BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1....
-
Upload
nguyenphuc -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1....
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran SD
Penelitian ini dilaksanakan di SD N Polobogo 02, yaitu di Desa Polobogo,
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Letak SD
Polobogo 02 kurang lebih dari kecamatan dan DIKNAS berjarak tujuh kilometer
Walaupun tidak terletak di pinggir jalan raya akses jalan yang dilalui cukup baik.
Dengan kata lain letak SD N Polobogo 02 mudah dijangkau baik siswa, guru,
Dinas Pendidikan Kecamatan maupun Dinas Pendidikan Kabupaten.
4.2. Karakteritik Responden
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD N Polobogo
02 sebanyak 35 siswa. Berdasarkan informasi dari guru kelas V siswa-siswi SD
Negeri Polobogo 02 memiliki karakteristik : suka bermain, ekonomi orang tua
rata-rata ekonomi lemah, pendidikan orang tua rata-rata berijasah SD, pekerjaan
orang tua sebagian besar adalah petani, dan kurangnya perhatian orang tua
dengan anak khususnya dalam pendidikanya.
4.3. Pelaksanaan Tindakan
4.3.1 Kondisi Awal
Sebelum pelaksanaan siklus I dan siklus II, terlebih dahulu peneliti
melakukan observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa atau hasil belajar Matematika. Selain observasi secara langsung peneliti
juga mendapatkan data dari guru kelas V melalui dokumentasi kelas. Berdasarkan
hasil observasi ini peneliti mendapatkan data bahwa minat siswa kurang dan hasil
belajar Matematika kelas V sangat rendah.
a. Minat Belajar
Untuk mengukur besar minat siswa sebelum melakukan tindakan peneliti
memberikan angket minat belajar matematika kepada siswa. Data yang diperoleh
berdasarkan hasil isian angket, dapat disimpulkan bahwa besarnya minat belajar
29
siswa adalah 61,96% (berada pada ketegori cukup). Berikut merupakan hasil
angket siswa sebelum dilakukan penelitian( pra Siklus).
Tabel 4.1
Deskripsi Minat Belajar Siswa Kelas V
Pada Pra Siklus
Berdasarkan tabel 4.1 presentasi pada aspek I yaitu perasaan senang pada
waktu belajar Matematika item 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 23, dan 26 sebesar 62,86%
berada pada kategori cukup, aspek II pada item 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 18, dan
21 yaitu Konsentrasi /perhatian dalam belajar sebesar 61% berada pada kategori
cukup, aspek III pada item 5, 12, 17, 19, 20, 22, 24, dan 25 sebesar 62,06% berada
pada kategori cukup. Dapat disimpulkan bahwa besarnya minat belajar siswa
adalah 61,96% (berada pada ketegori cukup).
b. Hasil Belajar Matematika
Dari tes evaluasi yang dilakukan oleh guru untuk siswa diperoleh data hasil
belajar Matematika sebelum dilakukan tindakan pembelajaran yaitu sebagai
berikut :
Aspek Total
Persentasi Kategori
I 62,86% Cukup
II 61,00% Cukup
III 62,06% Cukup
Rata-rata 61,96% Cukup
30
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Pra Siklus
Siswa kelas V SD Negeri Polobogo 02
Tahun Pelajaran 2011/2012
No. Interval Frekuensi Persentasi
1 10 - 24 5 14,29%
2 25 - 39 8 22,86%
3 40 - 54 8 22,86%
4 55 - 69 8 22,86%
5 70 - 85 6 17,14%
Jumlah 35 100%
Rata-rata nilai Matematika 46
Nilai tertinggi Matematika 85
Nilai terendah Matematika 10
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diuraikan dari 35 siswa yang mendapat nilai
interval 10-24 ada 5 siswa atau 14,29%, interval 25-39 ada 8 siswa atau 22,86%,
40-54 ada 8 siswa atau 22,86%, interval 55-69 ada 8 siswa atau 22,86% dan
interval 70-85 ada 6 siswa atau 17,14%. Dengan nilai rata-rata 46, sedangkan
nilai tertinggi adalah 85 dan nilai terendah adalah 10.
Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.2 dapat dibuat diagram 4.1
Diagram 4.1. Hasil Belajar Matematika Pra Siklus
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM=60) data hasil belajar
matematika disajikan dalam bentuk tabel 4.3.
0
2
4
6
8
10
10_24 25 - 39 40 - 54 55 - 69 70 - 85
Fre
kue
nsi
interval nilai
31
Tabel 4.3
Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Pra Siklus
Siswa kelas V SD Negeri Polobogo 02
Tahun Pelajaran 2011/2012
Nilai Jumlah Siswa Persentasi
≥ 60 11 31,43%
< 60 24 68,57%
Nilai tertinggi Matematika 100
Nilai terendah Matematika 10
Rata-rata nilai Matematika 46
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa siswa yang sudah tuntas dengan nilai
murni di atas KKM ada 11 siswa dan yang belum tuntas atau masih di bawah
KKM ada 24 siswa. Dari analisis hasil tes pada tabel 4.3 dapat dibuat diagram
lingkaran seperti berikut.
Diagram 4.2 Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Pra Siklus
Berdasarkan diagram 4.2 hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk
diagram lingkaran terlihat jelas perbandingan bahwa pada diagram menunjukkan
bahwa jumlah siswa yang sudah tuntas belajar sebesar 31,43%. Sedangkan siswa
yang belum tuntas belajar sebesar 68,57 %.
4.3.2 Deskripsi Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada siklus I ini dilaksanakan kegiatan pembelajaran sebanyak 3 kali
pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan
31,43%
68,57% Tuntas
Tidak Tuntas
32
kegiatan pembelajaran guru menggunakan model Pembelajaran Matematika
Realistik(PMR). Persiapan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus 1 adalah:
1) Menyiapkan materi pelajaran yang akan disampaikan
2) Mempersiapkan alat peraga untuk pembelajaran perkalian pecahan
3) Membuat kelompok berdasarkan nilai ulangan harian
4) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran
5) Menyiapkan lembar observasi siswa untuk melihat bagaimana kondisi
pembelajaran di kelas.
6) Menyiapkan lembar angket minat untuk mengetahui minat siswa setelah
pembelajaran.
7) Menyiapkan lembar kerja siswa dan tes evaluasi untuk melihat hasil yang
telah dilakukan.
8) Menyiapkan lembar analisis nilai.
b. Tahap Pelaksanaan
Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 5 Maret 2012 pukul
07.00 WIB sampai 08.10 WIB. Pada kegiatan pendahuluan guru membuka
pelajaran dengan mengucapkan salam, mengatur suasana kelas dan menanyakan
keadaan siswa. Pada pertemuan pertama ini guru mengajarkan tentang perkalian
bilangan biasa dengan pecahan biasa berpenyebut dua angka. Dalam kegiatan
apersepsi guru mengingatkan tentang penjumlahan berpenyebut sama dan konsep
perkalian merupakan penjumlahan berulang.
Pada kegiatan inti siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, di mana satu
kelompok beranggoatakan 5-6 anggota secara heterogen. Setelah pembagian
kelompok, setiap kelompok memperoleh LKS yang berisikan permasalahan
sekaligus setiap kelompok bebas memilih sendiri peraga. Setiap dua kelompok
memperoleh permasalahan yang sama, jadi dalam satu kelas dibagikan 3
permasalahan berbeda. Pada kegiatan ini kelompok berdiskusi dan bertukar
pikiran mencari penyelesaian masalah. Beberapa kelompok mulai membagi alat
peraga denagn mengukur terlebih dahulu dan ada yang langsung melipat-lipat
peraga. Sebagian besar siswa masih bermalas-malasan untuk memulai diskusi.
33
Guru menghampiri kelompok yang masih tampak kebingungan menggunakan alat
peraga. Guru berkeliling untuk mengamati hasil pekerjaan setiap kelompok.
Setelah semua kelompok selesai, dengan ditunjuk guru berkali-kali semua
perwakilan kelompok bergantian mempresentasikan hasil diskusi secara
bergantian. Pada waktu kelompok yang maju mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya, siswa memperhatikan hasil diskusi kelompok tersebut. Tetapi
beberapa lain terlihat sibuk dan bercanda dengan teman. Ketika ditanyakan
apakah kelompok lain punya pendapat lain dengan jawaban kelompok presentasi,
siswa yang gaduh kemudian diam dan siswa menjawab tidak. Setelah kegiatan
siswa dilakukan siswa bersama guru membuat simpulan tentang perkalian
bilangan biasa.
Pada kegiatan penutup guru menuliskan soal di papan tulis untuk
dikerjakan di papan tulis. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Pertemuan kedua
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan kedua dilaksanakan hari Selasa, 8
Maret 2012. Pada pertemuan kedua ini, peneliti telah menyusun rencana
pembejalaran yang baik agar kekurangan pada pertemuan pertama dapat
diperbaiki. Guru telah menyiapkan alat peraga dengan materi perkalian pecahan
biasa berpenyebut dua angka dengan bilangan asli dan perkalian pecahan
campuran dengan. Kegiatan pembelajaran diawali motivasi guru menunjukkan
roti, yang kemudian menyuruh siswa memotong menjadi 4 bagian yang sama
besar. Guru melakukan tanya jawab kepada siswa apabila 2 bagian roti yang
sudah dipotong tersebut dijumlahkan, berapa bagian jumlah roti tersebut?
mengingatkan kembali tentang perkalian bilangan asli dengan pecahan biasa
berpenyebut dua angka. Siswa menjadi antusias dan bersemangat mengikuti
kegiatan inti.
Pada kegiatan inti siswa mulai bergabung dengan kelompok sesuai yang
telah dibagi pada pertemuan sebelumnya. Guru juga menghimbau agar
penempatan tempat duduk tidak rame. Guru membagikan LKS yang berisikan
masalah dan juga alat peraga. Guru menginformasikan batas waktu penyelesaian
LKS. Kemudian Siswa mulai berdiskusi dengan kelompoknya. Masih terlihat ada
34
siswa yang tidak ikut berdiskusi dengan kelompoknya. Beberapa kelompok mulai
melipat-lipat dan memotong peraga. Guru berkeliling untuk mengamati hasil
pekerjaan setiap kelompok. Beberapa kelompok mengalami kesulitan dan
mengajukan pertanyaan yang sama. Guru memberikan pengarahan kepada
keseluruhan siswa secara bersama-sama di depan kelas. Setelah guru selesai
menjelaskan, beberapa kelompok mulai menyimpulkan hasil diskusi. Namun
masih ada kelompok yang tampak masih bingung dan berusaha bertanya kepada
kelompok lain.
Seperti pertemuan pertama, setelah semua selesai mengerjakan LKS, guru
meminta kesediaan kelompok untuk menyampaikan hasil pekerjaannya. Satu
kelompok bersedia untuk mempresentasikan LKS yang telah dikerjakan.
Kelompok yang bersedia maju lalu mempresentasikan kegiatan-kegiatan yang ada
di LKS. Pada pertemuan kedua ini tidak semua kelompok mempresentasikan
hasilnya tetapi hanya tiga kelompok saja. Di pertemuan kedua kondisi
pembelajaran sudah cukup baik, hal ini terlihat pada penyampaian siswa yang
sudah lancar dan dengan suara yang dapat didengar semua kelompok. Kelompok
lain juga terlihat memperhatikan presentasi dari tetapi masih ada kelompok yang
mengobrol dengan teman sebelah. Setelah dilakukan presentasi siswa bersama
guru menyimpulkan tentang perkalian bilangan asli dengan pecahan campuran.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-
hal yang belum dimengerti. Terdapat beberapa siswa yang bertanya dan guru
menjelaskan secara klasikal dengan pemberian contoh. Sebelum guru menutup
pelajaran, siswa diberi PR.
Pertemuan ketiga
Permuan ketiga dilaksanakan hari Senin, 12 Maret 2012. Di pertemuan
ketiga ini guru memberikan tes siklus I. Kegiatan pembelajaran diawali dengan
menanyakan pelajaran sebelumnya yaitu tentang perkalian bilangan asli dengan
pecahan biasa berpenyebut dua angka, perkalian bilangan asli dengan pecahan
campuran.
Pada kegiatan inti siswa dan guru membahas PR yang diberikan pada
pertemuan sebelumnya. Dari hasil PR yang telah dikerjakan siswa, terlihat
35
beberapa siswa belum memahami materi. Kemudian guru menjelaskan materi
yang belum dikuasai siswa. Siswa terlihat tenang memperhatikan penjelasan guru.
Setelah selesai guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Tetapi
tidak ada siswa yang bertanya. Karena tidak ada siswa yang bertanya, guru
memberikan lembar evaluasi sebagai tes siklus I. Guru mengawasi siswa dalam
mengerjakan tes evaluasi. Terlihat beberapa siswa berdiskusi dengan teman
sebangku dalam mengerjakan tes yang diberikan. Karena waktu telah habis guru
menyuruh siswa mengumpulkan jawabannya. Guru menginformasikan materi
untuk pertemuan berikutnya. Kemudian guru menutup dengan ucapa salam.
c. Hasil Tindakan
1) Hasil Observasi
Hasil tindakan pembelajaran pada siklus I ini berupa hasil lembar
observasi yang diterapkan oleh guru dan siswa. Untuk mengukur keberhasilan
penerapan model PMR dalam kegiatan pembelajaran menggunakan lembar
observasi. Penilaian observasi ini dilakukan oleh observer bersama peneliti.
Dalam menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran lembar observasi
pembelajaran dengan model Pembelajaran Realistik(PMR) digunakan 4 kategori,
yaitu sangat baik, baik,cukup dan kurang.
Pada lembar observasi guru dalam pemebelajaran PMR menggunakan
kriteria penilaian berikut :
Sangat baik : jika skor nilai 46-60.
Baik : jika skor 31- 45.
Cukup : jika skor 16-30
Kurang baik : jika skor ≤ 15
Pada lembar observasi siswa dalam pembelajaran PMR menggunakan
kriteria penilaian berikut :
Sangat baik : jika skor nilai ≥34
Baik : jika skor 25 - 34.
Cukup : jika skor 18-25.
Kurang baik : jika skor 10-17.
36
a) Analisis Data Hasil Observasi Guru
Untuk mengukur keberhasilan penerapan model PMR dalam kegiatan
pembelajaran, menggunakan lembar observasi pembelajaran guru. Hasil observasi
pembelajaran pertemuan I dan II disajikan pada tabel di bawah ini.
No. Pertemuan
Jumlah Skor Aspek Total
Skor Kategori
I II III
1 1 10 24 4 38 Baik
2 2 11 29 4 44 Baik
Rata-rata siklus I skor Observasi Pembelajaran Guru 41 Baik
Berdasarkan tabel 4.4 pada pertemuan I jumlah skor hasil observasi guru
siklus I pertemuan satu pada aspek I yaitu melakukan persiapan memperoleh 10,
untuk skor aspek II yaitu melakukan kegiatan pembelajaran sesuai model PMR
memperoleh jumlah 24, jumlah skor pada aspek III yaitu kegiatan penutup
memperoleh 4 dan jumlah skor dari ketiga aspek 38 dengan kategori baik.
Petemuan II jumlah skor pada aspek I yaitu melakukan persiapan memperoleh 11,
jumlah skor aspek II yaitu melakukan kegiatan pembelajaran sesuai model PMR
memperoleh 29, jumlah skor pada aspek III yaitu kegiatan penutup memperoleh 4
dan jumlah skor dari ketiga aspek 44 dengan kategori baik. Berdasarkan analisis
hasil lembar observasi yang diisi oleh observer dapat disimpulkan rata-rata hasil
observasi guru yaitu 41 dengan kategori baik.
b) Analisis Data Hasil Observasi Siswa
Hasil observasi/ pengamatan siswa yang dilakukan oleh observer bersama
peneliti pada siklus I pertemuan I dan II dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.4
Analisis Data Hasil Observasi Guru Siklus I Pertemuan I dan II
37
No. Pertemuan
Jumlah Skor Aspek Total
Skor Kategori
I II III
1 1 4 12 2 18 Cukup
2 2 4 16 4 24 Baik
Rata-rata skor hasil observasi siswa siklus I 21 Baik
Berdasarkan tabel 4.5 analisis data hasil observasi siswa siklus I
pertemuan satu jumlah skor pada aspek I yaitu kesiapan siswa menerima pelajaran
memperoleh 4, jumlah skor aspek II yaitu mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai
PMR memperoleh 12, jumlah skor aspek III yaitu melaksanakan kegiatan penutup
memperoleh 2 dan dari ketiga aspek jumlah skor hasil observasi siswa 18 dengan
kategori cukup. Jumlah skor pada pertemuan II terjadi peningkatan jumlah skor
yang diperoleh. Pertemuan II pada aspek I memperoleh 4, jumlah skor aspek II
memperoleh 16, jumlah skor aspek III memperoleh 4. Dari ketiga aspek diperoleh
hasil observasi pada pertemuan II yaitu 24. Rata-rata skor hasil observasi pada
siklus I yaitu 21 dengan kategori cukup.
2) Minat Belajar
Hasil angket minat belajar siswa setelah mengikuti pelajaran disajikan
pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Deskripsi Hasil Angket Minat Belajar Matematika Siklus I
Tabel 4.5
Analisis Data Hasil Observasi Siswa Siklus I Pertemuan I dan II
Aspek Persentasi Kategori
I 69,95% Cukup
II 70,67% Cukup
III 70,82% Cukup
Rata-rata 70,48% Cukup
38
Berdasarkan tabel 4.6 presentasi minat siswa pada aspek I perasaan senang
pada item 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 23, dan 26 sebesar 69,95% berada pada kategori
cukup, aspek II konsentrasi/ perhatian dalam belajar Matematika pada item 9, 10,
11, 13, 14, 15, 16, 18, dan 21 sebesar 70,67% berada pada kategori cukup, aspek
ketertarikan III pada item 5, 12, 17, 19, 20, 22, 24, dan sebesar 70,82% berada
pada kategori cukup. Rata-rata minat siswa sebesar 70,48% berada pada kategori
cukup.
3) Hasil Belajar Matematika
Pada pertemuan pertama dan kedua siklus I guru menerapkan model PMR.
Guru memberikan evaluasi pada pertemuan ketiga. Berikut merupakan hasil
belajar matematika siklus I.
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diuraikan dari 35 siswa yang mendapat nilai
pada interval 40-49 sebanyak 5 siswa atau 31,43%, interval 50-59 sebanyak 5
siswa atau 14,29%, interval 60-69 sebanyak 8 siswa atau 22,86%, interval 70-79
sebanyak 6 siswa atau 17,14% , interval 80-89 sebanyak 2 siswa atau 5,71% dan
interval 90-100 sebanyak 3 siswa atau 8,57%. Dengan nilai rata-rata 60,95,
sedangkan nilai tertinggi adalah 100 sedangkan nilai terendah adalah 40.
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siklus I
Siswa Kelas V SD Negeri Polobogo 02
Tahun Pelajaran 2011/2012
No. Interval Frekuensi Persentasi
1 40-49 11 31,43%
2 50-59 5 14,29%
3 60-69 8 22,86%
4 70-79 6 17,14%
5 80-89 2 5,71%
6 90-100 3 8,57%
jumlah 35 100%
Rata-rata nilai Matematika 60,95
Nilai tertinggi Matematika 100
Nilai terendah matematika 40
39
Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.7 dapat dibuat diagram 4.3.
Diagram 4.3 Hasil Belajar Matematika siklus I
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM=60) data hasil perolehan
nilai pra siklus dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.8.
Tabel 4.8
Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus I
Siswa kelas V SD Negeri Polobogo 02
Tahun Pelajaran 2011/2012
Nilai Jumlah Siswa Persentasi
≥ 60 19 54,29%
< 60 16 45,71 %
Nilai tertinggi Matematika 100
Nilai terendah Matematika 40
Rata-rata nilai Matematika 60,95
Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa siswa yang sudah tuntas dengan nilai
di atas KKM ada 19 siswa dan yang belum tuntas atau masih dibawah KKM ada
16 siswa.
Dari analisis hasil tes pada table 4.8 dapat dibuat diagram lingkaran seperti
berikut.
0
2
4
6
8
10
12
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
frek
uen
si
interval nilai
40
Diagram 4.4. Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus 1
Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk diagram 4.4
terlihat jelas perbandingan bahwa pada diagram menunjukkan bahwa jumlah
siswa yang sudah tuntas belajar sebesar 54,29%. Sedangkan siswa yang belum
tuntas belajar sebesar 45,71%.
d. Hasil Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari pertemuan
I, II dan III maka selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan dalam proses
pembelajaran. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi, angket minat dan tes
evaluasi yang dilaksanakan pada siklus I. Refleksi ini digunakan sebagai bahan
perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan dalam proses pembelajaran
sudah sesuai dengan indikator kinerja. Berdasarkan hasil analisis data yang
diperoleh berdasarkan observasi yang dilakukan observer bersama peneliti pada
siklus I maka penjelasan sebagai berikut :
1) Guru
Berdasarkan analisis data hasil observasi guru dengan menerapkan model
PMR pada pertemuan I jumlah skor hasil observasi guru yang diperoleh 38 pada
kategori baik, pada pertemuan II jumlah skor hasil observasi guru yang diperoleh
44 berada pada kategori baik. Secara keseluruhan rata-rata hasil observasi guru
dalam menerapkan model Pembelajaran Matematika Realistik(PMR) yang
diterapkan oleh kolaborator yaitu guru kelas V pada pertemuan I dan II adalah 41
dengan kategori baik. Pada siklus I ini guru sudah membimbing siswa
menyimpulkan tetapi guru masih dominan.
45,71% 54,29% TIDAK TUNTAS
TUNTAS
41
2) Siswa
Berdasarkan lembar observasi siswa pada pertemuan I total skor observasi
siswa 18 berada pada kategori cukup, terjadi peningkatan total skor observasi
siswa dari pertemuan I, pertemuan II total skor observasi siswa yaitu 24 berada
pada kategori baik. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I adalah 21 berada pada
kategori cukup. Selama pembelajaran masih ada siswa yang kurang berpatisipasi
dalam diskusi kelompok maupun siswa. Berdasarkan lembar observasi beberapa
siswa mulai bertanya dan berani mengemukakan hasil penyelesaian masalah tanpa
ditunjuk guru walaupun hanya satu kelompok.
3) Minat Belajar
Minat siswa pada aspek I item 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 23, dan 26yaitu perasaan
senang sebesar 69,95% berada pada kategori cukup, aspek II pada item 9, 10, 11,
13, 14, 15, 16, 18, dan 21 yaitu konsentrasi/ perhatian dalam belajar Matematika
sebesar 70,67% berada pada kategori cukup, aspek III pada item 5, 12, 17, 19, 20,
22, 24, dan 25 yitu ketertarikan sebesar 70,82% berada pada kategori cukup. Rata-
ratanya sebesar 70,48% berada pada kategori cukup.
4) Hasil Belajar Matematika
Hasil evaluasi didapatkan bahwa kompetensi belajar siswa meningkat,
terbukti dari perolehan nilai siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan
model PMR yang mencapai kriteria ketuntasan belajar (KKM=60) sebanyak 19
siswa atau 54,29%, yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar sebanyak
siswa atau 16 siswa atau 45,71%, dengan nilai rata-rata 60,95 dan nilai tertinggi
100 sedangkan nilai terendahnya adalah 40. Hasil belajar matematika belum
mampu mencapai tujuan yang diharapkan oleh peneliti, maka peneliti perlu
mengadakan perbaikan pada siklus II.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari observer secara keseluruhan
hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I mengalami
beberapa hambatan, yaitu sebagai berikut :
a) Hasil observasi siswa pada aspek II yaitu melakukan pembelajaran sesuai
model PMR, penerapan model PMR belum terbiasa dilaksanakan oleh siswa
sehingga siswa masih sulit dikembangkan.
42
b) Berdasarkan informasi observer dan kesesuaian dengan RPP yang telah
direncanakan oleh peneliti, penerapan model PMR oleh kolaborator ada yang
tidak sesuai dengan rencana pembelajaran yang peneliti susun, dikarenakan
kesalah pahaman antara peneliti dan kolaborator.
c) Sesuai hasil observasi pada aspek II diperoleh setelah siswa mempresentasikan
hasil kerja kelompok, guru cenderung mengulang jawaban siswa.
d) Sesuai hasil observasi pada aspek II diperoleh siswa masih malu untuk
bertanya, belum berani mengemukakan pendapat, memberi tanggapan atas
jawaban siswa lain.
e) Sesuai hasil observasi pada aspek II diperoleh masih ada siswa yang kurang
terlibat dalam diskusi kelompok/kelas dan pembuatan simpulan.
f) Sesuai hasil observasi pada aspek II diperoleh dalam kegiatan kelompok terlalu
lama sehingga pemberian contoh soal kurang.
Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran tindakan siklus I segala
kekurangan yang terjadi sudah diperbaiki dalam siklus II perbaikan itu antara lain:
a) Dalam proses pembelajaran memerlukan pengarahan yang maksimal dalam
setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa.
b) Mengkomunikasikan secara detail setiap kegiatan rencana pembelajaran
dengan guru kelas.
c) Membentuk kelompok diskusi yang terdiri dari 2 siswa.
d) Memotivasi siswa agar berani berpendapat yaitu dengan pemberian skor
tambahan bagi siswa yang berani mengemukakan pendapat.
e) Guru membatasi waktu diskusi kelompok, supaya waktu cukup untuk
pemberian contoh soal.
4.3.3 Deskripsi siklus II
Pada siklus II ini akan dilaksanakan kegiatan pembelajaran sebanyak 3 x
pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan 2 jam pelajaran. Pada siklus II
pertemuan I guru masih menggunakan model pembelajaran realistik. Agar siswa
aktif dalam berinteraksi siswa dibentuk kelompok dengan anggota 2 siswa dengan
kriteria yang sudah ditetapkan, guru juga memberikan motivasi agar siswa
berpendapat. Pertemuan kedua siklus II, guru memberikan peraga kepada semua
43
siswa agar mereka aktif berinteraksi dalam bekerjasama dengan kelompoknya dan
juga guru mengumumkan memberikan nilai tambahan bagi siswa yang berani
mengemukakan pendapatnya.
a. Tahap perencanaan
Seperti halnya siklus 1, siklus 2 juga terdiri dari 3 pertemuan, setiap
pertemuan berlangsung selama 70 menit (dua jam pelajaran). Persiapan yang
dilakukan oleh peneliti pada siklus 2 adalah:
a) Menyiapkan materi pelajaran yang akan disampaikan
b) Mempersiapakan alat peraga untuk pembelajaran perkalian pecahan dengan
pecahan dan perkalian pecahan desimal dengan desimal.
c) Membuat kelompok yang terdiri dari dua siswa berdasarkan nilai ulangan
harian.
d) Memberikan skor tambahan bagi siswa/ kelompok yang berani berpendapat.
e) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran.
f) Membuat lembar observasi siswa untuk melihat bagaimana kondisi
pembelajaran di kelas.
g) Menyiapkan lembar angket minat untuk mengetahui minat siswa
h) Menyiapkan lembar kerja siswa dan tes evaluasi untuk melihat hasil yang
telah dilakukan.
b. Tahap Pelaksanaan
Pertemuan I
Pertemuan I, pada siklus II ini dilaksanakan pada hari Kamis, 15 Maret
2012. Kegiatan pembelajaran diawali dengan menyayikan sebuah lagu yang
berkaitan dengan perkalian pecahan biasa berpenyebut dua angka dengan pecahan
biasa berpenyebut dua angka membuat siswa semakin bersemangat mengikuti
kegiatan inti. Setelah itu dilanjutkan dengan mengingatkan kembali tentang
perkalian bilangan asli dengan pecahan biasa berpenyebut dua angka dan
perkalian bilangan asli dengan pecahan campuran.
Pada kegiatan inti siswa mulai bergabung dengan kelompok yang terdiri
dari dua siswa yang sudah ditentukan guru berdasarkan kemampuannya. Guru
telah menyiapkan 4 soal untuk dibagikan kepada kelompok- kelompok berbeda.
44
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok yang berisikan masalah dan juga
alat peraga. Siswa mulai berdiskusi dengan kelompok. Guru menginformasikan
batas waktu penyelesaian LKS. Pada pertemuan ini, siswa terlihat lebih antusias
dalam belajar. Tidak banyak pertanyaan yang diajukan siswa. Selama proses
diskusi berlangsung, guru berkeliling mendatangi masing-masing kelompok untuk
mengontrol jalannya diskusi. Hampir semua siswa ikut terlibat aktif dalam
mengerjakan LKS proses diskusi berjalan lebih cepat. Siswa diminta untuk
menyalin hal-hal yang penting dalam LKS agar mereka punya catatan tentang
materi yang sedang mereka pelajari dalam buku catatan mereka
Setelah semua kelompok menyelesaikan LKS tentang permasalahan riil
yang berisikan perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa berpenyebut dua
angka, 4 siswa yang berasal dari kelompok yang memperoleh LKS berbeda
diminta untuk maju mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas. Agar peserta
didik antusias untuk menampilkan hasilnya guru menginformasikan bahwa siswa
yang berani maju atau berpendapat akan memperoleh skor tambahan. Kelas
terlihat rame karena semua siswa berkeinginan maju, kemudian guru menunjuk
siswa yang mengacungkan jari. Guru memperjelas jawaban siswa dengan
memancing siswa dengan pertanyaan-pertanyaan. Guru memberikan kesempatan
kepada kelompok lain yang memperoleh soal sama untuk menyampaikan
pendapatnya apabila hasil diskusinya berbeda. Guru meminta semua siswa
memberikan tepuk tangan untuk kelompok yang melakukan presentasi,
dilanjutkan dengan memberi pujian dan komentar terhadap presentasi yang sudah
mereka lakukan sudah berjalan baik dan lancar. Siswa diminta untuk menyalin
hal-hal yang penting agar mereka punya materi yang sedang mereka pelajari
dalam buku catatan mereka.
Setelah dilakukan presentasi siswa bersama guru menyimpulkan tentang
perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Guru memberikan contoh
pengerjaan soal tentang perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa. Guru
menuliskan soal untuk dikerjakan siswa di papan tulis. Guru meminta kesediaan
siswa maju, karena banyak siswa berantusias maju guru menunjuk siswa yang
mengacungkan jari untuk maju. Dan siswa lain mengerjakan di buku. Guru
45
menanyakan apakah ada jawaban bebeda, dan semua siswa menjawab tidak. Guru
mengakhiri pembelajaran dengan memberikan PR kemudian menutup pelajaran
dengan memberikan salam.
Pertemuan II
Pertemuan II pada siklus II dilaksanakan pada hari senin, 19 Maret 2012.
Pada pertemuan kedua ini guru telah menyiapkan rencana pembelajaran yang
lebih baik lagi. Kegiatan diawali dengan bernyanyi dilanjutkan mengingatkan
kembali cara mengubah pecahan desimal menjadi pecahan biasa dan membahas
tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya.
Pada kegiatan inti siswa mulai bergabung dengan kelompok sesuai
pertemuan sebelumnya. Guru membagikan LKS yang berisikan masalah perkalian
pecahan desimal. Masing-masing siswa diberi peragadengan pilihan berupa pita,
ketas lipat dan kertas hvs agar semua siswa dapat mengemukakan pendapatnya
dalam kelompok. Dalam kegiatan kelompok tersebut siswa juga saling bertukar
pikiran. Guru berkeliling mengamati proses diskusi siswa. Siswa terlihat antusias
dalam proses ini. Kegiatan ini terlihat mengasyikkan bagi para siswa.
Karena waktu diskusi telah habis, maka guru meminta perwakilan
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Agar peserta didik antusias
untuk menampilkan hasilnya guru menginformasikan bahwa siswa yang berani
maju atau berpendapat akan memperoleh skor tambahan. Kelas terlihat rame
karena semua siswa berkeinginan maju. Akhirnya guru menunjuk siswa untuk
mengemukakan hasilnya. Guru juga memancing kejelasan siswa dengan
pertanyaan-pertanyaan. Siswa mempresentasikan hasilnya dengan sangat percaya
diri. Guru memberikan skor pada kelompok yang berani menyangga jawaban
temannya. Siswa diminta untuk menyalin hal-hal yang penting agar mereka punya
materi yang sedang mereka pelajari dalam buku catatan mereka.
Setelah selesai presentasi, siswa bersama guru menyimpulkan materi. Guru
memberi contoh penyelesaian apabila siswa menemui soal yang serupa. Sebelum
guru menutup pelajaran, siswa diberi PR.
46
Pertemuan III
Pertemuan terakhir pada siklus II ini dilaksanakan pada hari Kamis, 22
Maret 2012. Di pertemuan ketiga ini guru memberikan tes siklus II. Kegiatan
pembelajaran diawali menyanyikan lagu yang berhubungan dengan materi
sebelumnya. Dilanjutkan dengan apersepsi menanyakan pelajaran sebelumnya
yaitu tentang perkalian pecahan biasa dengan pecahan biasa dan perkalian
pecahan desimal.
Pada kegiatan inti siswa dan guru membahas PR yang diberikan pada
pertemuan sebelumnya. Dari hasil PR yang telah dikerjakan siswa, terlihat
beberapa siswa belum memahami materi. Guru kembali menjelaskan materi yang
belum dipahami siswa dengan beberapa contoh. Guru memberikan contoh soal
untuk dikerjakan diskusi dengan teman sebangku. Setelah siswa selesai
mengerjakan, guru memberi kesempatan untuk mengerjakan soal di papan tulis.
Siswa antusias maju tanpa ditunjuk guru. Siswa bersama guru membahas hasil
yang telah dikerjakan di papan tulis. Guru memberikan kesempatan kepada untuk
bertanya sebelum guru memberikan evaluasi. Tidak ada siswa yang bertanya.
Guru membagikan lembar evaluasi sebagai tes siklus II. Siswa yang sudah selesai
mengumpulkan evaluasi. Guru menginformasikan materi untuk pertemuan
berikutnya. Kemudian guru menutup pelajaran dengan salam.
c. Hasil Tindakan
1) Hasil Observasi
Hasil tindakan pembelajaran pada siklus I ini berupa hasil lembar
observasi yang diterapkan oleh guru dan siswa. Untuk mengukur keberhasilan
penerapan model PMR dalam kegiatan pembelajaran menggunakan lembar
observasi.
Penilaian observasi ini dilakukan oleh observer bersama peneliti.
pembelajaran dengan model Pembelajaran Realistik(PMR) digunakan 4 kategori,
yaitu sangat baik, baik,cukup dan kurang.
Pada lembar observasi guru dalam pemebelajaran PMR menggunakan
kriteria penilaian berikut :
47
Sangat baik : jika skor nilai 46-60.
Baik : jika skor 31- 45.
Cukup : jika skor 16-30
Kurang baik : jika skor ≤ 15
Pada lembar observasi siswa dalam pembelajaran PMR menggunakan
kriteria penilaian berikut :
a) Analisis Data Hasil Observasi Guru
Untuk mengukur keberhasilan penerapan model PMR dalam kegiatan
pembelajaran, menggunakan Lembar observasi guru. Hasil observasi
pembelajaran pertemuan I dan II disajikan pada tabel 4.9 .
No. Pertemuan
Jumlah Skor Aspek
Total Skor kategori I II III
1 1 12 36 7 55 Sangat Baik
2 2 12 39 7 58 Sangat Baik
Rata-rata skor siklus I Observasi Pembelajaran Guru 56,5 Sangat Baik
Berdasarkan tabel 4.9 jumlah skor pada pertemuan I hasil observasi guru
pada aspek I yaitu melakukan persiapan memperoleh 12 , jumlah skor aspek II yaitu
melakukan kegiatan pembelajaran sesuai model PMR memperoleh jumlah 36,
jumlah skor pada aspek III yaitu kegiatan penutup memperoleh 7 dan jumlah skor
dari ketiga aspek adalah 55 dengan kategori sangat baik. Jumlah skor pada
pertemuan II aspek I yaitu melakukan persiapan memperoleh 12, jumlah skor
aspek II yaitu melakukan kegiatan pembelajaran sesuai model PMR memperoleh
39, jumlah skor pada aspek III yaitu kegiatan penutup memperoleh 7 dan jumlah
skor dari ketiga aspek 58 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan analisis hasil
lembar observasi yang diisi oleh observer dapat disimpulkan rata-rata hasil
observasi guru yaitu 56,5 dengan kategori sangat baik.
Tabel 4.9
Analisis Data Hasil Observasi Guru Siklus II Pertemuan I dan II
48
b) Analisis Data Hasil Observasi Siswa
Hasil observasi/ pengamatan yang dilakukan oleh observer bersama
peneliti terhadap siswa secara keseluruhan dalam menerapkan model
pembelajaran PMR pada siklus II pertemuan I dan II dapat dilihat pada tabel 4.10.
No. Pertemuan
Jumlah Skor Aspek Total
Skor Kategori
I II III
1 1 4 24 3 31 Baik
2 2 4 28 4 36 Sangat Baik
Rata-rata siklus I skor Observasi Pembelajaran siswa 33,5 Baik
Berdasarkan tabel 4.10 analisis data hasil observasi siswa siklus II jumlah
skor pada pertemuan satu pada aspek I yaitu kesiapan siswa menerima pelajaran
memperoleh 4, jumlah skor pada aspek II yaitu mengikuti kegiatan pembelajaran
sesuai PMR memperoleh 24, jumlah skor aspek III yaitu melaksanakan kegiatan
penutup memperoleh 3 dan dari ketiga aspek didapat jumlah skor hasil observasi
siswa ada 31 dengan kategori baik. Pada pertemuan II terjadi peningkatan jumlah
skor yang diperoleh. Jumlah skor pertemuan II pada aspek I memperoleh skor 4,
aspek II memperoleh 28, jumlah skor aspek III memperoleh 4. Dari ketiga aspek
diperoleh hasil observasi pada pertemuan II 36. Rata-rata hasil observasi pada
siklus II yaitu 33,5 dengan kategori baik.
2) Minat Belajar
Hasil angket minat belajar siswa setelah mengikuti pelajaran disajikan
pada tabel 4.11.
Tabel 4.10
Analisis Data Hasil Observasi Siswa Siklus II Pertemuan I dan II
49
Tabel 4.11
Deskripsi Hasil Angket Minat Belajar Matematika Siklus II
Berdasarkan tabel 4.11, dapat diketahui bahwa presentasi minat belajar
siswa aspek I yaitu perasaan senang pada item 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 23, dan 26
menunjukkan 80,90% berada pada kategori baik, aspek II pada item 9, 10, 11, 13,
14, 15, 16, 18, dan 21 yaitu konsentrasi /perhatian dalam belajar menunjukkan
80,43% barada pada kategori baik, aspek III pada item 5, 12, 17, 19, 20, 22, 24,
dan 25 yaitu ketertarikan menunjukkan 79,73% pada kategori baik. Rata-ratanya
menunjukkan 80,36% berada pada kategori baik, hal ini berarti pembelajaran
dengan menggunakan model Pembelajaran Matematika Realistik(PMR) telah
mampu meningkatkan minat belajar siswa dan tujuan penelitian sudah tercapai.
3) Hasil Belajar Matematika
Berdasarkan penelitian terhadap hasil belajar siklus II berupa ulangan
siswa diperoleh data nilai siswa. Selanjutnya hasil ulangan/tes tersebut dianalisa
dalam bentuk tabel 4.12 berikut:
Aspek Persentasi Kategori
I 80,90% Baik
II 80,43% Baik
III 79,73% Baik
Jumlah rata-
rata 80,36% Baik
50
Berdasarkan tabel 4.12 dari 35 siswa yang mendapat nilai pada interval 40-
49 sebanyak 1 siswa atau 2,86%, interval 50-59 sebanyak 4 siswa atau 11,43%,
interval 60-69 sebanyak 8 siswa atau 22,86%, interval 70-79 sebanyak 4 siswa
atau 11,43%, interval 80-89 sebanyak 9 siswa atau 25,71% dan pada interval 90-
100 sebanyak 9 siswa 25,71%. Dengan nilai rata-rata 76,73, sedangkan nilai
tertinggi adalah 100 sedangkan nilai terendah adalah 40.
Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.12 dapat dibuat gambar
diagram 4.5.
Diagram 4.5 Hasil Belajar Matematika Siklus II
0
2
4
6
8
10
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
Fre
kue
nsi
interval nilai
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika siklus II
Siswa kelas V SD Negeri Polobogo 02
Tahun Pelajaran 2011/2012
No. Interval Frekuensi Persentasi
1 40-49 1 2,86%
2 50-59 4 11,43%
3 60-69 8 22,86%
4 70-79 4 11,43%
5 80-89 9 25,71%
6 90-100 9 25,71%
Jumlah 35 100%
Rata-rata nilai Matematika 76,73
Nilai tertinggi Matematika 100
Nilai terendah matematika 40
51
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM=60) data hasil perolehan
nilai pra siklus dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.13.
Tabel 4.13
Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus II
Siswa kelas IV SD Negeri Polobogo 02
Tahun Pelajaran 2011/2012
Nilai Jumlah siswa Persentasi
≥ 60 30 85,71%
< 60 5 14,29%
Nilai Tertinggi Matematika 100
Nilai Terendah Matematika 40
Rata-rata nilai Matematika 76,73
Dari analisis nilai tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang sudah tuntas
dengan nilai murni di atas KKM ada 30 siswa dan yang belum tuntas atau
dibawah KKM ada 5 siswa. Dengan nilai tertinggi 100 dan terendah 40 dan rata-
rata 76,73. Dari analisis nilai tes pada tabel 4.13 dapat dibuat diagram lingkaran
seperti berikut ini.
Diagram 4.6 Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus II
Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk diagram 4.6
terlihat jelas perbandingan bahwa pada diagram menunjukkan bahwa jumlah
siswa yang sudah tuntas belajar sebesar 85,71%. Sedangkan siswa yang belum
tuntas belajar sebesar 14,29%.
14,29%
85,71% TIDAK TUNTAS
TUNTAS
52
d. Tahap Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dari pertemuan
I, II dan III maka selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan dalam proses
pembelajaran. Refleksi ini digunakan sebagai bahan perbaikan dengan
membandingkan hasil tindakan dalam proses pembelajaran dengan indikator
kinerja. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh berdasarkan observasi,
angket minat dan tes evaluasi pada siklus II maka penjelasan sebagai berikut :
1) Guru
Berdasarkan tabel 4.9 jumlah skor analisis data hasil observasi guru dalam
menerapkan model PMR pada pertemuan I yang diperoleh 55 pada kategori
sangat baik, jumlah skor hasil observasi guru dalam menerapkan model PMR
pada pertemuan II yaitu 58 berada pada kategori sangat baik. Secara keseluruhan
berdasarkan jumlah skor hasil observasi guru dalam menerapkan model PMR
yang diterapkan oleh kolaborator yaitu guru kelas V pada pertemuan I dan II
sudah sangat baik. Rata-rata hasil observasi aktivitas guru pembelajaran
menggunakan model PMR pada siklus II adalah 56,5 berada pada kategori sangat
baik.
2) Siswa
Berdasarkan tabel 4.10 lembar observasi hasil observasi siswa pada
pertemuan I memperoleh total skor 31 berada pada kategori baik, pada pertemuan
II memperoleh skor 36 berada pada kategori sangat baik. Rata-rata hasil observasi
hasil observasi siswa pada siklus II adalah 33,5 berada pada kategori baik.
3) Minat Belajar
Berdasarkan tabel 4.11 minat belajar siswa aspek I pada item 1, 2, 3, 4, 6,
7, 8, 23, dan 26 yaitu perasaan senang menunjukkan 80,90% berada pada kategori
baik, aspek II pada item 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 18, dan 21 yaitu konsentrasi
/perhatian dalam belajar menunjukkan 80,43% barada pada kategori baik, aspek
III pada item 5, 12, 17, 19, 20, 22, 24, dan 25 yaitu ketertarikan menunjukkan
79,73% pada kategori baik. Rata-ratanya menunjukkan 80,36% berada pada
kategori baik.
53
4) Hasil Belajar Matematika
Berdasarkan tabel 4.13, dari 35 siswa yang sudah tuntas dengan nilai di
atas KKM ada 30 siswa atau 85,71% dan yang belum tuntas atau dibawah KKM
ada 5 siswa atau 14,29%. Dengan nilai tertinggi 100 dan terendah 40 dan rata-rata
76,73.
Tindakan perbaikan yang dilakukan peneliti berhasil. Berdasrkan
informasi dari observer dan guru kelas dengan model Pembelajaran Matematika
Realistik pembelajaran berlangsung dengan lancar dan menggembirakan, siswa
terlihat lebih aktif dalam berdiskusi, bertukar pikiran, mengemukakan
pendapatnya baik kepada temannya ataupun guru. Berdasarkan hasil angket yang
diberikan kepada siswa juga menunjukkan peningkatan dalam kategori baik
sebesar 80,36% dan juga jumlah siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar
matematika meningkat 30 siswa atau 85,71% sedangkan yang belum tuntas
sebanyak 5 siswa atau 14,29%. Hal tersebut menunjukkan bahwa target peneliti
telah tercapai.
4.4. Hasil Analisis Data
4.4.1 Minat belajar
Hasil Isian Angket Minat Belajar Matematika Siswa Sebelum melakukan
tindakan, peneliti memberikan angket minat kepada siswa untuk diisi. Data yang
diperoleh berdasarkan hasil isian angket, dapat disimpulkan bahwa besarnya
minat belajar siswa adalah sebesar 61,96% (berada pada ketegori cukup). Pada
setiap siklus yang dilakukan, peneliti juga memberikan angket minat belajar
matematika. Data yang diperoleh berdasarkan hasil isian angket pada siklus I
sebesar 70,48% (berada pada ketegori cukup), pada akhir tindakan atau siklus II,
dapat disimpulkan bahwa besarnya minat belajar siswa adalah sebesar 80,36%
(berada berada pada kategori baik).
Adapun Deskripsi hasil angket minat belajar matematika dapat dilihat pada
tabel 4.14.
54
Tabel 4.14
Rekapitulasi Deskripsi Hasil Angket Minat Belajar Siswa
aspek.
Persentasi Hasil Angket Kategori
Pra
Siklus Siklus I Siklus II Pra Siklus Siklus I Siklus II
I 62,86% 69,95% 80,90% Cukup Cukup Baik
II 61,00% 70,67% 80,43% Cukup Cukup Baik
III 62,06% 70,82% 79,73% Cukup Cukup Baik
Jumlah
Rata-
rata
61,96% 70,48% 80,36% Cukup Cukup Baik
Berdasarkan tabel 4.14 deskripsi hasil angket minat belajar matematika
pada pra siklus, diketahui minat belajar siswa cukup. Hasil analisis minat belajar
pada prasiklus sebesar 61,96%berada pada kategori cukup. Pada siklus I,
diketahui minat belajar meningkat, dari prasiklus tingkat minat belajar sebesar
61,96% berada pada kategori cukup dan pada siklus I menjadi 70,48% berada
pada kategori cukup. Peningkatan siklus I dari prasiklus sebesar 8,52%.
Pada siklus II Berdasarkan tabel 6 deskripsi hasil angket minat Belajar
matematika pada siklus II sebesar 80,36% berada pada kategori baik.
Pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Matematika Realistik terjadi
peningkatan, peningkatan pada siklus II sebesar 9,88% dari siklus I. Untuk
mengetahui tingkat kenaikan minat belajar dapat di lihat pada gambar 4.7.
Diagram 4.7 Perkembangan Minat Belajar Matematika
61,96% 70,48%
80,36%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
pra siklus siklus I siklus II
pe
rse
n
55
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil angket didapatkan bahwa minat
belajar siswa meningkat melalui model Pembelajaran Matematika
Realistik(PMR). Sehingga dapat dikatakan tujuan penelitian ini sudah tercapai.
4.4.2 Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar Matematika berdasarkan ulangan harian kondisi awal, postes
dari siklus I dan siklus II selalu mengalami. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.15.
Tabel 4.15
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika
Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II
Kelas V Semester II SD Negeri Polobogo 02
Tahun Pelajaran 2011 / 2012
Nilai FREKUENSI PERSENTASI
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
≥ 60 11 19 30 31,43% 54,29% 85,71%
< 60 24 16 5 68,57% 45,71% 14,29%
jumlah 35 35 35 100,00% 100,00% 100,00%
Dari tabel 4.15 hasil belajar matematika dapat dilihat adanya peningkatan
jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran matematika terbukti untuk
klasifikasi tuntas, pada siklus I dari 35 siswa ada 19 atau 54,29% siswa yang
tuntas, siklus II ada 30 atau 85,71% siswa yang tuntas. Sedangkan pada klasifikasi
tidak tuntas, pada siklus I ada 16 atau 45,71% siswa, pada siklus II ada 5 atau
14,29% siswa. Ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan model
Pembelajaran Matematika Realistik(PMR) dapat meningkatkan hasil belajar
matematika walaupun belum 100% tuntas semua. Hal ini dapat dilihat pada
diagram 4.8.
56
Diagram 4.8. Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Pra siklus, Siklus I,
dan Siklus II
Pada gambar diagram 4.8 menunjukkam pembelajaran dengan model
Pembelajaran Matematika Realistik(PMR) dapat meningkatkan jumlah siswa
yang tuntas dalam belajar walaupun belum 100%.
4.5. Pembahasan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pembelajaran matematika siswa
kelas V SD N Polobogo 02 melalui model Pembelajaran Matematika
Realistik(PMR) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika siswa
kelas V SD N Polobogo 02.
Hal ini terlihat dari hasil angket dan hasil evaluasi yang diberikan pada
pra siklus, akhir siklus I dan siklus II. Rata-rata minat belajar siswa yang pada
awalnya sebesar 61,96% berada pada ketegori cukup. Ketuntasan hasil belajar
matematika pada pra siklus hanya 11 siswa atau 31,43% sedangkan siswa yang
belum mencapai ketuntasan sebanyak 24 siswa atau 68,57%.
Berdasarkan pencapaian hasil tersebut maka peneliti menggunakan
alternatif pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran matematika
realistik(PMR). Setiap siklus dilakukan 3x petemuan. Hasil observasi guru dalam
menerapkan model PMR
Pada pertemuan I memperoleh jumlah skor 38 pada kategori baik
sedangkan total skor observasi siswa pada pertemuan I yaitu 18 berada pada
kategori cukup. Berdasarkan lembar observasi tersebut selama pembelajaran
0
5
10
15
20
25
30
35
Pra Siklus siklus 1 siklus 2
Tuntas
57
masih terdapat kekurangan diantaranya setelah siswa diberikan LKS, guru tidak
menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa sehingga siswa terlihat
bingung, setelah siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok guru tidak
memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk memperjelas jawaban siswa tetapi guru
langsung memperjelas jawaban siswa, pengelolaan waktu belum maksimal,
kegiatan kelompok terlalu lama sehingga dalam pemberian contoh soal kurang,
siswa masih terlihat malu, siswa belum terlihat aktif dalam pembuatan simpulan.
Pada siklus I pertemuan II terjadi peningkatan dibanding hasil observasi
pada pertemuan I. pada pertemuan II jumlah skor hasil observasi guru yang
diperoleh 44 berada pada kategori baik. Berdarkan lembar observasi tersebut guru
sudah melakukan perbaikan dibanding dari pertemuan I yaitu guru sudah
menjelaskan LKS yang harus dilakukan oleh siswa, guru membatasi waktu kerja
kelompok, siswa sudah mulai berani berpendapat walaupun hanya 1 kelompok,
siswa dalam membuat simpulan sudah mulai terlibat tetapi siswa guru masih
dominan. Pada petemuan III pembelajaran digunakan untuk mengulas kembali
pelajaran yang telah dilakukan pada pertemaun I dan II dengan guru memberikan
contoh soal serta dilakukan evaluasi pembelajaran sikus I. Hasil dari siklus I
diperoleh presentasi minat siswa pada aspek I perasaan senang pada item 1, 2, 3,
4, 6, 7, 8, 23, dan 26 sebesar 69,95% berada pada kategori cukup, aspek II
konsentrasi/ perhatian dalam belajar matematika pada item 9, 10, 11, 13, 14, 15,
16, 18, dan 21 sebesar 70,67% berada pada kategori cukup, aspek ketertarikan III
pada item 5, 12, 17, 19, 20, 22, 24, dan sebesar 70,82% berada pada kategori
cukup. Rata-rata minat siswa sebesar 70,48% berada pada kategori cukup.
Sedangkan untuk ketuntasan hasil belajar matematika diperoleh siswa yang
mencapai kriteria ketuntasan belajar (KKM=60) sebanyak 19 siswa atau 54,29%,
yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar sebanyak siswa atau 16 siswa
atau 45,71%, dengan nilai rata-rata 60,95 dan nilai tertinggi 100 sedangkan nilai
terendahnya adalah 40. Berdasarkan hasil angket minat dan hasil belajar
matematika pada siklus I yang telah diuraikan, hasil tersebut belum memenuhi
indikator kinerja yang telah peneliti tetapkan, untuk itu diadakan perbaikan pada
siklus II.
58
Pada siklus II juga dilakukan 3x pertemuan. Pada pertemuan II guru
memberikan nilai tambahan untuk siswa yang berani berpendapat dan kelompok
yang semula 4 siswa diubah menjadi 2 siswa. Upaya yang dilakukaukan guru
memberikan hasil peningkatan.
Pada pertemuan I jumlah skor analisis data hasil observasi guru dalam
menerapkan model PMR memperoleh 55 pada kategori sangat baik sedangkan
total skor hasil observasi siswa pada pertemuan I memperoleh 31 berada pada
kategori baik. Berdasarkan lembar observasi tersebut guru sudah melakukan
pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan model PMR, dan siswa sudah terlibat
aktif mengikuti pelajaran. Pada pertemuan II jumlah skor hasil observasi guru
dalam menerapkan model PMR yaitu 58 berada pada kategori sangat baik
sedangkan jumlah skor hasil observasi siswa pada pertemuan II memperoleh 36
berada pada kategori sangat baik.
Pada pertemuan III seperti halnya siklus I diilakukan untuk mengulas
pelajaran pertemuan I dan II serta memberikan evaluasi untuk mengetahui hasil
belajar matematika siklus II. Hasil dari siklus II diperoleh presentasi minat
belajar siswa aspek I pada item 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 23, dan 26 yaitu perasaan
senang menunjukkan 80,90% berada pada kategori baik, aspek II pada item 9, 10,
11, 13, 14, 15, 16, 18, dan 21 yaitu konsentrasi /perhatian dalam belajar
menunjukkan 80,43% barada pada kategori baik, aspek III pada item 5, 12, 17,
19, 20, 22, 24, dan 25 yaitu ketertarikan menunjukkan 79,73% pada kategori
baik. Rata-ratanya menunjukkan 80,36% berada pada kategori baik. Sedangkan
ketuntasan hasil belajar matematika siswa yang sudah tuntas dengan nilai di atas
KKM ada 30 siswa atau 85,71% dan yang belum tuntas atau dibawah KKM ada 5
siswa atau 14,29%. Dengan nilai tertinggi 100 dan terendah 40 dan rata-rata
76,73.
Dari data hasil observasi guru dan siswa, hasil angket serta hasil belajar
matematika pada kondisi awal, siklus I dan siklus II yang telah diuraikan terjadi
peningkatan dari kondisi awal ke kegiatan pembelajaran siklus I dan kegiatan
pembelajaran siklus II. Hal tersebut menunjukkan bahwa target penelitian telah
tercapai sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditentukan.