BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi...
-
Upload
nguyennhan -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi...
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
Tehnik Mesin SMK Saraswati Salatiga yang berjumlah 36 siswa. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Teknik Mesin SMK Saraswati
Salatiga yang memiliki kematangan emosional rendah yang berjumlah 12
siswa. Selanjutnya 12 siswa yang memiliki kematangan emosional rendah
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu sebagai kelompok kontrol dan eksperimen,
dimana kelompok eksperimen dikenakan perlakuan. Dalam hal ini kesamaan
antara kedua kelompok dapat dilihat dari uji homogenitas harus menghasilkan
Asymp. Sig (2-tailed) > 0,50, dan penelitian ini hasil uji homogenitas yaitu
0,810 yang berarti Asymp. Sig (2-tailed)> 0,50. Tabel 4.1 dibawah ini
mendeskripsikan mengenai kondisi kelompok eksperimen dan kontrol
sebelum perlakuan.
Tabel 4.1 Deskripsi kelompok eksperimen dan kontrol
No. Nama Kelompok Jenis kelamin
1 AW Eksperimen Laki-laki
2 AE Eksperimen Laki-laki
3 AF Eksperimen Laki-laki
4 AK Eksperimen Laki-laki
25
5 AH Eksperimen Laki-laki
6 BA Eksperimen Laki-laki
7 DN Kontrol Laki-laki
8 EA Kontrol Laki-laki
9 GB Kontrol Laki-laki
10 MD Kontrol Laki-laki
11 SE Kontrol Laki-laki
12 SW Kontrol Laki-laki
Kemudian pada tabel 4.2 dibawah ini akan dijelaskan mengenai
skor pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol:
Tabel 4.2 Hasil pre test kelompok eksperimen dan kontrol
NO Nama Total Kategori
Ek Ko Ek Ko Ek Ko
1 AW DN 89 85 Rendah Rendah
2 AE EA 88 90 Rendah Rendah
3 AF GB 90 90 Rendah Rendah
4 AK MD 94 93 Rendah Rendah
5 AH SE 94 87 Rendah Rendah
6 BA SW 91 87 Rendah Rendah
Jumlah 6 6 546 532
Keterangan Ek : Eksperimen
Ko: Kontrol
Rendah : 47-94
Tinggi :
141-190
Sedang : 95-142
Dari tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian ini
terdapat 12 siswa yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 6 siswa sebagai
kelompok eksperimen dan 6 siswa sebagai kelompok kontrol. Jumlah skor
26
keseluruhan kelompok eksperimen yaitu 546, sedangkan jumlah skor yang
diperoleh kelompok kontrol adalah 532.
4.2.Uji Homogenitas
Dalam penelitian eksperimen dibutuhkan jumlah yang sama untuk
setiap kelompoknya. Dalam penelitian ini kesamaan antara kedua kelompok
dapat dilihat dari hasil skor kematangan emosional. Setelah dilakukan uji
beda pada hasil skala kematangan emosional pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua
kelompok dengan ditunjukan sig. 0,810 > 0,5, sedangkan mean rank
kelompok eksperimen 6,75 dan mean rank kelompok kontrol adalah 6,25,
sehingga penulis dapat melanjutkan penelitian. Hasil uji beda skala
kematangan emosional dapat dilihat pada tabel. Selanjutnya, kelompok
eksperimen diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role play
sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan layanan.
Tabel 4.3 Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Ranks
VAR00002 N Mean Rank Sum of Ranks
VAR00003 kelompok control 6 6.25 37.50
kelompok eksperimen 6 6.75 40.50
Total 12
27
Test Statisticsb
VAR00003
Mann-Whitney U 16.500
Wilcoxon W 37.500
Z -.241
Asymp. Sig. (2-tailed) .810
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .818
a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: VAR00002
Setelah dilakukan uji homogenitas pada hasil kematangan emosional
pada kelompok eksperimen dan kontrol, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kedua kelompok dengan ditunjukan sig. 0,810 > 0,5,
sedangkan mean rank kelompok eksperimen 6,75 dan mean rank kelompok
kontrol adalah 6,25.
4.3. Pelaksanaa Penelitian
4.3.1. Perijinan Penelitian
Pada kegiatan awal penulis memberikan surat ijin penelitian kepada
pihak bagian Tata Usaha SMK Saraswati Salatiga, dalam surat perijinan
tersebut telah disetujui sekolah (Kepala Sekolah) SMK Saraswati Salatiga
yang prosedur pemberian surat ijin awal diberikan kepada oleh Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UKSW yang kemudian
diserahkan kepada pihak Kepala Sekolah SMK Saraswati Salatiga.
28
Dalam perijinan tersebut penulis menyampaikan maksud kepada
Kepala Sekolah dimana penulis akan melaksanakan beberapa kegiatan di
sekolah tersebut diantaranya uji instrumen penelitian, pre test, post test,dan
tratment yang akan diberikan kepada siswa kelas X Teknik Mesin. Uji
instrument penelitian dan pre test dilaksanakan pada bulan Maret 2014,
sedangkan untuk pelaksanaan treatment atau pemberian layanan dan post test
dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai selesai, dan pelaksanaan kegiatan
dilakukan pada saat jam BK dan jam kosong.
4.3.2. Tes Awal (Pre Test)
Tes awal atau Pre Test dilaksanakan oleh penulis pada tanggal 27
Maret 2014 dengan menyebarkan skala kematangan emosional kepada
seluruh siswa kelas X Teknik Mesin yang berjumlah 36 siswa.
Setelah itu penulis menganalisis skala kematangan emosional yang
telah diisi oleh siswa kelas kelas X Teknik Mesin, terdapat 12 siswa yang
memiliki tingkat kematangan emosional terendah, selanjutnya siswa tersebut
dibagi secara acak menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol yang
berjumlah 6 siswa dan kelompok eksperimen homogenitas yang dibantu
dengan SPSS 16 for windows, dari kedua kelompok tersebut tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen dengan
demikian penelitian dapat dilanjutkan.
4.3.3. Perlakuan (Treatment)
Penulis memberikan treatment dengan memberikan layanan
bimbingan kelompok teknik role play (bermain peran) sesuai dengan
29
rancangan yang sudah dibuat oleh penulis selama 8 sesi. Layanan yang
diberikan penulis dapat dikatakan berhasil apabila kelompok eksperimen
setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok teknik role play selama 8
kali pertemuan selesai dan diberikan post test menunjukan perubahan dan
peningkatan kematangan emosional dari pada kelompok kontrol.
Adapun sesi kegiatan layanan bimbingan kelompok teknik role play
atau tretment sebagai berikut:
1. Pertemuan pertama (sesi 1) hari Kamis, 3 April 2014
a. Tahap pembentukan (Perencanaan)
Pertemuan pertama atau sesi 1 ini dilakukan pada hari Kamis pada
saat jam pelajaran BK yaitu pada pukul 10.45 WIB. Sesi pertama merupakan
awal dari kegiatan treatment yang dilakukan, akan tetapi pada pertemuan
pertama kali ini penulis tidak secara langsung memberikan kegiatan
bimbingan kelompok teknik role play tetapi memberikan layanan klasikal
terlebih dahulu. Tujuan dari pemberian layanan klasikal ini adalah untuk
memperkenalkan dan menjalin kedekatan antara penulis dengan siswa-siswa
yang akan diajak melakukan treatment.
Topik yang diangkat dalam pertemuan yang pertama ini adalah
“Kematangan Emosional”, selain itu penulis juga memiliki tujuan untuk
memperkenalan siswa mengenai kematangan emosional.
30
b. Tahap Peralihan
Dalam tahap ini penulis menanyakan kembali kesiapan siswa dalam
mengikuti kegiatan bimbingan klasikal pada tahap atau sesi pertama, dan
kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan tentang topik
yang akan dibahas mengenai kematangan emosional. Penulis menjelaskan
mengenai apa itu kematangan emosional, faktor-faktor yang mempengaruhi
kematangan emosional .
Siswa juga diajak untuk melakukan permainan ”Sambung Kata”.
Permainan ini dimaksudkan untuk menyegarkan pikiran siswa setelah
melakukan kegiatan treatment, sehingga siswa kembali bersemangat.
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup penulis menjelaskan bahwa kegiatan dalam
sesi pertama akan segera berakhir. Penulis mengajak siswa untuk melakukan
evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan, selanjutnya menarik kesimpulan
dari kegiatan pada sesi pertama. Selain itu, penulis juga meminta siswa untuk
mengisi lembar evaluasi kegiatan yang berisi seputar materi yang telah
dibahas dalam sesi pertama ini.
Penulis juga meminta kepada siswa untuk mengungkapkan perasaan
serta hal apa yang siswa dapat dalam kegiatan di sesi pertama ini. Penulis
juga menyampaikan rencanan layanan sesi selanjutnya dan kegiatan diakhiri
dengan doa.
31
2. Pertemuan kedua (Sesi 2), hari Senin, 7April 2014
a. Tahap pembentukan kelompok (Perencanaan)
Sesi kedua dilaksanakan pada hari Senin seusai siswa (anggota
kelompok) mengikuti jam pelajaran yaitu pada pukul 13.45WIB. Pada sesi
kedua ini penulis memberikan penjelasan mengenai kegiatan yang akan
dilakukan pada sesi kedua kali ini. Pada sesi kedua kali ini penulis mengajak
kelompok untuk melakukan kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik
role play atau bermain peran.
Pada sesi ini penulis menjelaskan pengertian, tujuan, asas, dan
prosedur dari kegiatan bimbingan kelompok teknik role play, menyepakati
kontrak waktu, memberikan semangat agar anggota kelompok antusias dalam
melakukan layanan yang diberikan.
Materi yang akan dibahas dan diperankan siswa dalam kegiatan sesi
kedua ini mengenai “Kemandirian”. Tujuan yang ingin dicapai melalui
kegiatan ini adalah siswa mampu memutuskan apa yang dikehendaki dan
bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambilnya.
b. Tahap peralihan
Penulis menjelaskan kembali prosedur dari kegiatan bimbingan
kelompok teknik role play dan menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti
layanan.
c. Tahap kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan membagikan materi mengenai
kemandirian, dimana dalam materi tersebut membahas mengenai bagaimana
32
memutuskan apa yang dikehendaki dan bertanggung jawab terhadap
keputusan yang diambilnya serta timbal balik apabila kita mempuyai
kemandirian yang baik dan tidak baik.Topik yang akan diambil untuk cerita
adalah ”Tidak Membolos”
Kemudian penulis mulai membagi peran yang akan diperagakan oleh
siswa yang akan melakukan kegiatan bimbingan kelompok teknik role play
kali ini, setelah semua peran terbentuk siapa yang menjadi siswa yang
menolak membolos, siswa yang akan membolos, seorang guru dan pengamat,
kemudian penulis memberikan waktu 20 menit kepada siswa yang akan
memaikan peran dalam kegiatan ini untuk membaca naskah dan mendalami
peran yang akan mereka peragakan.
Setelah waktu pendalaman karakter selesai, kemudian penulis mulai
mengajak siswa untuk memerankan kegiatan role playyang dilaksanakan
sesuai dengan karakter tokoh dalam cerita tersebut. Dalam cerita ini siswa
yang akan membolos akan mengajak temannya untuk membolos bersama-
sama tetpi temannya menolak ajakan tersebut dan memutuskan untuk
berangkat, di lain hari temanya dipangil karena membolos dan memdaptkan
hukuman dan nilai jelek karena tidak ikut tes di sisi lain temannya sangat
puas dengan nilainya karena sudah tepat dalam memutuskan tidak ikut
membolos.
d. Tahap penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi kedua
dalam kegiatan ini akan segera berakhir. Penulis mengajak kelompok untuk
33
mengevaluasi kegiatan yang berlangsung. Selain itu, penulis juga
mempersilahkan pengamat untuk membacakan hasilnya kemudian
dikomentari oleh anggota kelompok. Setelah semua selesai penulis
menjelaskan bahwa masih akan ada sesi ketiga, dimana masih dengan materi
yang sama tetapi siswa melakukan rolling atau pergantian pemain dan peran.
Berdasarkan hasil penilaian proses berupa observasi penulis terhadap
respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias siswa sangat baik, selain
itu menurut hasil pengamatan , anggota kelompok mampu memerankah tokoh
sesuai dengan karakter masing-masing tokoh walaupun masih ada sedikit
kesalahan dalam pemberian layanan, anggota kelompok juga mampu
memahami dari cara yang tepat dalam mengambil keputusan dengan tepat
sehingga siswa dalam lain hari tidak lagi salah dalam mengambil keputusan.
3. Pertemuan ketiga (Sesi 3), hari Kamis, 10April 2014
a. Tahap pembentukan kelompok (Perencanaan)
Pada kegiatan sesi ketiga ini, penulis menggunakan hari Kamis 10
April 2014 pada saat jam pelajaran BK yaitu pukul 10.45 WIB. Pada kegiatan
sesi ketiga ini penulis kembali menjelaskan pengertian, tujuan, asas dan
prosedur dari kegiatan bimbingan kelompok teknik role play. Serta memberi
motivasi kepada siswa agar layanan berjalan dengan lancar dan baik.
Topik yang dipilih dalam pertemuan ketiga ini masih sama dengan
topik pertemuan kedua yaitu “Tidak Membolos”. Tujuan yang ingin dicapai
melalui kegiatan ini adalah siswa mampu memutuskan apa yang dikehendaki
dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambilnya.
34
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur kegiatan bimbingan kelompok
teknik role play dan menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti layanan.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Dalam tahap kegiatan ini penulis kembali menjelaskan tentang topik
yang akan siswa perankan dalam layanan pada sesi ketiga. Pada sesi ketiga ini
topik yang diangkat masih merupakan topik yang sama dengan kegiatan di
sesi kedua yang berjudul “Tidak Membolos”, namun bedanya pada sesi
ketiga ini peran yang siswa lakukan diputar bergantian dimana siswa yang
pada sesi kedua menjadi pelaku mengajak membolos kini menjadi tidak
membolos , yang menjadi tidak membolos berperan sebagai yang mengajak
membolos, begitu pula seterusnya. Setelah penulis menentukan para pemain,
penulis juga menunjuk salah seorang siswa sebagai pengamat.
Setelah itu siswa kembali memerankan peran siswa sesuai naskah dan
skenario yang sudah ditentukan penulis, akan tetapi siswa juga diperbolehkan
berimprovisasi sesuai keinginan siswa, asalkan tidak merubah inti dari peran
yangg siswa lakukan. Kegiatan pada sesi ketiga ini bertujuan agar siswa
sama-sama bisa merasakan bagaimana perasaan menjadi seorang pelaku yang
akhirnya gagal mengajak membolos, bagaimana menjadi korban yang
dibujuk untuk ikut membolos, dan bagaimana menjadi penonton.
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup penulis menjelaskan bahwa kegiatan pada
sesi ketiga akan segera berakhir. Penulis mengajak siswa berdiskusi dan
35
mengevalusi seluruh kegiatan pada pertemuan hari Senin secara keseluruhan,
yaitu pada sesi kedua dan ketiga. Selain itu penulis juga mempersilahkan
pengamat untuk membacakan hasil pengamatanya.
Kemudian penulis mengajak siswa untuk mengambil kesimpulan dari
kegiatan layanan bimbingan kelompok teknik role play yang membahas
mengenai kemaandiriandengan tema ”Tidak Membolos” pada sesi kedua dan
ketiga, dari hasil pengambilan kesimpulan diketahui bahwa siswa memahami
mengenai bagaimana memutuskan apa yang dikehendaki dan bertanggung
jawab terhadap keputusan yang diambilnya.Selain itu siswa juga diminta
untuk mengisi lembar evaluasi kegiatan pada sesi 2 dan 3.
4. Pertemuan keempat (Sesi 4), hari Senin, 14April 2014
a. Tahap pembentukan kelompok (Perencanaan)
Sesi keempat dilaksanakan pada hari Senin, 14April 2014 seusai jam
sekolah usai yaitu pada pukul 13.45 WIB. Pada sesi keempat ini penulis
memberikan penjelasan mengenai kegiatan layanan bimbingan kelompok
teknik role play meliputi pengertian, tujuan, asas, dan prosedur dari kegiatan
bimbingan kelompok teknik role play, menyepakati kontrak waktu,
memberikan semangat agar anggota kelompok antusias dalam melakukan
layanan yang diberikan. Setelah pada pertemuan yang lalu membahas
mengenai “Kemandirian” maka pada pertemuan layanan sesi kali ini
kelompok diajak untuk membahas mengenai “Beradaptasi”, tujuan yang ingin
dicapai melalui kegiatan ini adalah siswa mampu beradapatasi dilingkungan
sekitar mereka.
36
Penulis mengangkat judul cerita yaitu “Kemah Bareng ”, tujuan yang
ingin dicapai melalui kegiatan ini adalah siswa mampu menerima beragam
karakteristik orang serta mampu menghadapi situasi apapun yang sedang
terjadi.
b. Tahap peralihan
Penulis menjelaskan kembali prosedur dari kegiatan bimbingan
kelompok teknik role play dan menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti
layanan.
c. Tahap kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan membagikan materi mengenai
beradaptasi dimana materi tersebut berisi tentang pengertian beradaptasi,
contoh beradaptasi yang baik, serta cara menghadapi situasi yang sedang
terjadi, permainan peran dengan topik “Kemah Bareng”.
Selanjutnya, penulis mulai membagi peran yang akan diperagakan
oleh siswa yang akan melakukan kegiatan bimbingan kelompok teknik role
play kali ini, ada yang berperan sebagai pelaku yang tidak inigin bergabung
dengan kelompok baru dan pelaku yang bisa bergabung dengan kelompok
lain dan penonton. Selanjutnya, penulis memberikan waktu 20 menit kepada
siswa yang akan memainkan peran dalam kegiatan ini. Tidak lupa penulis
menunjuk salah seorang siswa yang tidak mendapatkan peran sebagai
pengamat dalam kegiatan layanan kali ini.
Setelah waktu pendalaman karakter selesai, kemudian penulis mulai
mengajak siswa untuk mulai memerankan kegiatan role play yang
37
dilaksanakan sesuai dengan karakter tokoh masing-masing siswa dalam cerita
tersebut. Pada sesi keempat ini siswa terlihat sangat bersemangat dikarenakan
siswa bisa menunjukan ekspresi mereka saat mendalami karakter dalam
kegiatan role play.
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi keempat
dalam kegiatan ini akan segera berakhir. Penulis mengajak kelompok untuk
mengevaluasi kegiatan yang berlangsung. Selain itu, penulis juga
mempersilahkan pengamat untuk membacakan hasil pengamatanya untuk
kemudian dikomentari oleh anggota kelompok. Setelah semua selesai, penulis
menjelaskan bahwa masih akan ada sesi kelima, dimana masih dengan materi
yang sama tetapi kita melakukan rolling atau pergantian pemain dan peran.
Berdasarkan hasil penilaian proses berupa observasi penulis terhadap
respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias siswa sangat baik, selain
itu menurut hasil pengamat, anggota kelompok mampu memerankah tokoh
sesuai dengan karakternya masing-masing dengan penuh penghayatan.
5. Pertemuan kelima (Sesi 5), hari Kamis, 17April 2104
a. Tahap pembentukan kelompok (Perencanaan)
Pada kegiatan sesi kelima ini, penulis menggunakan hari Kamis, 17
April 2014 pada saat jam pelajaran BK pukul 10.45 WIB. Pada kegiatan sesi
kelima ini penulis kembali menjelaskan pengertian, tujuan, asas dan prosedur
dari kegiatan bimbingan kelompok teknik role play,serta memberi motivasi
38
kepada siswa agar layanan berjalan dengan lancar dan baik seperti pada
layanan sebelumnya.
Topik yang dipilih dalam pertemuan kelima ini masih sama dengan
topik pertemuan keempat yaitu “Kemah Bareng”. tujuan yang ingin dicapai
melalui kegiatan ini adalah siswa mampu menerima beragam karakteristik
orang serta mampu menghadapi situasi apapun yang sedang terjadi.
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur kegiatan bimbingan kelompok
teknik role play dan menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti layanan.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Dalam tahap kegiatan ini penulis kembali menjelaskan tentang topik
yang akan siswa perankan dalam layanan pada sesi kelima. Pada sesi kelima
ini topik yang diangkat masih merupakan topik yang sama dengan kegiatan di
sesi keempat yang berjudul “Kemah Bareng”, namun bedanya pada sesi
kelima ini peran yang siswa lakukan diputar bergantian dimana siswa
bertukar peran satu dengan yang lain. Setelah penulis menentukan para
pemain, tidak lupa juga penulis menunjuk salah seorang siswa sebagai
pengamat.
Setelah itu siswa kembali memerankan sesuai perannya masing-
masing, akan tetapi siswa juga diperbolehkan berimprovisasi sesuai keinginan
siswa, asalkan tidak merubah inti dari topik yang di jalankan. Dalam kegiatan
layanan sesi keempat dan kelima ini siswa terlihat sangat antusias dalam
39
melakukan kegiatan role play, siswa terlihat sangat menjiwai dan mendalami
karakter yang mereka perankan.
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup penulis menjelaskan bahwa kegiatan pada
sesi kelima akan segera berakhir. Penulis mengajak siswa berdiskusi dan
mengevalusi seluruh kegiatan pada pertemuan hari Sabtu secara keseluruhan,
yaitu pada sesi keempat dan kelima. Selain itu penulis juga mempersilahkan
pengamat untuk membacakan hasil pengamatanya.
Kemudian penulis mengajak siswa untuk mengambil kesimpulan dari
kegiatan layanan bimbingan kelompok teknik role play yang membahas
mengenai Beradaptasidengan tema ”Kemah Bareng” pada sesi keempat dan
kelima, dari hasil pengambilan kesimpulan diketahui bahwa siswa memahami
mengenai pentingnya beradaptasi dengan lingkunga. Selain itu siswa juga
diminta untuk mengisi lembar evaluasi kegiatan pada sesi 4 dan 5.
6. Pertemuan keenam (Sesi 6), hari Senin, 21April 2014
a. Tahap pembentukan kelompok (Perencanaan)
Pada kegiatan sesi keenam ini, penulis menggunakan hari Senin, 21
April 2014 seusai jam sekolah usai yaitu pada pukul 13.45 WIB. Pada
kegiatan awal sesi keenam ini, seperti biasa penulis memberikan penjelasan
mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu bimbingan kelompok
dengan teknik role play.
Pada sesi ini penulis menjelaskan pengertian, tujuan, asas, dan
prosedur dari kegiatan bimbingan kelompok teknik role play, menyepakati
40
kontrak waktu, serta memberikan motivasi agar anggota kelompok antusias
dalam melakukan layanan yang diberikan.
Materi yang akan dibahas dan diperankan siswa dalam kegiatan sesi
keenam ini mengenai “Berempati”, tujuan yang ingin dicapai melalui
kegiatan ini adalah siswa mampu menempatkan diri pada posisi orang lain
dan memahami apa yang mereka pikirkan atau rasakan.
b. Tahap peralihan
Penulis menjelaskan kembali prosedur dari kegiatan bimbingan
kelompok teknik role play dan menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti
layanan.
c. Tahap kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan membagikan materi mengenai
berempati yang berisi pengertian berempati dan contoh berempati yang benar.
Selanjutnya, seperti biasa penulis mulai membagi peran yang akan
diperagakan oleh siswa dalam kegiatan permainan peran ini, setelah semua
peran terbentuk, kemudian penulis memberikan waktu 20 menit kepada siswa
yang akan memaikan peran. Tidak lupa seperti pada layanan sebelumnya,
penulis menunjuk salah seorang siswa untuk berperan sebagai pengamat
dalam kegiatan layanan kali ini.
Setelah waktu pendalaman karakter selesai, kemudian penulis mulai
mengajak siswa untuk memerankan kegiatan role play yang dilaksanakan
sesuai dengan karakter tokoh yang siswa perankan masing-masing, akan
tetapi siswa juga diperbolehkan berimprovisasi sesuai keinginannya, asalkan
41
tidak merubah inti dari topik yang di jalankan. Dalam kegiatan layanan sesi
keenam ini siswa terlihat sangat antusias dalam melakukan kegiatan role
play, siswa terlihat sangat menjiwai dan mendalami karakter.
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi keenam
dalam kegiatan ini akan segera berakhir. Penulis mengajak kelompok untuk
mengevaluasi kegiatan yang berlangsung. Selain itu, penulis juga
mempersilahkan pengamat untuk membacakan hasil pengamatanya untuk
kemudian dikomentari oleh anggota kelompok. Setelah semua selesai penulis
menjelaskan bahwa masih akan ada sesi berikutnya ketujuh, dimana masih
dengan materi yang sama tetapi kita melakukan rolling atau pergantian
pemain dan peran.
Berdasarkan hasil penilaian proses berupa observasi penulis terhadap
respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias siswa baik, selain itu
menurut hasil pengamatan observer, anggota kelompok mampu memerankan
tokoh sesuai dengan karakter yang siswa perankan dengan baik.
7. Pertemuan Ketujuh (Sesi 7), hari Kamis, 24April 2014
a. Tahap pembentukan kelompok (Perencanaan)
Pada kegiatan sesi ketujuh role play kaliini,menggunakan hari Kamis,
24 April 2014 pada saat jam pelajaran BK yaitu jam 10.45 WIB. Pada
kegiatan sesi ketujuh ini penulis kembali menjelaskan pengertian, tujuan, asas
dan prosedur dari kegiatan bimbingan kelompok teknik role play. Serta
42
memberi motivasi kepada siswa agar layanan berjalan dengan lancar dan baik
seperti pada layanan sebelumnya.
Topik yang dipilih dalam pertemuan ketujuh ini masih sama dengan
topik pertemuan keenam yaitu“Berempati”, tujuan yang ingin dicapai melalui
kegiatan ini adalah siswa mampu menempatkan diri pada posisi orang lain
dan memahami apa yang mereka pikirkan atau rasakan.
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur kegiatan bimbingan kelompok
teknik role play dan menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti layanan.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Dalam tahap kegiatan ini penulis kembali menjelaskan tentang topik
yang akan siswa perankan dalam layanan pada sesi ketujuh. Pada sesi
ketujuhini topik yang diangkat masih merupakan topik yang sama, namun
bedanya pada sesi ketujuh ini peran yang siswa lakukan diputar bergantian
peran satu dengan peran yang lain, begitu pula seterusnya. Setelah penulis
menentukan para pemain, tidak lupa juga penulis menunjuk salah seorang
siswa sebagai pengamat.
Setelah itu siswa kembali memerankan peran mereka sesuai dengan
peran masing-masing, akan tetapi siswa juga diperbolehkan berimprovisasi
sesuai keinginannya, asalkan tidak merubah inti dari peran yang mereka
perankan.
43
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup penulis menjelaskan bahwa kegiatan pada
sesi ketujuh akan segera berakhir, selain itu dengan berakhirnya sesi ketujuh
berarti menandakan pula selesainya kegiatan bimbingan kelompok teknik role
playpada layanan ini. Penulis mengajak siswa berdiskusi dan mengevalusi
seluruh kegiatan pada pertemuan hari Selasa secara keseluruhan, yaitu pada
sesi keenam dan ketujuh. Selain itu penulis juga mempersilahkan pengamat
untuk membacakan hasil pengamatanya.
Kemudian penulis mengajak siswa untuk mengambil kesimpulan dari
kegiatan layanan bimbingan kelompok teknik role play yang membahas
mengenai berempati, dari hasil pengambilan kesimpulan diketahui bahwa
siswa memahami mengenai cara berempati yang benar dan tepat. Selain itu
siswa juga diminta untuk mengisi lembar evaluasi kegiatan pada sesi 6 dan 7.
Penulis juga menyampaikan bahwa kegiatan bimbingan kelompok
sudah selesai dilakukan namun masih ada satu pertemuan lagi antara siswa
dan penulis pada hari Senin, 28 April 2014.
8. Pertemuan kedelapan (Sesi 8), Hari Senin, 28April 2014
a. Tahap Pembentukan Kelompok (Perencanaan)
Pertemuan terakhir dalam layanan ini dilakukan pada sesi kedelapan
pada hari Senin, 28April 2014, setelah jam sekolah berakhir yaitu pada pukul
13.45 WIB. Sesi kedelapan merupakan akhir dari kegiatan treatment yang
dilakukan, pada sesi ini penulis mengajak siswa melakukan layanan klasikal
yang membahas mengenai pentingnya seseorng mempunyai kematangan
44
emosional dan bagaimana cara mengembangkannya. Tujuan dari pemberian
layanan klasikal ini adalah siswa mampu menghadapi situasi apapun dengan
benar dengan mengontrol diri.
b. Tahap Peralihan
Penulis menjelaskan kembali dan menanyakan kesiapan siswa dalam
mengikuti layanan.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan tentang topik
yang akan dibahas mengenai pentingnya kita mempunyai kematangan
emosional dan contoh ciri-ciri seseorang mempunyai kematangan emosional
yang ada di lingkup sekolah maupun di luar sekolah.
Untuk mencairkan suasana setelah siswa mendapatkan layanan,
kemudian penulis mengajak siswa-siswa untuk melakukan permainan
”Ekspresi Wajah”. Permainan ini dimaksudkan untuk menyegarkan pikiran
siswa setelah melakukan kegiatan treatment, sehingga siswa kembali
bersemangat.
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup penulis menjelaskan bahwa kegiatan dalam
sesi kedelapan akan segera berakhir. Penulis mengajak siswa untuk
melakukan evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan, selanjutnya menarik
kesimpulan dari kegiatan pada sesi kedelapan. Selain itu, penulis juga
meminta para siswa untuk mengisi lembar evaluasi kegiatan yang berisi
seputar materi yang telah dibahas dalam sesi kedelapan ini.
45
Penulis juga meminta kepada siswa untuk mengungkapkan perasaan
serta hal apa yang siswa dapat selama mengikuti layanan ini, mulai dari sesi
pertama sampai dengan sesi kedelapan ini. Penulis merasa senang, karena
siswa mengungkapkan bahwa banyak ilmu yang siswa dapat selama
mengikuti layanan ini. Selain itu, hal terpenting adalah siswa menjadi
memahami tentang pentingnya seseorang mempunyai kematangan emosional.
Sebelum menutup kegiatan dalam sesi ini, tidak lupa penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada para anggota kelompok atas partisipasinya
selama kegiatan dari sesi 1 sampai 8, tidak lupa penulis mengajak siswa
berjabat tangan, dan berfoto bersama. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan
doa penutup dan salam perpisahan.
4.3.4 Tes Akhir (Post Test)
Post test dilaksanakan pada hari Senin,28 April 2014 dengan
menyebarkan skala kematangan emosional berjumlah 47 item pernyataan
pada subyek penelitian, yaitu 12 siswa kelas X Teknik Mesin SMK Saraswati
Salatiga. Enam orang siswa pada kelompok kontrol dan enam orang siswa
kelompok eksperimen.
Tabel 4.4 di bawah ini akan menjelaskan mengenai skor pre test dan
post test kematangan emosional kelompok eksperimen.
46
Tabel 4.4 Hasil pre test dan post test skala kematangan emosional kelompok
eksperimen
Pre Test Post Test
No. Nama Skor Kategori No. Nama Skor Kategori
1 AW 89 Rendah 1 AW 148 Tinggi
2 AE 88 Rendah 2 AE 151 Tinggi
3 AF 90 Rendah 3 AF 143 Tinggi
4 AK 94 Rendah 4 AK 143 Tinggi
5 AH 94 Rendah 5 AH 140 Tinggi
6 BA 91 Rendah 6 BA 141 Tinggi
Dari tabel 4.4 diketahui bahwa terdapat kenaikan skor skala
kematangan emosional masing-masing subyek penelitian pada kelompok
eksperimen. Skor skala kematangan emosional pre test kelompok eksperimen
menyatakan bahwa 6 subyek penliti merupakan siswa yang memiliki
kematangan emosional kategori rendah, yaitu skor antara 47-94. Sedangkan
hasil post test kematangan emosional yang telah disebarkan kepada siswa,
diketahui bahwa skor skala kematangan emosional masing-masing siswa
mengalami kenaikan dan berkategori tinggi, yaitu skor antara 143-190. Hasil
pre test dan post test kelompok kontrol dan eksperimen akan dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis Mann Whitney. Analisis data
menggunakan SPSS 16.0 for windows.
4.4 Analisis Data
Analisis data menggunakan teknik analisis Mann Whitney. Data yang
dianalisis adalah data skor post test skala kematangan emosional kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel 4.5 merupakan perbandingan
47
hasilpost test skala kematangan emosional pada kelompok eksperimen dan
kontrol.
Tabel 4.5 Tabel perbandingan hasil post test skala kematangan emosional
pada kelompok eksperimen dan kontrol
Kelompok eksperimen Kelompok control
No. Nama Skor No. Nama Skor
1 AW 148 1 DN 89
2 AE 151 2 EA 99
3 AF 143 3 GB 104
4 AK 143 4 MD 97
5 AH 140 5 SE 99
6 BA 141 6 SW 93
Berikut ini merupakan analisis data berbandingan hasil post test dan
skala kematangan emosional pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
yang diuji dengan menggunakan analisis data Mann Whitney.
Tabel 4.6 Hasil analisis data perbandingan hasil post test skala kematangan
emosional pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Ranks
VAR00002 N Mean Rank Sum of Ranks
VAR00003 KELOMPOK KONTROL 6 3.50 21.00
KELOMPOK
EKSPERIMEN 6 9.50 57.00
Total 12
48
Test Statisticsb
VAR00003
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -2.892
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .002
a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: VAR00002
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16,0, diketahui
bahwa terdapat perbedaan antara mean rank kelompok eksperimen dan kontrol.
Setelah diberikan treatment berupa layanan bimbingan kelompok teknik role
play kelompok eksperimen, mean rank hasil skala kematangan emosional pada
kelompok ini berjumlah 9,50, sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak
mendapatkan treatment berupa layanan bimbingan kelompok teknik role play,
jumlah mena rank hasil skala kematangan emosional pada kelompok ini
berjumlah 3,50. Sehingga mean rank hasil skala kematangan emosional
kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan mean rank kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara hasil skala kematangan emosional kelompok eksperimen
dan kontrol. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil skor Asymp. Sig (2-tailed)
hasil analisis berjumlah 0,004 < 0,01.
Berikut ini merupakan hasil analisis data perbandingan hasil pre test
dan post test skala kematangan emosional pada kelompok eksperimen yang
diuji dengan menggunakan Mann Whitney.
49
Tabel 4.7 Hasil analisis data perbandingan hasil pre test dan post test skala
kematangan emosional pada kelompok eksperimen
Ranks
VAR00002 N Mean Rank Sum of Ranks
VAR00003 PRE TEST 6 3.50 21.00
POST TEST 6 9.50 57.00
Total 12
Test Statisticsb
VAR00003
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -2.892
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .002
a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: VAR00002
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16,0 diketahui
bahwa terdapat perbedaan antara mean rank hasil pre test dan post test skala
kematangan emosional pada kelompok eksperimen. Mean rank pre test skala
kematangan emosional adalah 3,50, sedangkan mean rank post test skala
kematangan emosional adalah 9,50, sehingga kenaikan mean rank kelompok
eksperimen sebesar 6,00 dan mean rank hasil post skala kematangan
emosional lebih tinggi dari pada mean rank hasil pre test skala kematangan
emosional pada kelompok eksperimen.
Berdasarkan hasil analisis diatas, diketahui bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara hasil pre test dan post test skala kematangan emosional pada
50
kelompok eksperimen. Hal tersebut, dibuktikan dengan hasil Asymp. Sig (2-
tailed) hasil analisis berjumlah 0,004 < 0,01.
4.5 Uji Hipotesis
Hipotesis yang diajukan penulis adalah Layanan bimbingan kelompok
teknik role play dapat meningkatkan kematangan emosional pada siswa kelas
X Teknik Mesin SMK Saraswati Salatiga. Berdasarkan hasil analisis data
yang membandingkan hasil post test kelompok eksperimen dan kontrol yang
menghasilkan Asymp. Sig (2-tailed) 0,004 < 0,01, sehingga dinyatakan ada
perbedaan yang signifikan antara hasil post test kelompok kontrol dan
eksperimen. Selain itu, ada kenaikan kematangan emosional yang signifikan,
dibuktikan dengan hasil analisis data hasil pre test dan post test kelompok
eksperimen dengan hasil Asymp. Sig (2-tailed) 0,004 < 0,01, sehingga
dinyatakan signifikan. Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka hipotesis
yang diajukan penulis dapat diterima.
4.6 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang membandingkan hasil post test
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang menghasilkan Asmp. Sig
(2-taited) sebesar 0,004 < 0,01 sehingga dinyatakan ada perbedaan yang
signifikan antara hasil post test kelompok kontrol dengan kelompok
eksperimen. Selain itu, ada kenaikan kematangan emosional yang signifikan
sebesar 6,00, dibuktikan dengan hasil analisis data mean rank pre test yaitu
3.50 dan mean rank post test sebesar 9.50 pada kelompok eksperimen.
51
Kematangan emosional dapat dikatakan sebagai suatu kondisi
perasaan atau reaksi perasaan yang stabil terhadap suatu objek permasalahan
sehingga untuk mengambil suatu keputusan atau bertingkah laku didasari
dengan suatu pertimbangan dan tidak mudah berubah-ubah dari satu suasana
hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 2000).
Menurut Katkovsky dan Gorlow (1976), kematangan emosi adalah
dimana kepribadian secara terus menerus berusaha mencapai keadaan emosi
yang sehat, baik secara intrafisik maupun interpersonal. Karena sifatnya yang
dinamis, bisa dipelajari dan lebih mudah diamati, maka para ahli dan peneliti
psikologi cenderung lebih tertarik utnuk mengkaji tentang emosi daripada
unsur-unsur perasaan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kematangn emosional adalah melalui kegiatan bimbingan kelompok dengan
teknik role play atau bermain peran.Heydemans (2009) yang menyatakan
bahwa layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan kematangan
emosional remaja.
Melalui teknik role play ini, jika siswa mampu melakukan peran sesui
skenario dan peran yang siswa lakukan secara sungguh-sungguh, makan
siswa juga dapat melakukan peran yang sama pula dalam kehidupan yang
nyata ,dengan demikian siswa dapat memahami dan mengetahui bagaimana
cara msngontrol emosi mereka saat mereka berada dalam lingkungan
pergaulan. Selain itu role play juga memberikan kesempatan untuk siswa
52
menuangkan ekspresi dan perasaan secara lebih tepat dan benar sebelum
siswa diperhadapkan pada kondisi nyata.
Dalam penelitian ini, terdapat 2 kelompok yang menjadi subjek
penelitian. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang diberikan
treatment berupa bimbingan kelompok teknik role play, sedangkan kelompok
kontrol tidak mendapatkan treatment. Dalam setiap sesinya, anggota
kelompok eksperimen memainkan peran secara bergantian
Layanan bimbingan kelompok teknik role play diberikan kepada
kelompok eksperimen dalam 8 sesi pertemuan, penyusunan topik layanan
berdasarkan pada aspek-aspek kematangan emosional menurut Katkovsky
dan Gorlow (1976), yaitu aspek kemandirian, penerimaan, beradaptasi,
merespon dengan tepat, merasa aman, berempati, dan menguasai amarah.
Dalam setiap sesi layanan bimbingan kelompok teknik role play
dilakukan evaluasi dengan melibatkan observer yang juga merupakan
anggota kelompok. Dengan menggunakan hasil pengamatan observer
diketahui bahwa di setiap sesi layanan anggota kelompok sangat antusias,
memberikan respon yang baik terhadap layanan yang diberikan dan
menunjukkan sikap yang diharapkan sesuai dengan tujuan layanan pada
setiap sesinya. Layanan diberikan di tempat yang nyaman sehingga anggota
kelompok dapat mengikuti layanan dengan baik dan dapat berjalan lancar.
Hasil penelitian penulis pun juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Kristiyani (2010), tentang “Peningkatan Kematangan Emosional
Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas XI IPS 3 SMA Virgo
53
Bawen” menunjukan peningkatan kematangan emosional melalui layanan
bimbingan kelompok. Hasil analisis postest menunjukan, mean
rankkelompok eksperimen 8,58, kelompok kontrol 4,42, dengan koefisien
Mann Whitney U=5,5 dan koefisien Asymp.Sig.2-tailed 0,04<05. Hasil
menunjukan ada peningkatan yang signifikan dalam kematangan emosional
setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok kematangan emosional.
Hasil penelitian penulis menunjukan peningkatkan kematangan
emosional kelompok eksperimen yang berjumlah 6 siswa yang berkategori
kematangan emosional rendah menjadi 6 siswa yang berkategori tinggi
setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok teknik role play.
Sehingga dari hasil penelitian Kristiyani (2010) dapat mendukung dan
melengkapi penelitian penulis, bahwa layanan bimbingan kelompok teknik
role play dapat meningkatkan kematangan emosional pada siswa.