BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

38
50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Keaktifan belajar siswa di kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan tergolong rendah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti selama dua hari pada tanggal 18 dan 19 Februari 2013 menggunakan lembar wawancara yang dibuat berdasarkan pedoman penyusunan wawancara dan lembar observasi keaktifan siswa, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA yang digunakan guru dalam sehari-hari sering atau sebagian besar dilakukan secara ceramah atau konvensional. Pembelajaran IPA masih teacher center, dalam kegiatan pembelajaran sebagian besar siswa hanya menerima begitu saja materi yang disampaikan guru kemudian diakhiri evaluasi sehingga dalam pembelajaran siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengeluarkan kemampuan yang dimiliki. Guru pernah melakukan kegiatan pembelajara IPA dengan bentuk kegiatan kelompok, namun kebanyakan tugas-tugas kelompok tersebut tidak dikerjakan secara bekerjasama tetapi hanya diselesaikan oleh satu siswa saja yang pandai dalam kelompok. Guru lebih mendominasi proses belajar mengajar sehingga partisipasi yang berupa keaktifan siswa masih rendah. Keaktifan siswa yang rendah diperoleh dari hasil observasi keaktifan siswa pra siklus dimana setiap siswa diamati kemudian hasilnya diolah dengan microsoft excel. Untuk mendapatkan hasil dari keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA, hasil observasi setiap anak diolah berdasarkan langkah Usman dan Akbar (2006:71) sehingga dapat digolongkan menjadi keaktifan belajar kategori rendah (skor 1 1,9), sedang (skor 2 - 2,9), dan keaktifan tinggi (skor 3). Hasil observasi keaktifan siswa pra siklus dapat dilihat pada Tabel 13:

Transcript of BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

  • 50

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Kondisi Awal

    Keaktifan belajar siswa di kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan tergolong rendah.

    Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti selama

    dua hari pada tanggal 18 dan 19 Februari 2013 menggunakan lembar wawancara

    yang dibuat berdasarkan pedoman penyusunan wawancara dan lembar observasi

    keaktifan siswa, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA yang digunakan

    guru dalam sehari-hari sering atau sebagian besar dilakukan secara ceramah atau

    konvensional. Pembelajaran IPA masih teacher center, dalam kegiatan

    pembelajaran sebagian besar siswa hanya menerima begitu saja materi yang

    disampaikan guru kemudian diakhiri evaluasi sehingga dalam pembelajaran siswa

    tidak mempunyai kesempatan untuk mengeluarkan kemampuan yang dimiliki.

    Guru pernah melakukan kegiatan pembelajara IPA dengan bentuk kegiatan

    kelompok, namun kebanyakan tugas-tugas kelompok tersebut tidak dikerjakan

    secara bekerjasama tetapi hanya diselesaikan oleh satu siswa saja yang pandai

    dalam kelompok. Guru lebih mendominasi proses belajar mengajar sehingga

    partisipasi yang berupa keaktifan siswa masih rendah. Keaktifan siswa yang

    rendah diperoleh dari hasil observasi keaktifan siswa pra siklus dimana setiap

    siswa diamati kemudian hasilnya diolah dengan microsoft excel. Untuk

    mendapatkan hasil dari keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA, hasil observasi

    setiap anak diolah berdasarkan langkah Usman dan Akbar (2006:71) sehingga

    dapat digolongkan menjadi keaktifan belajar kategori rendah (skor 1 – 1,9),

    sedang (skor 2 - 2,9), dan keaktifan tinggi (skor ≥3). Hasil observasi keaktifan

    siswa pra siklus dapat dilihat pada Tabel 13:

  • 51

    Tabel 13

    Hasil Observasi Keaktifan Belajar pada Mata Pelajaran IPA Kelas 5

    SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013

    Pra Siklus

    No Keaktifan f %

    1 Tinggi 14 46,7%

    2 Sedang 9 30%

    3 Rendah 7 23,3%

    Jumlah 30 100%

    Rata-rata 2,6

    Dari Tabel 13, dapat diketahui bahwa siswa di kelas 5 SD Negeri 3

    Nambuhan yang mempunyai keaktifan tinggi adalah 14 siswa dengan persentase

    46,7% kemudian siswa kategori keaktifan sedang berjumlah 9 orang dengan

    persentase 30% dan siswa dengan keaktifan rendah ada 7 orang dengan persentase

    23,3%. Rata-rata kelas hanya 2,6. Hal ini berarti siswa yang mempunyai keaktifan

    tinggi hanya 14 siswa dengan persentase 46,7% lebih rendah dari jumlah

    keseluruhan siswa di bawah kategori keaktifan tinggi yaitu 16 siswa persentase

    53,3%. Selain keaktifan siswa yang masih kurang, hasil belajar siswa juga rendah

    dilihat dari nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran IPA kelas 5 pada

    semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 diperoleh data :

    Tabel 14

    Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2

    Tahun Pelajaran 2012/2013

    Pra Siklus

    Keterangan Frekuensi %

    Tidak Tuntas 17 56,7 %

    Tuntas 13 43,3 %

    Jumlah 30 100

    Nilai rata-rata 62,8

    Niai tertinggi 85

    Nilai terendah 40

    Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa siswa kelas 5 yang berjumlah

    30 siswa terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan, diperoleh data

    ada 43,3% siswa tuntas yaitu yang nilainya sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan

  • 52

    Minimal (KKM) dan masih ada 56,7% siswa tidak tuntas yang memperoleh nilai

    kurang dari KKM. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 65. Dan rata-rata

    kelas adalah 62,8. Dalam menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) kepala

    sekolah berpedoman dengan kemampuan siswa yang ada di SD Negeri 3

    Nambuhan.

    4.2 Pelaksanaan Penelitian

    Hasil penelitian pada bagian pelaksanaan penelitian berisi tentang

    pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan. Pelaksanaan penelitian terdiri dari

    dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.

    4.2.1 Pelaksanaan Siklus I

    Pada bagian pelaksanaan siklus I terdiri dari empat macam sub bab yaitu

    perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang sesuai

    dengan tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto (2007:16) yang

    mengemukakan bahwa terdapat empat tahap pelaksanaan penelitian meliputi

    perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Pada

    bagian pelaksanaan siklus I akan diuraikan pada perencanaan tindakan mengenai

    apa yang akan dilaksanakan dan diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran.

    Setelah perencanaan tindakan akan diuraikan pelaksanakan tindakan dan

    observasi, kemudian akan diuraikan refleksi berdasarkan hasil observasi.

    4.2.1.1 Perencanaan Tindakan

    Perencanaaan dilaksanakan dari tanggal 21 Februari sampai 24 Maret 2013.

    Diawali pada tanggal 21 Februari yaitu dilaksanakan persiapan sebelum penelitian

    dengan berkunjung ke SD Negeri 3 Nambuhan menyerahkan surat perijinan. Pada

    tanggal 25 Februari 2013 dan 26 Februari 2013 dilaksanakan validasi instrumen di

    kelas 6 SD Negeri 3 Nambuhan. Soal evaluasi yang digunakan adalah soal pilihan

    ganda berjumlah 15 soal, tahap pemilihan 15 soal tersebut pertama-tama diawali

    dengan membaca materi yang akan diajarkan sesuai standar kompetensi dan

    kompetensi dasar. Tahap kedua adalah membuat kisi-kisi soal, lalu membuat 25

    butir soal siklus I dan 25 butir soal siklus II. Langkah ketiga dilakukan uji

    validitas dan reliabilitas pada SD Negeri 3 Nambuhan tetapi pada jenjang kelas

    yang lebih tinggi dari kelas yang akan dikenai tindakan yaitu di kelas 6 SD Negeri

  • 53

    3 Nambuhan. Setelah mendapatkan soal yang valid kemudian soal tersebut dipilih

    kembali masing-masing 15 soal siklus I dan 15 soal siklus II. Pemilihan dilakukan

    dengan cara mencari tingkat kesukaran soal dimana soal yang bagus adalah soal

    yang memiliki indeks kesukaran antara 0,4 - 0,8. Lembar observasi keaktifan

    belajar dibuat berdasarkan indikator keaktifan siswa. Sebelum tindakan juga harus

    menyusun lembar observasi guru keterlaksanaan sintaks Numbered Heads

    Together berdasarkan sintaks pembelajaran metode Numbered Heads Together.

    RPP siklus pertama disusun terdiri dari 3 pertemuan dengan standar

    kompetensi memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan

    penggunaan sumber daya alam, kompetensi dasar mendeskripsikan struktur bumi.

    Pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga dilakukan penyampaian materi melalui

    penerapan metode Numbered Heads Together kemudian pada akhir pembelajaran

    pertemuan ketiga dilakukan evaluasi. Perencanaan tindakan siklus I yang terdiri

    dari 3 pertemuan, pada saat tindakan dilakukan dengan cara menghabiskan sintaks

    metode Numbered Heads Together disetiap pertemuan sehingga melakukan

    sintaks sebanyak 3 kali pada 1 siklus. Setelah pembuatan RPP, kemudian RPP

    beserta sintaks dari metode Numbered Heads Together dikonsultasikan pada

    tanggal 4 dan 5 Maret 2013 kepada guru kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan yang

    akan mengajar yaitu ibu Sri Sudarwati. RPP mengalami sedikit revisi pada bagian

    lembar kerja siswa berdasarkan masukan dari guru kelas 5. Selain berkonsultasi

    RPP, dilakukan pula diskusi dengan guru kelas mengenai sintaks dari metode agar

    guru kelas matang dalam memahami sintaks dari metode dan benar-benar bisa

    mewakili tindakan. Guru kelas mudah memahami sintaks setelah diberi

    penjelasan, karena sintaks dari metode Numbered Heads Together hampir serupa

    dengan metode diskusi kelompok hanya pada Numbered Heads Together terdapat

    tahap penomoran siswa dan pemanggilan nomor secara acak.

    Persiapan perlengkapan pembelajaran dibuat selama satu minggu meliputi

    lembar soal untuk diskusi, nomor kepala, alat peraga dan lembar soal evaluasi.

    Nomor kepala dibuat sebanyak 30 buah sesuai dengan jumlah siswa di kelas 5.

    Pembuatan nomor menggunakan kertas karton yang dibentuk seperti mahkota dan

    diberi nomor 1-5 supaya anak lebih tertarik dengan adanya nomor yang

  • 54

    dimodifikasi seperti mahkota. Selain menyiapkan nomor, disiapkan pula alat-alat

    peraga yaitu gambar lapisan bumi, matahari, atmosfer, gambar kerusakan

    lingkungan dan globe. Alat peraga gambar dibuat sendiri dengan kertas karton

    besar yang disiapkan sebelum melakukan tindakan, sedangkan globe sudah

    disediakan oleh sekolah. Melakukan konsultasi tanggal pelaksanaan penelitian

    kepada pihak sekolah dan guru, dan akhirnya pelaksanaan penelitian siklus I

    pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 25 Maret 2013,

    pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2013, dan pertemuan ketiga

    pada tanggal 28 Maret 2013.

    4.2.1.2 Pelaksanaan Tindakan

    Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan

    sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Langkah-langkah tiap

    pertemuan sama hanya beda pada indikatornya. Pada pertemuan ketiga selain

    penyampaian materi dilaksanakan pula evaluasi pada akhir pembelajaran.

    Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 25 Maret 2013

    pada mata pelajaran IPA kompetensi dasar mendeskripsikan struktur bumi. Pada

    pertemuan pertama terdapat lima indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu

    mendeskripsikan proses terbentuknya bumi, menjelaskan bentuk bumi serta

    buktinya, mengurutkan susunan lapisan bumi, mengidentifikasi tiap lapisan

    penyusun bumi, dan menyebutkan unsur pembentuk lapisan bumi.

    Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, mempresensi siswa,

    melakukan apersepsi dengan menunjukkan globe kepada siswa dan memberikan

    pertanyaan-pertanyaan yang memacu siswa untuk aktif berfikir terkait dengan

    materi dan memotivasi siswa. Guru kelas menjelaskan kepada siswa tentang

    kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru menjelaskan langkah

    metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together). Guru menjelaskan

    sekilas tentang teori terbentuknya bumi serta melakukan tanya jawab dengan

    siswa agar siswa lebih memahami dan mendalami materi. Pelaksanaan sintaks

    pertama-tama adalah pembentukan kelompok, guru membagi siswa ke dalam

    kelompok sesuai dengan Numbered Heads Together dibagi menjadi 6 kelompok

    yaitu setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Pembentukan kelompok

  • 55

    dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat

    bekerjasama dengan baik. Setelah membagi kelompok langkah selanjutnya adalah

    penomoran anggota kelompok. Guru memberi nomor kepada setiap anggota

    kelompok, karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka masing-masing

    kelompok mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya adalah pembagian

    tugas, guru memberikan lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan untuk

    dikerjakan oleh setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelompok, pada

    saat diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk membimbing siswa

    dalam melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah memanggil nomor, guru

    memanggil salah satu nomor siswa secara acak dan siswa yang dipanggil

    nomornya maju ke depan kelas untuk membacakan hasil. Tahap selanjutnya

    adalah menjawab pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya tadi maju kemudian

    menjawab pertanyaan di depan teman-teman dan guru membimbing siswa dalam

    menjawab pertanyaan. Tahap selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru

    memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan

    mengomentari jawaban yang disampaikan temannya. Tahap terakhir adalah

    memberi kesimpulan, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan,

    memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang

    terhadap materi yang telah di bahas, pada kegiatan penutup guru membimbing

    siswa membuat rangkuman dan melakukan refleksi.

    Pertemuan kedua pada siklus pertama merupakan lanjutan dari pertemuan

    pertama yaitu melanjutkan materi serta pemantapan materi melalui pelaksanaan

    Numbered Heads Together. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari rabu tanggal

    27 Maret 2013 dengan menyampaikan tiga indikator yaitu mengurutkan susunan

    lapisan matahari, menyebutkan manfaat matahari, dan mengidentifikasi tiap

    lapisan penyusun matahari.

    Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, mempresensi siswa,

    memberikan apersepsi dengan mengulas kembali sedikit materi pembelajaran

    yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan melakukan tanya jawab pada

    siswa dan memotivasi siswa. Guru kelas menjelaskan kepada siswa tentang

    kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu masih melakukan

  • 56

    pembelajaran dengan Numbered Heads Together. Di dalam kegiatan inti guru

    melanjutkan penyampaian materi yang berkaitan dengan matahari. Kemudian

    pada kegiatan elaborasi langkah pembelajaran sama dengan pertemuan pertama.

    Pelaksanaan sintaks pertama-tama adalah pembentukan kelompok, guru membagi

    siswa ke dalam kelompok sesuai dengan Numbered Heads Together siswa dibagi

    menjadi 6 kelompok yaitu setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa.

    Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar

    setiap kelompok dapat bekerjasama dengan baik. Setelah membagi kelompok

    langkah selanjutnya adalah penomoran anggota kelompok. Guru memberi nomor

    kepada setiap anggota kelompok, karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka

    masing-masing kelompok mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya

    adalah pembagian tugas, guru memberikan lembar soal yang berisi beberapa

    pertanyaan untuk dikerjakan oleh setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan

    diskusi kelompok, pada saat diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk

    membimbing siswa dalam melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah

    memanggil nomor, guru memanggil salah satu nomor siswa secara acak dan siswa

    yang dipanggil nomornya maju ke depan kelas untuk membacakan hasil diskusi.

    Tahap selanjutnya adalah menjawab pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya

    menjawab pertanyaan di depan teman-teman dan guru membimbing siswa dalam

    menjawab pertanyaan. Tahap selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru

    memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan

    mengomentari jawaban yang disampaikan temannya kemudian membuat

    kesimpulan. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan, memperbaiki atau

    menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang terhadap materi

    yang telah di bahas. Pada kegiatan penutup guru membimbing siswa membuat

    rangkuman dan melakukan refleksi. Guru menjelaskan rencana kegiatan

    pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Guru memberikan informasi pada siswa

    bahwa pada akhir pembelajaran pada pertemuan berikutnya akan diadakan

    evaluasi pembelajaran.

    Pada pertemuan ketiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus pertama.

    Pertemuan ketiga juga merupakan lanjutan dari pertemuan kedua yaitu

  • 57

    melanjutkan materi beserta pelaksanaan evaluasi pada akhir pembelajaran.

    Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari kamis tanggal 28 Maret 2013 dengan

    menyampaikan tiga indikator yaitu menyebutkan fungsi atmosfer bumi,

    mengurutkan lapisan atmosfer bumi, dan mengidentifikasi lapisan atmosfer bumi.

    Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, mempresensi siswa,

    memberikan apersepsi dengan mengulas kembali sedikit materi pembelajaran

    yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan melakukan tanya jawab pada

    siswa dan memotivasi siswa. Di dalam kegiatan inti guru melanjutkan

    penyampaian materi yang berkaitan dengan atmosfer bumi. Pelaksanaan sintaks

    pertama-tama adalah pembentukan kelompok, guru membagi siswa ke dalam

    kelompok sesuai dengan Numbered Heads Together siswa dibagi menjadi 6

    kelompok yaitu setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Pembentukan

    kelompok dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap

    kelompok dapat bekerjasama dengan baik. Setelah membagi kelompok langkah

    selanjutnya adalah penomoran anggota kelompok. Guru memberi nomor kepada

    setiap anggota kelompok, karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka masing-

    masing kelompok mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya adalah

    pembagian tugas, guru memberikan lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan

    untuk dikerjakan oleh setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi

    kelompok, pada saat diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk

    membimbing siswa dalam melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah

    memanggil nomor, guru memanggil salah satu nomor siswa secara acak dan siswa

    yang dipanggil nomornya maju ke depan kelas untuk membacakan hasil. Tahap

    selanjutnya adalah menjawab pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya

    menjawab pertanyaan di depan teman-teman dan guru membimbing siswa dalam

    menjawab pertanyaan. Tahap selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru

    memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan

    mengomentari jawaban yang disampaikan temannya. Tahap terakhir adalah

    memberi kesimpulan, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan,

    memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang

    terhadap materi yang telah di bahas.

  • 58

    Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa membuat rangkuman dan

    melakukan reflerksi. Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi. Soal evaluasi

    dikerjakan oleh seluruh siswa yang berjumlah 30 orang. Guru menanyakan

    kepada siswa tentang kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran.

    Sebelum guru membagikan soal evaluasi, guru terlebih dahulu menata tempat

    duduk siswa supaya siswa tidak terlalu dekat duduknya. Guru menjelaskan pada

    siswa tentang peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi, kemudian guru

    membagi soal evaluasi berserta lembar jawab pada setiap siswa. Siswa

    mengerjakan soal evalusi dengan baik dan guru mengawasi jalannya tes dari awal

    sampai akhir.

    4.2.1.3 Observasi

    Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh observer pada saat

    pembelajaran berlangsung yaitu pada tiga pertemuan. Hasil observasi digunakan

    untuk mengetahui kegiatan guru selama proses pembelajaran sudah melaksanakan

    keseluruhan sintaks metode ataukah ada yang belum terlaksana. Hasil observasi

    guru dalam melaksanakan sintaks pada pertemuan pertama diperoleh data bahwa

    dari kegiatan inti dari 8 sintaks Numbered Heads Together, ada 6 sintaks

    terlaksana dan 2 sintaks tidak terlaksana, tetapi pada sintaks yang terlaksana

    tersebut masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya. Sintaks yang sudah

    terlaksana adalah guru sudah melaksanakan pembentukan kelompok, penomoran

    anggota kelompok, pembagian tugas, membimbing diskusi kelompok, melakukan

    pemanggilan nomor, dan membimbing siswa menjawab pertanyaan. Sintaks yang

    belum terlaksana yaitu pada tahap menanggapi jawaban dan membuat

    kesimpulan. Guru belum memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk

    menanggapi jawaban yang disampaikan dan guru belum membimbing siswa

    untuk memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau

    kurang terhadap materi yang telah di bahas.

    Hasil observasi keterlaksanaan sintaks siklus I pertemuan kedua diperoleh

    data bahwa dari 8 sintaks Numbered Heads Together terdapat 7 sintaks terlaksana

    tetapi masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya. Sintaks yang sudah

    terlaksana adalah guru sudah melaksanakan pembentukan kelompok, penomoran

  • 59

    anggota kelompok, pembagian tugas, membimbing diskusi kelompok, melakukan

    pemanggilan nomor, membimbing siswa menjawab pertanyaan dan memberikan

    kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi jawaban. Pada pertemuan

    pertama masih terdapat 1 sintaks yang belum terlaksana yaitu pada tahap

    membuat kesimpulan. Guru belum membimbing siswa untuk memperbaiki atau

    menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang terhadap materi

    yang telah di bahas.

    Hasil observasi keterlaksanaan sintaks siklus I pertemuan ketiga diperoleh

    data bahwa dari 8 sintaks Numbered Heads Together semua sintaks sudah

    dilaksanakan guru tetapi masih terdapat kekurangan dalam pelaksanaannya. Guru

    sudah melaksanakan pembentukan kelompok, penomoran anggota kelompok,

    pembagian tugas, membimbing diskusi kelompok, melakukan pemanggilan

    nomor, membimbing siswa menjawab pertanyaan, memberikan kesempatan pada

    kelompok lain untuk menanggapi jawaban dan membimbing siswa untuk

    memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang

    terhadap materi yang telah di bahas. Keterlaksanaan Sintaks Numbered Heads

    Together Siklus I dapat dilihat pada Tabel 15:

    Tabel 15

    Hasil Keterlaksanaan Sintaks Numbered Heads Together Siswa Kelas 5 SD

    Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013

    Siklus I

    Kegiatan Mengajar

    Siklus I

    Jumlah

    sintaks yang

    dilaksanakan

    Jumlah sintaks

    yang belum

    terlaksana

    Jumlah

    keseluruhan

    sintaks

    Pertemuan Pertama 6 2 8

    Pertemuan Kedua 7 1 8

    Pertemuan Ketiga 8 0 8

    Dari Tabel 15 dapat dilihat keterlaksanaan sintaks Numbered Heads

    Together pada siklus I dari 8 sintaks Numbered Heads Together diketahui pada

    pertemuan pertama sintaks yang telah dilaksanakan guru berjumlah 6 dan ada 2

    yang tidak terlaksana. Pada pertemuan kedua sintaks yang terlaksana berjumlah 7

  • 60

    dan yang tidak terlaksana ada 1. Pada petemuan ketiga semua sintaks terlaksana

    yaitu ada 8.

    4.2.1.4 Refleksi

    Berdasarkan observasi siklus I pelaksanaan tindakan dengan metode

    Numbered Heads Together maka dilakukan refleksi dengan berdiskusi dengan

    guru kelas, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kelebihan proses

    pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads Together

    diantaranya siswa berdiskusi dengan sungguh-sungguh, materi pelajaran yang

    disampaikan lebih menarik perhatian siswa dan siswa lebih aktif dalam

    pembelajaran daripada sebelum menggunakan Numbered Heads Together. Selain

    kelebihan masih terdapat beberapa kekurangan selama pembelajaran Siklus I

    antara lain sebagai berikut :

    a) Pada pertemuan pertama dan kedua guru belum melaksanakan sintaks

    menanggapi jawaban dan membuat kesimpulan, dalam arti guru belum

    memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban

    yang disampaikan dan belum membimbing membuat kesimpulan. Hal ini

    disebabkan waktu pembelajaran hampir habis karena waktu terbuang pada

    kegiatan diskusi yang dilakukan siswa. Guru pada awal pembelajaran tidak

    menyampaikan lamanya waktu siswa untuk berdiskusi, sehingga siswa lama

    dalam melakukan diskusi.

    b) Pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga proses pembentukan kelompok

    menimbulkan sedikit keributan di kelas karena siswa cenderung ingin

    memilih kelompok sendiri.

    c) Pada tahap pemberian nomor berlangsung lama, dikarenakan siswa belum

    terbiasa untuk belajar membentuk kelompok dengan diberi nomor kepala.

    d) Pada saat diskusi, kerjasama dalam kelompok kurang terjalin dengan baik

    karena masih terdapat anggota kelompok yang pasif dan ada pula anak yang

    cenderung bekerja sendiri.

    e) Pada saat pemanggilan nomor ada nomor yang sudah disebut tetapi

    disebutkan lagi oleh guru karena guru tidak hafal dengan nomor yang telah

    disebut.

  • 61

    f) Kegiatan pembimbingan terhadap kelompok selalu dilakukan oleh guru,

    tetapi banyaknya kelompok dalam kelas menyebabkan pembimbingan kurang

    merata.

    g) Siswa masih malu - malu atau kurang percaya diri ketika mengungkapkan

    gagasan/soal masalah yang sedang diskusikan karena siswa tidak terbiasa

    maju menyampaikan jawaban di depan kelas.

    Dari kekurangan yang ditemukan pada siklus I, maka dapat diperbaiki pada

    siklus II. Hal-hal yang dapat dilakukan agar kekurangan pada siklus I tidak terjadi

    pada siklus II adalah:

    a) Guru pada awal pembelajaran menentukan dan menyampaikan lamanya

    waktu diskusi kelompok sehingga semua sintaks dapat terlaksana.

    b) Guru harus bersikap tegas dengan siswa yang memilih anggota kelompok

    sendiri dan sebaiknya proses pembentukan kelompok dilakukan sebelum

    pelaksanaan, sehingga tidak menghabiskan waktu lama pada saat

    pembelajaran.

    c) Agar saat pemberian nomor tidak berlangsung lama, guru harus mengelola

    waktu sebaik mungkin dengan meminta perwakilan kelompok untuk

    memberikan nomor kepada anggotanya.

    d) Guru lebih merata dalam melakukan bimbingan diskusi sehingga apabila ada

    anggota kelompok siswa yang pasif dan yang cenderung bekerja sendiri dapat

    diberi pengarahan.

    e) Guru mencatat nomor yang telah dipanggil misalnya pada catatan kecil, agar

    nomor yang tidak disebutkan lagi oleh guru

    f) Guru menciptakan suasana yang menyenangkan, guru harus lebih memotivasi

    siswa untuk aktif dengan pemberian ganjaran jika jawaban siswa benar

    sehingga siswa tidak malu-malu dalam mengemukakan jawaban.

    4.2.2 Pelaksanaan Siklus II

    Pada bagian pelaksanaan siklus II terdiri dari empat macam sub bab yaitu

    perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang sesuai

    dengan tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto (2007:16) bahwa

    terdapat empat tahap pelaksanaan penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan

  • 62

    tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Pada bagian pelaksanaan siklus II

    akan diuraikan pada perencanaan tindakan mengenai apa yang akan dilaksanakan

    sebagai suatu perbaikan dari kekurangan siklus I. Setelah perencanaan tindakan

    akan diuraikan pelaksanakan tindakan dan observasi, kemudian akan diuraikan

    refleksi berdasarkan hasil observasi.

    4.2.2.1 Perencanaan tindakan

    Perencanaan tindakan siklus II digunakan untuk memperbaiki kekurangan

    pada siklus I. Pada tanggal 30 Maret, dilakukan refleksi dengan berdiskusi

    bersama guru kelas tentang hal-hal yang harus diperbaiki dan dipersiapkan pada

    siklus II. Melihat hasil belajar siswa siklus 1 dan hasil observasi keaktifan belajar

    siklus I yang disesuaikan dengan KKM dan indikator keberhasilan belum

    mencapai indikator keberhasilan maka dilaksanakan perbaikan di siklus II. RPP

    siklus kedua yang telah disusun terdiri dari 3 pertemuan dengan standar

    kompetensi memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan

    penggunaan sumber daya alam serta kompetensi dasar mendeskripsikan proses

    daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya. Pada pertemuan

    pertama, kedua dan ketiga dilakukan penyampaian materi melalui penerapan

    metode Numbered Heads Together kemudian pada akhir pembelajaran pertemuan

    ketiga dilakukan evaluasi. Persiapan tindakan siklus II yang terdiri dari 3

    pertemuan dilakukan dengan cara menghabiskan sintaks metode Numbered Heads

    Together di setiap pertemuan sehingga melakukan sintaks sebanyak 3 kali pada 1

    siklus.

    Persiapan perlengkapan pembelajaran meliputi lembar kerja siswa, nomor

    kepala dan lembar observasi dipersiapkan sebelum melaksanakan siklus II. Nomor

    kepala dibuat sebanyak 30 buah sesuai dengan jumlah siswa di kelas 5.

    Pembuatan nomor menggunakan kertas karton yang dibentuk seperti mahkota dan

    diberi nomor 1-5 supaya anak lebih tertarik dengan adanya nomor yang

    dimodifikasi seperti mahkota. Selain menyiapkan nomor disiapkan pula alat-alat

    peraga untuk siklus II seperti gambar daur air dan gambar kerusakan alam. Alat

    peraga gambar dibuat sendiri dengan kertas karton besar yang disiapkan sehari

    sebelum melakukan tindakan. Pelaksanaan penelitian siklus I pertemuan pertama

  • 63

    dilaksanakan pada hari senin tanggal 1 April 2013, pertemuan kedua dilaksanakan

    pada tanggal 3 April 2013, dan pertemuan ketiga pada tanggal 5 April 2013.

    4.2.2.2 Pelaksanaan Tindakan

    Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan

    sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Langkah-langkah tiap

    pertemuan sama hanya beda pada indikatornya. Pada pertemuan ketiga selain

    penyampaian materi dilaksanakan pula evaluasi pada akhir pembelajaran.

    Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 1 April 2013 pada

    mata pelajaran IPA kompetensi dasar mendeskripsikan proses daur air dan

    kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya. Pada pertemuan pertama

    terdapat lima indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menjelaskan

    pengertian daur air, menyebutkan macam-macam sumber air, menyebutkan

    contoh sumber air alami dan buatan, mengurutkan proses daur air dan

    mendeskripsikan proses daur air.

    Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, mempresensi siswa,

    memberikan apersepsi kepada siswa dan memotivasi siswa. Guru kelas

    menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan

    yaitu masih melakukan pembelajaran dengan Numbered Heads Together. Guru

    menjelaskan sekilas tentang daur air serta melakukan tanya jawab dengan siswa

    agar siswa lebih memahami dan mendalami materi. Pelaksanaan sintaks pertama-

    tama adalah pembentukan kelompok, guru membagi siswa ke dalam kelompok

    sesuai dengan Numbered Heads Together siswa dibagi menjadi 6 kelompok yaitu

    setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Pembentukan kelompok dilakukan

    secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerjasama

    dengan baik. Setelah membagi kelompok langkah selanjutnya adalah penomoran

    anggota kelompok. Guru memberi nomor kepada setiap anggota kelompok,

    karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka masing-masing kelompok

    mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya adalah pembagian tugas, guru

    memberikan lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan untuk dikerjakan oleh

    setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelompok, pada saat diskusi

    kelompok berlangsung guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam

  • 64

    melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah memanggil nomor, guru memanggil

    salah satu nomor siswa secara acak dan siswa yang dipanggil nomornya maju ke

    depan kelas untuk membacakan hasil. Tahap selanjutnya adalah menjawab

    pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya menjawab pertanyaan di depan

    teman-teman dan guru membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan. Tahap

    selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru memberikan kesempatan kepada

    kelompok lain untuk menanggapi dan mengomentari jawaban yang disampaikan

    temannya. Tahap terakhir adalah memberi kesimpulan, guru membimbing siswa

    untuk menyimpulkan, memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat

    apabila salah atau kurang terhadap materi yang telah di bahas. Pada kegiatan

    penutup guru membimbing siswa membuat rangkuman dan melakukan refleksi.

    Pertemuan kedua pada siklus pertama merupakan lanjutan dari pertemuan

    pertama yaitu melanjutkan materi serta pemantapan materi melalui pelaksanaan

    Numbered Heads Together. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari rabu tanggal

    3 April 2013 dengan menyampaikan satu indikator yaitu memberikan contoh

    kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air.

    Pada kegiatan awal guru memberikan membuka pelajaran, mempresensi

    siswa, memberikan apersepsi dengan mengulas kembali sedikit materi

    pembelajaran yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan melakukan

    tanya jawab pada siswa dan memotivasi siswa. Di dalam kegiatan inti guru

    melanjutkan penyampaian materi yang masih berkaitan dengan daur air.

    Kemudian pada kegiatan elaborasi langkah sama dengan pertemuan pertama yaitu

    pelaksanaan sintaks pertama-tama adalah pembentukan kelompok, guru membagi

    siswa ke dalam kelompok sesuai dengan Numbered Heads Together siswa dibagi

    menjadi 6 kelompok yaitu setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa.

    Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar

    setiap kelompok dapat bekerjasama dengan baik. Setelah membagi kelompok

    langkah selanjutnya adalah penomoran anggota kelompok. Guru memberi nomor

    kepada setiap anggota kelompok, karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka

    masing-masing kelompok mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya

    adalah pembagian tugas, guru memberikan lembar soal yang berisi beberapa

  • 65

    pertanyaan untuk dikerjakan oleh setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan

    diskusi kelompok, pada saat diskusi kelompok berlangsung guru berkeliling untuk

    membimbing siswa dalam melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah

    memanggil nomor, guru memanggil salah satu nomor siswa secara acak dan siswa

    yang dipanggil nomornya maju ke depan kelas untuk membacakan hasil. Tahap

    selanjutnya adalah menjawab pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya

    menjawab pertanyaan di depan teman-teman dan guru membimbing siswa dalam

    menjawab pertanyaan. Tahap selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru

    memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi dan

    mengomentari jawaban yang disampaikan temannya. Tahap terakhir adalah

    memberi kesimpulan, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan,

    memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat apabila salah atau kurang

    terhadap materi yang telah di bahas. Pada kegiatan penutup guru membimbing

    siswa membuat rangkuman dan melakukan refleksi. Guru menjelaskan rencana

    kegiatan pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Guru memberikan informasi

    pada siswa bahwa pada akhir pembelajaran pada pertemuan berikutnya akan

    diadakan evaluasi pembelajaran.

    Pada pertemuan ketiga merupakan akhir pelaksanaan dari siklus pertama.

    Pertemuan ketiga juga merupakan lanjutan dari pertemuan kedua yaitu

    melanjutkan materi beserta pelaksanaan evaluasi pada akhir pembelajaran.

    Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 5 April 2013 dengan

    menyampaikan 2 indikator yaitu menyebutkan manfaat air bagi kehidupan

    manusia dengan tepat danmenjelaskan cara menghemat air dengan tepat.

    Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran, mempresensi siswa,

    memberikan apersepsi dengan mengulas kembali sedikit materi pembelajaran

    yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan melakukan tanya jawab pada

    siswa dan memotivasi siswa. Di dalam kegiatan inti guru melanjutkan

    penyampaian materi yang berkaitan dengan daur air. Pelaksanaan sintaks pertama-

    tama adalah pembentukan kelompok, guru membagi siswa ke dalam kelompok

    sesuai dengan Numbered Heads Together siswa dibagi menjadi 6 kelompok yaitu

    setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Pembentukan kelompok dilakukan

  • 66

    secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerjasama

    dengan baik. Setelah membagi kelompok langkah selanjutnya adalah penomoran

    anggota kelompok. Guru memberi nomor kepada setiap anggota kelompok,

    karena satu kelompok terdiri dari 5 orang maka masing-masing kelompok

    mendapatkan nomor 1 sampai 5. Tahap selanjutnya adalah pembagian tugas, guru

    memberikan lembar soal yang berisi beberapa pertanyaan untuk dikerjakan oleh

    setiap kelompok. Kemudian dilaksanakan diskusi kelompok, pada saat diskusi

    kelompok berlangsung guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam

    melakukan diskusi. Tahap selanjutnya adalah memanggil nomor, guru memanggil

    salah satu nomor siswa secara acak dan siswa yang dipanggil nomornya maju ke

    depan kelas untuk membacakan hasil. Tahap selanjutnya adalah menjawab

    pertanyaan, siswa yang dipanggil nomornya menjawab pertanyaan di depan

    teman-teman dan guru membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan. Tahap

    selanjutnya adalah menanggapi jawaban, guru memberikan kesempatan kepada

    kelompok lain untuk menanggapi dan mengomentari jawaban yang disampaikan

    temannya. Tahap terakhir adalah memberi kesimpulan, guru membimbing siswa

    untuk menyimpulkan, memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat

    apabila salah atau kurang terhadap materi yang telah dibahas.

    Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa membuat rangkuman dan

    refleksi, kemudian mengerjakan soal evaluasi. Soal evaluasi dikerjakan oleh

    seluruh siswa yang berjumlah 30. Guru menanyakan kepada siswa tentang

    kesiapan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran. Sebelum guru

    membagikan soal evaluasi, guru terlebih dahulu menata tempat duduk siswa

    supaya siswa tidak terlalu dekat duduknya. Guru menjelaskan pada siswa tentang

    peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi, kemudian guru membagi soal

    evaluasi berserta lembar jawab pada setiap siswa. Siswa mengerjakan soal evalusi

    dengan baik dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir.

    4.2.2.3 Observasi

    Observasi pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh observer pada saat

    pembelajaran berlangsung yaitu pada tiga pertemuan. Hasil observasi digunakan

    untuk mengetahui kegiatan guru selama proses pembelajaran sudah melaksanakan

  • 67

    keseluruhan sintaks metode atau ada yang belum terlaksana. Hasil observasi

    keterlaksanaan sintaks siklus II pertemuan pertama diperoleh data bahwa dari 8

    sintaks Numbered Heads Together semua sintaks sudah dilaksanakan guru

    walaupun pelaksanaan kurang sempurna. Guru sudah melaksanakan pembentukan

    kelompok, penomoran anggota kelompok, pembagian tugas, membimbing diskusi

    kelompok, melakukan pemanggilan nomor, membimbing siswa menjawab

    pertanyaan, memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi

    jawaban dan membimbing siswa untuk memperbaiki atau menambah kesimpulan

    yang dibuat salah atau kurang terhadap materi yang telah dibahas.

    Hasil observasi keterlaksanaan sintaks siklus II pertemuan kedua diperoleh

    data bahwa dari 8 sintaks Numbered Heads Together semua sintaks sudah

    dilaksanakan guru walaupun kurang sempurna. Guru sudah melaksanakan

    pembentukan kelompok, penomoran anggota kelompok, pembagian tugas,

    membimbing diskusi kelompok, melakukan pemanggilan nomor, membimbing

    siswa menjawab pertanyaan, memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk

    menanggapi jawaban dan membimbing siswa untuk memperbaiki atau

    menambah kesimpulan yang dibuat salah atau kurang terhadap materi yang telah

    dibahas.

    Hasil observasi keterlaksanaan sintaks siklus II pertemuan ketiga diperoleh

    data bahwa dari 8 sintaks Numbered Heads Together semua sintaks sudah

    dilaksanakan guru. Guru sudah melaksanakan pembentukan kelompok,

    penomoran anggota kelompok, pembagian tugas, membimbing diskusi kelompok,

    melakukan pemanggilan nomor, membimbing siswa menjawab pertanyaan,

    memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi jawaban dan

    membimbing siswa untuk memperbaiki atau menambah kesimpulan yang dibuat

    salah atau kurang terhadap materi yang telah di bahas. Keterlaksanaan Sintaks

    Numbered Heads Together Siklus II dapat dilihat pada Tabel 16:

  • 68

    Tabel 16

    Hasil Keterlaksanaan Sintaks Numbered Heads Together Siswa Kelas 5

    SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013

    Siklus II

    Kegiatan Mengajar

    Siklus I

    Jumlah sintaks

    yang

    dilaksanakan

    Jumlah sintaks

    yang belum

    terlaksana

    Jumlah

    keseluruhan

    sintaks

    Pertemuan Pertama 8 0 8

    Pertemuan Kedua 8 0 8

    Pertemuan Ketiga 8 0 8

    Dari Tabel 16 dapat dilihat keterlaksanaan sintaks pembelajaran Numbered

    Heads Together dari 8 sintaks Numbered Heads Together diketahui pada

    pertemuan pertama semua sintaks telah terlaksana yaitu berjumlah 8. Pada

    pertemuan kedua semua sintaks juga telah dilaksanakan oleh guru berjumah 8.

    Pada pertemuan ketiga semua sintaks juga telah dilaksanakan guru berjumlah 8.

    4.2.2.4 Refleksi

    Berdasarkan observasi siklus II dengan menggunakan metode Numbered

    Heads Together maka dilakukan refleksi dengan berdiskusi dengan guru kelas,

    maka dapat disimpulkan selama proses belajar mengajar siklus II guru telah

    melaksanakan pembelajaran dengan baik, meskipun dalam kegiatan ada beberapa

    aspek yang belum sempurna tetapi jumlah sintaks yang telah dilaksanakan untuk

    masing-masing pertemuan besar. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui

    bahwa kegiatan pembelajaran tampak lebih hidup dengan adanya interaksi antara

    guru dan siswa serta siswa dengan siswa, siswa terlihat lebih aktif dalam

    berkomunikasi ketika diskusi. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah

    mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

    4.3 Hasil Penelitian

    Pada bagian hasil penelitian, akan diuraikan tentang deskripsi data dan

    analisis data. Masing-masing akan dijelaskan tentang data siklus I dan siklus II

    yang masing-masing terdiri dari data keaktifan belajar serta data hasil belajar.

  • 69

    4.3.1 Deskripsi Data

    Data mentah yang sudah diperoleh diolah dan disajikan pada deskripsi data.

    Pada sub bab deskripsi data akan diuraikan tentang data siklus I yang terdiri dari

    data keaktifan dan hasil belajar. Kemudian disajikan juga data siklus II yang

    mencakup keaktifan dan hasil belajar.

    4.3.1.1 Data Siklus I

    Hasil dari observasi keaktifan belajar diperoleh dari pengamatan tiap

    individu, kemudian hasil data mentah yang diperoleh diolah dengan microsoft

    excel. Untuk mengetahui keaktifan belajar setiap siswa dalam pembelajaran IPA

    diolah dengan langkah Usman dan Akbar (2006:71) sehingga didapatkan kategori

    keaktifan rendah (skor 1 – 1,9) keaktifan sedang (skor 2 - 2,9) dan keaktifan tinggi

    (skor ≥3). Hasil observasi keaktifan belajar pada pertemuan pertama, kedua dan

    ketiga diperoleh hasil sebagai berikut :

    Tabel 17

    Hasil Observasi Keaktifan Belajar pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 5 SD

    Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013

    Siklus I

    N

    o

    Interval Kategori

    Keaktifan

    Pertemuan

    pertama

    Pertemuan

    kedua

    Pertemuan

    ketiga

    f % f % f %

    1 Skor ≥3 Tinggi 17 56,7% 19 63,3% 20 66,7%

    2 Skor 2 – 2,9 Sedang 8 26,6% 9 30% 9 30%

    3 Skor 1 – 1,9 Rendah 5 16,7% 2 6,7% 1 3,3%

    Jumlah 30 100% 30 100% 30 100%

    Rata-rata 2,7 2,8 2,8

    Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui bahwa pada pertemuan pertama

    siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 17 orang persentase 56,7%

    sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 8 orang dengan

    persentase 26,6%, dan siswa yang kategori keaktifan rendah ada 5 orang dengan

    persentase 16,7% dan rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 2,7. Pada

    pertemuan kedua, siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 19 orang

    persentase 63,3% sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 9

    orang dengan persentase 30% dan siswa yang kategori keaktifan rendah ada 2

  • 70

    orang dengan persentase 6,7% dan rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 2,8.

    Pada pertemuan ketiga, siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 20 orang

    persentase 66,7% sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 9

    orang dengan persentase 30% dan siswa yang kategori keaktifan rendah ada 1

    orang dengan persentase 3,3% dan rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 2,8.

    Selain data keaktifan belajar, data hasil belajar siswa yang sudah diolah

    kemudian disederhanakan dengan menggunakan acuan yang didapat dengan

    interval sesuai dengan pernyataan Usman dan Akbar (2006:71) yaitu langkah-

    langkah membuat tabel distribusi frekuensi adalah urutkan data dari yang terkecil

    ke data terbesar, kemudian menghitung rentang yaitu yaitu data tertinggi dikurang

    data terendah. Setelah menghitung rentang, menghitung banyak kelas dengan

    aturan Sturges kemudian menghitung panjang kelas interval. Setelah menghitung

    panjang kelas interval, langkah selanjutnya adalah menentukan ujung bawah kelas

    interval pertama. Biasanya diambil data terkecil atau data yang lebih kecil dari

    data terkecil tetapi selisihnya harus kurang dari panjang kelas yang harus didapat,

    selanjutnya kelas interval pertama dihitung dengan menjumlahkan ujung bawah

    kelas dengan p dikurangi l demikian seterusnya, nilai f dihitung dan dipindahkan

    ke tabel distribusi frekuensi. Sesuai dengan rumus maka hasil pengolahan data

    nilai tes evaluasi tersaji pada Tabel 18 :

    Tabel 18

    Destribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan

    Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013

    Siklus I

    No Interval Frekuensi %

    1 53 –59 5 16,7%

    2 60 - 66 3 10%

    3 67 - 73 9 30%

    4 74 -80 4 13,3%

    5 81 - 87 4 13,3%

    6 ≥88 5 16,7%

    Jumlah 30 100

  • 71

    Dari Tabel 18 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran

    dengan metode Numbered Heads Together, dari 30 siswa yang mengikuti evaluasi

    pembelajaran diketahui pada skor nilai antara 53 – 59 frekuensinya 5 dengan

    persentase 16,7% siswa, skor nilai antara 60 – 66 frekuensinya 3 persentase 10%,

    skor nilai 67 - 73 frekuensinya ada 9 dengan persentase 30%, skor nilai antara 74 -

    80 frekuensinya 4 dengan persentase 13,3%, skor 81 - 87 frekuensinya 4 dengan

    persentase 13,3%, dan skor ≥88 frekuensinya 5 dengan persentase 16,7%.

    4.3.1.2 Data Siklus II

    Hasil dari observasi keaktifan belajar diperoleh dari pengamatan tiap

    individu, kemudian hasil data mentah yang diperoleh diolah dengan microsoft

    excel. Untuk mengetahui keaktifan belajar setiap siswa dalam pembelajaran IPA

    diolah dengan langkah Usman dan Akbar (2006:71) sehingga didapatkan kategori

    keaktifan rendah (skor 1 – 1,9) keaktifan sedang (skor 2 - 2,9) dan keaktifan tinggi

    (skor ≥3). Hasil observasi keaktifan belajar pada pertemuan pertama, kedua dan

    ketiga diperoleh hasil sebagai berikut :

    Tabel 19

    Hasil Observasi Keaktifan Belajar pada Mata Pelajaran IPA Kelas 5

    SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013

    Siklus II

    No Interval Keaktifan Pertemuan

    pertama

    Pertemuan

    kedua

    Pertemuan

    ketiga

    f % f % f %

    1 Skor ≥3 Tinggi 21 70% 23 76,7% 24 80%

    2 Skor 2 – 2,9 Sedang 9 30% 7 23,3% 6 20%

    3 Skor 1 – 1,9 Rendah 0 0% 0 0% 0 0%

    Jumlah 30 100% 30 100% 30 100%

    Rata-rata 2,8 2,9 3,1

    Berdasarkan Tabel 19, dapat diketahui bahwa pada pertemuan pertama

    siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 21 orang persentase 70%

    sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 9 orang dengan

    persentase 30%, dan tidak ada siswa yang berada pada kategori keaktifan rendah.

    Rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 2,8. Pada pertemuan kedua, siswa yang

  • 72

    kategori keaktifan tinggi frekuensi 23 orang persentase 76,7% sedangkan siswa

    dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 7 orang dengan persentase 23,3%,

    dan tidak ada siswa yang berada pada kategori keaktifan rendah. Rata-rata

    keaktifan siswa klasikal adalah 2,9. Pada pertemuan ketiga, siswa yang kategori

    keaktifan tinggi frekuensi 24 orang persentase 80% sedangkan siswa dengan

    kategori keaktifan sedang berjumlah 6 orang dengan persentase 20% dan tidak ada

    siswa yang berada pada kategori keaktifan rendah. Rata-rata keaktifan siswa

    klasikal adalah 3,1.

    Data siklus II juga diolah sesuai dengan rumus tabel distribusi frekuensi

    Usman dan Akbar (2006:71). Setelah mendapatkan hasil, maka data dimasukkan

    ke dalam tabel destribusi frekuensi hasil belajar IPA. Adapun hasil pengolahan

    data nilai tes evaluasi tersaji pada Tabel 20:

    Tabel 20

    Destribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan

    Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013

    Siklus II

    No Rentang nilai Frekuensi %

    1 60 – 66 3 10%

    2 67 – 73 6 20%

    3 74 – 80 6 20%

    4 81 – 87 6 20%

    5 88 – 94 8 26,7%

    6 ≥95 1 3,3%

    Jumlah 30 100

    Dari Tabel 20 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran

    dengan metode Numbered Heads Together, dari 30 siswa yang mengikuti evaluasi

    pembelajaran diketahui pada skor nilai antara 60 – 66 frekuensinya 3 dengan

    persentase 10% siswa, skor nilai antara 67 – 73 frekuensinya 6 persentase 20%,

    skor nilai 74 - 80 frekuensinya ada 6 dengan persentase 20%, skor nilai antara 81 -

    87 frekuensinya 6 dengan persentase 20%, skor 88 - 94 frekuensinya 8 dengan

    persentase 26,7%, dan skor ≥95 frekuensinya 1 dengan persentase 3,3%.

  • 73

    4.3.2 Analisis Data

    Dalam analisis data disajikan analisis hasil penelitian. Dalam sub bab ini

    akan disajikan analisis ketuntasan hasil belajar dan keaktifan belajar siklus I.

    Selain diuraikan analisis siklus I diuraikan pula analisis ketuntasan hasil belajar

    dan keaktifan belajar siklus II. Lalu dilanjutkan dengan analisis deskriptif

    komparatif keaktifan belajar dan analisis deskriptif komparatif hasil belajar.

    4.3.2.1 Analisis Keaktifan Belajar Siklus I

    Analisis keaktifan belajar siklus I tersaji pada Tabel 19 dimana digolongkan

    menjadi dua kategori yaitu yang memperoleh skor ≥ 3 (kategori keaktifan tinggi)

    dan yang memperoleh skor < 3 (kategori keaktifan belajar sedang dan rendah).

    Hasil analisis keaktifan siswa tersaji pada Tabel 21:

    Tabel 21

    Analisis Keaktifan Belajar Siswa Kelas 5 Mata Pelajaran IPA SD Negeri 3

    Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013 Siklus I

    No Keaktifan Belajar Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

    f % f % f %

    1 Skor ≥ 3

    (kategori keaktifan

    tinggi)

    17 56,7% 19 63,3% 20 66,7%

    2 Skor < 3

    (kategori keaktifan

    sedang dan rendah)

    13 43,3% 11 36,7% 10 33,3%

    Jumlah 30 100% 30 100% 30 100%

    Rata-rata keaktifan

    belajar seluruh siswa

    siklus I

    2,7

    Berdasarkan Tabel 21, diketahui bahwa pada pertemuan pertama siklus I,

    siswa di atas kategori keaktifan tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 17 siswa

    persentase 56,7% dan di bawah < 3 atau kategori keaktifan sedang dan rendah

    berjumlah 13 siswa dengan persentase 43,3%. Pada pertemuan kedua siswa di atas

    kategori keaktifan tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 19 siswa persentase 63,3%

    dan di bawah < 3 atau kategori keaktifan sedang dan rendah berjumlah 11 siswa

    dengan persentase 36,7%. Sedangkan pada pertemuan ketiga, siswa di atas

  • 74

    kategori keaktifan tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 20 siswa persentase 66,7%

    dan di bawah < 3 atau kategori keaktifan sedang dan rendah berjumlah 10 siswa

    dengan persentase 33,3%.

    Hasil tersebut menunjukkan bahwa keaktifan belajar siklus I belum mencapai

    indikator keberhasilan yang ditentukan, dimana indikator keberhasilan yang

    ditentukan adalah 70% siswa mencapai kategori keaktifan tinggi sedangkan rata-

    rata perolehan skor keaktifan belajar pada siklus I menunjukan bahwa 62,2%

    keaktifan tinggi. Hasil ini diperoleh dari hasil rata-rata pertemuan pertama, kedua

    dan ketiga. Berikut ini diagram ketuntasan keaktifan belajar siklus I:

    Gambar 2. Diagram Lingkaran Keaktifan Belajar Siklus I Kelas 5 SD Negeri 3

    Nambuhan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013

    Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa pada siklus I terdapat 62% siswa

    yang mendapatkan skor ≥ 3 atau keaktifan tinggi, dan ada 38% siswa mendapat

    skor < 3 atau keaktifan sedang dan rendah.

    4.3.2.2 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

    Berdasarkan data hasil tes IPA siklus I maka dilakukan analisis dengan

    membandingkan nilai dengan KKM (65). Siswa yang mendapat nilai di atas KKM

    atau yang tuntas dijumlahkan begitu juga siswa yang berada di bawah KKM (65).

    Analisis ketuntasan hasil belajar siswa siklus I tersaji pada Tabel 22:

    Skor

  • 75

    Tabel 22

    Analisi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5

    SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013

    Siklus I

    Keterangan Siklus I

    Jumlah siswa %

    Tidak tuntas 8 26,7%

    Tuntas 22 73,3%

    Jumlah 30 100%

    Rata-rata 73,7

    Nilai tertinggi 93

    Nilai terendah 53

    Dari Tabel 22 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran

    dengan metode Numbered Heads Together, dari 30 siswa yang mengikuti evaluasi

    pembelajaran terdapat 22 siswa (73,3%) tuntas atau mampu mencapai KKM (65)

    dan 8 siswa (26,7%) tidak tuntas atau masih berada dibawah KKM. Nilai tertinggi

    yang dicapai siswa adalah 93 dan nilai terendah 53 dengan nilai rata-rata kelas

    adalah 73,7. Ketuntasan hasil belajar IPA siklus I kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan

    dapat dilihat pada Gambar 3:

    Gambar 3. Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Siklus I Kelas

    5 SD Negeri 3 Nambuhan pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2012 / 2013

    73%

    27%

    Tuntas Tidak Tuntas

  • 76

    Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa setelah penerapan Numbered Heads

    Together, dari 30 siswa kelas 5 terdapat 73% siswa yang tuntas belajar dan 27%

    siswa tidak tuntas belajar. Adapun KKM IPA adalah 65.

    4.3.2.3 Analisis Keaktifan Belajar Siklus II

    Analisis keaktifan belajar siklus II tersaji pada Tabel 21 dimana digolongkan

    menjadi dua kategori yaitu yang memperoleh skor ≥ 3 (kategori keaktifan tinggi)

    dan yang memperoleh skor < 3 (kategori keaktifan belajar sedang dan rendah).

    Hasil analisis keaktifan siswa tersaji pada Tabel 23:

    Tabel 23

    Analisis Keaktifan Belajar Siswa Kelas 5 Mata Pelajaran IPA SD Negeri 3

    Nambuhan Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013 Siklus II

    No Keaktifan Belajar Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

    f % f % f %

    1 Skor ≥ 3

    (kategori keaktifan

    tinggi)

    21 70% 23 76,7% 24 80%

    2 Skor < 3

    (kategori keaktifan

    sedang dan rendah)

    9 30% 7 23,3% 6 20%

    Jumlah 30 100% 30 100% 30 100%

    Rata-rata keaktifan belajar

    seluruh siswa siklus II

    2,9

    Berdasarkan Tabel 23, diketahui bahwa pada pertemuan pertama siklus I,

    siswa di atas kategori keaktifan tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 21 siswa

    persentase 70% dan di bawah < 3 atau kategori keaktifan sedang dan rendah

    berjumlah 9 siswa dengan persentase 30%. Pada pertemuan kedua siswa di atas

    kategori keaktifan tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 23 siswa persentase 76,7%

    dan di bawah < 3 atau kategori keaktifan sedang dan rendah berjumlah 7 siswa

    dengan persentase 23,3%. Sedangkan pada pertemuan ketiga, siswa di atas

    kategori keaktifan tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 24 siswa persentase 80% dan

    di bawah < 3 atau kategori keaktifan sedang dan rendah berjumlah 6 siswa dengan

    persentase 20%.

  • 77

    Hasil tersebut menunjukkan bahwa keaktifan belajar siklus II telah mencapai

    indikator keberhasilan yang ditentukan, dimana indikator keberhasilan yang

    ditentukan adalah 70% siswa mencapai kategori keaktifan tinggi. Rata-rata

    perolehan skor keaktifan belajar pada siklus I menunjukan bahwa 75,6% keaktifan

    tinggi. Hasil ini diperoleh dari hasil rata-rata pertemuan pertama, kedua dan

    ketiga. Berikut ini diagram ketuntasan keaktifan belajar siklus II:

    Gambar 4. Diagram Lingkaran Keaktifan Belajar Siswa Siklus II Kelas 5 SD

    Negeri 3 Nambuhan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013

    Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa pada siklus II terdapat 76% siswa

    yang mendapatkan skor ≥ 3 atau keaktifan tinggi, dan ada 24% siswa mendapat

    skor < 3 atau keaktifan sedang dan rendah.

    4.3.2.4 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II

    Berdasarkan data hasil tes IPA siklus II dilakukan analisis dengan

    membandingkan nilai dengan KKM (65). Siswa yang mendapat nilai di atas KKM

    atau yang tuntas dijumlahkan begitu juga siswa yang berada di bawah KKM (65).

    Analisis ketuntasan hasil belajar siswa siklus II tersaji pada Tabel 24:

    Skor ≥ 3 76%

    Skor < 3 24%

  • 78

    Tabel 24

    Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas 5 SD Negeri Nambuhan 03

    Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013

    Siklus II

    Keterangan Siklus II

    Jumlah siswa %

    Tidak tuntas 3 10%

    Tuntas 27 90%

    Jumlah 30 100%

    Rata-rata 81,7

    Nilai tertinggi 100

    Nilai terendah 60

    Dari Tabel 24 dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran

    dengan metode Numbered Heads Together, dari 30 siswa yang mengikuti evaluasi

    pembelajaran terdapat 27 siswa (90%) mampu mencapai KKM (65) dan 3 siswa

    (10%) masih berada dibawah KKM. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 100

    dan nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata kelas adalah 81,7. Ketuntasan hasil

    belajar IPA siklus II Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan dapat dilihat pada Gambar

    5:

    Gambar 5. Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Siklus II

    Kelas 5 SD Negeri Nambuhan 03 pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2012 / 2013

    Berdasarkan Gambar 5 diketahui bahwa setelah penerapan Numbered Heads

    Together, dari 30 siswa kelas 5 terdapat 90% siswa yang tuntas belajar dan 10%

    tidak tuntas belajar. Adapun KKM IPA di SD Negeri 3 Nambuhan adalah 65.

    90%

    10%

    Tuntas Tidak tuntas

  • 79

    4.3.2.5 Analisis Deskriptif Komparatif Keaktifan Belajar

    Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan

    keaktifan belajar pada mata pelajaran IPA di kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan

    Semester 2 tahun ajaran 2012/2013. Perbandingan keaktifan siswa disajikan pada

    Tabel 25:

    Tabel 25

    Perbandingan Keaktifan Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

    Kelas 5 SD Negeri Nambuhan 03 pada Semester 2

    Tahun Pelajaran 2012/2013

    Keaktifan Pra siklus Siklus I Siklus II

    Tinggi 46,7% 62,2% 75,6%

    Sedang 30% 28,9% 24,4%

    Rendah 23,3% 8,9% 0%

    Dari Tabel 25 yaitu perbandingan keaktifan belajar pra siklus, siklus I dan

    siklus II maka dapat dilihat adanya peningkatan keaktifan belajar dalam mengikuti

    pembelajaran. Keaktifan belajar pra siklus kategori tinggi 46,7%, pada siklus I

    mengalami peningkatan menjadi 62,2% dan meningkat di siklus II yaitu 75,6%.

    Pada keaktifan belajar kategori sedang pra siklus sebesar 30% kemudian menurun

    di siklus I menjadi 28,9% dan menurun lagi di siklus II menjadi 24,4%. Keaktifan

    belajar kategori rendah pra siklus sebesar 23,3% kemudian pada siklus I menurun

    menjadi 8,9% dan pada siklus II sebesar 0%. Bila digambarkan perbandingan

    keaktifan siswa dapat dilihat pada Gambar 6:

  • 80

    Gambar 6. Diagram Batang Destribusi Frekuensi Keaktifan Belajar Siswa Pada

    Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan Semester 2

    Tahun Pelajaran 2012/2013

    Dari Gambar 6 dapat dijelaskan bahwa keaktifan belajar pra siklus sampai

    dengan siklus II mengalami peningkatan pada kategori keaktifan tinggi. Pada saat

    pra siklus persentase 46,7% mengalami peningkatan ke siklus I menjadi 62,2%

    meningkat di siklus II menjadi 75,6%. Sedangkan keaktifan siswa kategori sedang

    pra siklus persentase 30% menurun ke siklus II menjadi 28,9% kemudian pada

    siklus II menurun lagi menjadi 24,4%. Pada keaktifan siswa kategori rendah pra

    siklus adalah 23,3% kemudian pada siklus I menurun menjadi 8,9% dan menurun

    lagi ke siklus II menjadi 0%.

    4.3.2.6 Analisis Deskriptif Komparatif Hasil belajar

    Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil

    belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas 5 SD Negeri 03 Nambuhan

    Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester 2 tahun pelajaran

    2012/2013. Perbandingan hasil belajar siswa disajikan pada Tabel 26 :

    0,00%

    10,00%

    20,00%

    30,00%

    40,00%

    50,00%

    60,00%

    70,00%

    80,00%

    Pra siklus Siklus 1 Siklus 2

    Tinggi Sedang Rendah

  • 81

    Tabel 26

    Destribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan

    pada Semester 2 Tahun Ajaran 2012 / 2013

    Ketuntasan

    Pra siklus Siklus I Siklus II

    f % f % f %

    Tuntas 13 43,3 % 22 73,3 % 27 90 %

    Tidak tuntas 17 56,6 % 8 26,7 % 3 10 %

    Jumlah 30 100% 30 100% 30 100%

    Nilai tertinggi 90 93 100

    Nilai terendah 40 53 60

    Rata-rata 62,8 73,7 81,7

    Dari Tabel 26 dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa dari

    pra siklus sampai ke siklus II mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa yang

    tuntas belajar adalah 13 siswa (43,3%), pada siklus I menjadi 22 siswa (73,3%)

    dan pada siklus II menjadi 27 siswa (90%). Sedangkan siswa yang belum tuntas

    jumlahnya menurun. Pada saat pra siklus terdapat 17 siswa (56,6%) belum tuntas,

    pada siklus I masih 8 siswa (26,7%) yang belum tuntas dan pada siklus II masih 3

    siswa (10%). Nilai tertinggi siswa meningkat yaitu pada pra siklus 90, siklus I

    meningkat menjadi 93 dan pada siklus II nilai tertinggi yaitu 100. Nilai terendah

    pra siklus 40, siklus I menjadi 53 dan siklus II nilai terendah 60. Rata-rata siswa

    dari pra siklus ke siklus II juga mengalami peningkatan dari prasiklus 62,8

    menjadi 73,7 ke siklus I atau naik sebesar 10,5 dan pada siklus II menjadi 81,73

    atau naik sebesar 8. Selanjutnya untuk memperjelas perbandingan hasil belajar

    dan ketuntasan belajar siswa dari prasiklus sampai dengan siklus II disajikan

    dalam Gambar 7:

  • 82

    Gambar 7. Destribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Pra Siklus, Siklus I dan

    Siklus II Kelas 5 SD Negeri Nambuhan 03 pada Semester 2 Tahun Pelajaran

    2012/2013

    Dari Gambar 7 dapat dijelaskan bahwa banyaknya siswa yang mencapai

    ketuntasan belajar pra siklus sampai dengan siklus II mengalami peningkatan.

    Pada saat pra siklus ke siklus I besarnya peningkatan adalah dari 43,3% menjadi

    73,3%, dari siklus I ke siklus II adalah dari 73,3% menjadi 90%. Sedangkan siswa

    yang tidak tuntas jumlahnya menurun. Pada saat pra siklus 56,6% belum tuntas,

    pada siklus I menurun menjadi 26,7% yang belum tuntas dan pada siklus II

    menurun lagi menjadi 10%.

    4.4 Pembahasan

    Berdasarkan paparan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa

    kelas 5 SD Negeri 3 Nambuhan pada mata pelajaran IPA, maka dapat diketahui

    adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan menggunakan

    metode Numbered Heads Together. Setelah dilakukan tindakan terkait penerapan

    metode Numbered Heads Together keaktifan belajar terlihat ada peningkatan.

    Pada pra siklus sampai dengan siklus II keaktifan belajar mengalami peningkatan

    dilihat dari persentase keaktifan siswa kategori tinggi. Pada pra siklus keaktifan

    siswa kategori tinggi mencapai 46,7% siswa kategori keaktifan sedang persentase

    30% dan siswa dengan keaktifan rendah persentase 23,3%. Keaktifan siswa

    13

    22

    27

    17

    8

    3

    0,00%

    10,00%

    20,00%

    30,00%

    40,00%

    50,00%

    60,00%

    70,00%

    80,00%

    90,00%

    100,00%

    Pra siklus Siklus 1 Siklus 2

    Tuntas Tidak tuntas

  • 83

    kategori tinggi pra siklus adalah 46,7% kemudian mengalami peningkatan ke

    siklus I menjadi 62,2%. Pada keaktifan siswa kategori sedang pra siklus sebesar

    30% kemudian menurun di siklus I menjadi 28,9%. Keaktifan siswa kategori

    rendah pra siklus sebesar 23,3% kemudian pada siklus I menurun menjadi 8,9%.

    Pada siklus I keaktifan siswa kategori tinggi adalah 62,2% lebih rendah dari

    indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 70% siswa kategori keaktifan tinggi.

    Jadi pada siklus I keaktifan belajar belum mencapai indikator keberhasilan yang

    ditentukan, berdasarkan hasil refleksi pada saat pembelajaran siklus I hal ini dapat

    disebabkan karena kurangnya penguatan guru sehingga siswa masih malu-malu

    atau kurang percaya diri ketika mengungkapkan gagasan/soal masalah yang

    sedang diskusikan. Kurangnya respon dari siswa, terlihat pada saat pembelajaran

    guru belum sepenuhnya memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk

    menanggapi jawaban yang disampaikan, pada saat berdiskusi siswa masih ada

    yang mendominasi dalam kelompok.

    Pembelajaran siklus I belum mencapai indikator keberhasilan sehingga

    diberikan tindakan pada siklus II yang menunjukkan hasil peningkatan keaktifan

    belajar kategori tinggi dari siklus I sebesar 62,2% meningkat 13,4% ke siklus II

    menjadi 75,6% Pada keaktifan siswa kategori sedang siklus I sebesar 28,9%

    menurun di siklus II menjadi 24,4%. Keaktifan siswa kategori rendah pada siklus

    I sebesar 8,9% menurun pada siklus II menjadi 0%. Pada siklus II keaktifan siswa

    kategori tinggi adalah 75,6% lebih tinggi dari indikator keberhasilan yang

    ditentukan yaitu 70% siswa kategori keaktifan tinggi. Jadi pada siklus II keaktifan

    belajar telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yang berarti

    melalui penerapan metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan

    keaktifan belajar.

    Berdasarkan analisis data hasil belajar terhadap siswa kelas 5 SD Negeri 3

    Nambuhan pada mata pelajaran IPA, dapat diketahui juga adanya peningkatan

    hasil belajar siswa dengan menggunakan Numbered Heads Together. Peningkatan

    hasil belajar siswa dilihat dari hasil nilai siklus I dan siklus II. Pada pra siklus

    diketahui siswa yang mendapat nilai di atas Kategori Ketuntasan Minimal (KKM

    65) atau dikatakan tuntas adalah 13 siswa (43,3%) kemudian meningkat pada

  • 84

    siklus I sebesar 9 siswa (30%) sehingga menjadi 22 siswa (73,3%). Pada pra

    siklus diketahui siswa yang mendapat nilai di bawah Kategori Ketuntasan

    Minimal (KKM 65) atau dikatakan tidak tuntas adalah 17 siswa (56,6%)

    kemudian menurun pada siklus I sebesar 9 sehingga menjadi 8 siswa (26,7%).

    Pada siklus I siswa tuntas belajar adalah 22 siswa (73,3%) lebih rendah dari

    indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas belajar. Jadi pada

    siklus I hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang

    ditentukan, berdasarkan hasil refleksi pada saat pembelajaran siklus I hal ini dapat

    disebabkan karena guru belum mengelola waktu pembelajaran dengan baik

    terutama pada kegiatan diskusi kelompok. Pada siklus I saat diskusi kelompok,

    kerjasama dalam kelompok kurang terjalin dengan baik karena masih terdapat

    anggota kelompok yang pasif dan ada pula anak yang cenderung bekerja sendiri.

    Pembelajaran siklus I belum mencapai indikator keberhasilan sehingga

    diberikan tindakan pada siklus II yang menunjukkan peningkatan hasil belajar

    pada siklus I siswa yang mendapat nilai di atas Kategori Ketuntasan Minimal

    (KKM 65) atau dikatakan tuntas adalah 22 siswa (73,3%) kemudian meningkat

    pada siklus II sebesar 5 siswa (16,7%) sehingga menjadi 27 siswa (90%). Pada

    siklus I diketahui siswa yang mendapat nilai di bawah Kategori Ketuntasan

    Minimal (KKM 65) atau dikatakan tidak tuntas adalah 8 siswa (26,7%) kemudian

    menurun pada siklus II sebesar 9 siswa sehingga menjadi 3 siswa (10%). Pada

    siklus II siswa tuntas belajar adalah 27 siswa (90%) lebih tinggi dari indikator

    keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas belajar. Jadi pada siklus II

    hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yang

    berarti melalui penerapan metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan

    hasil belajar siswa. Tetapi hasil pada siklus II menunjukkan masih terdapat 3

    siswa yang tidak tuntas, yaitu Arofah Yuni Ferbriyanti, Fajar Setyawan, dan Lisa

    Anggraini. Setelah melakukan wawancara dengan guru kelas dan pengamatan

    ketika pembelajaran maka dapat diketahui bahwa ketiga siswa tersebut dalam

    pembelajaran sehari-hari memang memiliki kemampuan yang rendah dalam

    menyerap materi dibandingkan dengan teman-temannya, Fajar Setyawan dan Lisa

  • 85

    adalah siswa yang pendiam dan pasif di kelas 5 sedangkan Arofah adalah siswa

    yang belum lancar dalam membaca.

    Pada siklus II keaktifan belajar telah mencapai indikator keberhasilan yang

    ditentukan, artinya melalui penerapan metode Numbered Heads Together dapat

    meningkatkan keaktifan belajar dengan dicapainya 75,56% keaktifan siswa

    kategori tinggi. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Isjoni

    (2012:16) bahwa dalam proses pembelajaran Numbered Heads Together, siswa

    terlibat aktif pada proses pembelajaran. Sharan (2012:215) juga menyatakan

    bahwa individu saling berbagi dalam kelompok, ketika siswa sudah merasa jelas

    bahwa mereka memiliki tanggung jawab dengan adanya pemanggilan nomor

    secara acak dalam kelompok, hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa mereka

    akan bersedia mendengarkan dan berpartisipasi sehingga siswa mau tidak mau

    harus aktif dalam kelompok. Menurut Zuhdi (2010:65) Numbered Heads Together

    memiliki kelebihan diantaranya adalah siswa menjadi siap semua dan siswa dapat

    melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. Kelebihan tersebut terealisasi dari

    antusiame siswa yang besar saat siswa diminta berfikir bersama, menjawab hasil

    diskusi setelah guru menyebutkan salah satu nomor secara acak dan respon siswa

    dalam menanggapi jawaban temannya. Selain itu keaktifan siswa tampak pada

    saat siswa saling berinteraksi dengan guru ataupun dengan siswa lainnya dalam

    kegiatan diskusi sebagai upaya agar mereka menjadi siap semua untuk menjawab

    pertanyaan. Karena kelebihan tersebut terealisasikan dalam kegiatan pembelajaran

    maka keaktifan siswa meningkat dan ketuntasan keaktifan siswa tercapai.

    Hasil keaktifan belajar kategori tinggi 75,6% yang dicapai pada siklus II

    tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuni Winarti (2012),

    yang menyatakan bahwa dalam penelitian yang dilakukan terjadi peningkatan

    keaktifan belajar siswa kelas 4 SD Kepohkencono 01. Hasil penelitian Yuni

    Winarti menunjukkan bahwa keaktifan belajar pada siklus I hanya mencapai 79%

    belum mencapai indikator keberhasilan ≥80%. Namun pada siklus II sudah

    mencapai indikator keberhasilan yaitu 91%. Hasil yang diperoleh dalam penelitian

    ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuni Winarti mencapai hasil yang

    berbeda yaitu dalam penelitian ini keaktifan belajar kategori tinggi mencapai

  • 86

    75,6% sedangkan pada Yuni Winarti adalah 91%. Perbedaan tersebut dapat

    disebabkan karena setiap SD mempunyai karakteristik siswa yang berbeda-beda

    sehingga hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan

    olehYuni Winarti, tetapi pada dasarnya hasil penelitian yang diperoleh adalah

    sama yaitu dengan penerapan Numbered Heads Together dapat meningkatkan

    keaktifan belajar.

    Pada siklus II hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang

    ditentukan dengan tercapainya 27 siswa tuntas (90%), artinya melalui penerapan

    metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

    Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Arends (2008:6) bahwa

    pembelajaran kooperatif mendukung perkembangan intelegensi interpersonal,

    interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.

    Ibrahim (2000:28) juga mengemukakan tujuan yang hendak dicapai dalam

    Numberd Heads Together salah satunya adalah hasil belajar akademik stuktural.

    Menurut Zuhdi (2010:65) Numbered Heads Together memiliki kelebihan lain

    yaitu siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai dan siswa

    dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. Kelebihan tersebut terealisasi

    dari siswa yang berinteraksi dengan guru ataupun dengan siswa lainnya dalam

    kegiatan diskusi, pada saat pelaksanaan tindakan semakin terlihat siswa saling

    mengajari satu sama lain karena setiap siswa merasa harus siap menguasai materi

    dengan adanya pemanggilan nomor secara acak. Apabila ada anggota yang

    mengalami kesulitan, siswa yang pandai mengajari siswa yang kurang pandai

    sehingga setiap siswa dapat lebih memahami materi. Kelebihan tersebut

    terealisasikan dalam kegiatan pembelajaran yang menyebabkan siswa dapat lebih

    memahami materi sehingga hasil belajar siswa meningkat dan ketuntasan belajar

    siswa tercapai.

    Hasil belajar siklus II siswa yang tuntas adalah 27 siswa (90%), hal tersebut

    sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rima Chandra (2011) yang

    menyatakan bahwa penerapan pembelajaran Numbered Heads Together dapat

    meningkatkan hasil belajar IPA materi perubahan lingkungan kelas 4 SDN

    Tegalrejo 05 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Semester 2 Tahun Ajaran

  • 87

    2010/2011. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rima Chandra diperoleh hasil

    bahwa ada peningkatan ketuntasan belajar, yakni dari 65,6% sebelum siklus,

    meningkat menjadi 71,8 % pada siklus I dan 100% pada siklus II. Hasil yang

    diperoleh dalam penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Rima

    Chandra mencapai hasil yang berbeda yaitu dalam penelitian ini siswa yang tuntas

    adalah 100% sedangkan dalam penelitian ini siswa yang tuntas mencapai 90%.

    Hal tersebut dapat disebabkan karena setiap SD mempunyai karakteristik siswa

    yang berbeda-beda sehingga hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian

    yang dilakukan oleh Rima Chandra, tetapi pada dasarnya hasil penelitian yang

    diperoleh sama yaitu dengan penerapan Numbered Heads Together dapat

    meningkatkan hasil belajar IPA.