BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ......4.2.1 Deskripsi Kondisi Awal Kondisi awal adalah...
Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ......4.2.1 Deskripsi Kondisi Awal Kondisi awal adalah...
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum SDN Rejowinangun Utara 03
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN Rejowinangun Utara 03
Kota Magelang pada semester II tahun pelajaran 2012/ 2013 dengan subyek
penelitian kelas 5. Jumlah siswa kelas 5 sebanyak 12 orang. SDN Rejowinangun
Utara 03 terletak di desa Paten Jurang Kota Magelang. Lokasi SD ini ada di
tengah kota, namun berada di dalam kampung, sangat padat pemukiman
penduduk. Kondisi bangunan di SD ini sudah cukup bagus dan bersih.
Perpustakaan juga cukup bagus dan luas. Namun fasilitas pembelajaran masih
tergolong minim, dikarenakan kurangnya alat pembelajaran, belum terdapat ruang
multimedia. Tenaga pengajar di SD Rejowinangun Utara 03 ini terdiri dari guru
kelas 1 sampai dengan kelas 6 dengan setiap kelas diampu 1 guru, juga terdapat
tenaga pengajar agama 1 guru, serta guru olahraga 1 guru.
4.2 Hasil penelitian
4.2.1 Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal adalah kondisi dimana kegiatan penelitian tindakan kelas ini
dilakukan. Berdasarkan hasil observasi di kelas 5 SDN Rejowinangun Utara 03
dengan jumlah siswa 12 pada mata pelajaran IPA yaitu dengan melihat hasil nilai
ulangan semseter 1 didapati bahwa hasil belajar IPA siswa sebanyak 7 siswa (
58,33%) nilai yang diperoleh belum memenuhi KKM. Untuk KKM yang
ditentukan oleh pihak sekolah adalah sebesar ≥ 65. Data hasil belajar siswa
kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.1
32
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa IPA Prasiklus
No Nilai Jumlah Siswa Presentase (%) Keterangan
1. < 50 - - Belum tuntas
2. 50 – 54 2 16,66 % Belum tuntas
3. 55 – 59 2 16,66 % Belum tuntas
4. 60 – 64 3 25 % Belum tuntas
5. 65 – 69 - - Belum tuntas
6. 70 – 74 1 8,33% Tuntas
7. 75 – 79 - Tuntas
8. 80 – 84 2 16,66% Tuntas
9. 85 – 89 2 16,66% Tuntas
10. 90 – 94 - - Tuntas
11. 95 – 100 - - Tuntas
Jumlah 12 100 %
Rata- Rata 65,83
Nilai Tertinggi 85
Nilai Terendah 45
KKM ≤ 65
Dari data pada tabel 4.1, terlihat bahwa perbandingan siswa yang
mencapai KKM adalah 5 siswa atau 41,66 % dan siswa yang belum mencapai
KKM berjumlah 7 siswa atau 58,33% siswa dengan uraian siswa yang mendapat
nilai antara 50 – 54 sebanyak 2 siswa, siswa yang mendapat nilai antara 55 – 59
sebanyak 3 siswa, siswa yang mendapat nilai antara 60 – 64 sebanyak 2 siswa,
siswa yang mendapat nilai antara 70 – 74 sebanyak 1 siswa, siswa yang mendapat
nilai antara 75 – 79 sebanyak 2 siswa, siswa yang mendapat nilai antara 85 – 89
sebanyak 2 siswa. Nilai rata-rata kelas 50,91, dengan perolehan terendah yaitu 50
dan tertinggi 85. Mengacu pada KKM ≥ 65 maka presentase keseluruhan siswa
yang mencapai ketuntasan maupun belum tuntas belajar, disajikan pada tabel
berikut ini :
33
Tabel 4.2
Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Prasiklus
Nilai Jumlah Siswa Presentase ( %) Keterangan
< 65 7 58,3 % Belum Tuntas
≥ 65 5 41,7 % Tuntas
Jumlah 12 100%
Rata- Rata 65,83
Nilai Tertinggi 85
Nilai Terendah 60
Presentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas 5 SDN Rejowinangun
Utara 03 Kota Magelang sebelum dilakukan tindakan diketahui bahwa siswa yang
memperoleh nilai kurang dari KKM ≥ 65 sebanyak 5 siswa atau 33,2% dari total
keseluruhan siswa. Berikut ini adalah diagram lingkaran prosentase ketuntasan
hasil belajar sebelum tindakan.
Gambar 4.1
Diagram Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus
Berdasarkan hasil belajar sebelum dilakukan tindakan, maka dalam
penelitian di SDN Rejowinangun Utara 03 ini digunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan rancangan seperti diuraikan di dalam bab
sebelumnya guna meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN
Rejowinangun Utara 03 Kota Magelang. Dalam penelitian ini dilaksanakan dalam
dua siklus dan disetiap siklus terdapat dua kali pertemuan.
Tuntas
Belum Tuntas
58,2 % 41,5%
34
4.2.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
Dalam pelaksanaan siklus 1 terbagi dalam dua kali pertemuan dengan
rincian sebagai berikut :
4.2.2.1. Pertemuan 1
A. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan hal- hal sebagai
berikut:
1. Merancang RPP yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan materi perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya.
2. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
3. Mempersiapkan lembar diskusi kelompok, lembar kuis individu, dan
lembar observasi pelaksanaan pembelajaran untuk guru dan siswa.
B. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan peneliti yang berperan sebagai pengajar
merealisasikan segala sesuatu yang telah dibuat dalam tahap perencanaan ke
dalam pembelajaran. Deskripsi pelaksanaan pertemuan pertama pada siklus I
adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan Awal
Dalam kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar antara lain
memulai pembelajaran dengan memimpin doa, mengucapkan salam,
menanyakan kondisi peserta didik. Dilanjutkan dengan melakukan kegiatan
apersepsi yaitu menunjukkan magnet kepada siswa, serta bertanya
fungsinya. Semua jawaban siswa ditampung dan kemudian pengajar
menginformasikan tujuan pembelajaran serta cakupan materi pembelajaran
hari ini tentang pengelompokan benda magnetis dan non magnetis beserta
contohnya.
2. Kegiatan Inti
Guru memberikan penjelasan singkat tentang materi tentang
memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya.
Dilanjutkan tanya jawab antar guru dan siswa tentang pengelompokan
benda yang bersifat magnetis dan non magnetis, lalu siswa diminta
35
menyebutkan contoh penggunaan magnet dalam kehidupan sehari- hari.
Lalu kegiatan selanjutnya adalah guru membagi kelompok besar yang terdiri
dari 4 siswa dalam satu kelompok yang terdiri dari siswa dengan
kemampuan heterogen yang terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi, 1
siswa berkemampuan sedang, dan 2 siswa berkemampuan rendah.
Pembagian kelompok ini dimaksudkan agar terjadi interaksi yang heterogen
antara anggota kelompok yang berbeda- beda tingkat kemampuan
akademik, dan gender seperti yang tertera dalam komponen model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Pada kegiatan pembagian kelompok ini ternyata siswa masih
canggung dengan model pembelajaran ini, masih sering bertanya kepada
guru, dan akibatnya adalah terjadi keributan kecil antara siswa, ditambah
lagi keributan siswa yang disatukan dengan siswa lain yang bukan pilihan
mereka sendiri.
Setelah siswa dibagi kelompok kemudian guru membagikan bahan
diskusi kelompok tentang benda- benda yang bersifat magnetis dan non
magnetis serta penggunaan magnet dalam kehidupan sehari- hari . Dalam
kegiatan diskusi kelompok ini juga belum terjadi kerjasama dan interaksi
yang positif antar anggota kelompok untuk menyelesaikan bahan diskusi.
Penyebabnya adalah seperti pada waktu kegiatan pembagian kelompok,
siswa belum terbiasa bekerja sama dengan teman yang bukan pilihannya
sendiri. Alhasil yang terjadi adalah siswa yang berbeda kelompok malah
asyik mengobrol sendiri.
Tahap berikutnya adalah perwakilan masing- masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Pada waktu
memilih anggota kelompok untuk maju mempresentasikan hasil diskusi di
depan kelas juga terjadi sedikit keributan, karena siswa masih merasa
canggung dan malu untuk mewakili kelompoknya. Kemudian dilanjutkan
dengan membuat kesimpulan antara guru dan siswa tentang materi yang
telah dipresentasikan. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan hal- hal yang belum dipahami. Langkah selanjutnya adalah
36
pemberian kuis kepada siswa yang dikerjakan secara inidividu. Kuis
individual digunakan untuk menentukan skor kemajuan tiap siswa dengan
ketentuan skor awal yang telah ditentukan dari nilai semester 1. Kemudian
dari nilai kuis yang diberikan oleh guru dapat diketahui nilai kemajuan
individu siswa. Skor kemajuan kelompok ditentukan dari perkembangan
nilai kelompok siklus pertama pertemuan pertama dan siklus pertama
pertemuan kedua yang masing- masing dijumlahkan dan dibagi dengan
jumlah anggota kelompok. Dari hasil pembagian tersebut didapat rata- rata
nilai tiap kelompok. Kelompok yang mendapatkan skor paling tinggi akan
mendapatkan penghargaan berupa hadiah yang diberikan pada pertemuan
selanjutnya
3. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa secara bersama- sama menyimpulkan hasil
pembelajaran tentang materi pengelompokan benda magnetis dan non
magnetis beserta contohnya. Kemudian guru menutup pembelajaran
pertemuan pertama. Berikut ini adalah pemaparan hasil pengamatan
berdasarkan lembar observasi.
C. Pengamatan/ Observasi
Pada kegiatan observasi, yang diamati adalah hasil pengamatan berdasarkan
lembar observasi yang dilakukan oleh guru yang bertindak sebagai observer
pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama. Berikut ini adalah pemaparan hasil
pengamatan berdasarkan lembar observasi.
1) Hasil Analisis Observasi Guru
Hasil analisis lembar observasi guru pada pertemuan pertama dapat dilihat
pada tabel 4.3 berikut ini.
37
Tabel 4.3
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan ke-1
Skor Aktivitas Frekuensi Jumlah
1 2,5,6,7,10,14,17,20,25 9 9
2 8,13,16,19,22,24,32 7 14
3 4,12,27,28,30,33 6 18
4 3,1,9,11,15,18,21,23,26,29,31 11 44
Jumlah 85
Dari data hasil observasi lembar observasi guru pada tabel 4.3 kemudian
dihitung skor yang diperoleh menggunakan tabel kriteria skor lembar observasi
guru pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4
Kriteria Skor Lembar Observasi Guru
No Skor Kualifikasi
1 113 – 132 A
2 97 – 112 B
3 81 – 96 C
4 < 81 D
Pada tabel 4.3 didapat data bahwa jumlah skor yang diperoleh adalah 85.
Apabila dilihat dari tabel 4.4 maka skor 85 dikualifikasikan mendapat nilai C.
Aktivitas guru dalam pembelajaran masih terdapat kekurangan antara lain dalam
hal memeriksa kesiapan siswa belum terlaksana, guru belum mengoptimalkan
kerjasama siswa di dalam kelompok seperti memotivasi dan mengarahkan untuk
menyelesaikan tugas kelompok.
2) Analisis Hasil Observasi Siswa
Berikut ini adalah hasil analisis dari lembar observasi siswa yang
dilakukan oleh observer pada siklus I pertemuan pertama. Berdasarkan observasi
yang dilakukan observer terhadap aktivitas siswa pada pertemuan pertama siklus I
diperoleh data hasil observasi dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.
38
Tabel 4.5
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I pertemuan ke-1
Skor Aktivitas Frekuensi Jumlah
1 7,11,15,17 4 4
2 2,3,4,5,6,13 6 12
3 1,8,9,10,14,18,19 7 21
4 12,16,20,21,22,23 6 24
Jumlah 61
Data hasil observasi aktivitas siswa pada tabel 4.5 kemudian dianalisis
hasil penskorannya dengan menggunakan tabel kriteria penskoran lembar
observasi siswa pada tabel 4.6.
Tabel 4.6
Kriteria Skor Lembar Observasi Siswa
No Skor Kualifikasi
1 32 – 92 A
2 70 – 82 B
3 47 – 69 C
4 24 – 46 D
5 23 – 35 E
Dari data pada tabel 4.6 diketahui bahwa jumlah skor yang diperoleh
berjumlah 60. Kemudian jumlah skor tersebut jika dilihat dari tabel kriteria skor
lembar observasi siswa pada tabel 4.6 masuk dalam kualifikasi nilai C. Aktivitas
siswa dalam pembelajaran masih terdapat kekurangan antara lain yaitu siswa
masih ribut sendiri ketika guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
D. Refleksi
Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama dinilai masih banyak
kekurangan jika dilihat dari lembar observasi guru dan lembar observasi siswa.
Berdasarkan hasil diskusi pengajar dengan observer, kekurangan tersebut antara
lain : a) siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
yang menuntut siswa untuk belajar di dalam kelompok, b) siswa masih terlihat
asyik sendiri bermain dengan siswa lain yang berbeda kelompok, c) guru dalam
pembelajaran kurang dapat mengarahkan siswa bekerja dalam kelompok .
Berdasarkan hasil analisis hasil observasi guru dan siswa terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan, maka peneliti dan guru kelas berdiskusi untuk
39
menentukan solusi guna memperbaiki pembelajaran selanjutnya. Adapun solusi
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Siswa dibimbing lagi untuk dapat bekerja dalam kelompoknya, serta
melakukan pendekatan tentang kesulitan yang dihadapi siswa agar dapat
dipecahkan.
2. Memberikan penguatan terhadap siswa tentang konsep STAD agar siswa
mudah dalam mengikuti pembelajaran dan bekerja sama di dalam
kelompoknya.
4.2.2.2. Pertemuan Kedua
A. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti kembali mempersiapkan pembelajaran
dengan mengacu pada refleksi pertemuan pertama. Persiapan untuk pembelajaran
pertemuan kedua antara lain :
1. Merancang RPP yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan materi perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya.
2. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
3. Mempersiapkan lembar diskusi kelompok, lembar kuis individu, soal
evaluasi dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran untuk guru dan
siswa.
B. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan peneliti yang berperan sebagai pengajar
merealisasikan segala sesuatu yang telah dibuat dalam tahap perencanaan ke
dalam pembelajaran. Deskripsi pelaksanaan pertemuan kedua pada siklus kedua
adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan Awal
Dalam kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar antara lain
memulai pembelajaran dengan memimpin doa, mengucapkan salam,
menanyakan kondisi peserta didik. Dilanjutkan dengan melakukan
kegiatan apersepsi yaitu melakukan tanya jawab tentang materi
sebelumnya. Semua jawaban siswa ditampung dan kemudian pengajar
menginformasikan tujuan pembelajaran serta cakupan materi pembelajaran
40
hari ini tentang gaya gravitasi bumi dan membandingkan gerak benda
dalam permukaan yang berbeda.
2. Kegiatan Inti
Guru memberikan penjelasan singkat tentang materi tentang
memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya.
Dilanjutkan tanya jawab antara guru dan siswa gaya gravitasi bumi, dan
siswa diminta menyebutkan manfaat gaya gravitasi dalam kehidupan
sehari- hari. Lalu kegiatan selanjutnya adalah guru kembali membagi
kelompok besar yang terdiri dari 4 siswa dalam satu kelompok yang terdiri
dari siswa dengan kemampuan heterogen yang terdiri dari 1 siswa
berkemampuan tinggi, 1 siswa berkemampuan sedang, dan 2 siswa
berkemampuan rendah. Pembagian kelompok ini dimaksudkan agar terjadi
interaksi yang heterogen antara anggota kelompok yang berbeda- beda
tingkat kemampuan akademik, dan gender seperti yang tertera dalam
komponen model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Pada kegiatan pembagian kelompok ini sudah lebih kondusif
suasananya daripada pertemuan pertama. Namun masih ada 1 atau 2 siswa
yang membuat gaduh.
Setelah siswa dibagi kelompok kemudian guru membagikan bahan
diskusi kelompok tentang akibat dari tidak adanya daya gravitasi bumi.
Dalam kegiatan diskusi kelompok ini sudah mulai terjadi kerjasama dan
interaksi yang positif antar anggota kelompok untuk menyelesaikan bahan
diskusi. Siswa diminta mampu menyebutkan minimal 3 cara pembuatan
magnet, mampu menyebutkan akibat jika tidak ada gaya gravitasi bumi.
Tahap berikutnya adalah perwakilan masing- masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Pada waktu
memilih anggota kelompok untuk maju mempresentasikan hasil diskusi di
depan kelas masih terjadi sedikit keributan, karena siswa masih merasa
canggung dan malu untuk mewakili kelompoknya. Kemudian dilanjutkan
dengan membuat kesimpulan antara guru dan siswa tentang materi yang
telah dipresentasikan. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
41
menanyakan hal- hal yang belum dipahami. Langkah selanjutnya adalah
pemberian kuis kepada siswa yang dikerjakan secara inidividu. Kuis
individual digunakan untuk menentukan skor kemajuan tiap siswa dengan
ketentuan skor awal yang telah ditentukan dari nilai ulangan IPA terakhir.
Skor kemajuan kelompok ditentukan dari perkembangan nilai kelompok
siklus pertama pertemuan pertama dan siklus pertama pertemuan kedua
yang masing- masing dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah anggota
kelompok. Dari hasil pembagian tersebut didapat rata- rata nilai tiap
kelompok. Kelompok yang mendapatkan skor paling tinggi akan
mendapatkan penghargaan berupa hadiah yang diberikan pada pertemuan
selanjutnya.
3. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa secara bersama- sama menyimpulkan hasil
pembelajaran tentang materi gaya gravitasi bumi dan membandingkan
gerak benda dalam permukaan yang berbeda. Kemudian guru menutup
pembelajaran pertemuan pertama. Berikut ini adalah pemaparan hasil
pengamatan berdasarkan lembar observasi.
C. Pengamatan/ Observasi
Pada kegiatan observasi, yang diamati adalah hasil pengamatan
berdasarkan lembar observasi yang dilakukan oleh guru yang bertindak sebagai
observer pelaksanaan pembelajaran pertemuan pertama. Berikut ini adalah
pemaparan hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi.
1) Hasil Belajar Siswa pada Siklus I Pertemuan Kedua
Hasil observasi data hasil belajar siswa pada pertemuan kedua siklus I
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada
tabel 4.7.
42
Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Belajar IPA Siklus I Pertemuan Kedua
No Nilai Jumlah
Siswa Presentasi (%) Keterangan
1 < 50 - - -
2 50 – 54 1 8,33 % Belum Tuntas
3 55 – 59 1 8,33 % Belum Tuntas
4 60 – 64 2 16,66% Belum Tuntas
5 65 - 69 1 8,33 % Tuntas
6 70 - 74 1 8,33 % Tuntas
7 75 - 79 1 8,33 % Tuntas
8 80 - 84 3 25% Tuntas
9 85 - 89 2 16,66% Tuntas
10 90 - 94 -
11 95 - 100 -
Jumlah Siswa 12
Rata- Rata 67,33 %
Nilai tertinggi 86
Nilai terendah 53
KKM 65
Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil belajar pertemuan kedua siklus I dapat
disimpulkan bahwa dari 12 siswa yang hadir dalam pembelajaran IPA di kelas 5
SDN Rejowinangun Utara 03 diketahui bahwa siswa yang mendapatkan nilai
rentang < 50, 50-54, 55-59, 60-64 berjumlah 4 siswa. Sedangkan untuk siswa
yang mendapatkan nilai 65-100 berjumlah 8 siswa. Sedangkan ketuntasan hasil
belajar pada pertemuan kedua siklus I dapat dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.8
Analisis dan Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Nilai Jumlah Siswa Presentase (%) Keterangan
< 65 4 33,3% Belum tuntas
8 66,7% Tuntas
Jumlah Siswa 12 100%
Rata- rata 67,33
Nilai tertinggi 86
Nilai terendah 53
KKM
Berdasarkan hasil analisis dan rekapitulasi hasil belajar siswa pada siklus
I didapatkan data bahwa dari 12 siswa yang mengerjakan soal tes evaluasi, siswa
43
yang mendapatkan nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 4
siswa atau 33,3 % sedangkan untuk siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal sebanyak 8 siswa atau 66,7 % dengan rata- rata kelas mencapai 67,33.
Jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum melaksanakan model kooperatif
tipe STAD terjadi kenaikan jumlah siswa yang memenuhi KKM yaitu semula 5
siswa sedangkan pada siklus 1 ini yang memenuhi KKM berjumlah 8 siswa. Rata-
rata kelas pun meningkat dari yang semula sebesar 65,83% sedangkan pada
pembelajaran siklus I menjadi 67,33 atau meningkat sebanyak 1,5 poin. Untuk
lebih jelas lagi dapat dilihat diagram ketuntasan hasil belajar siklus I pada gambar
4.2
Gambar 4.2
Diagram Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil belajar siklus I maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada pembelajaran IPA di kelas 5 SDN Rejowinangun Utara 03 dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan jumlah siswa yang tuntas
KKM. Meskipun demikian penelitian tidak berhenti pada siklus I, karena siklus I
belum memenuhi indikator kinerja yang telah dipaparkan pada bab III yaitu
sebesar 80% dari jumlah siswa yang hadir mendapatkan nilai memenuhi KKM,
untuk menguatkan hasil belajar siswa akan dilanjutkan pada pembelajaran pada
siklus II.
2) Hasil Analisis Lembar Observasi Guru
Hasil analisis lembar observasi guru pada pertemuan kedua dapat dilihat
pada tabel 4.9 berikut ini.
Tuntas
66,7%
33,3%
44
Tabel 4.9
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan ke-2
Skor Aktivitas Frekuensi Jumlah
1 7,13,18,22 4 4
2 3,14,16,17,19,20,25 7 14
3 9,5,10,12,24,26,28,29,30 9 27
4 1,2,4,6,8,11,15,21,23,27,31,32,33 13 52
Jumlah 92
Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan data bahwa jumlah skor yang diperoleh
adalah 97. Apabila dilihat dari tabel 4.4 maka skor 97 dikualifikasikan
mendapatkan nilai B. Pada pertemuan kedua siklus I hasil penskoran lembar
observasi guru dapat disimpulkan mengalami peningkatan sebesar 12 poin dari
yang semula 85 poin menjadi 97 poin. Hal ini menunjukkan bahwa pada
pembelajaran pertemuan kedua siklus I sudah lebih baik dari pembelajaran
pertemuan pertama siklus I. Akan tetapi pembelajaran pada pertemuan kedua
masih terdapat kekurangan antara lain guru kurang mengkaitkan materi
pembelajaran dengan kehidupan sehari- hari.
3) Hasil Analisis Lembar Observasi Siswa
Berdasarkan observasi yang dilakukan observer terhadap aktivitas siswa
pada pertemuan kedua siklus I diperoleh data hasil observasi yang dapat dilihat
pada tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan ke-2
Aktivitas Frekuensi Jumlah
1 - - -
2 5,7,8,15,22 5 10
3 1,2,3,4,10,13,17,20,23 9 27
4 6,9,11,12,14,16,18,19,21 9 36
Jumlah 73
Dari data tabel 4.10 diketahui bahwa jumlah skor yang diperoleh
berjumlah 73. Kemudian skor tersebut jika dilihat dari tabel kriteria skor lembar
observasi siswa pada tabel 4.6 termasuk dalam kualifikasi nilai B. Jika
dibandingkan dengan skor perolehan lembar observasi siswa pada pertemuan
pertama siklus I sebesar 61, dapat disimpulkan bahwa skor lembar observasi
45
siklus II mengalami peningkatan sebesar 12 poin. Akan tetapi pada aktivitas siswa
pertemuan kedua siklus I juga masih terdapat kekurangan antara lain siswa masih
kurang aktif bertanya, dan masih terdapat siswa yang sering mengobrol pada saat
pembelajaran sedang berlangsung, namun pada pertemuan kedua ini siswa sudah
mulai antusias dalam mengikuti pembelajaran.
D. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I hasil belajarnya sudah
mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil prasiklus. Hasil belajar
prasiklus diketahui jumlah siswa yang nilainya memenuhi KKM sebesar 65
sebanyak 41,7% dari jumlah total siswa 12 siswa, sedangkan pada siklus I jumlah
siswa yang nilainya memenuhi KKM adalah sebanyak 66,7% dari jumlah total
siswa yang hadir sebanyak 12 siswa. Akan tetapi pembelajaran pada siklus I ini
belum mencapai kriteria yang ditentukan yaitu sebesar 80% karena ketuntasan
belajar baru 66,7%.
Berdasarkan hasil diskusi observer, dalam pembelajaran pertemuan kedua
dinilai sudah lebih baik dibandingkan pertemuan I. Guru mulai bisa menciptakan
pembelajaran yang menarik, serta menciptakan situasi yang kondusif, guru
mampu mengarahkan siswa dalam bekerja sama di dalam kelompoknya.
Dari hasil refleksi ini akan digunakan sebagai acuan dalam memperbaiki
pembelajaran pada siklus selanjutnya. Perbaikan pembelajaran ini dimaksudkan
agar hasil belajar siswa memenuhi target KKM 65 sebesar 80% dari total siswa
yang hadir pada waktu pembelajaran.
Adapun hasil diskusi antar guru dan peneliti untuk menentukan solusi guna
memperbaiki pembelajaran selanjutnya adalah guru harus tetap mempunyai
strategi untuk membuat kelas tetap kondusif, serta mampu membimbing siswa
agar lebih fokus dalam mengikuti pembelajaran.
4.2.3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dengan
mempertimbangkan hasil dari pembelajaran siklus I guna memperoleh hasil yang
lebih baik lagi. Berikut ini adalah deskripsi pelaksanaan pembelajaran pada siklus
II.
46
4.2.3.1. Pertemuan pertama
A. Perencanaan
Berdasarkan hasil diskusi antara observer dengan peneliti, maka dalam
tahap siklus ke II ini peneliti mempersiapkan kembali RPP, alat dan bahan yang
dibutuhkan dalam pembelajaran, serta alat- alat pengumpulan data yang telah
direvisi guna mendapatkan hasil yang lebih baik dari siklus I.
B. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan peneliti yang berperan sebagai observer
merealisasikan segala sesuatu yang telah dibuat guna diserahkan kepada guru
selaku pengajar. Berikut ini adalah deskripsi pelaksanaan pada siklus II.
1. Kegiatan Awal
Dalam kegiatan awal yang dilakukan pengajar antara lain memulai
pelajaran dengan memimpin doa, mengucapkan salam, menanyakan
kondisi peserta didik, setelah itu guru mengumumkan hasil penilaian
kelompok dari hasil mengerjakan kuis individual dan memberi hadiah
kepada kelompok yang mendapatkan poin paling tinggi. Dilanjutkan
dengan melakukan kegiatan apersepsi yaitu bertanya kepada siswa untuk
melihat bantalan sepatunya, apakah bergerigi ataukah halus, dan guru
bertanya apakah fungsi dari bantalan tersebut. Pengajar menampung
jawaban dari beberapa siswa, lalu guru menginformasikan tujuan
pembelajaran serta cakupan materi pembelajaran hari ini tentang
membandingkan gerak benda pada dua permukaan yang berbeda.
2. Kegiatan inti
Guru memberikan penjelasan singkat tentang gaya gesek.
Dilanjutkan tanya jawab antara guru dengan siswa tentang bagaimana cara
memperbesar atau memperkecil gaya gesek. Kegiatan selanjutnya adalah
guru kembali membagi kelompok dengan anggota yang berbeda dengan
siklus I. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan siswa untuk
bergabung dan bekerja sama dnegan teman yang berbeda lagi. Siswa
dibagi kedalam kelompok besar yaitu 1 kelompok terdiri dari 4 siswa
47
dalam satu kelompok yang terdiri dari 1 siswa yang berkemampuan tinggi,
1 siswa yang berkemampuan sedang, dan 2 siswa berkemampuan rendah.
Berbeda dengan pembagian kelompok yang terjadi pada siklus I,
pada siklus II siswa nampak lebih bisa menerima anggota kelompok yang
telah ditentukan oleh guru. Hal ini menandakan bahwa siswa sudah mulai
terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang menuntut
siswa bekerja sama dalam kelompok yang anggotanya telah ditentukan.
Setelah siswa dibagi dalam kelompok, kemudian guru membagikan
bahan diskusi kelompok tentang manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
oleh gaya gesekan dalam kehidupan sehari- hari. Siswa terlihat antusias
dalam menyelesaikan bahan diskusi kelompok. Guru pun lebih aktif lagi
dalam membimbing siswa bekerja di dalam kelompok.
Tahap berikutnya adalah perwakilan masing- masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas. Pada waktu
memilih perwakilan kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi
kelompok tidak lagi saling melemparkan siapa yang akan maju untuk
membacakan hasil diskusi, akan tetapi para siswa saling berebut untuk
maju membacakan hasil diskusi kelompok yang telah dipresentasikan.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal- hal yang
belum dipahami.
Langkah selanjutnya adalah pemberian kuas kepada siswa yang
dikerjakan secara indivdu. Skor awal dari kuis individu pada siklus kedua
telah diperbarui lagi berdasarkan hasil skor siklus pertama.
3. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa secara bersama- sama menyimpulkan hasil
pembelajaran tentang materi gaya gesek. Kemudian guru menutup
pembelajaran dengan doa bersama dipimpin oleh ketua kelas.
C. Pengamatan/ Observasi
Pada kegiatan observasi pelaksanaan pembelajaran pertama siklus II, yang
diamati adalah hasil pengamatan lembar observasi yang dilakukan oleh guru yang
48
bertindak sebagai observer pelaksanaan pembelajaran siklus II. Berikut ini adalah
pemaparan hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi guru dan siswa.
1) Analisisi Hasil Observasi Guru
Hasil analisis lembar observasi guru pada pertemuan pertama siklus II
dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini.
Tabel 4.11
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan ke-1
Skor Aktivitas Frekuensi Jumlah
1 13,14 2 2
2 2,7,10,21,27,30 6 12
3 1,3,5,9,11,16,18,20,23,25,28,31,32,33 14 42
4 4,6,8,12,15, 17,19,22,24,26,29 11 44
Jumlah 100
Berdasarkan tabel 4.11 didapat data bahwa jumlah skor yang diperoleh
adalah 100. Apabila dilihat dari tabel 4.4 maka skor perolehan sebesar 103
dikualifikasikan menjadi nilai B. Aktivitas guru dalam pembelajaran masih
terdapat kekurangan yaitu guru masih kurang mengaitkan materi dengan
keseharian siswa.
2) Analisis Hasil Observasi Siswa
Berdasarkan observasi yang dilakukan observer terhadap aktivitas siswa
pada pertemuan pertama siklus II diperoleh data hasil observasi yang dapat dilihat
pada tabel 4.12 berikut ini.
Tabel 4.12
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II pertemuan ke-1
Skor Aktivitas Frekuensi Jumlah
1 - - -
2 3,4 2 2
3 5,6,11,12,15,17,18,22 8 24
4 1,2,7,8,9,10,13,14,16, 19,20,21,23 13 52
Jumlah 78
Data hasil observasi aktivitas siswa pada tabel 4.12 dianalisis hasil
penskorannyadengan menggunakan tabel kriteria penskoran lembar observasi
pada tabel 4.6. Diketahui bahwa skor yang diperoleh sebesar 78 poin. Skor
tersebut bila dilihat dari tabel kriteria skor lembar observasi siswa termasuk
49
kualifikasi nilai B. Aktivitas siswa masih ada kekurangan yaitu siswa masih
kurang fokus dalam kegiatan pembelajaran.
D. Refleksi
Berdasarkan analisis hasil lembar observasi siswa dan guru yang
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada pertemuan pertama
siklus II ini masih terdapat kekurangan. Kekurangan yang ada antara lain alokasi
waktu melebihi waktu yang ditentukan. Siswa kurang fokus dalam kegiatan
belajar. Berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan guru guna memecahkan
masalah tersebut, solusinya adalah guru lebih tegas dalam menentukan batas
diskusi kelompok, pengajar lebih mengemas dengan menarik lagi
pembelajarannya agar siswa tidak bosan.
4.2.3.2 Pertemuan Kedua
A. Perencanaan
Berdasarkan hasil diskusi antara observer dengan peneliti, maka dalam
tahap perencanaan ini peneliti kembali membuat RPP, alat dan bahan ajar yang
mendukung pembelajaran, menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan
untuk menilai kegiatan siswa dan guru.
B. Pelaksanaan
Berikut ini adalah pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua siklus
II:
1. Kegiatan Awal
Dalam kegiatan awal yang dilakukan pengajar antara lain memulai
pelajaran dengan memimpin doa, mengucapkan salam, menanyakan kondisi
peserta didik, setelah itu guru mengumumkan hasil penilaian kelompok dari
hasil mengerjakan kuis individual dan memberi hadiah kepada kelompok
yang mendapatkan poin paling tinggi. Dilanjutkan dengan melakukan
kegiatan apersepsi yaitu bertanya kepada siswa pernahkah menimba sumur
dengan dan tanpa katrol , dan guru bertanya adakah perbedaannya. Pengajar
menampung jawaban dari beberapa siswa, lalu guru menginformasikan
tujuan pembelajaran serta cakupan materi pembelajaran hari ini tentang
pesawat sederhana.
50
2. Kegiatan inti
Guru memberikan penjelasan singkat tentang pesawat sederhana.
Dilanjutkan tanya jawab antara guru dengan siswa tentang jenis- jenis
pesawat sederhana. Kegiatan selanjutnya adalah guru kembali membagi
kelompok dengan anggota dalam satu kelompok yang berbeda dengan
anggota kelompok pada siklus I. Hal ini dimaksudkan untuk memberi
kesempatan siswa untuk bergabung dan bekerja sama dnegan teman yang
berbeda lagi. Siswa dibagi kedalam kelompok besar dimana 1 kelompok
terdiri dari 4 siswa dalam satu kelompok yang terdiri dari 1 siswa yang
berkemampuan tinggi, 1 siswa yang berkemampuan sedang, dan 2 siswa
berkemampuan rendah.
Berbeda dengan pembagian kelompok yang terjadi pada siklus I, pada siklus
II siswa nampak lebih bisa menerima anggota kelompok yang telah
ditentukan oleh guru. Hal ini menandakan bahwa siswa sudah mulai terbiasa
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang menuntut siswa
bekerja sama dalam kelompok yang anggotanya telah ditentukan.
Setelah siswa dibagi dalam kelompok, kemudian guru membagikan
bahan diskusi kelompok tentang manfaat pesawat sederhana dalam
kehidupan sehari- hari. Siswa terlihat antusias dalam menyelesaikan bahan
diskusi kelompok. Guru pun lebih aktif lagi dalam membimbing siswa
bekerja di dalam kelompok.
Tahap berikutnya adalah perwakilan masing- masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas. Pada waktu
memilih perwakilan kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi,
anggota kelompok tidak lagi saling melemparkan siapa yang akan maju
untuk membacakan hasil diskusi, akan tetapi para siswa saling berebut
untuk maju ke depan kelas membacakan hasil diskusi kelompok mereka.
Guru meberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal- hal yang
belum dipahami.
51
Langkah selanjutnya adalah pemberian kuas kepada siswa yang
dikerjakan secara indivdu. Skor awal dari kuis individu pada siklus kedua
telah diperbarui lagi berdasarkan hasil skor siklus pertama.
3. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa secara bersama- sama menyimpulkan hasil
pembelajaran tentang pesawat sederhana. Kemudian guru menutup
pembelajaran dengan doa bersama dipimpin oleh ketua kelas.
C. Observasi
Pada kegiatan observasi pelaksanaan pembelajaran kedua siklus II, yang
diamati adalah hasil belajar siswa dan hasil pengamatan berdasarkan lembar
observasi yang dilakukan oleh guru yang bertindak sebagai observer pelaksanaan
pembelajaran siklus II. Berikut ini pemaparan hasil belajar siswa dan hasil
pengamatan berdasarkan lembar observasi guru dan siswa.
1) Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Hasil observasi hasil belajar siswa pada kahir siklus II dengan menerpakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini
Tabel 4.13
Rekapitulasi Hasil Belajar IPA Siklus II
Nilai Jumlah Siswa Presentase (%) Keterangan
< 59 - - -
60 – 64 1 8,33 % Belum tuntas
65 – 69 2 16,66 % Tuntas
70 – 74 3 25 % Tuntas
75 – 79 2 16,66 % Tuntas
80 – 84 2 16,66 % Tuntas
85 – 89 2 16,66 % Tuntas
90 – 94 - - -
95 - 100 - - -
Jumlah 12 100 %
Rata- rata 75,33
Nilai tertinggi 86
Nilai terendah 63
KKM 65
Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil belajar siklus II dapat disimpulkan
bahwa dari 21 siswa yang hadir dalam pembelajaran IPA di kelas 5 SDN R
ejowinangun Utara 03 diketahui bahwa siswa yang mendapatkan nilai dalam
52
rentang 60-64 hanya ada 1, sedangkan untuk siswa yang mendapatkan nilai 65-
100 berjumlah 11 siswa. Sedangkan untuk ketuntasan hasil belajar siklus II dapat
dilihat pada tabel 4.14 sebagai berikut.
Tabel 4.14
Analisis dan Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
Nilai Jumlah Siswa Presentase (%) Keterangan
< 65 1 8,3% Belum tuntas
11 91,7 % Tuntas
Jumlah 12 100 %
Rata- rata 75,33
Nlai tertinggi 86
Nilai terendah 63
KKM
Berdasarkan hasil analisis dan rekapitulasi ketuntasan hasil belajar siswa
pada siklus II diperoleh data bahwa dari 12 siswa yang mengerjakan tes evaluasi
hanya ada 1 siswa yang tidak memenuhi KKM, sedangkan untuk siswa yang
mendapat nilai diatas KKM ada 11 anak atau 91,7 % dengan rata- rata kelas
mencapai 75,33. Jika dibandingkan dengan nilai siklus I terjadi kenaikan jumlah
siswa yang memenuhi KKM yaitu semula 8 siswa menjadi 11 siswa pada siklus
ke II. Rata- rata kelaspun meningkat dari 67,33 pada siklus I menjadi 75,33 pada
siklus II atau meningkat sebanyak 8 poin. Untuk lebih jelas lagi dapat dilihat di
diagram ketuntasan hasil belajar siklus II pada gambar 4.3
Gambar 4.3
Diagram Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
Tuntas; 91,60%
Belum tuntas; 8,33%
53
Berdasarkan data hasil siklus II maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPA
kelas 5 di SDN Rejowinangun Utara 03 dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dan meningkatkan jumlah siswa yang memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal. Pembelajaran pada siklus II ini dinyatakan berhasil karena siswa yang
tidak memenuhi KKM hanya 1 dan 11 lainnya mendapat nilai diatas KKM atau
91,6 % dimana telah memenuhi kinerja yang ditetapkan sebanyak 80% dari
jumlah siswa yang memenuhi KKM .
2) Analisis Hasil Observasi Guru
Hasil analisis lembar observasi guru pada pertemuan kedua dapat dilihat
pada tabel 4.15 berikut.
Tabel 4.15
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan ke-2
Skor Aktivitas Frekuens
i
Jumlah
1 - - -
2 12,13,16 3 6
3 2,3,4,6,7,10,14,17,21,25,27,28,29,32,33 15 45
4 1,5,8,9,11,15,18,19,20,22,23,24,26,30,31 15 60
Jumlah 111
Berdasarkan tabel 4.15 didapat data bahwa jumlah skor yang diperoleh
adalah 111. Apabila dianalisis menurut tabel 4.4 yaitu tabel kriteria skor lembar
observasi guru maka skor perolehan 111 dikualifikasikan mendapat nilai B. Pada
pertemuan kedua siklus II dari hasil penskoran lembar observasi guru dapat
disimpulkan mengalami peningkatan point dari yang semula pada siklus II
pertemuan pertama 100 point menjadi 111 pada pertemuan kedua. Hal ini
menunjukkan bahwa pada pertemuan kedua siklus II lebih baik dari pertemuan
pertama siklus II.
3) Analisis Lembar Observasi Siswa
Berdasarkan observasi yang dilakukan observer pada pertemuan ke-2
siklus ke II diperoleh data yang dapat dilihat pada tabel 4.16.
54
Tabel 4.16
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan ke-2
Skor Aktivitas Frekuensi Jumlah
1 - - -
2 5 1 1
3 1,4,6,7,15 5 15
4 2,3,8,9,10,11,12,13,14,16,17,1
8,19,20,21,22,23
17 68
Jumlah 84
Dari data tabel 4.16 diketahui jumlah skor yang diperoleh 84 point.
Kemudian jika skor tersebut dinilai menggunakan lembar observasi siswa pada
tabel 4.6 termasuk dalam kualifikasi nilai A. Jika dibandingkan dengan skor
perolehan lembar pertemuan pertama siklus II sebesar 81 poin, dapat disimpulkan
terjadi peningkatan dalam siklus II pertemuan kedua sebanyak 4 poin.
D. Refleksi
Berdasarkan data hasil belajar siklus I dan siklus II, telah terjadi
peningkatan. Pada siklus I siswa yang telah memenuhi KKM sebanyak
66,7% dari jumlah total 12 siswa, sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang
memenuhi KKM sebanyak 91,6% dari jumlah 12 siswa. Berdasarkan data hasil
belajar pada siklus II ini dapat disimpulkan bahwa siswa yang memenuhi KKM
telah mampu melampaui target indikator kerja sejumlah 80%, karena jumlah
siswa yang memenuhi KKM pada siklus II ini adalah 91,6%. Oleh karena jumlah
siswa yang memenuhi KKM telah melebihi indikator kerja, penelitian ini
dihentikan hanya sampai siklus II.
4.3 Analisis Data
Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran siklus I dan siklus II dapat
ditarik kesimpulan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar IPA melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Berikut ini tabel rekapitulasi hasil
belajar siswa mulai dari kondisi awal, siklus I, siklus II dalam tabel 4.17
55
Tabel 4.17
Presentase Perbandingan Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
No Kategori
Ketuntasan
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Jml Persentase
(%)
Jml Presentase
(%)
Jml Presentase
(%)
1 Tuntas 5 41,7% 8 66,7% 11 91,7%
2 Belum tuntas 7 58,3% 4 33,3% 1 8,33%
3 Jumlah
Siswa
12 12 12
4 Rata- Rata
kelas
63,8
3
67,3
3
75,3
3
5 Nilai
Tertinggi
85 86 86
6 Nilai
Terendah
60 53 63
Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil belajar pada tabel 4.17 terlihat adanya
peningkatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada saat kondisi awal
tercatat dari 12 siswa terdapat 7 siswa yang belum tuntas dengan presentase
58,3%, kemudian pada siklus II terdapat 4 dari 12 siswa yang belum tuntas
dengan presentase 33,3%, berlanjut ke siklus II tercatat hasil belajar siswa yang
tidak tuntas ada 1 dari 12 siswa dengan presentase 8,33%. Hal ini membuktikan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPA di SDN
Rejowinangun Utara 03 meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk lebih jelas lagi
dapat dilihat perbandingan hasil ketuntasan siswa pada gambar 4.4.
56
Gambar 4.4
Diagram Rekapitulasi Persentase Ketuntasan Siswa Pada Kondisi Awal,
Siklus I, dan Siklus II
4.4 Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Rejowinangun Utara 03 Kabupaten
Magelang pada kelas 5 dalam mata pelajaran IPA dengan jumlah siswa 12.
Berdasarkan observasi di SDN Rejowinangun Utara 03 Magelang ditemukan
berbagai permasalahan pembelajaran, antara lain peserta didik kurang aktif dalam
pembelajaran, para pengajar yang kurang bervariatif dalam menjelaskan pelajaran
kepada siswa. Siswa hanya mendengarkan ceramah dari guru, setelah siswa
diminta mengerjakan soal yang diberikan guru atau mengerjakan soal-soal di
LKS. Hal ini dapat berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa, dapat dibuktikan
dengan hasil nilai tes semester ganjil pada mata pelajaran IPA masih banyak
peserta didik yang belum memenuhi KKM yaitu . Dari 12 siswa terdapat 7
siswa atau 58,3% siswa yang belum memenuhi KKM dengan nilai rata- rata kelas
63,83.
Berdasarkan hasil observasi tersebut maka diperlukan adanya
pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan mengemukakan pendapat,
berpikir kritis, dan juga menanamkan tentang bekerja sama dalam kelompok, agar
siswa mampu membelajarkan satu sama lain. Kemudian dilaksanakanlah
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Tuntas 41,70% 66,70% 91,70%
Tidak tuntas 58,30% 33,30% 8,33%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
100,00%
pe
rse
nta
se s
isw
a
57
penelitian ini di dalam pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar IPA siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran yang
menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa dalam kelompok siswa saling
membantu dan juga memotivasi di dalam kelompoknya serta saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil yang maksimal. Dalam hal
ini guru berperan sebagai fasilitator yang mengatur dan mengawasi jalannya
proses belajar. Adapun kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
adalah meningkatkan kecakapan individu dan kelompok, menghilangkan
prasangka buruk terhadap teman sebaya.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap akhir siklus dalam
penelitian ini diberikan evaluasi agar dapat mengukur peningkatan hasil belajar
siswa. Dalam pembelajaran siklus I tercatat bahwa dari 12 orang siswa sebanyak 4
siswa atau 33,3% belum mencapai KKM, dan sejumlah 8 siswa telah mencapai
KKM atau 66,7% dengan rata- rata kelas 67,33. Bila dilihat dari kondisi awal jelas
terlihat peningkatannya, hasil dari siklus I mengalami peningkatan sejumlah siswa
yang nilainya memenuhi KKM yaitu jika dipersentasikan sebesar 8,4%.
Peningkatan ini dirasa masih belum optimal dan belum sesuai dengan kinerja
yang ditetapkan yaitu 80%.
Adapun faktor penyebab belum tercapainya hasil belajar yang optimal
adalah siswa dan guru belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD
ini. Biasanya siswa menetukan anggota kelompoknya sendiri sesuai dengan
rutinitas dan kenyamanannya, pada model pembelajaran ini siswa dituntut untuk
mendapatkan kelompok yang telah ditentukan oleh guru. Hal ini mengakibatkan
kerja sama di dalam kelompok belum maksimal.
Gurupun dinilai masih kurang memahami tata cara pembelajaran
kooperatif tipe STAD ini, guru belum bsia mengoptimalkan kerja siswa di dalam
kelompok, mengatur waktu agar tidak melebihi waktu yang ditentukan. Hal ini
mengakibatkan siswa kurang berkonsentrasi dan saling berbicara dengan
kelompok yang lainnya.
Pembelajaran dilanjutkan dengan siklus II. Dalam siklus ini terjadi
peningkatan dibandingkan dengan siklus I yaitu dari 12 siswa tercatat nilai dari
58
siswa yang memenuhi KKM sebanyak 11 atau 91,7% dengan rata- rata kelas
75,33. Pada siklus II ini hanya ada 1 siswa yang belum memenuhi KKM.
Dari data hasil penelitian dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD pada
mata pelajaran IPA terbukti dapat meningkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA, hal ini terjadi karena siswa sudah mulai paham apa yang harus
mereka lakukan, komunikasi dan kerjasama sudah mulai terbentuk dan terlatih,
gurupun semakin handal dalam mengarahkan siswa, mengatur waktu serta
memotivasi siswa dalam bekerja sama di dalam kelompoknya. Hal ini sejalan
dengan isi dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikemukakan oleh
Robert Slavin yaitu menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Fatul Qodir (2009) yaitu meningkatkan hasil belajar IPS
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Devision (STAD) pada kelas V SD Negeri Kiyaran 1 Cangkringan Sleman. Hasil
penelitian ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dilihat dari adanya
peningkatan hasil belajar IPS pada siklus 1 sebesar 8,05 ( dari kondisi awal 60,14
menjadi 68,57) dengan peningkatan sebesar 24% ( dari kondisi awal 38% menjadi
62%) kemudian siklus II meningkat sebesar 10,19 ( siklus I 68,57 menjadi 78,76)
dengan peningkatan presentase ketuntasannya sebesar 33% (siklus I 62% menjadi
95%).
Berdasarkan perolehan nilai hasil belajar siswa kelas 5 SDN
Rejowinangun Utara 03 kota Magelang dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran, terutama
pembelajaran IPA karena model ini mendorong siswa untuk membangun
kerjasama antara kelompok, saling memberikan motivasi dan penguatan dalam
memahami penjelasan dari guru.