua cenderung memberikan dukungan informasi

berupa nasehat dan saran kepada penderita. Karena posisi

penderita dalam keluarga sebagai anak, maka terkadang

ada rasa hormat kepada partisipan sebagai orang tuanya,

sehingga penderita cenderung dapat menerima dukungan

tersebut. Pada keluarga kedua, posisi partisipan sebagai

anak penderita, sedikit mengalami kesulitan dalam

memberikan nasehat kepada ibunya tersebut. Oleh karena

itu, keluarga lebih memberikan dukungan emosional yaitu

kepedulian keluarga terhadap penderita, yang ditunjukkan

dengan usaha untuk menyenangkan hati penderita. Posisi

partisipan ketiga adalah sebagai saudara kandung dari

Page 190: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

penderita. Posisi partisipan ini membuat partisipan lebih

sering memberikan dukungan instrumental kepada

penderita dengan cara menyediakan waktu menemani

penderita jika penderita mengajak berpergian.

2. Faktor berikut yang mempengaruhi pemberian dukungan

adalah permasalahan yang dialami keluarga selama merawat

anggota penderita skizofrenia pasca perawatan. Untuk setiap

permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, terkait

perilaku-perilaku penderita yang tidak sesuai dengan yang

diharapkan oleh keluarga, memberi dampak pada perilaku

yang ditunjukkan oleh keluarga. P1 pada awal menemui

masalah tersebut merespons dengan sikap marah bahkan

sampai menunjukkan perilaku kekerasan fisik terhadap

penderita. Sementara pada keluarga P2 dan P3, tindakan

kekerasan kepada penderita tidak diberikan oleh partisipan

namun oleh salah satu anggota keluarga yang ikut menjaga

penderita. Setelah membawa penderita untuk bertemu dengan

psikiater serta mendengar beberapa saran dari beberapa

pihak, keluarga berusaha secara bertahap untuk menunjukkan

sikap dan perilaku yang lebih baik terhadap penderita. Saat

ini pemberian dukungan kepada penderita lebih kepada

dukungan informasi, yang meliputi nasehat, saran, dan

umpan balik.

3. Faktor gejala yang ditunjukkan oleh penderita yang

mengalami kekambuhan dalam menjalani masa pasca

perawatan pada saat ini juga turut menentukan jenis

dukungan yang diberikan keluarga kepadanya. Pada keluarga

Page 191: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

pertama, gejala yang paling menonjol adalah reaksi emosi

marah dan avolisi. Oleh karena itu, jenis dukungan yang

diberikan kepada penderita adalah dukungan istrumental

berupa pemberian obat kepada penderita dan dukungan

informasi berupa nasehat dan saran yang dapat mengurangi

gejala avolisi yang ditunjukkan oleh penderita. Pada keluarga

P2, penderita skizofrenia menunjukkan gejala reaksi emosi

marah dan sering keluar rumah pada malam hari. Untuk

kondisi ini, P2 dan keluarga memberikan dukungan

instrumental dengan pemberian obat dan dukungan informasi

berupa nasehat kepada penderita. Pada keluarga P3, penderita

yang kambuh menunjukkan gejala sering keluar rumah

hingga larut malam, terus-menerus melakukan aktivitas, serta

kesulitan untuk tidur di malam hari. Jenis dukungan yang

diberikan terkait gejala yang ditunjukkan penderita oleh P3

dan keluarga adalah dukungan informasi dengan cara

pemberian nasehat, dukungan instrumental dengan cara

pemberian obat serta dukungan emosional dengan

menunjukkan kepedulian ketika menemani penderita saat

penderita mengalami kesulitan untuk tidur di malam hari.

4. Faktor usia penderita juga turut menentukan jenis dukungan

yang diberikan oleh keluarga. Pada keluarga P1, penderita

berusia 20 tahun saat didiagnosa menderita skizofrenia.

Dalam tahap perkembangan ini, setelah menjalani masa

pasca perawatan keluarga memberikan kesempatan kepada

penderita untuk mengaktualisasikan diri dalam bidang

pendidikan. Namun dukungan tersebut gagal karena

Page 192: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

penderita kembali menunjukkan kekambuhan, setelah kurang

lebih enam bulan menjalani masa pendidikan tersebut. Oleh

karena itu, dukungan tersebut berubah menjadi dukungan

pemberian pekerjaan kepada penderita untuk mempersiapkan

masa depannya secara mandiri.

Pada P2, usia penderita saat menderita skizofrenia adalah

kurang lebih 40 tahun. Dengan demikian, dukungan

yang diberikan oleh keluarga adalah dengan memberikan

lapangan pekerjaan bagi penderita. Pemberian dukungan

ini juga gagal ketika penderita kembali mengalami

kekambuhan. Dengan demikian, pemberian dukungan

difokuskan untuk memenuhi keinginan penderita dan

tidak memaksa penderita untuk bekerja.

Pada keluarga P3, penderita didiagnosa menderita

skizofrenia pada usia kurang lebih 15 tahun. Karena

kondisi penderita pada saat itu tidak memungkinkan

penderita untuk meneruskan pendidikannya, maka tidak

ada paksaan dari pihak keluarga kepada penderita untuk

tetap melanjutkan pendidikannya. Sebaliknya, keluarga

memberikan kebebasan kepada penderita untuk

melakukan beberapa kegiatan atau pekerjaan yang

disenangi oleh penderita.

4. Dampak Dukungan yang Diberikan Keluarga Kepada

Anggota Penderita Skizofrenia Pasca Perawatan.

Pengalaman ketiga partisipan yang memiliki anggota

penderita skizofrenia, menunjukkan adanya dukungan yang

Page 193: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

diberikan demi kesembuhan anggota penderita tersebut.

Pemberian dukungan oleh masing-masing partisipan dan

keluarganya mempunyai dampak bagi kehidupan penderita pada

saat menjalani masa pasca perawatan di rumah. Dampak yang

diharapkan tentunya merupakan dampak positif baik bagi

penderita itu sendiri ataupun partisipan dan keluarganya. Wai

Tong Chien (dalam Stein & Wammerus, 2001) melalui penelitian

yang dilakukannya, mengatakan bahwa salah satu faktor yang

cukup menolong merawat anggota penderita skizofrenia adalah

pemberian dukungan dari keluarga.

Demikian hal yang sama terlihat jelas dari ketiga

partisipan yang menerapkan pemberian dukungan kepada anggota

keluarga yang menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil analisis,

dapat dilihat bahwa dukungan instrumental dan dukungan

emosional menjadi dukungan yang paling menonjol diterapkan

selama merawat anggota penderita skizofrenia dalam menjalani

masa pasca perawatan. Dorongan untuk memberikan dukungan

kepada anggota penderita tersebut juga tidak terlepas dari beberapa

masukan oleh pihak medis, dalam hal ini psikiater yang menangani

perawatan anggota penderita skizofrenia tersebut. Selain psikiater,

peran tetangga, kerabat dan gereja juga memberikan hasil yang

baik bagi keluarga dan penderita. Hasil dari pemberian dukungan

oleh masing-masing partisipan bersama keluarga, serta beberapa

pihak eksternal menempatkan kondisi penderita ke arah yang lebih

baik. Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya intensitas kekambuhan

penderita selama menjalani masa pasca perawatan di rumah.

Ketiga partisipan mengaku bahwa selalu ada hal yang

Page 194: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6771/4/T1...Peneliti mengurus perijinan yang dilakukan dengan cara informal, artinya tidak memerlukan

dipelajari ketika mempunyai pengalaman bersama anggota

keluarga yang menderita skizofrenia, dan yang terutama dari

pembelajaran tersebut adalah terus berharap dan bergantung

kepada Tuhan dalam melewati masa-masa seperti ini.