BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil...
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Sekolah
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Mlilir 01, yaitu sekolah dasar
yang terletak di Dusun Mlilir, Desa Mlilir, Kecamatan Bandungan, Kabupaten
Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis lokasi SD Negeri Mlilir 01
berada 1,5 km dari jalan tembus Bandungan-Semarang dan 3 km dari jalan raya
Ambarawa. Sedangkan jarak UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan dengan SD
Negeri Mlilir 01 kurang lebih 3 km. Meskipun tidak dilewati angkutan umum
tetapi akses menuju SD Negeri Mlilir 01 relatif mudah. Bisa dikatakan bahwa
lokasi SD Negeri Mlilir 01 berada pada jalan alternatif Ambarawa-Bandungan.
SD Negeri Mlilir 01 berada pada lokasi yang strategis sehingga mudah dijangkau
oleh para siswa, guru, Dinas Pendidikan Kecamatan maupun Dinas Pendidikan
Kabupaten.
4.1.2 Gambaran Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas V SD Negeri Mlilir 01 Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang dengan jumlah siswa 36 yang terdiri dari 20
siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam dengan materi Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
4.1.3 Kondisi Pra Siklus
Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas V SD Negeri Mlilir 01
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2013/2014 dengan
jumlah siswa 36 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, terlihat bahwa
kompetensi siswa masih rendah. Hal ini bisa terlihat dari nilai hasil evaluasi siswa
pada mata pelajaran IPA yang telah dilakukan dimana sebagian siswa
memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70.
39
Diperoleh data hasil pembelajaran sebelum dilakukan tindakan pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti yang terdapat dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
Distribusi Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan (KKM=70)
Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)
< 70 Tidak Tuntas 24 66,67 %
≥ 70 Tuntas 12 33,33 %
Jumlah 36 100 %
Dilihat dari tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai pelajaran IPA kelas V SD
Negeri Mlilir 01 pada Pra Siklus pembelajaran belum efektif dengan banyaknya
siswa yang belum tuntas dalam belajarnya. Diketahui skor nilai < 70 frekuensinya
ada 24 siswa (66,67 % dari jumlah keseluruhan siswa) dan skor nilai ≥ 70
frekensinya ada 12 (33,33 % dari jumlah keseluruhan siswa)
Jumlah keseluruhan siswa 36 dengan nilai rata-rata 62,4, nilai tertinggi
adalah 86 dan nilai terendah adalah 24. Sehingga peneliti perlu mengadakan
tindakan pembelajaran demi membantu meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
IPA pada siswa kelas V SD Negeri Mlilir 01. Berdasarkan tabel 4.1 dapat
digambarkan dalam gambar grafik 4.1
Gambar 4.1 Grafik Hasil Perolehan Nilai Sebelum Tindakan
0
5
10
15
20
25
30
< 70 ≥ 70
40
Berdasarkan gambar tabel 4.1 bisa dilihat bahwa frekuensi nilai ketuntasan
belajar pada mata pelajaran IPA, siswa yang memiliki nilai kurang dari 70 ada 24
siswa atau 66,67% sedangkan yang sudah mencapai KKM ada 12 siswa atau
33,33%. Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada gambar 4.2
Berdasarkan gambar 4.2 ketuntasan hasil belajar IPA sebelum tindakan
adalah 67% dari jumlah keseluruhan siswa yang belum tuntas dan hanya 33% dari
jumlah keseluruhan siswa yang telah tuntas. Rendahnya hasil belajar IPA
dipengaruhi oleh Guru dalam menerangkan cenderung menggunakan metode
ceramah dan pemberian tugas tanpa adanya interaksi yang membuat siswa lebih
aktif dalam mengikuti pelajaran di kelas sehingga menimbulkan kecenderungan
siswa untuk berbicara dan bercanda dengan temannya dan tidak memperhatikan
penjelasan dari guru tentang materi yang diajarkan. Dengan kondisi seperti pada
gambar 4.2 dengan ketuntasan 33%, peneliti merancang penelitian tindakan kelas
sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan
penelitian menggunakan TGT (Teams Games Tournament) yang akan diterapkan
dalam dua Siklus dan setiap Siklus memuat dua kali pertemuan.
4.1.4 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Dalam Siklus I terdapat 2 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut:
a. Perencanaan
Sebelum mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) materi
“Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya”, peneliti mempelajari materi serta
67%
33%
Gambar 4.2
Diagram Lingkaran Hasil Belajar Sebelum
Tindakan
< 70 Tidak Tuntas
≥ 70 Tuntas
41
mempersiapkan media dan alat terlebih dahulu agar menguasai materi yang
akan diajarkan. Perangkat pembelajaran juga disiapkan seperti Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar
evaluasi Siklus I, rubrik penilaian keaktifan dan penerapan pembelajaran TGT.
b. Tindakan dan Observasi
1. Pertemuan Pertama
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 19 Maret 2014, beberapa
kegiatan seperti berikut:
Kegiatan Awal:
Pertemuan pertama berlangsung pada pukul 07.00 – 08.10 WIB.
Sebelum pembelajaran dimulai, ruang ditata rapi sesuai persiapan
pembelajaran. Dalam pembelajaran siswa akan dibagi menjadi 6 kelompok
dan masing-masing kelompok berjumlah 6 siswa. Siswa duduk di kursi
semula mereka duduk. Peneliti membawa nomor yang terdiri dari nomor
satu sampai dengan nomor enam. Siswa berebut nomor dan nomor yang
didapatnya akan menjadi nomor kelompok mereka. Bagi siswa yang
mendapat nomor satu, maka dia akan berkumpul dengan siswa lain yang
mendapat nomor sama dan duduk di meja kelompok satu dan seterusnya
sampai dengan kelompok enam. Untuk mengawali pembelajaran peneliti
mengucapkan salam, absensi kelas dan melakukan apersepsi dengan
bertanya kepada siswa “Mengapa ketika malam hari dan berjalan di jalan
yang menikung, kita bisa melihat sorot lampu kendaraan dari arah yang
berlawanan?” Peneliti menginformasi tentang materi yang akan dipelajari
yaitu “Cahaya dapat merambat lurus” Peneliti menjelaskan Model
pembelajaran yang digunakan yakni Model TGT (Teams Games
Tournament)
Kegiatan Inti:
Peneliti menjelaskan tentang sifat cahaya yang merambat lurus.
Peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan yang dimiliki siswa tentang sifat cahaya merambat
lurus dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti
42
membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada setiap kelompok. Siswa
melakukan percobaan yaitu mengamati cahaya lilin melalui tiga karton
yang dilubangi, siswa mendiskusikan hasil dari percobaan berikut.
Kelompok yang sudah selesai menyerahkan hasil diskusinya kepada
peneliti. Setelah semua terkumpul, peneliti menunjuk kelompok yang
selesai pertama kali dengan mewakilkan anggotanya untuk maju ke depan
menyampaikan hasil diskusinya. Kelompok yang lainnya menanggapi
hasil diskusi kelompok yang maju. Peneliti membuat game, yaitu
menyuruh setiap kelompok untuk membuat pertanyaan yang akan
dikerjakan oleh kelompok lain. Setelah semua kelompok mendapat dan
mengerjakan pertanyaan dari kelompok lain, peneliti mengadakan
pertandingan yaitu memberi soal rebutan untuk semua kelompok.
Kelompok yang bisa menjawab banyak pertanyaan dan jawabannya benar
akan menjadi pemenangnya. Peneliti bersama siswa bertanya jawab
tentang hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa serta meluruskan
kesalahpahaman yang terjadi. Siswa menyimpulkan hasil kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan dengan bimbingan peneliti
Kegiatan Akhir:
Siswa membuat rangkuman. Peneliti memberikan motivasi kepada
siswa agar lebih giat belajar.
2. Pertemuan Kedua
Tindakan ini dilakukan pada hari Kamis, 20 Maret 2014, beberapa
kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan Awal:
Pertemuan ini berlangsung pada pukul 07.00 – 08.10 WIB.
Sebelum pembelajaran dimulai, ruang ditata rapi sesuai dengan persiapan
pembelajaran. Siswa duduk sesuai dengan kelompoknya kemarin yang
satu kelompok beranggotakan 6 orang. Untuk mengawali pembelajaran,
peneliti mengucapkan salam, absensi kelas, dan melakukan apersepsi
dengan bertanya kepada siswa “Ketika main petak umpet, Dodi
bersembunyi di dalam lemari kayu sedangkan Anton bersembunyi di
43
bawah meja kaca. Siapa yang tertangkap terlebih dahulu?” Peneliti
menjelaskan bahwa Model pembelajaran yang digunakan yakni Model
TGT (Teams Games Tournament)
Kegiatan Inti:
Peneliti menjelaskan tentang sifat cahaya yang menembus benda
bening. Peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa yang bertujuan
untuk menggali pengetahuan yang dimiliki siswa tentang sifat cahaya
menembus benda bening dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Peneliti membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada setiap kelompok.
Siswa melakukan percobaan yaitu menyinari benda-benda yang telah
disiapkan oleh peneliti dengan senter kemudian mengelompokkan benda-
benda tersebut ke dalam tabel benda tembus cahaya atau benda tidak
tembus cahaya, siswa mendiskusikan hasil dari percobaan berikut.
Kelompok yang sudah selesai menyerahkan hasil diskusinya kepada
peneliti. Setelah semua terkumpul, peneliti menunjuk kelompok yang
selesai pertama kali dengan mewakilkan anggotanya untuk maju ke depan
menyampaikan hasil diskusinya. Kelompok yang lainnya menanggapi
hasil diskusi kelompok yang maju. Peneliti membuat game, yaitu
menyuruh setiap kelompok untuk membuat pertanyaan yang akan
dikerjakan oleh kelompok lain. Setelah semua kelompok mendapat dan
mengerjakan pertanyaan dari kelompok lain, peneliti mengadakan
pertandingan yaitu memberi soal rebutan untuk semua kelompok.
Kelompok yang bisa menjawab banyak pertanyaan dan jawabannya benar
akan menjadi pemenangnya. Peneliti bersama siswa bertanya jawab
tentang hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa serta meluruskan
kesalahpahaman yang terjadi. Siswa menyimpulkan hasil kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan dengan bimbingan peneliti
Kegiatan Akhir:
Siswa membuat rangkuman. Peneliti membagikan lembar evaluasi
Siklus I untuk dikerjakan oleh siswa secara individu.
44
c. Hasil Observasi
Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada kegiatan pembelajaran
yang telah diterapkan oleh peneliti. Untuk mengukur keberhasilan penerapan
menggunakan TGT (Teams Games Tournament) dalam kegiatan pembelajaran
digunakan lembar observasi yang diambil dari lembar observasi aktivitas guru
mengajar (yang dalam hal ini kegiatan mengajar dilakukan oleh peneliti) dan
lembar observasi aktifitas siswa.
Data hasil observasi guru (dalam hal ini yang melakukan proses
pembelajaran adalah peneliti) dan observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada
tabel 4.2
Tabel 4.2
Hasil Observasi Kegiatan Peneliti dan Siswa Siklus I
No Pertemuan
Hasil Observasi
Peneliti Siswa
Jumlah Skor Kriteria Jumlah Skor Kriteria
1 1 77 B (Baik) 63 C (Cukup)
2 2 83 B (Baik) 75 B (Baik)
Dari data tabel 4.2 untuk Siklus I dapat disimpulkan bahwa pada
pertemuan I pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament)
yang diterapkan oleh peneliti memperoleh jumlah 77 dengan kategori B (Baik) hal
ini dikarenakan peneliti masih canggung dengan siswa. Peneliti sudah
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Model TGT (Teams Games
Tournament) tetapi belum maksimal karena masih ada beberapa siswa yang
berbicara sendiri, tidak berdiskusi tentang materi pelajaran tetapi berbicara hal
lain. Observasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh guru kelas dapat disimpulkan
bahwa pada pertemuan I pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams Games
Tournament) memperoleh jumlah 63 dengan kategori C (Cukup) hal ini
dikarenakan masih ada beberapa siswa yang tidak ikut berdiskusi dalam
kelompoknya. Mereka masih asyik berbicara sendiri dan bercanda dengan
temannya. Ketika peneliti berada dalam satu kelompok, kelompok lain cenderung
45
bermain sendiri dan ketika peneliti mendekati kelompok yang bermain sendiri tadi
kelompok yang tidah diawasi menjadi gaduh.
Pada pertemuan ke-II pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams
Games Tournament) yang diterapkan oleh peneliti memperoleh jumlah 83 dengan
kategori B (Baik). Ada sedikit peningkatan dibandingkan dengan pertemuan
pertama, hal ini dikarenakan peneliti sudah menggunakan Model TGT (Teams
Games Tournament) secara maksimal dan sudah terbiasa dengan siswa. Walaupun
masih ada sebagian dari siswa didalam anggota kelompoknya masih suka
berbicara sendiri dan bercanda dengan temannya. Observasi aktivitas siswa yang
dilakukan oleh guru kelas dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan II
pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament)
memperoleh jumlah 75 dengan kategori B (Baik). Aktivitas siswa sudah
meningkat dibandingkan dengan pertemuan I. Meskipun tetap ada beberapa siswa
yang tidak ikut berdiskusi dalam kelompoknya dan sibuk bermain sendiri.
4.1.5 Hasil Analisis Data Siklus I
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan Model TGT
(Teams Games Tournament) yang terdiri dari 2 pertemuan pada Siklus I dan
diperoleh hasil belajar pada pertemuan ke-2 seperti pada tabel 4.3
Tabel 4.3
Rekapitulasi Nilai Siklus I (KKM ≥70)
Skor Kriteria Frekuensi Persentase %
< 70 Tidak Tuntas 9 25 %
≥ 70 Tuntas 27 75 %
Jumlah 36 100 %
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan Model TGT
(Teams Games Tournament) ada peningkatan jika dibandingkan dengan nilai yang
diperoleh pada Pra Siklus, untuk skor nilai <70 terdapat 9 siswa dengan
persentase 25% dan skor nilai ≥70 terdapat 27 siswa dengan persentase 75%. Jadi
dapat dilihat dari nilai KKM yaitu 70 maka jumlah siswa yang tuntas sebanyak 27
siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 9 siswa.
46
Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.3 dapat dilihat pada distribusi
frekuensi diagram batang pada gambar 4.3
Gambar 4.3 Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus I
Perolehan nilai ketuntasan belajar siswa Siklus I dapat diketahui bahwa
siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM sebanyak 9 siswa. Sedangkan yang
sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 27 siswa. Persentase belajar siswa
pada tabel 4.3 dapat dilihat pada gambar 4.4
Berdasarkan pada gambar 4.4 kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) siswa yang belum tuntas
atau di bawah KKM sebanyak 9 siswa dengan persentase 25% sedangkan siswa
yang tuntas dalam belajarnya sebanyak 27 siswa dengan persentase 75%. Untuk
lebih meningkatkan hasil belajar siswa agar nilai belajar siswa diatas KKM yaitu
70 diperlukan Siklus II sebagai penguat bahwa dengan menggunakan Model TGT
(Teams Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar dan aktifitas siswa
dalam mata pelajaran IPA.
0
5
10
15
20
25
30
< 70 ≥ 70
25%
75%
Gambar 4.4
Diagram Lingkaran Hasil Belajar Siklus I
< 70Tidak Tuntas
≥ 70 Tuntas
47
4.1.6 Refleksi Siklus I
Setelah melakukan perbaikan pembelajaran, guru kelas melakukan diskusi
dengan peneliti yang telah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan
Model TGT (Teams Games Tournament) untuk meningkatkan hasil belajar dan
keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA dari awal sampai akhir dan juga telah
mencatat semua temuan dalam perbaikan pembelajaran Siklus I. Yang selanjutnya
akan digunakan untuk menyusun perbaikan pembelajaran Siklus II.
Setelah selesai perbaikan pada Siklus I, maka dilaksanakan evaluasi untuk
mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi. Hasil evaluasi yang
diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar yaitu 70, maka diperoleh dari siswa
yang berjumlah 36 sebanyak 27 siswa yang belum tuntas dengan persentase 75%
dan 9 siswa yang telah tuntas dengan persentase 25%.
Berdasarkan hasil evaluasi siswa, ketuntasan yang ditentukan telah
meningkat, semula 66,66% menjadi 75% dengan nilai maksimal 93 dan minimal
60, rata-rata semula 64,2 menjadi 75,53. Selanjutnya, sebagai pemantapan pada
Siklus I akan dilanjutkan pada Siklus II dengan penerapan pembelajaran
menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) untuk meningkatkan hasil
belajar dan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri
Mlilir 01. Diketahui hasil pengamatan dari guru kelas pada Siklus I maka secara
keseluruhan hasil refleksi yang dilakukan oleh guru kelas dan peneliti sebagai
berikut:
Hambatan:
Penggunaan Model TGT (Teams Games Tournament) dalam penerapannya
masih ada kekurangan yang terjadi. Ketika siswa melakukan diskusi peneliti
kurang memantau diskusi kelompok siswa dan pantauannya kurang
menyeluruh di semua kelompok. Siswa masih berbicara sendiri dan bercanda
dengan temannya.
Penyelesaian:
Untuk mengatasi hal dimana siswa lebih cenderung berbicara dan bercanda
dengan temannya, peneliti akan memberikan hadiah kepada kelompok yang
paling aktif dalam bekerjasama menyelesaikan LKS dan kelompok yang
48
tercepat dalam mengerjakan LKS. Peneliti akan lebih memantau diskusi siswa
dan pantauannya akan dilakukan secara merata pada semua kelompok.
4.1.7 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
Dalam Siklus II terdapat 2 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut:
a. Perencanaan
Sebelum mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) materi
“Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya”, peneliti mempelajari materi serta
mempersiapkan media dan alat terlebih dahulu agar menguasai materi yang
akan diajarkan. Perangkat pembelajaran juga disiapkan seperti Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar
evaluasi Siklus I, rubrik penilaian keaktifan dan penerapan pembelajaran TGT.
b. Tindakan dan Observasi
1. Pertemuan Pertama
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 26 Maret 2014,
beberapa kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan Awal:
Pertemuan ini berlangsung pada pukul 07.00 – 08.10 WIB.
Sebelum pembelajaran dimulai, ruang ditata rapi sesuai dengan persiapan
pembelajaran. Siswa duduk sesuai dengan kelompoknya kemarin pada
Siklus I yang satu kelompok beranggotakan 6 orang. Untuk mengawali
pembelajaran, peneliti mengucapkan salam, absensi kelas, dan melakukan
apersepsi dengan bertanya kepada siswa “Mengapa kita bisa melihat diri
kita pada cermin?” Peneliti menjelaskan bahwa Model pembelajaran yang
digunakan yakni Model TGT (Teams Games Tournament)
Kegiatan Inti:
Peneliti menjelaskan tentang sifat cahaya yang dapat dipantulkan.
Peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan yang dimiliki siswa tentang sifat cahaya dapat
dipantulkan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti
membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada setiap kelompok. Siswa
49
melakukan percobaan yaitu mengamati bayangan yang terbentuk pada
cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung, siswa mendiskusikan
hasil dari percobaan berikut. Kelompok yang sudah selesai menyerahkan
hasil diskusinya kepada peneliti. Setelah semua terkumpul, peneliti
menunjuk kelompok yang selesai pertama kali dengan mewakilkan
anggotanya untuk maju ke depan menyampaikan hasil diskusinya.
Kelompok yang lainnya menanggapi hasil diskusi kelompok yang maju.
Peneliti membuat game, yaitu menyuruh setiap kelompok untuk membuat
pertanyaan yang akan dikerjakan oleh kelompok lain. Setelah semua
kelompok mendapat dan mengerjakan pertanyaan dari kelompok lain,
peneliti mengadakan pertandingan yaitu memberi soal rebutan untuk
semua kelompok. Kelompok yang bisa menjawab banyak pertanyaan dan
jawabannya benar akan menjadi pemenangnya. Peneliti bersama siswa
bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa serta
meluruskan kesalahpahaman yang terjadi. Siswa menyimpulkan hasil
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan bimbingan peneliti
Kegiatan Akhir:
Siswa membuat rangkuman. Peneliti memberikan motivasi kepada
siswa agar lebih giat belajar.
2. Pertemuan Kedua
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Maret 2014,
beberapa kegiatan sebagai berikut:
Kegiatan Awal:
Pertemuan ini berlangsung pada pukul 07.00 – 08.10 WIB.
Sebelum pembelajaran dimulai, ruang ditata rapi sesuai dengan persiapan
pembelajaran. Siswa duduk sesuai dengan kelompoknya kemarin yang
satu kelompok beranggotakan 6 orang. Untuk mengawali pembelajaran,
peneliti mengucapkan salam, absensi kelas, dan melakukan apersepsi
dengan bertanya kepada siswa “Ketika minum es teh dalam gelas
menggunakan sedotan, sedotan terlihat seperti patah di dalam gelas.
50
Mengapa demikian?” Peneliti menjelaskan bahwa Model pembelajaran
yang digunakan yakni Model TGT (Teams Games Tournament)
Kegiatan Inti:
Peneliti menjelaskan tentang sifat cahaya yang dapat dibiaskan.
Peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa yang bertujuan untuk
menggali pengetahuan yang dimiliki siswa tentang sifat cahaya dapat
dibiaskan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti
membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada setiap kelompok. Siswa
melakukan percobaan yaitu mengamati sedotan, bolpoin, sendok jika
dicelupkan ke dalam gelas yang berisi air dan ukuran uang logam yang
dimasukkan ke dalan gelas berisi air, siswa mendiskusikan hasil dari
percobaan berikut. Kelompok yang sudah selesai menyerahkan hasil
diskusinya kepada peneliti. Setelah semua terkumpul, peneliti menunjuk
kelompok yang selesai pertama kali dengan mewakilkan anggotanya untuk
maju ke depan menyampaikan hasil diskusinya. Kelompok yang lainnya
menanggapi hasil diskusi kelompok yang maju. Peneliti membuat game,
yaitu menyuruh setiap kelompok untuk membuat pertanyaan yang akan
dikerjakan oleh kelompok lain. Setelah semua kelompok mendapat dan
mengerjakan pertanyaan dari kelompok lain, peneliti mengadakan
pertandingan yaitu memberi soal rebutan untuk semua kelompok.
Kelompok yang bisa menjawab banyak pertanyaan dan jawabannya benar
akan menjadi pemenangnya. Peneliti bersama siswa bertanya jawab
tentang hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa serta meluruskan
kesalahpahaman yang terjadi. Siswa menyimpulkan hasil kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan dengan bimbingan peneliti
Kegiatan Akhir:
Siswa membuat rangkuman. Peneliti membagikan lembar evaluasi
Siklus II untuk dikerjakan oleh siswa secara individu.
c. Hasil Observasi
Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada kegiatan pembelajaran
yang telah diterapkan oleh peneliti. Untuk mengukur keberhasilan penerapan
51
menggunakan TGT (Teams Games Tournament), dalam kegiatan pembelajaran
menggunakan lembar observasi yang diambil dari lembar observasi aktivitas guru
mengajar (yang dalam hal ini kegiatan mengajar dilakukan oleh peneliti) dan
lembar observasi aktifitas siswa.
Data hasil observasi guru (dalam hal ini yang melakukan proses
pembelajaran adalah peneliti) dan observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada
tabel 4.4
Tabel 4.4
Hasil Observasi Kegiatan Peneliti dan Siswa Siklus II
No Pertemuan
Hasil Observasi
Peneliti Siswa
Jumlah
Skor
Kriteria Jumlah
Skor
Kriteria
1 1 93 A ( Sangat Baik) 89 A ( Sangat Baik)
2 2 96 A ( Sangat Baik) 92 A ( Sangat Baik)
Dari data tabel 4.4 untuk Siklus II dapat disimpulkan bahwa pada
pertemuan I pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament)
yang diterapkan oleh peneliti memperoleh jumlah 93 dengan kategori A (Sangat
Baik) hal ini dikarenakan peneliti sudah bisa adaptasi dengan kondisi siswa.
Peneliti sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Model TGT (Teams
Games Tournament) secara maksimal. Observasi aktivitas siswa yang dilakukan
oleh guru kelas dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan I pembelajaran
menggunakan Model TGT (Teams Games Tournament) memperoleh jumlah 89
dengan kategori A (Sangat Baik), siswa dalam bekerjasama sudah melibatkan
semua anggota kelompok, setiap kelompok mendiskusikan materi yang sedang
diajarkan.
Pada pertemuan ke-II pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams
Games Tournament) yang diterapkan oleh peneliti memperoleh jumlah 96 dengan
kategori A (Sangat Baik). Terjadi peningkatan dibandingkan dengan pertemuan
pertama, hal ini dikarenakan peneliti sudah menggunakan Model TGT (Teams
52
Games Tournament) secara maksimal dan sudah terbiasa dengan siswa serta dapat
menguasai kelas. Siswa terlihat senang dalam mengikuti pembelajaran. Observasi
aktivitas siswa yang dilakukan oleh guru kelas dapat disimpulkan bahwa pada
pertemuan II pembelajaran menggunakan Model TGT (Teams Games
Tournament) memperoleh jumlah 92 dengan kategori A (Sangat Baik). Aktivitas
siswa sudah meningkat dibandingkan dengan pertemuan I. siswa dalam
bekerjasama dengan kelompoknya terlihat kompak dan senang melakukan
percobaan-percobaan yang ada dalam LKS.
4.1.8 Hasil Analisis Data Siklus II
Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan Model TGT
(Teams Games Tournament) yang terdiri dari 2 pertemuan pada Siklus II dan
diperoleh hasil belajar pada pertemuan ke-2 seperti pada tabel 4.5
Tabel 4.5
Rekapitulasi Nilai Siklus II (KKM ≥70)
Skor Kriteria Frekuensi Persentase %
< 70 Tidak Tuntas 2 5,6 %
≥ 70 Tuntas 34 94,4 %
Jumlah 36 100 %
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan Model TGT
(Teams Games Tournament) ada peningkatan jika dibandingkan dengan nilai yang
diperoleh pada Siklus I, untuk skor nilai < 70 terdapat 2 siswa dengan persentase
5,6% dan skor nilai ≥ 70 terdapat 34 siswa dengan persentase 94,4%. Jadi dapat
dilihat dari nilai KKM yaitu 70 maka jumlah siswa yang tuntas sebanyak 34 siswa
dari jumlah keseluruhan 36 siswa dengan rata-rata 85,19 nilai tertinggi 100 dan
nilai terendah 67.
Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.5 dapat dilihat pada distribusi
frekuensi diagram batang pada gambar 4.5
53
Gambar 4.5 Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus II
Perolehan nilai ketuntasan belajar siswa Siklus II dapat diketahui bahwa
siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM sebanyak 2 siswa. Sedangkan yang
sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 34 siswa. Persentase belajar siswa
pada tabel 4.5 dapat dilihat pada gambar 4.6
Berdasarkan pada gambar 4.6 kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan Model TGT siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa dengan
persentase 6% sedangkan siswa yang tuntas dalam belajarnya sebanyak 34 siswa
dengan persentase 94% yang berarti indikator kinerja penelitian pada Siklus II
telah tercapai dengan baik.
4.1.9 Refleksi Siklus II
Setelah selesai pembelajaran pada Siklus II maka dilaksanakan evaluasi
untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi. Hasil evaluasi
0
5
10
15
20
25
30
35
40
< 70 ≥ 70
6%
94%
Gambar 4.6
Diagram Lingkaran Hasil Belajar Siklus II
< 70Tidak Tuntas
≥ 70 Tuntas
54
yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar nilai 70 maka diperoleh dari
seluruh jumlah siswa yang berjumlah 36 siswa dalam belajarnya sebanyak 34
siswa yang tuntas dengan mendapat nilai ≥70.
Berdasarkan hasil evaluasi siswa, ketuntasan yang ditentukan telah
meningkat, semula 75% menjadi 94% dengan nilai maksimal 100 dan minimal 67,
rata-rata semula 75,53 menjadi 85,19. Dengan demikian berdasarkan hasil
evaluasi tertulis siswa pada Siklus II telah mencapai indikator kinerja dan
mengalami peningkatan dibandingkan Siklus I.
Diketahui hasil pengamatan pada Siklus I yaitu penggunaan Model TGT
(Teams Games Tournament) dalam penerapannya masih banyak kekurangan yang
terjadi, saat siswa melakukan diskusi guru kurang memantau diskusi siswa, siswa
saat melakukan diskusi cenderung berbicara dengan teman dan membicarakan hal
yang lain diluar materi pembelajaran.
Pada Siklus II ini telah dilakukan perbaikan yaitu saat siswa melakukan
diskusi peneliti berkeliling dari kelompok satu ke kelompok lainnya untuk
memantau dan membimbing siswa dalam menyelesaikan tugas kelompok, dan
untuk mengurangi intensitas siswa yang berbicara sendiri di luar topik
pembelajaran, peneliti memberikan hadiah kepada setiap kelompok yang paling
aktif dalam berdiskusi dan bekerjasama serta kelompok yang paling cepat
mengerjakan LKSnya. Siswa merasa terpacu untuk melakukan diskusi secara aktif
dan saling kerjasama tiap kelompok karena diberi rangsangan yang berupa hadiah.
4.1.10 Rekapitulasi Nilai Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II
Berikut ini dapat dilihat tabel nilai sebelum tindakan, Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.6
Rekapitulasi Nilai Kondisi Awal, Silus I dan Siklus II
N
o
Nilai Kondisi Awal Siklus I Siklus II
frekuensi persen Frekuensi persen frekuensi persen
1 Tdk Tuntas 24 66,7% 9 25% 2 5,6%
2 Tuntas 12 33,3% 27 75% 34 94,4%
Jumlah 36 100% 36 100% 36 100%
55
Dari tabel rekapitulasi pengelompokkan nilai pada tabel 4.6 dapat dilihat
adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran IPA terbukti
untuk klasifikasi tuntas sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 12 siswa.
Sedangkan setelah Siklus I siswa yang tuntas ada 27 siswa dan setelah Siklus II
yang tuntas ada 34 siswa. Ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan
Model TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar IPA.
Pada klasifikasi tidak tuntas, sebelum tindakan terdapat 24 siswa yang tidak
tuntas, setelah Siklus I ada 9 siswa yang tidak tuntas dan setelah Siklus II ada 2
siswa yang tidak tuntas belajar. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.7
Gambar 4.7 Grafik Hasil Perolehan Nilai Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas V SD Negeri
Mlilir 01 Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang ditemukan bahwa hasil
belajar IPA masih rendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya keaktifan yang
terjadi selama proses pembelajaran. Siswa cenderung bermain sendiri dan tidak
memperhatikan proses pembelajaran. Siswa cenderung mendengarkan ceramah
guru sehingga siswa terkesan bosan pada proses pembelajaran. Siswa masih
bekerja secara individual, tidak tampak kreatif siswa dan siswa tidak dibiasakan
mengembangkan keterampilan bekerjasama dalam sebuah kelompok kecil. Siswa
terlihat jenuh karena pembelajaran selalu monoton sehingga nilai rata-rata
0
5
10
15
20
25
30
35
sebelum tindakan
siklus I siklus II
tidak tuntas
tuntas
56
pelajaran IPA rendah. Nilai rata-rata yang didapatkan siswa sebelum tindakan
adalah 64,2 dengan nilai tertinggi 86 dan nilai terendah 24. Siswa yang mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 12 siswa atau 33,33% sedangkan
siswa yang belum mencapai KKM ada 24 siswa atau 66,66%.
Adanya perbandingan yang signifikan antara jumlah siswa yang tuntas dan
tidak tuntas maka pembelajaran diperbaiki dengan menggunakan Model TGT
(Teams Games Tournament) yang dilaksanakan dalam 2 Siklus.
Siklus I dengan penerapan Model TGT (Teams Games Tournament) siswa
yang mencapai KKM sebanyak 27 siswa atau 75% dan yang belum mencapai
KKM ada 9 siswa atau 25%.
Siklus II dengan penerapan Model TGT (Teams Games Tournament)
siswa yang mencapai KKM sebanyak 34 siswa atau 94,4% dan yang belum
mencapai KKM ada 2 siswa atau 5,6%.