MANAJEMEN GAYA KEPEMIMPINAN TEORI + ROLE PLAY

50
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan pada saat ini tengah mengalami beberapa perubahan mendasar baik sebagai sebuah profesi maupun sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat dimana tuntutan masyarakat pada keperawatan agar berkontribusi secara berkualitas semakin tinggi. Sebagai sebuah profesi, keperawatan dihadapkan pada situasi dimana karakteristik profesi harus dimiliki dan dijalankan sesuai kaidahnya. Sebaliknya, sebagai pemberi pelayanan, keperawatan juga dituntut untuk lebih meningkatkan kontribusinya dalam pelayanan kepada masyarakat yang semakin terdidik, dan mengalami masalah kesehatan yang bervariasi serta respon terhadap masalah kesehatan tersebut menjadi semakin bervariasi pula. Oleh karena itu, pada saat ini diperlukan kepemimpinan yang mampu mengarahkan profesi keperawatan dalam menyesuaikan dirinya ditengah- tengah perubahan dan pembaharuan sistem pelayanan kesehatan. Kepemimpinan ini sekiranya yang 1

description

teori gaya kepemimpinan dan roleplay

Transcript of MANAJEMEN GAYA KEPEMIMPINAN TEORI + ROLE PLAY

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan pada saat ini tengah mengalami beberapa perubahan

mendasar baik sebagai sebuah profesi maupun sebagai pemberi pelayanan

kepada masyarakat dimana tuntutan masyarakat pada keperawatan agar

berkontribusi secara berkualitas semakin tinggi.

Sebagai sebuah profesi, keperawatan dihadapkan pada situasi dimana

karakteristik profesi harus dimiliki dan dijalankan sesuai kaidahnya.

Sebaliknya, sebagai pemberi pelayanan, keperawatan juga dituntut untuk

lebih meningkatkan kontribusinya dalam pelayanan kepada masyarakat yang

semakin terdidik, dan mengalami masalah kesehatan yang bervariasi serta

respon terhadap masalah kesehatan tersebut menjadi semakin bervariasi pula.

Oleh karena itu, pada saat ini diperlukan kepemimpinan yang mampu

mengarahkan profesi keperawatan dalam menyesuaikan dirinya ditengah-

tengah perubahan dan pembaharuan sistem pelayanan kesehatan.

Kepemimpinan ini sekiranya yang fleksible, accessible, dan dirasakan

kehadirannya, serta bersifat kontemporer.

Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan

individu secara keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia

individu lainnya. Apa yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat

dari perilaku orang lain. Sikap dan emosi dari orang lain mempengaruhi

orang tersebut. Bawahan sangat tergantung pada pimpinan dan berkeinginan

untuk diperlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil apabila dikehendaki

oleh kedua belah pihak.

Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan

perlu memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada

akhirnya akan terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional.

1

1.2 Tujuan Penulisan

Dari penyusunan makalah ini kami mempunyai tujuan:

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami Gaya Kepemimpinan Kepala

Ruangan di Ruang Rawat Dalam.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengertian, tujuan, jenis, teori dari Gaya

Kepemimpinan

2. Untuk memahami Implementasi Gaya Kepemimpinan dalam

keperawatan.

1.3 Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode penulisan

sebagai berikut :

1. Metode Kepustakaan

Yaitu jenis metode yang digunakan untuk memperoleh data dari

kepustakaan, dengan cara membaca buku-buku yang ada hubungannya

dengan makalah ini dan kemudian diambil sebagai bahan penyusunan

makalah ini.

2

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain

untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu

tujuan umum. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007)

Hersey dan Blanchand (1977) dalam Nursalam (2002) mengartikan

kepemimpinan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan melalui individu dan

kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Fleishman (1973) dalam Nursalam (2002) mengartikan kepemimpinan

sebagai suatu kegiatan yang menggunakan proses komunikasi untuk

memengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok ke arah pencapaian tujuan

dalam situasi tertentu.

LAN RI (1996) dalam S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007) mengartikan

kepemimpinan ialah segala hal yang bersangkutan dengan pemimpin dalam

menggerakkan, membimbing dan mengarahkan orang lain agar

melaksanankan tugas dan mewujudkan sasaran yang ditetapkan.

Stogdill dalam S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007) yaitu kepemimpinan

sebagai suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi

dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Definisi kepemimpinan dari

Strogdill dapat diterapkan dalam keperawatan.

Gardner dalam Nursalam (2002) mendefinisikan kepemimpinan sebagai

suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (atau pemimpin

kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai

dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.

Merton dalam Nursalam (2002) menguraikan kepemimpinan sebagai

suatu transaksi masyarakat dimana seorang anggota mempengaruhi yang

lainnya.

3

2.2 Wewenang Kepemimpinan

Wewenang Kepemimpinan yaitu hak untuk bertindak atau

mempengaruhi tingkah laku orang yang dipimpinnya. Wewenang

kepemimpinan didapat dari luar diri pemimpin itu. S. Suarli dan Yanyan

Bahtiar (2007).

Secara umum, ada dua konsep pemberian wewenang kepemimpinan

dilihat dari arahnya, yaitu dari atas dan dari bawah. Wewenang dari atas

umumnya berasal dari atasan, misalnya seorang direktur rumah sakit

menunjuk seorang perawat yang dinilai mampu untuk menjadi kepala bagian

perawatan dan kemudian diberi wewenang untuk memerintah. Cara demikian

ini disebut “top-down authority”, atau kewenangan dari atas ke bawah. S.

Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).

Konsep yang kedua adalah “bottom-up authority”, atau kewenangan dari

bawah ke atas, yang berdasarkan pada teori penerimaan (receptance theory).

Pada konsep ini, pemimpin dipilih oleh mereka yang akan menjadi

bawahannya. Apabila seseorang diterima sebagai pimpinan dan diberi

wewenang untuk memimpin, maka para bawahan akan menghargai

4

Manajemen Puncak

Gambar 2.1

Top-Down authority (Kewenangan dari atas ke bawah)

Manajer yang lebih

bawah

Pegawa

i

Pegawai Pegawai Pegawa

i

wewenang tersebut. Pemimpin tersebut bisa juga merupakan seorang wakil

yang mewakili nilai-nilai yang mereka anggap penting. Sesuai dengan teori

pembinaan, para staf/bawahan mengakui bahwa bimbingan dan dorongan

dapat diperoleh dari kepemimpinan atau kewenangan berkonsep bottom-up

authority. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).

Meskipun kedua konsep diatas tampaknya saling bertentangan, tetapi

masing-masing mempunyai manfaat sendiri-sendiri. Top-Down Authority

diperlukan bila tingkat koordinasi dan pengawasan layak dan perlu dicapai.

Paling tidak suatu tingkat kewenangan yang terpusat diperlukan untuk

mencapai perencanaan dan pengambilan keputusan yang diperlukan. S. Suarli

dan Yanyan Bahtiar (2007).

Dalam pandangan Bottom-Up Authority, pemimpin formal dapat

menjalankan pekerjaannya dengan efektif apabila ia mendapat dukungan dan

diterima oleh staf/bawahannya. Apabila staf/pegawai menghargai atau

menaruh hormat pada pemimpinnya, mereka akan mengikuti pimpinan

dengan kooperatif dan gembira. Dengan demikian, hubungan atasan-bawahan

akan menjadi lebih erat dan harmonis. S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2007).

5

Gambar 2.2

Bottom-Up authority (Kewenangan dari bawah ke atas)

Manajer

Pegawa

i

Pegawa

i

Pegawai Pegawa

i

2.3 Kriteria Pemimpin

Kepemimpinan yang efektif di RS akan terwujud apabila pemimpin

menelaah dengan sistem yang efektif. Seorang pemimpin yang efektif adalah

seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja

sama untuk mencapai hasil yang  memuaskan bagi terjadinya perubahan yang

bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif antara lain menurut :

Swansburg, Russel C (2000)

1. Ruth M. Trapper (1989), membagi menjadi 6 komponen :

a) Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok.

Memilih  pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam

bidang profesinya.

b) Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami

kebutuhan sendiri serta kebutuhan orang lain.

c) Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.

d) Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan

e) Mengambil tindakan

2. Hellander (1974)

Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang

yang bersama-sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif

kegiatan.

3. Bennis (Lancaster dan Lancaster, 1982)

Mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seorang pemimpin, yaitu

:

a) Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem

manusia ( hubungan antar manusia ).

b) Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan

bawahan.

c) Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam

mempengaruhi orang lain.

d) Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan

seseorang mengenal orang lain dengan baik.

6

4. Gibson (Lancaster dan Lancaster,1982)

Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :

a) Kewaspadaan diri ( self awarness )

Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin

mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah

membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah menghambatnya.

b) Karakteristik kelompok

Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi :

norma, nilai - nilai kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi

dan keakraban kelompok.

c) Karakteristik individu

Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena

setiap individu unik dan masing - masing mempunyai kontribusi yang

berbeda.

2.4 Pendekatan Kepemimpinan

Secara umum, ada tiga pendekatan kepemimpinan untuk memimpin

suatu unit organisasi, yaitu pendekatan berdasarkan sifat (traits theory),

pendekatan berdasarkan perilaku kepemimpinan (behaviour theory), dan

pendekatan berdasarkan situasi (contingency theory). S. Suarli dan Yanyan

Bahtiar (2007).

1. Berdasarkan Sifat (traits theory)

Pendekatan kepemimpinan berdasarkan sifat seseorang dapat dilakukan

dengan cara :

a. Membandingkan sifat-sifat dari mereka yang menjadi pemimpin dan

mereka yang bukan pemimpin.

b. Membandingkan sifat-sifat dari pemimpin yang efektif dan pemimpin

yang tidak efektif.

Sifat-sifat pemimpin yang diharapkan dari pendekatan ini antara lain :

a. Selalu antusias

b. Mengenal dirinya sendiri

7

c. Waspada

d. Mempunyai rasa percaya diri yang kuat

e. Merasa bertanggung jawab

f. Mempunyai rasa humor

2. Berdasarkan Perilaku Kepemimpinan (behaviour theory)

Intisari dari pendekatan kepemimpinan berdasarkan perilaku seperti di

bawah ini :

a. Teori ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat seseorang

menjadi pemimpin yang efektif

b. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menggunakan cara-cara

yang dapat mewujudkan sasarannya. Misalnya, dengan

mendelegasikan tugas, mengadakan komunikasi yang efektif,

memotivasi bawahannya, dan melaksanakan kontrol.

3. Berdasarkan Situasi (contingency theory).

Pendekatan ini membahas hubungan antara pemimpin dan situasi.

Terdapat tiga variabel situasional yang dapat membantu gaya

kepemimpinan yang efektik, yaitu :

a. Hubungan atasan dengan bawahan

b. Struktur tugas yang harus dikerjakan

c. Posisi kewenangan seseorang

Pendekatan berdasarkan situasi dapat dimanifestasikan sebagai berikut :

a. Dapat memberi perinah yang akan dilaksanakan

b. Menggunakan saluran yang sudah ditetapkan

c. Menaati peraturan

d. Disiplin

e. Mendengarkan informasi dari bawahan

f. Tanggap terhadap situasi

g. Membantu bawahan.

8

2.5 Gaya Kepemimpinan

Menurut para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan

dalam suatu organisasi antara lain: Swansburg, Russel C (2000)

a) Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt

Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan

melalui dua titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan

kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh

faktor manajer, faktor karyawan dan faktor situasi. Jika pemimpin

memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika

dibanding kepentingan pribadi maka pemimpin akan lebih otoriter, akan

tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan

menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya

partisipasinya.

b) Gaya Kepemimpinan Menurut Likert

Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem

yaitu:

1. Sistem Otoriter-Eksploitatif

Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah

terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau

hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-down).

2. Sistem Benevolent-Authoritative

Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi

bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan

membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide

bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam

pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.

3. Sistem Konsultatif

Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar.

Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan

9

dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi

dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.

4. Sistem Partisipatif

Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan,

menggunakan insentif  ekonomi untuk  memotivasi bawahan.

Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok

kerja.

c) Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y

      Dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human

Side Enterprise (1960), dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam

suatu organisasi dapat dikelompokkan dalam dua kutub utama, yaitu

sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu

tidak menyukai pekarjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung

jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada

memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa, bawahan itu

senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu

mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif. Dari teori ini, gaya

kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam yaitu:

1. Gaya Kepemimpinan Diktator

Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan

serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari

pelaksanaan Teori X.

2. Gaya Kepemimpinan Autokratis

Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya

kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan

berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah

dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.

3. Gaya Kepemimpinan Demokratis

10

Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan

keputusan yang dilakukan dengan musyawarah. Gaya ini pada 

dasarnya sesuai dengan Teori Y.

4. Gaya Kepemimpinan Santai

Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan

diserahkan pada bawahannya (Azwar dalam Nursalam, 2008: 64)

d) Gaya Kepemimpinan Menurut Robbet House

       Berdasarkan Teori Motivasi pengharapan, Robert House dalam

Nursalam (2002) mengemukakan empat gaya kepemimpinan yaitu:

1. Direktif

Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana

melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa pemimpin

selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh bawahannya.

2. Suportif

Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap

ramah terhadap bawahan.

3. Parsitipatif

Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan

dan saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.

4. Berorientasi Tujuan

Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan

bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal

mungkin (Sujak dalam Nursalam, 1990)

e) Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchard

              Ciri-ciri kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard (1997) meliputi:

1. Instruksi

a. Tinggi tugas dan rendah hubungan

b. Komunikasi sejarah

11

c. Pengambilan berada pada pemimpin dan peran bawahan sangat

minimal

d. Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang

spesifikserta mengawasi dengan ketat

2. Konsultasi

a. Tinggi tugas dan tinggi hubungan

b. Komunikasi dua arah

c. Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan

keputusan cukup besar

3. Parsitipatif

a. Tinggi hubungan rendah tugas

b. Pemimpin dan bawahan bersama-sama member gagasan dalam

pengambilan keputusan

4. Delegasi

a. Rendah hubungan dan rendah tugas

b. Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan

dalam pemecahan masalah serta bawahan diberi delegasi untuk

mengambil keputusan

f) Gaya Kepemimpinan Menurut Lippits dan K. White

       Menurut Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu

otoriter, demokrasi, liberal yang mulai dikembangkan di Unversitas Lowa.

1. Otoriter

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Wewenang mutlak berada pada pimpinan

b. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan

c. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan

d. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan

e. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan

para bawahan dilakukan secara ketat

f. Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan

12

g. Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,

pertimbangan atau pendapat

h. Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif

i. Lebih banyak kritik daripada pujian

j. Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat

k. Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat

l. Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman

m. Kasar dalam bersikap

n. Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh

pimpinan

2. Demokratis

Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam

mempengaruhi orang lain agar besedia bekerja sama untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang akan dilakukan

ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Wewenang pimpinan tidak mutlak

b. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada

bawahan

c. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan

d. Komunikasi berlangsung timbal balik

e. Pengawasan dilakukan secara wajar

f. Prakarsa datang dari bawahan

g. Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan

pertimbangan

h. Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat

permintaan daripada instruktif

i. Pujian dan kritik seimbang

j. Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas

masing-masing

k. Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar

13

l. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak

m. Tercipta suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan

saling menghargai

n. Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara

bersama-sama

3. Liberal atau Laissez Faire

Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan

mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai

tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan pelaksanaanya dilakukan

lebih banyak diserahkan kepada bawahan.

Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:

a. Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan

b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan

c. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan

d. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan

e. Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku

f. Prakarsa selalu berasal dari bawahan

g. Hampir tiada pengarahan dari pimpinan

h. Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok

i. Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok

j. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan

g) Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang

            Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang

dan kekuasaan dibedakan menjadi empat yaitu:

1. Otoriter

Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekarjaan.

Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin.

Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam

pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan hanya pada

kepentiungan tugas. Motivasi dengan reward dan punishment.

14

2. Demokratis

Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan

setiap staf. Menggunakan kekuatan posisi dan pribadinya untuk

mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan

tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya.

Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.

3. Partisipatif

Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin

yang menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan

tindakan tersebut pada bawahannya. Staf dimintai saran dan kritiknya

serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan keputusan

akhir ada pada kelompok.

4. Bebas Tindak

Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan

tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi

pekarjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya sebagai

sumber informasi dan pengendalian secara minimal.

2.6 Tugas Kepemimpinan dalam Keperawatan

Tugas penting seorang pemimpin di ruang rawat adalah: Swansburg,

Russel C (2000)

a. Selalu siap menghadapi setiap perubahan. Setiap pemimpin di ruang rawat

harus mampu bersikap proaktif dalam setiap perubahan yang terjadi,

berperan dalam setiap aspek kehidupan berorganisasi, serta mengkaji

setiap kemungkinan untuk mengembangkan sesuatu yang baru serta

mampu menanggapi setiap kesempatan sebagai suatu tantangan yang dapat

menghasilkan.

b. Mengatasi konflik yang terjadi sebagai dampak dari kegiatan, kebijakan,

ataupun hubungan yang terkait dengan atasan, bawahan atau pasien dan

keluarganya.

15

c. Meningkatkan dinamika kelompok diantara bawahan sebagai upaya

pemimpin untuk memotivasi bawahan

d. Meningkatkan komunikasi dengan atasan, bawahan, rekan sejawat dan

konsumen lainnya. Keterbukaan dalam berkomunikasi akan dapat

memperlancar proses pelaksanaan kegiatan sehingga akan mempermudah

pencapaian tujuan.

e. Melatih kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki dengan menerapkan

berbagai cara untuk membuktikan bahwa kekuasaan dan kewenangan itu

masih dapat dihargai oleh bawahan.

f. Menggunakan aspek politik untuk mempengaruhi orang lain, dalam

rangka memperlancar pencapaian tujuan.

g. Menatalaksanakan waktu dengan baik. Penatalaksanaan waktu yang baik

mencerminkan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia digunakan

dengan baik pula sehingga produktivitas kerja menjadi meningkat.

2.7 Penerapan Kepemimpinan dalam Keperawatan

Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan

yang kompleks dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan keperawatan

tercapai diperlukan berbagai kegiatan dalam menerapkan keterampilan

kepemimpinan. Menurut Kron, kegiatan tersebut meliputi : Swansburg,

Russel C (2000)

1. Perencanaan dan Pengorganisasian

Pekerjaan dalam suatu ruangan hendaknya direncanakan dan

diorganisasikan. Semua kegiatan dikoordinasikan sehingga dapat

dikerjakan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang benar. Sebagai

seorang kepala ruangan perlu membuat suatu perencanaan kegiatan di

ruangan.

2. Membuat Penugasan dan Memberi Penghargaan

Setelah membuat penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada para

perawat tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara singkat dan

jelas. Dalam memberi pengarahan, seorang pemimpin harus mampu

16

membuat seseorang memahami apa yang diarahkan dan juga mempunyai

tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan tersebut dikerjakan

dengan benar.

3. Pemberian bimbingan

Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam keperawatan. Bimbingan

berarti menunjukkan cara menggunakan berbagai metode mengajar dan

konseling. Bimbingan yang diberikan meliputi pengetahuan dan

keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akan membantu bawahan dalam

melakukan tugas mereka sehingga dapat memberikan kepuasan bagi

perawat dan klien.

4. Medorong Kerjasama dan Partisipasi

Kerjasama diantara perawat perlu ditingkatkan dalam melaksanakan

keperawatan. Seorang pemimpin perlu menyadari bahwa bawahan

bekerjasama dengan pemimpin bukan untuk atau dibawah pimpinan.

Kerjasama dapat ditingkatkan melalui suasana demokrasi dimana setiap

individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, dan

mereka mendapat pujian serta kritik yang membangun. Bawahan perlu

mengetahui bahwa pemimpin mempercayai kemampuan mereka.

Hubungan antar manusia yanng baik dapat meningkatkan kerjasama.

Disamping itu setiap individu dalam kelompok diusahakan untuk

berpartisipasi. Hal ini akan membuat setiap perawat merasa dihargai

termasuk bagi mereka yang sering menarik diri atau yang pasif. Partisipasi

setiap perawat dapat berbeda-beda, tergantung kemampuan mereka.

5. Kegiatan Koordinasi

Pengkoordinasian kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang

penting dalam kepemimpinan keperawatan. Seorang pemimpin perlu

mengusahakan agar setiap perawat mengetahui kegiatan-kegiatan yang

dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah

melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaian kerja bawahan.

Agar dapat melakukan koordinasi dengan efektif, diperlukan suatu

17

perencanaan yang baik dan penggunaan kemampuan setiap individu dan

sumber-sumber yang ada.

6. Evaluasi Hasil Penampilan Kerja

Evaluasi hasil penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan terhadap

staf dan pekerjaan mereka. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan

untuk menganalisa kekurangan dan kelebihan staf sehingga dapat

mendorong mereka mempertahankan pekerjaan yang baik dan

memperbaiki kekuranngan yang ada. Agar seorang pemimpin dapat

menganalisa perawat lain secara efektif, ia juga harus dapat menilai diri

sendiri sebagai seorang perawat dan seorang pemimpin secara jujur.

Melalui kegiatan-kegiatan ini diharapkan seorang kepala ruangan dapat

melakukan tanggung jawabnya sebagai manajer dan pemimpin yang efektif.

Dalam melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan, kepala ruangan

sebagai seorang pemimpin bertanggung jawab dalam :

a. Membantu perawat lain mencapai tujuan yang ditentukan

b. Mengarahkan kegiatan-kegiatan keperawatan

c. Tanggungjawab atas tindakan keperawatan yang dilakukan

d. Pelaksanaan keperawatan berdasarkan standar

e. Penyelesaian pekerjaan dengan benar

f. Pencapaian tujuan keperawatan

g. Kesejahteraan bawahan

h. Memotivasi bawahan

18

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengumpulan Data

a. Karakteristik Ruangan Penyakit Dalam

RSUD Surya Kencana Kabupaten Bandung

Profil Ruang penyakit dalam adalah Salah satu bangsal perawatan

yang ada di RSUD Surya Kencana Kabupaten Bandung, kapasitas TT 30

bed yang terdiri dari 15 bed untuk Kamar Perawatan Pria dan 15 bed

untuk Kamar Perawatan Wanita. Jadi total keseluruhan 30 Pasien.

Penyakit-penyakit yang sering dirawat di Ruang Penyakit Dalam

seperti : Pasien dengan Penyakit Degeneratif, Infeksi, Sistem

Kardiovaskuler, Pencernaan, Perkemihan Non Bedah, Persyarafan,

Gangguan Metabolisme, dan Pernafasan

Jumlah ketenagaan yang ada di Ruang Penyakit Dalam yakni

terdiri dari 21 orang dengan rincian 18 orang tenaga perawat termasuk

Kepala Ruangan dan Supervisor, 1 Petugas Administrasi dan 2 orang

Petugas Kebersihan. Pendidikan terakhir mereka adalah 2 orang S1

Keperawatan, 16 orang D III Keperawatan, 1 orang SLTA dan 2 orang

SLTP.

Ruang penyakit dalam RSUD Surya Kencana Kabupaten Bandung

menerapkan dalam hal Manajemen Keperawatan yang mana Metoda

Asuhan Keperawatan yang di adop adalah SP2KP ( Sistem Pemberian

Pelayanan Keperawatan Profesional ). Ruangan ini menggunakan pola

Modifikasi Tim-Primer (Moduler) yang mana terbagi atas 2 Tim/Grup.

Masing-masing Tim/Grup diketuai oleh 1 Orang PP ( Perawat Primer ),

dan dibawahnya lagi ada 7 Orang PA ( Perawat Asosiate ) atau Perawat

Pelaksana.

19

3.2 Analisis Masalah

Diruang dalam berfokus pada penyakit:

1. Degenerative 4

2. Infeksi 3

3. system kardiovaskuler 4

4. system pencernaan 3

5. system syaraf 2

6. system perkemihan non bedah 2

7. Gangguan metabolism 3

8. System pernafasan 5

26

BOR: 26/30 X 100%= 86,66%

3.3 Pemecahan Masalah

Gaya kepemimpinan yang sesuai dengan ruang penyakit dalam adalah

gaya kepemimpinan partisipatif dan demokratif. Karena pemimpin dengan

gaya partisipatif akan mendengarkan, menerima dan menilai hasil pemikiran

bawahannya sejauh pemikiran tersebut bisa dipraktikkan. Pemimpin seperti

ini akan mendorong staf agar meningkatkan kemampuan mengendalikan diri

dan menerima tanggung jawab yang lebih luas. Pemimpin akan menjadi leih

suportif dalam kontak dengan para staf dan bukan bersikap diktator meskipun

wewenang terakhir dalam pengambilan keputusan ada pada pemimpin.

Sedangkan dalam gaya kepemimpinan demokratis pengambilan keputusan

diambil dengan cara musyawarah sehingga para bawahan ikut terlibat

langsung dalam pengambilan keputusan.

1. Kepala Ruangan di Rawat Dalam harus membantu perawat lain mencapai

tujuan yang ditentukan, karena selain membantu mencapai tujuan kepala

ruangan juga lah yang membuat tujuan tersebut sedangkan perawat

pelaksana membantu menjalankan dan mencapai tujuan tersebut.

20

2. Kepala Ruangan di Rawat Dalam harus memberikan arahan kepada

perawat pelaksana dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan keperawatan,

contohnya ditandai dengan adanya pembagian tugas dari kepala ruangan

untuk masing-masing perawat pelaksana.

3. Kepala Ruangan di Rawat Dalam bertanggungjawab atas tindakan

keperawatan yang dilakukan, karena setiap tindakan-tindakan keperawatan

yang dilakukan oleh perawat pelaksana merupakan tanggung jawab kepala

ruangan di ruang tersebut.

4. Kepala Ruangan di Rawat Dalam harus melaksanaan tindakan

keperawatan berdasarkan standar , karena untuk memberikan contoh

kepada perawat pelaksana agar dapat melaksanakan setiap tindakan

keperawatan sesuai dengan standar

5. Kepala Ruangan di Rawat Dalam harus menyelesaikan pekerjaan dengan

benar , karena sebagai bentuk tanggung jawab dan role model untuk

bawahannya agar dapat bekerja dengan baik dan benar.

6. Kepala Ruangan di Rawat Dalam harus mensejahterakan bawahannya,

karena untuk mencapai suatu tujuan di butuhkan kesejahteraan daripada

bawahannya.

7. Kepala Ruangan di Rawat Dalam harus memotivasi bawahannya, karena

untuk suatu tujuan dibutuhkan motivasi yang sangat kuat agar perawat

mampu menjalakan tugasnya dengan baik.

8. Rasio dan karakteristik pasien dan perawat (tingkat ketergantungan pasien)

a. Minimal care 5 pasien

b. Intermediate care 14 pasien

c. Total care 7 pasien

21

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Gaya dan karakteristik pemimpin

Dari hasil penelitian tentang gaya dan karakteristik pemimpin

menujukan belum maksimalnya dalam memimpin karyawanya atau

bawahanya dan pemimpin kurang berkomunikasi dengan perawat ruangan

penyakit dalam.

2. Kinerja Perawat

Dari hasil penelitian diruangan penyakit dalam kinerja yang ada di

ruangan penyakit dalam sudah cukup baik dengan adanya tugas pokok dan

fungsi tenaga perawat yang sudah sesuai dengan standar operasional yang

ada di ruangan.

3. Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja perawat

Kepemimpinan kepala ruangan dalam kinerja perawat menujukan

berpengaruh yang positif atau baik kerena pemimpin yang baik akan

meningkatkan kinerja perawat pelaksana.

22

DAFTAR PUSTAKA

C. Swansburg, Russel. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen

Keperawatan untuk Perawat Klinis. (Samba Suharyati, et.al, Penerj.) Jakarta:

EGC

C. Swansburg, Russel. 2001. Pengembangan Staf Keperawatan. (Waluyo Agung,

et.al, Penerj.) Jakarta: EGC

Kuntoro,Agus.2010.Buku Ajar Manajemen Keeperawatan. Yogyakarta:Muha

Medika

L. La Monica, Elaine. 1998. Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan.

(Nurachman Elly, et.al, Penerj.) Jakarta: EGC.

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan : penerapan dalam praktik

keperawatan profesional. Jakarta : Salemba Medika

S. Suarli, Yanyan Bahtiar. 2009. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika

23

DAFTAR LAMPIRAN

Gambaran Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan di Ruang

Rawat Dalam Rumah Sakit Surya Kencana Kab. Bandung

Pemeran :

Kepala Ruangan : Sofan Hardi Fratama

Perawat Primer 1 : Imas Nurwati

Perawat Primer 2 : Resti Rizkika Aftortia

Perawat 1 : Joannisa Rismawati Arisona

Perawat 2 : Nur Fazriany

Perawat 3 : Iskandar Zulkarnaen Sababa

Perawat 4 : Emira Saidah Nurfildzah

Perawat 5 : Wilva Ulva Latifah

Perawat 6 : Fitriani Fauziyah Zein

Perawat 7 : Asri Mariparilah Permanasari

24

NASKAH ROLEPLAY

Di sebuah rumah sakit Surya Kencana di Ruang Penyakit Dalam kelas 3

yang terdiri dari 30 bed , pasien pria 12 orang dan pasien wanita 14 orang.

Terdapat pasien yang minimal care 5 orang, intermediate 14 orang dan total care 7

orang.

Terdapat pasien dengan penyakit gangguan sistem pernafasan dan

membutuhkan perawatan intermediate care. Setelah dilakukan beberapa

pemeriksaan ternyata pasien tersebut menderita BTA positif. Pasien seharusnya di

pindahkan ke ruang isolasi tetapi di ruangan tersebut penuh. Karena kejadian ini

sudah berulang beberapa kali maka diadakan rapat ruangan untuk memecahkan

masalah ini agar tidak terulang kembali.

Diruang Perawat..

Perawat 1 : Bu, pasien bernama Tn. X telah keluar hasil

pemeriksaan Radiologi dan laboratorium ternyata pasien

ini positif TBC paru dengan BTA positif, menurut ibu

bagaimana ? soalnya ruangan isolasi sudah penuh.

Perawat Primer 1 : Oh gitu yah, boleh saya lihat hasil pemeriksaannya ?

kalau gitu nanti saya bicarakan dengan kepala ruangan

Perawat primer menghampiri ruang kepala ruangan

Perawat Primer 1 : (mengetuk pintu) Assalammualaikum wr. wb

Kepala Ruangan : Waalaikumsalam, Masuk... Silahkan Duduk, ada apa ?

Perawat Primer 1 : Terimakasih Pak, begini Pak pasien bernama Tn. X

sudah ada hasil pemeriksaannya dan hasilnya pasien

positif TBC paru dengan BTA positif, sedangkan Ruang

Isolasi sudah penuh. Bagaimana pendapat Bapak

mengenai hal ini karena sudah sering terjadi kasus

seperti ini ?

25

Kepala Ruangan : Oh Begitu, Yasudah untuk sementara diruangan itu saja

dulu, karena tidak memungkinkan untuk dipindahkan ke

ruang Isolasi.

Perawat Primer 1 : Baik pak, terimakasih. Assalammualaikum wr. wb

Kepala Ruangan : Ya, Waalaikumsalam wr. wb

Perawat primer 1 meninggalkan ruangan.....

Di Ruangan Perawat, perawat primer 1 membicarakan dengan perawat

associate mengenai pasien bernama Tn. X yang didiagnosa menderita TBC paru

BTA positif

Perawat Primer 1 : Saya sudah konfirmasi dengan kepala ruangan, menurut

kepala ruangan pasien bernama Tn. X dirawat diruangan

itu saja, pasien dipindahkan apabila ruangan isolasi ada

yang kosong.

Perawat 1 : Bagaimana dengan pasien yang berada di ruangan

tersebut ?

Perawat 2 : Lalu bagaimana dengan perawat sendiri, sedangkan

untuk penggunaan masker dibatasi yaitu hanya untuk

ruangan isolasi saja ?

Perawat 3 : Jadi kalau keputusannya seperti itu maka APD kita

harus ditambah

Perawat Primer 1 : Iya , untuk sementara keputusan ini yang akan kita

laksanakan untuk yang lainnya saya akan konsultasi

kembali dengan kepala ruangan.

Pada saat sedang membicarakan hal itu perawat jaga siang sudah berada

diruangan dan mendengar apa yang dibicarakan dan mereka pun ikut berbicara.

26

Perawat 4 : Tapi bagaimana apabila Rumah Sakit menolak untuk

menambah jumlah Stok APD kita ?

Perawat 5 : Belum lagi, keluarga pasien yang lain komplain apabila

mengetahui ruangannya disatukan dengan pasien yang

memiliki penyakit menular.

Perawat primer 2 : iya kan hal ini sedang dibicarakan lagi kepada kepala

ruangan, kita tunggu saja hasilnya.

Diruang kepala ruangan...

Perawat primer 1 : Assalamualaikum wr. wb

Kepala ruangan : Waalaikumsalam wr. wb silahkan masuk

Perawat primer 1 : Pak bagaimana masalah pasien yang terkena penyakit

TBC ? perawat-perawat kita sudah komplain kalau harus

tetap diruangan itu, karena APD bagi perawat dibatasi,

Mereka takut tertular.

Kepala ruangan : Yasudah jika hal ini menjadi masalah bagi perawat

mungkin baiknya kita adakan rapat saja untuk mencari

penyelesaian masalah ini, mungkin waktunya besok saja

agar semua perawat hadir. Kira-kira jam 12.00 diruang

perawat.

Perawat primer 1 : Baik pak akan saya sampaikan kepada rekan-rekan saya

yang lain.

Perawat primer 1 meninggalkan ruang kepala ruangan dan menghampiri

perawat primer 2.

Perawat primer 1 : Bu kepala ruangan akan mengadakan rapat besok jam

12.00 siang untuk membahas masalah ini, tolong nanti

rekan-rekan yang lain beri tahu.

27

Perawat primer 2 : Iya baik nanti saya akan kasih tau kepada tim saya

Keesokan harinya diruang perawat rapat dimulai....

Kepala ruangan : (membuka acara rapat) assalamualaikum wr.wb

Staf : waalaikumsalamm wr.wb

Kepala ruangan : Terimakasih kepada rekan-rekan sejawat yang telah

beresedia hadir dalam rapat kali ini, hari ini kita akan

membahas beberapa hal mengenai masalah yang perawat

sampaikan kepada perawat primer diantaranya tentang

APD dan ruang isolasi. Baiklah kita langsung saja, disini

kita mempunyai pasien yang seharusnya dirawat diruang

isolasi tetapi ruangannya penuh sehingga pasien tersebut

masih dirawat bersama dengan pasien lain yang tidak

berpenyakit menular serta APD yang disediakan pihak

rumah sakit terbatas bagi perawat. Bagaimana pendapat

rekan-rekan mengenai masalah ini ? Agar ada jalan

keluar dan tidak ada masalah bagi kita semua.

Perawat 6 : Begini Pak, apakah kasus seperti ini harus selalu

dibiarkan dan pastinya akan berdampak untuk kita semua

dan juga para pasien disini.

Perawat 7 : Iya Pak, jika terus dibiarkan seperti ini BOR rumah

sakit akan semakin turun khususnya di ruang penyakit

dalam karena kurangnya ruangan isolasi

Perawat 3 : Lalu apabila Tn. X di biarkan di ruangan itu, maka

APD kita harus ditambah, masalahnya apakah rumah

sakit mengizinkannya ?

28

Perawat 1 : Terus nanti apabila keluarga pasien yang lain tahu

bahwa keluarganya disatukan dengan pasien yang

menderita TBC bagaimana ?

Perawat 4 : Terus apabila perawat disini tertular bagaimana ?

Perawat Primer 2 : Baik, kita pecahkan bersama-sama, bagaimana baiknya

agar tidak terjadi kesalahpahaman di antara kita. Saya

serahkan kepada bapak bagaimana baiknya.

Kepala Ruangan : Baik, saya tampung pendapat rekan-rekan, terimakasih

sudah mau menyampaikan pendapatnya. Kita akan bahas

satu persatu, untuk masalah APD mungkin saya akan

mengajukan kepada pihak rumah sakit apakah boleh

untuk menambah jumlah APD. Untuk pasien yang

disatukan dengan pasien yang terisolasi mungkin kita

menyekat bed dengan bed yang lain, jadi ada salah satu

bed yang kosong. Untuk keluarga pasien sendiri kita

akan bicarakannya dengan musyawarah agar keluarga

pasien menggunakan masker pada saat berada dalam

ruangan.

Perawat 1 : lalu bagaimana jika saat kita memberitahu tentang

penggunaan masker kepada keluarga pasien, dan

keluarga pasien bertanya untuk apa masker itu, kita harus

menjawab apa?

Perawat 2 : Nah iya, apabila kita memberitahu kepada keluarga

pasien yang ada di ruangan itu bahwa ada pasien lain

yang mempunyai penyakit menular apa tidak melanggar

privasi klien?

29

Kepala Ruangan : Mungkin ada rekan-rekan disini yang dapat

memberikan masukan untuk mengatasi masalah yang

ditanyakan oleh perawat 1 dan 2?

Perawat 6 : kalau masukan dari saya saat kita beritahu saja bahwa

penggunaan masker ini untuk mencegah terjadinya

infeksi nosokomial karena tetapi tidak menuntut

kemungkinan bahwa kita tidak tertular penyakit yang ada

di lingkungan ruangan rumah sakit.

Perawat 7 : saya cukup sependapat dengan perawat 6, intinya

bagaimana caranya kita menjelaskan kepada keluarga

pasien yang sedang menunggu bahwa penggunaan

masker di lingkup rumah sakit adalah penting agar tidak

terjadi penularan penyakit.

Perawat 4 : tapi kan masalahnya untuk APD sendiri belum ada

kejelasan dari pihak rumah sakit apakah Rumah Sakit

bersedia untuk menambah APD.

Kepala Ruangan : baik, terimakasih kepada rekan-rekan yang telah

memberikan masukannya. Insya Alloh dari hasil rapat

ini saya akan mengutarakan semua pertanyaan dan

keluhan dari apa yang kita bahas hari ini.

Perawat Primer 2 : baiklah, untuk rapat hari ini mungkin kita cukupkan

sampai disini, apabila masih ada pertanyaan maupun

keluhan dapat ditampung dulu dan dapat dibahas di rapat

selanjutnya setelah ada keputusan yang jelas untuk

penggunaan APD dari pihak Rumah Sakit.

Kepala Ruangan : untuk rapat selanjutnya nanti saya akan beritahu

secepatnya melewati perawat primer 1. Terimakasih atas

waktu luangnya menghadiri rapat hari ini dan semoga

30

ada titik terang dari masalah ini. baiklah, saya cukupkan

rapat hari ini, wassalamualaikum. wr. wb

Staf : wa’alaikumsalam. wr. wb

Setelah kepala ruangan membahas masalah yang sedang terjadi di ruang

penyakit dalam kelas 3 dengan kepala Rumah Sakit, kepala ruangan pun

memberitahukan kepada perawat primer 1 agar diadakan rapat kembali.

Perawat primer 1 : Bu, tadi kepala ruangan telah membahas masalah yang

kemarin kita bahas dalam rapat bersama kepela Rumah

sakit, dan kepala ruangan meminta hari ini jam 14.00

diadakan rapat yang kedua, tolong sampaikan kepada

semua perawat diruang penyakit dalam kelas 3.

Perawat primer 2 : baik bu saya akan informasikan kepada semua perawat

yang ada di ruang penyakit dalam kelas 3 agar

menghadiri rapat hari ini.

Saat rapat

Kepala ruangan : (membuka acara rapat) assalamualaikum wr.wb

Staf : waalaikumsalamm wr.wb

Kepala ruangan : terimakasih kepada rekan-rekan sejawat yang telah

beresedia hadir dalam rapat kedua hari ini, hari ini kita

akan membahas dan memecahkan semua masalah yang

telah kita diskusikan saat rapat kemarin, untuk itu saya

persilahkan kepada perawat Primer 1 untuk menjadi

notulen rapat hari ini.

Perawat Primer 1 : terimakasih kepada Bapak kepala ruangan, baiklah

mungkin yang pertama kita bahas masalah APD,

bagaimana pak apakah dari pihak rumah sakit

menyetujui tentang penambahan APD terutama masker?

31

Kepala Ruangan : untuk pihak Rumah Sakit, Alhamdulillah setelah kami

berdiskusi mereka menyetujui penambahan APD karena

darurat, tetapi setelah masalah ini selesai, mungkin

peraturan APD bahwa digunakan hanya di ruang isolasi

akan berlaku kembali.

Perawat 2 : nah untuk masalah APD sudah dipecahkan

Perawat 3 : berarti tinggal kita menginformasikan kepada setiap

keluarga pasien agar menggunakan masker selama ada di

ruangan rumah sakit.

Perawat 7 : kalau begitu masalahnya tinggal pasien yang

seharusnya diisolasi tetapi berada di ruang penyakit

dalam bagaimana, apakah sudah ada keputusan dari

kepala rumah sakit?

Kepala ruangan : ya masalah itu juga sudah ibu bicarakan, dari pihak

rumah sakit akan memberikan beberapa ruangan

tambahan untuk kamar di ruang isolasi.

Perawat 6 : tetapi untuk penambahan ruangan kan perlu waktu?

Sedangkan pasien yang seharusnya di ruang isolasi

masih ada di ruang penyakit dalam?

Kepala ruangan : ya itu juga sudah saya pikirkan, nanti di ruang penyakit

dalam kita buat sekat untuk pasien yang mengalami

penyakit menular untuk sementara waktu sebelum dibuat

ruang isolasi yang baru. Mungkin kurang efektif, dan

cukup sedikit membuat repot perawat, tetapi dengan cara

itu mungkin penyebaran penyakit akan lebih bisa

diminimalisir.

Perawat Primer 1 : bagaimana forum? Apakah setuju dengan usulan kepala

ruangan, atau ada sanggahan atau memberi tambahan?

32

Perawat 2 : kalo saya pribadi setuju karena menurut saya mungkin

dengan cara itu yang paling efektif untuk sementara ini

selagi pihak rumah sakit menyediakan ruangan tambahan

untuk ruang isolasi.

Perawat Primer 1 : untuk teman-teman yang lain bagaimana?

Staff : setuju ..

Perawat associate : baik, telah diputuskan dan ini telah disepakati bersama

untuk masalah ini kita anggap clear. Saya kembalikan

kepada kepala ruangan

Kepala ruangan : terimakasih untuk perawat associate yang telah

mengatur jalannya rapat hari ini, mungkin telah

disepakati bersama dan saya anggap masalah ini clear

dan dapat jalan keluarnya. Apabila dari rekan-rekan

sejawat ada ide yang lebih baik bisa langsung bicara

dengan saya.

Staff : Baik Pak..

Kepala Ruangan : nah sekarang, rekan-rekan bisa kembali untuk

menyelesaikan tugasnya masing-masing.

Setelah ditemukan jalan keluarnya perawat di ruang penyakit dalam pun

tidak khawatir tertular penyakit lagi karena sudah mendapat tambahan APD dari

pihak Rumah Sakit. Sementara itu untuk pasien nya sendiri tetap berada di

ruangan biasa namun disekat, dan keluarga pasien di beritahu untuk

mengggunakan masker saat sedang berkunjung atau menunggu pasien agar tidak

tertular penyakit.

33