A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... ·...

20
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD Pembelajaran matematika pada hakikatnya adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan kegiatan matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika (Wahyudi dan Kriswandani, 2013:13). Wahyudi dan Kriswandani juga berpendapat matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika dalam batasan pengertian pembelajaran yang dilakukan disekolah, pembelajaran matematika dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika di sekolah. Dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006, mata pelajaran matematika SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika. c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. e. Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Permendiknas No 22 Tahun 2006, mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi tiga aspek yaitu : a. Aljabar Materi aljabar terdiri dari sistem operasi bilangan, yaitu penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian (x), dan pembagian (:), materi

Transcript of A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... ·...

Page 1: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Pembelajaran Matematika SD

Pembelajaran matematika pada hakikatnya adalah proses yang

sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan

memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan kegiatan matematika,

dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika (Wahyudi dan

Kriswandani, 2013:13). Wahyudi dan Kriswandani juga berpendapat

matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan

mencari pengalaman tentang matematika dalam batasan pengertian

pembelajaran yang dilakukan disekolah, pembelajaran matematika

dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk

menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan

kegiatan siswa belajar matematika di sekolah.

Dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006, mata pelajaran matematika

SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,

dan tepat, dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Permendiknas No 22 Tahun 2006, mata pelajaran Matematika pada

satuan pendidikan SD/MI meliputi tiga aspek yaitu :

a. Aljabar

Materi aljabar terdiri dari sistem operasi bilangan, yaitu

penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian (x), dan pembagian (:), materi

Page 2: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

6

aljabar kelas IV meliputi: sifat-sifat operasi hitung, KPK, FPB, bilangan

Romawi dan pengurutan bilangan pecahan dan bilangan bulat.

b. Geometri

Materi geometri kelas IV meliputi: sudut tak baku dan baku,

konversi satuan waktu, panjang dan berat, satuan kuantitas, keliling dan

luas jajar genjang dan segitiga, sifat bangun ruang sederhana, jarring-jaring

kubus dan balok, serta simetri dan pencerminan.

2. Hasil Belajar Matematika

a. Pengertian Belajar Menurut Teori Belajar Konstruktivistik

Pengertian belajar menurut pandangan konstruktivistik adalah

usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui

asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur

kognitifnya (Asri Budiningsih, 2004 : 64). Pandangan lain dari belajar

berdasarkan teori konstruktivistik dikemukakan oleh Paul Suparno (2001:

61), yang mana mendefinisikan bahwa belajar merupakan proses aktif

pelajar mengkonstruksi arti entah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-

lain. Selain definisi tersebut Paul Suparno juga mendefinisikan bahwa

belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan

pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah

dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan.

Ciri-ciri belajar menurut pandangan konstruktivistik adalah sebagai

berikut (Suparno,2001: 61).

1) Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari

apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi arti itu

dipengaruhi oleh pengertian yang dimiliki siswa.

2) Konstruksi arti, yang artinya proses secara terus-menerus.

3) Belajar bukanlah kegiatan pengumpulan fakta, melainkan suatu

pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar

bukanlah hasil dari perkembangan melainkan perkembangan itu

sendiri (Fosnot, 1996), suatu perkembangan yang menuntut

penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.

4) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang

dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.

5) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik

dan lingkungan (Bettencourt, 1989).

Page 3: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

7

6) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui

oleh pelajar yang meliputi konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang

mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan proses aktif pelajar untuk mengkonstruksi dan

mengembangkan suatu pengetahuan atau pengertian melalui proses

mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang

dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai sebelumnya.

b. Pengertian Hasil Belajar Matematika

Arikunto (2006) mengungkapkan pengertian hasil belajar adalah

hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan

merupakan penilaian seseorang untuk mengetahui sejauh mana materi

yang sudah diterima. Selain itu, Gagne (Hamzah, 2011) mengungkapkan

bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa sebagai

hasil kegiatan pembelajaran yang terdiri dari lima jenis yaitu: (a) siswa

dapat menggunakan simbol; (b) siswa menyatakan konsep atau

pengertian; (c) siswa memecahkan suatu masalah dengan cara-cara

tertentu; (d) siswa menggunakan alat-alat tertentu; (e) siswa memilih

perbuatan atau perilaku tertentu. Pendapat lain dari Sukiman (2012) hasil

belajar merupakan akibat dari adanya evaluasi belajar dan evaluasi belajar

belajar dilakukan untuk mengetahui ekmampuan yang telah dicapai siswa

setelah menerima pelajaran, evaluasi belajar ini berupa tes.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar matematika adalah hasil yang dicapai seseorang setelah seseorang

melakukan kegiatan belajar yang ditunjukan dengan hasil evaluasi belajar,

yang dapat berupa tes untuk mengetahui kemampuan yang telah dicapai

siswa setelah menerima pelajaran matematika. Menurut The International

Studi of Achievmen in Mathematic seperti yang dikutip Gunartono (Ratri,

2013), menetapkan sepuluh kecakapan dasar sebagai kemampuan dalam

mengukur hasil belajar matematika. Kesepuluh kemampuan tersebut

adalah sebagai berikut.

1) Mengingat dan mengungkapkan definisi, notasi, operasi dan konsep.

2) Kecermatan, ketepatan mengitung, dan memanipulasi simbol.

3) Menterjemahkan data kedalam simbol.

4) Menginterpretasikan data yang muncul dalam bentuk simbol.

5) Mengikuti alur suatu penalajarn atau pembuktian.

6) Menyusun suatu pembuktian.

Page 4: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

8

7) Menetapkan konsep pada masalah matematis.

8) Menggunakan konsep pada masalah-masalah non matematis.

9) Menganalisis masalah dan menentukan operasi yang mungkin

digunakan.

10) Menentukan keumuman (generalisasi) matematis.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

Menurut Purwanto (1990:107) faktor yang mempengaruhi hasil belajar

dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu faktor yang berada dalam diri

individu (faktor internal) maupun yang berasal dari luar dirinya (faktor

eksternal).Purwanto (1990 :107) mengungkapkan bahwa faktor internal

dibagi menjadi dua, yaitu fisiologi dan psikologi. Fisiologi yang

merupakan kondisi fisik, dan psikologi yang meliputi bakat, minat,

kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif.

Faktor yang berasal dari luar diri individu disebut sebagai faktor

eksternal. Purwanto (1990: 107) menyatakan faktor eksternal dibagi

menjadi dua yaitu lingkungan dan instrumental. Hasil belajar siswa akan

dipengaruhi dari lingkungan yaitu dari alam dan sosial. Faktor

instrumental juga mempengaruhi hasil belajar yang mencakup

kurikulum, guru, sarana dan fasilitas, administrasi atau manajemen.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Istilah kooperatif digunakan dalam tulisan ini karena “kooperatif”

memiliki makna lebih luas, yaitu menggambarkan keseluruhan proses sosial

dalam belajar dan mencakup pula pengertian kolaboratif (Agus Suprijono,

2009:55). Selain itu menurut Agus Suprijono pembelajaran kooperatif adalah

konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok yang lebih

dipimpin oleh guru atau di arahkan oleh guru. Sejalan dengan itu, Sanjaya

(Rusman, 2011) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara membentuk kelompok-

kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Sejalan dengan Suprijono dan Sanjaya, Slavin mengungkapkan (2005: 4)

pembelajaran kooperatif merajuk pada berbagai macam metode pengajaran

dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling

membentu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran .

Lie (2002: 29) mengungkapkan bahwa model pembelajaran

cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok,

terdapat unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang

membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.

Page 5: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

9

Roger dan David Johnson (Lie,2002 : 30) mengatakan bahwa tidak semua

belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai

hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus

diterapkan. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut.

1) Saling ketergantungan positif, unsur ini menunjukkan bahwa dalam

pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok.

Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua,

menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan

yang ditugaskan tersebut.

2) Tanggung jawab individual, jadi setelah mengikuti kelompok belajar

bersama anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.

3) Tatap muka, setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka

dan berdiskusi. Tujuan tatap muka ini adalah.

a. saling membantu secara efektif dan efesien,

b. saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan,

c. memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efesien,

d. saling mengingatkan,

e. saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan

argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap

masalah yang dihadapi,

f. saling percaya,

g. saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

4) Komunikasi antar anggota, keberhasilan suatu kelompok juga bergantung

pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan

kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

5) Evaluasi proses kelompok, yangbertujuan untuk meningkatkan efektivitas

anggota dalam memberikan konstribusi terhadap kegiatan kolaboratif

untuk mencapai tujuan kelompok.

Berdasarkan pada pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah suatu metode dimana para siswa bekerja

aktif, saling membantu satu sama lain di dalam kelompoknya untuk

mempelajari materi dan tentunya dengan arahan guru dimana guru juga

berperan untuk menyiapkan bahan-bahan dan informasi untuk membantu

para siswa dalam menyelesaikan masalah.

Page 6: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

10

a. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

1) Pengertian TGT

TGT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang

dikembangkan oleh David DeVries dan Keith (Slavin, 2005:13) untuk

membantu siswa mereview dan menguasai materi pelajaran. Slavin

mengungkapkan bahwa TGT berhasil meningkatkan skill-sklill dasar,

pencapaian, interaksi positif antarsiswa, harga diri, dan sikap

penerimaan pada siswa-siswa lain yang berbeda. Menurut Slavin

(2010), model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe

atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,

melibatkan aktifitas seluruh siswa, melibatkan peran siswa sebagai

tutor sebaya dan mengandung permainan dan reinforcemen (bertukar

informasi). TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan

kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individual, di mana siswa berlomba

sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain untuk memperoleh

skor tertinggi.

Jadi,Model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran

yang menitik beratkan belajar dengan kelompok dan mengerjakan

tugas yang diberikan oleh guru secara bersama-sama. Siswa akan lebih

aktif dalam pembelajaran, karena akan dituntut tanggungjawab setiap

individu dan tanggung jawab kelompok akan mengikuti game pada

akhir pokok bahasan pembelajaran. Dengan demikian akan terjadi

suatu kompetisi atau pertarungan dalam hal akademik, setiap siswa

berlomba-lomba untuk memperoleh hasil belajar yang optimal.

Dengan model pembelajaran tipe TGT diharapkan siswa lebih aktif

dalam mengikuti pembelajaran, lebih bisa bekerjasama dengan teman-

teman lain, lebih bertanggungjawab dan membuat suasana

pembelajaran lebih menyenangkan. Sehinga dengan model

pembelajaran TGT akan mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan

menyerap materi pelajaran, dan kematangan pemahaman sejumlah

materi pelajaran, dan kematangan pemahaman terhadap sejumlah

materi pelajaran sehingga hasil belajar mencapai optimal.

2) Kompenen TGT

Menurut Robert E Slavin (2005) komponen-komponen dalam

TGT adalah penyajian materi, tim, game, dan turnamen dan

penghargaan kelompok, yaitu:

Page 7: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

11

a. Presentasi kelas, pada awal pembelajaran guru menyampaikan

materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan

pengajaran langsung atau dengan ceramah, dan diskusi yang

dipimpin guru. Di samping itu, guru juga menyampaikan tugas,

tujuan, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan

motivasi. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar

memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru,

karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja

kelompok dan pada saat game/ turnamen karena skor game akan

menentukan skor kelompok.

b. Belajar kelompok (tim), guru membagi siswa dalam kelompok kecil.

Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 4 - 6 orang

anggotanya heterogen. Dengan adanya heterogenitas antar

kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling

membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan yang

berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini

akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa

belajar secara kompetitif sengat menyenangkan. Pada saat

pembelajaran, fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami

materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk

mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan

optimal pada saat game/turnamen. Setelah guru

menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran, kelompok

berdiskusi dengan menggunakan modul. Dalam kelompok terjadi

diskusi untuk memecahkan bersama, saling memberikan jawaban

dan mengkoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam

menjawab. Penataan ruang kelas diatur sedemikian rupa sehingga

proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

c. Persiapan permainan atau pertandingan, guru mempersiapkan

pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi.

Kemudian guru mempersiapkan alat-alat untuk permainan, yaitu:

kartu permainan yang dilengkapi dengan nomor, skor, pertanyaan,

dan jawaban mengenai materi. Game dimainkan oleh tiga siswa

pada sebuah meja, dan masing-masing siswa mewakili tim yang

berbeda yang dipilih secara acak. Secara skematis dapat dilihat

pada Gambar 2.1.

Page 8: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

12

Gambar 2.1 Skema aturan permainan untuk 3 tim (Slavin, 2005)

d. Turnamen, merupakan struktur game yang dimainkan. Biasanya

diselenggarakan pada akhir pekan atau unit, setelah guru

melaksanakan penyajian materi dan tim telah berlatih dengan

lembar kerja. Turnamen 1, guru menempatkan siswa ke meja

turnamen, tiga siswa terbaik pada hasil belajar yang lalu pada meja

1, tiga siswa berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi

yang sama ini memungkinkan siswa dari semua tingkat pada hasil

belajar yang lalu memberikan konstribusi pada skor timnya secara

maksimal jika mereka melakukan yang terbaik.

Secara skematis model pembelajaran TGT ditunjukan pada Gambar

2.2

TEAM A

TEAM B TEAM C

Gambar 2.2 Skema pertandingan atau tournament TGT (Slavin,

2005)

Keterangan:

A1, B1, C1 = siswa berkemampuan tinggi

A(2,3,4), B(2,3,4), C(2,3,4) = siswa berkemampuan sedang

A5, B5, C5 = siswa berkemampuan rendah

e. Rekognisi tim/penghargaan kelompok, tim dimungkinkan

mendapat sertifikat dan pengharaan lain apabila skor rata-rata

mereka melebihi kriteria tertentu.

A1 A2 A3 A4

Meja

Turnamen

1

Meja

Turnamen

2

Meja

Turnamen

3

Meja

Turnamen

4

C1 C2 C3 C4 B1 B2 B3 B4

pembaca

Penantang

I Penantang II

Page 9: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

13

Langkah-langkah Team Game Tournament (TGT) menurut

Mulyatiningsih dalam Hardian (2012), adalah sebagai berikut.

a. Penyajian kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi di kelas,

biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan

ceramah dan tanya jawab.

b. Pembentukan kelompok (team)

Peserta didik dibagi dalam kelompok.

c. Game

Guru menyiapkan pertanyaan (game) untuk menguji pengetahuan

yang diperoleh peserta didik dari penyajian kelas dan belajar

kelompok peserta didik memilih nomor game dan mencoba

menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik

yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapat

skor, kemudian skor tersebut dikumpulkan untuk turnamen

selanjutnya.

d. Turnamen

Turnamen dilakukan seminggu sekali atau setiap satu satuan

materi pelajaran telah selesai dilaksanakan. Peserta didik

melakukan permainan (game) akademik yaitu dengan cara

berkompetisi dengan anggota tim yang memiliki kesamaan

tugas/materi yang dipelajari. Guru menyiakan beberapa meja

turnamen. Setiap meja diisi oleh tiga peserta didik yang memiliki

kemampuan setara dari kelompok yang berbeda(peserta didik yang

pandai berkompetisi dengan peserta didik pandai dari kelompok

lainnya, demikian pula peserta didik yang kurang pandai juga

berkompetisi dengan peserta didik yang kurang pandai dari

kelompok lain). Dengan cara demikian, setiap peserta didik

memiliki peluang sukses sesuai dengan tingkat kemampuannya.

Akuntabilitas individu dijaga selama kompetisi supaya sesama

anggota tim tidak saling membantu.

e. Rekognisi Tim

Tim yang menunjukan kinerja paling baik akan mendapat

penghargaan atau sertifikat. Seperti layaknya lomba, tim yang

paling banyak mengumpulkan poin atau skor akan mendapat

Page 10: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

14

predikat juara umum, kemudian juara berikutnya berurutan sesuai

dengan jumlah poin atau skor yang berhasil diraihnya.

Berikut tahapan-tahapan pembelajaran TGT dan perlakuan

guru menurut Mulyatiningsih dalam Hardian (2012), tahapan-

tahapan tersebut tercantum pada tabel 2.1

Tabel 2.1

Sintak Model Pembelajaran TGT

No Langkah Pembelajaran Kegiatan guru Kegiatan siswa

1 Penjelasan Guru

Artinya guru menjelaskan

materi dalam TGT

Guru menjelaskan

materi bilangan

Romawi

Siswa mendengarkan

dan memahami

penjelasan guru

Guru memberi

kesempatan siswa

untuk bertanya

Siswa bertanya kepada

guru jika ada yang

kurang dimengeri

2 Tim (pembentukan kelompok)

Artinya guru membagi siswa

dalam tim yang

beranggotakan 4-5

Guru membagi siswa

dalam kelompok,

dimana setiap

kelompok sudah

ditentukan oleh guru.

Siswa bergabung dalam

kelompok

Guru mengarahkan

siswa untuk

berkelompok dengan

kelompoknya.

3 Game

Artinya guru mempersiapkan

pertanyaan –pertanyaan yang

kontennya relevan dan

dirancang untuk mengetahui

kemampuan siswa serta

menyiapkan media dalam

permainan.

Guru memberikan

pertanyaan kepada

siswa.

Siswa merencanakan

tugas yang akan mereka

pelajari, kemudian

berdiskusi

mengumpulkan

informasi dan membuat

kesimpulan.

Guru menarik

perhatian siswa agar

terpacu untuk

menjawab pertanyaan

Siswa berdiskusi dengan

serius

Page 11: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

15

3) Keunggulan dan Kelemahan TGT

Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang

menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan sangat

mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis,

lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragam oleh

siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran

kooperatif dengan TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam

implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek

psikologis bagi siswa. Menurut Istiqomah (2006) TGT mempunyai

kelebihan diantaranya lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk

tugas; mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu;

dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam;

proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa;

mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain;

motivasi belajar lebih tinggi; hasil belajar lebih baik.

4 Turnamen

Artinya guru menempatkan

posisi siswa sesuai dengan

kemampuan yang setara.

Guru membri arahan

tentang tata cara

berturnamen

Siswa memperhatikan

penjelasan guru

Guru memanggil siswa

dari setiap kelompok

yang berkemampuan

sama untuk mengikuti

turnamen, dilakukan

secara berulangkali

sampai semua anggota

kelompok terpanggil.

Siswa menempatkan diri

sesuai posisi yang telah

ditetapkan oleh guru

dalam tournament

5 Rekognisi tim

Artinya guru melakukan

perhitungan skor dan

mengumumkannya serta

memberikan penghargaan

pada tim yang mengumplkan

skor paling tinggi

Guru melakukan

penghitungan skor dari

lembar penilaian yang

dilakukan oleh masing-

masing kelompok.

Guru memberikan

penghargaan untuk

kelompok yang

mengumpulkan skor

tertinggi.

Siswa menerima

penghargaan

Page 12: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

16

TGT juga mempunyai kelemahan yaitu sulitnya mengelompokan

siswa yang mempunyai kemampuan heterogen, untuk itu guru harus

teliti dalam membagi kelompok.; cukup menghabiskan waktu; kelas

cenderung ramai; terdapat siswa yang berkemampuan tinggi kurang

terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainya, untuk itu

guru harus membimbing siswa yang berkemampuan akademik tinggi

agar dapat menularkan pengetahuannya kepada siswa lain.

b. Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT)

1) Pengertian NHT

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki

tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini

dikembangkan oleh Kagen (Lie, 2002:59) dengan melibatkan para siswa

dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan

mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Numbered Head Together (NHT) atau dalam bahasa Indonesia

Penomoran Berpikir Bersama adalah merupakan jenis pembelajaran

kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa,

dan untuk menanamkan rasa tanggung jawab siswa dalam menelaah

materi yang diajarkan. Menurut Anita Lie (2002:59). Teknik ini biasa

digunakan dalam semua mata pelajaran, dan untuk semua tingkatan

usia anak didik. Ciri pembelajaran NHT ini adalah di mana guru akan

mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, yang kemudian akan

diselesaikan bersama oleh siswa dalam kelompok kecil yang

beranggotakan 3-5 orang, baru kemudian guru memanggil salah satu

nomor siswa secara acak, dan siswa tersebut harus menjawab

pertanyaan guru, terlepas dari jawaban benar atau salahnya.

Jadi model pembelajaran NHT adalah suatu model pembelajaran

yang mengarah pada pembagian nomor yang berbeda pada setiap

kelompok, pembagian pertanyaan pada kelompok dan berfikir bersama

dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah yang berbeda. Salah

satu siswa dipanggil secara acak untuk menjawab pertanyaan, jadi

semua anggota kelompok harus paham dengan jawaban kelompok

tersebut. Hal itu membuat siswa lebih bertanggung jawab dan dan

memacu setiap siswa untuk memahami materi

Page 13: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

17

2) Komponen NHT

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang

dikembangkan oleh Kagen dalam Lie (2002: 60), adalah sebagai berikut.

a. Persiapan, dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelejaran

dengan membuat skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa

(LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe (NHT).

b. Pembentukan kelompok, dalam pembentukan kelompok disesuaikan

dengan model pembelajaran tipe NHT. Guru mebagi siswa menjadi

beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru

memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama

kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan

percampuran yang ditinjau dari segi latar belakang sosial, ras, suku,

jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam

pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal sebagai dasar

dalam menentukan masing-masing kelompok.

c. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan, tiap

kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar

memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang

diberikan oleh guru.

d. Diskusi masalah, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagian

bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa

berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap

orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam

LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan

dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat

umum.

e. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban, dalam tahap

ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok

dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan

jawaban kepada siswa di kelas.

f. Memberi kesimpulan , guru bersama siswa menyimpilkan jawaban

akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang

disajikan.

Secara lebih rinci Trianto (2007:63) pembelajaran NHT

dijabarkan dalam Tabel 2.2 .

Page 14: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

18

Tabel 2.2

Sintak pembelajaran NHT

No Langkah pembelajaran Kegiatan guru Kegiatan siswa

1 Penomoran

Artinya guru membagi

siswa ke dalam

kelompok-kelompok

kecil yang

beranggotakan 3-5

orang.

Guru membagi siswa

dalam kelompok, dimana

setiap kelompok sudah

ditentukan oleh guru.

Siswa menempatkan diri

kedalam kelompok

mereka

Guru mengarahkan siswa

untuk berkelompok

dengan kelompoknya.

2 Mengajukan

pertanyaan

Artinya Guru

mengajukan

pertanyaan kepada

seluruh kelas diambil

dari materi pelajaran

tetentu yang sedang

dipelajari

Guru mengajukan

pertanyaan kepada siswa

Siswa memahami

pertanyaan dari guru

Guru memacu siswa

untuk terdorong

mendiskusikan

pertanyaan dengan

kelompoknya

3 Berpikir bersama

Artinya Siswa dalam

kelompok-kelompok

kecil tersebut

berembuk untuk

menyatukan

pendapatnya terhadap

jawaban pertanyaan

itu.

Guru mengarahkan siswa

untuk berdiskusi.

Siswa mengidentifikasi

masalah dan

merencanakan tugas

yang akan mereka

pelajari, kemudian

berdiskusi

mengumpulkan informasi

Siswa berdiskusi

menyatukan pendapat

mereka, setiap anggota

kelompok harus paham

dengan hasil jawabannya

Siswa menarik

kesimpulan dari beberapa

informasi yang telah

didapat. Setiap siswa

harus memahami

jawaban akhir dari tim.

4 Menjawab

Artinya Guru

memanggil salah satu

nomor tertentu.

Guru memanggil nomor

tertentu dan siswa yang

dipanggil nomornya akan

menjawab pertanyaan

untuk seliuruh kelas

Siswa yang dipanggil oleh

guru kemudian

menjawab pertanyaan

dari guru sesuai dengan

jawaban akhir dari tim.

Page 15: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

19

3) Keunggulan dan Kelemahan NHT

Menurut Anita Lie (2002:59) keunggulan dan kelemahan dari

pembelajarn NHT ialah sebagai ikut. Keunggulan NHT dijabarkan

antara lain.

a. memudahkan dalam pembagian tugas,

b. memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab

pribadinya,

c. miningkatkan semangat kerja siswa,

d. siswa dapat saling berbagi ide-ide

Kelemahan pembelajaran NHT dijabarkan antara lain:

a. kurang cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena

membutuhkan waktu yang lama, dan

b. tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membandingkan model

pembelajaran kooperatif TGT atau NHT dengan konvensional. Berikut beberapa

penelitian yang membandingkan model pembelajaran kooperatif dengan

kovensional.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ida Bagus Manuaba (2012) dengan judul

“Perbedaan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa Yang Diajar Dengan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Dan

Konvensional Pada Siswa Kelas VII SMP Mater Alma Materi Pokok Segitiga

dan Segiempat”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe TGT (Team Games Turnament) lebih efektif dan nilai hasil

belajar lebih tinggi dibanding pembelajaran dengan model konvensional.

2. Penelitian Tri Sugiarto (2012) yang melakukan penelitian dalam bentuk

eksperimen dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Antara

Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe NHT (Number Head Together) dan Model Pembelajaran Konvensional

Kelas VIII di SMP Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013”. Hasil

Penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika

antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran konvensional. Hal ini

dibuktikan dengan nilai t adalah 2,673 dengan probabilitas signifikasi 0,011

< 0,05.

Page 16: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

20

Selain membandingkan TGT atau NHT dengan konvensional, terdapat

penelitian yang membandingkan TGT dengan NHT. Berikut penelitian

membandingkan antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan tipe

NHT.

1. Penelitian Rahmawan dan Pramukantoro yang melakukan penelitian dalam

bentuk eksperimen dengan judul “Perbandingan Hasil Belajar Menerapkan

Dasar-Dasar Kelistrikan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

TGT dan Kooperatif Tipe NHT di SMKN 3 Jombang”. Hasil pennelitian

menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata

hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

dengan rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Penelitian Noviana Dini Rahmawati (2011) yang melakukan penelitian dalam

bentuk skripsi eksperimen dengan judul Eksperimentasi Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament (TGT) dan Number

Head Together Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri SE-Kabupaten Grobogan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Model pembelajaran TGT

menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan

dengan model pembelajaran NHT. (2) Prestasi belajar matematika pada

siswa beraktivitas tinggi lebih baik dibanding dengan siswa yang beraktivitas

rendah, prestasi belajar matematika pada siswa beraktivitas sedang lebih

baik dibanding dengan siswa beraktivitas rendah, prestasi belajar

matematika pada siswa beraktivitas tinggi sama baiknya dibanding dengan

siswa beraktivitas sedang. (3) Pada masing-masing kategori aktivitas

(rendah, sedang dan tinggi), model pembelajaran TGT memberikan prestasi

belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran NHT. (4)

Pada masing-masing model pembelajaran TGT dan NHT prestasi belajar

siswa beraktivitas tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa

beraktivitas rendah dan prestasi belajar siswa beraktivitas sedang sama

baiknya dibanding dengan siswa beraktivitas tinggi.

Sebagaimana ketiga penelitian tersebut penelitian ini juga

membandingkan antara model pembelajaran. Jika penelitian sebelumnya

melibatkan variabel aktivitas belajar, pada penelitian ini hanya akan melibatkan

variabel hasil belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

perbedaan hasil belajar matematika pada siswa yang diberi perlakuan model

Page 17: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

21

pembelajaran kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT.

C. Kerangka Berfikir

Penelitian ini dilatar belakangi oleh hasil belajar matematika di SD dalam

Gugus Abiyasa Kabupaten Semarang yang menduduki peringkat terakhir dari

pelajaran lainnya. Setelah dilakukan observasi di 2 SD yang berbeda , ternyata

proses pembelajaran didominasi oleh guru sementara siswa pasif. Guru sudah

melakukan usaha untuk meningkatkan kemampuan siswa yaitu dengan

memberikan tugas kepada siswa serta diadakan diskusi kelompok,tetapi di

dalam diskusi kelompok hanya di dominasi beberapa siswa saja sementara

yang lain hanya mengikuti saja. Maka dari itu pada penelitian ini menerapkan

model pembelajaran kooperatif.

Beberapa model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan

hasil belajar siswa adalah melalui Team Game Turnament(TGT)dan Number

Head Together (NHT). Kedua tipe model pembelajaran ini menekankan pada

siswa dalam berkelompok serta melakukan diskusi. Diharapkan dengan

menerapkan tipe model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa dan mengaktifkan siswa. Tipe model

pembelajaran ini siswa ditekankan pada kegiatan pembelajaran yang mudah

diterapkan, melibatkan aktifitas seluruh siswa, juga mengandung permainan

akademik dan reinforcement (bertukar informasi).

Team Games Tournament (TGT) merupakan salah model pembelajaran

kooperatif yang dinilai lebih efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran,

TGT ini dikembangkan berdasarkan pada teori belajar konstruktivisme.

Melalui adanya kerja kelompok dan diskusi, maka akan membuat siswa lebih

mudah dalam memahami bahan pelajaran yang dianggap sulit. Pembelajaran

disini akan lebih menyenangkan karena adanya game dan Tournament.

Setelah dilakukan proses pembelajaran siswa diberikan posttest untuk

mengetahui keterkaitan dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT

terhadap hasil belajar matematika pada materi bilangan Romawi

Number Head Together (NHT) juga termasuk model pembelajaran

kooperatif,dimana pembelajaran ini juga menuntut keaktifan. Model

pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling

membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

Selain itu, model pembelajaran ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan

semangat kerjasama mereka. Karena guru akan memanggil salah satu nomor

Page 18: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

22

dari setiap kelompok, maka setiap kelompok dalam NHT harus memahami

dan mengetahui materi yang diberikan

Meskipun model pembelakaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan

keaktifan siswa, namun model pembelajaran kooperatif tipe TGT jauh lebih

dapat mengaktifkan siswa, karena adanya game dan tournament yang mana

setiap siswa sudah dipastikan mengikuti tournament, sehingga rasa tanggung

jawab dan dorongan untuk memahami materi jauh lebih dalam.

Berdasarkan uraian tersebut, besar kemungkinan bahwa hasil belajar

matematika siswa yang mengikuti proses pembelajaran yang menerapkan

model pembelajaran tipe TGT akan lebih baik dari siswa yang mengikuti proses

pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran NHT. Berdasarkan uraian

tersebut, maka skema kerangka berpikir seperti tampak pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Skema kerangka berpikir

1. Siswa sulit memahami materi

2. Guru menggunakan model pembelajaran

yang monoton (ceramah dan drill)

3. Pembelajaran matematika menjadi

membosankan

Siswa kurang aktif; hasil belajar siswa rendah; dan

adanya hasil penelitian terdahulu mengenai

perbedaan hasil belajar siswa menggunakan

cooperative learning tipe TGT dan NHT yang saling

kontradiksi

Menggunakan model

pembelajaran

Kooperatif tipe TGT

Menggunakan model

pembelajaran

kooperatif tipe NHT

Hasil belajar baik

Page 19: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

23

D. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, dan kerangka berpikir yang

diajukan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil

belajar matematika yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan NHT

pada siswa kelas IV SD Negeri Gugus Abiyasa Kabupaten Semarang tahun ajaran

2013/2014, diduga hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT.

Page 20: A. KAJIAN TEORI Pembelajaran Matematika SDrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/3/T1... · A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD ... KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan

24