BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...

24
39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Tomulabutao berlokasi di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan dengan : 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Bolango 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tomulabutao Selatan 3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Paguyaman 4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Huangobotu 4.1.2 Keadaan Penduduk menurut jenis kelamin Jumlah penduduk di Kelurahan Tomulabutao yaitu sebanyak 2777 orang yaitu laki-laki sebanyak 1442 orang, perempuan sebanyak 1335 orang dan jumlah kepala keluarga sebanyak 757 orang. 4.1.3 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Tomulabutao Mata pencaharian penduduk Kelurahan Tomulabutao sebagian besar tidak memiliki mata pencaharian yaitu mencapai 1493 orang atau 68,5% sedangkan yang paling rendah adalah tenaga medis yang terdiri dari 16 orang atau 0,7%.

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran...

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis

Kelurahan Tomulabutao berlokasi di Kecamatan Dungingi Kota

Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km2 yang berbatasan

dengan :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Bolango

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tomulabutao Selatan

3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Paguyaman

4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Huangobotu

4.1.2 Keadaan Penduduk menurut jenis kelamin

Jumlah penduduk di Kelurahan Tomulabutao yaitu sebanyak 2777

orang yaitu laki-laki sebanyak 1442 orang, perempuan sebanyak 1335 orang

dan jumlah kepala keluarga sebanyak 757 orang.

4.1.3 Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Tomulabutao

Mata pencaharian penduduk Kelurahan Tomulabutao sebagian besar

tidak memiliki mata pencaharian yaitu mencapai 1493 orang atau 68,5%

sedangkan yang paling rendah adalah tenaga medis yang terdiri dari 16 orang

atau 0,7%.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

40

Tabel 4.1

Mata pencaharian penduduk Kelurahan Tomulabutao

Mata pencaharian Jumlah

N %

Pegawai 295 13,5

Buruh 93 4,3

Petani 87 4,0

Guru 41 1,9

Tukang 28 1,3

TNI / Polri 21 1,0

Tenaga Medis 16 0,7

Pensiunan 17 0,8

Wiraswasta 89 4,1

Tidak bekerja 1493 68,5

Jumlah 2180 100

Sumber : Data Primer

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di posyandu Kelurahan

Tomulabutao dan di rumah responden, jumlah sampel sebanyak 32 orang di

kelurahan Tomulabutao terpenuhi.

4.2.1 Deskripsi Responden

1. Umur

Umur Responden pada saat penelitian yang paling muda berumur 17

tahun sedangkan umur responden yang paling tua berumur 40 tahun. Untuk

responden terbanyak rata-rata berumur 17-20 tahun yaitu sebanyak 11 orang

ibu atau 34,4 %, dan rata-rata umur responden yang paling sedikit berkisar

antara 29-34 tahun yaitu sejumlah 3 orang ibu atau 9,4%. Adapun distribusi

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

41

frekuensi umur responden di Kelurahan Tomulabutao dapat dilihat dengan

jelas pada tabel berikut :

Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Sumber : Data Primer

Diagram 4.1

Umur Responden

2. Pendidikan

Pendidikan responden merupakan salah satu unsur yang penting yang

akan turut menentukan tingkat pengetahuan responden. dalam Pendidikan

responden di dominasi oleh ibu yang tingkat pendidikannya SMA yaitu terdiri

atas 14 ibu (43,8%). Sedangkan yang paling rendah, tingkat pendidikannya

Diploma yaitu 3 orang (9,4%). Distribusi tingkat pendidikan ibu menyusui di

Kelurahan Tomulabutao secara jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

Umur Jumlah

n %

17-22 11 34,4

23-28 10 31,3

29-34 3 9,4

35-40 8 25,0

Total 32 100,0

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

42

Tabel 4.3

Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Jumlah

n %

Tidak Sekolah 1 3,1

SD 5 15,6

SMP 9 28,1

SMA 14 43,8

Diploma 3 9,4

Total 32 100,0

Sumber : Data Primer

Diagram 4.2

Pendidikan Responden

3. Pekerjaan

Pekerjaan responden di dominasi oleh Ibu Rumah Tangga yaitu

sebanyak 27 orang atau 84,4% sedangkan responden yang bekerja sebagai

PNS hanya 1 orang atau 3,1%. Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat

dengan jelas pada tabel berikut:

Tabel 4.4

Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah

n %

IRT 27 84,4

PNS 1 3,1

Wiraswasta 4 12,5

Total 32 100,0

Sumber : Data Primer

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

43

Diagram 4.3

Pekerjaan Responden

4. Pendapatan

Pendapatan responden disesuaikan dengan Standar Pendapatan

Minimum Daerah yaitu Rp.837.500. Responden yang memiliki pendapatan

lebih dari Rp. 837.500 hanya 3 orang atau 9,4% sedangkan yang memiliki

pendapatan kurang dari Rp.837.500 sebanyak 29 ibu atau 90,6%. Distribusi

pendapatan responden dapat dilihat dengan jelas pada tabel berikut:

Tabel 4.5

Distribusi Responden berdasarkan pendapatan setiap bulan

Pendapatan Jumlah

n %

> Rp.837.500 8 25,0

< Rp. 837.500 24 75,0

Total 32 100,0

Sumber : Data Primer

Diagram 4.4

Pendapatan Responden

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

44

5. Sumber Informasi ASI

Sumber Informasi tentang ASI Eksklusif yang diterima oleh

responden paling banyak melalui TV yaitu ada 15 ibu atau 46,9% sedangkan

yang paling sedikit sumber informasi tentang ASI didapatkan melalui media

massa yaitu hanya 7 ibu atau 21,9%. Distribusi sumber informasi responden

dapat dilihat dengan jelas pada tabel berikut:

Tabel 4.6

Distribusi responden berdasarkan sumber informasi ASI

Sumber Informasi ASI Jumlah

n %

Tenaga Kesehatan 10 31,3

TV 15 46,9

Media Massa 7 21,9

Total 32 100,0

Sumber : Data Primer

Diagram 4.5

Sumber Informasi ASI responden

6. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang paling banyak dikunjungi oleh responden

adalah Puskesmas yaitu sebanyak 30 ibu atau 93,8% ibu yang berkunjung ke

Puskesmas sedangkan sisanya yaitu 2 orang ibu atau 6,3% lebih memilih

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

45

pergi ke dokter praktek. Distribusi fasilitas kesehatan responden dapat dilihat

dengan jelas pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Distribusi Responden Berdasarkan

Fasilitas Kesehatan yang dikunjungi

Fasilitas Kesehatan Jumlah

n %

PUSKESMAS 30 93,8

Dokter Praktek 2 6,3

Total 32 100,0

Sumber : Data Primer

Diagram 4.6

Fasilitas Kesehatan yang dikunjungi

7. Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif

Dari hasil penelitian di Kelurahan Tomulabutao, dapat diketahui ada 9

orang ibu dengan persentase 28,1% memiliki tingkat pengetahuan yang masih

kurang terhadap Pemberian ASI Eksklusif, sedangkan ada 23 orang ibu

dengan persentase 72,0% yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik

tentang Pemberian ASI Eksklusif. Tingkat pengetahuan tersebut dapat dilihat

melalui tabel sebagai berikut:

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

46

Tabel 4.8

Distribusi Responden Berdasarkan

Pengetahuan tentang ASI Eksklusif

Sumber : Data Primer

Diagram 4.7

Pengetahuan Responden tentang ASI Eksklusif

8. Pemberian ASI Eksklusif

Dari hasil penelitian di Kelurahan Tomulabutao Kecamatan Dungingi

tentang Pemberian ASI Eksklusif Jika dihitung dalam bentuk persentase yang

dapat dilihat pada tabel maka diketahui bahwa terdapat 17 ibu atau 53,1%

yang belum memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya dan 15 ibu atau

46,9% yang sudah memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Pemberian

ASI Eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9

Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Asi eksklusif

Sumber : Data Primer

Pengetahuan Jumlah

n %

Baik 23 72,0

Kurang 9 28,1

Total 32 100,0

Pemberian Asi Eksklusif Jumlah

n %

Ya 15 46,9

Tidak 17 53,1

Total 32 100,0

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

47

Diagram 4.8

Pemberian ASI Eksklusif responden

4.2.2 Analisis Bivariat

1. Hubungan Pengetahuan ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Analisis Bivariat dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi

di Kelurahan Tomulabutao Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo.

Berdasarkan hasil perhitungan, tabel dibawah tidak memenuhi syarat

untuk menggunakan rumus chi kuadrat karena terdapat nilai ekspektasi yang

kurang dari 5 sehingga harus menggunakan rumus alternatif chi kuadrat yaitu

uji Fisher Exact dengan menggunakan bantuan aplikasi program SPSS.

Dikatakan ada hubungan jika didapatkan nilai p value < α = 0,05.

Tabel 4.10

Analisis Hubungan Pengetahuan ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

di Kelurahan Tomulabutao Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo

Pengetahuan

Ibu

Pemberian ASI Eksklusif Total ρ Value

Ya Tidak

n % n % n %

0,018 Baik 14 60,9 9 39,1 23 100

Kurang 1 11,1 8 88,9 9 100

Jumlah 15 40 17 60 32 100

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

48

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai

pengetahuan baik dan memberikan ASI Eksklusif terdiri dari 14 ibu atau

60,9%. Responden yang memiliki Pengetahuan baik namun tidak

memberikan ASI Eksklusif sebanyak 9 ibu atau 39,1%. Responden yang

memiliki pengetahuan kurang namun memberikan ASI Eksklusif hanya 1 ibu

atau 11,1% sedangkan yang memiliki pengetahuan kurang dan tidak

memberikan ASI Eksklusif ada 8 ibu atau 88,9%. Terlihat bahwa pada tingkat

pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif yang baik diikuti dengan baiknya

pemberian ASI Eksklusif.

Dari hasil Uji Fisher Exact yang dilakukan terhadap tingkat

pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif pada sampel dengan pemberian ASI

eksklusif pada bayi di Kelurahan Tomulabutao Kecamatan Dungingi Kota

Gorontalo didapat ρ Value = 0,018 < α = 0,05 sehingga Ho ditolak yang

berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan Ibu tentang ASI

Eksklusif dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Tomulabutao

Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo.

2. Hubungan Umur dengan pemberian ASI Eksklusif

Responden yang berumur 17 sampai 22 tahun ada 10 orang dari 11

orang atau 90,9% yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Sedangkan yang

berumur 35 sampai 40 tahun ada 7 dari 8 orang atau 87,5% yang memberikan

ASI Eksklusif. Hasil uji Chi-square diperoleh χ2 = 12,521 adalah lebih besar

dari χ2tabel = 7,815 sehingga Ho ditolak, yang berarti ada hubungan yang

siqnifikan antara Umur dengan Pemberian ASI Eksklusif.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

49

Tabel 4.11

Analisis Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

di Kelurahan Tomulabutao

Kelompok

Umur

Pemberian ASI Eksklusif Total χ2 ρ Value

Ya Tidak

n % n % n %

12.521 0.006

17-22 1 9,1 10 90,9 11 100

23-28 6 60,6 4 40 10 100

29-34 1 33,3 2 66,7 3 100

35-40 7 87,5 1 12,5 8 100

Total 15 46,9 17 53,1 32 100

3. Hubungan Pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif

Responden yang pendidikannya sampai SMA ada 8 dari 14 orang atau

57,1% yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan untuk diploma ada 2 dari 3

orang atau 66,7% yang memberikan ASI Eksklusif. Hasil uji Chi-square

diperoleh χ2 = 3,419 lebih kecil dari χ2tabel = 9,488 sehingga Ho diterima,

yang berarti tidak ada hubungan yang siqnifikan antara Pendidikan dengan

Pemberian ASI Eksklusif.

Tabel 4.12

Analisis Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

di Kelurahan Tomulabutao

Pendidikan

Pemberian Asi Eksklusif Total χ2 ρ Value

Ya Tidak

n % n % n %

3.419 0.490

Tidak

Sekolah 1 100 0 0 1 100

SD 1 20 4 80 5 100

SMP 5 55,6 4 44,4 9 100

SMA 6 42,9 8 44,4 14 100

Diploma 2 66,7 1 33,3 3 100

Total 15 46,9 17 53,1 32 100

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

50

4. Hubungan Pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif

Sebanyak 15 ibu dari 27 ibu atau 55,6% yang pekerjaannya sebagai

Ibu rumah tangga tidak memberikan ASI Eksklusif. Hasil uji Chi-square

diperoleh χ2 = 1,213 lebih kecil dari χ2tabel = 5,591 sehingga Ho diterima,

yang berarti tidak ada hubungan yang siqnifikan antara Peekerjaan dengan

pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Tomulabutao.

Tabel 4.13

Analisis Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di

Kelurahan Tomulabutao

Pekerjaan

Pemberian ASI Eksklusif Total χ2

ρ

Value Ya Tidak

n % n % n %

1.213 0.545 IRT 12 44,4 15 55,6 27 100

PNS 1 100 0 0 1 100

Wiraswasta 2 50 2 50 4 100

Total 15 46,9 17 53,1 32 100

5. Hubungan sosial ekonomi dengan pemberian ASI Eksklusif

Responden yang memiliki pendapatan keluarganya lebih dari

Rp.837.500 ada 5 orang dari 8 orang atau 62,5% yang memberikan ASI

Eksklusif. Dan untuk responden yang pendapatannya kurang dari Rp.837.500

ada 17 orang dari 24 orang atau 58,3% yang tidak memberikan ASI

Eksklusif. Hasil uji Chi-square diperoleh χ2 = 1,046 lebih kecil dari χ2tabel =

3,481 sehingga Ho diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang siqnifikan

antara pendapatan dengan pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan

Tomulabutao.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

51

Tabel 4.14

Analisis Hubungan sosial ekonomi dengan Pemberian ASI Eksklusif

di Kelurahan Tomulabutao

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengetahuan Ibu

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu terhadap

ASI Eksklusif tergolong baik yaitu mencapai 71,9%. Pengetahuan yang baik

ini berkaitan dengan pendidikan ibu yang sebagian besar (43,8%) adalah

SMA dan sumber informasi ASI yang didapat oleh responden. Hal ini sesuai

dengan pendapat Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan dan sumber informasi.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi

melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga. Pengetahuan mencakup akan hal yang akan pernah dipelajari dan

disimpan di dalam ingatan. Hal tersebut meliputi fakta, kaidah, prinsip, serta

metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, akan

diganti pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau

mengenal kembali. (Arini H, 2012)

Pendapatan

Pemberian Asi Eksklusif Total χ2

ρ

Value Ya Tidak

n % n % n %

1.046 0.423 > Rp.837.500 5 62.5 3 37.5% 8 100

< Rp.837.500 10 41.7 17 58.3% 24 100

Total 15 71,9 17 28,1 32 100

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

52

Melihat bahwa tingkat pendidikan ibu yang sebagian besar adalah

lulusan SMA (43,8%) maka sesuai dengan pengetahuan ibu tentang ASI

Eksklusif yang baik. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan tingkat

pendidikan yang rendah. Hasil ini sama dengan penelitian sebelumnya dari

La Ode Amal Shaleh (2011) bahwa Semakin tinggi pendidikan formal

seseorang maka akan semakin luas wawasan berfikirnya, sehingga akan lebih

banyak informasi yang diserap.

Hasil penelitian mengenai sumber informasi yang diakses oleh ibu

menunjukkan bahwa sebanyak 15 responden atau 46,9 % memperoleh

informasi tentang ASI berasal dari TV dan 10 responden atau 31,3 %

memperoleh informasi tentang ASI berasal dari tenaga kesehatan. Kenyataan

ini sesuai teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa dengan

cukupnya informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara mencapai

pemeliharaan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya maka akan

meningkatkan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI. Namun disayangkan

sumber informasi yang didapatkan oleh responden tentang ASI Eksklusif

lebih banyak dari media elektronik atau TV yaitu berupa iklan yang berulang

tentang ASI Eksklusif jika dibandingkan dari tenaga kesehatan padahal dari

tenaga kesehatan yang bisa memberikan sumber informasi lebih akurat

tentang ASI karena dikhwatirkan di media TV ada juga Iklan yang

menyesatkan dari produksi makanan bayi yang bisa menyebabkan ibu

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

53

beranggapan bahwa makanan-makanan itu lebih baik daripada ASI. (Lelia,

2004)

Hal ini berarti dapat dikatakan juga bahwa pengetahuan seseorang

tidak selalu di dapat dari pendidikan formal saja tetapi juga dari pengalaman

maupun informasi dari orang lain.

4.3.2 Pemberian ASI Eksklusif

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyaknya ibu yang

tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya yaitu mencapai 53,1%

sedangkan ibu yang memberikan ASI Eksklusif pada bayinya masih lebih

rendah yaitu mencapai 46,9%. Padahal jika dikaitkan dengan pengetahuan ibu

tentang ASI adalah baik (71,9%) namun sebagian besar ibu yang memiliki

pengetahuan baik ini tidak memberikan ASI pada bayinya. kenyataan ini

tidaklah sesuai dengan teori yang pernah dikemukakan oleh Sarwono S

(1993) dalam Elinofia 2011 bahwa pengetahuan ibu tentang ASI akan

berpengaruh terhadap kemauan ibu dalam memberikan ASI kepada anaknya

karena hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif tergolong baik namun pemberian ASI Eksklusif pada bayinya

tergolong rendah.

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan berpendapat, faktor sosial

budaya merupakan faktor utama yang mempengaruhi pemberian ASI

eksklusif pada bayi dan balita di Indonesia, seperti ketidaktahuan ibu,

gencarnya promosi susu formula, minimnya dukungan keluarga. Faktor lain

yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif adalah karena faktor

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

54

umur, Pendidikan dan Pekerjaaan. Sarwono S (1993) menyatakan bahwa

pekerjaan merupakan faktor yang memungkinkan (enabling factor) bagi

perubahan perilaku seseorang. Seorang ibu yang tidak bekerja akan lebih

mempunyai kesempatan untuk memberikan ASI kepada anaknya di banding

dengan ibu yang bekerja.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Leila Kusuma Astuti

(2004) bahwa tidak selalu orang yang memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang baik atas sesuatu hal akan menunjukkan perilaku yang

serupa dengan apa yang diketahuinya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai

pengetahuan tentang ASI eksklusif baik tidak selalu memberikan ASI

eksklusif kepada bayinya karena masih banyak faktor-faktor lain yang

mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

4.3.3 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ada 88,9% ibu yang

memiliki pengetahuan kurang tidak memberikan ASI secara eksklusif pada

bayinya dan ada 11,1% yang memberikan ASI secara Eksklusif sedangkan

pada ibu yang memiliki pengetahuan yang baik ada 39,1% yang tidak

memberikan ASI secara Eksklusif dan ada 60,9% yang menyusui bayinya

secara eksklusif. Hasil uji statistik menggunakan uji fisher dengan nilai

p=0,018 < α=0,05. Ini artinya terdapat hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan pemberian ASI Esklusif.

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

55

Hal ini sejalan dengan pendapat Notoadmodjo (2005) yang

mengungkapkan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan

ibu tentang ASI eksklusif dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI

eksklusif. Semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif,

maka seorang ibu akan memberikan ASI eksklusif pada anaknya, begitu juga

sebaliknya. (Novi wahyuningrum, 2007)

Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. fenomena kurangnya

pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya

pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang ASI eksklusif, beredarnya

mitos yang kurang baik, serta kesibukkan ibu bekerja dan singkatnya cuti

melahirkan, merupakan alasan yang diungkapkan oleh ibu yang tidak

menyusui secara eksklusif. (Elinofia dkk, 2011).

Salah satu kondisi yang menyebabkan rendahnya pemberian ASI

eksklusif adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat dibidang

kesehatan. Khususnya ibu-ibu yang mempunyai bayi dan tidak menyusui

secara eksklusif. Melihat dari hasil penelitian, maka perlu dilakukan usaha

untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif, dukungan Dokter, Bidan,

Petugas kesehatan lainnya atau kerabat dekat sangat dibutuhkan terutama

untuk ibu yang baru pertama menyusui dalam pemberian ASI eksklusif. Ibu

yang pertama kali menyusui pengetahuan terhadap pemberian ASI eksklusif

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

56

belum berpengalaman dibanding dengan ibu yang sudah menyusui anak

sebelumnya.

Menurut asumsi peneliti, seharusnya tenaga kesehatan harus lebih

aktif dalam upaya meningkatkan pemberian ASI Eksklusif melalui

penyuluhan-penyuluhan dan konseling serta memberikan arahan yang benar

bagi ibu menyusui. Dan tentunya peran serta dari ibu-ibu menyusui itu sendiri

sangat besar yaitu dengan memahami arti penting dari manfaat yang dapat

diperoleh dari pemberian ASI secara eksklusif.

4.3.4 Hubungan umur dengan pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil uji Chi-square hubungan umur dengan pemberian

ASI Eksklusif menunjukkan χ2=12,521, yang berarti ada hubungan yang

siqnifikan antara umur dengan pemberian ASI Eksklusif. Umur ibu sangat

menentukan kesehatan maternal karena berkaitan dengan kondisi kehamilan,

persalinan, dan nifas, serta cara mengasuh juga menyusui bayinya. Dapat

dilihat dalam penelitian, responden paling banyak berusia 17 tahun sampai 22

tahun atau 34,4%. Pada rentang umur 17-22 tahun ada 90,9% responden yang

tidak memberikan ASI Eksklusif sedangkan yang paling banyak memberikan

ASI Eksklusif adalah ibu yang berumur 35-40 tahun yang mencapai 87,5%.

Jika dilihat dari sisi biologis, usia 17-22 tahun adalah umur yang

belum matang secara jasmani dalam menghadapi kehamilan, persalinan,

mengasuh dan menyusui bayinya sehingga pada umur inilah banyaknya ibu

yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Umur yang paling

banyak memberikan ASI Eksklusif adalah umur 35-40 tahun yaitu 87,5%.

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

57

Hal ini tidak tidak sesuai dengan pernyataan Arini (2012) dimana Umur lebih

dari 35 tahun dianggap berbahaya dalam proses kehamilan, persalinan, nifas

dan prosuksi ASI sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh

berkurang dan menurun, selain itu bisa terjadi risiko bawaan pada bayinya.

Banyaknya ibu yang berumur 35-40 tahun yang memberikan ASI ini

dikarenakan tingkat kematangan dalam proses berfikir dimana berdasarkan

hasil penelitian Arini H, (2012) bahwa semakin meningkat umur seseorang

maka persentase berpengetahuan semakin baik karena disebabkan oleh akses

informasi, wawasan, dan mobilitas yang masih rendah. Menurut pendapat

Arini H, 2012 bahwa semakin meningkatnya umur dan tingkat kematangan

maka kekuatan seseorang dalam berpikir dan bekerja juga akan lebih matang.

Umur sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi, khususnya usia

20-35 tahun yang disebut “masa dewasa” dan disebut juga masa reproduksi

merupakan usia yang paling baik untuk hamil dan bersalin, di mana pada

masa ini diharapkan orang telah mampu untuk memecahkan masalah-masalah

yang dihadapi dengan tenang secara emosional, terutama dalam menghadapi

kehamilan, persalinan, nifas, dan merawat bayinya nanti. (Arini H, 2012).

Kehamilan dan persalinan membawa resiko kesakitan dan kematian lebih

besar pada remaja dibandingkan pada perempuan yang telah berusia 20

tahunan, terutama di wilayah yang pelayanan medisnya langka atau tidak

tersedia.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

58

4.3.5 Hubungan pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan Hasil uji Chi-square hubungan pendidikan dengan

pemberian ASI Eksklusif menunjukkan χ2 = 3,419, yang berarti tidak ada

hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif. Dapat dilihat

bahwa sebagian besar responden pendidikannya sampai SMA yaitu 43,8%

Sarwono S (1993) menyatakan bahwa makin tinggi pendidikan ibu

maka akan semakin mudah ibu menerima inovasi baru yang dihadapinya

termasuk dalam hal ini adalah pemberian ASI namun Perlu ditekankan bahwa

seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan

rendah pula dan tidak memberikan ASI Eksklusif. Peningkatan pengetahuan

tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal, akan tetapi juga dapat

diperoleh pada pendidikan non formal. selain itu dukungan dari keluarga juga

merupakan faktor pendukung dari pemberian ASI eksklusif.

Pergeseran paradigma itu juga dapat dipicu oleh tingginya tingkat

kebutuhan hidup, meningkatnya pemahaman kaum wanita tentang aktualisasi

diri, dan pada ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi cenderung

merupakan ibu yang bekerja juga sehingga secara tidak langsung

mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI yang tepat pada bayinya. (Elinofia

dkk, 2011).

Bila kondisi ini dibiarkan, maka akan berdampak pada kelangsungan

hidup bayi. Melihat dari hasil penelitian, tenaga kesehatan harus lebih aktif

dalam upaya meningkatkan pemberian ASI eksklusif melalui penyuluhan-

penyuluhan dan konseling. Dan tentunya peran serta dari ibu-ibu menyusui

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

59

itu sendiri sangat besar yaitu dengan memahami arti penting dari manfaat

yang dapat diperoleh dari pemberian ASI secara eksklusif.

4.3.6 Hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan Hasil uji Chi-square hubungan pekerjaan dengan

pemberian ASI Eksklusif menunjukkan χ2 = 1,213, yang berarti tidak ada

hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif.

Perilaku pemberian ASI oleh ibu juga dipengaruhi oleh jenis

pekerjaan, karena jenis pekerjaan seperti dikemukakan oleh Sarwono S

(1993) merupakan faktor yang memungkinkan (enabling factor) bagi

perubahan perilaku seseorang. Seorang ibu yang tidak bekerja akan lebih

mempunyai kesempatan untuk memberikan ASI kepada anaknya di banding

dengan ibu yang bekerja. Fakta membuktikan, banyak ibu-ibu yang bekerja

menghentikan pemberian ASI eksklusif dengan alasan tidak memiliki banyak

waktu. Padahal sebenarnya, bekerja bukanlah alasan untuk menghentikan

pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan.

Namun di kelurahan Tomulabutao tidak demikian karena ada 15 ibu

dari 27 ibu yang tidak bekerja atau 55,6% tidak memberikan ASI Eksklusif

pada bayinya.

Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor lain yang mempengaruhi

pemberian ASI eksklusif. Faktor-faktor tersebut diantaranya: faktor

psikologi, takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita; faktor fisik,

ibu sakit atau puting susu masuk ke dalam sehingga bayi tidak mau

menyusu; gencarnya promosi susu formula; dan faktor kurangnya peran

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

60

petugas kesehatan dalam mempromosikan ASI eksklusif menyebabkan

masyarakat kurang mendapat informasi dan dukungan tentang manfaat

pemberian ASI eksklusif. (Lelia, 2004)

Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif

sampai 6 bulan, meskipun cuti hamil hanya 3 bulan karena pada prinsipnya,

pemberian ASI dapat diberikan secara langsung maupun tak langsung.

Pemberian secara langsung sudah jelas dengan cara menyusui sedangkan

pemberian ASI secara tidak langsung dilakukan dengan cara memerah atau

memompa ASI, menyimpannya untuk kemudian diberikan pada bayi. Dengan

pengetahuan yang benar tentang menyusui, kelengkapan memompa ASI dan

dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja sekalipun dapat

memberi ASI secara eksklusif.

4.3.7 Hubungan sosial ekonomi dengan pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan Hasil uji Chi-square hubungan pendapatan dengan

pemberian ASI Eksklusif menunjukkan χ2 = 1,046, yang berarti tidak ada

hubungan antara pendapatan dengan pemberian ASI Eksklusif.

Sarwono S (1993) mengemukakan bahwa faktor yang mendorong

masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan salah

satunya adalah ekonomi yang memadai dan faktor yang menghambat salah

satunya adalah rendahnya sosial ekonomi yang akan berpengaruh pada

kemampuan dalam memenuhi kebutuhan ASI khususnya pada bayi.

Apabila hal ini dibiarkan maka akan berdampak buruk terhadap

tumbuh kembang bayi, karena bayi tidak memperoleh nutrisi terbaik yang

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

61

sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan. dan kecerdasannya. Dan bagi ibu

dapat mengakibatkan penurunan kualitas kesehatannya seperti menghambat

proses kontraksi uterus saat setelah melahirkan, sehingga dapat memicu

terjadi perdarahan, ibu juga akan mengalami bendungan ASI karena tidak

menyusui bayi dengan teratur.

Pemahaman yang rendah juga mengakibatkan munculnya pendapat

bahwa ASI ibu tidak cukup, menyusui mengurangi keindahan tubuh dan

nilai-nilai yang mendorong untuk tidak memberikan ASI eksklusif. Satu

hambatan terbesar pemberian ASI Eksklusif adalah pemasaran susu formula,

pemasaran susu formula sudah diatur dengan KepMenKes No. 237/1997

tentang Pemasaran Susu Formula. Dengan pelarangan tersebut, pemberian

susu formula untuk bayi melalui iklan media eletronik, maupun cetak telah

berkurang akan tetapi upaya pengetahuan individu masih sangat gencar.

Sampai saat ini, dipasaran masih beredar susu dengan label untuk anak 0-6

bulan.

Karena rendahnya ekonomi keluarga menyebabkan ibu cenderung

memikirkan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih mendesak sehingga dapat

menghambat dalam pemberian ASI Eksklusif. (Elinofia 2011).

Sikap ibu terhadap lingkungan sosial dan kebudayaan dimana adanya

perubahan struktur masyarakat dan keluarga juga berpengaruh terhadap

pemberian ASI Eksklusif. Hubungan kerabat yang luas di daerah pedesaan

menjadi renggang setelah keluarga pindah ke kota. Pengaruh orang tua seperti

nenek, kakek, mertua dan orang terpandang di lingkungan keluarga secara

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran …eprints.ung.ac.id/1871/9/2012-2-14201-841408033-bab4-22012013125020.pdf · Distribusi pekerjaan responden dapat dilihat dengan

62

berangsur menjadi berkurang, karena mereka itu umumnya tetap tinggal di

desa sehingga pengalaman mereka dalam merawat makanan bayi tidak dapat

diwariskan. Mereka yang tinggal di perkotaan beranggapan bahwa

memberikan susu botol kepada anak adalah sebagai salah satu simbol bagi

kehidupan tingkat sosial yang lebih tinggi, terdidik dan mengikuti

perkembangan zaman karena itulah ibu cenderung tidak memberikan ASI

Eksklusif pada bayinya walaupun pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif

adalah baik. (Arifin, 2010).