BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1....

12
37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kemampuan Awal Hasil Belajar a. Deskripsi Data Kemampuan Awal Data nilai pretest digunakan untuk melihat hasil belajar matematika siswa sebelum dilakukan penelitian dan diberikan perlakuan. Nilai pretest diambil dari hasil Tes Tengah Semester 2 untuk kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Pengujian descriptive statistic menggunakan bantuan SPSS for Windows dan hasilnya dapat dilihat pada Table 4.1. Tabel 4.1 Hasil Deskripsi Statistik Nilai Pretest N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation eksperimen1 27 35 80 1577 58.41 11.738 eksperimen2 20 45 73 1140 57.00 8.867 Valid N (listwise) 20 Hasil dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai pretest dari kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari kelas eksperimen 2 yaitu 58,41 untuk eksperimen 1 dan 57 untuk eksperimen 2. Nilai minimum dari kedua kelas juga berbeda yang secara berturut-turut untuk kelas eksperimen 1 dan 2 adalah 35 dan 45, dengan nilai maksimum 80 dan 73. Standar deviasi kelas ekperimen 1 lebih tinggi daripada kelas eksperimen 2 yatu 11.738 > 8.867, hal ini menunjukan bahwa kelas eksperimen 1 lebih beragam. b.Uji kemampuan awal 1) Uji Normalitas Uji prasyarat perlu dilakukan sebelum dilakukan uji independent sample t-tes. Uji prasyarat yang perlu adalah uji normalitas data pretest. Uji normalitas untuk mengetahui apakah data nilai pretest berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan terhadap kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk dengan bantuan SPSS. Hasilnya dapat dilihat dari Tabel 4.2

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1....

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.Deskripsirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/5/T1_202010121_BAB IV.pdfequal variance dengan probabilitas sebesar 0,665 > 0,05,

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kemampuan Awal Hasil Belajar

a. Deskripsi Data Kemampuan Awal

Data nilai pretest digunakan untuk melihat hasil belajar matematika

siswa sebelum dilakukan penelitian dan diberikan perlakuan. Nilai pretest

diambil dari hasil Tes Tengah Semester 2 untuk kelas eksperimen 1 dan

kelas eksperimen 2. Pengujian descriptive statistic menggunakan bantuan

SPSS for Windows dan hasilnya dapat dilihat pada Table 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Deskripsi Statistik Nilai Pretest

N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation

eksperimen1 27 35 80 1577 58.41 11.738

eksperimen2 20 45 73 1140 57.00 8.867

Valid N (listwise) 20

Hasil dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai pretest dari

kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari kelas eksperimen 2 yaitu 58,41 untuk

eksperimen 1 dan 57 untuk eksperimen 2. Nilai minimum dari kedua kelas

juga berbeda yang secara berturut-turut untuk kelas eksperimen 1 dan 2

adalah 35 dan 45, dengan nilai maksimum 80 dan 73. Standar deviasi kelas

ekperimen 1 lebih tinggi daripada kelas eksperimen 2 yatu 11.738 > 8.867,

hal ini menunjukan bahwa kelas eksperimen 1 lebih beragam.

b. Uji kemampuan awal

1) Uji Normalitas

Uji prasyarat perlu dilakukan sebelum dilakukan uji independent

sample t-tes. Uji prasyarat yang perlu adalah uji normalitas data pretest.

Uji normalitas untuk mengetahui apakah data nilai pretest berdistribusi

normal. Pengujian normalitas dilakukan terhadap kelas eksperimen 1 dan

kelas eksperimen 2. Uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk dengan

bantuan SPSS. Hasilnya dapat dilihat dari Tabel 4.2

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.Deskripsirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/5/T1_202010121_BAB IV.pdfequal variance dengan probabilitas sebesar 0,665 > 0,05,

38

Tabel 4.2 Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2

KELAS

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Nilai

awal

1 .135 27 .200* .956 27 .306

2 .124 20 .200* .941 20 .253

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat nilai signifikan untuk uji

normalitas nilai pretest kelas eksperimen 1 adalah 0,305. Nilai signifikan

untuk kelas eksperimen 2 adalah 0,253. Kedua nilai signifikan dari kelas

eksperimen 1 dan kelas eksperimen lebih dari 0,05 (5%) yang berarti H0

diterima dengan kata lain kedua kelas berdistribusi normal. Kurva uji

normalitas dari kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dapat dilihat

pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Kurva Uji Normalitas Nilai Pretest kelas eksperimen 1 dan

eksperimen 2

Gambar 4.1 menunjukan bahwa kurva berbentuk normal pada

masing-masing kelas. Walaupun gambar kurvanya tidak sama persis, tapi

kedua kurva normal.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.Deskripsirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/5/T1_202010121_BAB IV.pdfequal variance dengan probabilitas sebesar 0,665 > 0,05,

39

2) Uji Homogenitas dan Beda Rerata

Homogenitas data akan dilihat dari nilai signifikan pada kolom

levene’s test for equality of variances dengan bantuan SPSS. Hasil dari

perhitungan akan menunjukan nilai signifikan untuk homogenitas yang

kemudian akan digunakan dalam menentukan nilai t, menggunakan

equal variances assumen atau equal variances not assumen. Hasil

perhitungan uji independent sample t-test dapat dilihat dalam Tabel

4.3.

Tabel 4.3 Hasil Uji Independent Sample T-Test Nilai Pretest

Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Differen

ce

Std.

Error

Differen

ce

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

nilaia

wal

Equal

variances

assumed

1.428 .238 .449 45 .655 1.407 3.133 -4.904 7.719

Equal

variances not

assumed

.468

44.96

9 .642 1.407 3.006 -4.647 7.462

Nilai signifikan pada kolom levene’s test for equality of variances

adalah sebesar 0,238 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variansi kedua

populasi adalah sama (homogen). Analisis signifikansi (2-talled )dibagian

equal variance dengan probabilitas sebesar 0,665 > 0,05, maka dapat

diketahui bahwa nilai rata-rata siswa pada pretest hampir sama. Sehingga

dapat diberikan perlakuan sesuai yang direncanakan.

2. Kemampuan Akhir Hasil Belajar

a. Deskripsi Pembelajaran

1) Kelas Eksperimen 1

Pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen 1 yang mana dikenai

model pembelajaran TGT dilakukan dalam 3 kali pertemuan untuk

pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk posttest. Materi yang dibahas

tentang bilangan Romawi. Proses pembelajaran mengacu pada tahapan

pembelajaran yang sudah dikembangkan dalam beberapa tahapan

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.Deskripsirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/5/T1_202010121_BAB IV.pdfequal variance dengan probabilitas sebesar 0,665 > 0,05,

40

kegiatan. Lembar observasi kegiatan dan keterlaksanaannya dapat dilihat

pada Lampiran 11.

Proses pembelajaran pada kelas eksperimen 1 yaitu dengan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat membuat siswa cukup aktif dalam

pembelajaran. Siswa belajar dalam kelompok dan berdiskusi serta bekerja

sama dalam meyelesaikan serta memahami tugas yang diberikan guru.

Tanggapan siswa saat mengetahui mereka akan bekerja kelompok, siswa

kurang antusias karena anggota kelompoknya sudah ditentukan dan

mereka tidak satu kelompok dengan teman yang biasa akrab dengan

mereka. Dengan pengarahan guru, akhirnya siswa mengikuti arahan guru

untuk bergabung dengan kelompok yang sudah ditentukan.

Pertemuan pertama pada kelas eksperimen 1 yang diberikan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT membahas tentang materi membaca

bilangan romawi yang sejenis dan membaca bilangan romawi tidak sejenis

dalam bilangan cacah menggunakan aturan penjumlahan, pengurangan dan

gabungan. Selama diskusi dalam kelompok, siswa terlihat bekerja sama dan

berdiskusi dengan teman kelompok. Guru berkeliling memberi bimbingan

kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Kebanyakan siswa kesulitan

membaca bilangan Romawi yang lebih dari 1000, oleh sebab itu banyak

pertanyaan yang dilontarkan siswa dan guru membimbing. Ketika game

diadakah siswa begitu antusias mengikutinya, hal ini dilihat pada saat guru

membagikan kartu masalah pada kelompok terlihat keseriusan mereka saat

berdiskusi mengerjakan soal-soal. Selain itu, siswa yang pandai berusaha

sebisa mungkin unuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya tentang

hasil jawaban mereka. Jadi saat game dimulai setiap anggota kelompok

memahami jawaban mereka. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini

juga mempunyai kekurangan salah satunya suasana kelas menjadi gaduh,

untuk mengatasi hal tersebut guru memberikan sebuah peraturan.

Peraturan tersebut yaitu “jawab diam” , artinya dalam menjawab

pertanyaan siswa cukup memulai dengan angkat tangan dan tidak boleh

bersuara. Sesudah guru menetapkan siswa yang akan menyampaikan hasil

jawaban mereka, kemudian siswa yang terpilih itu diberi kesempatan untuk

menyampaikan hasil jawaban. Barang siapa yang melanggar peraturan

tersebut akan dikenakan “Kartu Merah”. Pada bagian ini penskoran masih

dilakukan oleh guru kemudian dikumpulkan untuk ditotal saat pokok

bahasan ini selesai.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.Deskripsirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/5/T1_202010121_BAB IV.pdfequal variance dengan probabilitas sebesar 0,665 > 0,05,

41

Pertemuan kedua membahas tentang menulis bilangan romawi yang

sejenis dan bilangan romawi tidak sejenis dalam bilangan cacah

menggunakan aturan penjumlahan, pengurangan dan gabungan. Tahapan

pertemuan ini masih sama dengan tahapan pada pertemuan pertama.

Keaktifan siswa juga masih terlihat pada pertemuan ini. Selesai

pembelajaran pada pertemuan kedua guru mengumumkan pada siswa

untuk pertemuan selanjutnya akan diadakan turnamen, siswa diminta

untuk menyiapkan diri semaksimal mungkin.

Pertemuan ketiga pada kelas ini sama halnya pada pertemuan

sebelumnya hanya saja pada pertemuan ketiga tahapan game diganti

dengan turnamen. Siswa sangat antusias untuk mengikuti turnamen

tersebut, guru juga memotivasi siswa untuk bertanggung jawab atas

kelompoknya dengan cara menjawab pertanyaan dengan baik dan benar

agar kelompok mereka dapat menjadi kelompok yang memenangkan

turnamen. Guru menginformasikan kepada siswa tentang tata cara

pelaksanaan turnamen. Siswa diminta untuk menjawab soal-soal yang

tersedia di meja turnamen secara bergantian, dimana setiap orang

mendapatkan giliran sebagai pembaca soal dan kunci jawaban. Siswa yang

dapat menjawab pertanyaan dengan benar mendapatkan poin. Guru

mengawasi jalannya turnamen, Setelah turnamen selesai, guru

mengumpulkan lembar penilaian kelompok dan siswa kembali ke tempat

duduk masing-masing. Guru dan siswa mentotal jumlah skor masing-masing

kelompok dari pertemuan pertama sampai ketiga, kelompok yang

memperoleh skor tertinggi diberi penghargaan. Guru juga mengumumkan

siapa yang menjadi kelompok super, kelompok sangat baik dan kelompok

baik, siswa tampak senang.

Berdasarkan pernyataan pada pertemuan pertama sampai

pertemuan ketiga, siswa lebih banyak berdiskusi dan mengerjakan soal

yang kemudian disampaikan di depan teman-teman mereka. Hal tersebut

membuat siswa lebih aktif dan memberi kesempatan kepada mereka untuk

berbagi ide-ide. Selain itu karena adanya game dan tournament membuat

siswa terpacu untuk menjadi yang terbaik , hal ini menambah suasana kelas

menjadi lebih menyenangkan dan terhindar dari rasa jenuh.

Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh dapat dikatakan proses

pembelajaran dengan TGT berlangsung dengan baik, hal ini dilihat dari

kesesuain guru dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan tahapan-

tahapan pada TGT baik dari aspek persiapan maupun kegiatan inti,

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.Deskripsirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/5/T1_202010121_BAB IV.pdfequal variance dengan probabilitas sebesar 0,665 > 0,05,

42

2) Kelas eksperimen 2

Pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen 2 yang mana dikenai

model pembelajaran TGT dilakukan dalam 3 kali pertemuan untuk

pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk posttest. Materi yang dibahas

tentang bilangan Romawi. Proses pembelajaran mengacu pada tahapan

pembelajaran yang sudah dikembangkan dalam beberapa tahapan kegiatan.

Lembar observasi kegiatan dan keterlaksanaannya dapat dilihat pada

Lampiran 11.

Pembelajaran pada kelas eksperimen 2 yaitu dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT. Siswa dibentuk dalam kelompok,

tanggapan siswa saat mengetahui mereka akan bekerja kelompok sama

seperti pada kelas eksperimen 1, siswa kurang antusias karena anggota

kelompoknya sudah ditentukan dan mereka tidak satu kelompok dengan

teman yang biasa akrab dengan mereka. Dengan pengarahan guru, akhirnya

siswa mengikuti arahan guru untuk bergabung dengan kelompok yang sudah

ditentukan.

Pertemuan pertama pada kelas eksperimen 2 yang diberikan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT membahas tentang materi membaca

bilangan romawi yang sejenis dan membaca bilangan romawi tidak sejenis

dalam bilangan cacah menggunakan aturan penjumlahan, pengurangan dan

gabungan. Siswa dibentuk dalam kelompok, setiap kelompok diberikan

nomor kepala oleh guru dari no 1-5. Selama diskusi dalam kelompok, siswa

terlihat bekerja sama dan berdiskusi dengan teman kelompok, meskipun

masih ada yang sibuk sendiri. Guru membagikan kartu masalah kepada

setiap kelompok untuk dipikirkan bersama, meskipun didapati siswa yang

tidak begitu antusias berdiskusi memecahkan masalah karena mereka

beranggapan tidak semua siswa dipanggil untuk mempresentasikan hasil

jawaban. Setelah waktu berpikir bersama habis guru memanggil salah satu

nomor untuk mempresentasikan hasil jawaban mereka. Sebbagai usaha

untuk mengatasi keramaian di kelas, guru memberikan sebuah peraturan.

Peraturan tersebut yaitu “jawab diam” , artinya dalam menjawab

pertanyaan siswa yang dipanggil namanya cukup memulai dengan angkat

tangan dan tidak boleh bersuara. Sesudah guru menetapkan siswa yang akan

menyampaikan hasil jawaban mereka, kemudian siswa yang terpilih itu

diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil jawaban. Barang siapa yang

melanggar peraturan tersebut akan dikenakan “Kartu Merah”.Setiap

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.Deskripsirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/5/T1_202010121_BAB IV.pdfequal variance dengan probabilitas sebesar 0,665 > 0,05,

43

kelompok berusaha mengumpulkan skor sebanyak-banyaknya yang akan di

total pada saat pokok bahasan selesai.

Pertemuan kedua membahas tentang menulis bilangan romawi yang

sejenis dan bilangan romawi tidak sejenis dalam bilangan cacah

menggunakan aturan penjumlahan, pengurangan dan gabungan. Tahapan

pertemuan ini masih sama dengan tahapan pada pertemuan pertama hanya

saja kartu masalah yang diberikan berbeda. Keaktifan siswa juga masih

terlihat pada pertemuan ini.

Pertemuan ketiga diisi dengan guru memberikan permasalahan

kepada siswa mengenai materi pada pertemuan pertama dan kedua. Siswa

mempresentasikan temuan mereka menurut nomor yang dipanggil oleh

guru. Kelompok yang paling banyak mengumpulkan skor dari pertemuan

pertama sampai ketiga mendapatkan penghargaan dari guru. Guru juga

mengumumkan siapa yang menjadi kelompok super, kelompok sangat baik

dan kelompok baik, siswa tampak senang.

Berdasarkan pernyataan pada pertemuan pertama sampai

pertemuan ketiga, siswa lebih banyak berdiskusi dan mengerjakan soal yang

kemudian disampaikan di depan teman-teman mereka. Hal tersebut

membuat siswa lebih aktif dan memberi kesempatan kepada mereka untuk

berbagi ide-ide. Tetapi didapati juga siswa yang tidak antusias dalam

berdiskusi menyelesaikan permasalahan, hal ini dikarenakan anggapan siswa

yang berpikiran bahwa tidak semua siswa terpanggil mempresentasikan hasil

mereka jadi ada siswa yang memilih bermalas-malasan sementara

permasalahan yang diberikan guru dilimpahkan kepada siswa yang dianggap

mampu menguasai materi.

Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh dapat dikatakan proses

pembelajaran dengan NHT berlangsung dengan baik, hal ini dilihat dari

kesesuain guru dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan tahapan-

tahapan padaNHT baik dari aspek persiapan maupun kegiatan inti.

b. Deskripsi Data Kemampuan Akhir

Hasil belajar melalui posttest didata seperti halnya pada pretest

yaitu dihitung mean dan standar deviasi setiap variabel dalam penelitian,

serta dilihat nilai maximum dan mimimumnya untuk masing-masing kelas.

Data hasil belajar menurut pedoman penskoran yaitu skor tertinggi 100 dan

skor terendah 0. Data diolah melalui SPSS versi 16. Hasil pengolahan melalui

SPSS 16 terlihat dalam Tabel 4.6

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.Deskripsirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/5/T1_202010121_BAB IV.pdfequal variance dengan probabilitas sebesar 0,665 > 0,05,

44

Tabel 4.6

Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa Melalui Posttest

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

eksperimen1 27 46.10 100.00 78.6111 15.15120

eksperimen2 20 46.10 100.00 68.4300 17.82329

Valid N (listwise) 20

Hasil dari Tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata nilai posttes dari

kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari kelas eksperimen 2 yaitu 78.61 >

68.43.. Nilai minimum dari kedua kelas sama yaitu 46,10, begitu juga

dengan nilai maksimumnya adalah sama yaitu 100. Dengan Standar

deviasi kelas ekperimen 1 adalah 15.151 dan kelas eksperimen 2 yaitu

17.823

c. Uji Hipotesis

1) Uji Normalitas

Uji prasyarat perlu dilakukan sebelum dilakukan uji independent

sample t-tes. Uji prasyarat yang perlu adalah uji normalitas data posttest.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data nilai posttest

berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan terhadap kelas

eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 yang menggunakan Shapiro-Wilk

dengan bantuan SPSS. Hasil uji normalitas untuk Posttest dari kedua

kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 Uji Normalitas nilai Posttest

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

eksperimen1

eksperimen2

.196

.201

27

20

.009

.033

.928

.914

27

20

.061

.076

a. Lilliefors Significance Correction

Hasil normalitas Dari Tabel 4.7 menunjukan nilai signifikan dari

kedua lebih besar dari 0,05 yang dapat dilihat dalam tabel Shapiro-

Wilk. Kelas eksperimen 1 nilai signifikanya 0,061 > 0,05 untuk kelas

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.Deskripsirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/5/T1_202010121_BAB IV.pdfequal variance dengan probabilitas sebesar 0,665 > 0,05,

45

eksperimen 2 adalah 0,076 > 0,05. Berdasarkan uji normalitas maka H0

diterima dengan kata lain sebaran data dari kedua kelas berdistribusi

normal. Selain dapat dilihat dari tabel dapat dilihat dari kurva bahwa

data berdistribusi normal. Kurvanya adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2 Kurva Uji Normalitas Nilai Posttest

Gambar 4.2 kurvanya menunjukan data berdistribusi normal.

Kurva berdistribusi normal sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai

posttest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 berdistribusi normal

dan dapat dilakukan uji lanjutan.

2) Uji Homogenitas dan Independent Sampel T-Test untuk Nilai

Posttest

Homogenitas data akan dilihat dari nilai signifikan pada kolom

levene’s test for equality of variances dengan bantuan SPSS. Hasil dari

perhitungan akan menunjukan nilai signifikan untuk homogenitas yang

kemudian akan digunakan dalam menentukan nilai t, menggunakan

equal variances assumen atau equal variances not assumen. Hasil

perhitungan uji independent sample t-test dapat dilihat dalam Tabel

4.8.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.Deskripsirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/5/T1_202010121_BAB IV.pdfequal variance dengan probabilitas sebesar 0,665 > 0,05,

46

Tabel 4.8 Uji Independent Sampel T-Test Posttest Kelas Eksperimen

1 dan Eksperimen 2

Nilai signifikan pada kolom levene’s test for equality of variances

adalah sebesar 0.169> 0,05 maka Ho diterima dan dapat disimpulkan

bahwa variansi kedua populasi adalah sama (homogen). Probabilitas

signifikansi (2-talled) sebesar 0,040, karena P < 0,05 maka diketahui H0

ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan

hasil belajar metematika kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 setelah

diberikan perlakuan.

Rata –rata hasil belajar matematika menggunakan model NHT adalah

68.43lebih rendah daripada yang menggunakan model TGT yang rata-rata

hasil belajarnya adalah 78.61. Rata-rata hasil belajar matematika siswa

pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model

pembelajaran kooperatiif tipe NHT.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua kelompok kelas yang sudah diuji

kemampuan awalnya. Uji kemampuan awal dilihat dari hasil uji beda rerata

pada rata-rata nilai pretest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 yang dapat

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Po

ste

st

Equal

variances

assumed

1.95

2 .169 2.113 45 .040 10.18111 4.81852 .47612

19.886

10

Equal

variances not

assumed

2.062 37.0

31 .046 10.18111 4.93818 .17568

20.186

54

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.Deskripsirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/5/T1_202010121_BAB IV.pdfequal variance dengan probabilitas sebesar 0,665 > 0,05,

47

dilihat dari hasil uji t, dan diperoleh nilai sig (2-tailed) sebesar 0,665 > 0,05

maka H0 diterima yang artinya rata-rata nilai pretest kelas eksperimen 1 sama

dengan rata-rata nilai pretest kelas eksperimen 2 sehingga dapat dikatakan

bahwa kedua kelas memliki kemampuan yang setara atau homogen.

Materi yang diajarkan pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2

adalah bilangan Romawi, yang membedakan antara kedua kelas tersebut

adalah perlakuan pembelajaran yang diberikan pada masing-masing kelas.

Pembelajaran pada kelas eksperimen 1 menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT, sedangkan pada kelas eksperimen 2 menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Data uji hipotesis dilihat dari uji beda rerata pada rata-rata nilai

posttest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 yang dapat dilihat dari hasil uji

t. Data hasil uji t menunjukan sig ( 2-tailed) yaitu 0,040 < 0,05. Berdasarkan

hasil tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa H0 ditolak artinya

terdapat perbedaan perbedaan hasil belajar matematika yang dikenai model

pembelajaran kooperatif tipe TGT dan NHT pada siswa kelas IV SD Negeri

Gugus Abiyasa Kabupaten Semarang.

Hasil posttest siswa kelas eksperimen 1 yang menggunakan tipe TGT

menunjukkan bahwa rata-rata belajar siswa adalah 78.61, sedangkan hasil

posttest siswa kelas eksperimen 2 yang menggunakan tipe NHT menunjukkan

bahwa rata-rata belajar siswa adalah 68.43 Jadi dapat disimpulkan hasil

belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diajar menggunakan tipe

NHT. Berdasarkan hasil tersebut, maka H0 ditolak artinya terdapat perbedaan

hasil belajar matematika yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe

TGT dan NHT pada kelas IV SD Negeri dalam Gugus Abiyasa Kabupaten

Semarang diterima.

Dari hasil pengamatan pada kelas ejsperimen 1 yang dikenakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih

aktif saat pembelajaran berlangsung. Siswa tidak hanya mendengarkan

penjelasan guru, tetapi lebih aktif berdiskusi dalam kelompoknya karena

setiap siswa merasa mempunyai tanggungjawab terhadap kelompoknya

masing-masing. Hal ini sependapat dengan Slavin yang menyatakan bahwa

dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat lebih menemukan dan

memahami konsep-konsep yang sulit melalui diskusi. Pembagian kelompok

secara heterogen memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling

membantu dalam memahami konsep pelajaran. Siswa yang mempunyai

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. 1. a.Deskripsirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4998/5/T1_202010121_BAB IV.pdfequal variance dengan probabilitas sebesar 0,665 > 0,05,

48

tingkat penguasaan materi yang lebih baik dapat memberikan pemahaman

bagi siswa lain dalam kelompoknya sehingga semua anggota kelompoknya

dapat menguasai materi dengan baik. Pembelajaran disini akan lebih

menyenangkan karena adanya game dan Tournament. Adanya sebuah

kompetisi dalam proses pembelajaran yang semua siswa sudah pasti akan

mengikuti kompetisi tersebut, maka akan memacu siswa untuk lebih

bertanggung jawab dan memahami materi lebih dalam.

Sedangkan di dalam kelas eksperimen 2 dikenakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT. Model pembelajaran ini memberikan

kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, model

pembelajaran ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat

kerjasama mereka. Karena guru akan memanggil salah satu nomor dari setiap

kelompok, maka setiap kelompok dalam NHT harus memahami dan

mengetahui materi yang diberikan. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran,

meskipun dijumapi juga siswa yang tidak mau berdiskusi di dalam

kelompoknya. Dikarenakan Rasa tanggung jawab siswa untuk memahami

materi dalam pembelajaran NHT lebih sedikit, karena tidak pasti setiap siswa

berpeluang untuk menjawab pertanyaan. Rasa terpacu mereka untuk

menyelesaikan masalah juga sedikit.

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT dan tipe NHT

membutuhkan waktu yang cukup lama pada tahap penyesuaian model

pembelajaran. Hal ini disebabkan siswa pada umumnya sudah terbiasa

dengan pembelajaran model ceramah, drill, dan mencatat yang cenderung

lebih banyak menerima materi, sedangkan dalam model pembelajaran

kooperatif ini guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing. Pada

dasarnya kedua tipe model pembelajaran kooperatif tersebut melatih siswa

untuk saling bekerja sama, mendengarkan dan menerima pendapat dari

orang lain sehingga siswa dapat mengkonstruksi sendiri pemahaman siswa

secara bersama-sama dalam kelompok.

Sehingga penelitian ini sejalan dengan Rahmawati (2011) dengan judul

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game

Tournamen (TGT) dan Numbered Head Together (NHT) Pada Materi Pokok

Sistem Persamaan Linier dua Variabel Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa

SMP Negeri Se-Kabupaten Grobogan yang menyimpulkan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang dikenakan TGT dan

NHT, dimana kelas yang diberi perlakuan TGT lebih baik dari NHT.